Anda di halaman 1dari 40

RESUME AUDITING

Disusun guna memenuhi syarat lulus ujian komprehensif


Dosen Penguji Auditing :Subekti Djamaluddin, Drs,Msi,Ak

Disusun oleh:
HETTY SETIYANI
F 1308552

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
Bagian 1. Profesi Akuntan Publik dan Pekerjaannya.

I. Profesi Akuntan Publik


Latar belakang dibutuhkannya audit
Kondisi masyarakat yang semakin kompleks, terdapat kemungkinan bahwa
para pengambil kputusan akan memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya
dan tidak dapat diandalkan yang sering disebut risiko informai. Risiko informasi
ini menunjukkan kemungkinan informasi yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan usaha tersebut tidak akurat. Risiko ini dapat disebabkan
oleh
1. hubungan yang tidak dekat antara penerima dan pemberi informasi
2. sikap memihak dan motif lain yang melatarbelakangi pemberi informasi
3. transaksi pertukaran yang kompleks
Risiko informasi dapat dikurangi dengan melakukan verifikasi informasi oleh
pihak pemakai. Maka dibutuhkan auditor untuk melakukan verifikasi ini.
Macam-macam jasa yang dapat diberikan oleh auditor (KAP)
1. Jasa Assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan.
Jenis jasa assuransce adalah
a. Jasa atestasi : adalah suatu jasa yang memberikan pernyataan pendapat
atau pertimbangan orang independen dan kompeten tentang apakah asersi
suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Asersi sendiri merupakan pernyataan yang dibuat oleh
pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain.
Contoh dari jasa atestasi adalah:
 Audit atas laporan keuangan historis
 Pemeriksaan/examination (sama seperti audit lap historis tetapi objek
lain seperti laporan keungan prospektif, pengendalian intern, systrust,
webtrust). Dua hal ini sebenarnya satu jenis yakni memberikan
pendapat dengan format kesimpulan positif
 Penelahaan : umumnya berupa permintaan keterangan dan prosedur
analitik informasi keungan suatu entitas dengan tujuan untuk
memberikan keyakinan negative atas asersi yang terkandung dalam
informai tersebut. Auditor hanya perlu melakukan pengumpulan bukti
(namun lebih rendah dibandingkan pemeriksan kemudian melakukan
prosedur analitis. Tidak sampai kepada pengujian pengendalian
internal, pengujian substantive).
 Prosedur yang disepakati : untuk hal ini auditor melakukan jasa sesuai
kesepakatan dengan klien tentang ruang lingkup dan prosedur apa saja
yang perlu dilakukan. Format kesimpulan adalah temuan atas prosedur
yang dilakukan tersebut.
2. Jasa nonassurance adalah jasa yang diberikan oleh auditor yang didalamnya
tidak ada pemberian pendapat.
Contoh dari jasa non atestasi adalah:
 Kompilasi : auditor membuatkan laporan keuangan versi auditor
 Jasa konsultasi manajemen
 Jasa perpajakan dll.

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti


tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakukan oleh seorang independen dan kompeten untuk dapat menentukan dan
melaporkan kesesuaian antara informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan.
Kriteria-kriteria yang ditetapkan disini dapat berupa:
1. Peraturan yang ditetapkan oleh badan legislative ( undang-undang)
2. Anggaran atau ukuran yang ditetapkan oleh manajemen
3. Prinsip akuntansi berterima umum
II. Laporan Audit,
Berisi tiga paragraf:
1. Paragraf pengantar : kalimat pertama menjelaskan objek yang menjadi
sasaran auditing, kalimat kedua dan ketiga menjelaskan tanggung jawab
menejemen dan tanggungjawab auditor.
2. Paragraf ruang lingkup : berisi pernyataan auditor bahwa auditnya
dilaksanakan berdasarkan standar auditing, penjelasan tentang standar
tersebut dan pernyataan bahwa standar auditing memberikan keyakinan
memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat.
3. Paragraf pendapat : berisi pendapat auditor

Jenis-Jenis Pendapat
 Pendapat wajar tanpa pengecualian (PABU telah digunakan)
 Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (PABU
dilaksanakan, tetapi umumnya ada kalimat penjelas seperti perubahan
metode yang dilakukan)
 Pendapat wajar dengan pengecualian (bahwa laporan disajikan wajar,
tetapi terdapat unsur-unsur tertentu yang dikecualikan)
 Pendapat tidak wajar
 Disclaimer (tidak menyatakan pendapat).

Standar Auditing
1. Standar Umum
a. Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya
b. Pemahaman memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat/waktu dan lingkup
pengujian ayng akan dilakukan
c. Bukti audit kompeten dan cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk
menyatakan pendapat atas laporan keungan yang diaudit.
3. Standar pelaporan
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan
keungan telah disusun berdasarkan prinsip akutansi berterima umum di
Indonesia
b. Laporan audit harus menyatakan atau
menunjukkan, jika ada , ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi
dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan pronsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya..
c. Pengungkapan informatis dalam laporan keungan
harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan
pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasan harus dinyatakan. Dalam
hal nama auditor, maka laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.

Jenis audit sebagai berikut:


1. Audit atas laporan keuangan : adalah untuk menentukan apakah laporan
keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria
yang telah ditentukan.
2. Audit operasional : merupakan penelahaan atas bagian manapun dari prosedur
dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai kefektifan dan
efisiensiannya.
3. Audit ketaatan : menilai apakah klien telah menaati prosedur atau aturan
tertentu yang diwajibkan oleh otoritas yang lebih tinggi
Dikenal 4 jenis auditor yakni akuntan publik, akuntan pemerintahan, akuntan
intern, akuntan pajak.
II. Etika Profesional
Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip atau nilai,
perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar dapat berjalan secara
teratur. Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi
pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap
kualitas jasa yang diberikan profesi, terlapas dari yang dilakukan secara
perorangan.

Kode Perilaku Akuntan Indonesia dilandasi oleh prinsip perilaku profesional


terdiri dari tiga bagian:
a. Kode etik akuntan Indonesia,
b. Pernyataan etika profesi dan
c. Interpretasi pernyataan etika profesi.

