Makalah Fix Hemofilia
Makalah Fix Hemofilia
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh Hopff
di universitas Zurich, tahun 1828.Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah hemofilia
pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johan Lukas
Schonlein (1793-1864), pada tahun 1928.Pada abad ke 20, para dokter terus mencari
penyebab timbulnya hemofilia hingga mereka percaya bahwa pembuluh darah penderita
hemofilia mudah pecah.Kemudian pada tahun 1937, dua orang dokter dari Harvard,
Patek danTaylor, menemukan pemecahan masalah pada pembekuan darah, yaitu dengan
menambahkan suatu zat yang diambil dari plasma dalam darah.Zat tersebut disebut
dengan “anti-hemophilic globulin”.
Pada tahun 2000, hemofilia yang dilaporkan ada 314, pada tahun 2001 kasus
yang dilaporkan mencapai 530. Diantara 530 ini, 183 kasus terdaftar di RSCM, sisanya
terdaftar di Bali, Bangka, Bandung, Banten, Lampun, Medan, Padang, Palembang,
Papua, Samarinda, Semarang, Surabaya, Ujung pandang, dan Yogyakarta. Diantara 183
pasien hemofilia yang terdaftar di RSCM, 100 pasien telah diperiksa aktivitas faktor
VIII dan IX. Hasilnya menunjukkan bahwa 93 orang adalah hemofilia A dan 7 orang
adalah hemofilia B. Sebagian besar pasien hemofilia A mendapat Cryoprecipitate untuk
terapi pengganti, dan pada tahun 2000, konsumsi cryoprecipitate mencapai 40.000
kantung yang setara dengan kira-kira 2 juta unit faktor VIII.
Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap hemofilia, cara yang tepat untuk
memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai
hemofilia yaitu dengan mensosialisasikan hemofilia kepada msayarakat. Sosialisasi
merupakan suatu proses komunikasi atau interaksi yang dilakukan untuk menyampaikan
informasi yang belum diketahui oleh masyrakat luas. Sosialisasi mengenai hemofilia ini
memberikan informasikepada masyarakat
untuk lebih peduli akan riwayat hemofilia dalam keluarga dan lebih waspada
terhadap gejala-gejala dari hemofilia sehingga tidak berakibat buruk dan tidak terlambat
pada saat ditangani. Melaluisosialisasi yang diberikan kepada masyarakat, diharapkan
dapat menyadarkan masyarakat bahwa hemofilia harus diperhatikan secara khusus
1
bukan untuk diabaikan.Sebagai grafis desainer, peneliti ingin membuat rancangan
sosialisasi kepada masyarakat dalam bentuk media visual.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu menjelaskan konsep dasar ebola dan asuhan keperawatan pada klien
dengan hemofilia
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami definisi,klasifikasi hemofilia
b. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami etiologi hemofilia
c. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami patofisiologi hemofilia
d. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami manifestasi klinis hemofilia
e. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pertolongan pertama pada
klien hemophilia
f. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami penatalaksanaan pada klien
dengan hemophilia
g. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami pemeriksaan penunjang
bagi klien dengan hemofilia
h. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami asuhan keperawatan pada
klien hemofilia
1.3 Manfaat
a. Makalah ini diharapkan memberikan informasi mendalam mengenai klien
dengan hemophilia
b. Makalah ini diharapkan memberikan informasi mendalam mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan hemofilia
c. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber referens dan informasi bagi
para pembaca, khususnya tentang hemofilia
1.4 Rumusan masalah
1.4.1 Apakah yang dimaksud hemofilia ?
1.4.2 Bagaimana klasifikasi dari hemofilias?
1.4.4 Bagaimana etiologi dari hemofilia?
2
1.4.5 Bagaimana patofisiologi dari hemofilia
1.4.6 Apa saja manifestasi klinis dari hemofilia?
1.4.7 Apa sajapertolongan pertama pada klien dengan hemofilia?
1.4.8 Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan hemofilia?
