Anda di halaman 1dari 11

BAB I

HASIL

1.1. Hitung Leukosit


Jumlah Sel
Bidang 1 41
Bidang 2 40
Bidang 3 43
Bidang 4 39
Total 163
Jumlah leukosit = 163 x 50 = 8150 /mm3

1.2.Hitung Trombosit

Jumlah trombosit = 106 sel


Jumlah trombosit/µL darah = jumlah trombosit x 200
= 106 x 2000
= 212.000/µL darah
1.3. Pemeriksaan Widal

Titer Aglutinasi Interpretasi hasil


S. typhi O Negatif (-) Tidak terjadi aglutinasi
S.typhi H Negatif (-) Tidak terjadi aglutinasi
S. paratyphi AO Negatif (-) Tidak terjadi aglutinasi
S. paratyphi BO Negatif (-) Tidak terjadi aglutinasi
S. paratyphi CO Negatif (-) Tidak terjadi aglutinasi
S. paratyphi AH Negatif (-) Tidak terjadi aglutinasi
S. paratyphi BH Negatif (-) Tidak terjadi aglutinasi
S. paratyphi CH Negatif (-) Tidak terjadi aglutinasi

1.4. Pemeriksaan HbsAg

Hbs Ag = Positif (+)


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hitung Leukosit

Darah vena yang telah diambil telah dicampurkan dengan EDTA yang merupakan
antikoagulan sehingga darah tidak mengalami pembekuan. Setelah itu darah
dimasukkan ke dalam pipet leukosit sampai garis tanda 0,5 tepat untuk kemudian
ditambahkan larutan turk sampai pada garis tanda 11 pada pipet. Larutan Turk adalah
perpaduan antara asam asetat glacial 1 % dan gentian violet 1 %. Karena leukosit
bersifat tetap stabil dalam larutan asam hingga kadar 3 %, asam asetat glacial
digunakan untuk hemolisis eritrosit. Sedangkan gentian violet digunakan untuk
mewarnai leukosit . Larutan turk dan darah didalam pipet leukosit harus dikocok
selama 3 menit terlebih dahulu sebelum digunakan agar larutan turk dan darah benar-
benar tercampur dengan rata, setelah itu campuran antara larutan turk dengan darah
diteteskan ke dalam kamar hitung untuk segera dilakukan perhitungan yang dilakukan
di kamar hitung dilakukan secara teratur mulai dari kiri ke kanan kemudian dari kanan
ke kiri, membentuk alur gelombang agar tidak terjadi pengulangan hitungan pada
kamar hitung.1

Kamar hitung yang dinilai ada empat ruang besar. Dimana jumlah semua sel yang
dapat dihitung sebanyak 163 sel. Untuk menentukan jumlah leukosit, jumlah sel
sebanyak 163 dikali 50 dan didapatkan hasil bahwa jumlah leukosit OP sebesar
8.150/mm3.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa jumlah leukosit OP normal, dimana


rentang jumlah leukosit normal adalah sebesar 3.200-10.000/mm3. Fungsi utama
leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit organisme
asing dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan antibodi.2
2.2. Hitung Trombosit
Trombosit merupakan fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 2-4 mm yang
berasal dari megakriosit. Megakariosit melakukan reflikasi inti endomitotiknya
kemudian volume sitoplasma membesar seiring dengan penambahan lobus ini
menjadikelipatannya, stiplasma menjadi granula dan trombosit dilepaskan dalam
bentuk platelet/keeping-keping.3
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit diaktivasi
setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Nilai normal berkisar 200.000-
500.000/µL darah.. Trombosit terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit
sekitar 7,5 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya
terdapat di limfa.4
Praktikum kali ini, kami melakukan hitung jumlah trombosit secara langsung
dengan menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop fase kontras dan
mikroskop cahaya, disebut sebagai metode Rees Ecker. Pada hitung trombosit dengan
metode Rees Ecker ini, darah yang digunakan adalah darah EDTA, EDTA berfungsi
sebagai antikoaguan yang mencegah pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium
dan juga dapat menghambat agregasi trombosit. Darah EDTA ini mula-mula
diencerkan ke dalam larutan yang mengadung Brilliantcresyl blue sehingga trombosit
tercat biru muda. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar
dan mikroskop. Secara mikroskopik trombosit tampak refraktil dan mengkilat,
berwarna biru muda, lebih kecil dari eritrosit, serta berbentuk bulat, lonjong, atau
koma, yang tersebar atau bergerombol. Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%,
cukup subjektif karena penghitungan dengan mana telanjang dengan bantuan
mikroskop cahaya, selain itu faktor teknik pengambilan sampel menyebabkan
trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung serta pengenceran tidak akurat dapat
menyebabkan kesalahan dalam penghitungan.4

