Anda di halaman 1dari 10

 Definisi pembelajaran

pembelajaran merupakan proses pengembangkan kreativitas berpikir yang dapat


meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa, serta dapat meningkatkan
danmengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan dan
pengembangan yang baik terhadap materi perkulihan (Dikti,2004)

(Sumber: Edgar Dale. Audio-Visual Methods in Teaching. Holt, Rinehart and Winston)
 Definisi SCL
Student-centered learning (SCL) merupakan pendekatan pembelajaran yang
menempatkan peserta didik di pusat kegiatan pembelajaran. Pada metode ini
pembelajaran berpusat pada aktivitas belajar mahasiswa, bukan hanya pada
aktivitas dosen mengajar sehingga mahasiswa secara langsung ataupun tidak dapat
terlibat dalam proses pembelajaran (Harsono,2010; Ramdhanni, 2009).
 Perbedaan TCL dan SCL
No Teacher Center Learnning (TCL) Student Center Learning (SCL)
1. Tranfer pengetahuan dari dosen ke mahasiswa Mahasiswa aktif mengembangkan
penegtahuan & ketrampilan yang dipelajari
2. Mahasiswa menerima pengetahuan secara Mahasiswa secara aktif terlibat dalam
pasif mengelola pengetahuan
3. Lebih menekankan pada penguasaan materi Tidak terfokus hanya pada penguasaan
materi, tetapi juga mengembangkan sikap
belajar (life-long learning)
4. Single media Multimedia
5. Fungsi dosen pemberi informasi utama & Fungsi dosen sebagai motivator, fasilitator
evaluator & evaluator.
6. Proses pembelajaran & penilaian dilakukan Proses pembelajaran & penilaian dilakukan
terpisah berkesinambungan & terintegrasi
7. Menekankan pada jawaban yang benar saja Penekanan pada proses pengembangan
pengetahuan. Kesalahan dapat digunakan
sebagai sumber belajar
8. Sesuai dengan pengembangan ilmu dalam satu Sesuai dengan penegmbangan ilmu dengan
disiplin saja pendekatan interdisipliner
9. Iklim belajar individu dan kompetitif Iklim yang dikembangkan bersifat
kolaboratif, suportif & kooperatif
10. Hanya mahasiswa yang dianggap melakukan Mahasiswa & dosen belajar bersama dalam
proses pembelajaran mengembangkan pengetahuan &
ketrampilan
11. Perkuliahan merupakan bagian terbesar dalam Mahasiswa melakukan pembelajaran
proses pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran SCL
12. Penekanan pada tuntasnya materi Penekanan pada pencapaian kompetensi
pembelajaran mahasiswa
13. Penekanan pada bagaimana cara dosen Penekanan pada bagaimana cara mahasiswa
melakukan pengajaran melakukan pembelajaran
14. Cenderung penekanan pada penguasaan hard Penekanan pada penguasaan hard skill &
skill mahasiswa soft skill mahasiswa

 Langkah-langkah Pendekatan Student Centered Learning


Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning)
memiliki langkah-langkah yang yang menuntut partisipasi aktif dari siswa,
sebagai berikut:
1. Berbagi informasi (Information Sharing) dengan cara curah gagasan
(Brainstorming), kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (Gruop
Discussion), diskusi panel (Panel Discussion), simposium, dan seminar.
2. Belajar dari pengalaman (Experience Based) dengan cara simulasi, bermain
peran (Roleplay), permainan (Game), dan kelompok temu.
3. Pembelajaran melalui pemecahan masalah (Problem Solving Based)
dengan cara studi kasus, tutorial, lokakarya (Afiatin, 2009:34).

