Anda di halaman 1dari 5

HIKMAH IDUL FITRI

Banyak cara mengekspresikan rasa syukur. Namun, sebagian umat Islam lebih banyak
mengucapkan Alhamdulillah. Apakah memang demikian?

hamdallah hanya satu cara. Ada beberapa cara mensyukuri nikmat Allah SWT.

1. syukur dengan hati. Ini dilakukan dengan mengakui sepenuh hati apa pun nikmat
yang diperoleh bukan hanya karena kepintaran, keahlian, dan kerja keras kita, tetapi
karena anugerah dan pemberian Alloh Yang Maha Kuasa. Keyakinan ini membuat
seseorang tidak merasa keberatan betapa pun kecil dan sedikit nikmat Allah yang
diperolehnya.
2. syukur dengan lisan. Yaitu, mengakui dengan ucapan bahwa semua nikmat berasal
dari Allah SWT. "Pengakuan ini diikuti dengan memuji Allah melalui ucapan
alhamdulillah. Ucapan ini merupakan pengakuan bahwa yang paling berhak
menerima pujian adalah Allah," kata Kang Erick, sapaan akrabnya, saat mengisi
pengajian di SD Mutiara Bunda, Rancamanik, Bandung, Senin (25/5).
3. syukur dengan perbuatan. Hal ini dengan menggunakan nikmat Allah pada jalan dan
perbuatan yang diridhai-Nya, yaitu dengan menjalankan syariat , menta'ati aturan
Alloh dalam segala aspek kehidupan

Sikap syukur perlu menjadi kepribadian setiap Muslim. Sikap ini mengingatkan untuk
berterima kasih kepada pemberi nikmat (Allah) dan perantara nikmat yang diperolehnya
(manusia). Dengan syukur, ia akan rela dan puas atas nikmat Allah yang diperolehnya dengan
tetap meningkatkan usaha guna mendapat nikmat yang lebih baik.

Selain itu, bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah merupakan salah satu kewajiban
seorang muslim. Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada Allah, alias kufur
nikmat, adalah orang-orang sombong yang pantas mendapat adzab Allah SWT.

Allah telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-
nikmatNya: “Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan
bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.” (QS al-Baqarah:152)

Akantetapi, belum termasuk orang yang bersyukur mengucapkan hamdalah tetapi juga
menggunakan rizki Allah untuk maksiat.
“Syukur berasal dari kata syakaro-yasykuru yang artinya mensyukurinya,memujinya atau
berterima kasih.ada juga yang mengartikan syukur ini adalah membuka lawan dari
kafaro(menutup),” paparnya.

Menurut Kang Erick, ketika Muslim bersyukur maka syukur itu akan membuka nikmat
lainnya. Sebaliknya, ketika seorang Muslim kufur sesungguhnya itu perbuatan dosa. “Allah
SWT berfirman dalam Alqurqan surat Ibrahim ayat 7 yang artinya Jika kamu bersyukur pasti
akan aku tambah (nikmat-Ku) untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku
amat pedih,” ucapnya.

Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa kata syukur lawan katanya adalah kufur (menutupi
nikmat). Syukur konsekuensinya adalah bertambah nikmat sedang kufur konsekwensinya
adalah siksa.
1. Hikmah Kegembiraan dan Kesyukuran
Hikmah pertama yang sangat menonjol dari momen idul fitri adalah hikmah kegembiraan dan
kesyukuran. Ya, semua kita bergembira dan bersuka ria saat menyambut Idul Fitri seperti
sekarang ini. Dan memang dibenarkan bahkan disunnahkan kita bergembira, berbahagia dan
bersuka cita pada hari ini. Karena makna dari kata ‘ied itu sendiri adalah hari raya, hari
perayaan, hari yang dirayakan. Dan perayaan tentu identik dengan kegembiraan dan
kebahagiaan.
Bagimana tidak bahagia pada bulan romadhon kemarin banyak sekali keutamaan yang kita
dapat, diantaranya:

a. Pahala Berlipat Ganda

Bulan ramadhan adalah bulan yang berlipat Ganda akan pahala. Bulan Ramadhan
adalah saat yang tepat untuk membiasakan diri beribadah. Untuk itu, tidak salah jika
Allah memberikan pahala yang dilipatgandakan saat bulan ini. Ditambah lagi dengan
aktivitas puasa ramadhan, tentu menjadi suatu proses melatih kesabaran.

b. Malam Lailatul Qadar

Malam lailatul qadar adalah malam saat diturunkannya Al-Quran. Untuk itu, keutamaan
ini berada di bulan Ramadhan. Malam lailatul qadar adalah malam yang dimuliakan
Allah dan beribadah di dalamnya seperti 1000 tahun beribadah. Al Quran di bulan ini
adalah memiliki sejarah turunnya dan manusia diberikan cahaya kehidupan atas petunjuk
Al-Quran yang diturunkan.

c. Semangat Lebih Untuk Beribadah lebih tinggi


d. Lingkungan Menjadi Kondusif dan Religius
e. Saling Berbagi dan Memaafkan
f. Meningkatnya Ekonomi Islam

2. Hikmah Ketauhidan, Keimanan dan Ketaqwaan


Dalam menyambut ‘Iedul Fithri, disunnahkan bagi kita untuk banyak mengumandangkan
takbir, tahlil, tasbih dan tahmid sebagai bentuk penegasan dan pembaharuan deklarasi iman
dan tauhid. Itu berarti bahwa identitas iman dan tauhid harus selalu kita perbaharui dan kita
tunjukkan, termasuk dalam momen-momen kegembiraan dan perayaan, dimana biasanya
justru kebanyakan orang lalai dari berdzikir dan mengingat Allah.

3. Hikmah Kefitrahan
Biasa juga dikatakan bahwa, dengan hadirnya Iedul fitri berarti kita kaum muslimin kembali
kepada fitrah, kembali kepada kesucian. Dan itu benar. Karena jika benar-benar
dioptimalkan, maka Ramadhan dengan segala amaliah istimewanya adalah salah satu
momentum terbaik bagi peleburan dosa dan penghapusan noda yang mengotori hati dan jiwa
kita serta membebani diri kita selama ini.

4. Hikmah Kepedulian

Islam adalah agama peduli. Oleh karenanya uammatnyapun adalah ummat peduli. Dan sifat
serta karakter kepedulian itu begitu tampak nyata dan terbukti secara mencolok selama bulan
mulia yang baru saja berlalu. Dimana semangat berbagi dan spirit memberi melaui sunnah
berinfak dan bersedekah serta kewajiban berzakat, begitu indah menghiasi hari-hari penuh
peduli sepanjang bulan Ramadhan. Dan itu semua tidak lain dalam rangka meniru dan
mencontoh keteladanan terbaik dari Baginda Rasul tercinta shallallahu ‘alaihi wasallam.
5. Hikmah Kebersamaan dan Persatuan
Selama Ramadhan, suasana dan nuansa kebersamaan serta persatuan ummat begitu kental,
begitu terasa dan begitu indah. Mengawali puasa bersama-sama (seharusnya dan sewajibnya),
bertarawih bersama (disamping jamaah shalat lima waktu juga lebih banyak selama
Ramadhan), bertadarus bersama, berbuka bersama, beri’tikaf bersama, berzakat fitrah
bersama, dan beriedul fitri bersama (semestinya!).

Dan hal itu karena memang ibadah dan amaliah Ramadhan serta ‘Iedul Fithri adalah
bersifat jama’iyah,kolektif, dan serba bersama-sama. Tidak bisa dan tidak boleh sendiri-
sendiri.
Maka marilah hikmah kebersamaan dan persatuan yang menjadi salah satu ruh ibadah
Ramadhan dan esensi iedul fitri ini, kita jaga, pertahankan dan tingkatkan terus, sehingga
benar-benar menjadi karakter tetap diri kita sebagai kaum mukminin yang senantiasa
bersaudara secara harmonis dan mesra.
Dan tentu kita semua tahu dan sadar bahwa, persaudaraan, kebersamaan serta
persatuan adalah bagian terpenting dari pilar kekuatan dan kekokohan ummat Islam, yang
wajib terus menjadi idealita dan cita-cita setiap kita untuk direalisir dan diwujudkan.

Innamal Mu’minuuna Ikhwatun Faaslihuu Baina Akhowaikum Wattakullaaha


La’allakum Turhamuun.
“ Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
mendapat rahmat” (QS. Al-Hujuraat: 10).
Idul Fitri adalah momentum untuk saling memaafkan. Dengan harapan pada hari-hari berikutnya kita

juga dengan mudah untuk saling memaafkan satu dengan yang lainnya. Sehingga hikmah idul fitri

tersebut haruslah kita resapi maknanya secara mendalam agar tidak hilang dan pudar begitu saja.

Memang sangat berat untuk memaafkan, apalagi jika antara orang peminta maaf dengan yang

memaafkan ada pengalaman buruk yang sulit dilupakan. Namun yakinlah bahwa dibalik kata

MEMAAFKAN, ada hikmah yang sangat dalam dan manfaat yang banyak buat diri kita.

Anda mungkin juga menyukai