Anda di halaman 1dari 8

Makna Pendidikan Jasmani dan Olahraga

a. Arti Pendidikan dan Pendidikan Jasmani


· Pendidikan Menurut UU Sisdiknas
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
· The Aims and Function of Education Based On UU No.20 Tahun 2003
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
· The Meaning of Education Based on Raka Joni (1981: 14)
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara
kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik. (balance interaction between learner
and teacher)
2. Pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik mengahadapi lingkungan hidup yang
mengalami perubahan yang semakin pesat. (preparing the learner to stand before the
changing of environment)
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat. (improving the
quality of life)
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup. (Long Life Education)
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya. (sciences and technology application)
· Pendidikan Jasmani
Kata fisik atau jasmani (physical) menunjukkan pada tubuh atau badan (body). Kata fisik
seringkali digunakan sebagai referensi dalam berbagai karakteristik jasmaniah, seperti
kekuatan fisik (physical strenght), perkembangan fisik (physical development), kecakapan
fisik (physical prowess), kesehatan fisik (physical health). dan penampilan fisik (physical
appearance).
Kata fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran (mind). Oleh karena itu, jika kata pendidikan
(education) ditambahkan dalam kata fisik, maka membentuk frase atau susunan kata
pendidikan fisik atau pendidikan jasmani (physical education), yakni menunjukkan proses
pendidikan tentang aktivitas-aktivitas yang mengembangkan dan memelihara tubuh manusia.
Nixon and Cozens (1963: 51) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani didefinisikan
sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas dan respons
otot yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan individu dari respons
tersebut.
Dauer dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah fase dari
program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman
gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan
jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan
cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program
pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-
domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.
Bucher, (1979). Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu
proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang
dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler,
interperatif, sosial, dan emosional
Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan
mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.
Definition of Physical Education Based on Bucher and Wuest (1991: 6) physical education is
an educational process that has as its aim theimprovement of human performance through the
medium of physical activities selected to realize this outcome.
Definisi Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang
didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.
Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.
b. Gerak Sebagai Unsur Pokok Pendidikan Jasmani
Gerak unsur pokok Penjas
a) Gerak: perubahan posisi dalam ruang atau terhadap bagian tubuh lainnya.
b) Dalam pertumbuhan anak dikenal “gerak dasar fundamental” (lokomotor, nonlokomotor dan
manipulatif; Bloom)
c) Penjas mengembangkan ketiga unsur tersebut.
c. Olahraga dan Ilmu Olahraga
Pengertian olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam
permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi
kemenangan dan prestasi optimal.
Pengertian Olahraga (Menpora Maladi) Olahraga mencakup segala kegiatan manusia yang
ditujukan untuk melaksanakan misi hidupnya dan cita-cita hidupnya, cita-cita nasional
politik, sosial, ekonomi, kultural dan sebagainya.
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak
(mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas
hidup). Seperti halnya makan, Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik;
artinya Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat
ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya,
stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi
dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan
Penjas-Or dari pada siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti Penjas-Or (Renstrom & Roux
1988, dalam A.S.Watson : Children in Sport dalam Bloomfield,J, Fricker P.A. and
Fitch,K.D., 1992).
Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh
satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Webster’s
New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan
kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic
games di Amerika Serikat).
Seperti dikemukakan oleh para ahli lainnya (Pieron, Cheffers, dan Barette (1994; dalam Naul,
1994) pendidikan olahraga merupakan sebuah disiplin yang terpadu dalam struktur ilmu
keolahragaan. Paradigma ini telah diadopsi di Indonesia dalam pengembangan pedagogi
olahraga di FIK/ FPOK/JPOK dengan kedudukan bahwa pendidikan olahraga dianggap
sebagai “induk” yang berpotensi untuk memadukan konsep/teori terkait dari relevan dari
beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya terutama dalam konteks pembinaan dalam
arti luas dan paradigma interdisiplin (Matveyev, dalam Rush Lutan, 1988). Pandangan ini tak
berbeda dengan tradisi di Jerman yang menempatkan pendidikan olahraga dalam kedudukan
sentral dalam struktur ilmu keolahragaan (Wasmund, 1973). Dalam model yang
dikembangkan di Universitas Olahraga Moskow, pendidikan olahraga ditempatkan sebagai
“pusat” yang berpotensi untuk memadukan beberapa subdisiplin ilmu dalam taksonomi ilmu
keolahragaan, sementara para ahli meletakkan sport, medicine yang mencakup aspek
keselamatan (safety) dan kesehatan sebagai landasan bagi pendidikan olahraga (Rush Lutan,
1998; dalam laporan hasil The Second Asia Pacific Congress of Sport and Physical,
Education University President).
Widmer (1972) menjelaskan objek formal pendidikan olahraga yaitu “fenomena olahraga dari
fenomena pendidikan, tatkala manusia dirangsang agar mampu berolahraga. Bagi Grupe &
Kruger (1994), pendidikan olahraga mencakup dua hal utama: (1) tindakan pendidikan
praktis dalam bermain dan olahraga, dan karena itu ada landasan teoretis bagi kegiatan
olahraga yang mengandung maksud mendidik tersebut; dan (2) praktik yang dimaksud
berbeda dengan praktik dan konsep lama dalam pendidikan jasmani yang mengutamakan
latihan gaya militer dan drill di beberapa negara, khsusnya di Jerman; praktik baru itu disertai
konsep teoretis pendidikan jasmani, kontrol terhadap badan, dan disiplin, yang menyatu
dengan gerak fisik, ability, dan keterampilan di bawah pengendalianjiwa dan kemauan.
Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh
satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Webster’s
New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan
kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic
games di Amerika Serikat).
UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai “setiap aktivitas fisik berupa permainan yang
berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri”. Sedangkan
Dewan Eropa merumuskan olahraga sebagai “aktivitas spontan, bebas dan dilaksanakan
dalam waktu luang”. Definisi terakhir ini merupakan cikal bakal panji olahraga di dunia
“Sport for All” dan di Indonesia tahun 1983, “memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragaka masyarakat” (Rusli dan Sumardianto,2000: 6).
Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973) olahraga harus bergerak dari
konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara
lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang
tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil
ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport;
permainan yang dikembagakan.

2. Tujuan Pendidikan Jasmani


a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah suatu factor yang amat sangat penting di dalam pendidikan, karena
tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju oleh pendidikan. Begitu
juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan
yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di
alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda
dengan Orde Baru. Demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan tujuan
pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan
pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
Rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan di dalam Ketetapan MPRS dan MPR serta
UUSPN No. 2 Tahun 1989 adalah sebagai berikut:
1. Tap MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1996 Bab II Pasal 3 dicantumkan: “ Tujuan pendidikan
membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang
dikehendaki Pembukaan dan Isi Undang-Undang Dasar 1945”.
2. Tap MPR No. IV/ MPR / 1978 menyebutkan “ Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila
dan bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal
semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa”.
3. Di dalam Tap MPR No. II / MPR/ 1988 dikatakan: “Pendidikan Nasional bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkeperibadian, berdisiplin, bekerja
keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan
rohani”.
4. Di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4
dikemukakan: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki penetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
b. Tujuan Pendidikan Jasmani
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
dan olahraga yang terpilih.
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri
dan demokratis.
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

3. Perkembangan Konsep dan Istilah Pendidikan Jasmani


a. Perkembangan Konsep dan Istilah
Sejarah istilah pendidikan jasmani di Amerika Serikat berawal dari istilah gymnastics,
hygiene, dan physical culture Siedentop (1972). Di tanah air, istilah pendidikan jasmani
berawal dari istilah gerak badan atau aktivitas jasmani. Dalam perjalanan sejarah juga pernah
mengalami istilah pendidikan olahraga, pendidikan jasmani kesehatan rekreasi, pendidikan
jasmani kesehatan, sebelum kembali pada istilah pendidikan jasmani sekarang ini. Perjalanan
ini menunjukkan ketidak-konsistenan misi dan visi pendidikan jasmani yang diemban di
tanah air, terombang-ambing pengaruh zaman dan budaya serta nilai orientasi yang diyakini
masyarakat. Hingga saat ini pun, di sekolah dikenal istilah matapelajaran pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan, tetapi seolah sepakat semua orang menyebutnya sebagai
matapelajaran olahraga. Bahkan diantara para guru-nya pun lebih senang dipanggil sebagai
guru olahraga daripada guru pendidikan jasmani. Inilah bukti ketidak-konsistenan arah dan
tujuan pendidikan jasmani di tanah air.
Istilah gymnastics yang pernah ada di Amerika, terjadi sekitar tahun 1800-an, yang merujuk
pada aktivitas jasmani atau latihan yang dilakukan di gymnasium. Istilah ini juga populer di
negara Eropa, tetapi di Amerika digunakan sebagai bagian fase perkembangan program
pendidikan jasmani. Pada saat ini, karena terjadi penciutan makna, berubah menjadi lebih
spesifik, seperti: olympic gymnastics atau corrective gymnastics.
Hygiene, suatu istilah populer lainnya pada tahun 1800-an, yang mengacu pada pengetahuan
untuk mengantarkan orang menjadi sehat. Istilah ini muncul kembali pada tahun 1900-an
meski menjadi istilah health education. Pada saat kemunculan itu para pemimpin di bidang
pendidikan jasmani memusatkan diri dan mengembangkan diri untuk bias mengantarkan para
siswanya sehat.
Istilah lain yang pernah muncul di Amerika Serikat adalah physical culture. Pada sekitar
tahun 1800-an, istilah ini sangat dekat dengan tema pelatihan jasmani, yang lebih mengarah
pada program latihan kondisi fisik. Program seperti ini juga sering diselenggarakan pada
program militer mereka. Tetapi, tentu istilah ini tidak akan sesuai jika diselenggarakan dalam
program pendidikan jasmani di sekolah.
b. Pendidikan Jasmani Sebagai Satu Disiplin Ilmu
1. Penjas sebagai Disiplin Ilmu
· Suatu Pengetahuan dapat dipandang sebagai suatu ilmu apabila mempunyai cirri- ciri
tertentu dan dilaksanakan secara penuh disiplin dan konskuen, ciriciri tersebut adalah
ontologi, epistimologi dan aksiologi.
· Ontologi yang berarti ilmu tersebut mempunyai obyek kajian yang jelas dan belum digarap
oleh ilmu lain dalam hal ini sebagi obyek kajian pendidikan jasmani adalah gerak manusia
· Sedang epistimologi bahwa ilmu tersebut dibentuk dan disusun melalui kajian teori yang
berdasarkan logika atau penalaran tertentu.
· Ciri yang ketiga adalah aksiologi yang berarti ilmu tersebut bermafaat untuk kehidupan
manusia pada umumnya.
· Para pakar berpendapat bahwa satu disiplin ilmu harus mempunyai tubuh pengetahuan.
Tubuh pengetahuan dari pendidikan jasmani adalah bagian dari pengetahuan yang berasal
dari banyak disiplin yang terjalin menjadi satu unit yang terintegrasi dan berhubungan dengan
pendidikan jasmani.
· Tubuh pengetahuan pendidikan jasmani berasal dari disiplin biologi, antropologi, sosiologi,
psikologi, filosofi, fisika, dan disiplin lainnya. Pendidikan jasmani bersifat antar disiplin dan
silang disiplin
· Antar disiplin, pengetahuan yang diambil dari beberapa disiplin lain seperti anatomi,
fisiologi, psikologi.
· Silang disiplin, pendidikan jasmani juga memusatkan pada aspek disiplin lain seperti
fisilogi latihan adalah salah satu aspek dari fisiologi, psikologi pendidikan jasmani adalah
satu aspek dari psikologi dsb.
Pengelolaan motivasional

Pengelolaan motivasional merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan


inetraksi siswa dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Sebagian besar bidang kajian studi sebenarnya memiliki daya tarik untuk dipelajari, namun
pembelajaran gagal menggunakannya sebagai alat motivasional. Akibatnya, bidang studi
kehilangan daya tariknya dan yang tinggal hanya kumpulan fakta dan konsep, prosedur atau
prinsip yang tidak bermakna. menarik dan mempertahankan perhatian siswa selama
pembelajaran dan salah satunya adalah menggunakan elemen pembelajaran secara variatif.
Dalam usaha mempertahankan perhatian siswa terhadap pembelajaran, dapat dilakukan
dengan jalan menggunakan elemen atau unsure-unsur pembelajaran yang bberaneka ragam.
Keller mengungkapkan, variasii dal pembelajaran dapat dilakukan dengan jalan
memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar yang bervariasi,
warna-warna yang beraneka ragam dan sebagainya.

Dalam pengelolaan motivasi siswa, guru juga diharapkan memberikan penguatan yang
positif kepada siswa dalam hal ini untuk menumbuhkan kepuasan dilakukan dengan member
umpan balik dan penguatan yang akan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Menurut
Gagne 91985) umpan balik sebagai fase terakhir dalam proses belajar mengajar merupakan
suatu proses penguatan dan ini sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, khususnya
dalam kaitan yang berhubungan dengan pembelajaran,

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Cara Kerja
    Cara Kerja
    Dokumen2 halaman
    Cara Kerja
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Olahraga
    Olahraga
    Dokumen1 halaman
    Olahraga
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Mengajar
    Jadwal Mengajar
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Mengajar
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Faktor - Faktor Yang Menentukan Zat - Zat Gizi
    Faktor - Faktor Yang Menentukan Zat - Zat Gizi
    Dokumen4 halaman
    Faktor - Faktor Yang Menentukan Zat - Zat Gizi
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Proposal Dedi
    Proposal Dedi
    Dokumen2 halaman
    Proposal Dedi
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Cara Kerja
    Cara Kerja
    Dokumen1 halaman
    Cara Kerja
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Soa Ranking 1
    Soa Ranking 1
    Dokumen2 halaman
    Soa Ranking 1
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Artikel Bola
    Artikel Bola
    Dokumen7 halaman
    Artikel Bola
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Strategi
    Strategi
    Dokumen3 halaman
    Strategi
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ilmu Kepelatihan
    Tugas Ilmu Kepelatihan
    Dokumen6 halaman
    Tugas Ilmu Kepelatihan
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Tenis Meja
    Tenis Meja
    Dokumen9 halaman
    Tenis Meja
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Tugasmama 34
    Tugasmama 34
    Dokumen1 halaman
    Tugasmama 34
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Tugas Strategi
    Tugas Strategi
    Dokumen3 halaman
    Tugas Strategi
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Ape
    Ape
    Dokumen1 halaman
    Ape
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ikd 1 (Ritha Hunta)
    Makalah Ikd 1 (Ritha Hunta)
    Dokumen13 halaman
    Makalah Ikd 1 (Ritha Hunta)
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ilmu Kepelatihan
    Tugas Ilmu Kepelatihan
    Dokumen6 halaman
    Tugas Ilmu Kepelatihan
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pks Dedy
    Tugas Pks Dedy
    Dokumen15 halaman
    Tugas Pks Dedy
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Tugasmama 34
    Tugasmama 34
    Dokumen1 halaman
    Tugasmama 34
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Jaw Aban
    Jaw Aban
    Dokumen1 halaman
    Jaw Aban
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Dapus Terbaru Ipan
    Dapus Terbaru Ipan
    Dokumen2 halaman
    Dapus Terbaru Ipan
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • KATA PENGANTA Kepemudaan
    KATA PENGANTA Kepemudaan
    Dokumen2 halaman
    KATA PENGANTA Kepemudaan
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Filsafat
    Kata Pengantar Filsafat
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Filsafat
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Sampah Makalah
    Sampah Makalah
    Dokumen3 halaman
    Sampah Makalah
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • TUGAS Dasar Dasar Penjas
    TUGAS Dasar Dasar Penjas
    Dokumen13 halaman
    TUGAS Dasar Dasar Penjas
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Kata Penganta Kepemudaan
    Kata Penganta Kepemudaan
    Dokumen2 halaman
    Kata Penganta Kepemudaan
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Hukum Ketenaga Kerjaan
    Hukum Ketenaga Kerjaan
    Dokumen1 halaman
    Hukum Ketenaga Kerjaan
    Muhammad Irfan Setiadi
    Belum ada peringkat