Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam tifoid atau typhoid fever adalah suatu sindrom sistemik berat yang secara
klasik disebabkan oleh Salmonella typhi. Salmonella Thypi termasuk dalam genus
Salmonella (Gama,2012).
Demam tifoid sendiri akan sangat berbahaya jika tidak segera ditangani secara baik
dan benar,bahkan menyebabkan kematian. Menurut data WHO (Sworld Health
Organisation) memperkirakan angka insidensi diseluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per
tahun, angka kematianakibt demam tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di
Asia. Di Indonesia sendiri, penyakit tifoid bersifat endemik, menurut WHO angka
penderita tifoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000 (Depkes RI, 2013).
Berdasarkan data yang di peroleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
berdasarkan system surveilans terpadu beberapa penyakit terpilih pada tahun 2010
penderita Demam Tifoid ada 44.422 penderita, termasuk urutan ketiga dibawah diare dan
TBC selaput otak, sedangkan pada tahun 2011 jumlah penderita demam tifoid meningkat
menjadi 46.142 penderita. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian demam tifoid di Jawa
Tengah termasuk tinggi.(Dinkes Prov Jateng,2011).
Masalah utama yang sering terjadi pada pasien penderita demam tifoid antara lain
adalah demam, demam sering dijumpai, biasanya demam sering dijumpai, biasanya
demam lebih dari seminggu, pada demam tifoid juga ditemui masalah mual, muntah,
nyeri abdomen atau perasaan tidak enak di perut, diare (Gama,2012).
Untuk itu, kami sebagai kelompok 5 yang telah diberikan tugas kelompok untuk
membuat Asuhan Keperawatan tentang demam tifoid dari mata kuliah KDK2, berusaha
mengerjakan tugas ini dengan sebaik mungkin. Agar kedepannya kami, mahasiswa-
mahasiswi S! Keperawatan dapat membuat asuhan keperawatan dengan akurat,efisien
dan profesional sehingga dapat dipercaya oleh pihak tim medis maupun klien yang
bersangkutan.

1
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Demam Tyfoid?
b. Bagaimana etiologi penyakitnya?
c. Bagaimana patofisiologi Demam Tyfoid?
d. Apa Manifestasi Klinis yang muncul?
e. Apa saja pemeriksaan penunjang?
f. Bagaimana Penatalaksanaan nya?
g. Apa peran perawat pada pasien dengan penyakit demam Tyfoid?

C. Tujuan
a. Mengetahui definisi demam typhoid
b. Mengetahui etilogi penyakit
c. Mengetahui manifestasi klinis demam tifoid
d. Mengetahui pasofisiologi penyakit
e. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang
f. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan demam typhoid
g. Mengetahui peran perawat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudh terkontaminasi
oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella (Smeitzer & Bare,
2002).

Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkn oleh kuman
Salmonella Thypi (Mansjoer, A, 2009)

Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella typhi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari penyakit ini adalah
Thypoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A.W, & B, Setiyohadi, 2006)

B. Etiologi

Etiologi demam tyfoid adalah salmonella typhi. Sedangkan demam paratyfoid


disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies Salmonella enteritidis, yaitu S.
enteritidis bioserotipe paratyphi A, S. enteritidis bioserotipe paratyphi B, S. enteritidis
bioserotipe C.

C. Patofisiologi Penyakit

Proses infeksi dari penyakit typhoid menurut Rampengan (2001) disebabkan oleh
kuman Salmonella Typhi yang masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dengan
perantara makanan dan minuman yang tercemar. Cara penularannya dikenal dengan 5 F
yaitu food (makanan), fingers (Jari), fomitus (muntah), fly (lalat), dan feces. Sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan terjadi meningkatan produksi asam lambung
yang menimbulkan perasaan yang tidak enak di perut mual, muntah, anoreksia, dan
mengakibatkan terjadi iritasi mukosa lambung sebagian lagi masuk ke dalam usus halus
sehingga terjadi infeksi yang merangsang peristaltik usus sehingga menimbulkan diare
atau konstipasi. Kuman juga sering mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum
terminalis yang mengalami hipertropi. Di tempat ini terjadi komplikasi perdarahan,
kuman salmonella kemudian menembus ke krina propia, masuk ke aliran limfe dan

