Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makhluk hidup memiliki bermacam-macam sistem jaringan atau organ

di dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan peranan serta

manfaat tertentu bagi mahluk hidup. Salah satu sistem yang ada pada suatu

organisme adalah sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovaskuler merupakan

organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung, komponen darah dan pembuluh

darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi

keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh.

Sistem kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi

agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah

meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi.

Pada keadaan berat, aliran darah tersebut lebih banyak di arahkan pada organ-

organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan

mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri. Sistem kardiovaskular dapat

dipengaruhi oleh faktor perubahan volume cairan tubuh dan hormon tertentu

yang secara langsung atau tidak langsung dapat perpengaruh pada sistem

kardiovaskular. Darah yang merupakan pembawa berbagai zat, dipompa oleh

jantung melalui suatu sistem pembuluh darah yang tertutup.


2

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam makalah ini akan

dibahas mengenai sistem kardiovaskuler teutama hipertensi dan mengenai hal

yang terkait didalamnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hipertensi?

2. Apa saja gejala hipertensi?

3. Apa penyebab hipertensi?

4. Bagaimana cara diagnosis terhadap hipertensi?

5. Bagaimana prevalensi hipertensi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian hipertensi?

2. Untuk mengetahui apa saja gejala hipertensi?

3. Untuk mengetahui penyebab hipertensi?

4. Untuk mengetahui cara diagnosis terhadap hipertensi?

5. Untuk mengetahui prevalensi hipertensi?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sistem Kardiovaskuler

2.1.1.Anatomi dan Fisiologi Jantung

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat buah ruang yang

terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah

kiri sternum. Ruang jantung terdiri atas dua ruang yang berdinding tipis

disebut atrium (serambi) dan dua ruang yang berdinding tebal disebut

ventrikel (bilik) (Muttaqin, 2009). Jantung memiliki berat sekitar 300 gr,

meskipun berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat

badan, beratnya aktifitas fisik, dll. Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60

sampai 80 kali per menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua

ventrikel per detakan, dan keluaran totalnya sekitar 5 L/ menit (Smeltzer dan

Bare, 2002).

Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada

(thoraks), diantara kedua paru. Selaput yang mengitari jantung disebut

pericardium, yang terdiri atas 2 lapisan, yauitu pericardium parietalis,

merupakan lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru dan

pericardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, yang

juga disebut epikardium. Di dalam lapisan jantung tersebut terdapat cairan

pericardium, yang berfungsi untuk mengurangi gesekan yang timbul akibat

gerak jantung saat memompa. Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu

3
4

lapisan luar yang disebut pericardium, lapisan tengah atau miokardium

merupakan lapisan berotot, dan lapisan dalam disebut endokardium.

Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis,

disebut atrium, dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel.

a) Atrium

1. Atrium kanan, berfungsi sebagai tempat penampungan darah yang

rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui

vena cava superior, vena cava inferior, serta sinus koronarius yang

berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke

ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru.

2. Atrium kiri, berfungsi sebagai penerima darah yang kaya oksigen

dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah

mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya keseluruh tubuh melalui

aorta.

b) Ventrikel (bilik)

Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang

disebut trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut

muskulus papilaris. Ujung muskulus papilaris dihubungkan dengan tepi

daun katup atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut korda tendinae.

1. Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan

ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.

2. Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke

seluruh tubuh melalui aorta.


5

Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrike.

Untuk menghubungkan antara ruang satu dengan yang lain, jantung

dilengkapi dengan katup-katup, diantaranya :

a) Katup atrioventrikuler.

Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut

katup atrio-ventrikuler, yaitu :

1) Katup trikuspidalis

Merupakan katup yang terletak di antara atrium kanan dan

ventrikel kanan, serta mempunyai 3 buah daun katup. Katup mitral/

atau bikuspidalis. Merupakan katup yang terletak di antara atrium

kiri dan ventrikel kiri, serta mempunyai 2 buah katup. Selain itu

katup atrioventrikuler berfungsi untuk

Memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke

ventrikel pada fase diastole ventrikel, dan mencegah aliran balik

pada saat systole ventrikel (kontraksi).

2) Katup semilunar

a. Katup pulmonal.

Terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari

ventrikel kanan.
6

b. Katup aorta.

Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar

ini mempunyai bentuk yang sama, yakni terdiri dari 3 daun katup

yang simetris disertai penonjolan menyerupai corong yang

dikaitkan dengan sebuah cincin serabut. Adapun katup

semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing- masing

ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama systole ventrikel,

dan mencegah aliran balik waktu diastole ventrikel. (Ulfah dan

Tulandi, 2001).

2.1.2.Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur = 18

tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada

dua atau lebih kunjungan klinis (Tabel 1). Klasifikasi tekanan darah

mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS)

< 120 mm Hg dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg.

Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi

mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cendrung meningkat

ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage)

hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat.
7

Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur = 18 tahun

menurut JNC 7.

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh

tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau

telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah

>180/120 mmHg; dikategotikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi

urgensi.

Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai

dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan

darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah

kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut:

encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai

edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan

eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan.

Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai

kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat

antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa

jam s/d beberap hari.


8

2.2 Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diastolik maupun

sistolik secara hilang timbul atau menetap. Hipertensi dapat terjadi secara

esensial (primer atau idiopatik) dimana faktor penyebabnya tidak dapat

diidentifikasi, atau secara sekunder, akibat dari penyakit tertentu yang

diderita. Hipertensi adalah penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan

gagal ginjal.Hipertensi primer terjadi sebesar 90 - 95 % kasus dan cenderung

bertambah seiring dengan waktu. Faktor resiko meliputi obesitas, stres, gaya

hidup santai dan merokok (Robinson dan Saputra, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO), tekanan darah dianggap

normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dan diantara nilai tersebut dikatakan

normal tinggi. Namun untuk orang Indonesia, banyak dokter berpendapat

bahwa tekanan darah yang ideal adalah sekitar 110-120/80-90 mmHg.

Batasan ini berlaku bagi orang dewasa di atas 18 tahun. Selain itu, menurut

Joesoef Direktur Pelayanan medis pusat jantung nasional Harapan Kita,

mengatakan bahwa, tekanan darah 120-139/80-90 mmHg dikategorikan

sebagai Prehipertensi dan perbaikan dalam gaya hidup dibutuhkan untuk

menurrunkan tekanan darah, sedangkan tekanan darah 140-159/90-99 mmHg

merupakan hipertensi stadium 1 dan tekanan darah >160/>100 mmHg

merupakan hipertensi stadium II (Adib, 2009).

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka


9

morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg

menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik

90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).

Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang

sering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari

150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, tekanan sistolik

150-155 mmHg dianggap masih normal pada lansia (Sudarta, 2013).

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Adapun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi; (Kemenkes RI, 2013)

1. Berdasarkan Penyebab

a. Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun

dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang

bergerak (inaktivas) dan pola makan. Hipertensi jenis ini terjadi

pada sekitar 90% pada semua kasus hipertensi.

b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekiar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal, sekitar 1-

2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat

tertentu, misalnya pil KB.


10

2. Berdasarkan bentuk hipertensi

a. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension, hipertensi campuran

(sistol dan diastol yang meninggi).

b. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).

3. Jenis hipertensi yang lain, adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2013):

1) Hipertensi Pulmonal

Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah

pada pembuluh d darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak

nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar

penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat

yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan

aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer

sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering

didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka

kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan

mean survival/sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun.

Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National

Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari

35 mmHg atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25

mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan

tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit

myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan

paru.
11

2) Hipertensi Pada Kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya

terdapat pada saat kehamilan, yaitu:

a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang

diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain tekanan

darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air

kencingnya). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan

tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul

karena kehamilan.

b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum

ibu mengandung janin.

c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan

pre-eklampsia dengan hipertensi kronik.

d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas.

Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan

pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada

juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain

sebagainya.
12

2.2.3 Etiologi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang

beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui

(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat

disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan

persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai

hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun

eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi

pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.

Hipertensi primer (essensial) Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi

merupakan hipertensi essensial (hipertensi primer).2 Literatur lain

mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus

hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk

terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang

tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. memegang peranan

penting pada patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan

gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik

mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak

karakteristik genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan

natrium, tetapi juga di dokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang

merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron,

steroid adrenal, dan angiotensinogen. Hipertensi sekunder, kurang dari 10%

penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat-


13

obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah (lihat tabel 1). Pada

kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit

renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat

tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi

atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini

dapat dilihat pada tabel 1. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi,

maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau

mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah

merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.