Berdasarkan hasil hitung trombosit diatas, kadar trombosit sample percobaan


masih dalam batas normal, yaitu 212.000/µL darah, yang berkisar antara 200.000-
500.000/µL darah. Seseorang dikatakan trombsitopeni ringan apabila hitung trombosit
berjumlah 100.000-150.000/µL darah, dan jika lebih dari batas normal atas maka
disebut sebagai trombositosis.

Implikasi klinik:5

 Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera,


trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
 Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura
(ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma
dan multipledysplasia syndrome.
 Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat dapat
menyebabkan trombositopenia
 Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan spontan
dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan
petekia/ekimosis.
 Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis.
 Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet daripada jumlah platelet.

Faktor pengganggu:5

 Jumlah platelet umumnya meningkat pada dataran tinggi; setelah olahraga,


trauma atau dalam kondisi senang, dan dalam musim dingin
 Nilai platelet umunya menurun sebelum menstruasi dan selama kehamilan
 Clumping platelet dapat menurunkan nilai platelet
 Kontrasepsi oral menyebabkan sedikit peningkatan

Jumlah trombosit berdasarkan hasil pemeriksaan langsung ( Ress Ecker)


didapatkan sebanyak 212.000/ul darah dan terdolong normal. Jumlah trombosit dalam
keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara mnghitungnya. Karena sukarnya
dihitung, penilaian semikuantitatif tentang jumlah trombosit dalam sedian apus darah
sangat besar, artinya sebagai pemeriksaan penyaring. 3
Cara langsung menghitung trombosit dengan menggunakan electronic particle
counter mempunyai keuntungan tidak melelahkan petugas laboratorium jika harus
banyak melakukan pemeriksaan trombosit, namun harus mengadakan kontrol dengan
ketat.6

2.3. Pemeriksaan Widal

Tes Widal adalah tes yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya demam
enterik. Tes ini ditemukan oleh George Fernand Isidore Widal. Prinsip dari tes ini
adalah dengan mengidentifikasi antibodi spesifik manusia yang telah terinfeksi
Salmonella, Richetsia dan Burucella dengan melihat kenaikan titer antibodi terhadap
antigen O (somatik) dan/atau antigen H (flagellar). Dengan cara Rapid test ini
memberikan perkiraan hasil dari uji tabung. Pengenceran dilakukan ke semua slide
untuk menghilangkan efek “Prozone” ketika konsentrasi serum yang lebih tinggi dapat
memberikan pengenceran negatif tetapi pengenceran berlebih dapat memberikan hasil
positif.7

Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan uji widal pada serum darah. Pada uji
ini dilakukan pengenceran pada serum untuk mengetahui kemungkinan adanya bakteri
Salmonella. Adanya bakteri salmonella di tunjukkan dengan ditemukannya aglutinasi
setelah satu menit. Pengenceran yang dilakukan pada uji ini yaitu pengenceran 1 : 40
dimana serum yang digunakan sebanyak 40 ul dan reagen yang digunakan sebanyak 1
tetes. Pada uji widal reagen yang digunakan terdapat 2 antigen yaitu antigen terhadap
O dan H. Titer agglutinin O lebih bermanfaat dalam diagnose dibandingkan titer
aglutinin H, karena titer aglutinin O akan naik terlebih dahulu dari pada titer agglutinin
H.titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32, 1/64, 1/160, 1/320, 1/640. Peningkatan
titer uji widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+). Titer 1/160 : masih dilihat dulu
dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ad, maka dinyatakan (+). Jika
1 x pemeriksaan llangsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasien
dengan gejala khas. Uji ini memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas sedang
(moderate).

Dari hasil pemeriksaan ui widal didapatkan hasil negatif yang ditunjukkan dengan
tidak ditemukan aglutinasi pada slide uji widal dan setelah dibiarkan selama beberapa
menit,ditemukan adanya aglutinasi halus pada slide S.paratyphi CH. Hal ini tidak
bermakna untuk menunjukkan hasil positif. Pada uji widal dapat positif palsu maupun
negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh factor-faktor, antara lain pernah
mandapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain, pernah sakit sebelumnya,
dan adanya faktor rheumatoid. Sedangkan hasil negative palsu disebabkan antara lain
pasien sudah mendapat terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1
minggu sakit. Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal
sebagai sarana penunjang diagnosis demam tifoid yaitu spesifitas yang agak rendah
dan kesukaran untuk mengintepretasikan hasil tersebut, sebab banyak faktor yang
mempengaruhi kenaikan titer.8,9,10

2.4. Pemeriksaan HbsAg


HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang
muncul di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi,
mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg
merupakan satu-satunya petanda serologik selama 3 – 5 minggu. Pada kasus yang
sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada
kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg positif
yang persisten lebih dari 6 bulan didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10%
penderita yang memiliki HBsAg positif adalah carrier, dan hasil uji dapat tetap positif
selam bertahun-tahun.
Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk
mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah
hampir tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun,
meskipun insiden hepatitis B terkait transfusi sudah menurun, angka kejadian hepatitis
B tetap tinggi. Hal ini terkait dengan transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur,
yaitu parenteral, perinatal, atau kontak seksual. Orang yang berisiko tinggi terkena
infeksi hepatitis B adalah orang yang bekerja di sarana kesehatan, ketergatungan obat,
suka berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat transfusi, hemodialisa, bayi
baru lahir yang tertular dari ibunya yang menderita hepatitis B.
Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg)
merupakan material permukaan dari virus hepatitis B. Hepatitis B kadang disebut juga
hepatitis serum dan diagnosis HbsAg bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang
mengidap virus hepatitis akut ataupun kronik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan darah
yang sudah disentrifugasi dan dilakukan dengan strip test yang mana pada pemeriksaan
ini akan didapatkan hasil sesuai dengan garis yang ada pada strip test nya dan pada
praktikum kali ini didapatkan hasil positif pada serum darah tersebut dengan adanya
dua garis merah pada strip test tersebut sehingga menunjukan bahwa hasil yang didapat
adalah positif.11,12
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Hitung Leukosit


Sampel darah yang diperiksa memiliki kadar trombosit yang normal yaitu
8.150/mm3

3.2. Hitung Trombosit


Sampel darah yang diperiksa memiliki kadar trombosit yang normal yaitu
212.000/µL darah

3.3. Pemeriksaan Widal


1. Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri Salmonella sp
enteric yang mengakibatkan typoid.
2. Uji widal tidak boleh dilakukan lebih dari 1 menit karena dapat menyebabkan
nilai positif palsu.
3. Pada serum darah yang digunakan negative mengandung bakteri Salmonella.

3.4. Pemeriksaan HbsAg

Didapatkan hasil positif pada strip test yang menandakan bahwa serum darah
sedang terinfeksi dan diperlukan pemeriksaan fungsi hati untuk menegakkan diagnosis
hepatitis B.
DAFTAR PUSTAKA

1. Theml, Harald, et. al. Color Atlas of Hematology. Germany: Thieme. 2004.
2. Kemenkes RI. Pedoman Interpretasi Data Klinik. 2011.
3. Sherwood, L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC. 2014
4. Kee, LeFever J. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. 6th ed. EGC:
Jakarta; 2007
5. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2011.
6. Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat. 2009.
7. Rao, Sridhar. Widal Test. JJMMC. Davangere; 2009.
8. Jawetz, Melnick, Adelberg’s. Mikrobiologi kedokteran Jilid 1. Jakarta: Salemba
Medika; 2005.
9. Wibisono, Elita dkk. Demam Tifoid. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran Jilid II.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2014
10. Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, Siamadibrata M, Setiati S. editors. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing; 2009.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai