Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

NYERI

( Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Praktik Klinik Keperawatan Dasar Manusia )

Disusun Oleh:

NUR AINI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2017/218


I. PENGERTIAN
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun
berat. Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Aziz Alimun
Hidayat, 2006).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
(Judith M. Wilkinson 2002).

II. ANATOMI FISIOLOGI

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas
dalam kulit yang hanya berespon terhadap stimulus kuat yang berpotensial
merusak organ tubuh. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis
reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak
bermielien dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya nosireceptor dapat
dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik
dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda
maka nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.

Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal
dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor
jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :

a. Reseptor A delta : merupakan serabut komponen cepat (kecepatan


tranmisi 6-30 m/detik) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang
akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
b. Serabut C : merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5
m/detik) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya
bersifat tumpul dan sulit dilokalilasi.
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang
terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan nyeri penyangga
lainnya sedangkan reseptor viseral meliputi organ-organ viseral seperti jantung,
hati, usus, ginjal dan lain sebagainya. Nyeri yang timbul pada resptor ini biasanya
tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap
penekanan, iskemia, dan inflamasi.
Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berubah zat kimia seperti histamin,
bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat
berupa ternal, listrik atau mekanis.

III. NILAI-NILAI NORMAL


Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol
10 Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol

IV. JENIS KELAINAN / GANGGUAN


a. Edema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur
V. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut
merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri
akan di persiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain d ihantarkan ke
hypotalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin
sensitive pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami
nyeri (Mubarak,2007).

Nyeri

Spasme otot
Kurang
pengetahuan
Rangsang diteruskan ke korteks serebri Gangguan
mobilisasi fisik
Kurang informasi
Pelepasan mediator kimiawi
Cemas

Degranulasi sel mastkerusakan neuromaskuler


Perubahan status kesehatan

Cidera sel

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak
VII. PENATALAKSANAAN KOLABORATIF
1. Non farmakologi
a. Distraksi,mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu
Contoh : membaca,menonton tv , mendengarkan musik dan bermain
b. Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
Contoh : Kompres hangat, massage kulit pada area yang berlawanan dengan
area yang nyeri.
2. Farmakologi
Nama Obat Dosis Jadwal
Aspirin 325 – 650 mg 4 jam
Asetaminofet 325-650 mg 4-6 jam
Ibuprofen 200 mg 4-6 jam
Sodium Awal 200 mg, 8-12 jam
slanjutnya 220 mg
Ketoproten 12,5 mg 4-6 jam
Tramadol 50-100mg 4-5 jam

VIII. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi
wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
b. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
c. Factor presipitasi
Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara
lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
d. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat
menggunakan skala dari 0-10.
e. Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama,
bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir
timbul.
f. Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri
(PQRST)
P (provokatif) :Faktor yang mempengaruhi gawat dan
ringannya nyeri
Q (quality) :Seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul,
atau tersayat)
R (region) : Daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : Keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : Lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
2. Intoleransi aktivitas b/d kelelahan
3. Gangguan pola tidur b/d perubahan lingkungan

C. INTERVENSI

No. No. dx Tujuan dan KH Intervensi


1 1 Pasien tidak merasakan a. Kaji nyeri
nyeri. b. Ajarkan tehnik
KH : relaksasi kepada
a. Adanya penurunan pasien
intensitas nyeri c. Berikan
b. Ketidaknyamanan akibat analgesik sesuai
nyeri berkurang program
c. Tidak menunjukkan d. Observasi TTV
tanda-tanda fisik dan
perilaku dalam nyeri
akut.
2 2 Pasien dapat beraktivitas a. Kaji aktivitas dan
dengan bebas. mobilitas pasien
KH : b. Bantu aktivitas
a. Pasien dapat melakukan pasien
beraktivitas sendiri c. Berikan terapi
b. Pasien tidak lemas sesuai program
3 3 Kebutuhan tidur dapat a. Kaji pola tidur
terpenuhi. b. Ciptakan
KH : lingkungan
a. Kebutuhan tidur nyaman dan
tercukupi tenang
b. Pasien tampak segar c. Batasi
c. Tidak sering terbangun pengunjung
saat tidur

IX. DAFTAR PUSTAKA


Hidayat Alimul, A. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC).
Jakarta : Mosby An Salemba Medika.
Tamsuri. 2007. Nursing Outcome Classification (NOC).Jakarta : Mosby An
Affiliate Of Elsefer.
Wilkinson, J. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC NOC Edisi 7.
Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai