Anda di halaman 1dari 11

Putusan Pengadilan Pajak : Put- 40519/PP/M.

XIII/15/2012
Nomor
Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan

Tahun Pajak : 2008

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi Penghasilan Netto PPh Badan Tahun Pajak
2008 sebesar Rp.174.502.620.499,00 dengan pokok sengketa sebagai berikut :
No Nilai Sengketa (Rp)
Jenis Sengketa Objek Pajak Penghasilan Badan
1 9.155.813.308,00
Koreksi Positif Peredaran Usaha :
2 11.023.478.991,00
Koreksi Positif Harga Pokok Penjualan
3
Koreksi Biaya Usaha Lainnya :
185.995.984,00
- Biaya Sewa Rp
17.404.125.621,00
- Biaya Royalti
4
Koreksi Penghasilan (biaya) dari luar Usaha :
2.115.904.638,00
- Biaya Bunga Pinjaman Rp 2
- Biaya Lainnya (selisih kurs) 134.503.523.026,00
5 113.778.93
Koreksi Penyesuaian Fiskal Negatif
1,00

Nilai Sengketa terbukti sampai dengan Surat Banding 174.502.620.499,00

Koreksi Peredaran Usaha sebesar Rp 9.155.813.308,00

Menurut Terbanding : Akun Other Account Receivable meskipun terdapat jurnal reklas tetap dimasukkan dalam
perhitungan piutang awal dan piutang akhir dalam GL diketahui bahwa didalamnya terdapat
penjualan scrap.

Pemohon banding juga tidak dapat membuktikan dan menjelaskan transaksi mana dalam GL
merupakan penghasilan dari luar usaha sebagaimana diungkapkan dalam alasan keberatannya;

Terbanding berpendapat bahwa hasil perhitungan Pemeriksa terkait dengan pengujian arus
uang/piutang telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Menurut Pemohon Banding : bahwa pengujian arus piutang yang dilakukan Pemeriksa pada saat pemeriksaan hanya bersifat
analisis semata, karena tidak pernah dilakukan pengujian secara langsung terhadap dokumen
penjualan dan tidak diuji dengan metode tidak langsung lainnya.

bahwa laporan keuangan Pemohon Banding telah diaudit secara komersial oleh Kantor Akuntan
Publik Deloitte dengan Akuntan Rusli BAP dengan nomor register 07.1.1000 dengan opini
fairly in all material respect (wajar tanpa pengecualian).

Menurut Majelis : bahwa menurut Terbanding pada saat penelitian keberatan , Pemohon Banding tidak dapat
menjelaskan transaksi penghasilan luar usaha ini, dan data yang digunakan untuk arus piutang
berasal dari data Pemohon Banding sendiri;

Terbanding dalam persidangan menunjukkan data dari sisi kredit yaitu pelunasan,

bahwa menurut Terbanding untuk tahun yang bersangkutan tidak menanggung PPN tahun yang
bersangkutan dan rumus penghitungan PPN benar seperti ini;

bahwa menurut Majelis seharusnya Terbanding dalam menghitung peredaran usaha berdasarkan
arus piutang, maka terlebih dahulu harus menghitung nilai PPN yang terdapat dalam saldo
piutang awal dan saldo piutang akhir;

bahwa menurut Pemohon Banding dalam analisis Terbanding menampung juga Account
Receivable yang menampung piutang-piutang terkait penghasilan luar usaha yaitu scrap
maupun jasa patern pada akun Other Account Receivable sebagaimana pada laporan audit
Pemohon Banding di notes 22 dan 23;

bahwa Pemohon Banding menyerahkan salinan audit report dalam persidangan;

bahwa menurut Terbanding jumlah yang dilaporkan dan jumlah yang di Other Account
Receivable seperti yang disebutkan Pemohon Banding tidak sama dan Terbanding menyerahkan
perhitungan menurut Terbanding dalam persidangan dimana pada laporan tersebut ada
perincian hasil penjualan scrap total nilainya dibawah Other Account Receivable menurut
Pemohon Banding;

bahwa Terbanding memeriksa semua General ledger tetapi menemukan besarnya other income
tersebut tidak sama;

bahwa menurut Pemohon Banding Laporan Keuangan Audit tersebut yang menjadi lampiran
SPT Pemohon Banding;

bahwa angka sebesar Rp4.022.419.494,00 yang ditemukan Terbanding (KKP B.1.3) hanya
dilihat dari sisi kreditnya sehingga jelas tidak menyambung dengan sales menurut perhitungan
Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas dan fakta-fakta dalam bersidangan bahwa:
- Terbanding tidak memasukkan komponen penghasilan lain-lain dalam peredaran usaha cfm
arus piutang;
- Terbanding tidak mengeluarkan PPN atas mutasi piutang usaha

