Presentasi Financial Instrument & Transaksi Mata Uang Asing1
Presentasi Financial Instrument & Transaksi Mata Uang Asing1
DAN
Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
2013
0
A. INSTRUMEN KEUANGAN
1. TUJUAN
Untuk menetapkan prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai liabilitas atau
ekuitas dan saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan. Hal berlaku terhadap
kategori instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, dalam aset keuangan, liabilitas
keuangan, dan instrumen ekuitas; pengkategorian yang terkait dengan suku bunga,
dividen, kerugian dan keuntungan; dan keadaan aset keuangan dan liabilitas keuangan
akan saling hapus.
2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup instrument keuangan semua entitas untuk semua jenis instrument
keuangan.
3. DEFINISI.
Aset keuangan (financial asset) adalah asset berupa:
a. kas
b. instrumen ekuitas entitas lain
c. hak kontraktual:
untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya dari entitas lain
untuk menukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas
lain yang persyaratan/kondisinya mungkin menguntungkan bagi entitas sendiri
d. kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas
sendiri dan merupakan:
instrumen non-derivatif yang mewajibkan atau mungkin mewajibkan entitas
itu untuk menerima instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah variabel ,
atau
instrumen derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain melalui
pertukaran kas atau asset keuangan lainnya dalam jumlah tetap dengan
instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah tetap. Untuk maksud ini,
instrumen ekuitas entitas sendiri tidak mencakup instrumen yang berupa
kontrak untuk menerima dan menyerahkan instrumen ekuitas entitas sendiri di
masa depan; instrumen ekuitas entitas sendiri juga tidak mencakup instrumen
keuangan yang dapat dijual dengan harga tertentu di masa depan (puttable
financial instrument).
1
Liabilitas keuangan (financial liability) mencakup:
1. kewajiban kontraktual:
a. untuk menyerahkan kas atau asset keuangan lainnya kepada entitas lain
b. untuk menukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan yang
persyaratan/kondisinya mungkin menguntungkan bagi perusahaan; atau
2. kontrak yang akan atau bisa diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas sendiri dan
berupa:
a. instrumen non-derivatif yang mewajibkan atau mungkin mewajibkan entitas
untuk menyerahkan instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah variabel atau
b. instrumen derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain melalui
pertukaran kas atau asset keuangan lainnya dalam jumlah tetap dengan instrumen
ekuitas entitas sendiri dalam jumlah tetap. Untuk maksud ini, instrumen ekuitas
entitas sendiri tidak mencakup instrumen keuangan yang dapat dijual dengan
harga tertentu di masa depan (puttable financial instrument).
Sesuai dengan IAS 39 maka aset keuangan dibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:
a. Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi.
Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi dapat termasuk aset keuangan
yang dipegang untuk tujuan diperdagangkan (trading) atau memang memilih untuk
dimasukkan pada kategori ini. Aset keuangan dimasukkan dalam kategori dengan
tujuan untuk diperdagangkan jika entitas memiliki tujuan untuk menjual atau
membeli kembali dalam jangka waktu dekat. Apabila entitas memang memilik
untuk dimasukkan dalam kategori ini maka disebut dengan fair value option.
b. Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo.
Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo, mencakup aset keuangan dengan
pembayaran yang tetap dan tertentu serta ada jangka waktu jatuh tempo dimana
entitas memiliki keinginan positif dan kemampuan untuk memegangnya sampai
dengan jatuh tempo. Aset keuangan ini mencakup investasi dalam obligasi dan
instrumen utang lainnya dimana entitas tidak akan menjualnya sebelum masa jatuh
tempo.
c. Pinjaman dan Piutang.
Pinjaman dan Piutang, termasuk aset keuangan dengan pembayaran yang telah
ditentukan waktunya serta tetap yang tidak memiliki nilai pada pasar aktif.
Termasuk di dalam kategori ini adalah piutang, wesel tagih, pinjaman dll.
2
d. Aset keuangan yang tersedia untuk dijual.
Aset keuangan yang tersedia untuk dijual, termasuk aset keuangan yang tidak
termasuk dalam ketiga kategori tersebut di atas atau entitas yang memilih untuk
mengklasifikasikan asetnya ke dalam golongan ini.
4. PENGAKUAN
Entitas harus mengakui aset keuangan ketika entitas tersebut menjadi bagian
dalam provisi kontrak dari instrumen keuangan tersebut. Hal ini berarti bahwa entitas
mengakui semua hak kontraktual yang menimbulkan aset keuangan dalam neracanya.
Transaksi yang direncanakan terjadi di masa datang meskipun dalam kemungkinan yang
sangat besar tidak dapat dicatat sebagai aset keuangan karena entitas tersebut belum
diakui sebagai bagian dari kontrak.
5. PENGHAPUSAN
Sesuai IAS 39 penghapusan aset keuangan dilakukan jika salah satu dari kriteria
berikut terpenuhi:
a. Hak kontraktual atas arus kas dari aset keuangan telah kadaluarsa, atau
b. Aset keuangan telah dialihkan (dijual) dan pengalihannya pengalihan tersebut
memenuhi kriteria penghapusan yang didasarkan pada evaluasi pengalihan resiko
pengalihan dan imbalan dari kepemilikan atas aset keuangan.
Kriteria pertama di atas mudah untuk dilihat misalnya karena konsumen telah
membayar atau menggunakan opsinya, dll. Namun kriteria kedua lebih rumit karena
harus dilakukan penilaian atas pengalihan resiko dan imbalan (risk and reward) atas
kepemilikan aset. Apabila entitas secara substansial telah mengalihkan semua resiko dan
imbalan kepemilikan maka entitas akan melakukan penghapusan atas aset keuangan
perusahaan.
6. PENGUKURAN
a. Pengukuran awal (initial measurement), yaitu :
Ketika aset keuangan diakui dalam neraca maka harus dicatat pertama kali
dengan nilai wajarnya. Nilai wajar merupakan harga transaksi actual atau yang
diestimasi pada saat berlangsungnya transaksi antara pihak-pihak yang tidak
memiliki hubungan istimewa yang memiliki pengetahuan yang cukup atas aset
keuangan yang diukur.
3
b. Pengukuran selanjutnya (subsequent measurement), yaitu :
Pengukuran selanjutnya dari aset keuangan menggunakan salah satu di antara
tiga metode yaitu metode biaya (cost), biaya teramortisasi (amortized cost) dan nilai
wajar (fair value).
Subsequent measurement menggunakan metode cost ketika suatu instrumen
tidak dapat diukur pada nilai wajarnya sehingga laba rugi yang belum terealisasi tidak
akan dicatat/diakui namun laba/rugi akan diakui ketika investasi dalam kategori ini
dijual atau dihapus.
Subsequent measurement menggunakan metode amortized cost untuk
mendapatkan tingkat bunga yang konstan selama masa manfaat aset. Aset keuangan
yang diukur dengan cara ini adalah Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo &
Pinjaman dan Piutang. Apabila Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo &
Pinjaman dan Piutang dijual maka keuntungan dan kerugian yang terealisasi akan
dicatat dalam laporan laba rugi. Metode amortisasi yang digunakan dalam metode ini
adalah effective interest rate method.
7. Pengungkapan :
IAS 39 mensyaratkan pengungkapan hal-hal berikut berkaitan dengan instrumen
keuangan:
a. Pengungkapan kebijakan manajemen resiko.
b. Syarat, kondisi dan kebijakan akuntansi yang meliputi informasi tentang luas dan sifat
dari aset keuangan termasuk syarat dan kondisi yang mungkin memengaruhi jumlah,
4
waktu dan arus kas di masa datang serta kebijakan akuntansi dan metode yang
diadopsi yang mencakup kriteria pengakuan dan pengukuran.
c. Resiko tingkat bunga yang meliputi informasi tentang tanggal jatuh tempo dan tingkat
suku bunga efektif.
d. Resiko kredit yang mencakup pengungkapan eksposure resiko kredit yang meliputi
jumlah yang mencerminkan eksposure resiko kredit maksimum pada tanggal
pelaporan tanpa memperhitungkan nilai wajar dari jaminan dalam hal pihak lain gagal
dalam memenuhi kewajibannya berkaitan dengan instrumen keuangan.
2. Ruang lingkup
a. Akuntansi transaksi dan saldo dalam mata uang asing, kecuali transaksi dan saldo
derivatif (PSAK 55)
b. Menjabarkan hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang
termasuk dalam laporan keuangan entitas secara konsolidasi, proporsional atau
metode ekuitas,
c. Menjabarkan hasil dan posisi keuangan entitas kedalam suatu mata uang
pelaporan.
3. Definisi
Investasi neto dalam suatu kegiatan usaha luar negeri adalah jumlah dari
kepentingan entitas pelapor di dalam aset neto dari kegiatan usaha itu.
Kegiatan usaha luar negeri adalah suatu entitas yang merupakan entitas anak,
perusahaan asosiasi, ventura bersama atau cabang perusahaan pelapor, yang aktivitasnya
5
dilaksanakan di suatu negara atau menggunakan mata uang selain dari mata uang entitas
pelapor.
Kurs penutup adalah nilai tukar spot pada akhir periode pelaporan. Mata uang
asing adalah suatu mata uang selain mata uang fungsional suatu entitas. Mata uang
fungsional adalah mata uang selain pada lingkungan ekonomi utama dimana suatu
entitas beroperasi Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam
menyajikan laporan keuangan.
Nilai tukar / Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Nilai tukar spot adalah
nilai tukar untuk pengiriman segera.
Nilai wajar (fair value) adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu
aset atau menyelesaikan kewajiban antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai dalam suatu transaksi wajar (arm’s length transaction).
Pos-pos moneter adalah unit-unit mata uang yang dimiliki dan aset serta laibilitas
yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang pasti atau dapat
ditentukan.
Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan
jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang
berbeda.
Investasi neto dalam suatu kegiatan usaha luar negeri
Entitas mungkin memiliki suatu pos moneter yang merupakan tagihan dari atau
utang kepada suatu kegiatan usaha luar negeri. Suatu pos yang penyelesaiannya tidak
direncanakan ataupun mungkin tidak akan terjadi dimasa mendatang, pada hakekatnya
adalah bagian dari investasi neto entitas tersebut di dalam kegiatan usaha luar negeri.
Pos-pos moneter ini mungkin mencakup piutang atau utang jangka panjang. Pos-pos
moneter ini tidak mencakup piutang dagang atau utang dagang.
Pos-pos Moneter
Fitur utama dari suatu pos moneter adalah hak untuk menerima (atau kewajiban
untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan.
Contoh yang termasuk didalamnya:
a. Pensiun dan imbalan kerja lainnya harus dibayar dalam kas,
b. Kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan secara kas,
c. Dividen kas yang diakui sebagai kewajiban.
Demikian juga, suatu kontrak untuk menerima (atau menyerahkan) suatu jumlah
variabel dari instrumen ekuitas yang dimiliki oleh entitas atau suatu jumlah variabel dari
6
suatu aset yang nilai wajarnya harus diterima (atau diserahkan) setara dengan suatu
jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan, adalah merupakan suatu pos
moneter.
Fitur utama dari dari suatu pos nonmoneter adalah tidak adanya hak untuk
menerima (atau kewajiban untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap
atau dapat ditentukan. Contoh yang termasuk didalamnya:
a. uang muka untuk barang dan jasa (misalnya sewa dibayar dimuka),
b. goodwill,
c. aset tidak berwujud,
d. persediaan,
e. aset tetap,
f. kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan dengan penyerahan aset nonmoneter.
7
b. Pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam suatu mata uang asing harus
dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi.
c. Pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing harus
dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.
Ketika beberapa nilai tukar tersedia, kurs yang digunakan adalah kurs di mana
arus kas masa depan digambarkan oleh transaksi atau kurs di mana suatu saldo mungkin
dapat diselesaikan jika arus kas tersebut telah terjadi pada tanggal pengukuran. Jika
kemungkinan pertukaran antara dua mata uang terkadang kurang, kurs yang digunakan
adalah kurs pertama berikutnya pada saat nilai tukar dapat dibuat.
8
Perubahan dalam Mata Uang Fungsional
Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional suatu entitas, entitas
harus menerapkan prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara
prospektif sejak tanggal perubahan itu.
Pengaruh dari perubahan dalam mata uang fungsional diperlakukan secara
prospektif. Dalam kata lain, suatu entitas menjabarkan semua pos-pos ke dalam mata
uang fungsional yang baru menggunakan nilai tukar pada tanggal perubahan itu. Hasil
dari jumlah yang dijabarkan untuk pos nonmoneter dianggap sebagai biaya historis
entitas. Selisih nilai tukar yang timbul dari penjabaran kegiatan usaha luar negeri, yang
sudah diakui sebelumnya di dalam pendapatan komprehensif lain sesuai dengan PSAK
10 paragraf 29 dan 37(c) tidak dikelompokkan ulang dari ekuitas ke dalam laba atau rugi
sampai pelepasan kegiatan usaha tersebut.
9
Penjabaran Kegiatan Usaha Luar Negeri
Ketika hasil dan posisi keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri dijabarkan
dalam mata uang pelaporan sehingga kegiatan usaha luar negeri dapat digabungkan ke
dalam laporan keuangan dari entitas pelapor dengan cara konsolidasi, konsolidasi secara
proporsional atau metode ekuitas.
Ketika laporan keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri memiliki tanggal
yang berbeda dari entitas pelapor, kegiatan usaha luar negeri sering mempersiapkan
laporan tambahan dengan tanggal yang sama seperti laporan keuangan entitas pelapor.
Ketika hal ini tidak dilakukan, PSAK 4 mengijinkan penggunaan tanggal yang berbeda
yang menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak lebih dari tiga bulan dan penyesuaian
dibuat untuk dampak dari setiap transaksi signifikan atau kejadian lain yang terjadi antara
tanggal yang berbeda tersebut. Dalam kasus demikian, aset dan kewajiban dari kegiatan
usaha luar negeri dijabarkan pada nilai tukar pada akhir periode pelaporan dari kegia tan
usaha luar negeri itu. Penyesuaian dibuat untuk perubahan yang signifikan dalam nilai
tukar sampai akhir periode pelaporan dari entitas pelapor sesuai dengan PSAK 4.
Pendekatan yang sama digunakan dalam penerapan metode ekuitas untuk entitas asosiasi
dan ventura bersama dan dalam penerapan konsolidasi secara proporsional untuk ventura
bersama sesuai dengan PSAK 15 dan PSAK 12.
Setiap goodwill yang timbul pada akuisisi suatu kegiatan usaha luar negeri dan
setiap penyesuaian nilai wajar jumlah tercatat suatu aset dan kewajiban yang timbul pada
akuisisi kegiatan usaha luar negeri tersebut harus diperlakukan sebagai aset dan
kewajiban dari kegiatan usaha luar negeri itu. Sehingga mereka harus dinyatakan dalam
mata uang fungsional dari kegiatan usaha luar negeri dan harus dijabarkan dengan
menggunakan kurs penutup sesuai dengan PSAK 10 paragraf 37.
6. Pengungkapan
Suatu entitas mengungkapkan:
a. jumlah dari selisih nilai tukar yang diakui dalam laba rugi kecuali untuk selisih nilai
tukar yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajarnya melalui
laba atau rugi sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2006), dan
b. selisih nilai tukar neto diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan
diakumulasikan dalam komponen ekuitas terpisah, dan juga harus mengungkapkan
rekonsiliasi dari selisih nilai tukar tersebut pada awal dan akhir periode.
10
Jika mata uang pelaporan berbeda dari mata uang fungsional maka fakta tersebut
dinyatakan, bersama dengan pengungkapan mata uanga fungsional dan alasan utuk
menggunakan suatu mata uang pelaporan yang berbeda. Ketika terdapat suatu perubahan
dalam mata uang fungsional dari entitas pelapor maupun dari suatu kegiatan usaha luar
negeri yang signifikan, fakta tersebut dan alasan untuk perubahan dalam mata uang
fungsional harus diungkapkan.
Ketika entitas menyajikan laporan keuangannya dalam suatu mata uang yang
berbeda dari mata uang fungsionalnya, entitas harus menjelaskan bahwa laporan
keuangan mereka tunduk pada SAK hanya jika entitas mematuhi semua persyaratan dari
setiap Pernyataan dan setiap Interpretasi dari Pernyataan yang berlaku termasuk metode
penjabaran sebagaimana dijelaskan dalam PSAK 10 paragraf 37.
Ketika entitas menyajikan laporan keuangan atau informasi keuangan lainnya di
dalam suatu mata uang yang berbeda baik dari mata uang fungsionalnya maupun dari
mata uang pelaporannya, dan persyaratan-persyaratan tidak dipenuhi, entitas harus:
a. Mengidentifikasikan secara jelas informasi sebagai informasi tambahan untuk
membedakannya dari informasi yang tunduk dengan PSAK.
b. Mengungkapkan mata uang di mana informasi tambahan tersebut disajikan;.
c. Mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang digunakan
untuk menentukan informasi tambahan.
11