Tabel 1. Penyebab Hipertensi yang dapat di identifikasi

Penyakit Obat

 Penyakit ginjal kronis  Kortikosteroid,ACTH

 Hiperaldosteronisme  Estrogen (pil KB)

primer  NSAID, cox-2 inhibitor

 Sindroma chusing  Fenilpropalamin dan analog

 Pheochrocytoma  Cylosporin dan tacrolimus

 Koartasi aorta  Sibutramin

 Penyakit tiroid atau  Antidepresan

paratiroid

NSAID : Non Steroid-Anti-Inflammatory-Drug

ACTH : Adrenokortikotropik Hormon.


14

2.2.4 Gejala Klinis

1) Sakit kepala

2) Kelelahan

3) Mual

4) Muntah

5) Sesak nafas

6) Gelisah

7) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak, mata, jantung dan ginjal.

8) Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.

9) Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus.

10) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

2.2.5 Epidemiologi

WHO mencatat pada tahun 2013 sedikitnya sejumlah 972 juta kasus

Hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus pada tahun 2025 atau

sekitarn 29% dari total penduduk dunia menderita hipertensi, dimana 333 juta

berada di negara maju dan 639 sisanya berada dinegara berkembang termasuk

Indonesia. Hipertensi juga menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit

terbanyak pada pasien rawat jalan dirumah sakit di Indonesia. penderitanya

lebih banyak wanita (30%) dan pria (29% )sekitar 80 % kenaikan kasus

hipertensi terjadi terutama dinegara berkembang. (Triyanto, 2014).


15

Menurut National basic health survey prevalensi hipertensi diindonesia

pada kelompok usia 15 -24 tahun adalah 8,7% pada kelompok usia 25 -34

tahun adalah 14,7%, kelompok umur 35 - 44 tahun 24,8% usia 45 -54 tahun

35,6%,usia 55 -64 tahun 45,9% untuk usia 65 -74 tahun57,6% sedangkan

lebih dari 75 tahun adalah 63,8%, dengan prevalensi yang tinggi tersebut

hipertensi yang tidak disadari jumlahnya bisa lebih tinggi lagi.hal ini terjadi

karena hipertensi dan komplikasinya jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada

hipertensi yang tidak ada gejala (Widjaja dkk 2013).

Prevelensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran

menurut usia >18 tahun sebesar 25,8%. Prevelensi hipertensi di Indonesia

yang di peroleh melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan adalah 9,4%

yang di diagnosis tenaga kesehatan sebesar atau sedang minum obat sebesar

9,5%. Jadi terdapat 0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang

mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi

sebesar 0,7%. Jadi prevelensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%.

(Kemenkes RI, 2013). %.

Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

tahun 2013 adalah hipertensi. dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64

tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun (Infodatin

Kemenkes RI, 2016).


16

2.2.6 Patofisologi

Tekanan darah arteri Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur

pada dinding arteri dalam millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang

biasanya diukur, tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik

(TDD). TDS diperoleh selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah

kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.

Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara

potensial dalam terbentuknya hipertensi, faktor-faktor tersebut adalah :

 Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau

variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons

terhadap stress psikososial dll.

 Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan

vasokonstriktor.

 Asupan natrium (garam) berlebihan.

 Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium.

 Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya

produksi angiotensin II dan aldosterone.

 Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan

peptide natriuretic.

 Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi

tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal.

 Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada

pembuluh darah kecil di ginjal.


17

 Diabetes mellitus.

 Resistensi insulin.

 Obesitas.

 Meningkatnya aktivitas vascular growth factors.

 Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,

karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vascular.

 Berubahnya transpor ion dalam sel


18

2.2.7 Diagnosis

a) Evaluasi hipertensi

Ada 3 tujuan evaluasi pasien dengan hipertensi:

1. Menilai gaya hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko

kardiovaskular atau penyakit penyerta yang mungkin dapat

mempengaruhi prognosis sehingga dapat memberi petunjuk dalam

pengobatan.

2. Mencari penyebab tekanan darah tinggi.

3. Menetukan ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit

kardiovaskular

Data diperoleh melalui anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat

penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, tes

laboratorium rutin, dan prosedur diagnostik lainnya.

