Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Munasabah

Munasabah secara bahasa berasal dari kata ‫ب‬ َ َ ‫نا‬-َُ‫يُنَا ِسب‬-َ‫ ُمنَا َس َبة‬yang berarti dekat,
ََ ‫س‬
َ ‫ ْال ُمنَا‬sama artinya dengan ‫ار َبة‬
serupa, mirip, dan rapat. ‫س َبة‬ َ َ‫ ال ُمق‬yakni mendekatkannya dan
menyesuaikannya. Annasib juga berarti ar-rabith, yakni ikatan, pertalian, hubungan.

Secara istilah, munasabah berarti hubungan atau keterkaitan dan keserasian antara
ayat-ayat Al-Qur’an.َ Ibnuَ Arabi,َ sebagaimanaَ dikutipَ olehَ imamَ As-Sayuti, mendefiisikan
munasabah itu kepada keterkaitan ayat-ayat Al-Qur’anَantaraَsebagiannyaَ denganَsebagianَ
yang lain, sehingga ia terlihat sebagai suatu ungkapan yang rapid an sistematis. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa munasabah adalah suatu ilmu yang membahas tentang
keterkaitan atau keserasian ayat-ayat Al-Qur’anَantarَsatuَdenganَyangَlain.

Menurut az-zarkasyi:munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami. Tatkala


dihadapkan pada akal, pasti akal itu akan menerimannya.

Menurutَ Manna’al-Qaththan:”munasabahَ adalahَ sisiَ keterkaitanَ antaraَ beberapaَ


ungkapan dalam satu ayat atau antarayat pada beberapa ayat, antar surat (di dalam al-qur’an).

Menurut al-Biqa’i:َ munasabahَ adalahَ suatuَ ilmuَ yangَ mencobaَ mengetahuiَ alasan-
alasan di balik susunan atau urutan bagian-bagian Al-qur’an,َbaikَayatَdenganَayatَatauَsurat
dengan surat

Cara Mengetahui Munasabah


 Harus diperhatikan tujuan suatu pembahasan suatu surat yang menjadi objek
pencarian.
 Memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat.
 Menentukan tingkatan uraian-uraian itu, apakah ada hubungannya atau tidak.
 Dalam mengambil kesimpulannya, hendaknya memperhatikan ungkapan-ungkapan
bahasannya dengan benar dan tidak berlebihan.

Macam Macam Munasabah


Ditinjau dari sifatnya, munasabah terbagi menjadi dua yaitu: Zhahir Irtibath
(penyesuaian yang nyata) dan Khafy Irtibath (persesuaian yang tidak nyata)

Zhahir Irtibath : Munasabah yang terjadi karena bagian al-Qur’anَ yangَ satuَ denganَ yangَ
lain nampak jelas dan kuat disebabkan kuatnya kaitan kalimat yang satu dengan yang lain.

Khafy Irtibath : Munasabah yang terjadi karena antara bagian-bagian al-Qur’anَ tidakَ adaَ
kesesuaian, sehingga tidak tampak adanya hubungan di antara keduanya, misalnya hubungan
antar ayat 189 dan ayat 190 surat Al-Baqarah:
َۡ ُ‫س ۡٱلبِرۡ ۡبِأَنۡتَأتُواْ ۡٱلبُي‬
ۡ‫وت‬ َ ‫جِ ۡ َولَي‬ۡ ‫ۡوٱل َح‬َۡ ‫اس‬ َ ‫۞يَسۡلُون ََك ۡ َع ِن ۡٱۡل َ ِهلَّ ِۡة ۡقُل ۡ ِه‬
ِ َّ‫ي ۡ َم َۡوقِيتُ ۡ ِللن‬
َۡۡ‫ٱّللَ ۡلَعَلَّ ُكم ۡتُف ِل ُحون‬ َۡ ‫وت ۡ ِمن ۡأَب َوبِ َه ۚا‬
َّۡ ۡ ْ‫ۡوٱتَّقُوۡا‬ َۡ ُ‫َاۡولَ ِك َّن ۡٱلبِ َّۡر ۡ َم ِن ۡٱتَّقَىۡ ۡ َوأتُواْ ۡٱلبُي‬
َ ‫وره‬ ُ ۡ‫ِمن‬
ِ ‫ظ ُه‬
ۡ١٨٩
ۡ ۡ١٩٠َۡۡ‫ٱّللَۡ ََلۡيُ ِحبۡٱل ُمعتَدِين‬ َّۡ ۡ‫ۡو ََلۡتَعتَد ُٓو ۚاْۡ ِإ َّن‬
َ ‫ٱّللِۡٱلَّذِينَۡۡيُقَتِلُونَ ُكم‬ َ ۡ‫َوقَتِلُوۡاْۡفِي‬
َّۡ ۡ‫س ِبي ِل‬

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-
tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang
bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah
agar kamu beruntung. (189)

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu
melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas. (190).

Ayat 189 di atas bulan sabit (hilal), tanggal untuk tanda waktu dan untuk jadwal
ibadah haji. Sedangkan ayat 190 menjelaskan perintah menyerang kepada orang-orang yang
menyerang umat islam. Padahal kalaulah dicermati dapat diketahui munasabahnya, yaitu
pada waktu haji umat islam dilarang berperang. Kecuali kalau diserang musuh, maka dalam
kondisi demikian mereka boleh bahkan perlu melakukan balasan.

Adapun munasabah ditinjau dari segi materinya, terbagi menjadi dua bagian yaitu:
munasabah (hubungan) antar ayat dengan ayat dan munasabah (hubungan) antar surat dengan
surat.

Dua pokok hubungan itu terperinci sebagai berikut:

Hubungan ayat dengan ayat meliputi:

Hubungan Kalimat dengan Kalimat dalam Ayat.

Hubungan antara ayat dengan ayat itu tidak selalu ada pada semua ayat Al-Qur’an.َ
Ayat yang satu dengan ayat yang lain adakalnya muncul secara jelas menunjukkan hubungan
kalimat satu dengan yang lainnya. Hubungan itu memberikan kejelasan satu sama lain
tentang maksud keseluruhan ayat.

Namun ada juga hubungan yang tidak jelas. Kandungan makna suatu ayat menjadi
kabur karena kaitan kalimat satu denagan kalimat lain tidak dipahamkan secara utuh.
Munasabah ayat dengan ayat dalam setiap surat menambah keyakinan para mufasir
bahwa ikatan antara suatu ayat dengan ayat lain memang erat. Oleh karena itu, hubungan
tersebut juga mendukung keyakinan tentang adanya kaitan ayat dengan sebab turunnya.

Hubungan antara ayat dengan ayat Al-Qur’anَ terbagiَ dalamَ duaَ macam,َ pertama,َ
hubungan yang sudah jelas antara kalimat terdahulu dengan kalimat kemudian, atau akhir
kalimat dengan awal kalimat berikutnya, atau masalah yang terdahulu dengan masalah yang
dibahah kemudian.

Hubungan yang belum jelas antara ayat dengan ayat atau kalimat dengan kalimat.

Hal tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:

Hubungan yang ditandai dengan huruf ‘athaf

Munasabahَ denganَ menggunakanَ wawَ ‘athafَ iniَ biasanyaَ menghubungkanَ duaَ halَ
yang berlawanan, seperti masuk dan keluar, turun dan naik, langit dan bumi, rahmat dan azab
dan lain sebagainya.

Seperti yang terlihatَdalamَSurahَSaba’ayatَ2:

َ ‫س َما ٓ ِۡء ۡ َو َماۡيَۡع ُر ُج ۡفِي َه ۚا‬


ۡ‫ۡو ُه َو‬ ِ ‫نز ُل‬
َّ ‫ۡمنَ ۡٱل‬ ِ َ‫اۡو َماۡي‬
َ ‫ۡمن َه‬ ۡ ِ ‫يَعلَ ُۡم ۡ َماۡيَ ِل ُج ۡفِيۡٱۡلَر‬
ِ ‫ض ۡ َو َماۡيَخ ُر ُج‬
ُۡ ُ‫ٱلر ِحي ُۡمۡٱلغَف‬
ۡ٢ۡ‫ور‬ َّ
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang
turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi
Maha Pengampun.

ۡ ِ ‫ َماۡيَ ِل ُجۡفِيۡٱۡلَر‬seolah-olah tidak berhubungan dengan ungkapan


Ungkapan ۡ‫ضۡ َو َماۡيَخ ُر ُج‬

‫س َما ٓ ِۡء ۡ َو َما ۡيَع ُر ُج ۡفِي َها‬ ِ ‫نز ُل‬


َّ ‫ۡمنَ ۡٱل‬ ِ َ‫ َو َما ۡي‬sebab yang pertama berbicara tentang sesuatu yang masuk dan
keluar dari bumi sedangkan yang terakhir berbicara tentang sesuatu yang turun dari langit.
Akan tetapi, kedua ungkapan itu masih berhubungan dan saling terkait antara satu dengan
yang lainnya. Sebab focus pembicaraannya masalah ilmu tuhan. Dia mengetahui apa saja
yang terjadi di langit dan di bumi, kedua ungkapan itu membicarakan topic yang sama yaitu
ilmu Allah.

Contoh yang lain, yaitu terdapat pada surah Al-Ghasyiyah, ayat 17-20

ِۡ ‫ۡ َوإِلَىۡٱل ِجبَا‬١٨ۡ‫ۡرفِعَت‬
ۡ‫ل‬ ُ ‫ف‬ َّ ‫ۡۡ َوإِلَىۡٱل‬١٧ۡ‫فۡ ُخ ِلقَت‬
َ ‫س َما ٓ ِۡءۡ َكي‬ َ ‫لۡ َكي‬ ِ ۡ‫ظ ُرونَ ۡإِلَى‬
ِۡ ِ‫ٱۡلب‬ ۡ َ َ‫أَف‬
ُ ‫لۡيَن‬
ۡ٢٠ۡ‫س ِط َحت‬ ُ ۡ‫ف‬ ۡ ِ ‫ۡۡ َوإِلَىۡٱۡلَر‬١٩ۡ‫صبَت‬
َ ‫ضۡ َكي‬ ِ ُ ‫فۡن‬
َ ‫َكي‬
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan. Dan langit,
bagaimana ditinggikan. Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan. Dan bumi, bagaimana
dihamparkan.
Jika diperhatikan, ayat-ayat tersebut sepertinya tidak terkait satu dengan yang lain,
padahal hakekatnya saling berkaitan erat. Penyebutan dan penggunaan kata unta, langit,
gunung, dan bumi pada ayat-ayat tersebut berkaitan erat dengan kebiasaan yang berlaku di
kalangan lawan bicara yang tinggal di padang pasir, di mana kehidupan mereka sangat
tergantung pada ternak (unta), namun keadaan tersebut tak kan bisa berlangsung kecuali
dengan adanya air yang diturunkan dari langit untuk menumbuhkan rumput-rumput di mana
mereka mengembala, dan mereka memerlukan gunung-gunung dan bukit-bukit untuk
berlindung dan berteduh, serta mencari rerumputan dan air dengan cara berpindah-pindah di
atas hamparan bumi yang luas.

Hubungan yang tidak memakai huruf ‘athaf

Munasabahَ yangَ tidakَ memakaiَ hurufَ ‘athafَ sandarannyaَ adalahَ qorinah


ma’nawiyah.َsehinggaَmembutuhkanَpenyokongَsebagaiَbuktiَketerkaitanَayat-ayat, berupa
pertalian secara maknawai. Dalam hal ini terdapat beberapa bentuk yaitu:

At-Tanzhir (‫)التنظير‬, yaitu hubungan yang mencerminkan perbandingan,atau membandingkan


dua hal yang sebanding.

Misalnya ayat 4 dan 5 surat Al-anfal:

ٌ ‫كۡ ُه ُمۡٱل ُمؤ ِمنُونَۡۡ َح ّٗق ۚاۡلَّ ُهمۡدَ َر َج‬ ٓ


ۡ‫ۡ َك َمۡا ٓۡأَخ َر َج َك‬٤ۡ‫يم‬ٞ ‫قۡ َك ِر‬ٞ ‫ۡو ِرز‬
َ ‫ة‬ٞ ‫ۡو َمغ ِف َر‬
َ ‫ۡر ِب ِهم‬
َ َ‫تۡ ِعند‬ َۡ ِ‫أ ُ ْولَئ‬
ِ ‫قۡ َو ِإ َّنۡفَ ِر ّٗيق‬
ۡ٥ۡ َ‫اۡمنَ ۡٱل ُمؤ ِمنِينَۡۡلَ َۡك ِر ُهون‬ ِۡ ‫ۡم ۢنۡبَيتِ َكِۡۡبٱل َح‬
ِ ‫َرب َك‬
Huruf al-kaf (‫ ) َك‬pada ayat lima berfungsi sebagai pengingat dan sifat bagi fi’il yang
tersembunyi (‫) لعف رمضم‬.Hubungan itu tampak dari jiwa itu. Maksud ayat itu, Allah
menyuruh untuk mengerjakan urusan harta rampasan, seperti yang kalian lakukan pada
perang badar meskipun kaummu membenci cara demikian itu. Allah SWT menurunkan ayat
ini agar kaum Nabi Muhammad SAW mengingat nikmat yang telah diberikan Allah dengan
diutusnya Rasul dari kalangan mereka (surat Al-Baqarah(2):151) : ‫ ٓ اَمَك اَنۡلَس ۡ َرأ ۡمُكيِف اٗلوُسَر ۡمُكن ِم‬sebagai
mana juga kaummu membencimu (Rasul) ketika engkau mengajak mereka keluar dari rumah
untuk berjihad. Hubungan ini terjadi dengan ayat yang jauh sebelumnyah

Al-Istithrad (‫)اإلسطراد‬, artinya peralihan kepada penjelasan lain.

Misalnya, pada surat Al-A’rafَayatَ26:


ۡ‫ۚرۡذَ ِل َك‬ٞ ‫اسۡٱلتَّق َوىۡۡذَ ِل َكۡخَي‬
ُ َ‫ۡو ِلب‬
َ ‫يشا‬ َ ‫سو َءتِ ُكم‬
ّٗ ‫ۡو ِر‬ ّٗ َ‫يۡ َءادَ َمۡقَدۡأَنزَ لنَاۡ َعلَي ُكمۡ ِلب‬
َ ۡ‫اساۡيُ َو ِري‬ ۡٓ ِ‫يَبَن‬
ۡ٢٦ۡ َ‫ٱّللِۡلَعَلَّ ُهمۡيَذَّ َّك ُرون‬
َّۡ ِۡ‫ِمنۡ َءايَت‬
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat.

Pada ayat tersebut membahas tentang pakaian takwa lebih baik. Allah menyebutkan
pakaian itu untuk menginagatkan manusia bahwa pakaian penutup aurat itu lebih baik.
Pakaian berfungsi sebagai alat untuk memperbagus apa yang Allah ciptakan. Pakaian
merupakan penutup aurat dan kebejatan karena membuka aurat adalah hal yang jelek dan
bejat. Sedangkan penutup aurat adalah pintu takwa.

Al-Mudhodah (‫ )المضادة‬artinya berlawanan, misalnya:

َ ْۡ‫نۡٱلَّذِينَۡۡ َكفَ ُروا‬


ۡ٦ۡ َ‫س َوآ ٌءۡ َعلَي ِهمۡ َءأَنذَرت َ ُهمۡأَمۡلَمۡتُن ِۡذر ُهم ََۡلۡيُؤ ِمنُون‬ َّۡ ‫ِإ‬
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak
kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.