 Prinsip-prinsip Pendekatan Student Centered Learning


1. Tanggung jawab, yaitu peserta didik mempunyai tanggung jawab pada
pelajarannya. Dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mempunyai tanggung jawab pada pelajarannya, peserta didik
diharapkan akan lebih berusaha dan lebih termotivasi dalam memaknai
pelajarannya.
2. Peran serta, yaitu peserta didik harus berperan aktif dalam
pembelajaran. Dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
berperan serta dalam pembelajaran, diharapkan siswa dapat
mengembangkan potensinya secara maksimal sehingga mendorong
bertumbuhnya kreativitas dan inovasi.
3. Keadilan, yaitu semua peserta didik mempunyai hak yang sama untuk
tumbuh dan berkembang. Dengan kesempatan yang sama untuk tumbuh
dan berkembang tersebut akan menutup keunggulan hanya didominasi
mahasiswa tertentu saja dan diharapkan semua peserta didik dapat
bersama-sama berhasil mencapai tujuan secara maksimal.
4. Mandiri, yaitu semua peserta didik harus mengembangkan segala
kecerdasannya (intelektual, emosi, moral, dsb) karena guru hanya
fasilitator dan nara sumber (mitra belajar).
5. Berfikir kritis dan kreatif, yaitu peserta didik harus menggunakan segala
kecerdasan intelektual dan emosinya yang berwujud kreativitas, inovasi,
dan analisa untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi karena
siswa akan mengalami perpaduan antara prakonsepsi dan konsepsi.
6. Komunikatif, yaitu peserta didik harus menggunakan kemampuannya
berkomunikasi baik lisan maupun tertulis karena boleh jadi siswa
melihat konsep dengan cara yang berbeda sebagai hasil pengalaman
hidupnya, sehingga diperlukan media dan sarana yang efektif untuk
menyamakan presepsi.
7. Kerjasama, yaitu kondisi dimana para peserta didik dapat saling
bersinergi dan saling mendukung pencapaian keberhasilan atau tujuan
yang ditetapkan dalam pembelajaran.
8. Integritas, yaitu peserta didik harus menunjukkan perilaku moralitas
tinggi, dan percaya diri dalam melaksanakan segala sesuatu yang
diyakininya dalam situasi apapun.

 model pembelajaran SCL menurut dikti, 2014 :


a. Small Group Discussion (SGD)
Metode diskusi merupakan model pembelajaran yang melibatkan antara
kelompok mahasiswa dan kelompok mahasiswa atau kelompok mahasiswa
dan pengajar untuk menganalisa, menggali atau memperdebatkan topik atau
permasalahan tertentu.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) membuat rancangan bahan diskusi
dan aturan diskusi. (2) menjadi moderator dan sekaligus mengulas pada
setiap akhir sesi diskusi. Sedangkan mahasiswa (1) membentuk kelompok
(5 -10) mahasiswa, (2) memilih bahan diskusi, (3) mempresentasikan paper
dan mendiskusikannya di kelas.
b. Role-Play and Simulation
Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih mahasiswa tentang
suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau
peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang
sebenarnya. Jadi dengan model ini mahasiswa mempelajari sesuatu
(sistem) dengan menggunakan model. Dengan metode ini pengajar harus,
(1) merancang situasi atau kegiatan yang mirip dengan sesungguhnya, bisa
berupa; bermain peran, model, dan komputer, (2) membahas kinerja
mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) mempelajari dan menjalankan suatu
peran yang ditugaskan, (2) memperaktekan atau mencoba berbagai model
yang telah disiapkan (komputer, prototife, dll).
c. Discovery Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada
mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa dapat mencari sendiri
jawabannya tampa bantuan pengajar.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyediakan data atau metode
untuk menelusuri pengetahuan yang akan dipelajari mahasiswa, (2)
memeriksa dan memberikan ulasan terhadap hasil belajar mahasiswa.
Sedangkan mahasiswa (1) mencari, mengumpulkan, dan menyusun
informasi yang ada untuk mendeskripsikan suatu pengetahuan yang baru,
(2) mempresentasikan secara verbal dan non verbal.

d. Self-Directed Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada mahasiswa, seperti
tugas membaca dan membuat ringkasan. Dengan metode ini pengajar
harus, (1) memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa, (2) memberikan
arahan, bimbingan dan umpan balik kemajuan belajar mahasiswa.
Sedangkan mahasiswa (1) merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan,
dan menilai pengalaman belajar sendiri, (2) inisiatif belajar dari mahasiswa
sendiri.

e. Cooperative Learning
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk
sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan
dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif,
mahasiswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah
miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu
konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota
kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, mahasiswa heterogen (kemampuan,
gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab
hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran
koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok
heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang dan memonitor proses
belajar mahasiswa, (2) menyiapkan kasus atau masalah untuk diselesaikan
mahasiswa secara berkelompok. Sedangkan mahasiswa (1) membahas dan
menyimpulkan masalah atau tugas yang diberikan secara berkelompok (2)
melakukan koordinasi dalam kelompok.

f. Contextual Learning (CL)


Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian
atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan
dunia nyata kehidupan mahasiswa (daily life modeling), sehingga akan
terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul,
dunia pikiran mahasiswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif –
nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah
aktivitas mahasiswa, mahasiswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan
dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi,
penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu),
questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community
(seluruh mahasiswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual,
minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi,
investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-
sintesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic
assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
terhadap setiap aktvitas-usaha mahasiswa, penilaian portofolio, penilaian
seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara). Dengan
metode ini pengajar harus, (1) menyusun tugas untuk studi mahasiswa
terjun di lapangan, (2) menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan
mengkaitkan dengan situasi nyata atau kerja profesional. Sedangkan
mahasiswa (1) melakukan studi lapangan atau terjun di dunia nyata untuk
mempelajari kesesuaian teori (2) membahas konsep atau teori yang
berkaitan dengan situasi nyata.

g. Problem Based Learning (PBL)


Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model
pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
kehidupan aktual mahasiswa, untuk merangsang kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif,
terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar
mahasiswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis),
interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur,
sintesis, generalisasi, dan inkuiri. Dengan metode ini pengajar harus, (1)
merangsang tugas belajar dengan berbagai alternatif metode penyelesaian
masalah (2) sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan mahasiswa (1)
belajar dengan menggali atau mencari informasi (inquiry), serta
memamfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual
yang sedang dihadapi, (2) menganalisis strategi pemecahan masalah.
h. Collaborative Learning (CbL)

Metode ini memungkinkan mahasiswa untuk mencari dan menemukan


jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua
kemungkinan yang ada.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) Merancang tugas yang bersifat open
ended, (2) Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan mahasiswa (1)
Membuat rancangan proses dan bentuk penilaian berdasarkan konsensus
kelompok sendiri (2) Bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam
mengerjakan tugas.

i. Project Based Learning (PjBL)


Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang
harus diselesaikan oleh mahasiswa dengan mencari sumber pustaka sendiri.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) merumuskan tugas dan melakukan
proses pembimbingan dan asesmen, (2) sebagai fasilitator dan motivator.
Sedangkan mahasiswa (1) mengerjakan tugas (berupa proyek) yang telah
dirancang secara sistematis (2) menun-jukkan kinerja dan
mempertanggungjawabkan hasil kerja di forum.

 Kemampuan yang diperolek


1. Small Group Discussion •komunikasi
•kerjasama
•sintesa hasil,
•saling menghargai
•inisiatif, leadership.

2. Simulasi •apresiasi
•anlogi/ imajinasi
•empati
•kreativitas
•pengalaman, trampil

3. Discovery Learning •kreatif


•inovasi
•analisis
•inisiatif
•menyenangkan
Self-Directed Learning •kemandirian
•kreatif
•bertanggung jawab
•percaya diri
•ketekunan

Cooperative Learning •teamwork


•toleransi
•kepemimpinan
•komunikasi

Collaborative Learning •penghargaan


•apresiasipendapat/toleansi
•networking
•share vision
•group decision making
•time management

Contextual Instruction •sintesis


•analisis
•responsif
•apresiasi
•pengalaman

Project Based Learning •ketaat asas-an


•tanggung jawab
•inovasi, kreatif
•komunikaso
•aktualisasi

Problem Based Learning •prioritas


•mengambilkeputusan
•berfikirkritis
•selektif
•tanggungjawab
Angele Attard dari Education International mengungkapkan, terdapat banyak
manfaat proses belajar dengan pendekatan SCL baik bagi kalangan mahasiswa
maupun dosen. Beberapa manfaat bagi kalangan mahasiswa, antara lain (Rosyada,
2015) :

1. Menjadikan para mahasiswa sebagai bagian integral dari komunitas


akademik. Sebenarnya, mahasiswa kini disebut sebagai civitas academica,
akan tetapi, seringkali posisi itu tidak terwujud hanya karena dosen tidak
memperlakukan mereka sebagai masyarakat akademik, melainkan objek
ceramah dosen yang–sekali waktu- diukur tingkat pemahamannya
terhadap kandungan ceramah tersebut. Sebagai masyarakat akademik, tentu
mahasiswa memiliki hak untuk melakukan proses inquiry, proses
pencarian dan pengkajian, serta proses pemahaman yang dilakukan oleh
mereka sendiri. Melalui SCL mereka memiliki kesempatan untuk
melakukan penelitian dan mempresentasikannya di hadapan peer
group dan dosen mereka. Selanjutnya, dosen harus memberi masukkan
terhadap hasil penelitian para mahasiswanya. Dengan demikian, para
mahasiswa benar-benar menjadi masyarakat akademik sebagaimana
diidealkan.
2. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Hal ini karena SCL
memperlakukan mahasiswa sebagai masyarakat akademik yang harus
menguasai teori, mengaplikasikannya, dan terus melakukan kajian dan
evaluasi atas teori tersebut. Selain itu, para mahasiswa juga dituntut untuk
mempresentasikan hasil kajiannya pada peer group dan dosen
pembinanya. Dengan demikian, mahasiswa akan termotivasi untuk
memperbanyak kegiatan belajar di luar kelas sehingga nantinya menjadi
masyarakat pembelajar.
3. Mahasiswa menjadi lebih independen dan bertanggung jawab untuk terus
belajar. Pembelajaran berbasis pada mahasiswa membuat mahasiswa selalu
terikat untuk belajar, karena mereka harus mempresentasikan hasil belajar
di hadapan peer group dan dosen mereka. Dengan demikian, para
mahasiswa akan memiliki tanggung jawab dan harus bergerak secara
independen, karena dituntut terus melengkapi berbagai informasi keilmuan
yang mereka butuhkan untuk dipresentasikan di depan kelas pada setiap
minggu.
4. Arus masuk pendidikan tinggi yang kian besar dan kebutuhan pasar yang
semakin lebar dan ragam, maka kebutuhan belajar para mahasiswa juga
semakin diversifikatif sesuai arah profesi yang akan mereka tuju pasca
belajar di perguruan tinggi. Pembelajaran berbasis pada mahasiswa
memberi mereka peluang untuk mempelajari keilmuan yang ditekuninya
secara independen dan tidak terikat dengan bahan ajar yang menjadi fokus
kajian teman lain dari program studi yang berbeda, atau bahkan mungkin
dari program studi yang sama.

Sementara itu, beberapa keuntungan belajar berdasar metode SCL bagi dosen antara
lain:
1. Melahirkan peran yang sangat menarik bagi dosen, karena penyiapan bahan
ajar, proses pembelajaran, dan penyimpulan, semua ditugaskan pada
mahasiswa, dosen hanya melakukan konfirmasi atas bahan yang mereka
kaji, termasuk kesimpulan yang mereka rumuskan. Di saat yang sama, ini
merupakan kesempatan baik bagi para dosen untuk memberikan tantangan
bagi para mahasiswanya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar mereka.
2. Sinergi antara pembelajaran dengan penelitian. Selain memungkinkan
dosen mengontrol tugas mahasiswa sampai pada level pengetahuan
tertinggi, SCL memungkinkan dosen mensinergikan kegiatan penelitiannya
dengan program-program pembelajaran (bersama mahasiswa), sehingga
akan terus tervalidasi oleh masukan-masukan yang dinamis.
3. Pengembangan profesional berkelanjutan. SCL memungkinkan dosen
memberi tugas pada para mahasiswa untuk selalu meng-
update pengetahuan mereka tentang berbagai teori dengan mengakses
berbagai jurnal ilmiah terkini, sehingga dosen akan memperoleh masukan
terhadap penelitian yang sedang mereka lakukan.
Priyatmojo, dkk. (2010). buku panduan pelaksanaan student centered learning
(SCL) student teacher aesthethic role-sharing (STAR),
http://ppp.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/bukupanduanpelaksanaansclsta
r-Edited.pdf diakses 27 Desember 2017.
Ramdhani, Neila. 2009. Ruh Experiential Learning dalam SCL.
http://neila.staff.ugm.ac.id/?pilih=lihat&id =10 diakses 27 Desember
2017
https://www.scribd.com/doc/246322601/Perbedaan-TCL-vs-SCL

Rosyada, Dede. 2015. Student Centered Learning.


http://www.uinjkt.ac.id/id/student-centered-learning-2/ . diakses tanggal
26 desember 2017

Anda mungkin juga menyukai