3
mencapai kelenjar limfe mesentrial, yang juga mengalami hipertropi. Selanjutnya kuman
Salmonella Typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella Typhi
bersarang di plaque peyeri, limpa hati, dan bagian-bagian lain system reticuloendotelia.
Endotoksik Salmonella Typhi menyebabkan terjadinya proses inflamasi lokal pada
jaringan tempat Salmonella Typhi berkembangbiak. Sementara demam pada Typhus
Abdominalis disebabkan karena Salmonella Typhi dan endotoksik merangsang sintesis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Kuman yang
berkembangbiak juga dapat mengakibatkan hipertropi hepatomegali sehingga
menyebabkan nyeri.

D. Manifestasi Klinis

Typhus Abdominalis yang tidak diobati seringkali merupakan penyakit berat yang
berlangsung lama dan terjadi selama 4 minggu atau lebih. Adapun manifestasi klinik yang
bisa ditemukan pada demam typhoid menurut. Nelson, (2001) dan Mansjoer (2000),
antara lain:
1. Demam
Demam biasanya berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten dan suhu tidak
tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Suhu
tubuh meningkat dan dapat terjadi serangan kejang.

2. Nyeri
Endotoksik Salmonella Typhi menyebabkan terjadinya proses inflamasi lokal
pada jaringan tempat Salmonella Typhi berkembangbiak. Kuman yang
berkembangbiak juga dapat mengakibatkan hipertropi hepatomegali sehingga
menyebabkan nyeri.
3. Gangguan Sistem Pencernaan
Mulut berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup selaput
putih kotor (coated tongue). Ujung dan tepinya kemerahan jarang disertai tremor.
Pemeriksaan abdomen di temukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati dan
limpa membesar di sertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi,kadang
diare atau BAB tanpa kelainan. Pasien juga akan mengalami mual, muntah, dan
distensi abdomen, selain itu biasanya juga dijumpai ikterik.
4. Gangguan Kesadaran
4
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak teraba demam yaitu apatis
sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan).
5. Gejala lain
Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung
dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bitik kemerahan karena
emboli basil dalam kapiler kulit, yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam
kadang-kadang di temukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar.

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid menurut Widodo (2006) adalah
pemeriksaan laboratorium , yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Biasanya pada klien dengan demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis,
tetapi kenyataannya leukopenia jarang dijumpai. Pada kebanyakan kasus Typhus
Abdominalis, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal
bahkan kadang kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa
Typhus Abdominalis.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya Typhus Abdominalis.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan Typhus Abdominalis, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah di vaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah
di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

5
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
Makin tinggi titter O makin besar jumlah kuman Salmonella Typhi di dalam tubuh.
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
Makin tinggi titter H makin besar jumlah kuman Salmonella Typhi di dalam tubuh.
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari sampai
kuman)

F. Penatalaksanaan

Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
1. Pemberian antibiotik; untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman.
Antibiotik yang dapat digunakan :
a. Kloramfenikal; dosis hari pertama 4x250 mg, hari kedua 4x500 mg, diberikan
selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan
menjadi 4x250 mg selama 5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. Di
RSUP Persahabatan), penggunaan kloramfenikol masih memperlihatkan hasil
penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru dari jenis kuinolon.
b. Ampisilin/Amoksisilin; dosis 50-150 mg/kg BB, diberikan selama 2 minggu.
c. Kotrimoksazol; 2x2 tablet diberikan selama 2 minggu.
d. Sefalosporin generasi II dan II. Di Subbagian Penyakit Tropik dan Infeksi FKUI-
RSCM, pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam tifoid dengan baik.
Demam pada umumnya mereda pada hari ke-3 atau menjelnang hari ke-4. Regimen
yang dipakai adalah:
 Seftriakson 4g/hari selama 3 hari.
 Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari.
 Siprofloksasin 2x500 mg/hari selama 6 hari.
 Ofloksasin 600 mg/hari selama 7 hari.
 Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari.
 Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari.
2. Istirahat dan Perawatan; bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan. Pasien harus berbaring minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih
14 hari. Mobilisasi bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Dalam
perawatan perlu sekali dijaga hygiene perseorangan, kebersihan tempat tidur, pakaian,

6
dan peralatan yang dipakai pasien. Pasien dengan keadaran menurun, posisinya perlu
diubah untuk mencegah decubitus.
3. Diet
Pertama pasien diberi bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai
tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian makanan padat dini dan lauk pauk rendah selulosa dapat diberikan dengan
aman. Juga diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung
keadaan umum pasien. Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dn homeostasis,
sistem imun akan berfungsi dengan optimal.

G. Peran Perawat
a. Memberikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Pada pasien penderita demam Tyfoid banyak sekali gejala yang muncul pada pasien.
Peran perawat adalah dengan mengatasi gejala-gejala tersebut. Missal dengan gejala
sebagai berikut :
1. Demam = Memberikan kompres hangat kepada pasien agar dema segera
turun.
2. Bau mulut = Melakukan tindakan personal hyginene gosok gigi agar pasien
merasa nyaman.
3. Konstipasi = Kolaborasi dengan dokter memberikan obat supositoria guna
melancarkan BAB pasien.
Masih banyak lagi contoh asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien
penderita demam typhoid, yang tentunya askep tersebut harus sesuai dengan gejala
yang dialami pasien.
b. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Selain memberikan asuhan keperawatan pada pasien, memberikan edukasi sangatlah
penting agar asuhan keperawatan dan terapi obat yang diberikan dapat berjalan sesuai
rencana dan tidak menimbulkan komplikasi. Memberikan edukasi tentang makanan
apa yang harus dihindari agar penyakit tersebut kunjung sembuh, meminimalkan
aktifitas karena penyakit demam typhoid membutuhkan pola istirahat total agar segera
pulih. Hindari stress yang dapat memicu kambuhnya penyakit tersebut.

7
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

CONTOH KASUS :

Pada tanggal 23 februari 2011 Tn. I datang ke rumah sakit dengan keluhan demam tinggi,
naik di malam hari dan turun dipagi hari. Tn. I juga merasakan nyeri kepala mual, muntah,
nyeri perut, pasien mengatakan sulit tidur ketika malam hari, klien mengeluh sudah satu
minggu tidak BAB, klien mengatakan lemah untuk melakukan aktifitas, klien mengeluh
kesakitan daerah perut, dan mulut terasa pahit, badan lemas. Setelah dilakukan vital sign &
pemeriksaan fisik ditemukan data: T=110/80 mmHG, N=68 x/menit, RR=26 x/menit,
keadaan lidah yang khas putih, kotor, mukosa bibir kering, Klien lalu diperiksa Lab (uji
widal: 500, periksa darah lengkap: leukosit < 500 /mm3, dan SGOT-SGPT) semua hasilnya
positif. Klien terlihat gelisah, tampak meringis menahan sakit, lemas, tampak bedrest,dan
aktivitas dibantu, teraba massa feses pada perut bagian bawah, Keluarganya mengatakan
sebelumnya tidak mau dibawa ke RS karena merasa penyakitnya akan sembuh sendiri tetapi
setelah panasnya semakin tinggi klien semakin cemas dan akhirnya mau dibawa ke RS.