Ayat ini menerangkan watak orang kafir yang pembangkang, keras kepala tidak
percaya kepada kitab-kitab Allah. Sedangkan pada ayat sebelumnya Allah menerangkan
watak orang mukmin sangat berlawanan dengan watak orang kafir. Watak orang-orang
mukmin adalah memiliki kepercayaan yang kuat. Dia percaya adanya yang ghaib,
melaksanakan shalat, memiliki sifat kebersamaan yaitu tidak senang jika melihat saudaranya
kesulitan, baik dalam bidang materi maupun yang lainnya, lalu diambilkan sebagian dari apa
yang dimiliki dan diinfakkan kepada yang memerlukan, dan percaya akan adanya kitab-kitab
Allah sebelum Al-Qur’an,َapalagiَAl-Qur’an.َMukminَyakinَadanyaَ(kehidupanَ)َakhirat.

Ayat tersebut berbunyi:

ۡٓ‫ ۡ َوٱلَّذِينَۡ ۡيُؤ ِمنُونَ ۡ ِب َما‬٣ۡ َ‫اۡرزَ قنَ ُهم ۡيُن ِفقُون‬
َ ‫صلَو ۡة َۡ َو ِم َّم‬ ِۡ ‫ٱلَّذِينَۡ ۡيُؤ ِمنُونَ ِۡۡبٱلغَي‬
َّ ‫ب ۡ َويُ ِقي ُمونَ ۡٱل‬
ۡ٤ۡ َ‫ۡوِۡبٱۡل ٓ ِخ َرةِۡۡ ُهمۡيُوقِنُون‬َ ‫نز َلۡ ِمنۡقَب ِل َك‬ ِ ُ ‫ۡو َمآۡأ‬ ِ ُ‫أ‬
َ ‫نز َلۡ ِإلَي َك‬
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,

dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat.

Hubungan Ayat dengan Ayat dalam Satu Surat


Munasabah dalam bentuk ini secara jelas dapat dilihat dalam surah-surah pendek.
Misalnya surah Al-Ikhlas yang berbunyi:

ۡ٤ُۡ‫ۡۡ َولَمۡيَ ُكنۡلَّ ۡهۥُۡ ُكفُ ًواۡأ َ َح ۢد‬٣ۡ‫ۡولَمۡيُولَد‬


َ ‫ۡۡلَمۡيَ ِلد‬٢ُۡ‫ص َم ۡد‬ َّۡ ۡۡ١ٌۡ‫ٱّللُۡأ َ َحد‬
َّ ‫ٱّللُۡٱل‬ َّۡ ۡ‫قُلۡۡ ُه َو‬
Masing-masing ayat dalam surat tersebut saling menguatkan, thema pokoknya, yaitu tentang
keesaan tuhan.

Contoh lain dari model ini dapat dilihat dalam Surah Al-Baqarah ayat 255 dan ayat 256 yang
berbunyi:

ۡ‫ت ۡ َو َما ۡ ِفي‬ ِۡ ‫س َم َو‬ َ ‫َة‬ٞ ‫َل ۡ ِإلَهَ ۡإِ ََّل ۡ ُه َو ۡٱل َحيۡ ۡٱلقَيو ۚ ُۡم ۡ ََل ۡتَأ ُخذُۡهۥُ ۡ ِسن‬
َّ ‫ۚم ۡلَّ ۡهۥُ ۡ َما ۡ ِفي ۡٱل‬ٞ ‫ۡو ََل ۡنَو‬ ٓ َ ۡ ُ‫ٱّلل‬
َّۡ
َۡۡ‫طون‬ ُ ‫ۡو ََلۡۡيُ ِحي‬ َ ‫ۡو َماۡخَلفَ ُهم‬ َ ‫ضۡ َمنۡذَاۡٱلَّ ِۡذيۡيَشفَ ُعۡ ِعندَ ٓهۡۥُۡ ِإ ََّلۡ ِبإِذ ِن ۚ ِهۡۦۡ َيعلَ ُمۡ َماۡ َبينَ ۡأَيدِي ِهم‬ ۡ ِ ‫ٱۡلَر‬
َ ‫ظ ُه َم ۚا‬
ۡ‫ۡو ُه َو‬ َۡ ‫تۡ َۡوٱۡلَر‬
ُ ‫ضۡ َو ََلۡ َيۡودُۡهۥُۡ ِحف‬ َّ ‫ۡو ِس َعۡ ُكر ِسيهُۡٱل‬
ِۡ ‫س َم َو‬ َ ۡ‫ۡمنۡ ِعل ِم ِ ٓهۡۦۡ ِإ ََّلۡ ِب َما‬
َ ‫شا ٓ ۚ َء‬ ِ ‫ِبشَي ٖء‬
٢٥٥ۡ‫ٱل َع ِليۡۡٱل َۡع ِظي ُۡم‬
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa
yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Ayat berikutnya berbunyi:

َّۡ ‫ت ۡ َويُؤ ِم ۢن ِۡۡب‬


ِۡ‫ٱّللِ ۡفَقَد‬ َّ ‫َي ِ ۡفَ َمن ۡ َيكفُر ِۡۡب‬
ِۡ ‫ٱلطغُو‬ ۡۚ ‫ِين ۡقَد ۡتَّبَيَّنَ ۡٱلرش ۡد ُ ۡ ِمنَ ۡٱلغ‬ ۡٓ َ
ِۡ ‫َل ۡ ِإك َراهَ ۡ ِفي ۡٱلد‬
ۡ٢٥٦ۡ‫س ِمي ٌعۡ َع ِلي ٌم‬
َ ُۡ‫ٱّلل‬ َۡ ‫امۡلَ َۡها‬
َّۡ ‫ۡو‬ َ ‫كِۡۡبٱلعُر َو ِۡةۡٱل ُوثقَىۡۡ ََلۡٱن ِف‬
َۡ ‫ص‬ َ ‫ٱستَم‬
َۡ ‫س‬
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat…..

Dengan disebutkannya keesaan Allah secara sempurna (dalam ayat 255), maka selanjutnya
dalam ayat 156 ditegaskan bahwa tidak perlu adanya paksaan dalam memeluk agama untuk
memepercayai adanya Allah.

Hubungan Penutup (‫فاصلة‬-‫ )فواصل‬Ayat dengan Isi Kandungan Ayat

Munasabah ini dapat bertujuan sebagai:

Tamkin
Tamkin artinya memperkokoh atau mempertegas pertanyaan. Fashilah dalam suatu ayat
memperkokoh pertanyaan yang tersebut dalam kandungan ayat itu. Arti fashilah di sini
berkaitan langsung dengan apa yang dimaksud ayat itu bila tidak ada hubugan ini kandungan
ayat itu tidak akan memberi arti yang lengkap boleh jadi mengelirukan.

Contoh pada surat Al-Ahzab ayat 25:

ۡ‫ٱّللُۡقَ ِويًّا‬ َۡ ۚ ‫ٱّللُۡٱل ُمؤ ِم ِنينَۡۡٱل ِقتَا‬


َّۡ ۡ َ‫لۡ َو َكان‬ َ ‫ٱّللُۡٱلَّذِينَۡۡ َكفَ ُرواْۡبِغَي ِظ ِهمۡلَمۡ َينَالُواْۡخَي ّٗر ۚا‬
َّۡ ۡ‫ۡو َكفَى‬ َّۡ َّۡ‫َو َر ۡد‬
ۡ٢٥ۡ‫َع ِز ّٗيزا‬
Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka penuh kejengkelan,
(lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan orang-orang
mukmin dari peperangan. dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.

Dari ayat ini dipahami bahwa Tuhan menghindarkan orang mukmin dari perang
disebabkan kelemahan mereka (orang-orang kafir), karena angin kencang atau malaikat yang
dikirim Allah. Pemahaman yang kurang lurus ini diluruskan dengan fhasilah artinya Allah
berkuasa memisahkan antara dua golongan dalam perang tersebut (dalam perang badar).
Kejadian ini menguatkan orang-orang beriman agar mereka merasa bahwa orang-orang
mukmin lah yang menang.

Al- Ighal

Al-Ighal adalah tambahan keterangan terhadap kandungan ayat yang sudah ada
sebelumfashilah (akhir ayat Al-Qur’an). Sekalipun tidak ada fashilahtersebut, maksud ayat
sudah lengkap.