Pemeriksaan fisik termasuk pengukuran tekanan darah yang benar,

pemeriksaan funduskopi, perhitungan BMI (body mass index) yaitu berat

badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (meter kuadrat), auskultasi arteri

karotis, abdominal, dan bruit arteri femoralis; palpasi pada kelenjar tiroid;

pemeriksaan lengkap jantung dan paru-paru; pemeriksaan abdomen untuk

melihat pembesaran ginjal, massa intra abdominal, dan pulsasi aorta yang

abnormal; palpasi ektremitas bawah untuk melihat adanya edema dan

denyut nadi, serta penilaian neurologis.


19

b) Diagnosis

Hipertensi seringkali disebut sebagai “silent killer” karena pasien

dengan hipertensi esensial biasanya tidak ada gejala (asimptomatik).

Penemuan fisik yang utama adalah meningkatnya tekanan darah.

Pengukuran rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol

ditentukan untuk mendiagnosis hipertensi. Tekanan darah ini digunakan

untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan sesuai dengan tingkatnya.

2.2.8 Prevalensi Hipertensi

a) Prevalensi Hipertensi berdasarkan Pengukuran Tekanan Darah

*Balas ambang sistole ~140mmHg, diastole ~90mmHg

Sumber: Riskesdas 2007, Riskesdas 2013, Balitbangkes, Kemenkes

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi

pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah

sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di

Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).


20

Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan

sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%).

Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat

pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan

bahaya penyakit hipertensi.

Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua

yang terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat

melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang

didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen.

Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri.

Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit

analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk

Indonesia menderita penyakit hipertensi.

Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka

terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang

cukup mengejutkan.

Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka nasional,

dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut

sebanyak 30,9% x 1.380.762jiwa = 426.655 jiwa (Infodatin Kemenkes RI,

2016).
21

b) Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Riskesdas 2007 & 2013, Balitbangkes, Kemenkes

Berdasarkan tabel di atas prevalensi hipertensi berdasarkan jenis

kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan

lebih tinggi dibanding laki-laki.

Adapun komplikasi dari penyakit hipertensi adalah Penyakit Jantung

Koroner (PJK) Gagal Ginjal dan Stroke.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diastolik maupun

sistolik secara hilang timbul atau menetap.

2. Penyebab hipertensi

Hipertensi sering terjadi secara turun-temurun dalam suatu

keluarga, menunjukkan bahwa adanya faktor genetik.

Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal

kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang

paling sering.

3. Gejala Klinis

Sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah,

pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak, mata, jantung dan ginjal, cara berjalan yang tidak mantap karena

kerusakan susunan saraf pusat, nokturia yang disebabkan peningkatan

aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus, edema dependen dan

pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

22
23

4. Diagnosis

a) Evaluasi hipertensi

b) Diagnosis, penemuan fisik yang utama adalah meningkatnya tekanan

darah.

5. Prevalensi hipertensi

Berdasarkan tabel di atas prevalensi hipertensi berdasarkan jenis

kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi

perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.


DAFTAR PUSTAKA

Adib, M., 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan

Stroke. Yogyakarta : Dianloka Printika.

Anonim. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat Bina

Farmasi Komunitas dan Klinik DITJEN Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta. Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami Dan Menghindari

Hipertensi, Jantung, Dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka.

Arif, Muttaqin., 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular dan hematologi. Salemba Medika, Jakarta.

Endang Triyanto. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara

Terpadu. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang

Kemenkes Ri

Kemenkes RI. 2016 . Infodatin Situasi Lanjut Usia di Indonesia Pusat data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Robinson, J.M., & Saputra, L. 2014. Buku Ajar Visual Nursing Medikal Bedah

(Jilid 1). Jakarta : Binarupa Aksara.

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung

Waluyo (dkk), EGC, Jakarta.

24
Sudarta, Wayan. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Cardiovaskuler. Yogyakarta. Gosyen Publishing.

Ulfah, A, Tulandi, A, 2001, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler Pusat

Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional "Harapan Kita",

Jakarta: Bidang Pendidikan & Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung

dan Pembuluh Darah Nasional "Harapan Kita".

Widjaja dkk. 2013. Pre-hypertension And Hypertension Among Young Indonesian

Adults At A Primary Health Care A Rural Area. Jakarta:

Universitas Indonesia. Vol. 22/No. 1.

Triyanto, E.2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara

Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

25

Anda mungkin juga menyukai