Makalah
“Pendidikan menurut Al-Qur’an”
Oleh :
Hasan Mu’arif (2016121872)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga makalah yang
berjudul “Asbabun Nuzul” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, para sahabatnya,
keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi umat Islam, al-Qur’an berfungsi sebagai penuntun kehidupan menuju
jalan yang benar demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Kebahagiaan yang dimaksud dapat dicapai manakala umat Islam mendasarkan
segala aktifitasnya pada al-Qur’an (serta Hadits Nabi), baik aktivitas yang bersifat
vertikal maupun horisontal. Nabi Muhammad Saw. bersabda:
Artinya: “Saya telah meninggalkan dua pusaka padamu. Kamu tidak akan sesat
selama keduanya (dijadikan pedoman), yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan
sunnahku (al-Hadits)”
Karena al-Qur’an merupakan sebagai sumber ajaran dan sumber hukum
yang paling utama bagi aktifitas umat Islam, maka konsep pendidikan Islam pun
tidak terlepas dari al-Qur’an. Akan tetapi di dalam al-Qur’an tidak terdapat rincian
mengenai hakikat pendidikan, definisinya, proses dan tujuannya. Di dalam kitab
suci ini hanya terdapat pengertian yang dipandang mengandung makna
pendidikan, sehingga jika pengertian ini digali maknanya, maka diharapkan akan
ditemukan pula seluk beluk tentang pendidikan dalam perspektif al-Qur’an. Hal
inilah yang akan dibahas secara ringkas dan padat pada makalah kecil ini.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Konsep Pendidikan menurut Q.S Al-Alaq ayat 1-5?
2. Jelaskan Konsep Pendidikan menurut Q.S Al-Baqarah ayat 31-32?
3. Jelaskan Konsep Pendidikan menurut Q.S Al-Mujadalah ayat 11?
4. Jelaskan Konsep Pendidikan menurut Q.S Al-Ankabut ayat 19-20?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Konsep Pendidikan menurut Q.S. Al-Alaq ayat 1-5.
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
1. Penjelasan Surat Al-Alaq ayat 1-5
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Pada surat Al-Alaq ayat 1 hingga 5, proses belajar mengajar berlangsung
dari tuhan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui metode membaca (iqra`)
Tuhan (melalui Malaikat Jibril) ingin agar Nabi Muhammad SAW membacakan
1
Colle Said, Paradigma Pendidikan dalam Perspektif Surah Al-Alaq 1-5, Vol.13, No.1, (Makasar:
Hunafa, 2016) h.100
3
4
segala sesuatu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril. Para ulama tafsir melihat
bahwa kata kerja perintah membaca (fi’il amr) yakni kalimat iqra` (bacalah) pada
ayat pertama Al-alaq tersebut tidak ada objek atau maf`ul nya. Hal ini
menunjukkan bahwa yang dibaca itu mencakup berbagai hal yang amat luas,
yakni tidak hanya pembaca yang tersurat atau yang tertulis, melainkan termaksud
yang tersirat atau yang tidak tertulis. Adanya ayat-ayat Tuhan yang tertulis di
jagad raya, fenomena sosial, dan lainnya.
“Bacalah!” dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”. (Ayat
1). Dalam suku pertama saja, yaitu “bacalah”, telah terbuka kepentingan pertama
didalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi Muhammad SAW disuruh
membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu diatas nama Allah, Tuhan
yang telah mencipta. Yaitu “Menciptakan manusia daripada segumpal darah”
(Ayat 2). Yaitu peringkat yang kedua sesudah muthfah, yaitu segumpal air yang
telah berpadu dari mani si laki-laki dengan mani si perempuan, yang setelah 40
hari dari lamanya, air itu telah menjelma jadi segumpal darah, dan dari segumpal
dari itu kelak akan menjelma pula setelah melalui 40 hari, menjadi segumpal
daging (Mudgah).
