Anda di halaman 1dari 19

Pengertian, tujuan/kegunaan Epidemiologi dalam pelayanan kebidanan

Tujuan Umum
a. Meneliti populasi manusia, namun sekarang metodenya berlaku juga bagi penelitian lain – lain
populasi, seperti hewan, tumbuhan, air, udara, tanah, dll. Karena wabah diantara populasi lain
dapat juga menyerang manusia, misalnya flu burung dari Hongkong. Penyakit Pest yang
merupakan penyakit tikus, dan Deam Berdarah Ebola yang asalnya dari Kera, dll.
b. Mengendaikan wabah saja, yakni dalam arti epidemiologi yang sangat sempit hanya
menyangkut penyakit menular. Tetapi karena definisi epidemiologi telah berubah sesuai
keburtuhan yang telah diuraikan terdahulu, maka tujuan epidemiologi juga menjadi luas dan
mencakup :
1) Deskripsi penyakit, agar dapat mengungkap mekanisme kausal, menjelaskan mengapa terjadi
pola penyakit yang ada (agent, faktor penentu), dapat menjelaskan perjalanan penyakit, dan
dapat digunakan untuk memberi pedoman pelayanan kesehatan yang diperlukan, misalnya
daerah yang mempunyai insidensi Malaria lebih banyak, maka harus dapat mengutamakan
pelayanan terhadap Malaria.
2) menjelaskan mekanisme terjadinya penyakit, sehingga dapat digunakan untuk mencegah
penyakit dan meningkatkan kesehatan masyarakat, termasuk kesehatan lingkungan dan
kesehatan lingkungan kerja.
2. Tujuan Praktis
a. Memformasikan hipotesa yang menjelaskan pola distribusi penyakit yang ada atas dasar
karakteristik waktu, tempat, host, dan agent potensial.
b. menguji hipotesa dengan menggunakan penelitian yang dirancang secara khusus untuk dapat
mengungkapkan penyebab penyakit
c. Menguji validitas konsep pengendalian penyakit dengan menggunakan data epidemiologis
yang dikumpulkan sehubungan denganprogram tersebut.
d. Membantu membuat klasifikasi penyakit atas dasar penelitian etiologis. Perjalanan penyakit
yang sepadan secara epidemiologis dapat memberi petunjuk bahwa etiologinya itu sejenis dan
sebaliknya.
e. Mengungkapkan perjalanan suatu penyakit untuk menentukan prognosis penyakit. (Slamet,
2005)

Menurut Lilienfeld ada tiga tujuan umum studi epidemiologi, yaitu :


1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu penyakit atau sekelompok
penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau kematian melalui analisis
terhadap data medis dan epidemiologi dengan menggunakan manajemen informasi sekaligus
informasi yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu
sosial/perilaku.
2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yanga ada memang konsisten dengan hipotesis
yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu biomedis yang terbaru.
3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah – langkah pengendalian dan prosedur
pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko, dan untuk pengembangan langkah –
langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang dipelukan, yang kesemuanya itu akan
digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan langkah – langkah , kegiatan, dan program
entervensi. (Timmreck, 2004)
C. Manfaat/ Kegunaan
Tujuh manfaat epidemiologi
1. Untuk mempelajari riwayat penyakit
a. Epidemiologi mempelajari tren penyakit untuk memprediksi tren penyakit yang mungkin akan
terjadi
b. Hasil penelitian epidemiologi dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan kesehatan dan
kesehatan masyarakat.
2. Diagnosis masyarakat
a. Penyakit, kondisi, cedera, gangguan, ketidakmampuan, defek/cacat apa sajakah yang
menyebabkan kesakitan, masalah kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas atau
wilayah
3. Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi kelompok
maupun populasi
a. Faktor risiko, masalah, dan perilaku apa sajakah yang dapat mempengaruhi kelompok atau
populasi
b. Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap faktor risiko dan
menggunakan tekhnik pemeriksaan kesehatan, misalnya risiko kesehatan, pemeriksaan , skrining
kesehatan, tes kesehatan, dll.

4. Pengkajian, evaluasi, dan penelitian


a. Sebaik apa pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi
masalah dan memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok
b. Untuk mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, ketersediaan layanan untuk
mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit, cedera, ketidakmampuan atau kematian.
5. Melengkapi gambaran klinis
a. Proses identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa suatu kondish memang ada atau
bahwa seseorang memang menderita penyakit tertentu
b. Menentukan hubungan sebab akibat misalnya radang tenggorokan dapat menyebabkan demam
rematik.
6. Identifikasi sindrom
a. Membantu menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefinisikan sindrom, misalnya
sindrom down, fetal alcohol, kematian mendadak pada bayi.
7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit
a.Temuan epidemiologi memungkinkan dilakukannya pengendalian, pencegahan, dan
pemusnahan penyebab penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan atau kematian. (Timmreck,
2004)
2.1 PENGERTIAN, TUJUAN/KEGUNAAN EPIDEMIOLOGI DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN
Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab
timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun
penanggulangannya. (Noor, 2000)
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan
faktor – faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan, dan kematian
dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi status
kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan masyarakat lainnyaberdasarkan usia, jenis kelamin,
ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya.
(Timmreck, 2004)
Epidemiologi bersala dari kata Yunani, dan secara harfiah berarti :
Epi = di atas/ di antara/ yang ada diantara
Demos = populasi, orang, masyarakat
Logos = ilmu
Jadi epidemiologi secara bebas diartikan sebagai :
 Ilmu yang mempelajari sesuatu (penyakit) yang ada di antara (yang melanda)
masyarakat/populasi.
 Ilmu yang mempelajari epidemi/wabah dengan tujuan mengendalikannya dan mencegah
terulangnya kembali. (Slamet, 2005)
Epidemiologi dalam pelayanan kebidanan adalah epidemiologi yang mengkaji distribusi
serta determinan peristiwa morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang terjadi dalam
pelayanan kebidanan secara komprehensif. Artinya secara menyeluruh menyangkut seluruh
sistem kebidanan termasuk kesehatan ibu dan anak (KIA).
Pengertian pelayanan kebidanan adalah :
 Penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi
tanggung jawab bidan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir (BBL) dan
pelayanan Keluarga Berencana (KB) termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan pelayanan
masyarakat.
 Merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang ditentukan,
dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga
sehat dan sejahtera.

Tujuan/kegunaan epidemiologi kebidanan ialah :

a. Untuk mengidentifikasi penyebab penyakit dan faktor-faktor resiko terjadinya penyakit yang bisa
menyerang ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas (42 hari setelah persalinan) serta
pada bayi dalam kandungan hingga dilahirkan sampai balita.
b. Diharapkan akan didapatkan teknik pencegahannya.
Mengenai kegunaan epidemiologi secara umum yang sesuai dengan tujuan
epidemiologi kebidanan kebidanan dalam prakteknya sebagai berikut :

a. Menguraikan distribusi dan besarnya masalah suatu penyakit dalam masyarakat.


b. Memberikan data untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program-program pencegahan,
pemberantasan dan pengobatan penyakit, serta untuk menentukan urutan prioritas program-
program diatas.
c. Mengenal faktor-faktor penyebab penyakit (patogenesis).
d. Membantu pekerjaan administrasi kesehatan.
e. Untuk meneliti dan mengevaluasi program pemberantasan penyakit dan masalah dalam
kesehatan.
f. Untuk mendapatkan data dalam upaya mengklasifikasi penyakit.
g. Untuk menyusun program pencegahan penyakit.
Kegunaan epidemiologi diatas dapat diringkas menjadi 3 hal, yakni :

1. Mendiskripsikan fenomena kesehatan masyarakat.


2. Mengkaji hubungan sebab-akibat.
3. Melakukan evaluasi program kesehatan dan program intervensi.
Pada umumnya tujuan atau kegunaan epidemiologi kebidanan ialah untuk mengetahui
faktor resiko pada ibu selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas, beserta hasil konsepsinya,
dan mempelajari teknik-teknik pencegahannya termasuk evaluasi program kesehatan dan
program intervensinya.
2.2 TERJADINYA PENYAKIT ATAU MASALAH KESEHATAN
Beberapa konsep epidemiologi tentang penularan penyakit yang berhubungan atau
mempengaruhi segitiga epidemiologi antara lain :

1. Benda tak hidup (fomite) adalah benda yang mempunyai peran dalam penularan
penyakit.Fomite dapat berupa pensil, pulpen, gelas, gagang pintu, pakaian, dan benda mati
lainnya yang menghantarkan infeksi akibat terkontaminasi organisme penyebab penyakit yang
kemudian disentuh orang lain.
2. Vektor adalah serangga misalnya lalat, kutu, nyamuk, hewan kecil seperti mencit, tikus tau
hewan pengerat lainnya. Vektor adalah setiap makhluk hidup selain manusia yang membawa
penyakit yang menyebar dan menjalani proses penularan penyakit.
3. Reservoir adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah, atau zat organik (seperti tinja dan makanan)
yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak organisme infeksius.
4. Carier adalah tempat persinggahan organisme penyebab infeksi.

 Cara Penularan Penyakit


Beberapa cara penularan penyakit telah diidentifikasikan, ada dua cara umum penularan
penyakit, Yaitu :
1. Penularan Langsung
Atau dikenal sebagai penularan dari orang ke orang adalah perpindahan patogen
atau agens secara langsung dan segera dari pejamu/reservoir ke pejamu yang rentan. Contohnya
seperti sentuhan kulit degan kulit, berciuman, atau hubungan seksual.
2. Penularan tidak langsung
Terjadi ketika patogen atau agens berpindah atau terbawa melalui beberapa item,
organisme, benda atau proses perantara menuju pejamu yang rentan sehingga menimbulkan
penyakit.
Penularan tidak langsung melalui beberapa penularan berikut :
a. Penularan airborne (melalui droplet atau partikel debu)
Terjadi ketika seseorang bersin, batuk atau berbicara, memercikkan patogen mikroskopik yang
terbawa dalam droplet ke udara dan dihirup oeh seseorang yanmg rentan yang berada di
dekatnya.
b. Penularan penyakit Vektorborne
Memiliki proses mekanisme yang sederhana seperti ketika patogen menggunakan pejamu (lalat,
nyamuk, kutu, tikus) sebagai mekanisme untuk menumpang, untuk memperoleh makanan, atau
sebagai proses perpindahan fisik untuk menyebar.

2.3 FAKTOR RESIKO TERJADINYA MASALAH KESEHATAN


Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Masalah Kesehatan yaitu :
1. Pejamu (host)
Adalah faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta
perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut banyak macamnya, antara lain :
a. Faktor keturunan
Dalam dunia kedokteran dikenal berbagai penyakit yang dapat diturunkan seperti
penyakit alergis, kelainan jiwa dan beberapa penyakit kelainan darah.
b. Mekanisme pertahanan tubuh
Jika pertahanan tubuh baik maka dalam batas – batas tertentu beberapa jenis menyakit
akan dapat diatasi.
c. Umur
Pada saat ini banyak dikenal penyakit tertentu yang hanya menyerang golongan umur
tertentu misalnya penyakit campak, polio dan difteri yang banyak ditemukan pada anak – anak.
d. Jenis kelamin
Beberapa penyakit tertentu ditemukan hanya pada jenis kelamin tertentu saja misalnya
tumor leher rahim ditemukan pada wanita.
e. Ras
Beberapa ras tertentu diduga lebih sering menderita beberapa penyakit tertentu misalnya
penyakit hemofili yanglebih banyak ditemukan pada orang barat.
f. Status perkawinan
g. Pekerjaan
Para manajer yang memimpin suatu perusahaan lebih sering menderita penyakit
ketegangan jiwa daripada bawahan.
h. kebiasaan hidup
Seseorang yang biasa hidup kurang bersih tentunya lebih mudah terkena penyakit infeksi.
2. Bibit Penyakit
Suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau ketidakhadiran dapat
menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
3. Lingkungan (Environment)
Adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh – pengaruh luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan suatu organisme.
 Faktor-faktor resiko untuk ibu hamil diklasifikasi:
1. Faktor-faktor reproduksi
a. Usia
b. Paritas
c. Kehamilan yang tak diinginkan
2. Faktor-faktor akibat komplikasi kehamilan
a. Perdarahan pada abortus spontan
b. Kehamilan ektopik
c. Perdarahan pada trimester III kehamilan
d. Perdarahan postpartum
e. Infeksi pada saat nifas
f. Gestosis
g. Distosia
h. Abortus propokatus
3. Faktor-faktor pelayanan kesehatan
a. Kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan maternal
b. Asuhan medis yang kurang baik
c. Kekurangan tenaga terlatih dan obat-obatan esensial
4. Faktor-faktor sosial budaya
a. Kemisikinan sehinnga tidak mampu membayar pelayanan yang baik
b. Ketidaktahuan
c. Kesuliatan transportasi
d. Status wanita yang rendah dan mersa rendah diri
e. Pantang makan tertentu saat hamil
 Faktor-faktor resiko untuk balita adalah:
1. Peranan nutrisi yang kurang sehat karena :
a. Kemisikinan
b. Ketidaktahuan
2. Perilaku tidak sehat misalnya:
a. Tempat dan bahan permainan yang kotor dan berbahaya contoh:
1) Mandi di sungai yang kotor
2) Bermain diatas tanah tanpa alas kaki serta bermain tanah kotor atau bermain ditempat yang
kotor
3) Bahan permainan yang tajam atau berbahaya, miisalnya permainan kendaraan, kapal mainan,
dan lain-lain secara tradisional dengan bahan yang tajam
4) Bermain tanpa memperhatikan waktu dan kondisi udara yang panas terik
5) Membeli makanan dan kue dijalanan yang tidak higenis dan mengandung bahan berbahaya dan
beracun, (B-3)seperti dawet dan air mentah, minuman dengan pewarna yang mengandung bahan
berbahaya dan lain-lain
b. Membersihkan gigi tidak memperdulikan waktu dan cara bersikat gigi yang benar
EPIDEMIOLOGI DAN APLIKASINYA DALAM KEBIDANAN