Majelis berpendapat bahwa perhitungan arus piutang menurut Terbanding tidak dapat
dipertahankan oleh karenanya koreksi Terbanding atas peredaran usaha sebesar
Rp.9.155.813.308,00 tidak dapat dipertahankan;

Koreksi Harga Pokok Penjualan sebesar Rp11.023.478.991,00

Menurut Terbanding : Terbanding melakukan penelitian dengan cara merekap angka yang tercantum dalam buku
besar terutama terutama akun S/M for Other (512900) dan akun 0/H Metal Forming (513200)
didapatkan rincian akun 512900 (S/M for Other) sebesar Rp4.401.703.317,00 dan akun 513200
(0/H Metal Forming) sebesar Rp6.621.775.677,00.

Hasil rincian tersebut telah dilakukan penelitian dengan cara mentrasir yang tercantum dalam
buku besar dibandingkan dengan data pendukung berupa invoice, payment voucher, B/L, PIB
dan dokumen pendukung lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rincian angka yang tercantum dalam buku besar terutama
akun S/M for Other (512900) dan akun 0/H Metal Forming (513200) tidak dapat ditelusuri
seluruhnya dengan data pendukung berupa invoice, payment voucher, B/L, PIB maupun
dokumen pendukung lainnya karena terdapat beberapa transaksi dilakukan dalam mata uang US
Dollar dan Japan Yen dan pemohon banding tidak memberikan informasi nilai kurs transaksi
pada bukti pendukung yang terkait.

Menurut Pemohon Banding : bahwa dalam membuat mapping biaya harga pokok penjualan Terbanding belum
memperhitungkan seluruh akun yang ada dalam komponen HPP, yaitu akun 512900 (S/M for
Other) sebesar Rp 4.401.703.317,00 dan akun 513200 (0/H Metal Forming) sebesar
Rp.621.775.677,00.

bahwa Jika kedua akun tersebut di perhitungkan dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan,
maka besarnya pembebanan Harga Pokok Penjualan adalah sama sebagaimana yang dilaporkan
dalam SPT Tahunan PPh Badan;

Menurut Majelis : bahwa sesuai Laporan Penelitian Keberatan Nomor : Lap-1107/WPJ.07/2011 tanggal 4 Mei
2011 dan KKP, Terbanding mempertahankan koreksi Pemakaian Bahan Baku pada Harga
Pokok Penjualan sebesar Rp11.023.478.991,00;

bahwa Pemohon Banding dalam proses keberatan telah memberikan dokumen berupa dokumen
berupa GL dan arus persediaan bahan baku dan didukung dengan dokumen pendukung berupa
invoice, payment voucher, B/L, PIB dan dokumen pendukung lainnya namun berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa rincian angka yang tercantum dalam buku besar terutama akun
S/M for Other (512900) dan akun 0/H Metal Forming (513200) tidak dapat ditelusuri
seluruhnya dengan data pendukung berupa invoice, payment voucher, B/L, PIB maupun
dokumen pendukung lainnya karena terdapat beberapa transaksi dilakukan dalam mata uang US
Dollar dan Japan Yen dan pemohon banding tidak memberikan informasi nilai kurs transaksi

bahwa Terbanding mengambil nilai pembelian bahan baku hanya angka dari material itu sendiri
tetapi tidak memperhitungkan nilai bea masuk, biaya pengangkutan dan biaya-biaya yang
terkait material tersebut sesuai PSAK 14 Paragraf 7 ;

bahwa ketentuan PSAK 14 paragraf 07 menyatakan bahwa biaya pembelian persediaan meliputi
harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali
oleh perusahaan kepada Kantor Pajak), dan biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya
yang secara langsung dapat didistribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon
dagang (trade discount) rabat dan pos lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya
pembelian.

bahwa dalam pembukuan Pemohon Banding memisahkan akun antara materialnya dan biaya-
biaya yang terkait materialnya yakni pada akun 512900 dan 523200 dan akun yang digunakan
Terbanding hanya pada akun biaya material sedangkan Akun biaya-biaya termasuk bea masuk,
biaya pengangkutan seluruhnya ditolak oleh Terbanding;

bahwa definisi Terbanding atas pembelian hanya biaya material sedangkan menurut Pemohon
Banding PSAK 14 Paragraf 7 biaya material termasuk biaya-baiaya lain yang terkait material
tersebut;

bahwa menurut Terbanding, koreksi ini terkait dengan pembuktian dimana bukti-bukti untuk
biaya tambahan ini tidak diserahkan sebagian oleh Pemohon Banding;

bahwa menurut Pemohon Banding jika seluruh akun dikoreksi bukan masalah pembuktian
tetapi masalah persepsi dan cara pandang dimana apakah akun termasuk dalam material
pembelian atau tidak sehingga bukan permasalahan bukti;