Prinsip-prinsip etika :
1. Tanggungjawab
2. Kepentingan masyarakat
3. Integritas
4. Objektivitas dan independensi
5. Keseksamaan
6. Lingkup dan sifat jasa
III. Bukti Audit
Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran
laporan keuangan secara keseluruhan atas semua hal yan materil, sesuai dengan
PABU. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung
dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.
Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau dinyatakan dengan
jelas oleh manajemen tentang jenis transaksi dan akun terkait dalam laporan
keuangan dan merupakan bagian kriteria yang digunakan manajemen untuk
mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
Jenis-Jenis Asersi Manajemen
a. Asersi keberadaan dan keterjadian
b. Asersi kelengkapan
c. Asersi hak dan kewajiban
d. Asersi penilaian atau alokasi
e. Asesi penyajian dan pengungkapan
Berikut ini adalah hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan audit:

Tujuan audit terkait


Transaksi
Asersi manajemen Tujuan audit Prosedur Audit Bukti Audit
Eksistensi Eksistensi Hitung fisik, Vouching, Pengujian fisik,
inspeksi dokumentasi,
Kelengkapan Kelengkapan Penelusuran (tracing) Dokumentasi
Penilaian dan alokasi Akurasi Perhitungan Prosedur analitis
Klasifikasi scanning Prosedur analitis
Cut off Compare Dokumentasi
Penilaian dan alokasi Hitung fisik Pengujian fisik
Asersi Manajemen Tujuan audit terkait
saldo
Eksistensi Eksistensi Hitung fisik, Vouching, Pengujian fisik,
inspeksi dokumentasi,
Kelengkapan Kelengkapan Penelusuran (tracing) Dokumentasi
Penilaian dan alokasi Akurasi Perhitungan Prosedur analitis
Klasifikasi Scanning, wawancara Prosedur analitis,
wawancara ke klien
Cutoff Compare Dokumentasi
Kecocokkan rinci Footing, konfirmasi Hitung uji,
Nilai dan realisasi Tracing, dokumentasi
Hak dan kewajiban Hak dan kewajiban Tracing dokumentasi
Penyajian dan Penyajian dan Wawancara, scanning Wawancara ke klien,
pengungkapan pengungkapan prosedur analitis

Bukti Audit adalah segala informasi yang dapat mendukung angka-angka atau
informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh
auditor untuk menyatakan pendapatnya.
Bukti dapat dikatakan kompeten jika:
 Kompetensi data akuntansi dipengaruhi oleh efektivitas SPI. Jika SPI kuat,
maka data akuntansi dan bukti-bukti yang ada dapat dianggap andal.
 Kompetensi informasi penguat dikatakan kompeten jika:
 Relevan dengan tujuan audit
 Sumber yang berasal dariluar umumnya dikatakan lebih kompeten
 Ketepatan waktu. Berkaitan dengan tanggal berlakuknya bukti
 Objektiftas. Bukti yang bersifat objektif biasanya lebih kompeten daripada
yang subyektif.
Cukup tidaknya bukti dipengaruhi oleh:
 Materialitas
 Faktor ekonomi (cost- benefit)
 Ukuran populasi

Tipe bukti audit adalah


 Data akuntansi berupa:
 Pengendalian intern
 Catatan akuntansi
 Data penguat berupa:
 Bukti fisik
 Bukti dokumenter (konfirmasi tertulis)
 Perhitungan(footing, crossfooting, akurasi)
 Bukti lisan
 Perbandingan atau rasio
 Bukti spesialis

Prosedur audit adalah adalah intruksi rinci untuk mengumpulkan bukti-bukti audit
1. Inspeksi : pemeriksaan rinci terhadap dokumen (asli atau tidak) atau kondisi
fisik sesuatu.
2. Pengamatan observasi kegiatan ( perhitungan fisik persediaan, dll)
3. Konfirmasi (meminta keterangan dari pihak ketiga : pelanggan, pemasok,
bank, dll). Konfirmasi dibagi dua:
 Konfirmasi positif
 Konfirmai negatif
4. Permintaan keterangan : meminta keterangan lisan kepada manajemen,
misalkan tentang metode pencatatan, perlakukan klasifikasi barang, prmintaan
keterangan kepada penasihat hukum klien tentang perkara pengadilan,dll
5. Penulusuran : menelusur bukti-bukti audit sesuai dengan siklusnya. Misal
buku besar- jurnal- faktur- bukti pengiriman barang. (trace)
6. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching). Menginspeksi dokumen-
dokumen suatu transaksi, meneliti kesesuaian antara catatan-catatan akuntansi
terkait transaksi tersbut.
7. Perhitungan
8. Scanning (melihat dokumen secara cepat apakah ada hal yang tidak biasa
tanpa menidjaklanjuti secara lanjut)
9. Pelaksanaan ulang
10. Tehnik audit berbantuan komputer.

IV. Kertas Kerja


Adalah dokumentasi yang dibuat oleh auditor sehubungan dengan catatan
yang dibuat auditor selama proses audit (prosedur, pengujian, dan informasi yang
diperoleh) dan kesimpulan yang dibuat sehubungan dengan auditnya.
Tujuan kertas kerja adalah:
 Sebagai dasar perencanaan audit
 Sebgai catatan atas bukti yang dikumpulkan
 Catatan atas pemeriksaan yang telah dilalukan
 Menetukan opini
 Menjawab pertanyaan yang diajukan manajemen
 Menilai prestasi staf

Isi Kertas Kerja :


 Berkas permanent adalah bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang
dikumpulkan pada saat pertama kali penugasan dan simpan untuk dipakai
tahun-tahun berikutnya, meliputi:
a. Informai menegani sejarah pendirian perusahaan, loksi, daftar cabang dll.
b. Akta pendirian perusahaan
c. Struktur organisasi, uraian tugas-tugasnya serta kebijakan dan prosedur
akuntansi
d. Hasil pelaksanaan kuisioner pengendalian internal (ICQ)
e. Surat-surat keputusan mengenai failitas perpajakan
f. Kode-kode akun
g. Kontrak-kontrak perjanjian, pinjamankredit, sewa guna usaha dll.
 Berkas tahun berjalan : berisi data yang diperoleh auditor hanya berkaitan
untuk tahun berjalan berisi:
a. Program audit
b. Informai umum
c. Kertas kerja neraca saldo (neraca, laba rugi) format berupa saldo menurut
awal menurut klin, salso akhir menurut klien, adjusment dan reklaisifikasi
dan saldo akhir menurut auditor.
d. Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi
e. Skedul utama
f. Skedul pendukung
g. Catatan pemeriksaan
 Berkas korespondensi
V. Penerimaan Perikatan dan Perencanaan Audit
Proses audit adalah metodologi penyelenggaraan audit yang jelas untuk
membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti pendukung yang kompeten.
Ada empat tahap dalam proses audit:
Tahap I : Penerimaan Perikatan Audit
Dibagi menjadi enam tahapan:
1. Mengevaluasi integritas manajemen.
2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa.
3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit
4. Menilai independensi
5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya
degan kecermatan dan keseksamaan.
6. Membuat surat perikatan audit
Tahap II : Perencanaan Audit
1. Memahami bisnis dan industri klien.
2. Melaksanakan prosedur analitik.
3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal.
4. Mempertimbangkan risiko bawaan.
5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal,
jika perikatan terjadi pada audit tahun pertama.
6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan.
7. Memahami pengendalian internal klien.
Tahap III : Pelaksanaan Pengujian Audit.
1. Pengujian analitik
2. Pengujian pengendalian
3. Pengujian subtantif
Tahap IV : Pelaporan Audit.
1. Prosedur analitis selama telaah akhir dari arsip audit dan laporan keuangan.