1.4.9 Apa saja pemeriksaan penunjang pada klien dengan hemophilia?
1.4.10 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien hemofilia?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hemofilia adalah gangguan pendarahan yang disebabkan oleh defisiensi
herediter dan faktor darah esensial untuk koagulasi (Arif, 2000). Hemofilia
merupakan gangguan koagulasi kogenital paling sering dan serius. Kelainan ini
terkait dengan defisiensi faktor VIII, IX atau XI yang ditemukan secara genetik
(Brunner, 2002).
2.2 Klasifikasi
Hemofiliaterbagiatastigajenis, yaitu :
a. Hemofilia A; yang dikenal juga dengan nama hemofilia klasik, karena jenis
hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada
darah.Hemofiliainiterjadikarenakekuranganfaktor 8 (Factor VIII) protein
padadarah yang menyebabkangangguanpada proses pembekuandarah.
b. Hemofilia B; yang dikenal juga dengan nama Christmas Disease, karena di
temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas asal
Kanada. Hemofiliaini terjadikarenakekuranganfaktor 9 (Factor IX) protein
padadarah yang menyebabkanmasalahpada proses pembekuandarah.
c. Hemofilia C (jugadikenalsebagaiplasma thromboplastinantecedent (PTA)
defisiensiatauSindrom Rosenthal) adalahbentukringandarihemofilia yang
mempengaruhikeduajeniskelamin, karenakekurangan faktor 11(Factor XI).
Hemofilia menurut berat ringannya penyakit yaitu :
• Defisiensiberat
• Defisiensisedang
• Defisiensiringan
• Subhemofilia
4
2.3 Etiologi Hemofila
Hemofilia dapat disebabkan oleh :
a. Hemofiliaadalahgangguanresesifterkaitromosom X, yang
diturunkanolehperempuandanditemukansecaradominanpadalaki-laki.
b. Hemofiliajugadapatdisebabkanolehmutasi.
2.4 Patofisiologi pada Hemofilia
Pada perdarahan dalam ruang tertutup seperti dalam sendi, proses perdarahan
terhenti akibat efek tamponade.Namun pada luka yang terbuka dimana efek tamponade
tidak ada, perdarahan masif dapat terjadi. Bekuan darah yang terbentuk tidak kuat dan
5
perdarahan ulang dapat terjadi akibat proses fibrinolisis alami atau trauma ringan.
Defisit F VIII dan F IX ini disebabkan oleh mutasi pada gen F8 dan F9. Gen F8 terletak
di bagian lengan panjang kromosom X di regio Xq28, sedangkan gen F9 terletak di
regio Xq27.2,14 Terdapat lebih dari 2500 jenis mutasi yang dapat terjadi, namun inversi
22 dari gen F8 merupakan mutasi yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 50%
penderita hemofilia A yang berat. Mutasi gen F8 dan F9 ini diturunkan secara x-linked
resesif sehingga anak laki-laki atau kaum pria dari pihak ibu yang menderita kelainan
ini. Pada sepertiga kasus mutasi spontan dapat terjadi sehingga tidak dijumpai adanya
riwayat keluarga penderita hemofilia pada kasus demikian.
Sendi
Otot
SERIUS MembranMukosa (Mulut,
hidung, salurankemih)
Intrakranial
PERLU ENANGANAN JANGKA Leher/ tenggorokan
6
PANJANG Gastrointestinal
Persendian 70-80%
Mayor site: siku, lutut, pergelangan
kaki
Minor site: bahu, pinggang
Otot 10-20%
Lokasi lain 5-10%
SistemSarafPusat <5%
Gejala Hemofilia berdasarkan derajat keparahannya:
7
2.6 Web of Coution pada Hemofilia
orangtuahemofili/carrier DefisiensiVit. K
GangguanpembentukanfaktorVIII , IX
Defisiensi factor
VSirkulasidarahke jantungme
nurunIII& IX
Gangguan proses koagulasi
Faktor X tidakteraktivasi
Luka tidaktertutup
Pemanjangan APTT
Hemofili
MK
:Risikoced
era
8
2.7 Pertolongan Pertama pada Hemofilia
Jika terluka, seseorang dapat melakukan tindak pertolongan pertama berupa istirahat,
kompres es, dan mengangkat bagian tubuh yang terluka untuk mengurangi rasa sakit
dan mempercepat penyembuhan. Metode ini biasa disebut sebagai RICE, yang
merupakan:
• REST
Tindakan ini dilakukan dengan cara mengistirahatkan orang yang mengalami cedera dan
melindungi bagian otot atau sendi yang mengalami cedera. Jika bagian tersebut terasa
sakit saat menahan beban, maka gunakanlah penopang.Jika bagian tersebut terasa sakit
ketika digerakkan, maka lindungilah dengan menggunakan splint (spalek).