A. PENGKAJIAN
I BIODATA
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 38 tahun

9
Jenis kelamin : laki - laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Agama : islam
Suku/bangsa : indonesia
Status perkawinan : kawin
Alamat : pacitan
Tanggal MRS : 23 februari 2011
No registrasi : 102100
Diagnosa medis : demam typoid

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny.I
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : pacitan
Hubungan dengan pasien : Istri

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. Keluhan utama
Pasien dengan keluhan utama demam tinggi 39°c terutama malam hari.
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengalami deman sekitar 2 minggu SMRS ( naik turun ) meningkat pada
malam hari, mual, muntah, nafsu makan menurun dan gangguan BAK/BAB.
Klien merasakan nyeri kepala, selanjutnya pada tanggal 23/02/2011klien dibawa
ke rumah sakit dengan keluhan yang sama. Klien diberikan tindakakn
pengecekan TTV dengan hasil TD:110/80, N:68x/m, R:20x/m, S:390C, klien
datang dengan kesadaran penuh dan diberi terapi obat Ranitidine extra
25mg/ampul, Capsul A 2X1 tab (obat batuk), Analsik 500mg, paracetamol
500mg dan terpasang infuse Rl 20 tpm mac. Setelah itu klien dibawa ke bangsal
melati untuk melakukan perawatan.
10
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya, tidak ada
riwayat HT, DM.
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada yang mengalami riwayat penyakit yang sama dengan klien.

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

PENGKAJIAN B6
Breath ( B1 ) Pergerakan dada  Simetris
o Tidak simetris
Pemakaian otot bantu nafas o Ada
Jenis :
o Tidak ada
Suara nafas  Vesikuler
o Wheezing
o Ronki
lokasi :
Batuk o Produktif
 Tidak produktif
Sputum o Coklat
o Kental
o Berdarah
o Encer
 Tidak ada
Alat bantu nafas o Ada
 Tidak ada
Lain – lain

11
Blood ( b2 ) Suara jantung S1 S2 S3 S4
o Tunggal
o Gallop
o Murmur
Irama jantung  Regular
o Tidak regular
CRT o ≤ 2 dtk
 ≥ 2 dtk
JVP  Normal
o Meningkat
CVP o Ada
 Tidak ada
Edema o Ada
 Tidak ada
Tempat :
Lain – lain
Brain ( B3 ) Tingkat kesadaran  Kualitatif
o Kuantitatif (
GCS )
Reaksi pupil  ada , diameter
 Kanan o tidak ada
 Kiri  ada , diameter
o tidak ada
Reflek fisiologis o ada
o tidak ada
Refleks patologis o brudzinki
o babinzinki
Menigeal sign o ada
o tidak ada
Lain – lain
Bladder ( B4 ) Urin o jumlah :
o warna :
Kateter o ada

12
hari ke :
jenis :
 tidak ada
Kesulitan BAK o ya
 tidak
Lain – lain
Bowel ( B5 ) Mukosa bibir  kering
o lembab
Lidah o kotor
o bersih
Keadaan gigi  lengkap
o gigi palsu
Nyeri telan o ya
 tidak
Abdomen o distensi
o tidak distensi
Persitaltik usus o normal
 menurun
o meningkat
Mual  ya
o tidak
Muntah  ya
o tidak
jumlah :
Hematemesis o ya
o tidak
jumlah :
Melena o ya
 tidak
jumlah
Terpasang NGT o ya
 tidak
Diare o ya

13
 tidak
jumlah
Konstipasi  ya
o tidak
sejak : 1 minggu
Asitesis o ya
o tidak
Lain – lain
Bone ( B6 ) Turgor o baik
 jelek
Pendarahan kulit o ada
 tidak ada
jenis
Icterus o ya
o tidak ada
Akral o hangat
o kering
o merah
o dingin
o pucat
o basah
Pergerakan sendi  bebas
o terbatas
skala
Fraktur o ada
 tidak ada
jenis
lokasi
Luka o ada
 tidak ada
jenis
lokasi
Lain – lain

14
B. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 SUBJEKTIF : Infeksi peradangan Hiperthermi b/d
 Klien mengatakan panas tinggi pada intestine reaksi peradangan
terutama malam hari pada saluran cerna

OBJEKTIF :
 TTV Stimulus
S: 390C hypothalamus
TD : 110/80
RR : 26x/mnt
Nadi : 68 x/mnt
 Klien menggigil, Perubahan set point
 klien memakai selimut,
 klien teraba panas,
 mukosa bibir mulai mengering
Suhu sistemik naik

hipertermi

2 SUBJEKTIF : Thypoid Vol cairan <


 klien merasakan panas dan kebutuhan b/d
kering pada bibir mual muntah
 klien mengatakan muntah 4x
sehari Mual dan muntah
 Pasien mengatakan minum air
putih +2 gelas (+800cc)/hari

OBJEKTIF :

15
 TTV Benyak
0 mengeluarkan cairan
S: 39 C
TD : 110/80
RR : 26x/mnt
Nadi : 68 x/mnt
 mukosa bibir kering
 turgor kulit kembali lebih dari 2 Vol cairan <
dtk kebutuhan

3 SUBYEKTIF : Salmonella typhi Gangguan


 Klien mengatakan tidak BAB eliminasi
selama 1 minggu konstipasi b/d
Menginfeksi usus penurunan
OBYEKTIF halus mortilitas usus
 Teraba masa feses pada perut
bagian bawah
Penurunan
mortilitas usus

konstipasi
4 SUBYEKTIF Salmonella typhi nutrisi kurang dari
 Klien mengatakan mual muntah kebutuhan b/d
 Muntah 4x sehari mual, muntah,
 Klien mengatakan tidak nafsu nafsu makan
makan Pembesaran hati dsn menurun
 Klien mengatakan makan hanya limfa
1 – 3 sendok

OBYEKTIF
 Wajah tampak pucat Mendesak lambung
 Konjungtiva anemis

Tidak nafsu makan

Intake tidak adekuat

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS


a. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan terhadap demam
dan muntah. Prioritas pertama karena jika tidak segera ditangani akan terjadi syock
hipovolemik
b. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus. Prioritas kedua
karena jika tidak segera diatasi terjadi peningkatan metabolime dan terjadi
16
pengeluaran keringat yang berlebih dan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, nafsu
makan menurun. Prioritas ketiga karena absorbsi nutrisi diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah. Sedangkan sel darah merah dibutuhkan untuk
mengangkut oksigen ke dalam otak, jika suplai oksigen ke otak berkurang pasien akan
merasa pusing.
d. Gangguan eliminasi BAB kontipasi berhubungan dengan adanya penurunan mortilitas
usus. Prioritas ke empat karena jika tidak diatasi pasiean akan kesulitan BAB dan
membuat pasien mengejan keras sehingga menimbulkan perlukaan pada daerah anus.

D. INTERVENSI
NO PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Dx 1. Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Hipotensi, Takardi,
1 tindakan keperawatan vital. demam, dapat
2x24 jam kebutuhan menunjukan respon
cairan terpenuhi. pada efek kehilangan
cairan

Dengan kriteria hasil : 2. Observasi kulit 2. Dapat mengetahui


a. Tidak adanya tanda kering berlebihan kehilangan cairan
dehidrasi dan membrane berlebihan dan
b. Turgor kembali dalam mukosa, penurunan dehidrasi.
kurang dari 2 detik turgor kulit.
c. Meningkatkan asupan
cairan hingga jumlah 3. Pertahankan 3. Kolon diistirahatkan
tertentu sesuai usia dan pembatasan per oral, untuk peyembuhan
kebutuhan metabolik tirah baring, hindari dan untuk
kerja atau batasi menurunkan cairan
aktifitas. usus

4. Observasi 4. Diet tak adekuat dan


perdarahan dan tes penurunan absorbsi
feses tiap hari untuk dapat memasukan
adanya darah samar. defisiensi Vitamin K
dan merusak
koagulasi, potensial
resiko pendarahan.

5. Kolaborasi 5. Mempertahankan
pemberian cairan istirahat usus akan
parenteral sesuai memerlukan
indikasi. penggantian cairan

17
untuk memperbaiki
kehilangan atau
anemia
Dx 1. Setelah dilakukan 1. Kaji peningkatan 1. Suhu 38,9o C
2 tindakan keperawatan suhu. menentukan proses
suhu tubuh normal. penyakit infeksi abut

2. Pantau suhu 2. Suhu lingkungan


Dengan kriteria hasil : lingkungan, batasi atau jumlah slimut
a. Mengembalikan atau tambah linen harus dibatasi untuk
Suhu tubuh kembali tempat tidur sesuai mempertahankan
normal 36-37°C indikasi. suhu mendekati
b. bibir tidak kering, normal.
c. pasien tampak rileks,
d. turgor kulit baik, 3. Berikan kompres air 3. Membantu
tidak terjadi resiko hangat, hindari mengurangi demam
kekurangan volume penggunaan air es. (penggunaan air es
cairan. menyebabkan
peningkatan suhu
secara aktual).

4. Kolaborasi 4. Digunakan untuk


pemberian mengurangi demam.
Antipiretik.

5. Kolaborasi 5. untuk mengatasi


pemberian Antibiotik peradangan yang
dan Antimikroba. terjadi dalam tubuh.
Dx 1 Setelah dilakukan 1. Dorong tirah baring 1. Menurunkan
3 tindakan 3x24 jam atau pembatasan kebutuhan metabolik
pemenuhan kebutuhan aktifitas selama fase untuk mencegah
nutrisi pasien terpenuhi. sakit akut. penurunan kalori dan
simpanan energi.
Kriteria hasil :
- BB stabil atau 2. Anjurkan klien 2. Menenangkan
peningkatan BB, tidak istirahat sebelum peristaltik dan
ada makan. meningkatkan energi
- Malnutrisi untuk makan
- nafsu makan
meningkat, pasien 3. Sediakan makanan 3. Lingkungan yang
mengmhabiskan porsi dalam keadaan menyenangkan dapat
makan yang sudah hangat, lingkungan menurunkan stress
disediakan rumah sakit menyenangkan, dan dan lebih kondusif
kondisi tidak untuk makan.
terburu-buru

4. Catat masukan 4. Memberikan rasa


makanannya. kontrol pada klien
dan memberikan
kesempatan untuk

18
memilih makanan
yang diinginkan,
dinikmati, dapat
meningkatkan
masukan.

5. Berikan nutrisi 5. Dapat


parental total, terapi mengistirahatkan
Intra Vena sesuai saluran sementara
indikasi. memberikan nutrisi
penting.

6. Timbang berat 6. memberikan


badan setiap hari informasi tentang
kebutuhan diet atau
keefektifan terapi.

Dx 1. Setelah dilakukan 1. Kaji pola BAB 1. Untuk mengetahui


4 tindakan 3x24 jam pasien. pola BAB pasien.
pemenuhan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi. 2. Memenuhi
2. Pertahankan intake kebutuhan cairan dan
Kriteria hasil : cairan 2-3 liter membantu
- Tidak teraba masa feses /hari. memperbaiki
pada peut bagian bawah konsistensi feses.
- Tidak terjadi gangguan
pada eliminasi BAB 3. Rasional: Obat itu
- kembali normal, 3. Kolaborasi dengan untuk melunakan
konsistensi lunak, tidak dokter untuk feses yang keras
cair, pasien tidak pemberian obat sehingga pasien
kembung. pencahar. dapat defekasi
dengan mudah.

E. IMPLEMENTASI
Nama pasien : Tn.I No. RM : 102100
Dx medis : demam typoid
Tanggal /
Dx keperawatan Catatan keperawatan Paraf
Waktu

19
23/02/2011 Defisit volume cairan 1. menkaji tanda-tanda
vital
7.00 berhubungan dengan
2. mengbservasi kulit
output yang berlebihan kering berlebihan dan
membrane mukosa,
terhadap demam dan
penurunan turgor kulit.
muntah 3. mempertahankan
pembatasan per oral,
tirah baring, hindari
kerja atau batasi
aktifitas.
4. berkolaborasi
pemberian cairan
parenteral sesuai
indikasi.
23/02/2011 Hipertermi 1. Kaji peningkatan suhu.
2. Pantau suhu
7.00 berhubungan dengan
lingkungan, batasi atau
proses peradangan pada tambah linen tempat
tidur sesuai indikasi.
usus halus
3. Berikan kompres air
hangat, hindari
penggunaan air es.
4. Kolaborasi pemberian
Antipiretik.

23/02/2011 Perubahan nutrisi 1. Anjurkan klien istirahat


sebelum makan.
7.00 kurang dari kebutuhan
2. Sediakan makanan
berhubungan dengan dalam keadaan hangat,
lingkungan
mual, muntah, nafsu
menyenangkan, dan
makan menurun. kondisi tidak terburu-
buru
3. Catat masukan
makanannya.

23/02/2011 Gangguan eliminasi : 1. Kaji pola BAB pasien.


BAB berhubungan
2. Kolaborasi dengan
dengan penurunan dokter untuk pemberian
obat pencahar.
motilitas usus

20
F. EVALUASI

NAMA : Tn.I
Hari / UMUR : 38 tahun
EVALUASI
tgl/ jam NO RM: 102100
PARAF
25/02 S:
 Pasien mengatakan muntah
berkurang menjadi 1 kali sehari
 Pasien mengatakan masih mual
 Pasien mengatakan bibir tidak
panas
 Pasien mengatakan mulai bisa BAB

O:
 Mukosa bibir pasien mulai lembab
 Turgor kulit kembali dalam 2 detik
 Teraba masa feses di perut bagian
bawah berkurang
 TD = 120/80
 N = 68 x/menit
 S = 38
 RR = 22

A : Masalah Teratasi sebagian

P : Lanjutkan semua intervensi

21
27/02
S:
 Klien mengatakan tidak mual muntah
 Klien mengatakan nafsu makan meningkat
 Klien mengatakan makan habis satu porsi
dari RS
 Klien mengatakan lebih rileks dari
sebelumnya
 Pasien mengatakan lancar BAB

O:
 Wajah tidak pucat
 Konjungtiva merah muda
 Bibir lembab
 Tidak teraba masa feces
 TD = 120/80
 N = 68 x/menit
 S = 36.5
 RR = 20

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan Asuhan Keperawatan selama kurang lebih 5 hari di
Rumah Sakit, Tn.I yang menderita Demam Tyfoid dan MRS pada tanggal 23 Februari
2011 didapatkan beberapa diagnosa keperawatan yaitu :
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan terhadap
demam dan muntah.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
nafsu makan menurun.
d. Gangguan eliminasi : BAB berhubungan dengan penuruna motilitas usus.
Selama kurang lebih 5 hari tersebut perawat melakukan beberapa implentasi
keperwatan sesuai dengan intervensi keperawatan. Evaluasi dilakukan 2 hari sekali
secara menyeluruh dan pada hari kelima dirawat di RS masalah pasien teratasi.

B. Saran
a. Diharapkan bagi institusi untuk menmbah bacaan diperpustakaan sehingga mudah
dalam pembuatan tugas
b. Mahasiswa dalam mengerjakan tugas harus berpedoman pada sumber-sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan.
c. Dalam pengumpulan tugas hendaknya Mahasiswa bersikap tepat waktu

23

Anda mungkin juga menyukai