bahwa Terbanding keberatan jika disebutkan sengketa ini adalah masalah persepsi dimana pada
LPP dan KKP disebutkan alasan koreksi adalah pembuktian sehingga intinya, bukti atas biaya
tersebut dan bukan masalah persepsi;

bahwa Pemeriksa tidak memasukan akun tersebut pada pembelian bahan baku karena oleh
Pemohon Banding sendiri dibedakan sehingga saat Terbanding melakukan rekap hasilnya
sesuai dengan KKP, kemudian saat pemeriksaan data-data yang diberikan tidak lengkap dan
tidak ada bukti-bukti terkait akun-akun tersebut dan setelah ada SPUH baru disampaikan
dokumen terkait ke dua akun tersebut;

bahwa setelah dokumen tersebut diperiksa, dalam transaksi tersebut banyak yang menggunakan
mata uang asing sehingga penelaah tidak mengetahui nilai kurs dan tidak diakui oleh
Pemeriksa;

bahwa alasan kurs digunakan karena bukti baru diserahkan saat SPUH sehingga waktu yang
dimiliki Pemeriksa tidak banyak;

bahwa menurut Pemohon Banding hak dari Pemohon Banding untuk membuat akun untuk
kepentingan Pemohon Banding, dan hal tersebut diperbolehkan karena tidak ada aturan yang
melarang, namun ketika melakukan penghitungan Harga Pokok Penjualan seharusnya semua
biaya tertarik semua;

bahwa jika kesulitan membaca datanya maka Pemohon Banding siap melakukan uji bukti
karena bukti-bukti asli Pemohon Banding bawa dan akan mejelaskan cara membaca datanya
kepada Terbanding;

bahwa saat pemeriksaan telah disepakati sengketa ini tidak akan diselesaikan pada saat
pemeriksaan karenanya semua penjelasan Pemohon Banding tidak diterima Terbanding;

bahwa alasan ditolak tidak bisa ditelusuri ke penggunaan bahan baku dan memang tidak
memungkin tetapi bisa dilihat di pembelian bahan baku tersebut dan terdapat penjelasan pada
general ledger;

bahwa pada pembukuan sudah di rupiahkan oleh Pemohon Banding meskipun invoicenya
dalam mata uang asing terutama yang terkait pada PIB sudah jelas terlihat besar angkanya;

bahwa Terbanding tidak melihat ada angka rupiah pada beberapa voucher dimana penelaah
mengakui angka-angka tersebut sudah ditemukan tapi tidak diketahui cara mecocokan dengan
pembukuan Pemohon Banding;

bahwa menurut Pemohon Banding pada general Ledger angka-angka tersebut telah diubah
dalam rupiah;

bahwa Pemohon Banding membawa dokumen asli dan melakukan pemeriksaan dokumen
tersebut dihadapan Majelis dan Terbanding

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan seluruh voucher dan bank
payment biaya S/M for other (akun 512900) dan biaya O/H Metal (akun 513200);

bahwa Terbanding telah memeriksa bukti-bukti dimaksud diatas dalam persidangan dan
berpendapat dari total koreksi sebesar Rp.11.023.478.998,00 Pemohon Banding dapat
membuktikan biaya freight cost sebesar Rp.11.016.110.524,00 sedangkan selisihnya sebesar
Rp.7.368.470,00 Pemohon Banding tidak dapat membuktikanya;

bahwa berdasarkan fakta persidangan tersebut di atas, maka atas koreksi harga pokok penjualan
sebesar Rp.11.023.478.998,00, Majelis berpendapat Majelis tidak dapat mempertahankan
koreksi sebesar Rp.11.016.110.524,00 dan mempertahankan selisihnya sebesar
Rp.7.368.470,00;
Koreksi Biaya Usaha Lainnya :
- Biaya Sewa sebesar Rp185.995.984,00
- Biaya Royalti sebesar Rp 17.404.125.621,00;

Menurut Terbanding : - Biaya Sewa sebesar Rp185.995.984,00

bahwa Pemohon banding hanya memberikan dokumen berupa GL tanpa didukung dengan
dokumen pendukung berupa rincian biaya sewa, kontrak, bukti pembayaran atas biaya sewa
yang dikoreksi.

bahwa terkait dengan keterbatasan data tersebut, Terbanding tidak dapat melakukan penelitian
Iebih lanjut dan tidak dapat membuktikan/membantah koreksi Pemeriksa.