Nabi bukanlah seorang yang pandai membaca. Beliau adalah ummi, yang
boleh diartikan buta huruf, tidak pandai menulis dan tidak pula pandai membaca
yang tertulis. Tetapi Jibril mendesaknya juga sampai tiga kali supaya dia
membaca. Meskipun dia tidak pandai menulis, namun ayat-ayat itu akan dibawa
langsung oleh Jibril kepadanya, di ajarkan, sehingga dia dapat menghapalnya
diluar kepala, dengan sebab itu akan dapatlah dia membacanya. Tuhan Allah yang
menciptakan semuanya. Rasul yang tak pandai menulis dan membaca itu akan
pandai kelak membaca ayat-ayat yang diturunkan kepadanya. Sehingga bilamana
wahyu-wahyu itu telah turun kelak, dia akan diberi nama Al-Qur`an dan Al-
Qur’an itupun artinya ialah bacaan. Seakan-akan Tuhan berfirman: “Bacalah, atas
qudratku dan iradatku”. Syaik Muhammad Abduh didalam Tafsir Juzu` `Amma-
nya menerangkan ; “Yaitu Allah yang Mahakuasa menjadikan manusia daripada
air mani, menjelma jadi darah segumpal, kemudian jadi manusia penuh, niscaya
kuasa pula menimbulkan kesanggupan membaca pada seorang yang selama ini
5
dikenal ummi, tak pandai membaca dan menulis. Maka jika kita selidiki isi hadits
yang menerangkan bahwa tiga kali Nabi disuruh membaca, tiga kali pula Jibril
memeluknya keras-keras, buat meyakinkan baginya bahwa sejak saat itu
kesanggupan membaca itu sudah ada padanya, apatah lagi dia adalah Al-Insan Al-
Kamil, manusia sempurna. Banyak lagi yang akan dibacanya dibelakang hari.
Yang penting harus diketahuinya ialah bahwa dasar segala yang akan dibacanya
itu kelak tidak lain ialah dengan nama Allah jua.
“Bacalah ! Dan Tuhan engkau itu adalah Maha Mulia”. (Ayat 3). Setelah
di ayat yang pertama beliau disuruh membaca diatas nama Allah yang
menciptakan insan dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruhnya membaca
diatas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran
hidup itu ialah Allah Yang Maha Mulia, maha dermawan, maha kasih dan sayang
kepada makhluk-Nya ; “Dia yang mengajarkan dengan qalam”. (Ayat 4). Itulah
keistimewaan Tuhan itu lagi itulah kemuliaannya yang tertinggi. Yaitu
diajarkannya kepada manusia berbagai ilmu, dibukanya berbagai rahasia,
diserahkannya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah, yaitu dengan
qalam. Dengan pena! Disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan
pula bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat di catat. Pena adalah beku dan
kaku, tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang
dapat difahamkan oleh manusia “Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu”.
(Ayat 5).
Maka didalam susunan kelima ayat ini, sebagai ayat mula-mula turun kita
menampak dengan kata-kata singkat Tuhan telah menerangkan asal usul kejadian
seluruh manusia yang semuanya sama, yaitu daripada segumpal darah, yang
berasal dari segumpal mani. Dan segumpal mani itu berasal dari saringan halus
makanan manusia yang diambil dari bumi. Yaitu dari hormon, calori, vitamin dan
berbagai zat yang lain, yang semua diambil dari bumi yang semuanya ada dalam
sayuran, buah-buahan makanan poko dan daging. Kemudian itu manusia
bertambah besar dan dewasa. Yang terpenting alat untuk menghubungkan dirinya
dengan manusia yang sekitarnya ialah kesanggupan berkata-kata dengan lidah,
6
sebagai sambungan dari apa yang terasa dalam hatinya. Kemudian bertambah juga
kecerdasannya, maka diberikan pulalah kepandaian menulis.2
Di samping itu, ayat 1-5 surah al-‘Alaq tersebut memberikan pemahaman
kepada manusia tentang materi pendidikan yang baik dan bermakna serta punya
pengaruh yang kuat dalam hati manusia. Artinya, materi pendidikan harus berisi
bahan-bahan pelajaran yang dapat menumbuhkan, mengarahkan, dan membina,
mendidik, serta mengembangkan potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah manusia
secara seimbang. Menurut al-Marāghi bahwa pengulangan kata اقرأpada ayat ke
tiga didasarkan pada alasan bahwa membaca itu tidak akan membekas dalam jiwa
kecuali dengan pengulangan atau pembiasaan.3
Yang mana ayat tersebut erat kaitannya dengan metode pendidikan,
sebagaimana halnya dijumpai pada metode iqra dalam dalam proses mempelajari
membaca Alquran.
2. Asbabun Nuzul Q.S Al-Alaq 1-5
Diriwayatkan dari ‘Aisyah (ummul mukminin), ia berkata: Maka
datanglah Malaikat Jibril, ia berkata:”Bacalah”. Rasulullah menjawab,”Aku tidak
dapat membaca”. Malaikat Jibril tersebut memegangku dan mendekapku hingga
aku merasa kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata,
“Bacalah”. Rasulullah menjawab,”Aku tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril
kembali memegangku dan mendekapku untuk yang kedua kalinya hingga aku
merasa kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata, “Bacalah”.
Rasulullah menjawab,”Aku tidak dapatmembaca”. Malaikat Jibril kembali
memegangku dan mendekapku untuk yang ketiga kalinya hingga aku merasa
kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata,”Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia.4
2
Siti Nurul Hasanah, http://sitinurulhasanah06.blogspot.co.id/2016/03/konsep-pendidikan-islam-
dalam-al-quran.html
3
Colle Said, Op Cit h. 104
4
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir jilid 8 (terj:M. Abdul Ghoffar EM, dkk), (Pustaka Imam Asy-
Syafi’i, 2005) h.504
7
5
Nida Aini, http://nidaaini.blogspot.co.id/2013/06/surat-al-baqarah-ayat-31-32.html
9
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
1. Penjelasan Q.S Al-Mujadalah ayat 11
Surah Al-Mujadalah ayat 11 ini memberikan gambaran tentang perintah
bagi setiap manusia untuk menjaga adab sopan santun dalam suatu majlis
pertemuan dan adab sopan santun terhadap Rasulullah Saw.6
a. Pada zaman dahulu para sahabat berlomba-lomba mencari tempat duduk yang
dekat dengan Rasulullah saw agar mereka mudah mendengar perkataan
Rosulullah yang disampaikan kepada mereka.
b. Anjuran untuk memberikan tempat kepada orang yang baru datang sehingga
menimbulkan rasa persahabatan antar sesama yang hadir.
c. Sesungguhnya apabila tiap-tiap orang yang memberikan kelapangan kepada
hamba Allah dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka Allah akan
memberi kelapangan pula kepadanya di dunia dan akhirat.
Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang berbunyi:
6
Sholeh, Pendidikan dalam Al-qur’an (Konsep Ta’lim Surah Al-Mujadalah ayat 11), Vol.1, No.1
(Riau: Jurnal Al-Thariqah, 2016) h. 208
10
Artinya: Allah selalu menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya.
(H.R. Muslim dari Abu Hurairah)
Jika dipelajari maksud ayat diatas, ada suatu ketetapan yang ditentukan
ayat ini, yaitu agar orang-orang yang menghadiri suatu majelis baik yang datang
pada waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh
persaudaraan dan saling bertenggang rasa. Bagi yang lebih dahulu datang,
hendaklah memenuhi tempat dimuka, sehingga orang yang datang terlambat tidak
perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah lebih dahulu hadir. Bagi
orang yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya,
seperti tidak mendapat tempat duduk. Pada akhir ayat ini juga menjelaskan bahwa
orang-orang yang memiliki derajat yang paling tinggi disisi Allah ialah orang
yang beriman dan berilmu serta mengamalkan ilmu tersebut sesuai yang
diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Allah juga menegaskan bahwa Dia Maha
Mengetahui semua yang dilakukan manusia, sehingga Dia akan memberikan
balasan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya.
Apabila ayat diatas dikaitkan dengan judul makalah ini yakni tentang alat
pendidikan, maka dapat ditarik titik temu yakni bahwa secara tersirat Q.S Al-
Mujadalah ayat 11 tersebut menjelaskan mengenai macam-macam alat pendidikan
materiil yakni tentang pengaturan tempat duduk, hal ini terlihat dalam ayat yang
menjelaskan supaya kita berlapang-lapang dalam suatu majelis. Memang
pengaturan tempat duduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan peserta didik, tetapi dengan pengaturan tempat duduk yang baik dan
benar setidaknya dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga
memudahkan peserta didik untuk menyerap materi yang disampaikan oleh
pendidik.7
2. Asbabun Nuzul Q.S Al-Mujadalah ayat 11
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muqotil bahwa ayat ini turun pada hari
jumat. Ketika itu, melihat beberapa sahabat yang dulunya mengikuti perang badar
dari kalangan muhajirin maupun anshor. Diantaranya Tsabit ibn Qais mereka telah
7
Siti Nurul Hasanah, http://sitinurulhasanah06.blogspot.co.id/2016/03/konsep-pendidikan-islam-
dalam-al-quran.html
11
didahului orang dalam hal tempat duduk. Lalu merekapun berdiri dihadapan
rasulullah saw kemudian mereka mengucapakan salam dan Rasullullah menjawab
salam mereka, kemudian mereka menyalami orang-orang dan orang-orang pun
menjawab salam mereka. mereka berdiri menunggu untuk diberi kelapangan,
tetapi mereka tidak diberi kelapangan. Rasullullah merasa berat hati kemudian
beliau mengatakan kepada orang-orang disekitar beliau ,”berdirilah engkau wahai
fulan, berdirilah engkau wahai fulan”. Merekapun tampak berat dan ketidak
enakan beliau tampak oleh mereka. kemudian orang-orang itu berkata, “demi
Allah swt, dia tidak adil kepada mereka. orang-orang itu telah mengambil tempat
duduk mereka dan ingin berdekat dengan Rasulullah saw tetapi dia menyuruh
mereka berdiri dan menyuruh duduk orang-orang yang datang terlambat.8
)19( َّللاِ يَ ِسير َ ََّللاُ ْالخ َْلقَ ث ُ َّم يُ ِعيدُهُ إِ َّن ذَ ِلك
َّ علَى َّ ئ َ أ َ َولَ ْم يَ َر ْوا َكي
ُ ْف يُ ْب ِد
8
Ida Sadiah, http://idasadiahnew.blogspot.co.id/
12
Panorama semesta dan fenomena-fenomena yang selalu ada dan pernah hilang
dari pandangan manusia. Namun keseriusannya telah hilang karena perasaan
sudah biasa melihatnya dan juga karena sering terulang. Oleh karena itu Al-
Qur’an mengembalikan perhatian mereka kepada keagungan dan tanda-tanda
kekuasaan Allah yang sangat mengagumkan itu.Yaitu melalui dalil-dalil, serta
bukti wujud yang dapat dilihat dan dirasakan oleh perasaan.
Ayat 20 menjelaskan tentang manusia bukan sekedar disuruh untuk
melakukan perjalanan di muka bumi tanpa ada arah dan tujuan. Karena pada ayat
tersebut, di samping terdapat perintah “berjalanlah”, terdapat pula perintah lain
“perhatikanlah”. Dengan demikian, perjalanan tersebut bisa jadi merupakan
dorongan kepada umat Islam agar melakukan perjalanan ilmiah guna melakukan
penelitian yang akan semakin mempertebal keyakinannya, sekaligus sebagai bukti
nyata bagi mereka yang menolak ajaran Al-Qur’an.9
Dari ayat tersebut di atas dapat dipahami, manusia memiliki potensi yang
diberikan oleh sang Pencipta yang kegunaannya sungguh luar biasa yaitu akal
pikiran. Dengan akal pikiran yang dibekali oleh Allah SWT, manusia dapat
berpikir dan mengetahui apa-apa saja yang ada di dunia ini sebagai jembatan ia
menuju kepada Rabbnya. Manusia diciptakan untuk bergerak bukan malah
menjadi statis atau tidak bergerak. Bergerak disini maksudnya ialah mencari ilmu
pengetahuan (pendidikan) dan melakukan perjalanan agar menemukan banyak
pengalaman dan pelajaran yang berharga.
Sehingga kita dapat membuka mata kita lebar-lebar dan memperluas
cakrawala berpikir kita untuk melihat akan segala ciptaan-Nya yang berada
disekeliling kita, agar kita dapat memahami bahwa seluruh yang ada di dunia ini
tidak ada yang bersifat kekal atau abadi, karena semuanya akan musnah dan
hancur seiring dengan berjalannya waktu. Dan semua akan kembali kepadaNya
sang Maha Perkasa yang telah menciptakannya, karena sesungguhnya hanya
Allah azza wajalla lah yang kekal lagi abadi.10
9
Riska Atina, http://datakampussaya.blogspot.co.id/2013/11/surat-al-ankabut-ayat-19-20.html
10
Aulia Lukman, http://aulialukman74.blogspot.co.id/2016/06/tafsir-tarbawi-ii.html
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pada Q.S Al-Alaq ayat 1-5, proses belajar mengajar berlangsung dari tuhan
kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui metode membaca (iqra`) Tuhan
(melalui Malaikat Jibril) ingin agar Nabi Muhammad SAW membacakan
segala sesuatu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril.
2. Pada Q.S Al-Baqarah ayat 31-32 dapat disimpulkan bahwa setiap manusia
memiliki ilmu pengetahuan dan kemampuan akal atau daya pikir, inilah yang
membedakan antara manusia dan malaikat. Untuk memperoleh ilmu tersebut
maka diperlukanlah yang namanya pendidikan.
3. Surah Al-Mujadalah ayat 11 ini memberikan gambaran tentang perintah bagi
setiap manusia untuk menjaga adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan
dan adab sopan santun terhadap Rasulullah Saw.
4. Pada Q.S Al-Ankabut ayat 19-20, menjelasakan bahwa manusia diciptakan
untuk bergerak bukan malah menjadi statis atau tidak bergerak. Bergerak disini
maksudnya ialah mencari ilmu pengetahuan (pendidikan) dan melakukan
perjalanan agar menemukan banyak pengalaman dan pelajaran yang berharga
B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini bisa dijadikan salah satu referensi
sebagai suatu pengetahuan kepada pembaca sekalian utamanya penyusun, semoga
dengan adanya makalah ini bias member manfaat bagi kita semua.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Katsir, Ibnu (2005) Tafsir Ibnu Katsir jilid 8 (terj:M. Abdul Ghoffar EM, dkk),
Pustaka Imam Asy-Syafi’i
Said, Colle (2016) Paradigma Pendidikan dalam Perspektif Surah Al-Alaq 1-5
Vol.13, No.1 Makasar: Hunafa
Sholeh (2016) Pendidikan dalam Al-qur’an (Konsep Ta’lim Surah Al-Mujadalah
ayat 11) Vol.1, No.1Riau: Jurnal Al-Thariqah
Aini, Nida (2013) http://nidaaini.blogspot.co.id/2013/06/surat-al-baqarah-ayat-
31-32.html
Atina, Riska (2013) http://datakampussaya.blogspot.co.id/2013/11/surat-al-
ankabut-ayat-19-20.html
Hasanah, Siti Nurul (2016) http://sitinurulhasanah06.blogspot.co.id/2016/03
/konsep-pendidikan-islam-dalam-al-quran.html
Lukman, Aulia (2016) http://aulialukman74.blogspot.co.id/2016/06/tafsir-
tarbawi-ii.html
Sadiah,Ida (TT) http://idasadiahnew.blogspot.co.id/