Anda di halaman 1dari 7

Nurul, Zam, Oktadoni dan Karyanto | Myasthenia Gravis pada Laki-Laki 39 Tahun dengan Sesak Napas

Myasthenia gravis pada Pasien Laki-laki 39 Tahun dengan Sesak Napas


1
Nurul Hidayah Chairunnisa, 2Zam Zanariah, 1Oktadoni Saputra, 2Karyanto
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Syaraf, Rumah Sakit Abdoel Moeloek Lampung

Abstrak
Myasthenia gravis (MG) merupakan suatu penyakit autoimun dari neuromuscular junction (NMJ) yang disebabkan oleh
antibodi yang menyerang komponen dari membran postsinaptik, mengganggu transmisi neuromuskular, dan menyebabkan
kelemahan dan kelelahan otot rangka. Gangguan yang terjadi dapat berupa gangguan otot secara umum maupun dapat
terlokalisasi pada suatu otot tertentu. Pasien laki-laki berusia 39 tahun datang dengan keluhan sesak napas (dyspneu) sejak
tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai dengan kelopak mata kanan yang turun mendadak, keluhan sudah
sering dirasakan namun membaik setelah beristirahat. Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh sesak napas
yang semakin memberat disertai sulit menelan dan sulit bicara sehingga pasien dibawa ke rumah sakit. Di rumah sakit
keluhan sesak semakin berat hingga pasien dirawat di ruang ICU selama enam hari, setelah itu keluhan pasien berkurang
sehingga pasien dipindahkan ke ruang rawat inap dengan keluhan masih sulit menelan dan batuk. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal, laju respirasi meningkat yaitu 32 x/menit, ptosis palpebra
kanan, disartria dan disfagia yang dapat menunjukkan adanya gambaran kecurigaan parese nervus okulomotorius (III),
nervus glosofaringeus (IX), dan nervus vagus (X), sehingga pasien didiagnosis secara klinis sebagai MG dan diberikan
penatalaksanaan umum tirah baring dan pemantauan tanda vital, serta diberikan asetilkolinesterase inhibitor yaitu
piridostigmin 3x60 mg dan kortikosteroid yaitu metilprednisolon injeksi 125 mg/8 jam. Pasien pulang dengan perbaikan
pada keadaan umum dan diedukasi untuk segera mencari pertolongan medis apabila keluhan muncul kembali. Myasthenia
gravis merupakan kasus yang jarang terjadi namun bila mengenai otot-otot pernapasan dapat menyebabkan gejala sesak
napas dan mengancam jiwa.

Kata kunci: autoimun, dyspneu, myasthenia gravis, ptosis

Myasthenia gravis in 39-Years Old Male Patient with Breathing Difficulty


Abstract
Myasthenia gravis is an autoimmune disease of the neuromuscular junction (NMJ) caused by antibodies that attack
components of the postsynaptic membrane, impair neuromuscular transmission, and lead to weakness and fatigue of
skeletal muscle. This can be generalised or localised to certain muscle groups. A 39-years old patient came to the hospital
with shortened of breath since three days before admission. Patient also suffered from a sudden paralyzed of the right
eyelid that happened many time before but it get better when the patient take rest. Three days before admission the
patient suffered from breathing difficulty that’s getting worse along with hard to swallow and hard to speak, so the patient
being taken to the hospital. In the hospital the patient being treated in the Intesive Care Unit (ICU) for six days and then
back to the ward after he get better but still experiencing a little bit hard to swallow and cough. In physical examination we
found that the heart and lungs are normal, the respiration rate increased which is 32x/mins, ptosis of the right palpebra,
dysarthria and dysphagia which suspected indicate a paresthesia of oculomotor nerve (III), glossophryngeal nerve (IX), and
vagus nerve (X), so the patient was clinically diagnosed as MG and being treated by a general care which are bed rest and
vital sign monitoring, also the patien given an asetylcholinesterase inhibitor which is pyridostigmine 3 x 60 mg and
corticosteroid which is metylprednisolone injection 125mg/8hr. the patient being discharged with good improvement of
the condition and was told to seek for medical help if the complaint reappear. Myasthenia gravis is a rare case but when it
attack the respiratory muscles it can lead to breathlessness and can be life-threatening.

Keywords: autoimmune, dyspneu, myasthenia gravis, ptosis

Korespondensi: Nurul Hidayah Chairunnisa, S. Ked., alamat Jl. Samratulangi Bandar Lampung, HP 081278695243, email:
nurul.c93@gmail.com

Pendahuluan terjadi dapat berupa gangguan otot secara


Myasthenia gravis atau selanjutnya umum maupun dapat terlokalisasi pada suatu
disingkat MG merupakan suatu penyakit otot tertentu. Keterlibatan dari otot bulbar dan
autoimun dari neuromuscular junction (NMJ) otot pernapasan dapat menyebabkan
yang disebabkan oleh antibodi yang kematian. Patogenesis MG tergantung pada
menyerang komponen dari membran target dan isotipe dari antibodi tersebut.1
postsinaptik, mengganggu transmisi Myashenia gravis merupakan suatu
neuromuskular, dan menyebabkan kelemahan kelainan pada neuromuscular junction yang
dan kelelahan otot rangka. Gangguan yang paling sering ditemukan, dengan prevalensi

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|108


Nurul dan Oktadoni | Myasthenia Gravis pada Laki-Laki 39 Tahun dengan Sesak Napas

20/100.000 pada populasi yang bervariasi. belum pernah dirasakan sebelumnya. Tidak
Patogenesisnya melibatkan antibodi ada keluarga dengan keluhan serupa.
komplemen yang bertindak melawan reseptor Dari pemeriksaan fisik vital sign
asetilkolin, tirosin-kinase spesifik otot, atau didapatkan pasien tampak sakit sedang,
protein 4 yang berhubungan dengan reseptor kesadaran komposmentis (E4M6V5), TD 110/70
Low Density Lipoprotein (LDL).2 Myasthenia mmHg, RR 32 x/mnt, T 36.5 oC, dan HR 92
gravis dapat menyebabkan kelemahan pada x/mnt. Status generalis didapatkan kepala,
kelopak mata dan otot-otot mata pada hingga leher, thorax, dan abdomen dalam batas
90% kasus; setengah dari pasien tersebut normal. Status neurologis dari pemeriksaan
menunjukkan gejala okular yang terisolasi nervus kranialis didapatkan parese N. III yang
seperti ptosis dan/atau hanya diplopia.3 ditandai dengan adanya ptosis pada kelopak
Jarangnya kasus MG yang ditemukan mata kanan pasien, parese N. IX dan N. X yang
menyebabkan penulis melaporkan kasus yang ditandai dengan adanya suara bindeng dan
terjadi di Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSAM). sulit menelan. Pemeriksaan sensibilitas
didapatkan hasil normal, sedangkan
Kasus pemeriksaan motorik didapatkan hasil N.
Pasien laki-laki usia 39 tahun datang Ulnaris 5/5, N. Medianus 5/5, N. Radialis 5/5,
dengan keluhan sesak napas sejak tiga hari dan N. Tibialis Posterior 5/5.
sebelum masuk rumah sakit. Empat bulan Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan sebanyak tiga kali (awal masuk, hendak
keluhan kelopak mata sebelah kanan turun dipindahkan ke ICU, dan setelah kembali dari
secara tiba-tiba namun tidak dirawat dan ICU), dari situ didapatkan hasil seperti pada
hanya istirahat di rumah kemudian keluhan Tabel 1.
mereda. Keluhan kemudian sempat beberapa Tabel 1. Hasil Laboratorium Darah
kali kambuh namun keluhan menghilang Pemeriksaan 1 (awal masuk)
setelah pasien beristirahat dan tidur. Dua Parameter Hasil Nilai Rujukan
minggu sebelum masuk rumah sakit, keluhan Asam urat 15,3 mg/dL 3,5 - 7,2 mg/dL
kelopak mata turun kembali muncul dan Na 147 mmol/L 135 - 145 mmol/L
disertai dengan keluhan sulit menelan dan sulit
Ca 10,1 mg/dL 8,6 - 10,0 mg/dL
bicara namun pasien tetap memutuskan untuk
Cl 112 mmol/L 96 - 106 mmol/L
beristirahat di rumah namun keluhan tetap
dirasakan pasien. Pemeriksaan 2 (sebelum ke ICU)
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit Parameter Hasil Nilai Rujukan
keluhan semakin parah hingga pasien merasa Leukosit 18.100/uL 4.800 - 10.800/uL
sesak napas dan tidak dapat menelan maupun Ureum 48 mg/dL 13 - 43 mg/dL
bicara, kemudian pasien langsung dibawa ke Ca 8,5 mg/dL 8,6 - 10,0 mg/Dl
rumah sakit dan didiagnosa Myasthenia Gravis
Pemeriksaan 3 (dipindahkan dari ICU)
dan dirujuk ke RSAM. Sesampainya di RSAM
pasien kemudian dirawat selama tujuh hari di Parameter Hasil Nilai Rujukan
ruang rawat inap namun pada hari ke delapan Leukosit 20.990/uL 4.800 - 10.800/uL
pasien mengalami sesak napas yang sangat Na 132 mmol/L 135 - 145 mmol/L
berat sehingga pasien dipindahkan ke ruang Ca 8,3 mg/dL 8,6 - 10 mg/Dl
ICU. Pasien kemudian dilakukan pemasangan
alat bantu nafas agar pasien dapat bernapas Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat
dengan baik. Pasien dirawat di ruang ICU adanya peningkatan asam urat, Na, Ca, dan Cl
selama enam hari dan dipindahkan kembali ke pada pemeriksaan pertama. Pemeriksaan
ruang rawat inap dengan keluhan batuk dan kedua menunjukkan adanya peningkatan
masih sulit menelan namun sudah membaik leukosit dan ureum serta penurunan Ca.
dibandingkan dengan saat pertama kali masuk. Pemeriksaan terakhir didapatkan peningkatan
Pasien mengatakan nafsu makannya menurun leukosit serta penurunan Na dan Ca.
namun masih dapat makan sedikit, BAB dan Penatalaksanaan yang diberikan kepada
BAK tak ada keluhan, riwayat hipertensi (-), pasien adalah penatalaksanaan umum dan
riwayat DM (-). Pasien mengatakan keluhan khusus. Penatalaksanaan umum yang diberikan
adalah tirah baring/total bed rest dan

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|109


Nurul, Zam, Oktadoni dan Karyanto | Myasthenia Gravis pada Laki-Laki 39 Tahun dengan Sesak Napas

pemantauan ketat tanda vital pasien terutama pallatum molle, dan laring sehingga timbullah
antisipasi adanya sesak napas pada pasien yang kesukaran menelan dan berbicara. Paresis dari
semakin memberat. Penatalaksanaan khusus pallatum molle akan menimbulkan suara
yang diberikan adalah cairan RL 15 sengau. Selain itu bila penderita minum air,
tetes/menit, asetilkolinesterase inhobitor mungkin air itu dapat keluar dari hidungnya5.
(Mestinon 3x60 mg), kortikosteroid Di antara pasien, 75% awalnya mengeluh
(metilprednisolon 125 mg/8jam), antagonis gangguan mata, terutama ptosis dan diplopia.
reseptor histamin H2 (Ranitidin 50 mg/12jam), Akhirnya, 90% dari pasien dengan MG
dan vitamin B kompleks 2x1 tablet. mengembangkan gejala-gejala okular. Mungkin
ptosisunilateral atau bilateral, dan akan beralih
Pembahasan dari mata ke mata. Okular MG dikategorikan
Berdasarkan anamnesis dan juga sebagai kelemahan dan kelelahan yang
pemeriksaan fisik yang telah dilakukan maka tersembunyi dan membahayakan yang dapat
dapat didiagnosis secara klinis pasien terjadi pada satu atau kedua kelopak mata
mengalami MG. Myasthenia gravis atau otot bola mata. Jika meliputi kelopak
dikarakteristikkan melalui adanya kelemahan mata yang jatuh biasanya dikenal sebagai
yang berfluktuasi pada otot rangka dan ptosis; yang mengenai otot extraokular maka
kelemahan ini akan meningkat apabila sedang pasien akan melihat ganda pada arah otot yang
beraktivitas.4 Penderita akan merasa ototnya lemah.8
sangat lemah pada siang hari dan kelemahan Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada
ini akan berkurang apabila penderita pasien ini menunjukkan adanya ptosis pada
beristirahat.5 palpebra kanan pasien yang tidak menghilang
Pada pasien ini dari hasil anamnesis setelah pasien beristirahat. Hal ini sesuai
ditemukan bahwa pasien sudah pernah dengan teori dimana pada MG keluhan yang
merasakan keluhan kelopak mata sebelah paling sering terjadi adalah keluhan pada
kanan yang turun tiba-tiba saat pasien sedang wajah 95% dari pasien (Gambar 1). Keluhan
beraktivitas. Akan tetapi keluhan tersebut ptosis juga kadang disertai adanya gangguan
menghilang setelah pasien beristirahat dan otot okular, namun pada pasien ini tidak
kelopak mata kembali normal. Hal ini sesuai ditemukan adanya gangguan otot okular
dengan teori MG dimana keluhan biasanya dimana pada pemeriksaan tidak didapatkan
terjadi pada siang atau sore hari pada saat adanya strabismus maupun diplopia.
pasien sudah beraktivitas dan membaik setelah Kelemahan wajah dapat terjadi pada MG
pasien beristirahat. tanpa keterlibatan otot mata, tetapi biasanya
Gejala klinis MG antara lain:4-7 (1) kedua gejala terjadi bersama-sama. Jika sensasi
Kelemahan pada otot ekstraokular atau ptosis. wajah terganggu, lesi yang mempengaruhi
Ptosis yang merupakan salah satu gejala saraf kranial seperti karsinoma nasofaring
kelumpuhan nervus okulomotorius, seing harus dicurigai. Dengan adanya sensasi wajah
menjadi keluhan utama penderita miastenia normal. Namun, terjadinya kedua kelemahan
gravis. Walupun pada miastenia gravis otot otot mata dan wajah sangat memperlihatkan
levator palpebra jelas lumpuh, namun ada gejala MG. Temuan mungkin akan sulit untuk
kalanya otot-otot okular masih bergerak dilihat.8 Pada pemeriksaan fisik pasien ini juga
normal. Tetapi pada tahap lanjut kelumpuhan ditemukan adanya kelemahan otot-otot wajah
otot okular kedua belah sisi akan melengkapi termasuk otot untuk menelan dimana pasien
ptosis MG.7 Kelemahan otot bulbar juga sering mengeluhkan sulit menelan makanan dan sulit
terjadi, diikuti dengan kelemahan pada fleksi bicara. Berdasarkan teori, kelemahan otot
dan ekstensi kepala;4 (2) Kelemahan otot wajah dan menelan terjadi pada 60% kasus MG
penderita semakin lama akan semakin (Gambar 1).
memburuk. Kelemahan tersebut akan Gejala yang paling serius dari MG adalah
menyebar mulai dari otot okular, otot wajah, kesulitan bernafas. Pasien myasthenic dengan
otot leher, hingga ke otot ekstremitas.7 insufisiensi pernapasan atau ketidakmampuan
Sewaktu-waktu dapat pula timbul untuk mempertahankan jalan napas paten
kelemahan dari otot masseter sehingga mulut dikatakan krisis. Kelumpuhan vokal dapat
penderita sukar untuk ditutup. Selain itu dapat menghambat jalan napas, tetapi lebih umum
pula timbul kelemahan dari otot faring, lidah, saluran udara terhambat oleh sekresi pasien

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|110


Nurul dan Oktadoni | Myasthenia Gravis pada Laki-Laki 39 Tahun dengan Sesak Napas

yang tidak dapat dikeluarkan karena batuk ditemukan pada pasien ini dan merupakan
terlalu lemah. suatu keluhan utama pasien datang untuk
berobat. Hal ini menunjukkan bahwa pasien ini
dapat digolongkan menjadi pasien MG krisis
dimana keluhan telah mencapai otot-otot
pernapasan sehingga menimbulkan sesak
napas yang dapat mengancam jiwa.
Kelemahan otot-otot pernapasan dapat
menyebabkan gagal napas akut, dimana hal ini
merupakan suatu keadaan gawat darurat dan
tindakan intubasi cepat sangat diperlukan.
Kelemahan otot-otot interkostal serta
diafragma dapat menyebabkan retensi
karbondioksida sehingga akan berakibat
terjadinya hipoventilasi. 9
Biasanya kelemahan otot-otot
ekstraokular terjadi secara asimetris.
Kelemahan sering kali mempengaruhi lebih
dari satu otot ekstraokular dan tidak hanya
terbatas pada otot yang diinervasi oleh satu
nervus kranialis. Hal ini merupakan tanda yang
sangat penting untuk mendiagnosis suatu
miastenia gravis. Kelemahan pada muskulus
rektus lateralis dan medialis akan
7
Gambar 1. Manifestasi Klinis Miastenia Gravis menyebabkan terjadinya suatu
pseudointernuclear ophthalmoplegia, yang
Batuk membutuhkan penggunaan paksa ditandai dengan terbatasnya kemampuan
otot-otot ekspirasi dan batuk berulang adduksi salah satu mata yang disertai
terutama dengan cepat dapat menjadi tidak nistagmus pada mata yang melakukan
efektif pada MG. Bahkan jika jalan napas abduksi.9
10
paten, otot yang digunakan untuk inspirasi, Tabel 2. Manifestasi Klinis pada Miastenia Gravis
seperti interkostalis dan diafragma, mungkin Sering Otot-otot Gejala
terlalu lemah untuk menciptakan sebuah terjadi Okular Ptosis dan penglihatan
kekuatan inspirasi yang cukup (-50 cmH20) atau ganda
kapasitas vital (>20 ml/kg berat badan). Wajah Kesulitan mengunyah,
Pasien tersebut harus diintubasi dan menelan, dan berbicara
Leher Kesulitan mengangkat
dibantu dengan respirasi mekanis. Karena
kepala
kurangnya ekspresi wajah pasien, penderita
Ekstremitas Kesulitan mengangkat
MG dalam masa krisis tidak mungkin terlihat proksimal lengan setinggi bahu
tertekan namun akan gelisah dengan nafas dan kesulitan berdiri
dangkal dan cepat. Biasanya, pasien duduk dari posisi duduk
membungkuk ke depan untuk memaksimalkan dengan bantuan tangan
efek gravitasi pada diafragma. Bahkan pasien Pernapasan Gangguan pernapasan
yang tidak menyadari mempunyai masalah Ekstremitas Kelemahan saat
pernapasan mungkin memiliki kelemahan otot distal mengenggam dan
pernapasan yang mengganggu tidur mereka kelemahan pada
Jarang pergelangan kaki dan
dan dengan demikian menyebabkan mereka
terjadi kaki
menjadi lelah dan kurang perhatian pada siang
hari. Terkadang sebuah penelitian tidur
berguna dalam mengidentifikasi masalah Meskipun tidak ada penelitian tentang
tersebut.8 obat yang telah dilaporkan dan tidak ada
Meskipun menurut teori kelemahan konsensus yang jelas pada strategi
pada otot-otot pernapasan hanya terjadi pada pengobatan, MG adalah salah satu gangguan
10% kasus MG, namun keluhan tersebut

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|111


Nurul, Zam, Oktadoni dan Karyanto | Myasthenia Gravis pada Laki-Laki 39 Tahun dengan Sesak Napas

neurologis yang paling dapat diobati. Beberapa Pada pasien ini juga selain diberikan
faktor (misalnya, tingkat keparahan, distribusi, asetilkolinesterase inhibitor diberikan pula
kecepatan perkembangan penyakit) harus kortikosteroid yaitu metilprednisolon IV 125
dipertimbangkan sebelum terapi dimulai atau mg/8 jam. Hal ini sudah sesuai dengan teori
diubah. Terapi Farmakologis termasuk obat dimana kortikosteroid adalah agen anti-
antikolinesterase dan agen imunosupresif, inflamasi dan imunomodulasi digunakan untuk
seperti kortikosteroid, azatioprin, siklosporin, mengobati penyakit idiopatik dan gangguan
plasmaferesis, dan immunoglobulin intravena autoimun. Obat ini termasuk di antara para
(IVIG).4 agen imunomodulasi yang pertama kali
Pada pasien diberikan asetilkolinesterase digunakan untuk mengobati MG dan masih
inhibitor sebagai tatalaksana medikamentosa sering digunakan dan efektif. Obat ini biasanya
yaitu piridostigmin 3x60 mg di ruang rawat digunakan dalam kasus sedang atau berat.
inap hal ini sesuai dengan teori dimana Pengobatan jangka panjang dengan
pemberian antikolinesterase yaitu kortikosteroid efektif dan dapat menyebabkan
piridostigmin bekerja pada otot polos, sistem remisi atau menyebabkan perbaikan pada
saraf pusat (SSP), dan kelenjar sekretori, kebanyakan pasien. Perburukan mungkin
dengan memblok AChE. Dapat diberikan terjadi awalnya, perbaikan klinis ditunjukkan
piridostigmin 30-120 mg per oral tiap 3 jam setelah 2-4 minggu. Kortikosteroid bekerja di
atau neostigmin bromida 15-45 mg per oral kedua MG baik MG okular maupun MG
tiap 3 jam. Piridostigmin biasanya bereaksi generalisata. Mereka dapat dikombinasikan
secara lambat. Terapi kombinasi tidak dengan obat imunosupresif lainnya untuk efek
menunjukkan hasil yang menyolok. Menurut yang lebih baik dengan dosis lebih rendah dan
teori, pemberian antikolinesterase inhibitor durasi yang lebih singkat.4
akan sangat bermanfaat pada MG golongan IIA Prednison adalah kortikosteroid yang
dan IIB sedangkan pada pasien MG krisis paling umum digunakan di Amerika Serikat.
tatalaksana diberikan secara IV di ICU. Pada Beberapa ahli percaya bahwa administrasi
pasien ini telah diberikan asetilkolinesterase jangka panjang dari prednison bermanfaat,
inhibitor secara oral selama di ruang tetapi yang lain menggunakan obat hanya
perawatan karena adanya keterbatasan selama eksaserbasi akut untuk membatasi efek
sediaan piridostigmin injeksi sebelum yang merugikan dari penggunaan steroid lama.
dipindahkan ke ICU dan diberikan perawatan Prednison efektif dalam mengurangi
yang lebih intensif. eksaserbasi MG dengan menekan
Efek samping yang mungkin terjadi dari pembentukan autoantibodi. Namun, efek klinis
pemberian antikolinesterase disebabkan oleh sering tidak terlihat selama beberapa minggu.
stimulasi parasimpatis, termasuk konstriksi Peningkatan signifikan, yang mungkin
pupil, kolik, diare, salivasi berlebihan, berhubungan dengan titer antibodi menurun,
berkeringat, lakrimasi, dan sekresi bronkial biasanya terjadi pada 1-4 bulan.4
berlebihan. Hal tersebut terjadi pada pasien Metilprednisolon biasanya digunakan
dimana setelah pemberian asetilkolinesterase pada pasien yang diintubasi dan pada pasien
inhibitor keluhan pasien berkurang dan pasien yang tidak dapat mentoleransi asupan oral.
membaik namun pasien masih mengeluhkan Pada pasien ini terdapat sesak napas dan
adanya batuk berdahak. Efek samping gastro kesulitan menelan sehingga pemberian
intestinal (efek samping muskarinik) dapat kortikosteroid pilihannya adalah injeksi.
berupa kram atau diare. Metiprednisolon mengurangi inflamasi dengan
Sedangkan cara kerja neostigmin adalah menekan migrasi sel polimorfonuklear (PMN)
menghambat penghancuran ACh oleh AChE, dan membalikkan peningkatan permeabilitas
sehingga memfasilitasi transmisi impuls di kapiler.4
NMJ. Ini adalah AChE inhibitor short-acting Di antara preparat steroid, prednisolon
yang tersedia dalam bentuk oral (15 mg tablet) paling sesuai untuk miastenia gravis, dan
dan bentuk yang sesuai untuk jalur IV, diberikan sekali sehari secara selang-seling
intramuskular (IM), atau subkutan (SC). Waktu (alternate days) untuk menghindari efek
paruhnya 45-60 menit. Obat ini sulit diserap samping. Dosis awalnya harus kecil (10 mg) dan
dalam saluran gastrointestinal (GI) dan harus dinaikkan secara bertahap (5-10 mg/minggu)
digunakan hanya jika piridostigmin tidak ada.4 untuk menghindari eksaserbasi sebagaimana

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|112


Nurul dan Oktadoni | Myasthenia Gravis pada Laki-Laki 39 Tahun dengan Sesak Napas

halnya apabila obat dimulai dengan dosis Myasthenia gravis yang sedang mengalami
tinggi. Peningkatan dosis sampai gejala-gejala kekambuhan apabila mengenai ke otot-otot
terkontrol atau dosis mencapai 120 mg secara pernapasan maka dapat mengancam jiwa.
selang-seling. Pada kasus yang berat,
prednisolon dapat diberikan dengan dosis awal Daftar Pustaka
yang tinggi, setiap hari, dengan 1. Phillips WD, Vincent A. Pathogenesis of
memperhatikan efek samping yang mungkin myasthenia gravis: update on disease
ada. Hal ini untuk dapat segera memperoleh types, models, and mechanisms.
perbaikan klinis. Disarankan agar diberi F1000Research. 2016; 5(1):1513.
tambahan preparat kalium. Apabila sudah ada 2. Bourque PR, Pringle E, Cameron W, Cowan
perbaikan klinis maka dosis diturunkan secara J, Chardon J. Subcutaneous
perlahan-lahan (5 mg/bulan) dengan tujuan immunoglobulin therapy in the chronic
memperoleh dosis minimal yang efektif. management of myasthenia gravis: A
Perubahan pemberian prednisolon secara retrospective cohort study. PloS ONE.
mendadak harus dihindari. 2016; 11(8):e0159993.
Obat lain yang dapat diberikan adalah 3. Shah AK, Goldenberg WD. Myasthenia
azatioprin yang merupakan suatu obat gravis [internet]. New York: MedScape;
imunosupresif, juga memberikan hasil yang 2016 [Diakses tanggal 8 Agustus 2016].
baik, efek sampingnya sedikit jika dibandingkan Tersedia dari:
dengan steroid dan terutama berupa gangguan http://emedicine.medscape.com/article/1
saluran cerna, peningkatan enzim hati, dan 171206-overview.
leukopenia. Obat ini diberikan dengan dosis 2,5 4. Peeler CE, De Lott LB, Nagia L, Lemos J,
mg/kg BB selama 8 minggu pertama. Setiap Eggenberger ER, Cornblath WT. Clinical
minggu harus dilakukan pemeriksaan darah utility of achetylcholine receptor antibody
lengkap dan fungsi hati. Sesudah itu testing in ocular myasthenia gravis. JAMA
pemeriksaan laboratorium dikerjakan setiap Neurol. 2015. 72(10): 1170-4.
bulan sekali. Pemberian prednisolon bersama- 5. Romi, Gilhus, Aarli. Myasthenia gravis:
sama dengan azatioprin sangat dianjurkan. clinical, immunological, and therapeutic
Karena efek samping kortikosteroid, klinisi dan advances. Acta Neurol Scand. 2005;
dokter seringkali menggunakan steroid-sparing 111(2):134-41.
medications, misalnya: azatioprin, dengan 6. Keesey JC. Clinical evaluation and
dosis yang ditingkatkan secara bertahap management of myasthenia gravis. Wiley.
sampai 2-3 mg/KgBB/hari PO. Perbaikan 2004; 29(4):484-505.
maksimal dicapai dalam waktu 1-2 tahun, 7. Kumala P, Komala S, Santoso AH, Sulaiman
karena kerja azatioprin yang lebih lambat JR, Rienita Y. Kamus Saku Kedokteran
daripada kortikosteroid. Azatioprin digunakan Dorland. Edisi ke-25. Jakarta: EGC; 1998.
bersama-sama dengan kortikosteroid, bukan 8. Bershad EM, Feen ES, Suarez JI.
sebagai monoterapi.4 Sedangkan pada pasien Myasthenia gravis crisis. South Med J.
ini tidak diberikan azatriopin atau obat 2008; 101(1):63-9.
imunosupresif pada saat perawatan di ruang 9. Drachmahn DB. Myasthenia Gravis and
rawat inap dan hanya diberikan kortikosteroid Other Diseases of The Neuromuscular
saja. Junction. Dalam: Longo DL, Fauci AS,
Kasper DL, Hauser SL, Jameson J, Loscalzo
Simpulan J, editors. Harrison’s Principle of Internal
Myasthenia gravis merupakan suatu Medicine. Edisi ke-18. New York: McGraw
penyakit autoimun dari neuromuscular junction Hill; 2012. hlm 2518-23.
(NMJ) yang disebabkan oleh antibodi yang 10. Price SA. Wilson LM. Patofisiologi Konsep
menyerang komponen dari membran Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6.
postsinaptik, mengganggu transmisi Jakarta: EGC; 2006.
neuromuskular, dan menyebabkan kelemahan
dan kelelahan otot rangka. Kebanyakan pasien
MG mempunyai keluhan diplopia pada saat
onset penyakit mereka. Pasien merasakan
penglihatan kabur yang berfluktuasi. Pasien

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|113


Nurul, Zam, Oktadoni dan Karyanto | Myasthenia Gravis pada Laki-Laki 39 Tahun dengan Sesak Napas

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|114

Anda mungkin juga menyukai