Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

SOFT TISSUE TUMOR PADA PASIEN DI RUANG JENGGALA B

RS GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Disusun Oleh :

Cindy Nilasari Savitri ( 10216005 )

PROGAM STUDY S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
BAB I

TUNJANGAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak
tumbuh seperti kanker (Price, 2006).
Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang
abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan
tulang

1.2 ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik.
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

1.3 PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT)
adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40%
terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di
kepala dan leher, dan 30% di badan. Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally,
meskipun beberapa tumor jinak, sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas
anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur
neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh

1.4 MANIFESTASI KLINIS


Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau
benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah
kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya
terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya
penekanan pada saraf – saraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat,
tidak cepat membesar, bila dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih
mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak
yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong
jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.

1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan X-ray.
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya
jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi melihat
kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di
sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau ganas.
tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti
sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma
seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi aspirasi
akupunktur.
3. CT scan
CT scan memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray
dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor
dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas
dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.

1.6 PENATALAKSANAAN
1. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
2. Kemoterapi Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat
kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar
penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara
kemoterapi ini.
3. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
2.1. PENGKAJIAN
1. Data pasien : seperti nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian fisik Tanda – tanda vital TD : misalnya 190/130mmHg Nadi : 104 x/m
RR : 26x/m Suhu : 37,9
7. Pengukuran Antropometri misalnya TB : 157 cm BB : 90 kg
8. Kepala
a. Rambut : misal hitam, bersih, distribusi rata, tidak rontok, tidak ada benjolan
atau lesi.
b. Mata : Konjungtiva pucat, sklera putih, distribusi alis rata, lingkar gelap
dibawah kelopak mata (-), penglihatan normal.
c. Telinga : bersih,pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
d. Hidung: Simetris, , sama besar, tidak menggunakan oksigen
e. Mulut : mukosa lembab
f. Leher dan Tenggorokan Tidak ada benjolan, tidak ada luka, tidak ada nyeri telan
9. Dada dan thorax
a. Paru-paru Inspeksi : pengembangan kanan dan kiri sama, simetris, retraksi dada
b. Palpasi : taktil fremitus
c. Perkusi : sonor Auskultasi : redup
d. Jantung inspeksi : simetris, ic cordis tidak tampak
e. jantung palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. jantung perkusi : pekak auskultasi : BJ I BJ II vesikuler
10. Abdomen
a. Inspeksi : perut besar
b. Auskultasi : bising usus 20x / m
c. Perkusi : kembung Palpasi : tidak ada nyeri tekan
11. Ekstremitas
a. Atas : tangan kanan terpasang infus dan tidak bengkak, tangan kiri tidak
terpasang infus
b. Bawah : edema -. c. CRT : -+ 2 detik d. Tidak ada infeksi dan nyeri tekan pada
daerah infus
12. Genital Tidak Terpasang kateter, tidak ada infeksi atau luka 13.Kulit Kulit bersih,
turgor baik, ada edema di kedua kaki, terpasang infus di tangan kanan.

2.2.DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Ansietas berhubungan dengan
3. Kerusakan integritas kulit adanya luka post operasi

2.3.INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Nyeri Dengan dilakukan intervensi 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan selama 2x24 jam di harapkan secara komprehensif
dengan nyeri pasien berkuramg termasuk lokasi,
terputusnya dengan karakteristik, durasi,
kontinuitas Kriteria hasil : frekuensi, kualitas dan
jaringan 1. Mampu mengontrol nyeri obat yang akan diberikan
(tahu penyebab nyeri, 2. Pilih dan lakukan
mampu menggunakan penanganan nyeri
tehnik nonfarmakologi (farmakologi, non
untuk mengurangi nyeri, farmakologi dan inter
mencari bantuan) personal) R/ membantu
2. Melaporkan bahwa nyeri mengurangi rasa nyeri
berkurang dengan pasien
menggunakan manajemen 3. Ajarkan tentang teknik
nyeri non farmakologi
3. Mampu mengenali nyeri R/mengurangi nyeri
(skala, intensitas, dengan cara pengobatan
frekuensi dan tanda nyeri non farmakologis
4. Menyatakan rasa nyaman 4. Berikan analgetik untuk
setelah nyeri berkurang mengurangi nyeri R/ nyeri
dapat berkurang
2 Ansietas Dengan dilakukan intervensi 1. Identifikasi tingkat
berhubungan selama 2x24 jam di harapkan kecemasan R/ mengetahui
dengan ansietas pasien berkuramg tingkat kecemasan pasien
kurangnya dengan 2. Bantu pasien mengenal
pengetahuan Kriteria hasil : situasi yang menimbulkan
tentang penyakit Kriteria Hasil : kecemasan R/membantu
a. Klien mampu pasien agar lebih tenang
mengidentifikasi dan 3. Dorong pasien untuk
mengungkapkan gejala mengungkapkan perasaan,
cemas ketakutan, persepsi R/
b. Mengidentifikasi, membantu pasien tenang
mengugkapkan dan dan nyaman
menunjukkan tehnik untuk 4. Instruksikan pasien
mengontrol cemas menggunakan teknik
c. Vital sign dalam batas relaksasi R/ cemas
normal berkurang, pasien merasa
d. Postur tubuh, ekspresi tenang
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
3 ofKerusakan Dengan dilakukan intervensi 1. Hindari kerutan pada
integritas kulit selama 2x24 jam di harapkan tempat tidur R/ menjaga
adanya luka post kerusakan intergitas pasien integritas kulit tetap baik
operasi berkuramg dengan 2. Mobilisasi pasien (ubah
Kriteria hasil : posisi pasien) setiap dua
a. Integritas kulit yang baik jam sekali R/ membantu
bisa dipertahankan agar pasien nyaman
(sensasi, elastisitas, 3. Monitor kulit akan adanya
temperatur, hidrasi, kemerahan R/ mengetahui
pigmentasi) kondisi integritas kulit
b. Tidak ada luka/lesi pada 4. Oleskan lotion atau
kulit. minyak/baby oil pada
c. Perfusi jaringan baik derah yang tertekan R/
d. Menunjukkan agar kulit tetap terjaga
pemahaman dalam proses tidak terjadi luka baru
perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya
sedera berulang
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta :


Sagung Seto
Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja

Anda mungkin juga menyukai