VI. Materialitas, Risiko Audit dan Strategi Audit Awal


Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut karena adanya penghilangan
atau salah saji tersebut.
Pertimbangan materialitas terdiri dari :
a. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu daam laporan seperti :
 Laba bersih sebelum pajak
 Total aktiva
 Total aktiva lancar
 Total ekuitas
b. Faktor kualitatif seperti :
 Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum
 Kemungkinan terjadinya kecurangan
 Adanya gangguan dalam tren laba
 Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.

Hubungan antara materialitas dan bukti audit


Semakin rendah tingat aterialitas, maka semakin besar jumlah bukti yang
diperlukan salah saji yang kecil dapat mempengaruhi kepitusan pengguna.
Konsep risiko audit
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidakmemodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.

Unsur risiko audit


 Risiko bawaan : kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material dengan asumsi tidak terdapat kebijakan dan prosedur
pengendalian intern terkait. Misal kas tunai lebih mudah dicuri daripada
persediaan bahan baku.
 Risiko pengendalian : risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat oleh pengendalian intern
entitas. Misal pengendalian intern menjadi tidak efektif jika ada kelalaian
manusia, kolusi antar pegawai.
 Risiko deteksi : risiko auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang
terdapat dalam suatu asersi. Hal ini akan muncul terkait proseur audit yang
dipilih.

Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit


Bahwa risiko audit juga berbanding terbalik dengan bukti audit. Jika risiko
rendah, tingkat kepastian yang diinginkan oleh auditor adalah tinggi/butuh
keyakinan yang tinggi maka perlu bukti yang besar.
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materilitas
dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat metarialitas konsisten dan mengurangi
jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat
menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini:
 menambah tingakt materialitas,
sementara mempertahankan jumlah bukti
 menambah jumlah bukti,
sementara materialitas dipertahankan
 menambah jumlah bukti dan
tingkat materialitas bersama-sama.

VII. Pemahaman atas Pengendalian Intern


Manajemen khususnya mempunyai lima kepentingan berikut dalam
merancang struktur pengendalian intern yang efektif yaitu:
 Keandalan laporan keuangan
 Mendorong efisiensi dan efektifitas operasional
 Ketaatan kepada hukum dan peraturan
 Keandalan pelaporan keuangan
 Penekanan pada pengendalian atas golongan transaksi

Elemen Struktur Pengendalian Intern
Komponen struktur pengendalian intern terdiri dari:
 Lingkungan pengendalian;
 Penetapan resiko manajemen;
 Sistem informasi dan komunikasi akuntansi;
 Aktivitas pengendalian
Dibagi menjadi beberapa cara :
 Pemisahan tugas yang cukup
 Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas
 Dokumen dan catatan yang memadai
 Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
 Pengecekan independent atas pelaksanaan
 Pemantauan

PSA 23 (SA 319) menghendaki auditor untuk memperoleh pemahaman terhadap


struktur pengendalian intern klien dalam setiap audit. Luasnya pemahaman itu,
paling tidak mencukupi untuk merencanakan pemeriksaan yang memadai, dalam
hal empat masalah spesifik perencanaan, yaitu:
o Auditability
o Potensi salah saji yang material
o Resiko penemuan
o Perancangan pengujian
 Pemahaman struktur pengendalian intern untuk rancangan dan operasi
1. memahami lingkungan pengendalian
2. memahami penetapan resiko manajemen
3. memahami sistem komunikasi dan informasi akuntansi
4. memahami aktivitas pengendalian
5. memahami pemantauan
 Penetapan dan keputusan
1. menetapkan apakah laporan keuangan dapat diaudit
2. menetapkan tingkat resiko pengendalian yang didukung oleh pemahaman
yang diperoleh
3. menetapkan apakah diharapkan tingkat resiko pengendalian yang lebih
rendah dapat didukung
4. memutuskan tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan yang pantas
 Pengujian atas pengendalian ~ Adalah prosedur untuk menguji efektifitas yang
mendukung pengurangan tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan

VIII. Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian


 Pengujian atas pengendalian
Dalam prosedur pengujian atas pengendalian, tingkat resiko pengendalian
yang ditetapkan harus dibatasi sampai tingkat yang didukung oleh bahan bukti
yang diperoleh
 Pengujian subtantif atas transaksi
: prosedur yang dirancang untuk menguji kekeliruan atau ketidakberesan
dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan
keuangan. Tujuan pengujian subtantif atas trnsaksi adalah untuk menentukan
apakah transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan
diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku
tambahan dengan benar.
 Prosedur analitis
mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan ekspetasi yang
dikembangkan oleh auditor.Tujuan penggunaan prosedur analitis mencakup :
memahami bidang usaha klien, menetapkan kelangsungan hidup suatu satuan
usaha, indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
Penetapan Waktu dan Tujuan Prosedur Analitis :
Tujuan Fase
Fase perencanaan Fase pengujian Fase penyelesaian
Memahami industri dan Tujuan utama
bisnis klien
Menilai kelangsungan Tujuan sekunder Tujuan sekunder
Menunjukkan Tujuan utama Tujuan sekunder Tujuan utama
kemungkinan salah saji
Mengurangi ujian risi Tujuan sekunder Tujuan utama
 Pengujian terinci atas saldo
Penekanan utama pada kebanyakan pengujian terinci atas saldo adalah
neraca.bahan bukti diperoleh dari sumber yang independent dari klien dan
dengan demikian dinilai berkualitas tinggi. Pengujian ini bertujuan
memberikan kebenaran moneter atas akun-akun yang berkaitan.
IX. Atribute sampling untuk pengujian pengendalian
Sampling atribut adalah metode statistik yang digunakan untuk
mengestimasi proporsi unsur-unsur dalam satu populasi yang mengandung
karakteristik atau atribut yang menjadi kepentingan.
Sampling Kontra Statistik dan Non-Statistik
Persamaannya yaitu pada :
 Tujuan perencanaan sampel
 Seleksi sampel : meliputi keputusan bagaimana memilih unsur sampel dari
populasi
 Pelaksanaan pengujian : pemeriksaan dokumen dan melakukan pengujian
audit lainnya
 Evaluasi hasil : mencakup penarikan kesimp[ulan berdasarkan pengujian
audit.

