PENDAHULUAN
Menurut John Gillisen dan Frist Gorlé, terdapat manfaat yang besar
dalam mempelajari sejarah hukum dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Hukum tidak hanya berubah dalam ruang dan letak (Hukum Belgia,
Hukum Amerika, Hukum Indonesia, dan sebagainya), malainkan juga
dalam lintasan waktu. Hal ini berlaku bagi sumber-sumber hukum formil,
yakni bentuk-bentuk penampakan diri norma-norma hukum, maupun isi
norma-norma hukum itu sendiri (sumber-sumber hukum materiil).
2. Norma-norma hukum dewasa ini sering kali hanya dapat dimengerti
melalui sejarah hukum.
3. Sedikit banyak mempunyai pengertian mengenai sejarah hukum, pada
hakikatnya merupakan suatu pegangan penting bagi yuris pemula untuk
mengenal budaya dan pranata hukum.
4. Hal ikhwal yang teramat penting di sini adalah perlindungan hak asasi
manusia terhadap perbuatan semena-mena bahwa hukum diletakan
dalam perkembangan sejarahnya serta diakui sepenuhnya sebagai
sesuatu gejala histories.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
2
memunyai kesamaan dengan ilmu pengetahuan alam, yakni semua adalah
empiris, artinya bertumpu pada pengamatan dan pengalaman suatu aspek
tertentu dari kenyataan.
Historitas Hukum
a. Visi Idealitas-Spiritualistis
Hukum itu sebagai suatu perwujudan satu atau lain gagasan absolut,
maka apapun asal atau isi gagasan yang kita kemukakan, bagaimanapun kita
akan lebih cendrung dan bermuara pada suatu pandangan hukum yang lebih
statis dari pada yang dinamis. Memang benar bahwa dalam hipotesis tersebut
berbagai bentuk perwujudan hukum yang muncul secara berturut-turut satu
sesudah yang lain sebagai pencerminan gagasan hukum absolut yang tiak
sempurna, dan pada hakikatnya cendrung a-priori tidak berubah dan
karenanya a-historis. Bentuk-bentuk perwujudan yang timbul secara berturut-
turut satu sesudah yang lain dapat diuraikan sesuai dengan tertib urut
kronologis, tetapi keterkaitan yang satu dengan yang lain tidak dilihat dalam
perspektif kronologis linear melainkan dalam perimbangan terhadap gagasan
absolut tersebut. Berdasarkan titik tolak yang demikian, pada hakikatnya
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
3
hanya sedikit sekali mengarah seperti yang dimaksudkan dalam sejarah
hukum.
b. Visi Matrealistis-Sosialogis
John Gillisen dan Frist Gorlé, bertitik tolak dengan memilih pandangan
hukum sosialogis, artinya suatu yang dalam hukum tidak bertujuan melihat
perwujudan tersebut dari satu atau lain asas tersebut, melainkan menengok
suatu produk kenyataan dalam kemasyarakatan. Dengan cara ini visi-visi
matrealistis dan spiritualistis sepertinya dapat diperdamaikan satu dengan
yang lainnya. Didalam batas-batas yang dimungkinkan oleh situasi kehidupan
materiil untuk dapat melaksanakan (karenanya ada kemandirian relative ini),
maka hal tersebut memainkan suatu peranan spesifik yang perlu kita teliti.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
4
BAB I
PEMBENTUKAN DAN EVOLUSI
TATANAN-TATANAN HUKUM TERPENTING
I. Terbentuknya Hukum
A. Kebiasaan Hukum
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
5
terjadi sejumlah perimbangan, dimana kedua belah pihak tersebut masing-
masing mengupayakan hal ini oleh situasi dan kondisi materiil serta melalui
keadaan di dalam kelompok itu sendiri memenangkan kepentingan-
kepentingan dan pandangan-pandangan tertentu.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
7
BAB II
TATANAN HUKUM PRIMITIF MENUJU HUKUM MODERN
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
8
yang jelas; (5) Agama mempunyai peranan besar dalam tatanan hukum
primitif.
