Anda di halaman 1dari 27

NUTRISI PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar
bagi manusia untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan
kelengkapan gizi untuk pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam
melengkapi kebutuhan nutrisi.
Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi
gangguan pada sistem pencernaan. Gangguaan tersebut utamanya adalah gangguan
pada saluran cerna.Jika seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus
ada langkah rehabilitasi, salah satu caranya yaitu dengan melakukan diet saluran
cerna.

B. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai diet pada saluran pencernaan:
1. Apa definisi diet saluran pencernaan?
2. Apa saja gangguan saluran pencernaan?
3. Bagaimana diet pada penyakit saluran pencernaan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari pembahasan mengenai diet saluran cerna adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang definisi diet saluran pencernaan.
2. Menjelaskan gangguan saluran pencernaan
3. Menjelaskan diet pada penyakit saluran pencernaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Diet Saluran Pencernaan


Dalam konteks bahasa, istilah diet memiliki arti sebagai jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh seseorang.Di Indonesia, penggunaan istilah diet lebih menunjukkan
pada usaha menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi. Definisi diet
menurut para ahli:
1. Muda (2003)
Diet merupakan aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya
atas petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu
untuk kesehatan, mengatur kuantitas, dan jenis makanan untuk mengurangi berat
badan atau karena penyakit.
2. Kim dan Lennon (2006)
Diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan.
3. Hawks (2008)
Diet merupakan usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol
makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan
mempertahankan berat badan.

Diet Saluran Pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ dalam manusia
yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan
energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran
pencernaan.Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab
dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara
pasti, namun gangguan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis.

B. Gangguan Saluran Pencernaan


1. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)
Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai
penyakit “maag” merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering
dikeluhkan. Selain disebabkan oleh faktor organik seperti adanya
luka/peradangan pada saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga
dihubungkan dengan faktor psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai
antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah epigastrium (ulu
hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga.
Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar,
intensitasnya sedang, menghebat karena makanan atau langsung setelah makan,
tidak ada hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul
antara lain gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa terbakar
dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-
lain.
Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok
yaitu sikap depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau
makanannya, tetapi ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa
sakitnya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat
ketika penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihat
adanya ketergantungan pada objek yang memanjakannya.

2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)


Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga
dikenal sebagai spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi
spastic. Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut,
biasanya di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi,
feses penderita dapat keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi
spastik).
Faktor psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan-
harapan untuk meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah
memberi banyak pada orang tersebut.

3. Aerofagi
Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit
perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan
bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan
pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat
bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus)
yang tidak berbau.
Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis
(setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang
mendasari nya) dari penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang
dapat mengurangi gejala yang dialami penderitanya maka psikoterapi juga
dibutuhkan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gangguan ini.

4. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus
sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara
sempurna. Diare termasuk gangguan perncernaan yang paling sering muncul
terutama pada anak-anak.
Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa
infeksi, bisa juga hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak
sesuai dengan usia anak, misalnya sudah diberikan makan padat sebelum
waktunya.
Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri
atau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di
bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.

5. Heartburn
Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yang
dirasakan dapat menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini
biasanya timbul setelah makan dan disebabkan oleh refluks isi lambung ke
esofagus.

6. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi
akibat refluks kronik isi lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi,
lapisan mukosa esofagus dapat mengalami tukak oleh asam. Kerusakan lapisan
mukosa dapat menyebabkan peradangan kronik, spasme otot, dan pembentukan
jaringan parut di esofagus, yang dapat menyebankan terhambatnya makanan.
Gejala klinis:
· Nyeri seperti terbakar di epigastrium
· Muntah
· Disfagia (kesulitan menelan)

7. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi
rongga abdomen. Perionitis biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran
cerna atau organ-organ abdomen ke dalam ruang peritoneum melalui perforasi
usus atau rupturnya suatu organ. Gejala klinis:
· Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang
· Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena
perpindahan cairan ke dalam perinium
· Mual dan muntah
· Abdomen yang kaku
8. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami
pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan
pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, efek
samping obat-obatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi
disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit
dikeluarkan.
Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat
pencahar (laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir
jarang dilakukan. Konstipasi hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada
sistem pencernaan juga bisa disebabkan karena stres. Sebab stres dapat
mempengaruhi sistem saraf dalam tubuh. Sementara penanganan untuk yang
susah BAB, harus dilihat dulu apa penyebabnya.

9. Wasir atau hemoroid


Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam
anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes
setelah buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di
anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran
dan buah-buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek,
sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.

10. Kanker usus


Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di
seluruh dunia. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium
yang dikonsumsi sangat positif dalam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu
ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu
mengurangi 15% resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada
pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus.
Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu.
Cara terbaik untuk mencegah dan mengurangi risiko kanker usus adalah
dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang antara buah, sayuran, dan kalori.
untuk mengurai proses penimbunan lemak.

C. Diet Pada Penyakit Saluran Pencernaan


1. Diet Saluran Cerna Atas
a. Diet Disfagia : Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan
aliran makanan pada saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan
sistem saraf menelan, pascastoke dan adanya massa atau tomor yang
menetupi saluran cerna.

Tujuan diet disfagia adalah :


1) Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam
saluran pernapasan.
2) Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.

Syarat-syarat diet disfagia adalah:


1) Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.
2) Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan.
3) Cukup cairan.
4) Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,.
Diberikan secara bertahap,dimulai dari makanan cair penuh atau cair
kental, makanan saring dan makanan lunak.
5) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan
tersedak atau aspirasi.
6) Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang)
atau sonde.
Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor
esofagus dan pascastoke. Bentuk makanan bergantung pada cara
pemberian. Bila diberikan melalui pipa, makanan diberikan dalam bentuk
makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka makanan diberikan
dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak.

b. Diet Pasca-Hematemesis-Melena : Hematemesis-melena adalah keadaan


muntah dan buang air besar berupa darah akibat luka atau kerusakan pada
saluran cerna.

Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah:


1)Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada
saluran cerna, mengurangi risiko perdarahan tulang dan mencegah aspirai.
2)Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.

Syarat diet :
a. Tidak merangsang sal.cerna
b. Tidak meninggalkan sisa
c. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48
jam untuk memberikan istirahat pada lambung
d. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah
tidak ada

Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan cair


jernih, tiap 2-3 jam pasca perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat
rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja.

c. Diet Penyakit Lambung : Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi


gastritis akut dan kronis, ulkus peptikum, pasca-operasi lambung yang
sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan kanker lambung.
Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan emosi atau
psikoneurosis dan makan terlalau cepat karena kurang di kunyah serta
terlalu banyak merokok. Gangguan pada lambung umumnya berupa
sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejaa yang terdiri dari mual, muntah,
nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepat
kenyang.

Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makan dan cairan
secukupnya yang tidak meberatkan lambung serta mencegah dan
menetralkan sekresi asm lambung yang berlebihan.

Syarat Diet
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
2. Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energy total yang
di tingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan
secara bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia ( disesuaikan daya terima
perorangan).
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak
di anjurkan minum susu terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24 –
48 jam untuk member istirahat pada lambung.

Macam Diet Dan Indikasi Pemberian


Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus pektikum, tifus
abdominalis, dan paska bedah saluran cerna atas.
Diet Lambung I
Diet lambung I diberikan pada pasien ulkus peptikum akut, ulkus peptikum
perdaarahan, oeseophagitis dan gastritis akutserta penderita tifus abdominalis
berat. Makanan diberikan berupa susu dan bubur susu dan hanya diberikan selama
2 hari saja karena membosankan serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin
C. Makanan diberikan dalam porsi kecil tiap 3 jam.

Bahan makanan yang diberikan sehari


Bahan makanan Berat (gr) Urt
Susu 1800 9 gls
Maizena 60 12 sdm
Gula pasir 90 9 sdm

Nilai Gizi
Kalori 1630 gr Besi 2,0 mg
Protein 58 gr Vitamin A 2340 SI
Lemak 63 gr Tiamin 0,5 mg
Hidrat arang 213 gr Vitamin C 18mg
Kalsium 2,6 gr

Pembagian makanan sehari


Pukul 07.00 bubur susu 200 ml = 1 gls
Susu 200ml = 1 gls
Pukul 10.00 susu 200ml = 1 gls
Pukul 13.00 bubur susu 200ml = 1gls
Susu 200 ml = 1 gs
Pukul 15.00 susu 200ml = 1 gls
Pukul 18.00 bubur susu 200 ml = 1 gls

susu 200ml = 1 gls


Pukul 20.00 susu 200ml = 1 gls

Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, setelah fase
akut dapat diatasi kepada pasien tifus abdominalis dengan suhu tubuh tinggi dan
sesudah operaasi saluran pencernaan. Makanan berbentuk saring atau cincang,
tiap 3 jam.Sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja karena membosankan.

Bahan Makanan Sehari


Bahan Ber at Urt
makanan (g)
Beras 60 2 gls bubur saring
Maizena 50 10sdm
Biskuit 20 2 buah
Daging 100 1/2 glssaring
Telur 150 3 btr
Susu segar 900 4 gls
Pepaya 200 1 gls saring
Sayuran 100 1 gls
Margarine 20 2 sdm
Gula pasir 70 7 sdm

Nilai Gizi
Energi 1990 kkal Besi 12,8 mg
Protein 73 g Vitamin A 10103SI
Lemak 84 g Tiamin 0,9 mg
Karbohidrat 236 g Vitamn C 174 mg
Kalsium 1,2g
Pembagian Bahan Makanan Sehari
Pagi
maizena 20 g = 4 sdm
telur 50 g = 1 btr
susu 300 g = 1,5 gls
gula pasir 20 g = 2 sdm

Pukul 10.00
Maizena 15 gr = 3 sdm
Susu 300 gr = 1,5 gls
Gula pasir 20 gr = 2 sdm

Siang dan sore


beras 30 g = 1 gls bubur saring
daging 50 g = 0,5gls saring
margarine 10 g = 1 sdm
telur 50 g = 1 btr
sayuran 50 g = 0,5 gls saring
pepaya 100 g = 0,5 gls saring

Pukul 16.00
Maizena 15 gr = 3sdm
Susu 100ml = 0,5 gls
Gula pasir 20 gr = 2 sdm

Pukul 20.00
Susu 200ml = 1 gls
Gula pasir 10 gr = 1sdm
Biscuit 20 gr = 2 bh
Contoh Menu Sehari
Pagi Pukul 10.00
Bubur susu pudding + saos susu
Telur setengah matang susu
susu

Siang Pukul 16.00


bubursaring/bubur tepung bubur susu
semur daging saring teh manis
telur setengah matang
sayur saring sari
kelapa

Pukul 18.00
Biskuit Susu

Diet Lambung III


Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada pasien
dengan ukus peptikum, tifus abdominalis yang suhu tubuhnya sudah kembali
normal. Makanan yang berbentuk lunak atau yang bergantung pada toleransi
pasien. Diberikan 6 kali sehari dengan porsi kecil.Makanan ini cukup energy,
protein, mineral, vitamin C dan kurang tiamin.

Bahan Makanan Sehari


Bahan Ber at Urt
makanan (g)
Beras 90 2 3/4 gls bubur
Maizena 30 6 sdm
Roti 40 2 ptg
Daging 100 2 ptg sdg
Telur 100 2 btr
susu Sayuran Buah 600 3 gls
Margarin Gula 200 2 gls
pasir 200 2 ptg sdg
35 papaya
70 3,5 sdm
7 sdm

Nilai Gizi
Energy 1921 kkal Besi 17,8 mg

Protein 61 g Vitamin A 10469 SI


Lemak 74 g Tiamin 0,8 mg
Karbohidrat 257 g Vitamn C 134 mg
Kalsium 0,8g

Pembagian Bahan Makanan Sehari

Pagi Pukul 10.00


beras 30 g = 1 gls bubur maizena 15 g = 3 sdm
telur 50 g = 1 btr gula pasir 25 g = 2,5 sdm
sayuran 50 g = 0,5 gls susu 300 g = 1,5 gls

gula pasir 10 g = 1 sdm


margarin 5 g = 0,5 sdm

Siang Pukul 16.00


beras 30 g = 1 gls bubur maizena 15 g = 3 sdm
daging 50 g = 1 ptg sdg susu 300 g = 1,5 gls
margarin 10 g = 1sdm gula pasir 25 g = 2,5 sdm
sayuran 74 g = 3/4 gls
pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Sore Pukul 20.00


Beras 30 g = 1 gls bubur Roti 40 gr = 2 ptg
Daging 50 g = 1 ptg sdg margarine 10 gr = 1 sdm
Sayuran 75 g = 3/4 gls telur 50 gr = 1 btr
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg Gula pasir 10 gr = 1 sdm
Margarin 10 g = 1 sdm

Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan


Bahan Dianjurkan Tidak dianjurkan
makanan
Sumber karbohidrat

Sumber protein
hewani

Sumber protein nabati


Beras ditim, nasi;
kentang direbus, dipure;
macaroni, mi, bihun
direbus; roti, biscuit,
krekers; tepung-tepungan
dibuat pudding atau bubur

Daging sapi empuk, hati,


ikan, ayam direbus,
disemur, ditim,
dipanggang; telur ayam
direbus, didadar, ditim,
diceplok air dan dicampur
dalam makanan; susu.

Tahu, tempe disrebus,


ditim, ditumis; kacang
hijau direbus dan
Beras ketan, mi, bihun,
bulgur, jagung, cantel, ubi,
singkong, tales, cake,
dodol dll kue yang terlalu
manis dan gurih

Daging, ikan ,ayam


yangdigoreng,daging babi;
telur diceplok atau
digoreng.

Tahu, tempe digoreng;


kacang tanah, kacang
merah, kacang tolo.
dihaluskan

Sayuran yang tidak


banyak serat dan tidak
menimbulkan gas
dimasak; bayam, buncis,
kacang panjang, bit, labu
siam, labu kuning, wortel,
tomat direbus dan ditumis.

Papaya, pisang, sawo


jeruk manis, sari buah, pir
dan peach dalam kaleng.

Margarine dan mentega

Sirup, teh encer.

Gula, garam,
vetsin,dalam jumlah
terbatas; kunci, kencur,
jahe, kunyit, terasi, laos,
saam sereh.
Sayuran lain dimasak dan
sayuran mentah

Buah yang tinggi serat


atau dapat menimbulkan
gas seperti jambu biji,
nanas, kedondong,
durian, nangka; buah yang
dikeringkan.

Macam-macam lemak
hewan, santan.

Teh kental, minuman yang


mengandung soda dan
alcohol, kopi.

Lombok, bawang,
merica, cuka, dan
sebagainya yang tajam.
Contoh Menu Sehari
Pagi Siang Malam
nasi tim/nasi nasi tim/nasi nasi tim/nasi
telur 1/2 matang semur daging giling sup daging giling
setup wortel setup bayam tumis labu siam + tomat
Teh manis papaya pisang

Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 20.00


pudding maizena+saos sirup kue talam roti bakar
susu orak arik telur

Diet Lambung IV
Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet lambung III
atau kepada pasien ulkus peptikum ringan, gastritis ringan, esofagus ringan, serta
tifus abdominalis yang hampir sembuh. Makanan diberikan dalam bentuk lunak
dan biasa, tergantung toleransi pasien. Makanan ini cukup kalori dan semua zat
gizi.

Bahan makanan yang diberikan sehari


Bahan Makanan Berat (g) Urt
Beras 200 4 gls tim
Maizena 15 3 sdm
Biscuit 20 2 bh
Daging 100 2 ptg sdg
Telur 50 1 btr
Susu 400 2 gls
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 200 2 ptg papaya sdg
Minyak 25 2,5 sdm
Gula pasir 40 4 sdm

Nilai gizi
Kalori 2.080 kkal Zat besi 21,3 mg
Protein 74 gr Vitamin A 9055 SI
Lemak 65 gr Thiamin 0,9 mg
Karbohidrat 303 gr Vitamin C 132 mg
Kalsium 0,8 g

Pembagian makanan sehari


Pagi Pukul 10.00
Beras 50 gr = 1 gls tim maizena 15 gr = 3 sdm
Telur 50 gr = 1 btr susu 200 gr = 1 gls
Sayuran 50 gr = 1/2 gls gula pasir 20 gr = 2 sdm
Gula pasir 10 gr = 1 sdm
Minyak 5 gr = 1/2 gls

Siang dan Sore Pukul 16.00


Beras 75 gr = 1 1/2 gls tim biscuit 20 gr = 2 bj
Daging 50 gr = 1 ptg sdg susu 200 gr = 1 gls
Tempe 50 gr = 2 ptg sdg gula pasir 10 gr = 1 sdm
Sayuran 75 gr = 3/4 gls
Papaya 100 gr = 1 ptg sdg
Minyak 10 gr = 1 sdm

2. Diet Penyakit Saluran Cerna Bawah


a. Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease)
Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan
usus besar dengan gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat
badan berkurang, demam dan kemungkinan terjadi streatorea (adanya
lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis Ulseratif dan Chron’s
Disease.

Tujuan diet penyakit inflamatorik adalah:


1. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.
3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.
4. Mengistirahatkan usus pada masa akut.

Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik adalah:


1. Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.
2. Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk
cair (peroral maupun enteral), kemudian meningkat menjadi siet sisa rendah
dan serat rendah.
3. Bila gejal ahilang dapat diberikan makanan biasa.
4. Kebutuhan gizi, yaitu :
a. Energi dan protein tinggi.
b. Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D asm folat,
vitamin B12, kalsium, zat besi, magnesium dan seng.
5. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai
sedang (medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karena sering
terjadi intoleransi laktosa dan malabsorpsi lemak.
6. Cukup cairan dan elektrolit.
7. Menghindari makanan yang mengandung gas.
8. Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa

b. Diet Penyakit Divertikular


Penyakit divertikular terdiri atas penyakit Divertikulosis dan Divertikulitis.
Penyakit Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk
pada dinding kolon yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada
konstipasi kronik. Hal ini terutama terjadi pada usia lanjut yang makanannya

rendah serat. Penyakit Divertikulitis terjadi bila penumpukan sisa makanan


pada divertikular menyebabkan peradangan. Gejala-gjalanya antar alain kram
pada bagian kiri bawah perut, mual, kembung, muntah, konstipase atau diare,
menggigil dan demam.

Tujuan Diet Penyakit Divertikulosis


1. Meningkatkan volume dan konsistensi fees.
2. Menurunkan tekanan intra luminal.
3. Mencegah infeksi.
4. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.
5. Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi.

Syarat-syarat Diet Penyakit Divertikulosis


1. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal.
2. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari.
3. Serat tinggi.
4. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan
diet yang ditetapkan.
5. Bila ada pendarahan, dimuali dengan makanan cair jernih.
6. Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I kediet
sisa rendah II dengan konsistensi yang sesuai.
7. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat,
jambu biji dan stroberi yang dapat menumpuk dalam divertikular.
8. Bila perlu diberi makanan enteral rendah atau bebas laktosa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada
saluran dan mekanisme pencernaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau kelainan
dalam system pencernaan antara lain :
a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)
b. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)
c. Aerofagi
d. Mencret (Diare)
e. Heartburn
f. Esofagitis
g. Peritonitis
h. Sembelit (Konstipasi)
i. Wasir atau hemoroid
j. Kanker usus
Diet pada gangguan saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet pada saluran cerna
atas dan diet pada saluran cerna bawah. Diet pada saluran cerna atas meliputi diet
disfagia, diet pasca hematemesis-melena dan diet penyakit lambung. Sedangkan pada
saluran cerna bawah meliputi diet penyakit usus inflamatorik dan diet divertikular.

B. Saran
Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil;
penyesuaian gejala serta diseimbangkan dengan aktivitas olahraga sehingga diet akan
tetap sehat. Penyesuaian gejala utamanya dilakukan saat terjadi gangguan (seperti
gangguan saluran cerna) dan diharuskan melakukan diet, sehingga nantinya diet akan
lebih maksimal memberikan hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Gizi RS Dr.Cipto Mangunkusumo. 1997. Penuntun Diit. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama

Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet – Hubungannya Dengan Penyakit – penyakit
untuk Perawat dan Dokter. Jakarta: Andi Publisher

Hartono, Andry dan Kristiani. 1995. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan
Penyakit-Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia
Medica

Anda mungkin juga menyukai