Garis besar metodologi penggunaan sampling atribut :


 Perencanaan sampel : nyatakan tjuan dari pengujian audit, definisikan atribut
dan kondisi deviasi, definisikan populasi, definisikanunit sampling, tentukan
tingkat deviasi yang dapat ditoleransi, tentukan resiko pengendalian lebih
yang dapat diterima, estimasikan tingkat deviasi populasi, tentukan ukuran
sampel awal
 Seleksi sampel dan pelaksanaan pengujian : pilih sampel secara acak,
laksanakan prosedur audit
 Evaluasi hasil : generalisasikan dari sampel untuk populasi, analisa deviasi,
putuskan akseptabilitas populasi tersebut
Pertimbangan Lain:
 Seleksi acak kontra pengukuran statistik
 Dokumentasi yang memadai
 Kebutuhan akan pertimbangan profesional

X. Variable sampling untuk pengujian subtantif


Variabel sampling adalah tehnik statistik yang digunakan oleh auditor
untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo untuk mengestimasi julah
rupiah suatu saldo aku atau kuatitas yang lain.
Dalam pengujian subtantif, auditor dapat menghadapi dua keputusan :
1. Melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun).
2. Menguji kewajaran suatu jumlah.

Variabel Sampling untuk Uji Hipotesis :


Baik dengan cara statistik maupun non-statistik, pengembilan sampel dalam
pengujian subtantif dilaksanakan auditor melalui 7 tahap berikut:
1. Penentuan tujuan pengambilan sampel
2. Penentuan populasi
3. Penentuan sampling unit.
4. Penentuan besarnya sampel
5. Penentuan metode pemilihan sampel
6. Pemeriksaan sampel
7. Evaluasi hasil sampel

Pengujian subtantif bertujuan untuk mengumpulkan buti kewajaran saldo


akun dan penjelasannya dan dapat pula ditujuakn utuk menaksir saldo suatu akun
yang seharusnya dicantumkan oleh klien di dalam laporan keuangan. Pengujian
subtantif dapat dilakukan dengan salah satu diantara tiga cara pengambilan sampel
berikut ini :
1. non-statistical sampling
2. classical statistical sampling
3. probability proportional to size statistical sampling

Bagian 2. Model Belajar Mengajar Metodologi Audit

XI. Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Pengendalian


Sasaran audit siklus ini adalah untuk mengevaluasi apakah saldo rekening
yang terpengaruh oleh siklus ini secara wajar disajikan sesuai dengan PABU.
Pengelompokkan Transaksi, Rekening, Fungsi-Fungsi Bisnis dan Catatan Serta
Dokumen Yang Terkait Untuk Siklus Pendapatan
Pengelompokkan Rekening Fungsi Bisnis Catatan dan Dokumen
Transaksi
Penjualan Penjualan Memproses pesanan pelanggan Pesanan pelanggan
Rekening Piutang Pemberian Kredit Pesanan penjualan
Pengiriman barang Dokumen pengiriman
Tagihan kepada pelanggan Faktur penjualan
Tagihan kepada pelanggan dan File transaksi penjualan
membukukan penjualan Memeriksa saldo piutang dagang
Rekening bulanan
Uang Masuk Uang di bank (debet Memroses dan membukukan Pemberitahuan kiriman uang
uang yang masuk) uang masuk Mencatat sementara uang masuk
Rekening pitang File penerimaan tunai hasil
transaksi
Daftar atau jurnal uang masuk
Retur penjualan dan Retur penjualan dan Pemrosesan dan pembukuan Nota kredit
potongan potongan retur penjualan dan potongan Jurnal retur penjulan & potongan
Rekening poiutang
Menghapus piutang Rekening piutang Menghapus piutang yang tak Formulir otorisasi rekening yang
yang tak tertagih Pinjaman tak tertagih tertagih tak tertagih
Jurnal buku besar
Beban piutang tak Piutang yang tidak Menetapkan piutang yang tidak Jurnal buku besar
tertagih ditagih ditagih
Cadangan piutang
yang tak tertagih

XII. Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Subtantif Terhadap


Saldo Piutang Usaha
Tujuan audit terkait piutang adalah:
1. Rekening piutang catatannya ada (keberadaan)
2. Seluruh piutang memang dimasukkan
3. Piutang dicacat secara akurat
4. Piutang dikalsifikasikan dengan baik
5. Cut off piutang benar
6. Rekening piutang ditetapkan dengan nilai yang dapat direlisasi
7. Piutang adalah hak klien
8. Piutang disajikan dan diungkapkan dengan tepat.

Prosedur audit untuk piutang usaha :


1. Minta daftar piutang usaha terdiri atas nama, alamat pelanggan, nomor faktur,
tanggal faktur dan jumlahnya, serta cocokkan dengan saldo di buku besar.
2. Pelajari kebijakan akuntansi perusahaan mengenai pengakuan pendapatan dan
cocokkan apakah sesuai dengan PABU serta pelajari juga pemberian kredit
dan angka waktu pembayarannya
3. Lakukan analisis rasio mengenai perputaran piutang dan prosedur analitis
mengenai fluktuasi piutang dengan perbandingan tahun sebelumnya
4. Lakukan konfirmasi, dan lakukan prosedur tambahan seperti : penelitian buku
besar
5. Tindak lanjuti setiap jawaban konfirmasi dan apabila terdapat selisih diminta
atau teliti keterangan klien
6. Bila konfirmasi tidak dijawab lakukan prosedur alternatif lain seperti
memeriksa bukti dasar pencatatan dan uji pembayaran piutangnya
7. Lakukan subsequent receipt test terhadap pembayaran piutang setelah tanggal
neraca
8. Perhatikan retur penjualan yang besar sesudah tanggal neraca
9. Uji pisah batas penjualan dengan memeriksa faktur penjualan beberapa hari
sesudah pelunasan sebelum tanggal neraca
10. Verifikasi apakah pencadangan piutang tak tertagih sudah cukup memadai dan
sesuai dengan kebijakan perusahaan

Pengujian saldo akun :


 Lakukan konfirmasi
 Untuk konfirmasi positif yang tidak diperoleh, laksanakan prosedur alternative
seperti:
(1) Periksa dokumen yang mendukung pencatatan penerimaan kas dari
debitur yang terjadi setelah tanggal neraca
(2) Perika dokumen yang mendukung pendebitan dan pengkreditan akun
piutang kepada debitur yang bersangkutan
 Lakukan verifikasi terhadap cadangan kerugian piutang usaha
a. Lakukan pengujian tentang penentuan umur piutang usaha yang dibuat
oleh klien
b. Bandingkan cadangan tahun lalu dengan tahun berjalan
c. Periksa cacatan kredit untuk debitur yang utangnya telah kadaluarsa
 Verifikasi penyajian dan pengungkapan
o Periksa klasifikasi piutang usaha ke dalam kelompok aktiva lancar dan
aktiva tidak lancar
o Periksa piutang atas kalsifikasi piutang uasaha dan non usaha
o Periksa kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk piutang usaha antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa
o Periksa suat reprentasi klien mengenai piutang sesudah tanggal neraca
untuk menentukan ketepatan pisah batas.

XIII. Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Pengendalian


Siklus pengeluaran meliputi dua golongan transaksi yang berbeda:
perolehan barang dan pengeluaran kas untuk perolehan tersebut. Retur pembelian
dan pengurangan harga juga merupakan satu golongan transaksi, tetapi untuk
kebanyakan perusahaan jumlahnya tidak material.
Pengujian atas pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi untuk
siklus perolehan dan pembayaran dibagi dalam dua area besar: pengujian atas
perolehan (test of acquisition) dan pengujian atas pembayaran (test of payment).
Pengujian atas perolehan berkenaan dengan pemrosesan order pembelian,
penerimaan barang dan jasa, dan pengakuan kewajiban. Pengujian atas
pembayaran berkaitan dengan pemrosesan dan pencatatan pengeluaran kas.
 Verifikasi Perolehan. Empat dari tujuh tujuan audit transaksi untuk
perolehan yang memerlukan perhatian khusus adalah: Perolehan yang dicatat
adalah untuk barang dan jasa yang diterima, sesuai dengan kepentingan
terbaik klien (keberadaan atau keterjadian) (2) Setiap perolehan yang terjadi
telah dicatat (kelengkapan) (3) Perolehan yang terjadi dinilai secara benar
(keakuratan) (4) Perolehan diklarifikasikan dengan benar (klarifikasi)
 Verifikasi Pengeluaran Kas. Asumsi yang mendasari pengendalian dan
prosedur audit ini adalah keberadaan antara pengeluaran kas dan jurnal
perolehan. Komentar mengenai metodologi dan proses pengembangan
prosedur audit untuk perolehan juga berlaku untuk pengeluaran kas. Setelah
auditor menetapkan prosedurnya, pengujian atas perolehan dan pengeluaran
kas umumnya dilaksanakan bersama-sama. Jadi verifikasi dipercepat tanpa
mengurangi efektifitas pengujian tersebut.
 Uji Petik Atribut Untuk Pengujian Atas Pengendalian Dan Pengujian
Subtantif Atas Transaksi. Dengan acuan khusus pada kebanyakan tujuan
utama, kebanyakan atribut penting dalam siklus perolehan dan pembayaran
mempunyai dampak moneter langsung terhadap akun-akun. Terlebih lagi
banyak jenis kekeliruan yang kemungkinan ditemukan merupakan salah saji
laba dan hal ini menjadi perhatian utama auditor.
XIV. Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Subtantif Terhadap
Saldo Utang Usaha
Hutang usaha adalah kewajiban yang belum dibayarkan untuk barang dan
jasa yang belum dibayarkan untuk barang dan jasa yang diterima dalam kegiatan
usaha normal perusahaan. Akun hutang usaha mencakup kewajiban karena
perolehan bahan baku, peralatan, prasarana, perbaikan, dan banyak lagi jenis
barang dan jasa yang telah diterima sebelum akhir tahun.
 Pengendalian Intern. Penting untuk membuat rekonsiliasi bulanan antara
rekening pemasok dengan kewajiban yang telah dicatat dan antara berkas
induk hutang usaha dengan buku besarnya. Rekonsiliasi ini harus dilakukan
oleh orang yang independen.
 Prosedur Analitis. Salah satu prosedur analisis yang penting untuk
menemukan salah saji hutang usaha adalah membandingkan total beban
tahun berjalan dengan tahun lalu.
 Tujuan Audit Untuk Pengujian Terinci Atas Saldo. Tujuan menyeluruh
dalam audit atas utang usaha disajikan secara wajar dan diungkapkan dengan
memadai. Pendekatan yang diambil dalam memverifikasi saldo kewajiban
adalah bahwa perhatian utama adalah dalam menemukan kewajiban yang
kurang saji atau dihilangkan.
 Pengujian Terinci Atas Hutang Usaha. Auditor menaruh perhatian pada
kewajiban klien untuk membayar hutangnya. Dalam mengaudit kewajiban
penekanannya terletak pada usaha untuk menemukan kurang saji, bukan lebih
saji. Prosedur audit dalam kenyataan akan banyak bervariasi tergantung pada
materialitas hutang usaha, sifat dan efektifitas struktur pengendalian intern,
dan risiko bawaan.
 Pengujian Kewajiban Sudah Lewat Waktu. Prosedur audit berikut adalah
pengujian tipikal untuk kewajiban sudah lewat waktu.
 Memeriksa dokumentasi yang mendasari setiap pengeluaran kas setelah
tanggal neraca
 Memeriksa dokumen yang mendasari setiap tagihan yang belum
dibayarkan beberapa minggu setelah akhir tahun
 Menelusuri laporan penerimaan barang yang dibuat sebelum akhir tahun
ke faktur pemasoknya
 Menelusuri rekening tagihan pemasok yang menunjukkan saldo terutang
ke neraca saldo hutang usaha
 Mengirim konfirmasi ke pemasok yang melakukan bisnis dengan klien
 Pengujian Pisah Batas. Pengujian pisah batas untuk utang usaha
dimaksudkan untuk menentukan apakah transaksi yang dicatat beberapa hari
sebelum dan sesudah tanggal neraca telah dimasukkan ke dalam periode yang
sesuai.
 Keandalan Bahan Bukti. Dalam memutuskan bahan bukti yang memadai
dikumpulkan untuk memverifikasi utang usaha, adalah penting bahwa auditor
memahami keandalan relatif dari ketiga jenis bahan bukti utama yang biasa
dipakai: faktur pemasok, laporan pemasok dan konfirmasi.
 Ukuran Sampel. Ukuran sampel untuk menguji hutang usaha sangat
bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti materialitas utang usaha,
jumlah utang usaha yang outstanding, risiko pengendalian yang ditetapkan
dan hasil tahun lalu.

XV. Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Subtantif Terhadap


Aktiva Tetap
Property pabrik dan peralatan merupakan aktiva jangka panjang yang
memiliki kegunaan yang diharapkan lebih dari satu tahun, digunakan dalam usaha
klien dan tidak diperoleh untuk dijual kembali. Maksud untuk menggunakan
aktiva tersebut sebagai bagian dari operasi usaha klien dan kegunaan yang
diharapkan lebih dari satu tahun adalah karakteristik penting yang membedakan
aktiva-aktiva ini dengan persediaan, biaya dibayar dimuka dan investasi.

Dalam bagian ini audit atas peralatan pabrik didiskusikan sebagai ilustrasi
dari suatu pendekatan yang tepat untuk audit seluruh properti, pabrik dan akun
peralatan.
Peralatan pabrik biasanya diaudit dengan cara berbeda dari akun-akun aktiva
lancar karena tiga alasan:
(1) biasanya hanya terdapat sedikit perolehan peralatan pabrik pada tahun
berjalan
(2) jumlah dari perolehan tertentu seringkali material
(3) peralatan kemungkinan besar akan tercatat dan bertahan dalam catatan-
catatan akuntansi untuk beberapa tahun.
 Prosedur Analitis. Sebagaimana dalam seluruh area audit, sifat dari prosedur
analitis bergantung pada sifat operasi klien.
Prosedur Analitis Salah Saji Yang Mungkin
Bandingkan beban penyusunan dibagi dengan biaya Kesalahan dalam menghitung
(cost) bruto dari peralatan pabrik dengan tahun penyusutan
sebelumnya
Bandingkan akumulasi penyusutan dibagi dengan Kesalahan dalam mencatat
biaya (cost) bruto dari peralatan pabrik dengan tahun akumulasi penyusutan
sebelumnya

Bandingkan beban perbaikan dan pemeliharaan Membebankan jumlah yang


bulanan atau tahunan, beban perlengkapan kantor, seharusnya dikapitalisasi
beban peralatan kecil, dengan akun-akun yang sama
pada tahun sebelumnya
Bandingkan biaya (cost) bruto pabrik dibagi dengan Peralatan menganggur atau
beberapa ukuran produksi tahun sebelumnya peralatan yang telah dilepas
akan tetapi tidak dihapuskan
 Verifikasi perolehan tahun berjalan. Karena pentingnya perolehan tahun
berjalan dalam audit atas peralatan pabrik, tujuh dari sembilan tujuan spesifik
audit untuk pengujian terinci atas saldo digunakan sebagai kerangka acuan.
 Pemeriksaan Dokumentasi Pendukung. Pemeriksaan tambahan atas dokumen
yang dilakukan sebagai bagian dari pengujian atas transaksi seringkali
dianggap penting untuk melakukan verifikasi terhadap penambahan tahun
berjalan karena rumitnya transaksi peralatan dan materialitas dari jumlah.
 Verifikasi terhadap pelepasan tahun berjalan.. Jika klien gagal mencatat
pelepasan, biaya perolehan dari akun peralatan pabrik akan disajikan lebih
dengan tidak terbatas, dan nilai buku neto akan lebih disajikan sampai aktiva
tersebut disusutkan sepenuhnya.

XVI. Audit Terhadap Siklus Produksi : Pengujian Pengendalian


Siklus produksi/persediaan, dibagi menjadi tiga:
1. Siklus Akuntansi Biaya
Prosedur audit atas pengujian pengendalain dan pengunjian subtantif
transaksi akutansi biaya
 Keberadaan dan keterjadian
1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi
2. Ambil sampel kartu kos produksi yang produknya selesai diproduksi
atau kartu biaya (kartu harga pokok produksi).
 Kelengkapan
1. Periksa bukti digunakannya formulir cek bernomor urut tercetak dan
pertanggungjawaban pemakaian formulir (formulir berupa formulir
bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, kartu jam kerja)
2. Ambil sampel dokumen sumber dan lakukan pengusutan ke catatan
akuntansi
 Kartu kos produksi/ kartu biaya
 Pencatatan ke dalam jurnal umum
 Penilaian atau alokasi
untuk sampel yang diambil nomor 2 diatas, periksa bukti adanya:
 Persetujuan semestinya untuk setiap transaksi pemkaian Bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, BOP.
 Pengecekan independent terhadap dokumen sumber : periksa
adanya pengecekan independent terhadap posting ke buku
pembantu biaya dan register bukti kas keluar dan jurnal umum
untuk memperolah keyajkianan bahwa tidak terjadinya kekliruan
jumlah moneter

2. Perhitungan Fisik
Dokumen dalam pengujian ini adalah kartu perhitungan fisik dan bukti
memorial (adjustment catatan akuntansi/ daftar hasil perhitungan fisik oleh
auditor)
Prosedur audit:
 Keberadaan atau Keterjadian
1. Pelajari instruksi yang dibuat untuk penghitungan fisik persediaan
2. Lakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan
3. Lakukan hitung uji
 Kelengkapan
 Lakukan pengujian kompilasi
 Penilaian atau alokasi
1. Lakukan pengujian kos
2. Lakukan pengujian adjustment keterangan
3. Saldo Persediaan (penilaian dan kompilasi)

