Anda di halaman 1dari 16

BAB V

HASIL DAN ANALISA DATA

A. Hasil penelitian
Penelitian tentang pemeriksaan BMD pada kasus pasien fraktur usia 50> Di

RSUD Nganjuk pada tahun 2016 telah dilakukan. Data dari penelitian ini didapat

dari data sekunder. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 12 responden.

Analisis data dari penelitian ini antara lain, analisis univariat untuk mengetahui

distribusi dan presentase pada setiap variabel dan analisis bivariat menggunakan

chi-square test untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara insiden fraktur,

umur dan penyebab fraktur dengan hasil BMD.

Tabel 5.1 Hasil penelitian

JENIS MEKANISME
NO NAMA UMUR DIAGNOSA HASIL RUANGAN
KELAMIN TRAUMA
Close
fraktur
SRI ASIH, NY 53 Perempuan femur Lain-lain Osteoporosis Bougenvile
1 Tahun sinistra +
CKD

80 Perempuan Close Lain-lain Osteoporosis Sedudo


Tahun fraktur
WARSILAH, NY collum
2
femur
sinistra

SITI MUSLIHAH, 64 Perempuan Close KLL Osteopenia Sedudo


NY Tahun fraktur
collum
3 femur
dextra+
DM

4 WAKIMUN, TN 75 Laki - laki Close Lain-lain Osteoporosis Puspa indah


Tahun fraktur
collum
femur
sinistra+
CKD

SURNYOTO, TN 51 Laki- laki Close Lain-lain Osteopenia Puspa indah


Tahun fraktur
femur
5
dextra +
DM

RUSMI, NY 55 Perempuan Close Lain-lain Osteoporosis Bougenvile


Tahun fraktur
humerus
6
dextra 1/3
medial

SURATINEM, NY 90 Perempuan Close Lain-lain Osteoporosis Bougenvile


Tahun fraktur
7 antebrachii
sinistra

SADI, TN 75 Laki-laki Close KLL Osteopenia Bougenvile


Tahun fraktur
cruris
8
sinistra 1/3
distal

PRATIWI, NY 86 Perempuan Close Lain-lain Osteoporosis Wijaya


Tahun fraktur Kusuma
humerus
9
sinistra 1/3
distal

PADJARWATI,NY 68 Perempuan Close Lain-lain Osteoporosis Sedudo


Tahun fraktur
femur
10 dextra

SUMINEM, NY 76 Perempuan Close Lain- lain Osteoporosis Bougenvile


Tahun fraktur
11 femur
dextra

NANIK, NY 57 Perempuan Close Lain- lain Osteopenia Wijaya


Tahun Fraktur Kusuma
humerus
12
Dextra 1/3
Medial
B. Analisa Univariat
1. Distribusi responden berdasarkan jenis fraktur

Tabel 5.2 Presentase responden berdasarkan jenis fraktur

Frekuensi Persentase

close fraktur femur 4 33.3

close humerus 3 25.0

close fraktur anterbrachii 1 8.3

close fraktur cruris 1 8.3

close fraktur collum femur 3 25.0

Total 12 100.0
Gambar 5.1 Jumlah responden berdasarkan jenis fraktur

Pada tabel 5.2 dan gambar 5.1 dapat kita lihat mayoritas responden mengalami

jenis fraktur “close fraktur femur” yaitu 4 orang dengan presentase sebesar

33.3%. Diikuti dengan “close fraktur collum femur” sebanyak 3 orang atau 25%,

“close humerus” sebanyak 3 orang atau 25%, dan “close fraktur anterbrachii” dan

“close fraktur cruris” masing-masing 1 orang atau 8.3%.

2. Distribusi responden berdasarkan hasil BMD

Tabel 5.3 Presentase responden berdasarkan hasil BMD

Frekuensi Presentase

Osteoporosis 8 66.7

Osteopenia 4 33.3

Total 12 100.0
Gambar 5.2 Jumlah responden berdasarkan hasil BMD

Pada tabel 5.3 dan gambar 5.2 dapat kita lihat mayoritas responden mempunyai

hasil BMD osteoporosis sebanyak 8 orang atau 66.7% sedangkan sisanya

mengalami osteopenia yaitu sebanyak 4 orang atau 33.3%.

3. Distribusi responden berdasarkan umur

Tabel 5.4 Presentase responden berdasarkan umur

Frekuensi Persentase

50-59 tahun 4 33.3

60-69 tahun 2 16.7

70-79 tahun 3 25.0

80-90 tahun 3 25.0

Total 12 100.0
Gambar 5.3 Jumlah responden berdasarkan umur

Pada tabel 5.4 dan gambar 5.3 dapat kita lihat bahwa range umur 50-59 tahun

mempunyai jumlah 4 orang atau 25%, range umur 70-79 tahun dan 80-90 tahun

mempunyai jumlah yang sama yaitu 3 orang atau 25%, range umur 60-69 tahun

mempunyai jumlah 2 orang atau 16.7%.

4. Distribusi responden berdasarkan penyebab fraktur

Tabel 5.5 Presentase responden berdasarkan penyebab fraktur

Frekuensi Presentase

Terpeleset 10 83.3

KLL 2 16.7

Total 12 100.0
Gambar 5.4 Jumlah responden berdasarkan penyebab fraktur

Pada tabel 5.5 dan gambar 5.4 dapat kita lihat bahwa mayoritas responden

mempunyai penyebab fraktur karena terpeleset sebanyak 10 orang atau 83.3%.

sedangkan KLL hanya berjumlah 2 orang atau 16.7% dari seluruh responden yang

diteliti.

C. Analisa bivariat
1. Hubungan insiden fraktur dengan hasil BMD

Tabel 5.6 Analisa chi-square test hubungan insiden fraktur dengan hasil BMD

Osteoporosis Osteopenia Total


P Value
∑ % ∑ % ∑ %
close fraktur femur 3 25.0 1 8.3 4 33.3
close humerus 2 16.7 1 8.3 3 25.0
close fraktur anterbrachii 1 8.3 0 0.0 1 8.3
0.891
close fraktur cruris 0 0.0 1 8.3 1 8.3
close fraktur collum femur 2 16.7 1 8.3 3 25.0
Total 8 66.7 4 33.3 12 100.0
Dari tabel di atas dapat kita lihat hasil dari pengetesan menggunakan chi-square

test. Sebelum menyimpulkan menggunakan chi-square test. Terlebih dahulu kita

amati persyaratan penggunaan uji chi-square. Dalam berbagai literatur disebutkan

bahwa persyaratan chi-square test adalah jumlah cell dengan frekuensi

harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%. Karena pada analisa ini

tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut maka hasil analisa yang digunakan

adalah Fisher exact test. Perlu diketahui bahwa persyaratan penilaian pada Fisher

exact test adalah Ho di tolak apabila nilai p value pada Fisher exact test lebih

kecil dari 0.05. Apabila nilai p value pada Fisher exact test kurang dari 0.05 maka

H1 diterima. Pada Fisher exact test kita lihat bahwa nilai P value adalah 0.891

artinya tidak terdapat suatu hubungan antara insiden fraktur dengan hasil BMD

2. Hubungan umur dengan hasil BMD

Tabel 5.7 Analisa chi-square test hubungan umur dengan hasil BMD

Osteoporosis Osteopenia Total


P Value
∑ % ∑ % ∑ %
50-59 tahun 2 16.7 2 16.7 4 33.3
60-69 tahun 1 8.3 1 8.3 2 16.7
70-79 tahun 2 16.7 1 8.3 3 25 0.745
80-90 tahun 3 25.0 0 0.0 3 25
Total 8 66.7 4 33.3 12 100

Dari tabel di atas dapat kita lihat hasil dari pengetesan menggunakan chi-square

test. Sebelum menyimpulkan menggunakan chi-square test. Terlebih dahulu kita

amati persyaratan penggunaan uji chi-square. Dalam berbagai literatur disebutkan

bahwa persyaratan chi-square test adalah jumlah cell dengan frekuensi

harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%. Karena pada analisa ini
tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut maka hasil analisa yang digunakan

adalah Fisher exact test. Perlu diketahui bahwa persyaratan penilaian pada Fisher

exact test adalah Ho di tolak apabila nilai p value pada Fisher exact test lebih lecil

dari 0.05. Apabila nilai p value pada Fisher exact test kurang dari 0.05 maka H1

diterima. Pada Fisher exact test kita lihat bahwa nilai P value adalah 0.745 artinya

tidak terdapat suatu hubungan antara umur dengan hasil BMD.

3. Hubungan penyebab fraktur dengan hasil BMD

Tabel 5.8 Analisa chi-square test hubungan penyebab fraktur dengan hasil BMD

Osteoporosis Osteopenia Total


P Value
∑ % ∑ % ∑ %
Terpeleset 8 66.7 2 16.7 10 83.3
KLL 0 0.0 2 16.7 2 16.7 0.091
Total 8.0 66.7 4.0 33.3 12 100

Dari tabel di atas dapat kita lihat hasil dari pengetesan menggunakan chi-square

test. Sebelum menyimpulkan menggunakan chi-square test. Terlebih dahulu kita

amati persyaratan penggunaan uji chi-square. Dalam berbagai literatur disebutkan

bahwa persyaratan chi-square test adalah jumlah cell dengan frekuensi

harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%. Karena pada analisa ini

tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut maka hasil analisa yang digunakan

adalah Fisher exact test. Perlu diketahui bahwa persyaratan penilaian pada Fisher

exact test adalah Ho di tolak apabila nilai p value pada Fisher exact test lebih

kecil dari 0.05. Apabila nilai p value pada Fisher exact test kurang dari 0.05 maka
H1 diterima. Pada Fisher exact test kita lihat bahwa nilai P value adalah 0.091

artinya tidak terdapat suatu hubungan antara penyebab dengan hasil BMD.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa univariat

1. Insiden fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang

rawan umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari

hari yang semakin padat dengan aktifitas masing-masing manusia dan untuk

mengejar perkembangan zaman, manusia tidak akan lepas dari fungsi normal

musculoskeletal terutama tulang yang menjadi alat gerak utama bagi manusia,

tulang membentuk rangka penujang dan pelindung bagian tubuh dan tempat untuk

melekatnya otototot yang menggerakan kerangka tubuh, namun dari ulah manusia

itu sendiri, fungsi tulang dapat terganggu karena mengalami fraktur. Fraktur

biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari

tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan

menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Mansjoer,

2008).

Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa mayoritas responden mengalami

jenis fraktur “close fraktur femur” yaitu 4 orang dengan presentase sebesar

33.3%. Diikuti dengan “close fraktur collum femur” sebanyak 3 orang atau 25%,

“close humerus” sebanyak 3 orang atau 25%, dan “close fraktur anterbrachii” dan

“close fraktur cruris” masing-masing 1 orang atau 8.3%.


2. Hasil BMD

Osteoporosis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan kepadatan

tulang, penurunan kekuatan tulang, dan mengakibatkan tulang rapuh. Sedangkan

osteopenia merupakan keadaan dimana kepadatan mineral tulang dibawah nilai

normal, keadaan ini masih dibawah osteoporis. Osteopenia apabila berkembang

dapat berlanjut ke keadaan osteoporosis.

Pada penelitian ini mayoritas responden mempunyai hasil BMD osteoporosis

sebanyak 8 orang atau 66.7% sedangkan sisanya mengalami osteopenia yaitu

sebanyak 4 orang atau 33.3%. Keadaan osteoporosis pada penelitian ini banyak

terjadi pada responden yang mempunyai jenis fraktur “close fraktur femur” dan

responden yang mempunyai umur 80-90 tahun serta mempunyai penyebab

terpeleset.

3. Penyebab fraktur

Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan

puntir mendadak dan kontraksi otot yang ekstrim. Patah tulang mempengaruhi

jaringan sekitarnya mengakibatkan oedema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan

sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah. Organ

tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau

gerakan fragmen tulang. Kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja merupakan

suatu keadaan yang tidak di inginkan yang terjadi pada semua usia dan secara

mendadak. Berbagai penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor

patologik,dan yang lainnya karena faktor beban. Selain itu fraktur akan bertambah

dengan adanya komplikasi yang berlanjut diantaranya syok, sindrom emboli


lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, dan avaskuler nekrosis.

Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan terjadi mal union, delayed union,

non union atau bahkan perdarahan. (Price, 2005) Berbagai tindakan bisa

dilakukan di antaranya rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi. Meskipun

demikian masalah pasien fraktur tidak bisa berhenti sampai itu saja dan akan

berlanjut sampai tindakan setelah atau post operasi.

Pada penelitian ini mayoritas responden mempunyai penyebab fraktur karena

terpeleset atau kecelakaan kerja sebanyak 10 orang atau 83.3%. sedangkan KLL

hanya berjumlah 2 orang atau 16.7% dari seluruh responden yang diteliti.

4. Umur

Umur merupakan faktor umum dalam melihat berbagai karateristik penyakit

yang sering muncul manusia. Seiring dengan bertambahnya umur seseorang,

menurun pula kemampuan berbagai organ tubuh manusia.

Pada penelitian ini range umur dibagi menjadi 4 yaitu 50-59 tahun, 60-69

tahun, 70-79 tahun, dan 80-89 tahun. Dapat kita ketahui bahwa pada penelitian ini

range umur 50-59 tahun mempunyai jumlah 4 orang atau 25%, range umur 70-79

tahun dan 80-90 tahun mempunyai jumlah yang sama yaitu 3 orang atau 25%,

range umur 60-69 tahun mempunyai jumlah 2 orang atau 16.7%.

B. Analisa bivariat

1. Hubungan insiden fraktur dengan hasil BMD

Sesuai dengan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan

secara statistik antara insiden fraktur dengan hasil BMD sehingga dapat kita lihat
bahwa tidak terdapat pengaruh dari insiden fraktur dalam penentuan hasil BMD.

Pengujian ini cukup valid untuk data yang digunakan dalam penganalisaan sebuah

hubungan kejadian dengan faktor-faktor tertentu. Hasil yang menyebutkan bahwa

tidak terdapat hubungan secara statistik karena P value(0.891) lebih besar

daripada α(0.05) yang disyaratkan pada pengujian fisher exact. Dari hasil

penelitian ini responden dengan close fraktur femur lebih cenderung mengalami

osteoporosis daripada osteopenia, sedangkan responden dengan close humerus

mempunyai kecenderungan yang sama untuk terjadi osteoporosis atau osteopenia,

responden dengan close fraktur anterbrachii lebih cenderung mengalami

osteoporosis, responden dengan close fraktur cruris lebih cenderung mengalami

osteopenia, dan close fraktur collum femur lebih cenderung mengalami

osteoporosis

2. Hubungan umur dengan hasil BMD

Sesuai dengan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan

secara statistik antara umur dengan hasil BMD sehingga dapat kita lihat bahwa

tidak terdapat pengaruh dari umur dalam penentuan hasil BMD secara statistik.

Pengujian ini cukup valid untuk data yang digunakan dalam penganalisaan sebuah

hubungan kejadian dengan faktor-faktor tertentu. Hasil yang menyebutkan bahwa

tidak terdapat hubungan secara statistik karena P value(0.745) lebih besar

daripada α(0.05) yang disyaratkan pada pengujian fisher exact. Dari range umur

ini, responden dengan umur 50-59 tahun mempunyai kecenderungan yang sama

mengalami osteoporosis ataupun osteopenia, responden dengan umur 60-69 tahun

juga mempunyai kecenderungan yang sama mengalami osteoporosis ataupun

osteopenia, responden dengan umur 70-79 tahun lebih cenderung osteoporosis,


dan responden dengan umur 80-90 tahun juga lebih cenderung mengalami

osteoporosis. Dari semua range umur mayoritas mengalami osteoporosis.

3. Hubungan penyebab fraktur dengan hasil BMD

Sesuai dengan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan

secara statistik antara penyebab fraktur dengan hasil BMD sehingga dapat kita

lihat bahwa tidak terdapat pengaruh dari penyebab fraktur dalam penentuan hasil

BMD secara statistik. Pengujian ini cukup valid untuk data yang digunakan dalam

penganalisaan sebuah hubungan kejadian dengan faktor-faktor tertentu. Hasil

yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan secara statistik karena P

value(0.091) lebih besar daripada α(0.05) yang disyaratkan pada pengujian fisher

exact. Dari penyebab ini, mayoritas responden dengan penyebab terpeleset

mengalami osteoporosis sebanyak 8 orang sedangkan responden dengan penyebab

KLL mayoritas mengalami osteopenia yaitu sebanyak 2 orang.


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan maka dapat disimpulakan bahwa :

1. Tidak terdapat hubungan secara statistik antara insiden fraktur dengan

hasil BMD.
2. Tidak terdapat hubungan secara statistik antara umur dengan hasil BMD.
3. Tidak terdapat hubungan secara statistik antara penyebab fraktur dengan

hasil BMD.
4. Mayoritas responden dalam penelitian ini mengalami osteoporosis
5. Osteoporosis banyak terjadi pada responden dengan close fraktur femur,

umur 80-90 tahun, dan disebabkan terpeleset.

B. Saran

1. Dilakukannya penelitian yang sama namun dengan jumlah responden yang

lebih besar, kemungkinan tidak terdapatnya hubungan pada analisa

bivariat ini bisa disebabkan oleh kecilnya jumlah responden yang menjadi

sampel.
2. Perlu dianalisa lebih dalam mengenai penyebab terjadinya osteoporosis
3. Apabila memungkinkan, untuk penelitian selanjutnya perlu ditambah lagi

faktor yang mempengaruhi hasil BMD


4. Perlu dilakukan sosialisasi mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan

guna bermanfaat dalam proses pencegahan osteoporosis.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • BAB V THT
    BAB V THT
    Dokumen11 halaman
    BAB V THT
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • BAB2
    BAB2
    Dokumen15 halaman
    BAB2
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Review Ikm 2018
    Review Ikm 2018
    Dokumen44 halaman
    Review Ikm 2018
    lilik fitriatul
    Belum ada peringkat
  • Coversnh
    Coversnh
    Dokumen15 halaman
    Coversnh
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Fixxx Cover
    Fixxx Cover
    Dokumen8 halaman
    Fixxx Cover
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Stomatitis Aftosa Rekuren
    Stomatitis Aftosa Rekuren
    Dokumen25 halaman
    Stomatitis Aftosa Rekuren
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Coversnh
    Coversnh
    Dokumen15 halaman
    Coversnh
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Kipus Puskesmas Tanggulangin (Bab Iii-Iv)
    Kipus Puskesmas Tanggulangin (Bab Iii-Iv)
    Dokumen16 halaman
    Kipus Puskesmas Tanggulangin (Bab Iii-Iv)
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • KATA PENGANTAR Ku
    KATA PENGANTAR Ku
    Dokumen2 halaman
    KATA PENGANTAR Ku
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Review Ikm 2018
    Review Ikm 2018
    Dokumen38 halaman
    Review Ikm 2018
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Cover Resp BEDUM Print
    Cover Resp BEDUM Print
    Dokumen1 halaman
    Cover Resp BEDUM Print
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Kata Penganta
    Kata Penganta
    Dokumen1 halaman
    Kata Penganta
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Muhammad Yusak Alfaris
    Belum ada peringkat
  • Coversnh
    Coversnh
    Dokumen15 halaman
    Coversnh
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Responsi PTG
    Responsi PTG
    Dokumen7 halaman
    Responsi PTG
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • PPH Kesepakatan PPK 2 Jatim
    PPH Kesepakatan PPK 2 Jatim
    Dokumen72 halaman
    PPH Kesepakatan PPK 2 Jatim
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Kata Penganta
    Kata Penganta
    Dokumen1 halaman
    Kata Penganta
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Referat Otitis Media
    Referat Otitis Media
    Dokumen23 halaman
    Referat Otitis Media
    Detje Berqueen Wilson
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • HPP OBGYNs
    HPP OBGYNs
    Dokumen9 halaman
    HPP OBGYNs
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Pa To Genesis
    Pa To Genesis
    Dokumen12 halaman
    Pa To Genesis
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat
  • Cover Case Report Pediatric
    Cover Case Report Pediatric
    Dokumen1 halaman
    Cover Case Report Pediatric
    dexsoe
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen24 halaman
    Bab I Pendahuluan
    yusak alfaris
    Belum ada peringkat