HASIL
1.2.Hitung Trombosit
PEMBAHASAN
Darah vena yang telah diambil telah dicampurkan dengan EDTA yang merupakan
antikoagulan sehingga darah tidak mengalami pembekuan. Setelah itu darah
dimasukkan ke dalam pipet leukosit sampai garis tanda 0,5 tepat untuk kemudian
ditambahkan larutan turk sampai pada garis tanda 11 pada pipet. Larutan Turk adalah
perpaduan antara asam asetat glacial 1 % dan gentian violet 1 %. Karena leukosit
bersifat tetap stabil dalam larutan asam hingga kadar 3 %, asam asetat glacial
digunakan untuk hemolisis eritrosit. Sedangkan gentian violet digunakan untuk
mewarnai leukosit . Larutan turk dan darah didalam pipet leukosit harus dikocok
selama 3 menit terlebih dahulu sebelum digunakan agar larutan turk dan darah benar-
benar tercampur dengan rata, setelah itu campuran antara larutan turk dengan darah
diteteskan ke dalam kamar hitung untuk segera dilakukan perhitungan yang dilakukan
di kamar hitung dilakukan secara teratur mulai dari kiri ke kanan kemudian dari kanan
ke kiri, membentuk alur gelombang agar tidak terjadi pengulangan hitungan pada
kamar hitung.1
Kamar hitung yang dinilai ada empat ruang besar. Dimana jumlah semua sel yang
dapat dihitung sebanyak 163 sel. Untuk menentukan jumlah leukosit, jumlah sel
sebanyak 163 dikali 50 dan didapatkan hasil bahwa jumlah leukosit OP sebesar
8.150/mm3.
Implikasi klinik:5
Faktor pengganggu:5
Tes Widal adalah tes yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya demam
enterik. Tes ini ditemukan oleh George Fernand Isidore Widal. Prinsip dari tes ini
adalah dengan mengidentifikasi antibodi spesifik manusia yang telah terinfeksi
Salmonella, Richetsia dan Burucella dengan melihat kenaikan titer antibodi terhadap
antigen O (somatik) dan/atau antigen H (flagellar). Dengan cara Rapid test ini
memberikan perkiraan hasil dari uji tabung. Pengenceran dilakukan ke semua slide
untuk menghilangkan efek “Prozone” ketika konsentrasi serum yang lebih tinggi dapat
memberikan pengenceran negatif tetapi pengenceran berlebih dapat memberikan hasil
positif.7
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan uji widal pada serum darah. Pada uji
ini dilakukan pengenceran pada serum untuk mengetahui kemungkinan adanya bakteri
Salmonella. Adanya bakteri salmonella di tunjukkan dengan ditemukannya aglutinasi
setelah satu menit. Pengenceran yang dilakukan pada uji ini yaitu pengenceran 1 : 40
dimana serum yang digunakan sebanyak 40 ul dan reagen yang digunakan sebanyak 1
tetes. Pada uji widal reagen yang digunakan terdapat 2 antigen yaitu antigen terhadap
O dan H. Titer agglutinin O lebih bermanfaat dalam diagnose dibandingkan titer
aglutinin H, karena titer aglutinin O akan naik terlebih dahulu dari pada titer agglutinin
H.titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32, 1/64, 1/160, 1/320, 1/640. Peningkatan
titer uji widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+). Titer 1/160 : masih dilihat dulu
dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ad, maka dinyatakan (+). Jika
1 x pemeriksaan llangsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasien
dengan gejala khas. Uji ini memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas sedang
(moderate).
Dari hasil pemeriksaan ui widal didapatkan hasil negatif yang ditunjukkan dengan
tidak ditemukan aglutinasi pada slide uji widal dan setelah dibiarkan selama beberapa
menit,ditemukan adanya aglutinasi halus pada slide S.paratyphi CH. Hal ini tidak
bermakna untuk menunjukkan hasil positif. Pada uji widal dapat positif palsu maupun
negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh factor-faktor, antara lain pernah
mandapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain, pernah sakit sebelumnya,
dan adanya faktor rheumatoid. Sedangkan hasil negative palsu disebabkan antara lain
pasien sudah mendapat terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1
minggu sakit. Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal
sebagai sarana penunjang diagnosis demam tifoid yaitu spesifitas yang agak rendah
dan kesukaran untuk mengintepretasikan hasil tersebut, sebab banyak faktor yang
mempengaruhi kenaikan titer.8,9,10
KESIMPULAN
Didapatkan hasil positif pada strip test yang menandakan bahwa serum darah
sedang terinfeksi dan diperlukan pemeriksaan fungsi hati untuk menegakkan diagnosis
hepatitis B.
DAFTAR PUSTAKA
1. Theml, Harald, et. al. Color Atlas of Hematology. Germany: Thieme. 2004.
2. Kemenkes RI. Pedoman Interpretasi Data Klinik. 2011.
3. Sherwood, L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC. 2014
4. Kee, LeFever J. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. 6th ed. EGC:
Jakarta; 2007
5. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2011.
6. Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat. 2009.
7. Rao, Sridhar. Widal Test. JJMMC. Davangere; 2009.
8. Jawetz, Melnick, Adelberg’s. Mikrobiologi kedokteran Jilid 1. Jakarta: Salemba
Medika; 2005.
9. Wibisono, Elita dkk. Demam Tifoid. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran Jilid II.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2014
10. Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, Siamadibrata M, Setiati S. editors. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing; 2009.
LAMPIRAN