Misalnya pada surat Al-Maidah ayat 50

ۡ ۡ٥٠ۡ َ‫اۡلقَو ٖمۡيُوقِنُون‬


ِ ‫ٱّللِۡ ُحك ّٗم‬ َ ‫ۡو َمنۡأَح‬
ِ ‫س ُن‬
َّۡ ۡ َ‫ۡمن‬ ۚ ُ‫أَفَ ُحك َۡمۡٱل َج ِه ِليَّ ِۡةۡيَبغ‬
َ َ‫ون‬
kalimat wa man ahsanu minallahi hukman sudah merupakan kalimat sempurna. Akan tetapi,
ada persesuaian fashilah-nya dengan kalimat sebelumnya lalu ditambah dengan liqoumii
yuuqiinu QS. An-Naml: 80

ۡ٨٠ۡ َ‫اۡولَّواْۡ ُمدبِ ِرين‬


َ َ‫كۡ ََلۡتُس ِم ُعۡٱل َموتَىۡۡ َو ََلۡتُس ِم ُعۡٱلص َّۡمۡٱلد َعا ٓ َۡءۡإِذ‬
َۡ َّ‫إِن‬
Makna kalimat ini telah lengkap sampai ke ‫الدُّ َعاء‬, lalu ditambahkan seterusnya Idza walau
mudbiriin untuk menyempurnakan hubungan dengan Fashilah ayat sebelumnya.

Hubungan Surat dengan Surat Meliputi:

Hubungan antara nama-nama surat

Misalnya surat al-Mu’minun,َdilanjutkanَdenganَsuratَan-Nur, lalu diteruskan dengan


surat al-Furqon. Adapun korelasi nama surat tersebut adalah orang-orangَmu’minَberadaَdiَ
bawah cahaya (nur) yang menerangi mereka, sehingga mereka mampu membedakan yanghaq
dan yang bathil.

Hubungan antara permulaan surat dan penutupan surat sebelumnya

Misalnya permulaan surat al-Hadid dan penutupan surat al-waqi’ahَ memilikiَ


relevansi yang jelas, yakni keserasian dan hubungan dengan tasbih.

ۡ ۡ٩٦ۡ‫يم‬ َ َ‫ۡف‬dan)
ِۡ ‫س ِبحِۡۡبٱس ِۡمۡ َر ِب َكۡٱل َع ِظ‬

ۡ ِ ‫تۡ َۡوٱۡلَر‬
ۡ١ۡ‫ضۡ َو ُه َوۡٱلعَ ِزي ُۡزۡٱلۡ َح ِكي ُۡم‬ َّ ‫حۡ ِ َّّللِۡ َماۡ ِفيۡٱل‬
ِۡ ‫س َم َو‬ َۡ َّ‫سب‬
َ
Hubungan antara awal surat dan akhir surat

Misalnya munasabah antar permulaan surat Shad dan penutupannya yang


menceritakan kisah orang kafir. Demikian halnya dengan surat Al-Qashash, dimulai dengan
kisahَNabiَ Musaَdanَ Fir’aunَsertaَkaumَ kafir,َsedangَ ayatَ yangَterakhirَmenggambartkanَ
pernyataan Allah agar umat islam jangan menjadi penolong bagi orang-orang kafir, sebab
Allah lebih mengerti tentang hidayah.

Hubungan antara dua surat dalam perihal materinya

Yaitu materi surat yang satu sama dengan materi surat yang lain. Misalnya
munasabah antara isi kandungan surat al-baqarah sama-sama menjelaskan tentang aqidah,
ibadah,َmua’malah,َkisah,َjanji,َ danَancaman.َBedanyaَkandunganَ tersebut dalam surat al-
fatihah dijelaskan secara global sedangkan dalam surat al-baqarah dijelaskan secara perinci.1

1
https://al-badar.net/pengertian-macam-dan-cara-mengetahui-munasabah-al-quran/ diakses 22 Juli
jam 11.11

Anda mungkin juga menyukai