- Biaya Royalti sebesar Rp 17.404.125.621,00

bahwa berdasarkan penelitian terhadap dokumen terkait biaya royalty yang disampaikan kepada
Terbanding pada saat keberatan namun tidak diberikan pada saat pemeriksaan, Terbanding
berpendapat bahwa kelengkapan data berupa dokumen terkait paten tersebut dapat diterapkan
ketentuan Pasal 26A Undang-undang KUP sehingga dokumen tersebut tidak dapat
dipertimbangkan.

bahwa memperhatikan ketentuan tersebut di atas, Terbanding berpendapat bahwa biaya royalty
sebesar Rp17.404.125.621,00 yang dikoreksi pemeriksa karena pemohon banding tidak dapat
menunjukkan bukti atas kepemilikan harta tidak berwujud tersebut sehingga dapat dihitung
kembali berdasarkan kuasa Pasal 18 ayat (3) Undang-undang PPh adalah sudah tepat.

Menurut Pemohon Banding : - Biaya Sewa sebesar Rp185.995.984,00

bahwa atas biaya sewa sebesar tersebut tidak seharusnya dikoreksi, karena merupakan biaya
sewa yang berhubungan dengan kegiatan usaha yang dapat dibebankan secara fiskal. Dan atas
biaya tersebut telah Pemohon Banding potong dan laporkan PPh Pajak Pasal 23 dan sudah
diakui oleh Terbanding;

- Biaya Royalti sebesar Rp 17.404.125.621,00

bahwa Pemohon Banding telah melakukan perjanjian Techincal Assistance Agreement dengan
Aisin Takaoka Co, Ltd Jepang dimana Pemohon Banding diberikan hak oleh Aisin Takaoka Co,
Ltd Jepang untuk memproduksi, mendistribusikan dan memasarkan produk dengan
menggunakan teknologi, design dan merek dari Aisin Takaoka Co, Ltd Jepang;

bahwa keberadaan merek AT ini sudah didaftarkan baik di Jepang maupun di Indonesia (Ditjen
HAKI Departemen Hukum dan HAM);

bahwa berdasarkan perjanjian ini, maka Pemohon Banding berkewajiban untuk membayar
royalty sesuai dengan jenis produk yang diproduksi;

bahwa atas pembayaran royalty ini sudah dilakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas royalty dan
sudah diakui oleh Terbanding sebagai objek PPh Pasal 26 juga;

Menurut Majelis : - Biaya Sewa sebesar Rp 185.995.984,00

bahwa sesuai Laporan Penelitian Keberatan Nomor : Lap-1107/WPJ.07/2011 tanggal 4 Mei


2011 dan KKP, Terbanding mempertahankan koreksi Biaya sewa sebesar Rp198.1474.980,00
dan dalam proses keberatan Pemohon Banding setuju atas koreksi sebesar Rp.12.478.996,00
sehingga sisa koreksi yang diajukan banding sebesar Rp.185.995.984,00;

bahwa menurut Terbanding, dalam proses keberatannya Pemohon Banding hanya


menyampaikan dokumen berupa GL tanpa didukung dengan dokumen pendukung berupa
rincian biaya sewa, kontrak, bukti pembayaran atas sewa yang dikoreksi dan koreksi dihitung
berdasarkan equalisasi dengan PPh 23 serta PPh Final dengan nilai koreksi sebesar
Rp185.995.984,00;

bahwa menurut Pemohon Banding biaya sewa tersebut berhubungan dengan kegiatan usaha
Pemohon Banding dan telah dilakukan koreksi fiskal tapi oleh Terbanding tidak diakui dan
dikoreksi kembali dan atas biaya sewa tersebut telah Pemohon Banding potong dan laporkan di
PPh 23 dan sudah diakui Terbanding, sebagai pembuktiannya Pemohon Banding dalam
persidangan menunjukan SPT PPh 23 dan melampirkan rekapitulasi dari General Ledger
terkait biaya sewa;

bahwa namun demikian Pemohon Banding tidak mengetahui rincian angka koreksi sebesar
Rp185.995.984,00 tersebut berasal dari mana;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan bukti berupa seluruh voucher dan
payment biaya sewa dan Terbanding tidak dapat menyampaikan detail/rincian koreksi biaya
sewa dimaksud;

bahwa Majelis telah memberi kesempatan kepada Terbanding untuk menyampaikan rincian
koreksi namun sampai dengan sidang terakhir tanggal 12 Juli 2012 (sidang ke 8) Terbanding
tidak menyampaikan rincian koreksi sehingga Majelis berpendapat bahwa Terbanding tidak
dapat menjelaskan alasan dan perincian koreksi dan Pemohon Banding telah menyampaikan
seluruh data terkait pembebanan biaya sewa oleh karenanya koreksi biaya sewa sebesar
Rp.185.995.984,00 tidak dapat dipertahankan;

- Biaya Royalti Rp 17.404.125.621,00

bahwa koreksi biaya royalty sebesar Rp.17.404.125.621,00 karena Pemohon Banding tidak
memenuhi dokumen transfer pricing berupa bukti kepemilikan paten, setelah dilakukan
peminjaman dan peringatan ke-2;

bahwa menurut Pemohon Banding keberadaan merk AT ini sudah didaftarkan di Jepang
maupun Indonesia di Ditjen HAKI Departemen Hukum dan HAM dan pada saat pemeriksaan
Terbanding mengatakan Pemohon Banding tidak menyerahkan bukti hak paten adalah tidak
benar karena Pemohon Banding menyerahkan agreement dan bukti-bukti lain terkait biaya
royalti ini

bawa dengan alat bukti yang jenisnya sama dan telah disampaikan untuk Tahun Pajak 2006,
Terbanding sudah mengakui biaya royalti yang dibebankan oleh Pemohon Banding dan untuk
pembayaran biaya royalty tahun 2008, Terbanding telah mengakuinya sebagai objek PPh Pasal
26 sebagaimana tercantum dalam SPHP dan SKPKN PPh Pasal 26, demikian juga dengan
pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari Luar Daerah Pabean tahun 2008
juga telah diakui oleh Terbanding (SPHP dan SKPN PPN);

bahwa Pemohon Banding menyerahkan audit report dari 2005 sampai dengan 2009 dan
perjanjian dalam bahasa Inggris dan terjemahannya kepada Majelis;’

bahwa menurut Terbanding, Pemohon Banding tidak dapat menunjukan bukti paten yang
digunakan oleh Pemohon Banding;
bahwa menurut Majelis, yang mendaftarkan paten adalah pihak yang punya paten dan bukan
dokumen Pemohon Banding namun dokumen pihak ketiga sehingga seharusnya Terbanding
fokus kepada data-data Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan pertimbangan dan uraian diatas, Majelis berpendapat bahwa Pemohon
Banding dapat membuktikan adanya pembayaran royalty dimaksud sesuai dengan perjanjian
“Technical Assitance Agreement” dengan Aisin Takaoka Co.Ltd Jepang dan keberadaan merk
AT sudah didaftarkan di Jepang dan Indonesia , oleh karenanya koreksi biaya royalty sebesar
Rp.17.404.125.621,00 tidak dapat dipertahankan;

Koreksi Penghasilan (biaya) dari luar Usaha :


- Biaya Bunga Pinjaman sebesar Rp 2.115.904.638,00
- Biaya Lainnya (selisih kurs) sebesar Rp 134.503.523.026,00

Menurut Terbanding : - Biaya Bunga Pinjaman sebesar Rp 2.115.904.638,00

Berdasarkan analisis ratio hutang terhadap modal (DER) diketahui terutama pinjaman kepada
pemegang saham (Long Term Loans Stockholder) sebenarnya tidak perlu, yang ditunjukkan
dengan kondisi keuangan baik ratio hutang pemegang saham terhadap modal (2,42 : 1) dan
current assets terhadap hutang pemegang saham (0,7 : 1) sangatlah wajar. Kondisi keuangan
Wajib Pajak (PT AT Indonesia) sangatlah memungkinkan untuk tidak melakukan pinjaman.
Bahkan dengan perputaran current assets dalam hal ini cash/bank dan account receivable
terhadap account payable maupun terhadap pinjaman kepada pemegang saham pun sangatlah
wajar. Sehingga diindikasikan bahwa pinjaman kepada pemegang saham sebenarnya
merupakan setoran modal terselubung. Wajib Pajak sengaja melakukan bentuk pinjaman
dengan tujuan pembelian peralatan/mesin, dimana atas pinjaman ini menimbulkan biaya bunga
dan selsih kurs yang dapat mengurangi penghasilan bruto. Dengan kata lain Wajib Pajak
terindikasi mengecilkan penghasilan kena pajak yang dapat mengecilkan/mengurangi pajak
terutang atau tidak terutang sama sekali.

- Biaya Lainnya (selisih kurs) sebesar Rp 134.503.523.026,00

bahwa hasil penelitian atas koreksi Biaya Lainnya sebesar Rp134.503.523.026,00 yang
merupakan rugi selisih kurs atas pinjaman kepada pemegang saham bahwa karena atas biaya
bunga pinjaman pemegang saham telah diusulkan untuk ditolak maka koreksi rugi selisih kurs
atas pinjaman kepada pemegang saham diusulkan untuk tetap dipertahankan. Oleh karena itu
Terbanding mengusulkan untuk menolak keberatan Pemohon Banding serta mempertahankan
koreksi Biaya Lainnya sebesar Rp 134.503.523.026,00.

Menurut Pemohon Banding : - Biaya Bunga Pinjaman sebesar Rp 2.115.904.638,00

bahwa Pemohon Banding telah melakukan perjanjian pinjaman dengan Aisin Takaoka Co, Ltd
Jepang, dimana Pemohon Banding menerima pinjaman dengan dibebani sejumlah tingkat bunga
yang disepakati (perjanjian pinjaman dan skedul pembayarannya akan disampaikan dalam
persidangan);

bahwa tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam perjanjian adalah sangat rendah sekali jika
dibandingkan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku;

bahwa atas pembayaran bunga ini telah.dipotong PPh Pasal 26 oleh Pemohon Banding sesuai
dengan P3B Indonesia dengan Jepang;

- Biaya Lainnya (selisih kurs) sebesar Rp 134.503.523.026,00


bahwa koreksi yang dilakukan oleh Terbanding adalah tidak tepat karena menggunakan Pasal
18 ayat (3) Undang-undang PPh untuk mengoreksi beban selisih kurs atas hutang bank kepada
pihak yang independen.

bahwa selisih kurs yang dibebankan Pemohon Banding dalam laporan keuangan yang berasal
dari pinjaman adalah sebesar Rp. 134.473.152.000,00. Yang terdiri dari selisih kurs pinjaman
hutang bank sebesar Rp. 19.977.951.000,00 dan selisih kurs hutang pinjaman kepada pemegang
saham sebesar Rp. 114.495.201.000,00. Selisih antara Rp134.503.523.026 dengan
Rp.134.473.152.000,00 akan dibuktikan di Pengadilan Pajak.

bahwa laporan keuangan Pemohon Banding telah diaudit secara komersial oleh Kantor Akuntan
Publik Deloitte dengan Akuntan Rusli BAP dengan nomor register 07.1.1000 dengan opini
fairly in all material respect (wajar tanpa pengecualian).

Menurut Majelis : - Biaya Bunga Pinjaman sebesar Rp 2.115.904.638,00

bahwa sesuai Laporan Penelitian Keberatan Nomor : Lap-1107/WPJ.07/2011 tanggal 4 Mei


2011 dan KKP, Terbanding mempertahankan koreksi Biaya Bunga Pinjaman sebesar
Rp2.115.904.638,00 karena Pemohon Banding tidak dapat membuktikan bukti pembayaran
hutang tersebut dan peruntukannya;

bahwa alasan Terbanding atas koreksi tersebut adalah ketidakwajaran Pemohon Banding dalam
memperoleh pinjaman dari pihak afiliasi (Pemohon Banding dalam keadaan sehat) sehingga
tidak wajar memperoleh pinjaman sehingga bunga pinjaman dikoreksi. Dasar Hukum Pasal 18
ayat (3) Undang-undang PPh;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju koreksi biaya bunga pinjaman karena semua transaksi
pinjaman telah didukung dengan bukti dan agreement dari pinjaman dari pemegang saham ini
digunakan untuk kegiatan investasi ACE, dan tingkat suku bunga atas pinjaman ini adalah
wajar dibanding tingkat suku bunga bank;

bahwa Pemohon Banding telah melakukan perjanjian pinjaman dengan Aisin Takaoka Co, Ltd
Jepang, dimana Pemohon Banding menerima pinjaman dengan dibebani sejumlah tingkat bunga
yang disepakati (perjanjian pinjaman dan skedul pembayarannya akan disampaikan dalam
persidangan);

bahwa atas pembayaran bunga ini telah.dipotong PPh Pasal 26 oleh Pemohon Banding sesuai
dengan P3B Indonesia dengan Jepang;

bahwa Terbanding melakukan analisa ratio hutang terhadap modal sebesar 2,53:1,dan 4,2:1
kondisi keuangan tersebut adalah sangatlah memungkinkan untuk tidak melakukan pinjaman,
sehingga atas pinjaman yang tidak wajar tersebut berdasarkan kuasa Pasal 18 ayat (3) Undang-
undang PPh Terbanding berpendapat pinjaman dari pemegang saham merupakan setiran modal
terselubung sehingga biaya bunga Rp 2.115.904.638,00 dikoreksi oleh Terbanding;

bahwa menurut Pemohon Banding pada Tahun 1984 Pemerintah pernah mengatur besarnya
debt equity ratio yaitu 3: 1 tetapi pada Tahun 1985 telah dicabut sehingga apabila Terbanding
melakukan analisa ratio dan diketahui debt equity ratio Pemohon Banding adalah 2.53 : 1 dan
2.42 : 1 maka menurut Pemohon Banding hasil perhitungan tersebut masih wajar;

bahwa menurut Terbanding dalam persidangan, membandingkan long term loan dengan modal
dan dari hasil perbandingannya adalah 2.53 : 1 dan 2.42 : 1 yang menurut Terbanding tidak
wajar, berlaku umum dalam akuntansi penggunaan debt equity ratio sebagai bahan untuk
mengukur kewajaran pinjaman tersebut sehingga asal seluruh utang tersebut sebagai modal dan
sebagai dasar hukumnya adalah pasal 18 ayat 1 dan ayat 3 Undang-undang PPh karena
Terbanding memiliki kewenaangan untuk menentukan penghitungan tersebut;

bahwa menurut Pemohon Banding dalam pemeriksaan pajak tahun pajak sebelumnya atas
pembebanan biaya bunga ini telah diakui oleh Terbanding dan tidak dilakukan koreksi. Dengan
adanya koreksi biaya bunga pada tahun 2008 ini telah menimbulkan ketidakpastian hukum yang
sangat bertentangan dengan azas kepastian hukum yang dianut dalam Undang-undang
Perpajakan;

bahwa menurut Pemohon Banding jika pembayaran bunga tersebut dianggap deviden
terselubung, seharusnya Terbanding mempertimbangkan bagaimana pemegang saham yang lain
karena AT Jepang hanya mempunyai 52% kepemilikan;

bahwa alasan koreksi karena Pemohon Banding tidak dapat membuktikan bukti pembayaran
utang tersebut dan peruntukannya dijelaskan oleh Pemohon Banding bahwa hutang ini baru
Pemohon Banding bayar ditahun 2009 dimana perjanjian hutang dilakukan di tahun 2005 untuk
meningkatkan produksi kapasitas mesin sesuai perjanjian utang yang diserahkan pada
persidangan sehingga saat Tahun Pajak 2008 masih berupa utang;

bahwa untuk bunganya sendiri dibayar ditahun 2008 sedangkan yang belum dibayar adalah
pokok hutangnya namun Terbanding mempermasalahkan pembayaran hutangnya dan bukan
bunganya;

bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap SPHP tahun 2006 dan 2007diketahui dalam
pemeriksaan pajak tahun pajak 2006 dan 2007 Terbanding telah mengakui adanya biaya bunga
atas pinjaman pemegang saham yang dibebankan oleh Pemohon Banding (bukti disampaikan
dalam persidangan) dan untuk pembayaran biaya bunga pemegang saham tahun 2008,
Terbanding telah mengakuinya sebagai objek PPh Pasal 26 sebagaimana tercantum dalam
SPHP dan SKPKN PPh Pasal 26 Tahun 2008;

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas serta fakta-fakta dalam persidangan bahwa:
- Pemohon Banding dapat membuktikan adanya perjanjian pinjaman kepada Aisin Takaoka
Co Ltd Jepang sebesar JPY 3.000.000 dengan tingkat suku bunga 0,82-1,28;
- belum adanya ketentuan perbandingan antara utang terhadap modal yang ditetapkan
sebagaimana amanat Undang-undang;
- SPHP tahun 2006 dan 2007diketahui dalam pemeriksaan pajak tahun pajak 2006 dan 2007
Terbanding telah mengakui adanya biaya bunga atas pinjaman pemegang saham yang
dibebankan oleh Pemohon Banding;
- Terbanding telah mengakuinya sebagai objek PPh Pasal 26 sebagaimana tercantum dalam
SPHP dan SKPKN PPh Pasal 26 Tahun 2008

bahwa berdasarkan pertimbangan dan uraian diatas, Majelis berpendapat bahwa koreksi biaya
bunga pinjaman sebesar sebesar Rp.2.115.904.638,00 tidak dapat dipertahankan

- Biaya Lainnya (selisih kurs) sebesar Rp134.503.523.026,00

bahwa menurut Terbanding sudah mengakui pinjaman tersebut untuk pembelian mesin dan
selisih kurs ini terkait pinjaman yang dilakukan Pemohon Banding dan pinjaman ini menurut
Terbanding modal terselubung karena Debt Equity Ratio Pemohon Banding lancar dan tidak
memerlukan pinjaman;

bahwa menurut Pemohon Banding rugi selsih kurs terkait 2 hal yaitu atas pinjaman bank
sebesar Rp.19.977.951.000,00 dan atas pinjaman pemegang saham sebesar Rp.114.495.201.00;
bahwa Pemohon Banding menyerahkan grafik kurs tengah BI pada tahun 2008 dimana terjadi
kerugian mata uang rupiah yang cukup material karena krisis global;

bahwa pada Tahun Pajak 2006 ,Tahun Pajak 2007 dan Tahun Pajak 2009 Terbanding mengakui
keuntungan kurs namun pada saat rugi Tahun 2008 tidak diakui sehingga terlihat tidak adil oleh
Pemohon Banding;

bahwa pada audit report angka 16 halaman 19 point b, ada loans from stake holder pada tahun
2008 sebesar 3 milyar yen dan terdapat nilai rupiahnya begitu pula untuk tahun-tahun lainnya
dan akan terlihat perubahan nilai karena mata uang yennya sama namun rupiahnya berbeda
sehingga selisih kursnya secara kasar bisa terlihat;

bahwa menurut Terbanding, dalam Kertas Kerja Pemeriksaan koreksi dilakukan atas semua
pinjaman pemegang saham dengan sumber buku besar akun 839000;

bahwa Pemohon Banding menyerahkan agreement pinjaman ini terdiri dari 4 perjanjian dengan
pemegang saham dan 2 perjanjian bank dan atas pinjaman Tahun 2005 ini bunganya dibayar
tiap tahun;

bahwa Pemohon Banding telah diperiksa oleh Terbanding setiap tahun dimana pada Tahun
2006 dan Tahun 2007 dan mengakui keuntungan selisih kurs ini;

bahwa Pasal 18 ayat 3 Undang-undang PPh penjelasannya sama dengan penjelasan pasal 18
ayat 1 yang bergantung pada perbandingan modal dan hutang tetapi besarnya belum jelas
ditetapkan oleh Undang-undang;

bahwa menurut Terbanding pada kondisi dilapangan, jika melihat kondisi tidak wajar adanya
pemberian modal terselubung yang berkedok sebagai hutang, dan jika karena belum ada
peraturannya kemudian batal, maka menurut Terbanding tidak tepat karena sudah diatur pada
pasal 18 ayat 3 Undang-undang PPh;

bahwa menurut Pemohon Banding kejadian hutang ini terjadi di tahun 2005 dan 2006 dan
dalam pemeriksaan 2006 sudah diakui Terbanding dan kemudian jika 2008 tidak diakui tentu
tidak sesuai karena ini terkait transaksi masa lalu;

bahwa Majelis berpendapat bahwa oleh karena atas pinjaman kepada Pemegang saham dan
bank telah diakui oleh Terbanding sebagaimana hasil pemeriksaan 2006 dan 2007, maka atas
selisih kurs mata uang asing sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat (1) huruf e Undang-Undang
PPh dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, oleh karenanya Majelis berkesimpulan koreksi
Terbanding atas selisih kurs sebesar Rp.136.619.427.664,00 tidak dapat dipertahankan;

Koreksi Penyesuaian Fiskal Negatif sebesar Rp113.778.931,00

Menurut Terbanding : bahwa berdasarkan perhitungan penyusutan fiskal menurut Pemohon Banding
Rp.621.827.201,00 sedangkan penyusutan fiskal menurut Terbanding berdasarkan perhitungan
Terbanding telah sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Undang-undang PPh dimana penyusutan
dihitung secara taat asas dan nilai sisa buku disusutkan sekaligus pada akhir masa manfaat dan
atas kendaraan sedan Camry yang dipakai untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya telah dibebankan 50% sebesar Rp.509.025.806,00;

Menurut Pemohon Banding : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding sebesar Rp. 113.778.931,00
yang berasal dari penyusutan aktiva yang dapat dibebankan secara fiskal sesuai dengan Pasal 11
Undang-undang PPh;
Menurut Majelis : bahwa dalam persidangan tanggal 1 Maret 2012, Pemohon Banding menyatakan setuju atas
koreksi Terbanding terkait penyesuaian fiskal negative sebesar Rp.113.778.931,00;

bahwa berdasarkan pernyataan tersebut diatas Majelis tidak melakukan pembahasan lebih lanjut
terkait koreksi ini dan berpendapat koreksi penyesuaian fiskal negatif sebesar
Rp.113.778.931,00 tetap dipertahankan;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak;
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kredit Pajak;
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi,
kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;
bahwa oleh karena itu koreksi oleh Majelis terhadap jumlah Pajak Penghasilan Badan Tahun
Pajak 2008 yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi versi keputusan Terbanding
atas keberatan Pemohon Banding sebelum banding ini;
bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berketetapan untuk menggunakan
kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak untuk mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding;
Mengingat : Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang-
undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;
Memutuskan : Menyatakan mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding terhadap
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-1070/WPJ.07/2011 tanggal 4 Mei 2011,
tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun
Pajak 2008 Nomor : 00011/206/08/055/10 tanggal 13 April 2010, atas nama: PT. XXX sehingga
perhitungannya menjadi sebagai berikut:

Penghasilan Kena Pajak (Rp43.085.791.566,00)

Pajak terutang Rp 0,00


Kredit Pajak Rp 10.758.681.322,00
Jumlah pajak yang kurang/(lebih) dibayar (Rp 10.758.681.322,00)
Sanksi Administrasi : Bunga Pasal 13 (2) KUP 0,00
Jumlah pajak yang masih karus/(lebih) dibayar (Rp 10.758.681.322,00)

Anda mungkin juga menyukai