Dermatitis Seboroik - Lapkas (Hampir Final)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS – KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN Dermatitis seboroik

DERMATITIS SEBOROIK

Jovini Prima Utami

Kepaniteraan Klinik FK UPH / Rumkital Marinir Cilandak

Jl. Raya Cilandak KKO, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu

Jakarta Selatan 12760

ABSTRAK

Latar Belakang : Dermatitis seboroik (DS) merupakan kelainan kulit dengan kondisi
inflamatorik dengan distribusi terutama di daerah yang kaya kelenjar sebasea. Lesi umumnya
simetris, dimulai di daerah yang berambut dan meluas meliputi kulit kepala, alis, lipat nasolabial,
belakang telinga, dada, aksila dan daerah lipatan kulit lainnya. Penyebab pasti dari dermatitis
seboroik tidak sepenuhnya diketahui. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dermatitis seboroik bisa terjadi pada bayi dan dewasa dan seringkali
dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (seborrhea) dari kulit kepala serta folikel yang
banyak mengandung kelenjar sebasea dari wajah. Kulit yang terkena biasanya berwarna merah
muda, terjadi pembengkakan, dan ditutup dengan skuama kuning-coklat. Penyakit ini gejala
klinisnya sangat bervariasi dari ringan sampai berat. Penatalaksanaan dermatitis seboroik
dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor predisposisi dan penggunaan obat topical pada
hamper semua kasus dermatitis seboroik.

Pada kasus, didapatkan seorang laki – laki berusia 42 tahun dengan keluhan gatal dan bercak
merah pada kedua sisi perut bawah, lipatan ketiak, dan punggung sejak 6 bulan yang lalu.
Kemudian pasien diberikan terapi berupa cetirizine 5 mg 1 kali per hari, dexametasone 0.1 mg 3
kali per hari, desoximetason salep 0.25% 2 kali sehari.

Kata kunci: dermatitis seboroik, diagnosis, terapi.

1
LAPORAN KASUS – KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN Dermatitis seboroik

ABSTRACT

Background: Seborrheic dermatitis is a skin disorder with an inflammatory condition with


tendency to distribute especially in areas lots of glands. The lesions are usually simetrical,
starting from areas rich in sebaceous glands then spreading to scalp, eyebrows, nasolabial folds,
behind the ears, chest, axial, and other skin folds. It can affect any age from puberty onwards.
The exact cause of seborrheic dermatitis is not known. Diagnosis is based on history taking and
physical examination. Symptoms may vary according to the severity of the illness. Treatment of
seborrheic dermatitis vary with different predisposing factors and topical medications used in
most cases.

A patient case study showed a 42-years-old man presented with complaints of itching and red
patches on both side of lower stomach, armpit, and back since 6 months ago. The patient were
treated with cetirizin 5 mg 3 times per day, dexametasone 0.1 mg 3 times per day,
Desoximetason ointment 0.25% 2 times per day.

Key words: seborrheic dermatitis, diagnosis, treatment.

PENDAHULUAN

Dermatitis seboroik (DS) merupakan dermatitis dengan distribusi terutama di daerah yang kaya
kelenjar sebasea. Lesi umumnya simetris, dimulai di daerah yang berambut dan meluas meliputi
skalp, alis, lipat nasolabial, belakang telinga, dada, aksila dan daerah lipatan kulit. Dermatitis
seboroik bisa terjadi pada bayi dan dewasa.

Penyebab pasti DS belum diketahui, walaupun banyak faktor dianggap berperan, termasuk faktor
hormonal, genetik dan lingkungan. Dermatitis seboroik mungkin disebabkan meningkatnya
status seboroika yaitu aktivitas kelenjar sebasea yang hiperaktif sehingga sekresi sebumnya
meningkat.

Selain itu, DS dianggap merupakan respons inflamasi terhadap organisme Pityrosporum ovale.
Penelitian menunjukan bahwa Pityrosporum ovale (Malassezia ovale), jamur lipofilik, dijumpai

2
LAPORAN KASUS – KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN Dermatitis seboroik

banyak pada penderita dermatitis seboroik. Pertumbuhan P. ovale yang berlebihan dapat
mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam
epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans.

Secara klinis dermatitis seboroik ditandai dengan eritema dan skuama yang berbatas relatif tegas.
Skuama dapat kering, halus berwarna putih (pitiriasis sika) sampai berminyak kekuningan
(pitiriasis steatoides) yang dapat disertai krusta-krusta yang tebal. DS dapat bersama-sama
dengan akne yang berat. Jika meluas dapat menjadi eritroderma, yang pada bayi disebut penyakit
Leiner.

Dermatitis seboroik dapat menjadi lebih parah pada penyakit Parkinson dan AIDS.

Gambar 1. Gambaran lesi dermatitis seboroik pada daerah alis dan dada yang kaya akan kelenjar sebasea

LAPORAN KASUS

Seorang pria berinisial E, berusia 42 tahun, karyawan perusahaan swasta, bertempat tinggal di
Cilandak, datang ke Poliklinik Kulit Rumah Sakit Marinir Cilandak dengan keluhan utama gatal
dan bercak-bercak merah pada daerah kanan dan kiri perut bawah, ketiak, dan punggung sejak
kurang lebih 6 bulan yang lalu. Keluhan awal adalah timbul rasa gatal di daerah perut kanan
bawah dan ditemukan bercak merah kecil berukuran biji jagung. Bercak tersebut kemudian
muncul di perut bagian kiri, lalu ke daerah ketiak kanan dan kiri. Ukuran bercak semakin
membesar menjadi sebesar uang koin dan telapak tangan. Pasien juga merasa lebih gatal ketika
bercak semakin membesar. Bercak terasa perih ketika pasien merasa kepanasan dan berkeringat,

3
LAPORAN KASUS – KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN Dermatitis seboroik

membaik jika dibiarkan atau tidak tersentuh. Pasien mengaku tidak pernah menggaruk daerah
yang gatal.

Sejak awal timbul gatal dan bercak, pasien mengoleskan salep dari warung dan tidak ada
perbaikan. Pasien sempat ke dokter dan diberikan obat ketokonazol yang juga tidak ada
perbaikan. Pasien mencoba memberikan bedak tabur herosin, tidak ada perbaikan. Pasien merasa
tidur dan pekerjaannya terganggu. Pasien mandi sehari 2 kali dengan menggunakan sabun
antiseptik yang diakui menambah kekeringan pada bercak tubuh. Pasien mengaku sering
berkeringat sehubungan dengan pekerjaan pasien.

Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya. Pasien tidak memiliki alergi makanan
dan obat. Pasien menyangkal riwayat hipertensi, diabetes, asma, dan lainnya.

Dari riwayat penyakit keluarga, tidak ada anggota keluarga pasien serumah maupun tidak
serumah yang mengalami hal yang sama dengan pasien. Riwayat sosio-ekonomi, pasien adalah
seorang karyawan perusahaan swasta, sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak baik, kesadaran compos mentis. Dari
pemeriksaan dermatologi ditemukan pada region umbilikus abdomen dekstra et sinistra, terdapat
lesi lentikular dan numular eritema, berbentuk bulat, sirkumsrip, tepi aktif, susunan, bilateral
simetris pada kedua sisi.

4
LAPORAN KASUS – KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN Dermatitis seboroik

Pada regio aksila dekstra et sinistra, terdapat lesi plakat eritema, berbentuk tidak teratur,
sirkumskrip, tepi aktif, bilateral pada kedua sisi, skuama kering halus pada region aksila dekstra.

5
LAPORAN KASUS – KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN Dermatitis seboroik

Diagnosis banding pasien adalah dermatitis seboroik dan dermatitis numularis. Pemeriksaan
penunjang tidak dilakukan. Diagnosis pasien adalah dermatitis seboroik berdasarkan hasil
pemeriksaan klinis. Terapi yang diberikan pada pasien adalah cetirizine 10 mg 1 kali per hari,
dexametasone 0.1 mg 3 kali per hari, desoximetasone salep 0.25% mg 2 kali per hari. Prognosis
pada pasien Tn. E kurang baik, dikarenakan dermatitis seboroik merupakan kasus yang sukar
disembuhkan, walaupun terkontrol, namun dapat dicegah dengan memperhatikan faktor
predisposisi. Anjuran yang disarankan pada pasien adalah memperhatikan faktor predisposisi,
seperti memakai baju terlalu ketat dan berkeringat, terpapar sinar matahari terlalu lama dan
kurang tidur. Pasien juga dianjurkan mandi dengan sabun biasa, bukan sabun antiseptik, taat
meminum obat dan salep yang diberikan.

PEMBAHASAN KASUS

Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit berupa papuloskuama yang kronis dengan
distribusi terutama di daerah yang kaya kelenjar sebasea. Dermatitis seboroik bisa terjadi pada
bayi dan dewasa dan seringkali dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (seborrhea).
Tempat predileksi biasanya pada daerah yang berambut karena banyak kelenjar sebasea.2,3,4

Penelitian lain menunjukan bahwa Pityrosporum ovale (Malassezia ovale), jamur lipofilik,
dijumpai banyak pada penderita dermatitis seboroik. Pertumbuhan P. ovale yang berlebihan
dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam
epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans.

Insiden lebih tinggi pada penderita AIDS, berupa DS berat, luas, dan sukar diobati.5

Secara klinis dermatitis seboroik ditandai dengan eritema dan skuama yang berbatas relatif tegas.
Skuama dapat kering, halus berwarna putih (pitiriasis sika) sampai berminyak kekuningan
(pitiriasis steatoides) yang dapat disertai krusta-krusta yang tebal. DS dapat bersama-sama
dengan akne yang berat. Jika meluas dapat menjadi eritroderma, yang pada bayi disebut penyakit
Leiner.1

6
LAPORAN KASUS – KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN Dermatitis seboroik

Gejala klinis dermatitis seboroik pada bayi usia 2 minggu hingga 10 minggu ada 3 bentuk, yaitu
cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata (penyakit Leiner). Kelainan
kulit dapat ditemukan pada kepala (daerah frontal dan parietal) yang disebut cradle cap, berupa
krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar kemerahan dan kurang/ tidak gatal.
Pada lokasi lain lesi tampak kemerahan atau merah kekuningan yang tertutup dengan skuama
berminyak, kurang/tidak gatal.

Gejala klinis pada dewasa (pada usia pubertas, rata-rata pada usia 18 – 40 tahun, juga dapat
ditemukan pada usia tua) berupa gatal. Pada area seboroik, berupa makula atau plakat,
kemerahan atau kekuningan dengan inflamasi, skuama, dan krusta tipis sampai tebal yang
bervariasi dari kering, basah, dan berminyak. Umumnya bersifat kronis dan mudah kambuh,
sering berkaitan dengan kelelahan, stress atau paparan sinar matahari.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik berupa gejala klinis
yang khas. Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis banding
yaitu pemeriksaan histopatologis, pemeriksaan KOH, dan pemeriksaan lampu Wood. Pada
pemeriksaan histopatologis, temuan pada dermatitis seboroik tidak spesifik. Hiperkeratosis,
akantosis, spongiosis fokal, parakeratosis dan merupakan karakteristik dermatitis seboroik. Pada
pemeriksaan KOH 10-20%. Pada DS dapat tampak spora/ blastokonidia, tidak ada hifa. Pada
pemeriksaan lampu Wood, akan tampak fluoresen negatif (warna violet). 4,5

Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan pada dermatitis seboroik juga dapat
dijumpai pada psoriasis, sehingga diagnosis terkadang sangat sulit untuk ditegakkan oleh karena
baik gambaran klinis maupun gambaran histologi dapat serupa. Psoriasis juga dapat ditemukan
pada kulit kepala, kadang disamakan dengan dermatitis seboroik, yang membedakan ialah
adanya skuama yang berlapis-lapis disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz. Perbedaan lainnya
adalah skauama lebih putih seperti mika.

Temuan dermatopatologik dermatitis seboroik tidak spesifik. Hiperkeratosis, akantosis,


spongiosis fokal, parakeratosis dan merupakan karakteristik dermatitis seboroik. Psoriasis dapat
dibedakan dari karakteristiknya berupa akantosis biasa, rete ridges yang menipis, eksositosis,
parakeratosis, dan tidak adanya spongiosis. Pada DS akan didapatkan gambaran spongiosis yang
lebih jelas. Neutrofil dapat terlihat di kedua penyakit.

7
LAPORAN KASUS – KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN Dermatitis seboroik

Diagnosis banding dapat ditegakkan berdasarkan keluhan, gejala klinis, tergantung pada lokasi
dan beratnya penyakit. Kondisi yang membingungkan atau mirip dengan dermatitis seboroik
adalah psoriasis, dermatitis atopik, dan tinea kapitis pada anak-anak.

Terapi pada dermatitis seboroik bertujuan agar sisik dan krusta bisa terlepas, menghambat
kolonisasi ragi, mengontrol infeksi sekunder, dan mengurangi eritema yang gatal. Pasien dewasa
harus diberi informasi tentang sifat kronis penyakit ini dan memahami bahwa tujuan terapi ini
hanya untuk mengendalikan penyakit bukan untuk menyembuhkan. 3,4

Tujuan utama dari terapi dermatitis seboroik adalah mengontrol gejala yang ditimbulkan, karena
pada saat ini, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Berbagai terapi yang
digunakan untuk dermatitis seboroik adalah menggunakan kortikosteroid ringan, antijamur,
imunomodulator, dan shampoo. Meskipun kortikosteroid ringan lebih efektif dalam mengontrol
gejala, namun penyakit ini bisa kambuh dengan cepat bila terapi steroid dihentikan. Karena
dermatitis seboroik adalah suatu penyakit yang kronis dan dapat kambuh.

Terapi dermatitis seboroik secara khusus meliputi terapi pada kulit kepala, wajah, badan, dan
obat sistemik. Terapi untuk skuama tebal pada kepala bayi diberikan dengan cara skuama dilepas
dengan sikat halus, lalu dilanjutkan dengan shampoo mengandung selenium sulfide 2.5% atau
pyrithion zinc 1-2% atau ketoconazole 2% yang diberikan setiap hari atau selang sehari. Untuk
skuama yang tebal dan difus dapat diberikan minyak mineral hangat/ olium ovarium dilanjutkan
dengan ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5%, dan kortikosteroid topikal misalnya krim
hidrokortison 1% 1-3 kali per hari. 1,3,4

Untuk terapi pada wajah krim ketoconazole 2% dapat diaplikasikan 2 kali sehari buka pada
sediaan langsung banyak ditemukan P. ovale. Krim hydrocortisone 1% dapat ditambahkan sehari
1-2 kali untuk menekan eritema dan gatal

Untuk terapi pada kulit kepala dan badan, dapat diberikan shampoo yang mengandung selenium
sulfide 2.5% atau mandi dengan sabun zinc. Dapat ditambahkan krim ketoconazole 2% dan/atau
krim, lotion, atau solution kortikosteroid 1-2x per hari. (misalnya hidrokortison krim 2.5%,
betametason valerat, desonide krim 0.05%). Karena bahan – bahan tersebut dapat mengeringkan
kulit, sebaiknya dioleskan pelembab setelah terapi.

8
LAPORAN KASUS – KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN Dermatitis seboroik

Terapi pada DS yang parah dapat diberikan obat sistemik berupa tablet kortikosteroid
(prednisone atau deksametason) dosis 20 - 30 mg sehari sampai keadaan membaik, lalu dosis
diturunkan secara bertahap. Tablet ketoconazole 200 mg dosis 1 tablet sehari 1 kali selama 3
minggu. Isotretinoin dapat digunakan untuk mengurangi aktivitas kelenjar sebasea, diberikan
dengan dosis 0.1 – 0.3 mg per kg berat badan per hari selama 4 minggu, kemudian diberikan
dosis pemeliharaan 5 – 10 mg per hari.1, 4,5:

Keratolitik yang banyak digunakan untuk mengobati dermatitis seboroik adalah tar, asam
salisilat, dan seng pyrithione shampoo. Pasien harus membasuh kulit kepala dengan shampoo
setidaknya selama lima menit untuk memastikan meresap ke kulit kepala. Pasien juga dapat
menggunakannya pada daerah lainnya seperti wajah dan badan. 3,5

Penanganan dermatitis seboroik yang lain meliputi penerangan mengenai sifat-sifat penyakit,
yaitu dapat ditekan tetapi tidak dapat sembuh total atau mudah kambuh. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah kebersihan, karena kebersihan berperan penting dalam mengontrol dermatitis
seboroik. Sering membersihkan dengan sabun akan mengangkat minyak dan memberi perbaikan
pada daerah yang terserang.

Diagnosis banding pada kasus ini adalah dermatitis numularis. Dermatitis numularis adalah
dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang koin atau agak lonjong, berbatas tegas, dengan
efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah. Umumnya kejadian
meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Penyebab dermatitis numularis tidak diketahui,
trauma fisis dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama bila terjadi di tangan, dapat pula pada
bekas cedera lama atau jaringan parut. Pederita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat
gatal. Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar dengan ukuran bervariasi.
Dermatitis numularis cenderung hilang timbul, ada yang terus menerus, dan bila terjadi
kekambuhan umumnya timbul pada tempat semula. Lesi dapat juga terjadi pada tempat yang
mengalami trauma. Lesi akut berupa vesikel kemudian membesar, lalu pecah dan terjadi
eksudasi, mongering dan menjadi krusta kekuningan. Penyembuhan dimulai dari tengah. Lesi
lama berupa likenifikasi dan skuama. 1

9
LAPORAN KASUS – KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN Dermatitis seboroik

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, A., 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
2. Plewig G. Seborrheic dermatitis. 1993. In Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM,
Austen KF. Dermatology in general medicine. Volume 1. Fourth edition. United States of
America : Mc Grow Hill: 1569-73
3. Graham-Brown, Robin, et al. 2005. Dermatitis Seboroik dalam buku Dermatologi: Lecture
Notes. Jakarta: Penerbit Erlangga.
4. Pohan, Saut Sahat, et al. 2005. Dermatitis Seboroik dalam buku Pedoman Diagnosis dan
Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketiga, Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo,
Surabaya.
5. Johnson Ba, Nunley JR. Treatment of Seborrheic Dermatitis. Am Fam Physician, 2000 ;
61.p.2703-10,2713-4.

10

Anda mungkin juga menyukai