Diposkan oleh MidweFery tYara's Kamis, 27 Januari 2011 Label: EPIDEMIOLOGI


A.PENGERTIAN, TUJUAN DAN KEGUNAAN
Kata epidemiologi berasal dari Bahasa Yunani, epi berarti pada/tentang, demos berarti penduduk,
dan logos berarti ilmu. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.
Epidemiologi adalah suatu metodologi ilmiah yang digunakan untuk mempelajari epidemi dan
temuannya, dan hasil studi epidemiologi kemudian digunakan di bidang kesehatan masyarakat
dan kedokteran untuk mengendalikan kejadian luar biasa (KLB) penyakit dan mencegah
terulangnya kejadian penyakit tersebut di masa mendatang.
Selain definisi asal kata, banyak definisi epidemiologi yang dibuat oleh ahli kesehatan. Definisi
yang dibuat tersebut terkait dengan keadaan dan waktu, dikenal ada dua definisi yaitu:
1. Definisi lama (sebelum tahun 1960): Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran
dan perluasan suatu penularan penyakit dalam suatu kelompok penduduk atau masyarakat.
Dasarnya adalah sebelum tahun 1960 penyakit menular merupakan penyakit yang paling banyak
dialami penduduk dunia.
2. Definisi baru (setelah tahun 1960): Beberapa tokoh yang terkenal dalam ilmu penyakit
memberi definisi mengenai epidemiologi sebagai berikut.
a. Mag Mahon & Pugh (1970). Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit
dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit terhadap manusia.
b. Omran (1974). Epidemiologi adalah suatu studi mengenai kejadian dan distribusi kesehatan,
penyakit, dan perubahan pada penduduk
c. Mausner & Kramer (1985). Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan
penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia.
d. Last (1988). Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau
kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasinya untuk
menanggulangi masalah kesehatan.
e. “Epidemiologi adalah studi tentang faktor yang menentukan frekuensi dan distribusi penyakit
pada populasi manusia”. (Lowe C.R. & Koestrzewski.J., 1973)
f. “Epidemiologi ialah suatu studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada populasi
manusia” (Barker, D.J.P., 1982)
g. “Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit atau keadaan fisiologis pada
penduduk dan determinan yang mempengaruhi distribusi tersebut. (Lilienfeld A.M., & D.E.
Lilienfeld, 1980)
Dari batasan tersebut terdapat persamaan yaitu semua menyatakan epidemiologi ialah ilmu yang
mempelajari distribusi frekuensi penyakit heserta determinannya, hanya terdapat dua perbedaan
yaitu tambahan fenomena fisiologis (Lilienfeld & Lilienfeld) dan ruda paksa (Mausner & Bhan).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari penyakit,
ruda paksa, dan fenotnena fisiologis tentang frekuensi distribusi dan determinannya pada
kelompok manusia.
Epidemiologi dalam layanan kebidanan ialah epidemiologi yang mengkaji tentang distribusi dan
determinan morniditas dan mortilitas dalam bidang kebidanan secara komperkensif. Artinya
secara menyeluruh menyangkut seluruh sistem kebidanan termasuk kesehatan ibu dan anak
(KIA).
Tujuan /kegunaan epidemiologi kebidanan ialah :
1.Untuk mengidentikasi penyebab penyakit dan faktor-faktor resiko terjadinya peyakit yang bisa
menyerang ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas (42 hari setelah persalinan) serta
pada bayi dalam kandunga hingga dilahirkan sampai asa balita.
2.Diharapkan akan didapatkan tekhnik pencegahannya.
Mengenai kegunaan epidemiologi secara umum yang sesuai dengan tujuan epidemiologi
kebidanan dalam prakteknya sebagai berikut :
1.Menguraikan distribusi dan besarnya masalah suatu penyakit dalam masyarakat.
2.Memberikan data untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program-proram pencegahan,
pemberantasan dan pengobatan penyakit , serta untuk menentukan urutan prioritas program-
program diatas.
3.Mengenal faktor-faktor penyebab penyakit (patogenesis).
4.Membantu pekerjaan administrasi kesehatan.
5.Untuk meneliti dan mengevalasi program pemberantasan penyakit dan masalah dalam
kesehatan.
6.Untuk mendapatkan data dalam upaya mengklasifikasikan penyakit.
7.Untuk menyusun program pencegahan penyakit.

Kegunaan epidemiologi diatas dapat diringkas menjadi 3 hal, yakni :


1.Mendiskripsikan fenomena kesehatan masyarakat.
2.Mengkaji hubungan-hubungan sebab-akibat.
3.Melakukan evaluasi program kesehatan dan program intervensi.

Pada umumnya tujuan atau kegunaan epidemiologi kebidanan ialah untuk mengetahui faktor
resiko pada ibu selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas, beserta hasil konsepsinya, dan
mempelajari tekhnik-tekhnik pencegahannya termasuk evaluasi program kesehatan dan program
intervensinya.

