Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.24 (Revisi 2004)
Ikatan Akuntan Indonesia (2004) dalam bukunya Standar Akuntansi Keuangan, menjelaskan mengenai PSAK no.24 “Imbalan Kerja” antara lain sebagai berikut: Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja. Pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk mengakui: a. kewajiban jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan b. beban jika perusahaan menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja
Imbalan kerja adalah semua bentuk imbalan yangdiberikan oleh entitas
sebagai pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja, termasuk direktur dan manajemen. terdapat empat jenis imbalan kerja: a. Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selainpesangon pemutusan kerja) yang jatuh tempo seluruhnyadalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pekerjamemberikan jasanya. serta imbalan nonmoneter (seperti imbalan kesehatan, rumah, mobil, dan barang atau jasa yang diberikan secara cuma- cuma atau melalui subsidi) untuk pekerja; b. Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja) yang terutang setelah pekerjamenyelesaikan masa kerjanya. seperti pension, imbalan pension lainnya, asuransi jiwa pascakerja, dan imbalan kesehatan pascakerja; c. Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja(selain imbalan pascakerja dan pesangon pemutusan kerja)yang tidak seluruhnya jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah pekerja memberikan jasanya; dan termasuk cuti besar, cuti hari raya, imbalan jangka panjang lainnya, imbalan cacat permanent, dan bagi laba, bonus, dan kompensasi yang ditangguhkan (jika terhutang seluruhnya lebih dari 12 bulan pada akhir periode pelaporan);
d. Pesangon pemutusan kerja adalah imbalan kerja yang terutang akibat
Keputusan entitas untuk memberhentikan pekerja sebelum usia pensiun normal, atau Keputusan pekerja menerima tawaran untuk mengundurkan diri secara sukarela dengan imbalan tertentu.
PRINSIP UMUM PENGAKUAN UNTUK SELURUH IMBALAN KERJA
Entitas harus mengakui biaya atas seluruh imbalan kerja yang menjadi hak pekerja akibat dari jasa yang diberikankepada entitas selama periode pelaporan: a. Sebagai kewajiban, setelah dikurang jumlah yang telah dibayar baik secara langsung kepada pekerja atau sebagai kontribusi kepada dana imbalan kerja. Jika pembayaran kontribusi melebihi kewajiban yang timbul dari jasa sebelum tanggal pelaporan, maka entitas harus mengakui kelebihan tersebut sebagai aset dibayar dimuka yang aka mengurangi pembayaran masa datang atau sebagai pengembalian kas. b. Sebagai beban, biaya tersebut diakui sebagai bagian biaya perolehan suatu ase tseperti persediaan atau aset tetap
AKUNTANSI DANA PENSIUN
Akuntansi dan Pelaporan Dana Pensiun Program Pensiun dapat dibedakan menjadi dua yaitu Program Pensiun luran Pasti (PPIP) dan Program Pen siun Manfaat Pasti (PPMP).Dana Pensiun dapat berupa Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Dana Pensiun Pemberi Kerja dapat menyelenggarakan PPIP atau PPMP, sedangkan Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat menyelenggarakan PPIP. Pembentukan dan pengelolaan Dana Pensiun harus didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku.
Laporan Keuangan Dana Pensiun
Laporan keuangan Dana Pensiun, baik yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) maupun Program Pensiun luran Pasti (PPIP) mencakup: a. Laporan Aktiva Bersih b. Laporan Perubahan Aktiva Bersih c. Neraca d. Perhitungan Hasil Usaha e. Laporan Arus Kas f. Catatan Atas Laporan Keuangan
Penilaian Aktiva Dana Pensiun
Aktiva Dana Pensiun dinilai sesuai dengan SAK yang berlaku, namun mengingat tujuan Dana Pensiun dan kekhususan informasi yang diperlukan maka dalam neraca, untuk aktiva tertentu disamping nilai historis perlu ditentukan pula nilai wajarnya. Selisih antara nilai historis dan nilai wajar disajikan sebagai Selisih Penilaian Investasi. Untuk tujuan penyusunan laporan aktiva bersih dan laporan perubahan aktiva bersih, investasi Dana Pensiun dinilai berdasarkan nilai wajar (fair value). Surat-surat berharga dinilai berdasarkan harga pasar karena dianggap sebagai nilai yang paling tepat untuk mengukur nilai surat berharga pada tanggal laporan dan hasil investasi selama periode tersebut. Surat-surat berharga yang nilai jatuh temponya sudah ditetapkan dan memang dimaksudkan untuk membayar manfaat pensiun dinilai berdasarkan nilai jatuh temponya dengan asumsi tingkat pengembalian yang tetap. Jika suatu investasi tidak mempunyai nilai wajar maka perlu diungkapkan alasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan. Aktiva operasional dinilai berdasarkan nilai buku.