• ICE
Tindakan ini artinya memberikan suhu dingin pada bagian yang mengalami cedera, bisa
menggunakan Es batu atau sesuatu yang menghasilkan suhu dingin.Pendinginan dapat
mengurangi pembengkakan dan rasa sakit pada bagian tersebut.Langkah ini sebaiknya
dilakukan sesegera mungkin.Tempelkan kain dingin yang telah terdapat Es didalamnya
atau Cool Pack pada bagian cedera.Berilah jeda waktu selama 5-10 detik antara
ditempelkan pada bagian yang cedera dan diangkat, lakukan secara terus menerus
selama 20 menit. Metode ini dilakukan selama tiga kali pada 24 jam pertama..
• COMPRESSION
Tindakan ini artinya kompresi atau penekanan pada daerah yang mengalami cedera
dengan menggunakan perban khusus (ace bandage). Kompresi berfungsi mengurangi
pembengkakan di sekitar daerah yang mengalami cedera.Dalam melakukan balutan
pada daerah yang mengalami cedera, harus dipastikan bahwa perban tidak terlalu ketat
karena dapat menimbulkan mati rasa atau bahkan menambah rasa sakit.
• ELEVATION
Tindakan ini dilakukan dengan memposisikan bagian yang cedera menjadi lebih tinggi
dari jantung, terutama saat berbaring. Misalnya jika bagian yang mengalami cedera
9
adalah pergelangan kaki, maka upayakan pasien dalam posisi tidur kemudian
pergelangan kaki ditopang sehinga posisinya lebih tingi dari jantung.
Jika perdarahan yang terjadi adalah perdarahan pada permukaan kulit, seperti luka
sayatan kecil.Jangan panik karena Hemofilia bukan berarti mengalami perdarahan lebih
cepat, hanya lebih lama atau lebih sulit berhenti.Yang lebih membahayakan adalah jika
terjadi perdarahan internal yang bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan-jaringan
tubuh, organ tubuh, otot dan persendian di area yang terluka.Perdarahan pun juga bisa
terjadi akibat tindakan medis seperti cabut gigi, sirkumsisi (sunat), atau operasi.
Non-Farmakologi
- Dianjurkan berolahraga rutin yang dapat memperkuat sendi, tapi harus menghindari
olahraga berat
- Lakukan Rest, Ice, Compressio, Elevation (RICE) pada lokasi perdarahan untuk
mengatasi perdarahan akut yang terjadi
- Memperhatikan kebersihan mulut dan gigi.
- Segera diobati jika terjadi pendarahan
Farmakologi
- Untuk hemofilia A diberikan konsentrat F VIII dengan dosis 0.5 x BB (kg) x kadar
yang diinginkan (%). F VIII diberikan tiap 12 jam sedangkan F IX diberikan tiap 24
jam untuk hemofilia B. Kadar F VIII atau IX yang diinginkan tergantung pada
lokasi perdarahan dimana untuk perdarahan sendi, otot, mukosa mulut dan hidung
kadar 30-50% diperlukan. Perdarahan saluran cerna, saluran kemih, daerah
retroperitoneal dan susunan saraf pusat maupun trauma dan tindakan operasi
10
dianjurkan kadar 60-100%. Lama pemberian tergantung pada beratnya perdarahan
atau jenis tindakan.
11
waktu pembekuan mana yang lebih lama di antara orang dengan hemofilia A
atau B.
3. Prothrombin Time (PT) Test
Tes ini juga mengukur waktu yang dibutuhkan untuk darah untuk membeku.
Mengukur terutama kemampuan pembekuan faktor I (1), II (2), V (5), VII (7),
dan X (10). Jika salah satu dari faktor-faktor ini terlalu rendah, diperlukan waktu
lebih lama dari biasanya untuk pembekuan darah. Hasil tes ini akan menjadi
normal di antara sebagian besar orang dengan hemofilia A dan B.
4. Fibrinogen Test
Tes ini juga membantu dokter mengkaji kemampuan seseorang untuk
melakukan pembekuan darah. Tes ini dilakukan baik bersama dengan tes
pembekuan darah lain atau ketika pasien memiliki hasil PT dan APTT yang
tidak normal—atau keduanya. Fibrinogen adalah nama lain untuk faktor
pembekuan I (1).
5. Clotting Factor Test / Uji Faktor Pembekuan Darah
Uji faktor pembekuan darah—atau sering juga disebut Assay Test—diperlukan
untuk mendiagnosis gangguan perdarahan. Tes darah ini menunjukkan jenis
hemofilia dan keparahannya. Hal ini penting untuk mengetahui jenis dan tingkat
keparahan dalam rangka menciptakan rencana pengobatan yang terbaik.
Keparahan Kadar Factor VIII (8) atau IX (9) dalam
darah
Normal 50% - 100%
Hemofilia Ringan 5% < x < 50%
Hemofilia Menengah 1% - 5%
Hemofilia Berat <1%
BAB III
3.1 Pengkajian
1. Identitaspasien
Meliputinama, umuruntukmengetahuiangkakejadianpadausiakeberapa,
12
jeniskelaminuntukmembandingkanangkakejadianantaralaki-
lakidanperempuan,
pekerjaanuntukmengetahuiapakahpenderitaseringmenggunakantenagasec
araberlebihanatautidak.
2. Riwayatpenyakitsekarang
1.Perdarahan lama
2.Memar
3.Bengkak yang nyeri
4.Pendarahansistem GI track dan SSP
3. Riwayatpenyakitdahulu
Apakah dulu klien mengalami perdarahan yang tidak henti-hentinya serta
apakah klien mempunyai penyakit menular atau menurun seperti
Dermatitis, Hipertensi, TBC.
4. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien ada yang menderita hemofili pada laki-laki atau carrier
pada wanita.
5. Pemerisaan fisik
Keadaan umum : kelemahan
BB : menurun
Wajah : Wajah mengekspresikan nyeri
Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan mukosa mulut
Hidung : epitaksis
Thorak/ dada : Adanya tarikan intercostanalis dan bagaimana
suara paru, Suara jantung pekak, Adanya kardiomegali,
Abdomen adanya hepatomegali
Anus dan genetalia : Eliminasi urin menurun dan eliminasi alvi
feses hitam
Ekstremitas : Hemartrosis memar khususnya pada ekstremitas
bawah
6. Pemeriksaan penunjang lainnya
a. Uji Skrinning untuk koagulasi darah
13
Masa pembekuan memanjang (waktu pembekuan normal
adalah 5-10 menit)
Jumlah trombosit ( normal )
Uji pembangkitan tromboplastin ( dapat menemukan
pembentukan yang tidak efisien dari tromboplastin akibat
kekurangan F VIII )
b. Biopsi hati ( kadang-kadang ) digunakan untuk memperoleh
jaringan untuk pemeriksaan patologi dan kultur
c. Uji fungsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk mendeteksi
adanya penyakit hati
14
hasil: pasien dan keluarga
suara nafas yang bersih, tentang tehnik relaksasi
tidak ada dyspneu, untuk memperbaiki
mampu bernafas dg pola nafas.
mudah, tidak ada 7. Monitor pola nafas
pernafasan cuping
hidung.
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal yaitu
14-20x/mnt, tidak ada
suara nafas abnormal.
Tanda Tanda vital
dalam rentang normal
(tekanan darah (120/80
mmHg), nadi (60-
100x/mnt),
pernafasan(14-
20x/mnt))
15
2. Klien mampu kualitas, atau beratnya
menggambarkan faktor nyeri dan faktor
penyebab pencetus.
3. Klien mampu 2. Berikan informasi
menggunakan tindakan mengenai nyeri seperti
pencegahan penyebab nyeri, berapa
4. Klien mampu lama nyeri akan
menggunakan tindakan dirasakan, dan
pengurangan [nyeri] antisipasi akibat
tanpa analgesik ketidaknyamanan
5. Klien mampu prosedur
menggunakan analgesik 3. Ajarkan prinsip-prinsip
yang direkomendasikan manajemen nyeri
Tingkat Nyeri (2102) 4. Gunakan tindakan
1. Klien mampu pengontrol nyeri
menunjukkan ekspresi sebelum nyeri
nyeri yang dirasakan bertambah berat
2. Klien mampu 5. Kolaborasi dengan
menjelaskan berapa lama pasien, orang terdekat,
durasi nyeri yang dan tim kesehatan
dirasakan lainnya untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan
nyeri nonfarmakologi
Pemberian Analgesik
(2210)
1. Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik
yang diresepkan
16
2. Cek adanya riwayat
alergi obat
3. Tentukan pilihan obat
analgesik (narkotik, non
narkotik, atau NSAID),
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
4. Ajarkan tentang
penggunaan analgesik,
strategi untuk
menurunkan efek
samping, dan harapan
terkait dengan
keterlibatan dalam
keputusan pengurungan
nyeri
17
1. Klien mampu mengembalikan hasrat untuk alergi atau
makan intoleransi
2. Klienmampumeningkatkan Intake makanan makanan
3. Klienmampumeningkatkan intake cairan yang
4. Klienmampumemenuhikebutuhannutrisinya dimiliki
pasien
3. Tentukan
apa yang
menjadi
preferensi
makanan
bagi pasien
4. Tentukan
jumlah
kalori dan
jenis nutrisi
yang
dibutuhkan
untuk
memenuhi
persyaratan
gizi
5. Ciptakan
lingkungan
yang
optimal
pada saat
mengonsum
si makanan
18
3.4 Evaluasi
19
BAB IV
STUDI KASUS
Study Case:
An. A usia 10 tahun mengalami pendarahan hebat setelah cabut gigi. Hasil anamnesa
sering mnegalami pendarahan sejak usia 5 tahun. Riwayat keluarga kandung laki-laki
mengalami pendarahan yang sama dan telah meninggal dunia. RR 25x/menit.Nadi
120x/menit.Mata anemis.Bibir pucat.Anak A mengeluh mual dan nyeri ulu hati.
4.1 Pengkajian
Data demografi
Nama : An. A
Usia : 10 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Keluhan utama
20
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat keluarga kandung laki-laki mengalami pendarahan yang sama dan telah
meninggal dunia.
Pemeriksaan fisik
21
4.2 Analisa Data:
Hipoksia
Dyspnue
Hipoksia
Ketidakefektifan perfusi
22
jaringan perifer
DO: Pendarahan Resiko kekurangan volume
Mengalami pendaraha cairan
hebat setelah cabut gigi Kehilangan banyak darah
RR 25x/menit
Nadi 120x/menit Volume darah berkurang
23
4.4 Intervensi Keperawatan
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi oksigen (3320)
selama 3 x 24 jam, didapatkan hasil: 1. Menyiapkan peralatan oksigen dan
Status pernapasan: ventilasi (0403) berikan melalui sistem humidifier.
1. Frekuensi pernapasan klien normal 2. Memberikan oksigen tambahan seperti
2. Irama pernapasan klien menjadi teratur yang diperintahkan.
3. Klien tidak mengalami dyspneu saat 3. Memonitor kecemasan klien yang
istirahat berkaitan
4. Hasil rontgen dada klien tidak 4. Menganjurkan klien dan keluarga
mengalami deviasi mengenai penggunaan perangkat
Tingkat nyeri (2102) oksigen yang memudahkan mobilitas
1. Klien tidak melaporkan adanya nyeri Monitor tanda—tanda vital (6680)
2. Klien tidak menunjukkan ekspresi 1. Memonitor tekanan darah nadi, suhu,
nyeri wajah dan status pernapasan dengan tepat.
3. Frekuensi napas klien normal 2. Memonitor keberadaan dan kualitas
nadi
3. Mengidentifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-tanda vital
Manajemen nyeri (1400)
1. Melakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset atau durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus.
2. Menggunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
24
pengalaman nyeri dan sampaikan
penerimaan klien terhadap nyeri.
3. Memberikan informasi mengenai nyeri
seperti, penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedura
NOC NIC
25
Domain 2. Nutrisi
Kelas 5. Hidrasi
Risiko kekurangan volume cairan berhungan dengan kehilangan volume cairan
aktif (00028)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan pendarahan (4010)
selama 3 x 24 jam, didapatkan hasil: 1. Memonitor dengan ketat resiko
Keseimbangan cairan (0601) terjadinya pendarahan pada klien
1. Keseimbangan intake dan output klien 2. Mencatat nilai hemoglobin dan
dalam 24 jam tidak terganggu hematokrit sebelum dan setelah klien
2. Berat badan klien stabil kehilangan darah sesuai indikasi
3. Turgor kulit klien normal 3. Mempertahankan agar klien tetap tirah
4. Kelembapan membran mukosa klien baring jika terjadi pendarahan aktif
membaik 4. Mengintruksikan klien untuk
Keparahan mual dan muntah (2107) menghindari konsumsi aspirin atau
1. Klien tidak menunjukkan frekuensi obat antikoagulan
mual 5. Mengintruksikan klien dan keluarga
2. Tidak ada sekresi air ludah untuk memonitor tanda-tanda
3. Klien tidak mengalami nyeri lambung pendarahan dan mengambil tindakan
dengan tepat jika terjadi pendarahan
(misalnya laporan terhadap perawat)
Manajemen cairan (4120)
1. Menimbang berat badan setiap hari dan
monitor status klien
2. Memonitor status hidrasi
(misalnya,mwmbran mukosa lembab,
denyut nadi adekuat, tekanan darah,
ortostatik)
3. Memonitor tanda-tanda vital klien
26
4. Memberikan cairan dengan tepat
5. Mengkonsultasikan dnegan dokter jika
tanda dan gejala kelebihan volume
cairan menetap atau memburuk
6. Mengatur ketersediaan produk darah
untuk tranfusi jika perlu
7. Mempersiapkan pemberian produk-
produk darah (misalnya, cek darah, dan
mempersiapkan pemasangan infus)
8. Memberika produk-produk darah
misalnya trombosit dan plasma yang
baru
27
4.5 Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
P: intervensi diberhentikan
28
BAB V
RESUME DISKUSI
1. Istirahatkan
Sendi yang mengalami perdarahan diistirahatkan. Letakkan lengan ataupun kaki
yang mengalami perdarahan ke atas bantal. Jangan menggerakkan persendian
yang terluka atau mencoba berjalan dengan kondisi seperti ini.
2. Kompres air dingin (es)
Letakkan kantung es di atas handuk basah pada bagian yang terluka. Biarkan
selama lima menit. Kemudian, diamkan bagian yang terluka tanpa es selama 10
menit. Lakukan hal tersebut berulang-ulang dan selama bagian yang terluka
masih terasa panas. Tindakan ini berguna untuk meringankan rasa sakit
sekaligus memperlambat laju perdarahan.
3. Berikan tekanan
Gunakan perban elastis untuk membalut persendian yang terluka. Tekanan yang
tidak terlalu keras dari perban dapat memperlambat laju perdarahan dan
menyokong persendian. Gunakan cara ini pada perdarahan otot, terutama bila
terjadi perdarahan pada syaraf.
4. Tinggikan
Letakkan bagian tubuh yang mengalami perdarahan di tempat yang lebih tinggi
dari posisi jantung. Tindakan ini akan menurunkan tekanan pada bagian yang
terluka sehingga dapat memperlambat laju keluarnya darah.
29
BAB VI
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention Web. 2011. U.S. Department of Health &
Human Services [online] https://www.cdc.gov/ncbddd/hemophilia/diagnosis.html
diakses tanggal 11 Desember 2016
Handayani, Wiwik, dan Andi Sulistyo Ariwibowo. 2008. Buku Ajar Asuhan
Salemba Medika.
2016.
Ni Made Renny A.R, Ketut Suega. Seorang Penderita Hemofilia Ringan Dengan
Perdarahan Masif. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/1973546-
pengobatan-penyakit-hemofilia/#ixzz1JJyCJQNC
31