B.TERJADINYA PENYAKIT ATAU MASALAH KESEHATAN


1.Kaitan dengan Teori Segitiga Epidemi
Kaitan dengan teori terjadinya penyakit yang dicontohkan dalam segitiga Gordon, yakni
hubungan antara agen, penjamu, dan lingkungan hidup, ketiganya harus berada dalam
keseimbangan agar kondisi seseorang akan menjado sehat. Artinya bibit penyakit (agen) tidak
berkembang biak dengan menginfeksi manusia bila kondisi bibit penyakit ditekan oleh
lingkungan hidup yang sehat, penjamu dalam kondisi sehat jasmani dan sosial, sehingga daya
tahan tubuh dalam kondisi optimal dapat menghalau terjadinya infeksi.
Pada KIA penjamunya adalah ibu, bayi, dan anak balita. Maka kondisi ibu, termasuk ibu hamil,
bayi dan balita harus sehat jasmani rohani dan sosialnya. Hal itu bisa dicapai dengan pemenuhan
gizi, dan berbagai perilaku sehat lainnya seperti olahraga, perilaku hidup bersih dan sehat, dll.
Lingkungan hidup akan sangat berkaitan dengan lingkungan dalam rumah tangga secara fisik,
biotik, sosial dan psikologis dari ibu, ayah, anak, tetangga, dan lainnya.

2.Angka Kematian Ibu, Bayi, dan Balita


Angka kematian Ibu Indonesia 50/hari. Meski telah mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya, namun hingga saat ini Angka Kematian Ibu (Maternal mortality Rate) di Indonesia
masih tertinggi di Asia Tenggara yakni 307/100.000 kelahiran hidup yang berarti 50 ibu
meninggal setiap hari karena komplikasi persalinan dan saat melahirkan, itu menurut data tahun
2003. Namun pada tahun 2005 angka tersebut mengalami penurunan menjadi 290,8/100.000
kelahiran hidup. Tapi kondisi itu tetap tidak merubah status indonesia sebagai negara dengan
Angka kematian Ibu tertinggi di Asia Tenggara.
Menteri kesehata mengatakan guna menurunkan angka kematian ibu menjadi 226/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2009 Departemen Kesehatan telah menyiapkan 4 strategi pokok
yakni penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Mendekatkan akses
keluarga miskin da rentan terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, serta meningkatkan
surve dan pembiayaan dibidang kesehatan.
Terkait dengan pendanaan pemerintah mengalokasikan dana Rp 80 milyar untuk menukngkatkan
kesehatan ibu dan anak.
USAID atau United States Agencynfor International Development memberikan bantuan untuk
menurunkan angka kematian ibu di Indonesia berupa bantuan dana dan pendampingan teknis
dalam program kesehatan ibu, bayi dan anak melalui Health Services Program (HSP).
Direktur Bidang Kesehatan USAID Lynn Krueger Adrian mengatakan pada agustus 2004 bahwa
pemerintah dan USAID menandatangani perjanjian kerjasama selama 5 tahun dibidang
kesehetan. “Kami menyediakan dana sebesar 311 juta dolar AS untuk bidang kesehatan,
utamanya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak” katanya. Adrian menjelaskan sebagai
langkah awal percontohan implementasi HSP melalui peningkatan pelayanan kesehatan ibu, bayi
dan anak dari tingkat rumah sakit hingga puskesmas dilakukan di 30 kabupaten di 6 propinsi di
Indonesia yakni Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat
dan Jawa Timur.
“Angka kematian ibu di ke 6 provinsi itu memang bukan yang terendah, kami memilihnya
karena itu adalah provinsi terbesar di Indonesia yang dihuni oleh hampir 70 persen penduduk
Indonesia sehingga akan ada signifikasi dalam penerapan program ini terhadap populasi,” ujar
Adrian.
Berkenaan dengan hal itu,Menteri Kesehatan dan Adrian mengatakan bahwa pemerintah dan
USAID secara berkala akan memantau pengaruh penerapan program ini terhadap penurunan
angka kematian ibu,bayi dan anak.
“Tiap tahun akan dievaluasi dan dilihat melalui indicator yang jelas apakah program ini benar-
benar bermanfaat,”katanya.
Keduanya mengatakan bahwa jika program itu berhasil dilakukan di 6 provinsi tersebut maka
program itu selanjutnya akan dilakukan didaerah-daerah yang lainnya.
Selain yang tersebut diatas, the voice the Amerika memberitakan tentang Negara-negara miskin
didunia sebagai berikut :
Laporan terkini dari LSM save the children menggambarkan gabungan potret usaha global untuk
melindungi nyawa ibu dan anak balita (bawah 5 tahun), walaupun beberapa Negara di Afrika
telah membuat banyak kemajuan dalam tahun-tahun terakhir, namun ternyata beberapa Negara
Afrika lainnya berada hampir pada tingkat terbawah diantara 140 negara yang disurvey. Dari
Washington, AS wartawan VOA William Eagle melaporkan.
Dibagian bawah indeks adalah Negara sub sahara yang tertinggi didunia dalam angaka kematian
ibu dan bayi – Etiopia, Eritrea, Angola, guinea-bissau, chad, sierra leone, Yaman dan Djibouti.
Nigeria adalah yang terakhir.
Untuk beberapa Negara, seperti Nigeria, Angola dan republic Demokratik kongo, angka yang
tinggi juga mencermin kan jumlah penduduk mereka yang tinggi. Mereka bergabung degan 10
negara besar lain, termasuk china dan India, yang bila digabungkan mempunyai lebih dari
separuh kematian ibu dan anak.
Perang juga bertanggung jawab terhadap angka kematian yang tinggi dinegara lain, termasuk
sierra leonne, pantai gading dan Liberia.
Delapan puluh persen kematian anak balita di Afrika disebab kan oleh malaria, diare, pneumonia
dan kelainan sejak lahir. Disebagian besar Negara di Afrika termasuk Botswana, Zimbabwe dan
Swaziland, ternyata AIDS juga menjadi pembunuh utama pada anak balita dan inilah yang
menjadi alasan utama mengapa Negara-negara ini belum mampu menurunkan angka kematian
anak.
Diantara Negara-negara yang tingkat kematian ibu dan bayinya ditemukan lebih buruk
dibandingkan 15 tahun yang lalu adalah Botswana, zimbabawe, dan Swaziland. Untuk Negara-
negara ini, penyakit adalah faktor yang bermakna terhadap buruk nya tingkat hidup mereka.
Mieke Kiernan, direktur komunikasi save the children di Washington, AS berbicara tentang
Zimbabwe.
“Angka kematian telah meningkat sebanyak 65 persen sejak 1990,” dia mengatakan” sebagian
besar terkena HIV/AIDS. Kita mempunyai 1 diantara delapan anak yang meninggal sebelum
mereka mencapai ulang tahunnya yang ke 5 dizimbabwe, lebih dari 40 persen dari kematian ini
diakibat kan oleh AIDS. Zimbabwe, Afrika selatan, Botswana dan Swaziland adalah Negara
dimana kita melihat HIV/ADIS melwebihi kemampuan prasarana untuk mendukung anak balita.
Hal semacam ini sudah biasa diseluruh Afrika.
Kinerja ekonomi tidak selalu menunjukan layanan kesehatan terganggu oleh pandemi AIDS
yang menyebar dibanyak tempat diAfrika bagian selatan.
Demikian halnya, angka kematian ibu dan bayi tetap tinggi dinegara penghasil minyak, termasuk
Nigeria, Angola, dan guinea ekuatorial.
Tetapi Kiernan mengatakan bahwa keinginan politis akan berdampak besar terhadap Negara
termiskin, termasuk Malawi. Dia mengatakan Malawi adalah cerita keberhasilan yang luar biasa
dari Negara yang terbatas sumber daya nya, yaitu sebuah Negara yang sudah berfokus untuk ikut
berperan didalamnya. Pendapatan perkapita (GNP) dimalawi kira-kira 650 dolar AS perorang,
namun merekan telah melihat 43 persen penurunan angka kematian anak balita dalam 15 tahun
terakhir ini.
Melawi telah mengambil beberapa langkah dia melanjutkan untuk menjadikan kesehatan ibu dan
bayi sebagai prioritas utama mulai dari presiden sehingga jajaran dibawah. Mereka melakukan
hal yang paling mendasar yang dapat ditiru oleh banyak Negara.
Diantara langkah yang mendasar ini adalah membagikan kelambu untuk melindungi ibu dan
anak yang terinfeksi malaria, menyediakan perawatan kesehatan untuk ibu sebelum melahirkan
dan memastikan bahwa seluruh masyarakat memiliki akses pada suplemen gizi seperti vitamin A
yang membantu menjaga melawan kekurangan gizi dan zink atau ZN serta oralit untuk
menghentikan diare. Mereka juga dapat memastikan agar anak diimunisasi terhadap cacar dan
penyakit- penyakit anak lainnya.
Kiernan mengatakan bahwa Tanzania adalah contoh Negara miskin lain yang sudah membuat
banyak kemajuan melalui kekuatan politik:
“Tanzania adalah salah satu negara termiskin, dengan pendapatan 730 dolar AS per orang per
tahun, namun mereka sudah mampu mengurangi angka kematian anak (balita) sebanyak 25
persen dan angka kematian bayi saat lahir sebanyak 20 persen dalam lima tahun terakhir,” dia
mengatakan. “Kebanyakan dari kemajuan ini merupakan hasil dari peningkatan anggaran
pemerinta untuk perawatan kesehatan ibu dan bayi” negara lain juga sudah memotong angka
kematian anak sejak 1990.
Komitmen Madagascar untuk memperbaiki layanan kesehatan dan angka imunisasi membantu
mengurangi angka kematian sebanyak 29 persen dan kekurangan gizi dari 42 persen menjadi 35
persen.
Di Etiopia, walaupun angka kematian ibu dan bayi masih tinggi namun telah mampu
menurunkan angka ini secara menakjubkan yaitu 20 persen dalam 15 tahun terakhir.
Save the Children menemukan bahwa Mesir mengalami 63 persen penurunan kematian anak,
dan keberhasilan ini sebagian karena adanya komitmen untuk membangun akses jalan di daerah
perdesaan, dukungan strategi imunisasi, dan memastikan adanya bidan atau pekerja terlatih yang
terampil untuk mendampingi kelahiran. Terkait hal ini Kiernan mengatakan tidak peduli
seberapa besar keberhasilan yang terjadi di Mesir, namun terlihat bahwa selalu masih banyak
yang perlu dilakukan untuk menurunkan kematian anak-anak.

3. Indikator Kesehatan Ibu Hamil dan Hasil Konsepsi


Indicator paling penting bagi kesehatan ibu hamil adalah angka kematian ibu (AKI/ maternal
mortality rate/ MMR). Indicator paling penting terhadap hasil konsepsi pada masa kehamilan
adalah angka kematian perinatal. Kematian ibu hamil atau kematian maternal adalah terjadinya
kematian pada ibu karena kehamilan, persalinan dan masa nifas. Angka kematian ibu adalah
jumlah kematian ibu hamil di suatu daerah tertentu selama 1 tahun dalam 100.000 kelahiran
hidup.
Sedangkan mengenai kegunaan mengetahui informasi mengenai tingginya MMR/AKI adalah:
a.Untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan
kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas resiko tinggi.
b.Untuk menyiapkan program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan,
dalam koridor KB atau keluarga berencana yang berpedoman untuk mencapai norma keluarga
kecil bahagia sejahtera.
c.Untuk penyiapan system rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan.
d.Untuk melaksanakan persiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang
semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan
reproduksi.
Kematian perinatal adalah terjadinya kematian saat dilahirkan atau disebut juga lahir mati serta
kematian bayi selama minggu pertama kehidupan. Angka kematian perinatal adalah jumlah lahir
mati dan bayi mati dalam minggu pertama dalam 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan hasil SDKI (survey demografi kesehatan Indonesia) 2002-2003 angka kematian ibu
adalah 307/100.000 kelahiran hidup. Dalam SDKI tahun 1994 disebutkan bahwa angka kematian
ibu adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian perinatal adalah 40 per 1000
kelahiran hidup. Sementara ada variasi yang terendah di Indonesia, yakni di Yogyakarta (130 per
100.000 kelahiran hidup) sedangkan tertinggi di Nusa Tenggara Barat (1340 per 100.000
kelahiran hidup).
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian perinatal (AKP) yang masih tinggi itu telah lama
mengundang perhatian pemerintah. Menurut hasil berbagai survey, AKI di Indonesia saat ini
berkisar antara 300 dan 400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI di negara
maju hanya sekitar 10 per 100.000 kelahiran hidup. AKI yang tinggi di Indonesia menunjukkan
masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Pemerintah sejak kemerdekaan
melakukan berbagai kebijakan meliputi perbaikan akses dan kualitas pelayanan kesehatan untuk
ibu dan bayi baru lahir, seperti pelatihan dukun bayi, pengembangan klinik kesehatan ibu dan
anak, pembangunan rumah sakit, pengembangan puskesmas, pengembangan pondok bersalin
desa, dan pos pelayanan kesehatan terpadu atau posyandu, pendidikan dan penempatan bidan di
desa, dan penggerakan masyarakat untuk menyelamatkan ibu hamil dan bersalin, namun
demikian hasil dari berbagai upaya tersebut diatas belum menggembirakan.
AKI yang masih tinggi dengan penurunan lambat merupakan fenomena di banyak negara
berkembang. Situasi yang memperihatinkan ini mendorong kelahiran IMMPACT yang
merupakan akronim dari initiative for mortality programme assessment. IMMPACT merupakan
suatu inisiatif riset global dengan tujuan menemukan strategi penurunan kematian ibu yang
cocok dalam arti efektif dan kos-efektif berdasarkan bukti dengan konteks social budaya di
banyak negara berkembang, dan menilai kelayakan strategi dalam mendorong pemerataan dan
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Sejauh ini program IMMPACT telah dilakukan di tiga negara, yaitu: Ghana dan Burkina Faso di
Afrika, dan Indonesia. Di Indonesia program IMMPACT dilakukan di dua kabupaten yaitu di
Provinsi Banten, yaitu di Kabupaten Serang dan Kabupaten Padeglang. Penetapan kedua lokasi
ini dilakukan setelah dilakukan studi banding di 8 lokasi potensial meliputi Kabupaten
Tanggerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Brebes, dan
Kabupaten Pemalang. Pemilihan lokasi dilakukan atas pertimbangan, antara lain : variasi aspek
yang terkait dengan kesehatan ibu (geografis, pelayanan kesehatan, dan sosio demografi),
keberadaan program penyelamatan ibu dengan strategi making pregnancy safer (MPS) dan
program terkait lain, angka kematian dan keehatan yang belum optimal, kepemimpinan dan
komitmen kabupaten, akses dengan institusi penelitian, dan ketersediaan data.
Strategi program IMMPACT dimulai dengan pengembangan instrument sebagai alat evaluasi
strategi upaya penyelamatan ibu dan bayi baru lahir, mengidentifikasi upaya yang layak evaluasi,
penelitian evaluasi dan pada akhirnya penemuan strategi yang efektif dan kos-efektif dengan
konteks social budaya Indonesia. Program IMMPACT direncanakan akan berjalan selama 7
tahun. Sejak pencanangan bulan mei 2003, IMMPACT telah merancang dan menguji-cobakan
teknik pengumpulan data yang dibutuhkan untuk evaluasi strategi upaya penyelamatan ibu dan
bayi baru lahir di fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) dan di masyarakat.
Dalam menyambut Hari Kesehatan Dunia 2005 yang bertemakan ‘IBU SEHAT, ANAK SEHAT
SETIAP SAAT’, bekerja sama dengan sector kesehatan Kabupaten Serang, IMMPACT
menyelenggarakan seminar sehari pada tanggal 12 April 2005 untuk menyampaikan beberapa
hasil kegiatan IMMPAC. Seminar berlangsung di aula Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Serang dengan jumlah peserta 83 orang yang mewakili Dinas Kesehatan Provinsi Banten, semua
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Banten, semua puskesmas kecamatan dan rumah sakit di
Kabupaten Serang dan Kabupaten Padeglang, Kantor Statistik Kabupaten Serang dan Kabupaten
Padeglang, dan berbagai organisasi kemasyarakatan terkait. Seminar sehari ini membahas tiga
topic penyajian : (1) Mengukur angka kematian ibu melalui survey di rumah sakit dan
puskesmas, (2) Faktor penghambat dan pemudah pencatatan laporan kematian ibu oleh
masyarakat, dan (3) nyaris mati dan unmeet obstetric need sebagai indicator pelengkap program
penyelamatan ibu.
Dalam mengenalkan program IMMPACT, Prof. dr. Budi Utomo, MPH, Ph. D menyampaikan
beberapa isu yang menyangkut upaya penyelamatan ibu dan bayi baru lahir. Salah satu isu yang
penting adalah mulai tumbuhnya kesadaran perlunya penggunaan data dalam pengembangan
kebijakan, tetapi dalam banyak hal penggunaan data belum mmbudaya di lingkungan manajer
kesehatan. Banyak data dikumpulkan, tetapi sebagian besar tidak digunakan secara rutin. Lebih
dari itu, data yang dibutuhkan sering kurang tersedia. Isu penting lain yang disampaikan adalah
kecenderungan mengadopsi strategi yang mungkin efektif di negara lain tanpa kajian kritis, yaitu
menilai kesesuaian strategi tersebut dengan konteks Indonesia. Padahal kajian kritis ini
diperlukan untuk menghindari penghamburan sumber daya yang terbatas. Dalam hal ini
IMMPACT berupaya membantu mitra untuk pengambilan kebijakan.
Sementara AKI diperlukan untuk menilai keberhasilan upaya penyelamatan ibu, pengukuran
AKI di Indonesia bukan perkara mudah karena system pencatatan kelahiran dan kematian belum
berjalan dengan baik. Sampai saat ini AKI di Indonesia diperkirakan tidak langsung dari data
kelangsungan hidup saudara perempuan yang diperoleh melalui survey rumah tangga. Dalam
survey ini semua perempuan usia reproduksi di rumah tangga yang masuk survey dinyatakan
mengenai status hidup saudara-saudara perempuan mereka. Selanjutnya apabila sudah
meninggal, dinyatakan apakah meninggalnya saat hamil, bersalin, atau nifas. Cara ini mahal
karena memerlukan sampel rumah tangga yang tersebar di masyarakat. Dalam konteks ini, dr.
Nurul Qomariah M. Kes menyajian upaya IMMPACT untuk mencari metode pengukuran AKI
yang lebih murah dan lebih praktis disbanding metode pengukuran yang sekarang ini dilakukan.
Untuk mendapatkan data kelangsungan hidup saudara perempuan dari semua perempuan usia
reproduksi, IMMPACT melalui dr. Nurul mengajukan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit
danpuskesmas sebagai satu alternative tempat pengambilan sampel. Dengan pendekatan ini,
petugas pengumpul data tidak harus mengunjungi semua sampel rumah tangga yang letaknya
sangat tersebar di masyarakat. Sebagai uji-coba, IMMPACT menggunakan rumah sakit daerah
dan lima puskesmas terpilih di Kabupaten Serang dan Kabupaten Padeglang sebagai tempat
pengambilan sample perempuan usia reproduksi. Sebagai responden adalah perempuan usia
reproduksi pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan bukan pasien rawat inap. Uji coba
pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan (19 juli-agustus 2004) dengan jumlah responden
2.985 perempuan.
Hasil uji-coba menunjukan bahwa dari variable social ekonomi yang terkait dengan Angka
Kematian Ibu, pengunjung rumah sakit dan pengunjung puskesmas Serang Kota cenderung
berasal dari kelompok masyarakat dengan tingkat social-ekonomi yang lebih tinggi dibanding
masyarakat kebanyakan di Provinsi Banten. Namun demikian, pengunjung perempuan usia
reproduksi di empat puskesmas yang lain ternyata dari tingkat social ekonomi sebanding dengan
masyarakat kebanyakan di provinsi banten. Hasi uji coba menyimpulkan bahwa puskesmas-
puskesmas di kabupaten Serang dan Kabupaten Padeglang amat potensial sebagai tempat
pengambilan sampel survey perempuan usia reproduksi untuk mendapatkan data kelangsungan
hidup saudara perempuan, tidak saja pengunjung yang mewakili masyarakat kebanyakan, tetapi
juga jumlah pengunjung yang relatif banyak dan rendahnya angka penolakan pengunjung untuk
berpartisipasi dalam survei.
Fokus penelitian IMMPACT bukan hanya di fasilitas kesehatan melainkan juga di masyarakat.
Untuk mendapatkan mekanisme pelaporan dan pencacatan kematian yang lebih baik, IMMPACT
melalui Dra. Evi Martha, M.kes. melaporkan hasil penelitian kualitatif tentang faktor
penghambat dan pemudah pelaporan kem,atian oleh masyarakat di Desa Sentul,kecamatan
kragilan, kabupaten serang dan desa bulagor,kecamatan pagelaran, kabupaten pandeglang hasil
penilitian menunjukan bahwa selama ini anggota masyarakat umumnya sudah melaporkan
kematian yang terjadi dikeluarganya,namun tidak konsisten kepada siapa dengan cara bagaimana
kematian tersebut dilaporkan. Pihak yang menerima laporan kematian bervariasi dari satu tempat
ke tempat lain, mulai dari penjaga mesjid, kader, bidan, kedua RT, dukun bayi, dan tokoh
masyarakat sampai ke desa. Mereka yang menerima laporan kewmatian ini ternyata tidak
melaukan pencacatan tertulis secara sistematis.alasan mendapat bantuan, diumumkan ke anggota
masyarakat yang lain dan untuk mendapatkan surat keterangan. Sebagian besar masyrakat
ternyata melaporkan kematian ke mesjid. Ketidaktahuan dan kekurangan pedulian masyrakat dan
petugas merupakan penghambat. Sedangkan kebiasaan melapor kematian merupakan peluang
untuk melaporkan kematian oleh masyrakat.
IMMPACT melaui dr. Asri Adisassmita, MPH, ph.D menyajikan kemungkinan data nyaris mati
dan kebutuhan obstetrik yang tidak terpenuhi untuk penyelamata n ibu situasi gawat obstetrik
dan tindakan besar obstetrik merupakan peristiwa-peristiwa yang dekat dengan kematian ibu .ibu
nyaris mati diartikan sebagai ibu dengan komplikasi obstetrik yang mengancam jiwa yang
berhasil hidup karena faktor kebetulan atau karena perawatan yang baik.dari frekuensi
kejadian.jumlah nyaris mati lebih banyak dibanding dengan kematian sehingga nyaris mati
berpotensi digunakan sebagai indikator. Namun masalah yang masih dihadapi adalah
pengembangan kriteria yang cocok untuk menentukan apakah seseorang ibu dengan komplikasi
obstetrik yang bagaimana layak untuk dimasukkan dalam kategori nyaris mati.dalam konteks
yang setempat, kriteria nyaris mati sementara ini dikembangkan melalui data yang ada dan
diskusi panel ahli dalam rumah sakit yang bersangkutan.
Sedangkan konsep unmeet obstetric need merujuk kepada satu situasi komplikasi obstetrik tetapi
tidak mendapatkan pelayanan tindakan besar obstetrick.jadi unmeet obstetric need menunjukan
suatu kesenjangan antara kebutuhan tindakan pelayanan di satu pihak dan tindakan pelayanan di
pihak yang lain.
Salah satu upaya menangani kematian ibu hamil, departemen kesehatan republik indonesia
bekerjasama dengan WHO, UNICEF, dan UNDP. Sejak tahun 1990-1991 melaksanakna
kegiatan yang dikenal sebagai program safemotherhood. Dalam kegiatan tersebit dilakukan
intervensi yang disebut 4 pilar safemotherhood:
1.Keluarga berencana
2.Pelayanan antenatal
3.Persalinan yang aman
4.Pelayanana kebidanan esensial

C.FAKTOR RESIKO TERJADINYA MASALAH KESEHATAN


Faktor-faktor resiko untuk ibu hamil diklasifikasi:
1.Faktor-faktor reproduksi
a.Usia
b.Paritas
c.Kehamilan yang tak diinginkan
2.Faktor-faktor akibat komplikasi kehamilan
a.Perdarahan pada abortus spontan
b.Kehamilan ektopik
c.Perdarahan pada trimester 3 kehamilan
d.Perdarahan postpartum
e.Infeksi pada saat nifas
f.Gestosis
g.Distosia
h.Abortus propokatus
3. Faktor-faktor pelayanan kesehatan
a.Kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan maternal
b.Asuhan medis yang kurang baik
c.Kekurangan tenaga terlatih dan obat-obatan esensial
4.Faktor-faktor sosial budaya
a.Kemisikinan sehinnga tidak mampu membayar pelayanan yang baik
b.Ketidaktahuan
c.Kesuliatan transportasi
d.Status wanita yang rendah dan mersa rendah diri
e.Pantang makan tertentu saat hamil

Faktor-faktor resiko untuk balita adalah:


1.Peranan nutrisi yang kurang sehat karena :
a.Kemisikinan
b.Ketidak tahuan
2.Perilaku tidak sehat misalnya:
a.Tempat dan bahan permainan yang kotor dan berbahaya contoh:
1)Mandi di sungai yang kotor
2)Bermain diatas tanah tanpa alas kaki serta bermain tanah kotor atau bermain ditempat yang
kotor
3)bahan permainan yang tajam atau berbahaya, miisalnya permainan kendaraan, kapal mainan,
dan lain-lain secara tradisional dengan bahan yang tajam
4)bermain tanpa memperhatikan waktu dan kondisi udara yang panas terik.
5)membeli makanan dan kue dijalanan yang tidak higinis dan mengandung bahan berbahaya dan
beracun, (B-3)seperti dawet dan air mentah, minuman dengan pewarna yang mengandung bahan
berbahaya dan lain-lain
b.Membersihkan gigi tidak memperdulikan waktu dan cara bersikat gigi yang benar.
EPIDEMIOLOGI DAN PERANANNYA DI DALAM PEMECAHAN
MASALAH KESEHATAN DI MASYARAKAT

