Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HAM DALAM TINJAUAN POLITIK

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
HAM dan Politik merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan bernegara. Banyak
terjadi kasus pelanggaran HAM yang bermuatan unsur politik. Namun untuk melihat hubungan
dari keduanya tidak hanya dilihat dari kasus pelanggaran HAM saja, karena korelasi antara
keduanya dapat dilihat pula dari sejauh mana HAM dapat mempengaruhi politik dalam rangka
untuk mendapat tujuan tertentu dan begitu pula sebaliknya dalam berpolitik haruslah
memperhatikan rambu-rambu HAM.
Di Indonesia sendiri pernah terjadi kasus pelanggaran HAM yang penuh dengan muatan politik,
hal ini disebabkan oleh arogansi rezim pemerintahan orde baru yang melarang dan mengekang
kebebasan berpendapat, hal itu sangat tidak sesuai dengan konsep demokrasi yang dianut oleh
republik ini.
Banyaknya kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak boleh dikritisi seakan menunjukan betapa
otoriternya rezim pemerintahan orde baru yang pada saat itu tidak mempedulikan sendi-sendi hak
asasi manusia untuk bebas berpendapat. Hal tersebut kemudian memicu krisis politik yang terjadi
di republik ini hingga trisakti merupakan salah satu peristiwa yang diduga melanggar hak asasi
manusia.
Kasus trisakti dipicu oleh ketidakpuasan mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah. Kemudian
mahasiswa melakukan demonstrasi dengan turun ke jalan yang kemudian memicu respon yang
berlebihan dari para aparat keamanan. Banyak mahasiswa yang menjadi korban kekerasan aparat
keamanan pada saat itu. Hal itulah yang kemudian dinilai melanggar hak asasi manusia.
Namun, kepedulian pemerintah pada HAM pada saat itu dinilai sangat kurang, terbukti sampai
sekarang belum adanya kejelasan mengenai penyelesaian kasus trisakti tersebut.
Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor tersebut, maka telah mendorong penulis untuk dapat
mengkaji makalah dengan judul: “HAM DALAM TINJAUAN POLITIK”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas maka penyusun dapat
merumuskan beberapa sub-masalah meliputi:
1. Apa yang dimaksud dengan HAM?
2. Apa yang dimaksud dengan politik?
3. Bagaimana hubungan antara HAM dan politik?
4. Apa saja kasus pelanggaran HAM yang bermuatan politik di Indonesia?
C. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan tentang:
1. Pengertian HAM
2. Pengertian politik
3. Hubungan antara HAM dan politik
4. Kasus pelanggaran HAM yang bermuatan politik Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HAM
HAM adalah suatu yang melekat pada manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup
sebagai manusia, sifatnya tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun.
Berikut ini pengertian HAM menurut beberapa ahli:
1. Prof. Dr. Darji Darmodiharjo, SH.
HAM adalah hak-hak dasar/pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Laboratorium Pancasila IKIP Malang
HAM adalah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa.
3. Prof. Mr. Kuntjono Purbo Pranoto
HAM adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dipisahkan hakikatnya.
4. Locke
HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu
yang bersifat kodrati.
Selain itu hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerahNya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejarah HAM dimulai ketika
diterimanya Universal Declaration of Human Rights oleh negara-negara yang tergabung dalam
Perserikatan Bangsa-bangsa. Dalam proses ini telah lahir beberapa naskah yang secara
berangsur-angsur menetapkan bahwa ada beberapa hak yang mendasari kehidupan manusia
dan karena itu bersifat universal dan azasi. Naskah tersebut adalah sebagai berikut :
· Magna Charta atau Piagam Agung yang mencatat beberapa hak yang diberikan oleh Raja
John dari Inggris kepada beberapa bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka yang sekaligus
membatasi kekuasaan Raja John.
· Bill of Rights, suatu undang-undang yang diterima oleh Parlemen Inggris sesudah berhasil
dalam tahun sebelumnya mengadakan perlawanan terhadap Raja James II, dalam suatu revolusi
tak berdarah.
