A. Hasil penelitian
Penelitian tentang pemeriksaan BMD pada kasus pasien fraktur usia 50> Di
RSUD Nganjuk pada tahun 2016 telah dilakukan. Data dari penelitian ini didapat
dari data sekunder. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 12 responden.
Analisis data dari penelitian ini antara lain, analisis univariat untuk mengetahui
distribusi dan presentase pada setiap variabel dan analisis bivariat menggunakan
chi-square test untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara insiden fraktur,
JENIS MEKANISME
NO NAMA UMUR DIAGNOSA HASIL RUANGAN
KELAMIN TRAUMA
Close
fraktur
SRI ASIH, NY 53 Perempuan femur Lain-lain Osteoporosis Bougenvile
1 Tahun sinistra +
CKD
Frekuensi Persentase
Total 12 100.0
Gambar 5.1 Jumlah responden berdasarkan jenis fraktur
Pada tabel 5.2 dan gambar 5.1 dapat kita lihat mayoritas responden mengalami
jenis fraktur “close fraktur femur” yaitu 4 orang dengan presentase sebesar
33.3%. Diikuti dengan “close fraktur collum femur” sebanyak 3 orang atau 25%,
“close humerus” sebanyak 3 orang atau 25%, dan “close fraktur anterbrachii” dan
Frekuensi Presentase
Osteoporosis 8 66.7
Osteopenia 4 33.3
Total 12 100.0
Gambar 5.2 Jumlah responden berdasarkan hasil BMD
Pada tabel 5.3 dan gambar 5.2 dapat kita lihat mayoritas responden mempunyai
Frekuensi Persentase
Total 12 100.0
Gambar 5.3 Jumlah responden berdasarkan umur
Pada tabel 5.4 dan gambar 5.3 dapat kita lihat bahwa range umur 50-59 tahun
mempunyai jumlah 4 orang atau 25%, range umur 70-79 tahun dan 80-90 tahun
mempunyai jumlah yang sama yaitu 3 orang atau 25%, range umur 60-69 tahun
Frekuensi Presentase
Terpeleset 10 83.3
KLL 2 16.7
Total 12 100.0
Gambar 5.4 Jumlah responden berdasarkan penyebab fraktur
Pada tabel 5.5 dan gambar 5.4 dapat kita lihat bahwa mayoritas responden
sedangkan KLL hanya berjumlah 2 orang atau 16.7% dari seluruh responden yang
diteliti.
C. Analisa bivariat
1. Hubungan insiden fraktur dengan hasil BMD
Tabel 5.6 Analisa chi-square test hubungan insiden fraktur dengan hasil BMD
harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%. Karena pada analisa ini
tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut maka hasil analisa yang digunakan
adalah Fisher exact test. Perlu diketahui bahwa persyaratan penilaian pada Fisher
exact test adalah Ho di tolak apabila nilai p value pada Fisher exact test lebih
kecil dari 0.05. Apabila nilai p value pada Fisher exact test kurang dari 0.05 maka
H1 diterima. Pada Fisher exact test kita lihat bahwa nilai P value adalah 0.891
artinya tidak terdapat suatu hubungan antara insiden fraktur dengan hasil BMD
Tabel 5.7 Analisa chi-square test hubungan umur dengan hasil BMD
Dari tabel di atas dapat kita lihat hasil dari pengetesan menggunakan chi-square
harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%. Karena pada analisa ini
tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut maka hasil analisa yang digunakan
adalah Fisher exact test. Perlu diketahui bahwa persyaratan penilaian pada Fisher
exact test adalah Ho di tolak apabila nilai p value pada Fisher exact test lebih lecil
dari 0.05. Apabila nilai p value pada Fisher exact test kurang dari 0.05 maka H1
diterima. Pada Fisher exact test kita lihat bahwa nilai P value adalah 0.745 artinya
Tabel 5.8 Analisa chi-square test hubungan penyebab fraktur dengan hasil BMD
Dari tabel di atas dapat kita lihat hasil dari pengetesan menggunakan chi-square
harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%. Karena pada analisa ini
tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut maka hasil analisa yang digunakan
adalah Fisher exact test. Perlu diketahui bahwa persyaratan penilaian pada Fisher
exact test adalah Ho di tolak apabila nilai p value pada Fisher exact test lebih
kecil dari 0.05. Apabila nilai p value pada Fisher exact test kurang dari 0.05 maka
H1 diterima. Pada Fisher exact test kita lihat bahwa nilai P value adalah 0.091
artinya tidak terdapat suatu hubungan antara penyebab dengan hasil BMD.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisa univariat
1. Insiden fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang
hari yang semakin padat dengan aktifitas masing-masing manusia dan untuk
mengejar perkembangan zaman, manusia tidak akan lepas dari fungsi normal
musculoskeletal terutama tulang yang menjadi alat gerak utama bagi manusia,
tulang membentuk rangka penujang dan pelindung bagian tubuh dan tempat untuk
melekatnya otototot yang menggerakan kerangka tubuh, namun dari ulah manusia
itu sendiri, fungsi tulang dapat terganggu karena mengalami fraktur. Fraktur
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari
tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Mansjoer,
2008).
jenis fraktur “close fraktur femur” yaitu 4 orang dengan presentase sebesar
33.3%. Diikuti dengan “close fraktur collum femur” sebanyak 3 orang atau 25%,
“close humerus” sebanyak 3 orang atau 25%, dan “close fraktur anterbrachii” dan
sebanyak 4 orang atau 33.3%. Keadaan osteoporosis pada penelitian ini banyak
terjadi pada responden yang mempunyai jenis fraktur “close fraktur femur” dan
terpeleset.
3. Penyebab fraktur
puntir mendadak dan kontraksi otot yang ekstrim. Patah tulang mempengaruhi
sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah. Organ
tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau
gerakan fragmen tulang. Kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja merupakan
suatu keadaan yang tidak di inginkan yang terjadi pada semua usia dan secara
patologik,dan yang lainnya karena faktor beban. Selain itu fraktur akan bertambah
Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan terjadi mal union, delayed union,
non union atau bahkan perdarahan. (Price, 2005) Berbagai tindakan bisa
demikian masalah pasien fraktur tidak bisa berhenti sampai itu saja dan akan
terpeleset atau kecelakaan kerja sebanyak 10 orang atau 83.3%. sedangkan KLL
hanya berjumlah 2 orang atau 16.7% dari seluruh responden yang diteliti.
4. Umur
Pada penelitian ini range umur dibagi menjadi 4 yaitu 50-59 tahun, 60-69
tahun, 70-79 tahun, dan 80-89 tahun. Dapat kita ketahui bahwa pada penelitian ini
range umur 50-59 tahun mempunyai jumlah 4 orang atau 25%, range umur 70-79
tahun dan 80-90 tahun mempunyai jumlah yang sama yaitu 3 orang atau 25%,
B. Analisa bivariat
secara statistik antara insiden fraktur dengan hasil BMD sehingga dapat kita lihat
bahwa tidak terdapat pengaruh dari insiden fraktur dalam penentuan hasil BMD.
Pengujian ini cukup valid untuk data yang digunakan dalam penganalisaan sebuah
daripada α(0.05) yang disyaratkan pada pengujian fisher exact. Dari hasil
penelitian ini responden dengan close fraktur femur lebih cenderung mengalami
osteoporosis
secara statistik antara umur dengan hasil BMD sehingga dapat kita lihat bahwa
tidak terdapat pengaruh dari umur dalam penentuan hasil BMD secara statistik.
Pengujian ini cukup valid untuk data yang digunakan dalam penganalisaan sebuah
daripada α(0.05) yang disyaratkan pada pengujian fisher exact. Dari range umur
ini, responden dengan umur 50-59 tahun mempunyai kecenderungan yang sama
secara statistik antara penyebab fraktur dengan hasil BMD sehingga dapat kita
lihat bahwa tidak terdapat pengaruh dari penyebab fraktur dalam penentuan hasil
BMD secara statistik. Pengujian ini cukup valid untuk data yang digunakan dalam
value(0.091) lebih besar daripada α(0.05) yang disyaratkan pada pengujian fisher
A. Kesimpulan
hasil BMD.
2. Tidak terdapat hubungan secara statistik antara umur dengan hasil BMD.
3. Tidak terdapat hubungan secara statistik antara penyebab fraktur dengan
hasil BMD.
4. Mayoritas responden dalam penelitian ini mengalami osteoporosis
5. Osteoporosis banyak terjadi pada responden dengan close fraktur femur,
B. Saran
bivariat ini bisa disebabkan oleh kecilnya jumlah responden yang menjadi
sampel.
2. Perlu dianalisa lebih dalam mengenai penyebab terjadinya osteoporosis
3. Apabila memungkinkan, untuk penelitian selanjutnya perlu ditambah lagi