XVII. Audit Terhadap Siklus Produksi : Pengujian Subtantif Terhadap


Saldo Sediaan
 Asersi Keberadaan dan Keterjadian
1. Prosedur analitik pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan
dengan persediaan
2. Pengujian pisah batas
3. Pengamatan terhadap terhadap penghitungan fisik persediaan
4. konfirmasi persediaan jika berada dipihak luar
 Asersi Kelengkapan
5. Prosedur analitik
6. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan
7. Pengujian pisah batas
8. Pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan
9. Konfirmasi persediaan jika berada dipihak luar
 Asersi Hak
1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan
2. Pengujian pisah batas
3. Pengamatan terhadap terhadap penghitungan fisik persediaan
4. Konfirmasi persediaan jika berada dipihak luar
 Asersi Penilaian dan Alokasi:
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan
3. Pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan
4. Permintaan informasi mengenai metode penilaian persediaan yang
digunakan oleh klien
5. Pemeriksaan kesesuaian kos per satuan persediaan dengan prinsip
akuntansi berterima umum
6. Pemeriksaan catatan pendukung yang berkaitan dengan data kos persatuan
persediaan
7. Pelaksanaan gross-profit test
8. Memnita surat representase persediaan dari klien
 Asersi Penyajian dan Pengungkapan:
1. Pemeriksaan terhadap perjanjian konsinyasi
2. Pemeriksaan penggolongan persediaan dalam neraca
3. Pemeriksan pengungkapan pesediaan di neraca

Prosedur Audit Awal


3. Lakukan :
a. Usut saldo persediaan yang tercantum di neraca ke saldo akun persediaan
yang bersangkutan dalam buku besar
b. Hitung kembali akun persediaan di buku besar
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam posting dalam akun
Prosedur analitik
2. Lakukan:
Hitung rasio: perputaran persediaan, rasio laba bersih dengan persediaan, rasio
persediaan dengan volume penjulan
Pengujian terhadap transaksi rinci
3. Melalui pengujian, lakukan pemeriksaan atas dokumen pendukung transaksi
yang dicatat dalam akun persediaan (pembelian, penjualan, pemakain)
4. Lakukan pengujian pisah batas
Pengujian terhadap saldo akun rinci
5. Lakukan pengamatan penghitungan fisik
6. Konfirmasi persediaan diuar
7. Periksa perjanjain konsinyasi
Verifikasi penyajian dan pengungkapan
8. Periksa klasifikasi persediaan di neraca
9. Periksa pengungkapan
10. Lakukan analitycal review terhadap persediaan

XVIII. Audit Terhadap Siklus Jasa Personel : Pengujian Pengendalian dan


Pengujian Subtantif
Siklus penggajian dan kepegawaian meliputi penggunaan tenaga kerja dan
pembayaran ke semua pegawai, tanpa memperhatikan klasifikasi atau metode
penentuan kompensasi. Ada beberapa perbedaan yang penting antara siklus
penggajian dan kepegawaian dengan siklus lain pada audit yang umum :
1. Hanya ada satu golongan transaksi untuk penggajian.
2. Tansaksi-transaksi lebih signifikan daripada akun-akun neraca terkait.
3. Pengendalian intern atas penggajian pada kebanyakan perusahaan
umumnya efektif meskipun pada perusahaan kecil.

Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Atas Transaksi


Metodologi perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian subtantif atas
transaksi untuk siklus penggajian dan kepegawaian meliputi :
1. Pahami struktur pengendalian intern-penggajian dan kepegawaian.
2. Tetapkan risiko pengendalian yang direncanakan-penggajian dan
kepegawaian.
3. Evaluasi manfaat-biaya dari menguji pengendalian.
4. Rancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian subtantif atas
transaksi untuk penggajian dan kepegawaian untuk memenuhi tujuan audit
transaksi, yang mencakup prosedur audit, ukuran sampel, pos/unsur yang
dipilih, dan saat pelaksanaan.
Pengendalian Intern, Pengujian Atas Pengendalian Dan pengujian Subtantif Atas
Transaksi.
 Penyiapan surat pemberitahuan pajak.

Pertimbangan-Pertimbangan Mengenai Persediaan Dan Penggajian Fiktif.


• Hubungan antara penggajian dan penilaian persediaan.
• Pengujian untuk pengajian fiktif.
Auditor sering memperluas prosedur dalam audit atas penggajian dalam
situasi dan kondisi:
1) kalau penggajian secara signifikan mempengaruhi penilaian persediaan
dan
2) kalau auditor berkepentingan mengenai kemungkinan transaksi
penggajian yang curang secara material akibat struktur pengendalian
intern yang lemah.
Pertimbangan Lain.
Tiga aspek siklus penggajian dan kepegawaian dan pengujian atas transaksi terkait
yang tidak tercakup dalam ikhtisar sebelumnya yang perlu dipertimbangkan antara
lain penyiapan surat pemberitahuan pajak, pembayaran potongan pajak dan
potongan lainnya dengan tepat waktu, dan pengisian kembali akun gaji kecil.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis yang bisa bermanfaat dalam siklus penggajian dan kepegawaian
yaitu
1) Bandingkan saldo akun beban gaji dengan tahun lalu [disesuaikan untuk
peningkatan tingkat upah dan peningkatan volume,
2) Bandingkan tenaga kerja langsung sebagai persentase dari penjualan dengan
tahun lalu,
3) Bandingkan beban komisi sebagai persentase dari penjualan dengan tahun
lalu,
4) Bandingkan beban pajak ditanggung perusahaan sebagai persentase dari gaji
dan upah dengan tahun lalu [disesuaikan untuk perubahan dalam tarip pajak,
5) Bandingkan akun hutang pajak penghasilan pegawai dengan tahun lalu.

Pengujian Terinci Atas Saldo Untuk Akun Kewajiban Dan Beban


Tujuan utama pengujian kewajiban adalah akrual dalam neraca saldo
dinilai dengan memadai dan transaksi dalam siklus penggajian dan kepegawaian
dicatat pada periode yang sesuai.
 Jumlah Yang Dipotong Dari Pembayaran Pegawai.
 Gaji Dan Upah Yang Masih Harus Dibayar.
 Komisi Yang Masih Harus Dibayar.
 Bonus Yang Masih Harus Dibayar.
 Tunjangan Libur, Tunjangan Pengobatan, Dan Kenikmatan Lain Yang
Masih Harus Dibayar.
 Pajak Penghasilan Pegawai Yang Masih Harus Dibayar.
 Pengujian Terinci Atas Saldo Untuk Akun Beban.
XIX. Pengujian Subtatif terhadap Ekuitas Pemegang Saham
Terdapat empat hal yang penting dalam audit terhadap ekuitas pemegang saham :
 Seluruh transaksi modal saham yang ada telah dicatat.
 Transaksi-transaksi saham yang dicatat telah diotorisasi dan nilainya tepat.
 Modal saham dinilai dengan benar.
 Modal saham disajikan dan diungkapkan secara memadai.
Tujuan-tujuan terpenting dari kontrol terhadap dividen, termasuk yang berkaitan
dengan hutang dividen :
 Dividen yang dicatat benar.
 Dividen yang ada seluruhnya telah dicatat.
 Dividen telah dicatat dengan benar.
 Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham adalah benar ada.
 Hutang dividen telah dicatat.
 Hutang dividen telah dicatat dengan benar.
 Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham adalah benar ada.
 Hutang dividen telah dicatat.
 Hutang dividen telah dicatat dengan benar.

XX. Pengujian Subtatif Terhadap Saldo Kas


 Asersi Keberadaan Kas
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung yang berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas
3. Penghitungan terhadap kas di tangan pada tanggal neraca
4. Rekonsiliasi catatan kas dengan rekening koran
5. Konfirmasi kas di bank
 Asersi Kelengkapan Kas
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung yang berkaitan dnegan pengeluaran dan
penerimaan kas
3. Penghitungan terhadap kas yang ada di tangan
4. Rekonsiliasi catatan kas dengan rekening koran bank
5. Konfirmasi kas di bank
 Asersi Hak
1. Pemeriksaan bukti pendukung transakai kas
2. Penghitungan kas ditangan pada tanggal neraca
3. Konfirmasi kas di bank
 Asersi Penilaian Kas
1. Prosedur audit awal
2. Pengujian analitik
3. Pemeriksaan bukti pendukung
4. Penghitungan kas yang ada di tangan
5. Konfirmasi kas di bank
 Asersi penyajian dan pengungkapan kas
Memeriksa jawaban konfirmasi bank mengenai batasan yang dikenakan
terhadap pemakaian rekening tertentu klien

Bagian 3. Penyelesaian Pekerjaan Audit dan Penyusunan Laporan Audit

XXI. Penyelesaian Pekerjaan Audit


Saat penyelesaian penerapan prosedur audit spesifik untuk masing-masing
area audit, adalah perlu untuk memadukan hasilnya ke dalam satu kesimpulan
menyeluruh. Terakhir, auditor harus memutuskan apakah bahan bukti audit yang
cukup telah dikumpulkan untuk mendukung kesimpulan bahwa laporan keuangan
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yang diterapkan
secara konsisten dengan tahun lalu.

Ada lima aspek dalam evaluasi hasil, yaitu:


1. Kecukupan bahan bukt
2. Bahan bukti yang mendukung pendapat auditor
3. Pengungkapan laporan keuangan
4. Menelaah Kertas Kerja

XXII. Laporan Audit


 Laporan Audit Standar Dengan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
 Kondisi untuk laporan wajar tanpa pengecualian ;
1. Semua laporan keuangan – neraca, laporan rugi laba, saldo laba, dan
laporan arus kas – susah tercakup didalam laporan keuangan
2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan
3. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut telah
melaksanakan penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya
untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah
dipenuhi
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum
5. Tidak terdapat penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi kata-
kata dalam laporan

 Keadaan Yang Menyebabkan Penyimpangan Dari Pendapat Wajar Tanpa


Pengecualian
1. Pembatasan lingkup audit
2. Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum
3. Auditor tidak independent
 Laporan Auditor Selain laporan Wajar Tanpa Pengecualian
Tiga jenis laporan yang paling penting untuk kondisi ini adalah:
a. Pendapat tidak wajar
b. Pernyataan tidak memberikan pendapat
c. Pendapat wajar dengan pengecualian

Definisi dari materialitas dalam hubungannya dengan akuntansi dan pelaporan


audit, adalah: Suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material
jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai
laporan keuangan yang rasional

Dalam menerapkan definisi ini digunakan 3 tingkatan materialitas dalam


mempertimbangkan jenis laporan yang harus dibuat:
1. Jumlahnya tidak material
2. Jumlahnya material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara
keseluruhan
3. Jumlah sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan diragukan

 Pembahasan Mengenai Kondisi Yang Memerlukan Penyimpangan Dari


Laporan Audit Bentuk Baku
1. Lingkup Audit Dibatasi
Ada dua penyebab utama pembatasan lingkup audit:
a. Pembatasan yang disebabkan oleh klien
b. Yang disebabkan oleh kendala di luar kekuasaan auditor maupun klien
2. Auditor Tidak Independen
Jika auditor tidak memenuhi persyaratan independensi yang disebutkan
oleh kode etik profesi, auditor harus memberikan pernyataan tidak
memberikan pendapat meskipun segala prosedur audit yang dibutuhkan
dalam keadaan tersebut telah dilakukan
 Laporan Audit Wajar Taanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan Atau
Modifikasi Kata
Berikut ini adalah berbagai penyebab paling penting dari penambahan
paragraf penjelasan atau modofikasi kata pada laporan wajar tanpa
pengecualian;

a. Tidak ada konsistensi


b. Ketidakpastian yang material
c. Keraguan atas kelangsungan hidup
d. Auditor setuju dengan penyimpangan terhadap PABU
e. Penekanan atas suatu hal
f. Laporan yang melibatkan auditor lain

 Lebih Dari Satu Kondisi Yang Mengakibatkan Penyimpangan Atau Modifikasi


Terhadap Laporan Audit Bentuk Baku
Dalam situasi-situasi berikut ini perlu dibuat lebih dari satu modifikasi
modifikasi pendapat dalam laporan audit:

a. Auditor tidak independen dan auditor mengetahui bahwa perusahaan tidak


mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku
b. Terdapat pembatasan lingkup audit dan auditor mengetahui adanya suatu
kewajiban kontinjen yang meyangkut tuntutan hukum yang dapat
mengakibatkan kebangkrutan bila perusahaan kalah dalam perkara
tersebut
c. Suatu penugasan review telah dilaksanakan dan review menyatakan bahwa
laporan keuangan tidaksesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
d. Keraguan akan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usaha, dan
informasi mengenai sebab-sebab ketidakpastian itu tidak diungkapan
secara memadai di dalam catatan kaki
e. Terdapat penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum
dalam penyajian laporan keuangan, dan prinsip akuntansi lain telah
diterapkan dengan basis yang tidak konsisten dengan tahun sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai