Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Jiwa wirausaha adalah daya kreatifitas, berfikir positif, tidak mudah
menyerah pada keadaan, dan memiliki produktifitas konstruktif sehingga
senantiasa berpikir inovatif untuk mendapatkan income yang bermanfaat (Gulardi,
2014). Negara yang mempunyai banyak wirausaha adalah negara yang
perekonomiannya berpotensi cepat maju (Adi, 2011). Jiwa wirausaha cenderung
kurang tumbuh subur di masyarakat karena orientasi pendidikan yang cenderung
membentuk sumber daya manusia menjadi pencari kerja (Fredy, 2010). Sekolah
menjadi tempat yang sangat strategis untuk menumbuhkan bakat wirausaha
(Nugroho, 2009). Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan adalah untuk
menghasilkan tamatan yang mandiri sebagai wirausaha (Adi, 2011). Hasil riset
menunjukkan bahwa menjadi wirausaha kurang diminati oleh siswa-siswi SMK
(Anggraini, Tanpa Tahun). Di Kota Kendari permintaan material bangunan terus
meningkat dan batako merupakan alternatif material bangunan yang ekonomis
(Cahyono & Rohman, Tanpa Tahun). Kami sebagai tenaga pengajar dari Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Kendari berkeinginan
menumbuhkan jiwa wirausaha sejak jauh-jauh hari di kalangan siswa-siswi SMK
6 Kota Kendari dalam hal membuat bahan bangunan batako melalui Tridharma
Perguruan Tinggi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara membuat batako pc sebagai salah satu usaha menumbuhkan
jiwa wirausaha di kalangan siswa-siswi SMK Kota Kendari.

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu Mengenai Jiwa Wirausaha di Kalangan Siswa-


Siswi SMK
Afriyanti (2011) dengan judul penelitian yaitu Pembelajaran Kewirausahaan
Di SMK Piri 1 Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
proses pembelajaran kewirausahaan di SMK PIRI 1 Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
pembelajaran menurut guru, persepsi siswa pada proses pembelajaran
kewirausahaan, prestasi hasil belajar siswa untuk mata pelajaran kewirausahaan
telah memenuhi standar kelulusan, dampak yang terjadi pada diri siswa pasca
pembelajaran kewirausahaan, dalam kategori sangat baik.
Kusrini (2013) dengan judul penelitian yaitu Peningkatan Kompetensi
Kewirausahaan Melalui Metode Kancing Gemerincing Pada Siswa Kelas X SMK
Karya Rini Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
metode kancing gemerincing terhadap kompetensi kewirausahaan pada siswa
kelas X SMK Karya Rini Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas secara kolaboratif dengan model Kemmis dan Mc.Taggart. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode kancing gemerincing dapat
meningkatkan kompetensi kewirausahaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jiwa wirausaha di
kalangan siswa-siswi SMK diperlukan.
B. Alat-alat Kerja, Bahan-bahan, dan Cara Membuat Batako Beton
1. Bahan-bahan Untuk Membuat Batako Beton
Batako semen dibuat dari campuran semen dan pasir atau batu yang dipres
padat (Susanta, 2008). Batako pres dibuat dari campuran semen pc dan pasir atau
abu batu (Adit, 2013 & Jaya, 2014). Batako pres terbuat dari campuran semen dan
pasir atau abu batu yang kemudian dipres, baik dipres secara manual, maupun
dipres memakai mesin (Pribadi, 2013). Batako semen atau batako pres yang ada di
pasaran umumnya menggunakan bahan dasar semen dicampur dengan pasir kasar
yang dicetak menggunakan mesin pres. Batu batako semen atau batako pres
kadang juga menggunakan bahan baku material batu tras dicampur dengan kapur
dan ditambahkan sedikit air. Di pasaran bahan dasar batako juga menggunakan
bahan batubara yang dicampur dengan semen dan pasir (Anonim, 2014). Batako
dibuat sebagai berikut: 1) Batako terbuat dari campuran semen dan pasir kasar
yang dicetak padat; 2) Batako terbuat dari campuran batu tras, kapur, dan air; dan
3) Batako terbuat dari campuran semen, pasir, dan batubara (Anonim, Tanpa
Tahun). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan
pembuatan batako pc adalah pasir, semen, dan air.
2. Alat-alat Kerja Untuk Membuat Batako Beton
Alat-alat kerja untuk membuat batako pc, sebagai berikut: cangkul, serokan,
ember, gayung, cetakan batako (Rahmi, 2015). Alat-alat kerja pembuatan batako
beton adalah cetakan batako, ayakan pasir, kotak adukan, sendok semen, sekop,
cangkul, ember, dan ember penyiram plastik (untuk menjaga kelembaban) (Ali,
dkk., 2014). Alat-alat kerja pembuatan batako beton adalah cetakan batako (bisa

2
terbuat dari kayu apabila tidak untuk diproduksi masal). Alat-alat kerja
selanjutnya adalah tempat adukan, cangkul, cetok, ember, dan palu besar. Baut
berukuran 20 cm dan kunci pas dengan ukuran 19/20 untuk memasang dan
melepaskan cetakan batako (Ksatria, 2013). Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa peralatan kerja dalam membuat batako adalah cetakan batako,
cangkul, ember, ayakan pasir, sendok semen, ember, baut, kunci pas, serokan, dan
gayung.
3. Cara Membuat Batako Beton
Cara membuat batako beton adalah sebagai berikut: 1) Proses pencampuran;
2) Proses pengadukan; 3) Proses pencetakan; 4) Proses pelepasan cetakan; dan 5)
Proses perawatan batako setelah pencetakan (Salamah, 2014). Cara pembuatan
batako beton adalah sebagai berikut: 1) Campur antara pasir dan semen dengan
perbandingan 1: 5; 2) Jika adonan cukup baik maka masukkan bahan tadi ke
cetakan; 3) Setelah itu adonan yang sudah anda masukkan ke dalam cetakan tadi
dan dipukul-pukul dengan balok kayu untuk memadatkan adonan; 3) Lepas
adonan dari cetakan dengan cara melepas bagian per bagian dari alat cetakan tadi
(Rahmi, 2015). Proses pembuatan batako beton adalah campur semen dan pasir
dengan perbandingan tertentu lalu basahi adonan semen dan pasir dengan air.
Adonan yang bagus adalah apabila adukan diremas akan menggumpal, tidak
pecah, dan tidak tertinggal di tangan. Perlu ketelitian pada saat pemberian air.
Pasir baru yang berasal dari sungai tidak perlu lagi diberi air. Bahkan itulah
ukuran kelembaban yang bagus, karena sudah merata. Rangkailah cetakan batako
yang tersedia. Pastikan baut sudah dipasang kencang. Buat cetakan sesederhana
mungkin. Masukkan adukan ke cetakan, kemudian dipadatkan dengan sosrok
kayu. Kemudian isi cetakan lagi hingga penuh dan padat. Setelah adukan padat
maka tuang adonan pada tempat yang rata. Lepaskan baut dan lepaskan cetakan
dengan hati-hati, karena dalam proses ini bila batako tersenggol sedikit saja akan
gompal bahkan hancur (Ksatria, 2013). Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa cara membuat batako beton adalah 1) Proses pencampuran
antara semen, pasir, dan air; 2) Proses percetakan; 3) Proses pelepasan adonan dari
cetakan sehingga menjadi batako beton.

3
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT

A. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk membuat batako beton sebagai salah satu
usaha untuk menumbuhkan jiwa wirausaha di kalangan siswa-siswi SMK 6 Kota
Kendari.
B. Manfaat Kegiatan
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tumbuh dan
berkembangnya jiwa wirausaha di kalangan siswa-siswi SMK 6 Kota Kendari
dalam hal membuat batako beton.
C. Khalayak Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah siswa-siswi SMK 6 Kota Kendari.

4
BAB IV
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah


Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka
meminta tanggapan langsung kepada para peserta tentang cara membuat batako
beton dan pengetahuan tentang kewirausahaan. Jawaban dari para tim pengabdian
tersebut dapat diketahui apakah peserta memahami kegiatan ini.
B. Realisasi Pemecahan Masalah
Kegiatan ini dilaksanakan menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah urun-
rembug dan bagian kedua pelatihan. Materi urun-rembug berupa tridharma
perguruan tinggi, tujuan pengabdian, dan cara membuat batako beton. Materi
pelatihan berupa bahan, alat, dan cara membuat batako beton. Sasaran kegiatan ini
adalah tumbuh dan berkembangnya jiwa wirausaha dikalangan para siswa SMKN
6 melalui cara membuat batako beton.
C. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode yang digunakan penjelasan dan pelatihan. Metode penjelasan ada di
pengetahuan kewirausahaan, alat-alat kerja, bahan-bahan, dan cara membuat batako
beton terhadap para siswa SMKN 6. Metode pelatihan ada di alat-alat kerja, bahan-
bahan, dan cara membuat batako beton terhadap para siswa SMKN 6.
D. Rancangan Evaluasi
Evalusai yang dilakukan berupa tes dalam bentuk kuis. Tujuan kuis ini
adalah, sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui tanggapan siswa-siswi terhadap
kegiatan pengabdian ini; 2) Untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa-siswi
menerima materi yang telah diberikan oleh pemateri. Kuis ini ada tiga sesi. Sesi
pertama mengenai tingkat kepuasan peserta terhadap penyuluhan pengabdian. Sesi
kedua dan ketiga mengenai tingkat pemahaman peserta terhadap cara membuat
batako dan pengetahuan kewirausahaan.

5
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan ini telah dilakukan di SMKN 6. Alamat SMKN 6 adalah Jalan


Boulevard Kelurahan Lepolepo Kecamatan Baruga Kota Kendari. Kegiatan ini
dilaksanakan mulai tanggal 14 Desember 2016 sampai dengan tanggal 14 Januari
2017. Tanggal 20 Desember 2016 dilakukan urun-rembug dengan jumlah peserta
23 orang. Materi urun rembug adalah, sebagai berikut:

Tabel 1. Materi Urun Rembug


No. Materi Peserta Pembicara
A. Tridharma perguruan tinggi Masyarakat M. Arsyad
B. Tujuan pengabdian kepada masyarakat Masyarakat M. Arsyad
C. Apa itu jiwa wirausaha Masyarakat Sitti Rosyidah
D. Jiwa wirausaha di kalangan siswa-siswi Masyarakat Sitti Rosyidah
SMK
E. Pengertian batako beton Masyarakat Sitti Rosyidah
F. Bahan-bahan pembuatan batako beton Masyarakat M. Arsyad
G. Alat-alat kerja untuk membuat batako Masyarakat M. Zakaria U.
H. Cara-cara membuat batako beton Masyarakat M.Zakaria U.

A. Apa Itu Jiwa Wirausaha


1. Situasi Dunia Saat Ini
Orientasi perkembangan pemerintahan di dunia saat ini adalah pemerintahan
yang berorientasi ke arah jiwa wirausaha. Pemerintahan yang berorientasi ke arah
jiwa wirausaha adalah pemerintahan yang mempunyai birokrasi dan instansi yang
inovatif dan optimis sehingga terciptalah pemerintahan yang efisien, efektif,
fleksibel, dan adaptif (Wibowo, 2011). Negara yang mempunyai banyak
wirausaha adalah negara yang perekonomiannya mempunyai potensi yang cepat
maju dan makmur. Apabila pembelajaran wirausaha tidak ada dalam agenda
nasional sebuah negara maka cita-cita untuk lepas dari kemiskinan dan bangkit
meraih kemakmuran hanyalah sia-sia belaka. Suatu negara akan makmur apabila
mempunyai sedikitnya dua persen wirausaha dari jumlah penduduk (Adi, 2011).
Mereka yang berwirausaha mampu menjadi pendorong meningkatnya
pertumbuhan ekonomi negara. Hal ini yang sedang digencarkan oleh pemerintah,
sehingga dengan semakin banyaknya wirausaha di Indonesia maka pertumbuhan
ekonomi tetap berjalan dan menekan masalah pengangguran di Indonesia. Hal
tersebut dapat dilihat adanya kesempatan membangun antusiasme masyarakat
untuk memiliki jiwa wirausaha. Pemerintah juga harus mampu menerangkan
bahwa memiliki jiwa wirausaha itu sangat penting dan mempunyai banyak
kelebihan bila dibandingkan dengan seorang pegawai (Afriyanti, 2011).
Kewirausahaan diyakini menjadi salah satu solusi untuk mengatasi
ketidakseimbangan permintaan dan penyediaan dalam bidang ketenagakerjaan di
Indonesia (Wibowo, 2011).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jiwa wirausaha saat ini
diperlukan untuk membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran serta
meningkatkan perekonomian bangsa.

6
2. Pengertian Jiwa Wirausaha
Kewirausahaan merupakan sikap, jiwa, semangat mulia pada diri seseorang
yang inovatif, kreatif, berupaya untuk kemajuan pribadi, dan masyarakat. Jadi,
alangkah baiknya kalau kewirausahaan itu ada pada setiap orang dan tidak hanya
terbatas pada pengusaha saja (Wibowo, 2011). Kewirausahaan tidak selalu identik
dengan karakter wirausaha semata karena karakter wirausaha dapat dimiliki oleh
siapa saja bahkan seseorang yang bukan pelaku wirausaha. Wiraswasta lebih
menekankan pada objek dan ada usaha yang mandiri. Sedangkan wirausaha
berfokus pada jiwa, semangat, kemudian diaplikasikan dalam segala aspek
kehidupan (Afriyanti, 2011). Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa
yang selalu aktif kreatif berdaya, bercipta, berkarya, dan bersahaja dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya (Anonim, Tanpa Tahun).
Kewirausahaan adalah mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha
meningkatkan hasil karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan (Hadi, 2011).
Wirausaha berasal dari kata wira artinya berani, utama, dan mulia. Usaha
berarti kegiatan bisnis komersil maupun non komersil. Jadi kewirausahaan adalah
hal-hal yang menyangkut keberanian seseorang untuk melakukan kegiatan bisnis
maupun non bisnis secara mandiri (Wibowo, 2011). Kata wirausaha berarti berani
mengambil resiko, gagah, mampu membuat rencana kegiatan sendiri, dan
memiliki semangat yang tinggi (Afriyanti, 2011). Wirausahawan adalah orang-
orang yang memiliki kemampuan melihat kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil
tindakan yang tepat, serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan
gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif (Afriyanti, 2011).
Berdasarkan uraian di atas dapat dimpulkan bahwa jiwa wirausaha adalah
sikap jiwa untuk menggali semua potensi diri yang positif agar meningkatkan
penghasilan.
3. Sikap-sikap yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Wirausaha
Kreatif dan inovatif (Sinta, 2013; Wijaya, 2015, Anonim, 2015; Rahayu,
2012; dan Hadi, 2011), tekun, teliti, dan produktif (Sinta, 2013; Anonim, 2015;
dan Rahayu, 2012), beretika (Sinta, 2013; dan Hadi, 2011), mandiri (Sinta, 2013;
Rahayu, 2012; dan Hadi, 2011), mampu memecahkan masalah secara sistematis
(Sinta, 2013; Rahayu, 2012; dan Afriyanti, 2011), berani mengambil resiko (Sinta,
2013; Wijaya, 2015; Nani, Tanpa Tahun; Elihidayah, 2014; Anonim, 2015;
Rahayu, 2012; Afriyanti, 2011; dan Hadi 2011), sabar (Wijaya, 2015; Nani, Tanpa
Tahun; dan Hadi, 2011), jujur (Sinta, 2013; Nani (Tanpa Tahun); Elihidayah
(2014); Anonim, 2015; dan Hadi, 2011), rendah hati (Wijaya, 2015 dan Afriyanti,
2011), optimis (Nani, Tanpa Tahun; dan Hadi, 2011), cerdas (Nani, Tanpa Tahun
dan Elihidayah, 2014), percaya diri (Elihidayah, 2014; Anonim, 2015; dan
Afriyanti, 2011), dan pantang menyerah (Anonim, 2015 dan Hadi, 2011).
B. Jiwa Wirausaha di Kalangan Siswa-Siswi SMK
Hasil riset menyatakan bahwa menjadi wirausaha kurang diminati oleh siswa-
siswi SMK. Fenomena ini menciptakan sebuah gagasan untuk menumbuhkan jiwa
wirausaha sejak dini di kalangan SMK. Salah satu cara untuk menumbuhkan jiwa
wirausaha adalah dengan pendidikan kewirausahaan. Pendidikan adalah cara yang
paling efektif untuk menumbuhkan jiwa wirausaha khususnya pada remaja,

7
karena kenyataan yang terjadi adalah pola pendidikan sekolah di Indonesia
mengarahkan peserta didiknya untuk menjadi pekerja (Afriyanti, 2011). Siswa
SMK yang sedang menempuh pendidikan harus dipersiapkan tidak hanya untuk
mengisi peluang kerja sebagai pekerja pada dunia usaha, akan tetapi juga upaya
pendidikan yang memberikan lulusan SMK memiliki jiwa dan perilaku
kewirausahaan (Wibowo, 2011).
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
Pasal 15 dan Pasal 18 menyebutkan bahwa satuan pendidikan menengah kejuruan
bertujuan mempersiapkan peserta didik yang siap pakai di lapangan kerja. Namun
hal ini belum terbukti, justru lulusan SMK menjadi salah satu yang terbanyak
dalam jumlah pengangguran. Hal tersebut seharusnya dapat ditanggulangi dengan
cara siswa diarahkan untuk berwirausaha. Wirausaha menjadi salah satu solusi
yang baik untuk mengatasi persoalan ekonomi yang ada di Indonesia (Afriyanti,
2011). Upaya untuk mengurangi pengangguran tersebut minimal harus ada
perubahan pola pikir masyarakat khususnya pada lulusan SMK dari mencari kerja
menjadi menciptakan lapangan kerja. Pembangunan akan semakin berhasil jika
ditunjang oleh wirausahawan yang dapat membuka lapangan kerja karena
kemampuan pemerintah sangatlah terbatas (Wibowo, 2011). Menciptakan
wirausaha mandiri merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah
pengangguran khususnya di Indonesia, sehingga dengan memberikan pendidikan
kewirausahaan dalam lingkungan sekolah serta meningkatkan dan
mengembangkan self-efficacy siswa maka akan melahirkan wirausaha mandiri
pada generasi muda (Zutiasari, 2015).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jiwa wirausaha tepat bila
diajarkan di kalangan siswa SMK.
C. Belajar Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Dengan Membuat Batako Beton
Batako beton adalah bahan untuk dinding rumah yang terbuat dari campuran
semen, pasir, dan air. Adonan di dalam cetakan batako ditekan-tekan dengan cara
menggunakan alat penusuk sehingga padat. Batako yang dibuat oleh siswa-siswi
SMKN 6 dengan cara manual. Bentuk batako beton ada dua, batako yang di
tengahnya berlubang dan batako yang tidak berlubang. Batako yang akan dibuat
oleh siswa-siswi SMKN 6 tidak berlubang. Alat-alat kerja, bahan-bahan, dan cara
membuat batako beton adalah, sebagai berikut:
1. Alat-alat Kerja Untuk Membuat Batako Beton
Alat-alat kerja untuk membuat batako beton ada di gambar (1), sebagai
berikut: a) Sekop berfungsi untuk menggali dan mengaduk adonan; b) Alat
penekan adonan berfungsi untuk menekan-nekan adonan di dalam cetakan
sehingga padat. Alat penekan adonan terbuat dari balok kayu yang sudah tidak
terpakai; c) Tempat menampung air berfungsi sebagai alat untuk menampung air.
Tempat menampung air yang digunakan berasal dari galon bekas yang sudah tidak
terpakai; d) Sapu ijuk berfungsi untuk menyapu sisa-sisa adonan yang
berhamburan di sekitar adonan. Sisa-sisa adonan disapu ke arah adonan; e)
Gerobak pasir berfungsi untuk mengangkut pasir dari tempat penampungan pasir
ke tempat pengadonan; f) Alat cetak batako berfungsi untuk mencetak adonan
segar sehingga terbentuk batako; g) Papan kayu triplek berfungsi sebagai alas
duduk pekerja dalam membuat batako; h) Serokan berfungsi sebagai alat untuk

8
menggali dan menakar pasir sehingga terukur; i) Sendok semen berfungsi sebagai
alat untuk menggali pasir, menyendok pasir, menyendok semen, dan meratakan
pasir yang membumbung di atas cetakan; j) Balok kayu berfungsi sebagai alas
cetakan batako. Alas ini berfungsi sebagai tempat menumbuk-numbukkan cetakan
batako sehingga adonan di dalam cetakan turun dan padat; dan k) Fungsi baskom
adalah untuk menciprat-cipratkan adonan sehingga basah.

Gambar 1. Alat-alat kerja untuk


membuat batako beton (Sumber: Hasil
dokumentasi, 2017)

2. Bahan-bahan e) Untuk
Membuat b) Batako Beton
g)
j)
h) i)
a)
c)
d) f) k)

b) Semen a) Air

d) Pasir dari daerah


Nambo
c) Pasir dari daerah
Pohara

Gambar 2. Bahan-bahan untuk membuat batako beton (Sumber: Hasil dokumentasi,


2017)

Bahan-bahan untuk membuat batako beton ada di gambar (2), sebagai


berikut: a) Pasir dari daerah Nambo. Pasir ini dibutuhkan karena memiliki zat
kapur. Fungsi zat kapur adalah untuk membantu semen dalam hal menambah
kekuatan batako; b) Pasir dari daerah Pohara. Fungsi pasir adalah untuk mencegah
keretakan pada beton apabila batako telah kering; c) Fungsi semen adalah untuk
merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang padat; dan d) Fungsi
air adalah untuk bereaksi dengan semen sehingga adonan mudah terbentuk.
3. Cara-cara Untuk Membuat Batako Beton
a) Proses Pengadukan Adonan Batako
1) Proses Pengadukan Adonan Batako Beton yang Kering

9
Adonan kering

Gambar 3. Proses pengadukan adonan yang kering (Sumber: Hasil dokumentasi, 2017)

Komposisi adonan pasir pada batako beton adalah seimbang. Komposisi


tersebut adalah satu setengah gerobak pasir dari daerah Nambo 27 sekop dan satu
setengah gerobak pasir dari daerah Pohara 27 sekop. Komposisi satu setengah
gerobak pasir dari daerah Nambo banding satu setengah gerobak pasir dari daerah
Pohara banding setengah sak semen (3 : 1/2). Proses pengadukan adonan batako
yang kering ada di gambar (3), sebagai berikut: a) Pasir dari daerah Nambo
dihampar di tempat pengadukan adonan. Pasir tidak dalam keadaan membumbung
tinggi dengan tebal sekitar 20-25 cm di atas permukaan tanah; b) Pasir dari daerah
Pohara dihampar di atas pasir dari daerah Nambo; c) Semen ditabur ke seluruh
permukaan pasir Pohara; d) Adonan diaduk dengan membentuk gunung. Jumlah
bentuk adonan gunung kering adalah empat kali. Adonan yang berhamburan
selama proses pengadukan disapu ke adonan; j) Puncak adonan keempat
dirobohkan. Puncak adonan dirobohkan sehingga adonan terhampar rata di tempat
pengolahan adonan. Proses ini bertujuan untuk menuju proses pengadukan adonan
yang basah. Ciri-ciri adonan kering yang baik adalah berwarna hitam.
2) Proses Pengadukan Adonan Batako Beton yang Basah
Proses pengadukan adonan batako yang basah adalah, sebagai berikut: a) Satu
baskom air dituang ke tengah adonan. Air diciprat-cipratkan ke atas adonan
dengan cara mengelilingi adonan sampai merata; b) Adonan ditusuk berkali-kali
dengan menggunakan alat sekop di seluruh permukaan adonan; c) Gali dan aduk
adonan sehingga adonan rata; d) Adonan yang berhamburan di sekitar adonan
disapu ke arah adonan, sehingga tidak ada adonan yang terbuang. Jumlah adonan
basah yang terbentuk gunung adalah empat kali. Ciri-ciri adonan basah yang baik
adalah adonan berwarna hitam dan lembab.
b) Proses Pencetakan Adonan Batako
Adonan yang telah lembab dimasukkan ke dalam cetakan. Proses pencetakan
adonan ada pada gambar (4), sebagai berikut: a) Isi cetakan sampai adonan
membumbung. Isi adonan dimulai dari sisi-sisi bagian pinggir; b) Cetakan batako
dinaik-turunkan berkali-kali di atas balok kayu agar adonan turun; c) Isi adonan
lagi di dalam cetakan sampai membumbung; d) Adonan yang membumbung
ditekan berkali-kali dengan alat penekan. Adonan ditekan berkali-kali sampai
turun padat ke bawah dan rata di permukaan cetakan. Adonan diratakan dengan

10
alat sendok semen; dan e) Angkat cetakan yang sudah terisi dengan adonan ke
tempat pengeringan batako.

Adonan
dicetak

Gambar 4. Proses pencetakan adonan (Sumber: Hasil dokumentasi, 2017)

c) Proses Pelepasan Adonan dari Cetakan


Proses pelepasan batako yang masih basah dari cetakan adalah, sebagai
berikut: a) Cetakan batako diletakkan dengan cara horisontal. Cetakan
diberdirikan sehingga bagian atas terletak di bagian bawah; b) Angkat cetakan
utama (pertama) dengan cara diinjak sisi-sisi bawah pegangan cetakan bagian
dalam; c) Cara membuka cetakan kedua (cetakan bagian dalam) ditarik ke arah
horisontal. Cara membuka cetakan perlu ketelitian agar adonan tidak rusak; dan d)
Batako segar diletakkan dengan cara berderet.
d) Proses Pengeringan Batako Beton Tahap Satu
Proses pengeringan batako beton tahap satu diangin-anginkan di tempat yang
beratap. Batako diletakkan dengan cara berderet di atas lantai yang rata dan bersih
selama satu hari. Batako yang baik apabila dipegang keras, kaku, dan sudah satu
warna. Jumlah batako beton yang telah mereka buat adalah 19 buah. Ukuran
batako yang telah mereka buat adalah panjang 39 cm, tinggi 19 cm, dan lebar 10
cm. Mereka membuat batako beton mulai dari jam 10.00 pagi sampai dengan
12.00 siang (2 jam).
e) Proses Penyiraman Batako Beton dan Pengeringan Batako Tahap Dua
Proses penyiraman batako dilakukan setelah proses pengeringan batako tahap
satu telah selesai. Penyiraman ini bertujuan agar batako alot dan kuat. Proses
pengeringan batako beton tahap dua adalah setelah melakukan proses penyiraman
batako. Batako disiram satu per satu. Batako disiram sampai seluruh
permukaannya basah (ada di gambar 5). Setelah batako kering, maka batako sudah
bisa diletakkan ke luar bangunan. Batako diletakkan dengan cara susun.
Kelebihan dari batako beton adalah baik sebagai insulasi panas dan insulasi suara.
Sedangkan kekurangan batako beton adalah daya tahan kekuatan batako berjangka
waktu, karena menggunakan bahan semen.

11
Batako
disiram

Gambar 5. Proses penyiraman batako (Sumber: Hasil dokumentasi, 2017)

D. Kegiatan Kuis Setelah Praktek Membuat Batako

Tabel 2. Tingkat kepuasan peserta terhadap pelaksanaan pengabdian (Sesi 1)


Jumlah Hasil (Dalam Jumlah Persen)
No.
Puas Biasa Tidak Puas Puas Biasa Tidak Puas
16/18 x 100% 2/18 x 100% = -
1. 16 2 -
= 88,9% 11,2%
17/18 x 100% 1/18 x 100% = -
2. 17 1 -
= 94,5% 5,6%
10/18 x 100% 8/18 x 100% = -
3. 10 8 -
= 55,6% 44,5%
17/18 x 100% 1/18 x 100 = -
4. 17 1 -
= 94,5% 5,6%
6/18 x 100% = 10/18 x 100% 2/18 x 100%
5. 6 10 2
33,4% = 55,6% = 11,2%
16/18 x 100% 2/18 x 100% = -
6. 16 2 -
= 88,9% 11,2%

Setelah melakukan praktek membuat batako beton, peserta diberi kegiatan


kuis. Tanggapan peserta terhadap tingkat kepuasan di kuis sesi pertama ada di
tabel (2), sebagai berikut: 1) Jumlah persentase peserta yang puas terhadap waktu
pelaksanaan adalah 88,9%. Sedangkan, jumlah persentase peserta yang menerima
dengan sikap biasa terhadap waktu pelaksanaan adalah 11,2%; 2) Jumlah
persentase peserta yang puas terhadap materi pelaksanaan adalah 94,5%.
Sedangkan, jumlah persentase peserta yang menerima dengan sikap biasa
terhadap materi pelaksanaan adalah 5,6%; 3) Jumlah persentase peserta yang puas
terhadap tempat pelaksanaan adalah 55,6%. Sedangkan, peserta yang menerima
dengan sikap biasa terhadap tempat pelaksanaan adalah 44,5%; 4) Jumlah
persentase peserta yang puas terhadap pemateri adalah 94,5%. Sedangkan, jumlah
persentase peserta yang menerima dengan sikap biasa terhadap pemateri adalah
5,6%; 5) Jumlah persentase peserta yang puas terhadap peralatan penyuluhan

12
adalah 33,4%. Jumlah persentase peserta yang menerima dengan sikap biasa
terhadap peralatan penyuluhan adalah 55,6%. Sedangkan, jumlah persentase
peserta yang tidak puas terhadap peralatan penyuluhan adalah 11,2%; dan 6)
Jumlah persentase peserta yang puas terhadap kegiatan ini adalah 88,9%.
Sedangkan, jumlah persentase peserta yang menerima dengan sikap biasa
terhadap kegiatan ini adalah 11,2%.

Tabel 3. Tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan (Sesi 1 dan sesi 2)
No Nama Kelas Jurusan Nilai Keterangan
.
1. Nasrullah X RPL 100 Sangat paham
2. M. Asdar X RPL 95 Sangat paham
3. Aril G. XI Geologi B 95 Sangat paham
4. M. A. Mafudz XI Geologi B 100 Sangat paham
5. Islam S. XI Geologi B 75 Paham
6. Andi M. A. C. XII RPL 85 Sangat paham
7. M. Irwan XII RPL 100 Sangat paham
8. M. Satria Y. XI Geologi A 75 Paham
9. Suci A. XII RPL 95 Sangat paham
10. M. Dwi R. XI Geologi A 80 Sangat paham
11. Asni Y. XII RPL 95 Sangat paham
12. Efri S. S. XII RPL 80 Sangat paham
13. Rahman T. XI Geologi 80 Sangat paham
14. Nurlita XII RPL 100 Sangat paham
15. Arif H. XII RPL 45 Tidak paham
16. Fatur R. XII RPL 65 Paham
17. Alim N. A. XII RPL 70 Paham
18. Surahmat XII RPL 80 Sangat paham

Range nilai pada tabel (3) adalah 30-53 tidak paham, 54-77 paham, dan 78-
100 paham. Tabel (3) menjelaskan bahwa sebagai berikut: 1) Ada 13 orang peserta
SMKN 6 sangat paham mengenai materi kewirausahaan dan cara membuat batako
beton. Ketiga belas orang peserta tersebut menjawab semua pertanyaan dengan
sangat baik; 2) Ada 4 orang peserta yang paham mengenai materi kewirausahaan
dan cara membuat batako beton. Keempat orang peserta tersebut telah menjawab
semua pertanyaan dengan baik; dan 3) Ada satu orang peserta yang tidak paham
mengenai materi kewirausahaan dan cara membuat batako beton. Satu orang
peserta tersebut tidak menjawab semua pertanyaan dengan baik.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jiwa wirausaha
berpotensi tumbuh dikalangan siswa SMKN 6 melalui belajar membuat batako
beton. Ini dibuktikan sebagai berikut: Pertama, tingkat kepuasan para siswa

13
SMKN 6 Kota Kendari terhadap pelaksanaan pengabdian sangat puas melalui kuis
sesi satu; Kedua, tingkat pemahaman para siswa SMKN 6 terhadap materi yang
diberikan sangat paham melalui kuis sesi dua dan sesi tiga, dan; Ketiga, mereka
telah membuat batako beton sebanyak 19 buah dengan baik. Jiwa wirausaha
cenderung kurang diyakini oleh para siswa SMKN sebagai salah satu usaha untuk
mengatasi pengangguran.
B. Saran
Pengabdian kepada masyarakat ini dapat dilanjutkan ke SMKN lain di Kota
Kendari. Sehingga, jiwa wirausaha dikalangan siswa SMKN dapat tumbuh dan
berkembang.

DAFTAR PUSTAKA
Adi, A., S. 2011. Membangun Jiwa Wirausaha Siswa SMK. ((Online),
(http://aniesmedia.blogspot.co.id/, diakses tanggal 9 Desember 2016).
Adit, N. 2013. Batako Semen PC/Batako Press. ((Online),
(http://aditnoval10.blogspot.co.id, diakses tanggal 9 April 2016).

14
Afriyanti, N. 2011. Pembelajaran Kewirausahaan Di SMK Piri 1 Yogyakarta.
Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. ((Online),
(http://google.com, diakses tanggal 9 Desember 2016).
Ali, N., Karimah, R., & Meiyanto, H., E. 2014. Pengaruh Bottom Ash Sebagai
Pengganti Pasir dan Limbah Karbit Sebagai Bahan Tambah Semen Terhadap
Berat Jenis, Kuat Tekan, Dan Absorbsi Batako. Media Teknik Sipil. ((Online),
Volume 12, Nomor 1, Februari, Hal:63-70,
(https://scholar.google.co.id/scholar, diakses tanggal 5 April 2016).
Anggraini, W., A. Tanpa Tahun. Mengapa Dunia Kewirausahaan Di Indonesia
Belum Juga Berkembang Pesat. ((Online), (http://google.com, diakses
tanggal 9 Desember 2016).
Anonim, Tanpa Tahun. Tanpa Judul. Universitas Negeri Medan. ((Online),
Anonim, Tanpa Tahun. Dinding. ((Online), (http://google.com, diakses tanggal 9
Maret 2016).
Anonim, 2014. Bahan Bangunan Batako Semen PC/BatakoPress. ((Online),
(http://infobisnisproperti.com, diakses tanggal 9 April 2016).
Anonim. 2015. 10 Sikap Mental Pengusaha Sukses. ((Online),
(http://www.101dunia.com, diakses tanggal 10 Januari 2017).
Cahyono, S., D., dan Rohman R., K. Tanpa Tahun. Pemanfaatan Limbah Asbes
untuk Pembuatan Batako. Jurusan Teknik Sipil, Universitas Merdeka
Madiun. ((Online), (http://scholar.google.co.id, diakses tanggal 5 Maret
2016).
Elihidayah, E., N. 2014. Ciri-ciri, Watak, Karakteristik, Sikap, dan Sifat Seorang
Wirausahawan. ((Online), (http://ernawannurelihidayah.blogspot.co.id,
diakses tanggal 10 Januari 2017).
Fredy. 2010. Perlunya pendidikan kewirausahaan di kalangan siswa SMA dan
SMK. ((Online), (http://kecilmenjadibesar.blogspot.co.id, diakses tanggal 9
Desember 2016).
Gulardi, R. 2014. Mendidik Jiwa Entrepreneurship Di Kalangan Generasi Muda.
((Online), (http://riogulardi.blogspot.co.id, diakses tanggal 9 Desember
2016).
Hadi, Y. 2011. Pengertian, Manfaat, Fungsi, dan Prinsip Kewirausahaan.
(Online), http://yunushadi.blogspot.co.id, diakses tanggal 9 Januari 2016).
Jaya, P., A. 2014. Bata Merah, Batako, dan Hebel. ((Online),
(https://putri22agungjaya.wordpress.com, diakses tanggal 9 April 2016).
Ksatria, H. 2013. Membuat Batako Sendiri. ((Online),
(http://hanaksatria.blogspot.co.id/, diakses tanggal 9 April 2016).
Kusrini, N., Y. 2013. Peningkatan Kompetensi Kewirausahaan Melalui Metode
Kancing Gemerincing Pada Siswa Kelas X SMK Karya Rini Yogyakarta.
Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. ((Online),
(http://google.com, diakses tanggal 9 Desember 2016).
Nani, M. Tanpa Tahun. 7 Sifat Pengusaha Yang Berhasil. (Online),
(https://mujihanani.wordpress.com, diakses tanggal 10 Januari 2017).
Nugroho, R. 2009. Memahani Latar Belakang Pemikiran Entrepreneurship
Ciputra. PT. Alex Media Komputindo: Jakarta.

15
Pribadi, S., B. 2013. Jenis-jenis Batako. ((Online), (http://bangunrumahkpr.com,
diakses tanggal 9 April 2016).
Rahayu, A., M. 2012. Sikap dan Perilaku Wirausahawan. ((Online),
(http://anikmugirahayu.blogspot.co.id, diakses tanggal 10 Januari 2017).
Rahmi, F. 2015. Membuat Batako Tanpa Mesin Press. ((Online),
(http://mesinsakti.blogspot.co.id, diakses tanggal 9 April 2016).
Respati, H. 2009. Sejarah Konsepsi Pemikiran Kewirausahaan. Jurnal Ekonomi
Modernisasi. Volume 5, Nomor 3, Oktober. ((Online), diakses tanggal 9
Januari 2017).
Salamah, T. 2014. Cara Membuat Batako Dengan Cetakan Manual. ((Online),
(http://tartoslamet.blogspot.co.id, diakses tanggal 9 April 2016).
Sinta, H. 2013. Info : Sikap yang harus dimiliki seorang wirausaha. (Online),
https://henisintapadma.wordpress.com, akses tanggal 10 Januari 2017).
Susanta, G. 2008. Griya kreasi. Panduan Lengkap Membangun Rumah. Cetakan
V. Penebar Swadaya: Jakarta. ((Online), (https://books.google.co.id, diakses
tanggal 9 April 2016).
Wibowo, M. 2011. Pembelajaran Kewirausahaan Dan Minat Wirausaha Lulusan
SMK. Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September. (Online), diakses
tanggal 9 Januari 2017).
Wijaya, T. 2015. Tips Sukses: 10 Sikap Yang Harus Dimiliki Seorang
Entrepeneur/Pengusaha. (Online), (http://tanoewijaya.blogspot.com, diakses
tanggal 10 Januari 2017).
Zutiasari, I. 2015. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Dalam Lingkungan
Sekolah Terhadap Niat Berwirausaha Melalui Self-Efficacy (Studi Pada
Siswa Kelas XII SMK Negeri 2 Kediri). Fakultas Ekonomi Universitas
Hasyim Asy’ari Jombang. (Online), diakses tanggal 9 Januari 2017).

16

Anda mungkin juga menyukai