Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DESKRIPSI PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KOTA


FASILITAS RUANG TERBUKA HIJAU

DOSEN PEMBIMBING:
Endang Mulyani

DISUSUN OLEH:
M. Irvan Kurnia
D 1091141004

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
1.3 Tujuan dan Sasaran...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN DAN URAIAN.................................................................................................3
2.1 Fungsi Infrastruktur Kota.................................................................................................................3
2.2 Peran Infrastruktur Kota...................................................................................................................6
2.3 Distribusi Layanan............................................................................................................................6
2.4 Permasalahan yang Dihadapi...........................................................................................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................................7
3.2 Saran....................................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................8

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone, 1974 Dalam
Kodoatie,R.J.,2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh
agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik,
pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-
tujuan sosial dan ekonomi. Jadi infrastruktur merupakan sistem fisik yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.Infrastruktur dibagi
menjadi tujuh fasilitas pelayanan antara lain fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan,
peribadatan, kebudayaan, rekreasi, dan ruang terbuka hijau.
Dari tujuh fasilitas pelayanan tersebut, ruang terbuka hijau adalah salah satu fasilitas
yang penting bagi kelangsungan kota. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Salah satu peran ruang
terbuka hijau yaitu menciptakan kenyamanan, kesehatan, dan keindahan lingkungan bagi
publik, di mana publik bisa bersantai dan piknik bersama keluarga.
Berdasarkan pemaparan di atas dan melalui makalah ini, kami berniat untuk
menemukan permasalahan apa yang masih melanda pembangunan ruang terbuka hijau di Kota
Pontianak, khususnya di Kecamatan Pontianak Tenggara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa fungsi infrastruktur ruang terbuka hijau?
2. Apa peran infrastruktur ruang terbuka hijau?
3. Bagaimana distribusi pelayanannya?
4. Apa permasalahan yang dihadapi?
1.3 Tujuan dan Sasaran
1. Untuk mengetahui fungsi infrastruktur ruang terbuka hijau.
2. Untuk mengetahui peran infrastruktur ruang terbuka hijau.
3. Untuk mengetahui distribusi pelayanan infrastruktur ruang terbuka hijau.
4. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau


a. Fungsi Ekologi
RTH perkotaan merupakan suatu lingkungan yang keberadaannya sangat penting,
fungsinya tidak dapat digantikan dengan unsur lain karena sifatnya yang alami. Oleh
karena itu RTH pada suatu kota diartikan sebagai suatu lingkungan alami yang
menunjukkan adanya interaksi antar mahluk hidup di dalamnya. Mahluk hidup terdiri dari
tumbuh-tum buhan, hewan, dan manusia sedangkan lingkungan adalah sejumlah unsur-
unsur dan kekuatan-kekuatan di luar organisma yang mempengaruhi kehidupan
organisma. RTH secara ekologi berfungsi mewadahi hubungan organisma-organisma atau
kelompok organisma.
Sesuai Inmendagri No. 14 Tahun 1988, RTH di perkotaan berfungsi untuk meningkatkan
mutu lingkungan hidup perkotaan. Selain itu juga sebagai pengaman sarana lingkungan
perkotaan dan menciptakan keserasian antara lingkungan alam dan binaan yang bermanfaat
untuk masyarakat. Secara garis besar fungsi RTH di perkotaan antara lain; (1) ameliorasi
iklim, (2) konservasi tanah dan air, (3) rekayasa lingkungan, dan (4) sebagai habitat satwa.
Keberadaan RTH dapat menciptakan iklim mikro yang nyaman ba gi manusia melalui
pengendalian suhu, cahaya, kelembaban, dan aliran udara. Bersama vegetasi lain tanaman
menguapkan uap air melalui proses evapotranspirasi. Oleh karena itu suhu di bawah tegakan
pohon menjadi rendah dibandingkan di luar tegakan pohon. Selain itu daun-daun dapat
memantulkan sinar matahari yang keefektifannya tergantung dari kepadatan daun, bentuk
daun, dan pola percabangan. Pohon yang tumbuh tersendiri dapat mentranspirasikan 4000 liter
air per hari bila air tanah cukup tersedia (Grey & Deneke, 1986). Selanjutnya dijelaskan bahwa
pohon dengan tajuk yang lebar dan terletak berdekatan dengan dinding dapat menurunkan
suhu sampai 280F. Fungsi RTH sebagai pelindung terhadap angin direpresentasi oleh
kemampuan vegetasi menahan kecepatan angin 75-85%. Tanaman mengatur angin dengan
menghalangi, menyalurkan, membelokkan dan menyaring, pengaruhnya tergantung dari
ukuran daun, jenis daun, kepadatan daun, bentuk tajuk, ketahanan serta penempatan tanaman.
Forman dan Godron (1986) mengemukakan bahwa kerapatan vegetasi berpengaruh terhadap
kecepatan angin, semakin rapat semakin menghambat kecepatan dibandingkan dengan
vegetasi yang longgar. Vegetasi dapat mengubah aliran udara di atas la han dan di sekeliling
bangunan. Penempatan dekat bangunan harus selektif karena dapat menghalangi aliran udara
ke dalam bangunan. Fungsi RTH dalam mengendalikan curah hujan dan kelembaban; vegetasi
tampak sebagai peran menahan butir-butir air hujan dengan intersepsi dan memperlambat
kecepatan jatuhnya air

3
hujan sehingga mengurangi kekuatan hempasan terhadap butir -butir tanah. Dengan
demikian daya infiltrasi tanah meningkat, aliran permukaan berkurang dan erosi menjadi
kecil. Keefektifan pengendalian ini tergantung pada tipe tanah, kandungan bahan organik
tanah, topografi, tipe dan intensitas curah hujan serta susunan vegetasi penutup.
Pada umumnya lahan di perkotaan banyak yang tidak tertutup oleh vegetasi dan
banyak dipergunakan sebagai lahan terbangun dan ditutup oleh perkerasan, sehingga
peresapan air ke dalam tanah menjadi terganggu. Salah satu fungsi RTH di perkotaan
adalah untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dengan meningkatkan peresapan air
melalui vegetasi dan disimpan di dalamm tanah berupa air tanah, kemudian dipergunakan
kembali sehingga terjadi siklus hidrologi. Akar tanaman mampu menjerap air dan
melepaskan secara perlahan melalui proses transpirasi, selain itu bulu-bulu akar dapat
menahan mineral tanah dan bahan organik hasil pelapukan (Forman & Godron 1986).
Beberapa proses yang berhubungan dengan fungsi RTH dalam rekayasa lingkungan
meliputi: (a) pengendalian erosi dan aliran permukaan (erotion and surface flow), (b)
aliran bawah peremukaan (sub surface flow), (c) mengatasi penggenangan, (d) mengatasi
intruisi air laut, (e) pengendalian air limbah, (f) pengelolaan sampah, (g) penangkal
kebisingan, (h) mengurangi pencemaran udara, dan (i) pengendalian cahaya.
RTH perkotaan dapat menyediakan habitat satwa. Salah satu satwa yang umumnya
terdapat pada kawasan RTH kota adalah burung. Burung membutuhkan tanaman sebagai
tempat bersarang atau mencari makan. E kosistem perkotaan dapat menyediakan tempat
hinggap, ini merupakan suatu faktor yang mempengaruhi keanekaan habitat di lingkungan
perkotaan (Emlen 1974). Menurut Pakpahan (1993) kehadiran burung di perkotaan selain
mempunyai nilai keindahan, dapat menimbulkan rasa senang dan nyaman bagi manusia.
Selain itu burung dapat dijadikan tolak ukur kualitas lingkungan.
Keberadaan RTH di wilayah studi sebagai fungsi ekologis sangat penting. Berdasarkan
uraian di atas banyak kawasan-kawasan yang ada di Pontianak mengalami perubahan fungsi
sebagai konsekuensi perkembangan kota, misalnya kawasan kebun campuran menjadi
permukiman, kawasan konservasi menjadi lahan pertanian, parit/saluran ditutup menjadi
tempat pedagang. Untuk itu perlu dilakukan upaya pengendalian dan pengembangan sebagai
penyeimbang antara lain dengan mengendalikan proporsi antara kawasan yang terbangun dan
kawasan RTH, sesuai dengan fungsi wilayah.
b. Fungsi Ekonomi
RTH dapat memberikan fungsi ekonomi kepada masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung berupa produk pertanian yang dihasilkan yang
dapat dijual, secara tidak langsung misalnya pemanfaatan kawasan sebagai objek wisata
masyarakat. Potensi sumber daya alam sebagai asset kota dapat dijadikan paket ekowisata
(hutan kota sebagai hutan tropis, hutan mangrove), dan pemukiman masyarakat lokal tepi

4
sungai sebagai water front culture tourism, apabila kawasan tersebut dikelola dengan baik
akan memberikan pendapatan kepada daerah (Savage & Kong 2003).
c. Fungsi Sosial
Ruang terbuka yang tersedia pada suatu kawasan perkotaan merupakan salah satu
sarana bagi masyarakat untuk meningkatkan interaksi sosial baik diantara warga kota,
maupun kepada lingkungan sekitarnya (Grey & Deneke 1986). Keberadaan RTH dapat
dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, tempat berkumpul, sarana rekreasi, dan tempat
ibadah pada waktu-waktu tertentu. Pada bentuk-bentuk yang lain, RTH dapat bermanfaat
sebagai pelengkap keindahan, sarana pengaman, pengarah pengguna jalan dan sebagai
identitas suatu kota. Tersedianya kawasan hijau, merupakan salah satu aspek yang penting
dalam rangka pembangunan nilai-nilai sosial suatu kota (Nagtegaal & Nas 2000).
Fungsi sosial RTH yang lain diantaranya sebagai wadah Pendidikan masyarakat
terhadap permasalahan lingkungan serta solusi pemecahannya melalui berbagai forum
yang berkaitan dengan isu konservasi lingkungan. RTH dapat merupakan motivasi
penggerak pembangunan dengan merubah melalui regulasi dan pengawasan peran serta
masyarakat dalam proses pembangunan. Keberhasilan Kota Singapura menjadi kota taman
melalui program penghijauan “Clean and Green Week ” yang dicanangkan pada tahun
1990. Program ini melibatkan sekolah, organisasi masyarakat, dan kelompok bisnis. Hal
tersebut menunjukkan ada nya dorongan moral masyarakat untuk membangun kota
(RTH), yang selanjutnya akan dimanfaatkan secara bersama (Savage & Kong 2003).
d. Fungsi Budaya
Penanaman pohon menjadikan budaya tanggap terhadap pengelolaan lingkungan
(Savage & Kong 2003). Adanya variasi baik secara individual maupun kolektif akan
memberikan fungsi arsitektural, serta bagian dari perkembangan sejarah kota (Nagtegaal
& Nas 2000). Fungsi RTH dalam meningkatkan identitas lingkungan kota akan terwujud
apabila RTH yang dikembangkan mampu membangkitkan kesan yang mendalam bagi
warga kota akan ciri khas suatu kawasan atau unit administrasi tertentu (Nurisyah 1997).
Kawasan RTH di wilayah studi yang mencerminkan budaya belum dikembangkan secara
optimal. Di kawasan studi terdapat banyak jenis tanaman lokal yang memberikan ciri khas
yang memiliki nilai budaya yang dapat digunakan sebagai elemen lanskap, misalnya tanaman
putat (Barringtonia sp) sebagai barisan pagar tepi sungai (barau hidup), tanaman hanjuang
(Cord yline sp), pinang (Areca pinata ), sirih (Piper betel) sebagai elemen adat budaya
melayu, dan tanaman bambu (Bambusa vulgaris) dalam ritual etnis cina.

5
2.2 Peran Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau
Infrastruktur ruang terbuka hijau memiliki peranan sebagai berikut:
a. Menciptakan kenyamanan, kesehatan dan keindahan lingkungan sebagai paru-paru kota.
b. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat kota
c. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, dan buah
d. Sebagai tempat tumbuh tumbuhan dan hidup satwa.
e. Berfungsi sebagai area resapan air untuk mengurangi aliran air, menangkap dan
menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah untuk menjamin kesuburan tanah serta
sebagai area sirkulasi udara perkotaan.
f. Sebagai tempat sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi perkotaan dari pernyataan
para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa dengan adanya RTH di perkotaan dapat
dikatakan sangat penting karena manusia memerlukan tempat-tempat yang nyaman, aman,
dan indah. Pentingnya RTH terhadap manusia yaitu agar manusia memiliki tempat untuk
berkumpul atau bersosialisasi

2.3 Distribusi Pelayanan


Distribusi pelayanan ruang terbuka hijau di Kecamatan Pontianak Tenggara khusus
nya di Taman Digulis dan Taman Ahmad Yani Untan sudah cukup baik jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Banyak perubahan yang telah dilakukan pemerintah kota
demi menciptakan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Namun untuk penyebaran ruang
terbuka hijau dibeberapa lokasi selain di Taman Digulis dan Taman Ahmad Yani Untan belum
maksimal karena lahan yang tersedia untuk pembuatan ruang terbuka hijau hampir tidak
tersedia.

2.4 Permasalahan yang dihadapi


Masih belum maksimalnya ruang terbuka hijau serta semakin sulit nya menemukan
lahan yang untuk dijadikan ruang terbuka hijau menjadi masalah utama yang dihadapi oleh
Kecamatan Pontianak Tenggara saat ini. Selama ini kita hanya mengenal Taman Digulis dan
Taman Ahmad Yani Untan serta taman-taman yang berada di dekat Taman Digulis dan Taman
Ahmad Yani Untan sebagai ruang terbuka hijau yang paling sering di kunjungi. Permasalahan
ini bisa timbul karena banyak lahan di Kota Pontianak ini sudah dibangun oleh gedung-
gedung tanpa menyisakan lahan-lahan yang akan digunakan untuk membangun ruang terbuka
hijau dimana publik bisa piknik dan bermain bersama keluarga. Ini sangat perlu diperhatikan
karena mengingat pemerintah menargetkan ruang terbuka hijau untuk kota pontianak sebanyak
30% dari total luas wilayah.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau juga memiliki banyak fungsi
seperti fungsi ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya. Namun untuk mencapai fungsi dan peran
yang maksimal di Kecamatan Pontianak Tenggara tidaklah mudah. Banyak permasalahan
yang harus dituntaskan terleih dahulu, seperti di Kecamatan Pontianak Tenggara mengalami
kurangnya lahan untuk pembangunan ruang terbuka hijau.
3.2 Saran
Melihat adanya permasalahan yang timbul berkenaan dengan ruang terbuka hijau,
tentunya membutuhkan beberapa saran yang sekiranya bisa diterapkan di Kecamatan
Pontianak Tenggara. Seperti di lokasi-lokasi tertentu dapat menyisihkan beberapa persen dari
total lokasi tersebut untuk dijadikan ruang terbuka hijau yang bisa ditanami dengan tumbuhan
serta pepohonan yang rindang. Hal ini sangat perlu dilakukan mengingat kondisi Kota
Pontianak khususnya Kecamatan Pontianak Tenggara yang semakin panas.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/9538

http://humas.pontianakkota.go.id/berita-236-pemkot-jadikan-30-kota-pontianak-sebagai-ruang-
terbuka-hijau.html

http://pontianak.tribunnews.com/2017/02/23/pemkot-pontianak-awasi-depelover-soal-penyediaan-
rth

http://borneoclimatechange.org/berita-883-ketersediaan-lahan-untuk-kota-terbuka-hijau-di-
pontianak-minim.html

http://www.pontianakpost.co.id/rth-belum-maksimal

http://www.radarplanologi.com/2015/10/apa-itu-infrastruktur.html

Anda mungkin juga menyukai