Dalam kehidupan masyarakat tidak lepas dari permasalahan kesehatan, baik itu yang nampak
mata ataupun kasat mata. Untuk membahas dan menyelesaikan permasalahan tersebut peran
epidemiologi dan provider kesehatan sangat penting.
Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi (wabah). Hal ini berarti
bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam
perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit tidak menular (non
infeksi), sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran
penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungan beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Epidemiologi mengkaji mengenai penyakit menular wabah, penyakit menular bukan wabah,
penyakit tidak menular dan masalah kesehatan lainnya. Dalam epidemiologi sering dijumpai
adanya epidemiologi deskriptif yang mengkaji mengenai peristiwa dan distribusi penyakit dan
epidemiologi analitik yang mencakup tentang faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi
penyakit.
Tujuan utama epidemiologi yaitu mendiagnosis masalah kesehatan masyarakat ; menentukan
riwayat alamiah dan etiologi penyakit ; menilai dan merencanakan pelayanan kesehatan. Namun
pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai adalah mencegah kejadian penyakit, mengurangi
dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia. Tujuan –tujuan tersebut dapat
dicapai dengan melakukan surveilans epidemiologi dan penelitian epidemiologi. Surveilans
epidemiologi meliputi kegiatan mengumpulkan data secara sistematis dan kontinu; pengolahan,
analisis dan interpretasi data sehingga menghasilkan informasi; penyebarluasan informasi; dan
penggunaan informasi tersebut untuk pemantauan, penilaian dan perencanaan program
kesehatan. Pada penelitian epidemiologi pun hampir sama dengan surveilans, hanya saja pada
penelitian epidemiologi pengumpulan datanya tidak dilakukan secara kontinu.
Epidemiologi terdiri atas beberapa elemen pendukung, antara lain (a) Frekuensi, yaitu besarnya
masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia/masyarakat. Untuk dapat
mengetahui frekuensi suatu masalah kesehatan ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu:
menemukan masalah kesehatan yang dimaksud dan melakukan pengukuran atas masalah
tersebut. (b) Penyebaran / Distribusi masalah kesehatan, yaitu menunjuk kepada pengelompokan
masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Seperti, menurut ciri-ciri manusia (man),
menurut tempat (place), dan menurut waktu (time). (c) Determinan yaitu faktor yang
mempengaruhi, berhubungan atau memberi risiko terhadap terjadinya penyakit / masalah
kesehatan. Dalam hal ini ada 3 langkah yang lazim dilakukan yaitu : merumuskan hipotesa
tentang penyebab, melakukan pengujian, dan menarik kesimpulan.
Dalam proses pembangunan kesehatan saat ini di butuhkan epidemiologi sebagai penyedia data
base untuk mengetahui besaran masalah kesehatan. Sebagaimana kita ketahui data dan informasi
sebagai produk kegiatan Surveilans epidemiologi, merupakan instrumen pendukung untuk
menentukan kebijakan, perencanaan dan penganggaran termasuk untuk pelaksanaan
pengendalian faktor risiko. Berdasarkan pengamatan kita sehari-hari, pencatatan dan pelaporan
yang mempunyai nilai strategis relatif belum optimal yang diakibatkan dari under recorded &
reported, tidak tepat waktu, tidak adekuat, termasuk umpan balik secara berjenjang dari Pusat –
Propinsi – Kab/Kota – Puskesmas tidak dilakukan secara baik dan tidak mempunyai mekanisme
reward dan punishment.
Saat ini status kesehatan di negara kita masih dalam taraf yang rendah, dengan semakin
mewabahnya penyakit menular, gizi buruk, dan lainnya. Dalam menghadapi tantangan tersebut
sangat dibutuhkan kapasitas epidemiologi yang memadai di Indonesia. Dalam hal ini termasuk,
kemampuan investigasi epidemiologi yang cukup, yang didukung oleh sistem pengumpulan data
dan informasi berbasis bukti yang kuat serta tindakan penanggulangan yang tepat guna dan tepat
waktu oleh masing-masing otoritas kesehatan. Untuk ini diperlukan SDM kesehatan dengan
kompetensi dan ketrampilan epidemiologi yang cukup disemua jenjang admisistrasi kesehatan
termasuk di fasilitas pelayan kesehatan (RS, Puskesmas, dll). Sejumlah tenaga yang bekerja
dalam tim epidemilogi untuk menggerakkan aksi kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
di provinsi sampai ke kabupaten / kota sangat dibutuhkan dibawah kepemimpian, bimbingan dan
supervisi tim epidemiologi nasional ditingkat pusat.
Dalam suatu perencanaan kesehatan, perlu untuk dipikirkan ketepatan strateginya. baik dalam
pelayanan promosi, preventif dan dari segi kuratif dan rehabilitatifnya. Semua orang yang
terlibat dalam perencanaan kesehatan seharusnya tahu apa yang dibutuhkan dan diinginkan
langsung oleh rakyat yang sebenarnya. Agar Teori dan kenyataan dilapangan dapat berjalan
sebagaimana seharusnya. Proses Perencanaan kesehatan tidak terlepas pada isu strategis. Dimana
terdapat beberapa komponen penting dalam mendukung terlaksananya program perencanaan
kesehatan. Maka epidemiologi memiliki peran strategis untuk menetapakan sebuah kebijakan
kesehatan yang termaktub dalam program-program kesehatan.
Epidemiologi dalam tataran pengatur kebijakan untuk melakukan suatu proses perencanaan
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan , yakni
1. Tersedianya dokumen sebagai penguat data bagi semua stake holder yang terlibat dalam dunia
kesehatan. Serta adanya telaah kebijakan, sosialisasi, monitoring, dan evaluasi bagi kebijakan
yang telah ditetapakan dalam bentuk perundang-undangan agar komitmen terhadap peningkatan
kesehatan dapat terwujud.
2. Mampu mempertajam analisis perencanaan kesehatan salah satunya dalam bentuk proses
tanya jawab pada stake holder yang terlibat dalam kesehatan.
3. Berpikirlah general atau makro untuk mendapatkan gambaran yang jelas terhadap
permasalahan yang kita hadapi, namun berpikir mikro dan detail tetap kita butuhkan. Kapasitas
dan kompetensi kita sebagai para profesional di bidangnya menuntut kita harus mampu
menangkap dan mendeteksi sekecil apapun potensi masalah dan mencarikan solusi
pemecahannya. Walaupun di dalam implementasinya kita harus bertindak strategis sesuai dengan
skala prioritas dan sumber daya yang dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai