Pengaruh penggunaan obat anti nyeri(OAINS) secara rutin terhadap nyeri uluhati, yaitu:1,2
NSAIDs dapat meyebabkan efek samping khususnya pada saluran cerna
menyebabkan dispepsia, perdarahan, perforasi dgn kelainan struktural berupa erosi, perdarahan subepitel dan ulserasi. Efek samping OAINS pada saluran cerna tidak terbatas pada lambung. Efek samping pada lambung memang paling sering terjadi. Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan asam asetilsalisilat (acethyl salicylic acid = ASA) merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan dalam berbagai keperluan, seperti anti piretik, anti inflamasi, analgetik, anti trombotik dan komprevensikan kerkolorektal. Pemakain OAINS/ASA secara kronik dan regular dapat menyebabkan terjadinya resiko pendarahan gastrointestinal 3 kali lipat dibanding yang bukan pemakai. Pada usia lanjut, penggunaan OAINS/ASA dapat meningkatkan angka kematian akibat terjadinya komplikasi berupa pendarahan atau perforasi dari tukak. Pemakaian OAINS/ASA bukan hanya dapat menyebabkan kerusakan structural pada gastroduodenal, tetapi juga pada usus halus dan usus besar berupa inflamasi, ulserasi atau perforasi.
OAINS merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme yakni: topikal dans
istemik. Kerusakan mukosa secara topikal terjadi karena OAINS bersifat asam dan lipofilik, sehingga mempermudah trapping ion hydrogen masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan. Efek sistemik OAINS tampaknya lebih penting yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat produksi prostaglandin menurun, OAINS secra bermakna menekan prostaglandin. Seperti diketahui prostaglandin merupakan substansi sitoprotektif yang amat penting bagi mukosa lambung. Efek sitoproteksi itu dilakukan dengan cara menjaga aliran drah mukosa, meningkatkan epithelial defense Aliran darah mukosa yang menurun menimbulkan adhesi netrolit pada endothel pembuluh darah mukosa dan memacu lebih jauh proses immunologis. Radikal bebas dan protease yang dilepaskan akibat proses immunologis tersebut akan merusak mukosa lambung.
PATHOGENESIS
Terjadinya kerusakan mukosa lambung terutama gastroduodenal penggunaan
OAINS/ASA adalah akibat efek toksik/iritasi langsung pada mukosa yang memerangkap OAINS/ASA yang bersifat asam sehingga terjadi kerusakan epitel dalam berbagai tingkat, namun yang paling utama adalah efek OAINS/ASA yang menghambat kerja dari enzim siklooksigenase (COX) pada asam arakidonat sehingga menekan produksi prostaglandin/prostasiklin. Seperti diketahui, prostaglandin endogen sangat berperan / berfungsi dalam memelihara keutuhan mukosa dengan mengatur aliran darah mukosa, proliferasisel-selepitel, sekresi mucus dan bikarbonat, mengatur fungsi immunosit mukosa serta sekresi basal asam lambung.
Sampai saat ini dikenal 2 jenis enzim siklooksegenase (COX) yaitu COX-1 dan COX-2:
A. COX-1 ditemukan terutama dalam gastrointestinal, juga dalam ginjal, endotelin,
otak, dan trombosit; dan berperan penting dalam pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat, COX-1 merupakan house-keeping dalam saluran cerna gastrointestinal. B. COX-2 ditemukan dalam otak dan ginjal, yang juga bertanggungjawab dalam respon inflamasi/injury. Kerusakan mukosa akibat hambatan produksi prostaglandin pada penggunaan OAINS/ASA melalui 4 tahap, yaitu: menurunnya sekresi mucus dan bikarbonat, terganggunya sekresi asam dan proliferasisel-selmukosa, berkurangny aaliran darah mukosa dan kerusakan mikrovaskular yang diperberat oleh kerjasama platelet dan mekanisme koagulasi. Endothel vascular secara terus-menerus menghasilkan vasodilator prostaglandin E dan I, yang apabila terjadi gangguan atauhambatan (COX-1) akan timbul vasokontriksi sehingga aliran darah menurun yang menyebabkan nekrose epitel. Hambatan COX-2 menyebabkan peningkatan perlekatan leukosit PMN pada endothel vascular gastroduodenal dan mesenterik, dimulai dengan pelepasan protease, radikal bebas oksigen sehingga memperberat kerusakan epitel dan endothel. Perlekatan leukosit PMN menimbulkan statis mikrovaskular, iskemia, dan berakhir dengan kerusakan mukosa/tukak peptic. Titik sentral kerusakan mukosa gastroduodenal pada penggunaan OAINS/ASA berada pada kerusakan mikrovaskular yang merupakan kerjasama antara COX-1 dan COX-2. Beberapa factor resiko memudahkan terjadinya tukak duodenum / tukak peptik pada penggunaan OAINS adalah: a) Umur tua (> 60 tahun) b) Riwayat tentang adanya tukak peptik sebelumnya c) Dyspepsia kronik d) Intoleransi terhadap penggunaan OAINS sebelumnya e) Jenis, dosis, dan lamanya penggunaan OAINS f) Penggunaan secara bersamaan dengan kortikosteroid, antikoagulan, dan penggunaan 2 jenis OAINS bersamaan g) Penyakit penyerta lainnya yang diderita oleh pemakai OAINS.
1. Ilmu Penyakit Dalam edisi V, Jilid I.
2. Setiabudi R. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI. 2004.