Anda di halaman 1dari 5

Penatalaksanaan

PENATALAKSANAAN UMUM

Dermatitis atopik adalah kondisi kronis yang bervariasi sesuai tingkat keparahan dan
onset usia. Namun demikian, pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu baik
dari segi usia, jenis kelamin kondisi sosial,lokasi dan tingkat keparahan penyakit. Kulit
penderita dermatitis atopik cenderung lebih rentan terhadap bahan iritan, oleh karena itu
penting untuk mengidentifikasi dan menyingkirkan faktor yang memperberat, mislnya sabun
dan detergen, kontak dengan bahan kimia, pakaian kasar, pajanan terhadap panas dan dingin
yang ekstrim. Bila memakai sabun hendaknya yang berdaya larut minimal terhadap lemak
dan mempunyai pH netral. Pakaian yang baru sebaiknya dicuci terlebih dahulu sebelum
dipakai untuk membersihkan formaldehid atau bahan kimia tambahan. Mencuci pakaian
dengan detergen harus dibilas dengan baik, sebab sisa detergen dapat bersifat iritan. Stres
psikis juga dapat menyebabkan eksaserbasi dermatitis atopik. 1,2

Pada bayi dan anak serangan dermatitis dapat dipicu oleh iritasi dari luar. Misalnya
terlalu serinng dimandikan, menggosok terlalu luas, ketat atau kotor, kebersihan kurang
terutama di daerah popok, infeksi lokal, iritasi oleh urin dan feses dan bisa juga medicated
baby oil. Pada bayi penting diperhatikan kebersihan daerah bokong dan genitalia. Upaya
pertama adalah melindungi daerah yang terkena garukan agar tidak memperparah
penyakitnya. Lebih baik menghindari menggunakan pakaian yang bersifat iritan (misalnya
wol atau sintetik), bahan katun lebih baik. Kulit bayi dan anak dijaga agar selalu tetap
tertutup pakaian untuk menghindari pajanan iritan atau trauma garukan. Mandi dengan
pembersih yang mengandung pelembab, hindari pembersih antibakterial karena berisiko
menginduksi resistensi. 1

PENGOBATAN TOPIKAL
1. Hidrasi kulit
Kulit penderita dermatitis atopik biasanya kering dan fungsi sawarnya
berkurang sehingga mudah retak dan mempermudah masuknya mikroorganisme
patogen, bahan iritan dan alergen. Dengan melembabkan kulit, diharapkan sawar kulit
menjadi lebih baik dan penderita tidak menggaruk dan lebih impermeabel terhadap
mikroorganisme atau bahan iritan. Berbagai jenis pelembab dapat dipakai antara lain
krim hidrofilik urea 10%, dapat pula ditambahkan hidrokortison 1% di dalamnya.
Bila memakai pelembab yang mengandung asam laktat, konsentrasinya
seharusnya tidak melebihi dari 5% karena dapat mengiritasi bila dermatitis tersebut
masih aktif. Setelah mandi, kulit dilap, kemudian memakai emolien agar kulit tetap
lembab. Emolien dipakai beberapa kali sehari karena lama kerja maksimum emolien
yaitu 6 jam. 1

2. Kortikosteroid topikal
Pengobatan dermatitis atopik dengan kortikosteroid topikal merupakan
pengobatan tersering yang digunakan sebagai antiinflamasi lesi kulit. Walaupun
kortikosteroid topikal sering diberi pada pengobatan dermatitis atopik, tetapi harus
tetap berhati-hati karena dapat terjadi efek samping yang tidak diinginkan. 1
Steroid topikal yang kurang poten dapat digunakan pada kelopak mata, wajah,
aksila, dan pangkal paha serta paha bagian dalam. Steroid topikal yang kurang poten
juga biasanya digunakan pada anak-anak yang berusia kurang dari 1 tahun.
Kortikosteroid potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan daerah
genitalia misalnya hidrokortison 1%-2,5%. Kortikosteroid potensi menengah dapat
diberi pada anak dan dewasa misalnya triamsinolon, kecuali pada wajah digunakan
steroid berpotensi lebih rendah. Kortikosteroid diaplikasikan secara intermiten,
umumnya dua kali seminggu untuk menjaga agar tidak cepat kambuh. 1,2

3. Imunomodulator topikal
A. Takrolimus
Bekerja sebagai penghambat calcineurin, sediaan dalam bentuk salap 0,03%
untuk anak usia 2 – 15 tahun dan dewasa 0,03% dan 0,1%. Takrolimus menghambat
aktivitas sel yang terlibat dalam daermatitis atopik yaitu sel langerhans, sel T, sel mast
dan keratinosit. Pada pengobatan jangka panjang tidak ditemukan efek samping
kecuali rasa terbakar setempat. Tidak menyebabkan atrofi kulit seperti pada
pemakaian kortikosteroid, dapat digunakan di wajah dan kelopak mata. 1

B. Pimekrolimus
Suatu senyawa askomisin yaitu suatu imunomodulator golongan
makrolaktam. Kerjanya sangat mirip siklosporin dan takrolimus. Sediaan yang dipakai
adalah konsentrasi 1%, mempunyai efektivitas sama dengan krim klobetasol 17
propionat 0,05% (steroid superpoten), tidak menyebabkan atrofi kulit, aman pada
anak dan dapat dipakai pada kulit sensitif 2 kali sehari. 1

C. Preparat ter
Preparat ter mempunyai efek anti pruritus dan anti inflamasi pada kulit.
Dipakai pada lesi kronis, sediaan dalam bentuk salep hidrofilik misalnya yang
mengandung liquor carbonat detergent 5% - 10% atau crude coal tar 1% - 5%. 1

PENGOBATAN SISTEMIK
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik hanya dipakai untuk mengendalikan dermatitis atopik
eksaserbasi akut, dalam jangka pendek dan dosis rendah, dosis rendah, diberi selang-seling
atau dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek
samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul rebound phenomen. 1

2. Antihistamin
Gatal adalah gejala yang paling sulit dari dermatitis atopik untuk diobati, dan saat
ini tidak ada perawatan antipruritik spesifik. Antihistamin diberikan untuk mengurangi
rasa gatal yang hebat terutama malam hari. Dalam memilih anti histamin harus
diperhatikan berbagai hal seperti penyakit-penyakit sistemik, aktifitas penderita, dan lain-
lain. Antihistamin yang mempunyai efek sedatif sebaiknya tidak diberikan pada penderita
dengan aktifitas di siang hari (seperti supir) . Pada kasus sulit dapat diberi doxepin
hidroklorid 10-75 mg secara oral malam hari yang mempunyai efek anti depresan dan
blokade reseptor histamin H1 dan H2. 1

3.Anti infeksi
Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.
Aureus pada kulit penderita dermatitis atopik. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin.
Bila ada infeksi virus herpes simpleks kortikosteroid dihentikan sementara dan
dapat diberikan per oral asiklovir 400 mg 3 kali per hari selama 10 hari atau 200 mg 4 kali
per hari selama 10 hari. 1,2

4. Interferon
IFN γ bekerja menekan respons IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel TH2.
Pengobatan IFN γ rekombinan menghasilkan perbaikan klinis karena dapat menurunkan
jumlah eosinofil total dalam sirkulasi. 1

5. Siklosporin
Siklosporin adalah suatu imunosupresif kuat terutama bekerja pada sel T akan terikat
dengan cyclophilin (suatu protein intraseluler) menjadi suatu kompleks yang akan
menghambat calcineurin sehingga transkripsi sitokin ditekan. Dosis 5 mg/kg BB/oral,
diberi dalam waktu singkat, bila obat dihentikan umumnya penyakit kambuh kembali.
Efek sampingnya adalah peningkatan kreatinin dalam serum dan bisa terjadi penurunan
fungsi ginjal dan hipertensi. 1

TERAPI SINAR
Terapi sinar (phototherapy) dipakai untuk dermatitis atopik yang berat. Terapi
menggunakan ultra violet β atau kombinasi ultra violet A dan ultra violet B. Terapi
kombinasi lebih baik daripada ultra violet B saja. Ultra violet A bekerja pada sel langerhans
dan eosinofil, sedangkan ultra violet B mempunyai efek imunosupresif dengan cara
memblokade fungsi sel langerhans dan mengubah produksi sitoksin keratinosit. 1,2

Probiotik
Pemberian probiotik perinatal akan menurunkan resiko dermatitis atopik pada anak di
usia 2 tahun pertama. 1

TAMBAHAN KAK PUTE PUNYANYA KAK LUKMAN, TAPI NANTI DI


WORD DIAGNOSIS DULU BARU TATALAKSANA
DIAGNOSIS
Diagnosis dermatitis atopik didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka yang
diperbaiki oleh kelompok kerja dari Inggris yang dikoordinasi oleh Williams (1994). Untuk
diagnosis dermatitis atopik harus mempunyai tiga kriteria minor dan tiga kriteria mayor .1,3
Kriteria Mayor:
 Pruritus
 Eksema dengan predileksi wajah dan ekstensor pada bayi dan anak
 Eksema fleksural pada dewasa
 Dermatitis kronik atau relaps
 Riwayat keluarga dengan penyakit atopi (dermatitis, hay fever, asma)

` Kriteria Minor:
 Xerosis
 Infeksi kutaneus
 Dermatitis non spesifik pada ekstremitas superior dan inferior
 Iktiosis, Hiperlinear telapak tangan dan kaki, keratosis pilaris
 Pityriasis alba
 Nipple eczema
 Peningkatan serum IgE
 Respon atipikal vaskular (facial pallor, white dermatographism)
 Katarak subskapular anterior, keratokonus
 Skin tes dengan hasil Positif
 Onsetnya pada umur muda
 Lipatan infraorbital/Morgan-Dennie lines
 Periorbital darkening
 Eritema pada wajah
 Perifollicular accentuaion
 Hertoghe`s sign (penipisan alis atau tidak ada alis di bagian lateral)
 Dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau stress

Dennie-Morgan infraorbital fold adalah cekungan mata yang menyolok & simetris,
namun dapat ditemukan 1 atau 2 cekungan di palpebra inferior.

White demographism

Untuk bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi yaitu:


Tiga kriteria mayor berupa:
-Riwayat atopi pada keluarga
-Dermatitis di wajah atau ekstensor
-Pruritus
Ditambah tiga kriteria minor:
-Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris
-Aksentura perifolikular
-Fisura belakang telinga
-Skuama di skalp kronis
KESIMPULAN
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal yang umumnya sering terjadi pada anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar igE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita (dermatitis atopik, rinitis alergi dan atau asma bronkial).Kelainan kulit
berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoiasi dan likenifikasi,
distribusinya di lipatan (fleksural).
Terapi pada dermatitis atopik dapat berupa terapi nonfarmakologis dengan
menghindari faktor pencetus seperti makanan yang membuat alergi, bahan-bahan
iritan,suhu, stres, emosi dan lain sebagainya serta terapi farmakologis berupa
terapi topikal dan sistemik.

(BELUM SELESAI KAK, KARENA HARUS LIAT YANG DARI YANG


LAIN JUGA UNTUK BISA SIMPULKAN, DI ATAS BARU PENGERTIAN
SAMA TATALAKSANA KESIMPULANNYA)

Referensi:
1. Adhi Djuanda,Mochtar Hamzah, Siti Aisah. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. P. 144-146
2. DA Burns, B Stephen, Cox Neil, G Christopher. Rook’s Textbook of
Dermatology. 8th edition. United Kingdom: Wiley-Blackwell Publishing. 2010
3. William D. James, et al,. 2010. Andrews’ Diseases of the skin : Clinical
Dermatology.

Anda mungkin juga menyukai