· Declaration des droits de l’homme et du citoyen, suatu naskah yang dicetuskan pada
permulaan revolusi Perancis sebagai perlawanan terhadap kesewenangan dari rezim lama.
· Bill of Rights, suatu naskah yang disusun oleh rakyat Amerika dalam tahun 1789.
Salah satu hak asasi manusia itu adalah hak sipil dan hak politik. Adapun definisi hak sipil dan
politik yaitu:
Hak-hak sipil dan politik adalah hak yang bersumber dari martabat dan melekat pada setiap
manusia yang dijamin dan dihormati keberadaannya oleh negara agar menusia bebas menikmati
hak-hak dan kebebasannya dalam bidang sipil dan politik.
Adapun yang berkewajiban untuk melindungi hak-hak sipil dan politik warga negara sesuai
dengan Pasal 8 Undang-undang No. 39 tahun 1999 ditegaskan bahwa perlindungan, pemajuan,
penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia terutama menjadi tanggung jawab pemerintah.
Karakteristik hak-hak sipil dan politik:
1. Dicapai dengan segera
2. Negara bersifat pasif
3. Dapat diajukan ke pengadilan
4. Tidak bergantung pada sumber daya
5. Non-ideologis
Di dalam perlindungan hak-hak sipil dan politik, peran negara harus dibatasi karena hak-hak sipil
dan politik tergolong ke dalam negative right, yaitu hak-hak dan kebebasan yang dijamin di
dalamnya akan terpenuhi apabila peran negara dibatasi. Bila negara bersifat intervensionis, maka
tidak bisa dielakkan hak-hak dan kebebasan yang diatur d idalamnya akan dilanggar negara.
Hak-hak yang termasuk ke dalam hak-hak sipil dan politik:
1. Hak hidup
2. Hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi
3. Hak bebas dari perbudakan dan kerja paksa
4. Hak atas kebebasan dan keamanan pribadi
5. Hak atas kebebasan bergerak dan berpindah
6. Hak atas pengkaun dan perlakuan yang sama dihadapan hukum
7. Hak untuk bebas berfikir, berkeyakinan dan beragama
8. Hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi
9. Hak untuk berkumpul dan berserikat
10. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
Instrumen HAM yang mengatur hak-hak sipil dan politik:
1. UUD 1945 (Pasal 28 A, 28 B (ayat 1, 2), 28 D (ayat 1, 3, 4), 28 E (ayat 1, 2, 3), 28 f, 28 G (ayat
1, 2), 28 I (ayat 1))
2. Ketetapan MPR Nomor XVII Tahun 1998 Tentang Hak Asasi Manusia
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita
4. Undang-undang Nomor 5 tahun 1998 Tentang Pengesahan Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi atau
Merendahkan Martabat Manusia
5. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Konvensi Internasional
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial
6. UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM (Pasal 9, Pasal 35)
7. UU No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahaan Konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan
Politik
8. Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Konvensi Hak-hak Anak
9. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB
Hal-hal yang dilakukan Indonesia dalam menjamin dan melindungi hak-hak sipil dan politik warga
negara, antara lain:
1. Indonesia telah meratifikasi sejumlah instrumen hak asasi manusia yang terkait hak-hak sipil
dan politik
2. Mengamandemenkan Undang-Undang Dasar 1945 dengan memasukan BAB yang mengatur
HAM tersendiri
3. Harmonisasi berbagai Peraturan Perundang-undangan
4. Melakukan Deseminisasi dan Sosialisasi di seluruh wilayah Republik Indonesia terkait
dengan Hak-hak Sipil dan Politik
5. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Nasional Perlindungan anak dan
Komisi Nasional Perempuan
6. Pembentukan Kementerian Negaran Urusan HAM yang menangani masalah HAM yang
kemudian di gabung dengan Departemen Kehakiman dan HAM yang sekarang berubah menjadi
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
7. Mengadili para pelaku pelanggaran HAM berat di masa lalu melalui Pengadilan HAM Ad Hoc
8. Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia tahun 2004-2009 yang berisi tentang pedoman
kerja mengenai langkah-langkah yang akan disusun secara berencana dan terpadu pada tingkat
nasional dalam rangka mewujudkan penegakan dan perlindungan Hak Asasi Manusia
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa HAM merupakan hak paling individu dan suatu
pelaksanaan umum yang baku bagi semua bangsa dan negara dan merupakan seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi yang dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan oang demi kehormatan setra perlindungan harkat dan martabat
manusia.
B. Pengertian Politik
Kata politik itu berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” dimana artinya adalah negara kota, dan
dari kata polis tersebut bisa didapatkan beberapa kata, diantaranya :
1. polities => warga negara
2. politikos => kewarganegaraan
3. politike episteme => ilmu politik
4. politicia => pemerintahan negara
Jadi jika kita tinjau dari asal kata tersebut pengertian politik secara umum dapat dikatakan bahwa
politik adalah kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem tersebut dan bagaimana melaksanakan tujuannya.
Namun banyak versi dari pengertian politik tersebut, diantaranya :
1. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.
2. Politik adalah bermacam-macam kegiatan dari suatu sistem politik (negara) yang
menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem indonesia dan melaksanakan tujuan-
tujuan itu (Mirriam Budiharjo)
3. Politik adalah perjuangan untuk memperoleh kekuasaan/teknik menjalankan kekuasaan-
kekuasaan atau masalah-masalah pelaksanaan dan kontrol kekuasaan/pembentukan dan
penggunaan kekuasaan (Isjwara)
4. Politik adalah pelembagaan dari hubungan antar manusia yang dilembagakan dalam
bermacam-macam badan politik baik suprastruktur politik dan infrastruktur politik (Sri Sumantri)
5. Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(Aristoteles)
6. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
7. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat.
8. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Melihat banyak versi pengertian politik tersebut, maka sebenarnya bisa disimpulkan secara
singkat bahwa politik adalah siasat/cara atau taktik untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
C. Hubungan HAM dan Politik
Dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, dijelaskan bahwa negara Indonesia yang dicita-
citakan dan hendak dibangun adalah negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat atau
negara demokrasi. HAM adalah salah satu tiang yang sangat penting untuk menopang terbangun
tegaknya sebuah negara demokrasi.
Sesuai dengan jiwa dan semangat Pembukaan UUD 1945 yang mengamanatkan hendak
dibangunnya negara demokrasi tersebut, maka UUD 1945 mengimplementasikan ke dalam
pasal-pasalnya tentang hak-hak asasi manusia. Bangsa Indonesia sejak awal mempunyai
komitmen yang sangat kuat untuk menjunjung tinggi HAM, oleh karena itu bangsa Indonesia
selalu berusaha untuk menegakkannya sejalan dan selaras dengan falsafah bangsa Pancasila dan
perkembangan atau dinamika jamannya.
Bicara sistem politik pada intinya bicara pilihan sistem politik. Sistem politik
diktator/otoriter/sentralistis/absolutisme atau sistem politik demokratis/polpulis/kerakyatan,
walaupun dalam praktiknya terdapat varian antara kedua sistem tersebut. Dalam kedua sistem
tersebut sistem politik mempunyai hubungan timbal balik dengan hukum serta berdampak
langsung terhadap penegakan dan pengakuan terhadap HAM.
Dalam sistem politik diktator, hukum yang dihasilkan berwatak represif, mempertahankan status
quo, mempertahankan kepentingan penguasa. HAM tidak pernah mendapat prioritas.
Pemerintahan diktator memiliki kekuasaan mutlak dan sentralistis, aparat dan pejabat negara di
bawah kontrol/kendali penguasa.
Dalam sistem politik demokratis, watak hukum yang dihasilkan bersifat responsif, akomodatif.
Substansi hukum yang tertuang di dalam beragam peraturan perundangan yang ada
menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. HAM menjadi salah satu ukuran
penegakan hukum. Dalam sistem tersebut terjalin komunikasi serasi antara opini publik lewat
wakil-wakilnya, juga media massa, agamawan, cendikiawan dan LSM dengan pemerintah.
Dengan demikian, sistem hukumnya ditandai dengan konsep impartiality, consistency,
opennessm predictability dan stability. Semua warga negara mempunyai kedudukan sama di
depan hukum (equality before the law). Ciri ini yang disebut dengan rule of law. Untuk tujuan
tersebut, demokrasi dikatakan gagal kalau hanya menekankan pada prosedur melupakan
substansi demokrasi. Substansi demokrasi yaitu mewujudkan kehendak rakyat, yang dibuktikan
dari perjuangan wakil-wakilnya di DPR.
D. Kasus Pelanggaran HAM yang Bermuatan Politik di Indonesia
1. Kerusuhan Mei 1998
Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei-15 Mei 1998,
khususnya di ibu kota Jakarta namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali
oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi trisakti dimana empat mahasiswa Universitas
Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998.
Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh amuk massa
terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di
Jakarta, Bandung, dan Surakarta. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa
dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa
beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak
warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia. Tak hanya itu, seorang
aktivis relawan kemanusiaan yang bergerak di bawah Romo Sandyawan, bernama Ita
Martadinata Haryono, yang masih seorang siswi SMU berusia 18 tahun, juga diperkosa, disiksa,
dan dibunuh karena aktivitasnya. Ini menjadi suatu indikasi bahwa kasus pemerkosaan dalam
kerusuhan ini digerakkan secara sistematis, tak hanya sporadis.
Amuk massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan dan menulisi muka
toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Pro-reformasi". Peristiwa ini mirip dengan
Kristallnacht di Jerman pada tanggal 9 November 1938 yang menjadi titik awal penganiayaan
terhadap orang-orang Yahudi dan berpuncak pada pembunuhan massal atas mereka di hampir
seluruh benua Eropa oleh pemerintahan Jerman Nazi.
Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun
terhadap nama-nama besar yang dianggap provokator kerusuhan Mei 1998. Bahkan pemerintah
mengeluarkan pernyataan berkontradiksi dengan fakta yang sebenarnya yang terjadi dengan
mengatakan sama sekali tidak ada pemerkosaan massal terhadap wanita keturunan Tionghoa
disebabkan tidak ada bukti-bukti konkret tentang pemerkosaan tersebut.
Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari
ini. Namun demikian umumnya orang setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran
hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini
merupakan tindakan pembasmian terhadap orang Tionghoa.
Pengusutan dan penyelidikan:
Tidak lama setelah kejadian berakhir dibentuklah Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk
menyelidiki masalah ini. TGPF ini mengeluarkan sebuah laporan yang dikenal dengan "Laporan
TGPF".
Mengenai pelaku provokasi, pembakaran, penganiayaan, dan pelecehan seksual, TGPF
menemukan bahwa terdapat sejumlah oknum yang berdasar penampilannya diduga
berlatarbelakang militer. Sebagian pihak berspekulasi bahwa Pangkostrad Letjen Prabowo
Subianto dan Pangdam Jaya Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin melakukan pembiaran atau bahkan aktif
terlibat dalam provokasi kerusuhan ini.
Pada 2004 Komnas HAM mempertanyakan kasus ini kepada Kejaksaan Agung namun sampai 1
Maret 2004 belum menerima tanggapan dari Kejaksaan Agung.
Penuntutan Amandemen KUHP:
Pada bulan Mei 2010, Andy Yentriyani, Ketua Subkomisi Partisipasi Masyarakat di Komisi
Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), meminta supaya dilakukan
amandemen terhadap Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Menurut Andy, Kitab UU Hukum
Pidana hanya mengatur tindakan perkosaan berupa penetrasi alat kelamin laki-laki ke alat
kelamin perempuan. Namun pada kasus Mei 1998, bentuk kekerasan seksual yang terjadi sangat
beragam. Sebanyak 85 korban saat itu (data Tim Pencari Fakta Tragedi Mei 1998), disiksa alat
kelaminnya dengan benda tajam, anal, dan oral. Bentuk-bentuk kekerasan tersebut belum diatur
dalam pasal perkosaan Kitab UU Hukum Pidana.

2. Kasus mantan Gubernur di Timor-Timur


Abilio Jose Osorio Soares, mantan Gubernur Timtim, yang diadili oleh Pengadilan Hak Asasi
Manusia (HAM) ad hoc di Jakarta atas dakwaan pelanggaran HAM berat di Timtim dan dijatuhi
vonis 3 tahun penjara. Sebuah keputusan majelis hakim yang bukan saja meragukan tetapi juga
menimbulkan tanda tanya besar apakah vonis hakim tersebut benar-benar berdasarkan rasa
keadilan atau hanya sebuah pengadilan untuk mengamankan suatu keputusan politik yang
dibuat Pemerintah Indonesia waktu itu dengan mencari kambing hitam atau tumbal politik.
Beberapa hal yang dapat disimak dari keputusan pengadilan tersebut adalah sebagai berikut ini:
a. Vonis hakim terhadap terdakwa Abilio sangat meragukan karena dalam Undang-Undang
(UU) No 26/2000 tentang Pengadilan HAM Pasal 37 (untuk dakwaan primer) disebutkan bahwa
pelaku pelanggaran berat HAM hukuman minimalnya adalah 10 tahun sedangkan menurut pasal
40 (dakwaan subsider) hukuman minimalnya juga 10 tahun, sama dengan tuntutan jaksa.
Padahal Majelis Hakim yang diketuai Marni Emmy Mustafa menjatuhkan vonis 3 tahun penjara
dengan denda Rp 5.000 kepada terdakwa Abilio Soares. Bagi orang yang awam dalam bidang
hukum, dapat diartikan bahwa hakim ragu-ragu dalam mengeluarkan keputusannya. Sebab
alternatifnya adalah apabila terdakwa terbukti bersalah melakukan pelanggaran HAM berat
hukumannya minimal 10 tahun dan apabila terdakwa tidak terbukti bersalah ia dibebaskan dari
segala tuduhan.
b. Publik dapat merasakan suatu perlakuan "diskriminatif'' dengan keputusan terhadap
terdakwa Abilio tersebut karena terdakwa lain dalam kasus pelanggaran HAM berat Timtim dari
anggota TNI dan Polri divonis bebas oleh hakim. Komentar atas itu justru datang dari Jose Ramos
Horta, yang mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kemungkinan hanya rakyat Timor Timur
yang akan dihukum di Indonesia yang mendukung berbagai aksi kekerasan selama jajak pendapat
tahun 1999 dan yang mengakibatkan sekitar 1.000 tewas. Horta mengatakan, "Bagi saya bukan
fair atau tidaknya keputusan tersebut. Saya hanya khawatir rakyat Timor Timur yang akan
membayar semua dosa yang dilakukan oleh orang Indonesia.
BAB III
PENUTUP

KesimpulanBerdasarkan pembahasan diatas maka penulis menarik beberapa kesimpulan,


diantaranya:
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan kebaradaan manusia sebagai
makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Politik adalah siasat/cara atau taktik untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Politik dan HAM sangat erat kaitannya, hal ini bisa dilihat dari sistem politik yang dianut suatu
negara akan sangat mempengaruhi bagaimana perkembangan HAM di negara tersebut.
Pernah terjadi kasus pelanggaran HAM di Indonesia yang penuh dengan muatan politik,
contohnya kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998 da kasus mantan Gubernur di Timor-Timur.

Saran
Besar harapan penulis semoga tidak terjadi lagi pelanggaran-pelanggaran HAM yang diwarnai
dengan kepentingan politik dan berujung pada anarkisme. Penulis berharap semoga hukum di
indonesia semakin menjunjung tinggi HAM agar terciptanya persatuan dan perdamaian di negeri
ini. Selain itu pemerintah diharapkan lebih menigkatkan rasa kepedulianya terhadap HAM dan
tidak mementingkan kepentingan politiknya dan mengabaikan HAM itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai