Anda di halaman 1dari 5

Reaksi Stres Akut

Tingkat Kompetensi 2

Pedoman diagnostic Reaksi Stres Akut menurut PPDGJ III

1. Harus ada kaitan waktu yang jelas antara terjadinya pengalaman stres yang luar biasa

(fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya beberapa menit atau segera

setelah kejadian

2. Selain itu ditemukan gejala-gejala :

a) Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah, selain gejala

permulaan berupa keadaan “terpaku” (daze). Semua hal berikut dapat terlihat

depresi, ansietas, kemarahan , kecewa, overaktif dan penarikan diri. Akan tetapi tidak

satupun dari gejala tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya untuk waktu

yang lama

b) Pada kasus yang dapat dialhkan dari lingkup stressor-nya, gejala-gejala dapat

menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam)dalam hal dimana stres menjadi

berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan gejala –gejala biasanya baru mereda setelah

24-48 jam dan biasanya hapir menghilang setelah 3 hari.

3. Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak dari gejalagejala pada
individu yang sudah menunjukkan gangguan psikiatrik lainnya.

4. Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam

terjadinya atau beratnya suatu reaksi stres akut.

Kriteria diagnostik Reaksi Stres Akut menurut DSM- VI-TR

A. Seorang telah terpapar dengan peristiwa traumatis disertai dua hal berikut :

1. orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu peristiwa atau

kejadian yang menyebabkan ancaman kematian atau cedera serius, atau

ancaman terhadap integritas fisik pada diri sendiri atau orang lain
2. respon seseorang yang terlibat dengan rasa takut hebat, tidak berdaya, atau

horor.

B. Baik saat mengalami atau setelah mengalami peristiwa menyedihkan, individu

memiliki tiga (atau lebih) gejala disosiatif berikut:

1. rasa subjektif dari mati rasa, detasemen, atau tidak adanya respon emosional

2. penurunan kesadaran lingkungan nya (misalnya, â € œbeing dalam € dazeâ ??)

3. derealization

4. depersonalisasi5. amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari

trauma)

C. Peristiwa traumatik yang terus menerus dialami kembali dalam setidaknya satu dari

hal berikut: gambar berulang, pengalaman, mimpi, ilusi, episode kilas balik, atau rasa

mengenang pengalaman; atau tekanan pada paparan pengingat peristiwa traumatik.

D. Ditandai menghindari rangsangan yang membangkitkan ingatan mengenai peristiwa

traumatik (misalnya, pikiran, perasaan, percakapan, kegiatan, tempat, orang).

E. Ditandai gejala kecemasan atau meningkatnya kewaspadaan (misalnya, sulit tidur,

mudah marah, kurang konsentrasi, hypervigilance, respon kaget yang berlebihan,

kegelisahan motorik).

F. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis yang bermakna atau penurunan

kemampuan bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting yang mengganggu

kemampuan individu untuk menyelesaikan beberapa tugas yang diperlukan, seperti

memperoleh bantuan yang diperlukan atau memobilisasi sumber daya individu

dengan mengatakan kepada anggota keluarga tentang pengalaman traumatis.

G. Gangguan berlangsung minimal selama 2 hari dan maksimal 4 minggu dan terjadi

dalam waktu 4 minggu dari peristiwa traumatik.

H. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik dijelaskan

oleh gangguan psikotik singkat, dan tidak hanya eksaserbasi dari gangguan yang

sudah ada sebelumnya pada Axis I atau II Axis

Diagnosis Banding.

1. Gangguan Mental Organic

2. Epilepsi

3. Gangguan Penyalahgunaan Alkohol

4. Gangguan Terkait Penyalahgunaan Zat Lain (Intoksikasi Akut atau Putus Zat)

5. Gangguan Panik Dan Gangguan Kecemasan Umum

6. Depresi Berat Juga Bersamaan Sering PTSD.

7. Gangguan Kepribadian Borderline, Gangguan Disosiatif, Dan Gangguan Buatan.

Epidemiologi.

Prevalensi seumur hidup 8% dari populasi umum.

Faktor Risiko: single, bercerai, janda, sosial ditarik, atau tingkat sosial ekonomi

rendah.

Faktor risiko yang paling penting keparahan, durasi, dan kedekatan paparan

seseorang terhadap trauma actual

Penatalaksana.

1. Terapi FarmakologiTerapi farmakologi merupakan suatu jenis terapi yang menggunakan obat-
obatan yang

berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat otak

yakni sistem limbik. Sebagaimana diketahui sistem limbik merupakan bagian otak yang

berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang

sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) golongan benzodiazepine seperti

diazepam, lorazepam, alprazolam dan anti depresi (anti depressant) golongan SSRI
seperti fluoxetine, sertraline (Zoloft).

2. Psikoterapi

a) Pendekatan perilaku

Pendekatan perilaku dilakukan dengan mengubah perilaku yang menimbulkan stress

akut, toleransi atau adaptabilitas terhadap stress akut yang dialami, menyeimbangkan

antara aktivitas fisik dan nutrisi, serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.

b) Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif merupakan pendekatan yang bertujuan untuk mengubah pola pikir

individu agar berpikir positif dan sikap yang positif, membekali diri dengan

pengetahuan tentang stres, serta menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan

kanan. Pendekatan kognitif bisa juga dilakukan dengan menggunakan metode

hipnoterapi.

c) Metode Coping Stres Menggunakan Teknik Relaksasi

Relaksasi dilakukan dengan tujuan untuk melepaskan semua ketegangan-ketegangan

yang selama ini dialami oleh individu. Relaksasi yang dilakukan bisa berupa relaksasi

otot-otot, relaksasi kesadaran indra dan relaksasi pikiran-pikiran.

Komorbiditas.

Dua pertiga (66%) memiliki setidaknya dua gangguan lain.

Gangguan depresi

Gangguan terkait-zat

Gangguan kecemasan lainnya

Gangguan bipolar

Prognosis.

Gejala dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu dan mungkin paling berat selama

periode stress tidak diobati,


sekitar 30 persen pasien sembuh sepenuhnya,

40 persen terus memiliki gejala ringan,

20 persen terus memiliki gejala sedang, 10 persen tetap tidak berubah atau menjadi lebih buruk.

Setelah 1 tahun, sekitar 50 persen pasien akan sembuh.

Prognosis yang baik bila.

Onset akut,

Durasi singkat dari gejala (kurang dari 6 bulan),

Fungsi pra-morbid baik,

Dukungan sosial baik (keluarga, teman, tetangga)

Tidak ada Gangguan pasikiatri, Medis Dan penyalah gunaan zat yang menyertainya

(komorbiditas)

Anda mungkin juga menyukai