Aturan-aturan hukum primitf merupakan pengungkapan yuridis
hubungan-hubungan kemasyarakatan. Hal-hal tersebut terbentuk dengan
makin berkembanya hubungan-hubungan sebagai berikut : (1) hubungan-
hubungan keluarga; (2) hubungan kelompok keluarga; (3) hubungan bangsa;
(4) penguasaan benda-benda bergerak; dan ( 5) hubungan kelas-kelas dalam
masyarakat.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
10
perempuan-perempuan, anak-anak, dan budak-budak. Beberapa contoh
hukum Hindu tentang keluarga antara lain : kewajiban janda untuk
melanjutkan perkawinan denga kakak laki-laki dari almarhum suaminya
(leviraatshuweklyk) atau “kawin ipar”, atau mengikuti suaminya dalam
kematian; menyerahkan anak-anak laki-laki dari anak perempuannya kepada
ayah yang tidak mempunyai anak laki-laki; harta milik bersama keluarga
dengan mengecualikan anak-anak perempuan.
Hukum Hindu adalah tatanan hukum yang diwahyukan sekaligus
hukum ini suatu tatanan yang bertumpu pada asas-asas umum tentang
ketidaksamaan manusia, tatanan kasta. Apa yang paling dekat
persamaannya dengan pengertian penulis tentang hukum adalah yang
disebut “darma”, “kewajiban”. Jadi, darma adalah keseluruhan aturan hidup,
yang harus diataati oleh manusia karena setatusnya dalam masyarakat.
Tujuan darma adalah tujuan esensiil masyarakat; hal ini harus memberikan
peluang kepada setiap kasta untuk memenuhi kewajibanya.
Sumber-sumber darma terdiri atas :
(1) Kitab suci Weda, yang pada hakikatnya mempunyai dua pengertian, yakni
pengetahuan pada satu sisi dan pada sisi lain naskah-nahkah suci, yang
di dalamnya dicatat apa yang diwahyukan;
(2) smr’ti atau tradisi sebenarnya berarti “ingatan”, diantaranya yang paling
terkenal manusmr’ti (ingatan Manu), yang disebut kodeks Manu. Kodeks
Manu ini meliputi 12 buku dan kurang lebih 5400 ayat. Kodeks ini juga
merupakan pembagian secara metodis pertama kedalam cabang-cabang
hukum (hukum keluarga, huku perikatan, dan hukum pidana), malahan
ditinjau dari isinya menunjukan tentang adanya kematangan pemikiran
yuridis yang sangat maju. Misalnya nuansa perkembangan di dalam
pembagian tahap-tahan persetujuan, cacat-cacat dalam pemberian
persetujuan, dasar-dasar tanggung jawab hukum, title-titel daluarsa
akuisitif, dan lain-lain.
(3) Kebiasaan, hal ini dipandang oleh penganut Hindu sebagai sumber
hukum. Bahkan dalam kenyataanya, kebiasaan menjadi sumber hukum
terpenting hukum positif Hindu, karena ia menambahkan dan melengkapi
peraturan-peraturan yang dijabarkan dari kitab-kitab suci.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
11
II. Tatanan Hukum Maju atau Mapan
I. Faktor-faktor politik
Faktor-faktor politik terutama meliputi : (1) adanya penguasa; (2)
penguasa agama; (3) tradisi imperial; (4) kekuasaan tersentralisasi; (5)
bentuk-bentuk kekuasaan.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
12
II. Faktor-faktor ekonomi
Menurut Marx dan Engels bahwa factor ekonomis mempunyai
pengaruh absolute atas perkembangan kemasyarakatan. Akibatnya, hukum
sebagian besar ditentukan oleh ekonomi.
5. Hukum Yunani
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
15
(ii) Periode klasik, yang membentang antara abad II SM sampai akhir abad
III M. sumber-sumber terpenting Hukum Romawi Klasik masih tetap
berupa kebiasaan dan undang-undang. Pada perkembangannya,
undang-undang itu telah menajdi sumber terpeting Hukum Romawi
masa ini. Undang-undang meliputi leges, konsul-konsul senat, dan
terutama constituties kekaisaran yang dibedakan dalam empat kategori
yaitu (i) edikta-edikta, yaitu ketentuan yang mempunyai ruang lingkup
umum; (ii) dekreta-dekreta, yaitu vonis-vonis yang diucapkan oleh Kaisar
atau dewannya berkaitan dengan peristiwa yuridis; (iii) reskripta-
reskripta, yakni jawaban-jawaban yang diberikan oleh kaisar atau
dewannya kepada seorang pejabat negara, seorang megistrat atau
bahkan patikulir; (iv) mandata, yaitu instruksi-instruksi yang diberikan
kaisar kepada gubernur-gubernur provinsi, terutama berhubungan
dengan persioalan administrasi dan perpajakan.
(iii) Periode terlambat, yang berlangsung sejak era Dominat yang tumbuh
dari krisis yang dialami oleh Kekaisaran Romawi pada abad III M.
periode ini ditandai dan diwarnai oleh pemerintahan absolutisme
kekaisaraan, dimana perundang-undangan Kaisar merupakan sumber
hukum terpenting dan pada sisi lain pengaruh Kristen sedang tumbuh
dengan pesat.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
16
BAB V
AGAMA KRISTEN
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
17
BAB VI
HUKUM ROMAWI DAN HUKUM GERMANA
PADA BAGIAN AWAL ABAD PERTENGAHAN ANTARA LAIN
DI DALAM NEGARA FRANKA
I. Iktisar Historis
Pada era Negara Romawi bangsa Germana bermukim di wilayah
sebelah timur sungai Rin dan sebelah utara sungai Donau. Pada abad V suku-
suku bangsa Franka menetap di kawasa sungai Rin dan Seine. Raja-raja
Frangka Clovis, Dagobert, Pepijn de Korte, dan Charle Agung (Charlemagne)
telah berhasil memperluas kekuasaanya yang membentang mulai dari sunagi
Ebro di Spanyol sampai dengan sungai Elbe di Jerman sekarang. Walaupun
demikian, negara tersebut hanya berdiri untuk waktu yang tidak panjang.
Terjadinya peperangan yang berlangsung selama satu abad untuk
memperebutkan warisan Charles Agung dan penggantinya, maka Francia
Orientalis seorang putra Louis Yang Saleh (Lodewijk de Vrome) yang
berdasarkan pada Traktat Verdum (843) dikukuh menguasai sebelah timur
sungai Rin, telah menyerap seluruh Negara Lathorius dan keseluruhanya
menjadi Negara Germania, yang kemudian menjadi Negara Katolik Roma
bangsa Jerman dan berdiri sampai dengan tahun 1806. Pada awalnya
kekuasan kaisar tetap besar, terutama pada era pemerintahan Otto Akbar
(Otto de Grote) tahun 936-973, Frederik Barbarossa (1152-1190), maupun
Frederi II (1211-1250). Kemudian dengan relatif lemahnya persatuan dan
kesatuan di Negara tersebut, nampaknya sedikit banyak telah membantu
terbentuknya tatanan hukum Erofa yang seragam.
A. Personalitas Hukum
Pada awal abad V asas personalitas diterapkan di Erofa Barat.
Hubungan dan perimbangan demografis antara Galia-Romawi dan Germana
bagaimanapun tidak sama. Diantara daerah hukum Germana di sebelah utara
dan daerah hukum Romawi di sebelah selatan terdapat suatu zona, yang
didalamnya diterapkan secara utuh asas personalitas pada abad VI,VII, dan
VIII. Asas personalitas disini berlaku semata.mata bagi hukum perdata dan
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
18
pidana. Apa yang menyangkut negara dan pemerintahan, misalnya tata
Negara adalah murni territorial. Sejak abad IX, asas personalitas perlahan
sirna di seluruh Erofa diganti asas teritorialitas.
D. Leges Barbarorum
Terdapat sejumlah Leges Barbarorum dikenal di wilayah Franka,
antara lain : Lex Salica, Lex Riburaria, Ewa ed Amorem, Lex Burgundionum,
dan lex Frisionum. Leges ini pada hakkatnya bukanlah kitab undang-undang
yang sesungguhnya, bahkan bukan pula undang-undang dalam arti masa
kini. Leges ini merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dengan bantuan para
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
19
urteilfinder (para pendamping yang harus melaksanakan legem dicere, yakni
menemukan putusan) dibuatkan catatan dan disetujui penguasa.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
20
BAB VII
TATANAN FEODAL
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
21
Kebiasaan (adat) merupakan satu-satunya sumber hukum selama
masa feodal. Pada hakikatnya kebiasan-kebiasaan ini tidak diketahui karena
hal-hal tersebut tidak meninggalkan bekas-bekas tulisan, seperti akta-akta
maupun vonis-vonis tertulis, kontrak-kontrak yang merupakan dasar adanya
bukti tentang pemberian ijin mempergunakan tanah milik bangsawan, janji-
janji pada penggarap tanah, dan lain-lain.
Pada masa feodalisme ini, mampir tidak ada peraturan perundang-
undangan yang dibentuk. Hukum sama sekali tidak dicacat di sisni. Jadi, tidak
ditemukan lagi kitab undang-undang mauun kitab hukum. ini adalah era
tampa aksara baru. Kebanyakan orang malahan belum menguasai teknik tulis
menulis maupun seni baca, para hakim (antara lain kaum bangsawan dan
pejabat-pejabat daerah) yang pada umumnya tidak cakap membaca sebuah
naskah yuridis. Dan biasanya mereka mengadili suatu perkara dengan
mengandalkan takdir ilahi, terutama untukpembuktian yang sudah barang
tentu dilakukan dengan cara-cara irasional.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
22
BAB VIII
SUMBER-SUMBER HUKUM PADA AKHIR ABAD PERTENGAHAN
DAN ZAMAN MODERN ABAD XIII – XVIII
I. Ikhtisar Umum
II. Kebiasaan
Seorang ahli hukum Vlanderen dari abad XVI, Filips Wielan, kebiasaan
sebagai sumber hukum didefinisikan sebagai berikut :
“Kebiasaan adalah hukum tidak tertulis yang terdiri dari ketentuan-
ketentuan sehari-hari(usance) dan perbutan yang terus-menerus oleh
orang-orang dalam kehidupan dan pergaulan hidup serta diwujudkan
secara nyata tanpa paksaan masyarakat atau bangsa, selama
kebiasaan itu diikuti secara berkesinambungan”
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
23
pernah diterapkan selama periode tertentu yang cukup lama; (vi) kebiasaan
harus rasional.
Salah satu kelemahan hukum kebiasaan adalah tidak mempunyai
kepastian oleh karena tidak dituangkan secara tertulis. Kesulitan-kesulitan
yang disebabkan oleh tidak adanya kepastian hukum nampaknya mulai
disadari para raja. Di Perancis, pencatatan resmi hukum-hukum kebiasaan
mulai diselenggarakan pada XIV, ketika Raja Charles VII memberi perintah
melalui ordonansi Montil les Tours tahun 1454. Di negeri Belanda hal tersebut
di lakukan 77 tahun kemudian melalui ordonansinya tahun 1531. Selajutnya,
para raja memerintahkan pencetakan kebiasan-kebiasan tersebut sehingga
pada hakekatnya tidak lagi merupakan kebiasan-kebiasan murni dan dalam
realita menjadi undang-undang yang berasal dari kebiasan-kebiasaan hukum.
III. Undan-undang
Peranan besar perundangan-undangan pada hakikatnya dimainkan
oleh evolusi umum hukum di dalam masyarakat yang semakin individualistis,
dimana peranan keluarga dan kelompok-kelompok yang mendapatkan
privilese-privilese di dalam bidang kemasyarakatan, politik dan hukum mulai
melemah. Titik akhir evolusi tersebut adalah gerakan kodifikasi yang pada
abad XVIII di bawah pengaruh hukum alam dan pencerahan yang makin hari
berpengaruh. Gerakan ini memperoleh kemenangan dengan pecahnya
Revolusi Perancis serta mencapai titik puncaknya pada kodifikasi-kodifikasi
Napoleon (awan abad XIX).
Perundang-undangan kodifikasi sejak abad XIX tetap merupakan
sumber hukum terpeting di benua Erofa dan di banyak wilayah, yang
membiarkan diri diilhami dan dipengaruhi oleh burgerliche gesetzbuch
Jerman dan terutama code Napoloen. Undang-undang ini bukan lagi
uangkapan atau kehendak sang raja, melainkan sejak Revolusi Perancis
adalah kemauan rakyat melalui dewan perwakilan rakyat. Oleh karena itu hal
ini hampir dipandang sebagai sumber hukum terpenting, bahkan pada
mulanya hampir sebagai satu-satunya sumber hukum.
IV. Hukum Kanonik
Hukum Kanonik adalah hukum anggota-anggota persekutuan kaum
Kristiani, lebih khusus lagi Gereja Katolik-Roma. Istilah “kanonik” ini berasal
dari kata Yunani, yaitu kanon yang berarti regula atau aturan. Nama ini
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
24
diberikan pada keputusan-keputusan konseli-konseli di abad-abad pertama
tarirh Masehi. Hukum Kanonik ini memainkan peranan penting di dalam
evolusi umum hukum oleh sebab pengaruh gereja terhadap persekutuan-
persekutuan Erofa Barat di abad-abad pertengahan. Sampai saat ini kaum
Katolik menganggap dirinya tunduk pada dua buah tatanan hukum, yaitu
hukum Negara dan hukum kanonik.
Secara kronologis, perkembangan Hukum Kanonik dapat dibedakan
pada tiga periode, yaitu : (1) fase yang menunjukan peningkatan, yakni dari
abad III sampai dengan XI; (2) fase titik kulminasi pada abad XII dan XIII; dan
(3) fase menurun secara berangsur-angsur sejak abad XIV dan menurun
secara derastis sejak abad XVI. Akan tetapi, hukum kanonik masih tetap
merupakan hukum yang hidup meskipun telah terjadi sekulerisasi institusi-
institusi hukum perdata dan hukum publik.
Sumber hukum kanonik adalah Wahyu Tuhan sebagaimana ditemukan
dalam kitab suci yang merupakan satu-satunya dari Hukum Ketuhanan (ius
divinum). Hukum ketuhanan ini adalah seperangkat aturan-aturan yuridis
yang dijabarkan dari kitab suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Hukum ini ditambah serta dilengkapi dan disesuaikan dengan dekrit-dekrit
konsili-konsili dan dekteral-dekteral para paus maupun oleh kebiasaan. baik
perjanjian lama maupun perjanjian baru
V. Ajaran Hukum
Ajaran hukum menduduki tempat penting di dalam perkembangan
hukum sejak abad XVI. Ia tidak hanya membatasi diri pada penelaahan
Hukum Romawi dan Hukum Kanonik, tetapi juga hukum pribumi setiap
Negara. Undang-undang dan kebiasaan-kebiasaan di jadikan subjek studi
ilmiah. Dengan demikian, terjadilah pengilmiahan dari hukum itu sendiri, yang
dipelajari secara ilmiah sehubungan dengan pelaksanannya. Pada abad XVII,
Mazhab Hukum Alam mengalami masa pemekarannya, antara lain Grotius.
Walau bagaimanapun juga, hal ini telah menjurus ke arah globalisasi dan
kesatuan hukum.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
29
IV. Perkembangan Statute Law
BAB X
HUKUM HINDU MASA KINI
I. Dominasi Islam
Sejak abad X, bagian-bagian tertentu sub-benua India sedikit banyak
dikuasai oleh penguasa Islam. Sebagai akibat hal tersebut, yakni sebagaian
penduduk India Timur dan Barat memeluk Islam satu sisi dan Hindu pada sisi
lain. Pada saat Mongol Agung (abad XVI sampai XIX) maka kaum penguasa
pada umumnya menghormati agama dan hukum penduduk India. Peradilan
paskhayat kasta-kasta tetap berlangsung tanpa kendala, namun kekuasan
raja berkurang bagi keuntungan kodi Islam.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
31
III. Republik India Merdeka
India merupakan sebuah Republik merdeka sejak tahun 1947.
Berdasarkan Pasal 372 UUD menyataan bahwa hukum yang dimasukan oleh
pemerintah Inggris, tetap dipertahankan sepanjang tidak bertentangan
dengan pandangan sebuah republic demokrasi yang berdaulat. Oleh karena
itu, banyak perundang-undangan Inggris masih tetap berlaku, hal ini
menyangkut baik perundangan-undangan maupun judge made law. Dengan
demikian India dewasa ini tergolong ngara-negara common law.
BAB XI
HUKUM IBERANI MODERN
BAB XII
HUKUM ISLAM
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
33
orang beriman apa yang wajib apa yang wajib dilakukan dan apa yang wajib
ditinggalkan.
Syariat adalah “jalan yang harus ditemuh” atau “aturan yang
diwahyukan”. Jadi hal ini menyangkut pula hal-ikhwal yang harus dilakukan
oleh orang beriman terhadap Allah (sholat, puasa, jakat, dan seterusnya).
Semua kealfaan dianggap pelanggaran. Fikih adalah pengetahuan tentang
syariat; ia adalah ilmu pengetahuan tentang hak-hak dan kewajiban-
kewajiban manusia, tentang pemberian ganjaran dan hukuman. Fikih ini
menetapkan aturan-aturan perilaku yang diturunkan dari empat sumber
syariat : (i) Al-Quran; (ii) Sunnah; (iii) ijma (kesesuaian pendapat ulama
tentang peristiwa hukum); dan (iv) kias (analogi).
A. Al-Quran
B. Sunnah
C. Ijma
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
34
Ijma’ adalah consensus bersama kaum Islam yang dicapai dengan
bulat. Pada hakikatnya, ini adalah konsesus kalangan para ahli hukum,
“doktores-doktores” syari’at, meskipun hal ini tidak selalu seia-sekata dengan
pandangan khalayak ramai.
Ijma ini sebagaian besar ditetapkan dan dikumpulkan dalam bentuk tertulis
selama abad-abad VIII dan IX Masehi, artinya 100 sampai 300 tahun setelah
Hijrah. Ijma ini diwujudkan oleh ahli-ahli hukum yang mempunyai nama-nama
besar dalam abad VIII dan IX Masehi, terutama oleh mereka yang berasal dari
Bagdad pada saat kekuasaan berada dalamkekuasaan Abasiah, yang
kebanyakan adalah imam-imam biasa tanpa fungsi memimpin maupun
tanggung-jawab politik, namun memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang syari’at, hukum yang diwahyukan Allah SWT.
D. Kias
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
35
masyarakat setempat. Mereka memiliki wewenang penuh untuk mengadili
perkara-perkara, baik yang yang menyangkut perdata maupun pidana.
Adapun fatwa-fatwa merupakan nasihat-nasihatt keagamaan dan hukum,
yang kebanyakan diberikan oleh seorang mufti atau pejabat keagamaan yang
penting.,
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
36
BAB XIII
HUKUM CINA
I. Pendahuluan
Hukum Cina tradisional bukan merupakan tatanan hukum keagamaan
yang ketat; hal ini nampaknya lebih merupakan suatu tatanan hukum yang
terintegrasi ke dalam ajaran filsafat yakni konfusionisme. Diantara ciri-ciri
khas terpenting hukum Cina perlu disebutkan disini adalah pembagian
masyarakat dalam kelas-kelas, dengan aturan-aturan hidup moral dan yuridis
sendiri-sendiri. Kelas-kelas yang mempunyai hak pengutamaan (privilege), ini
tidak menyukai aturan-aturan hukum yang sederhana dan hidup menurut
kewajiban-kewajiaban ritual ‘li’ sedangkan kelas rakyat tunduk pada tatanan
hukum pidana ‘fa’ yang ketat.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
37
III. Tatanan Agama dan Filsafat
Struktur kemasyarakatan Cina dari dahulu bertumpu pada sebuah
etika, yang terdiri atas unsure-unsur dari setidaknya tiga buah aliran pikiran :
(1) Konfusianisme ini didirikan oleh K’ong Fu-Tze, yang hidup sekitar 551-479
SM. Tatanan filsafatnya ini dijabarkan dari pandangan-pandangan
keagamaan, yang diungkapkan dalam kitab-kitab suci kuno, king. Dan ini
merupakan sebuah animisme yang berikhtiar kearah monoteisme; (2)
Taoisme, tumbuh dari ajaran “Guru Zaman Dulu” Lau Tze, teman sezaman
Konfusius yang lebih tua. Naskah terpenting dari ajaran ini adalah kitab yang
berasal dari abad III SM, Tau Te-tsying atau jalan menuju kebaikan. Tau
adalah jalan yang memasuki segala sesuatu, rasio yang mengendalikan
dunia, gerakan alam; dan (3) Budhisme, yang berasal dari India selama abad-
abad III dan II SM, bahkan pengaruhnya berkembang cepat sejak abad V
Masehi.
IV. Li Konfuisme
Li adalah kata kunci yang paling dekat pada pengertian “hukum”
negara-negara barat; kadang diterjemahkan pula dengan ritual, moral, etiket,
kepantasan. Li merupakan seperangat aturan-aturan kepatutan dan
kesopanan yang harus diindahkan oleh manusia jujur, hal-hal tersebut
merupakan suatu kodeks etika bentuk-bentuk pergaulan. Secara prinsip Li ini
nampaknya cukup untuk mempertahankan ketertiban; ini adalah
“pemerintahan oleh manusia-manusia”.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
38
“knfusianisasi” undang-undang, dengan kata lain terdapat rekonsiliasi antara
li dan fa dengan mengakui adanya kelas-kelas sosial yang beragam.
Tatanan ini selama dua ribu tahun tetap bertahan. Sekalipun demikian,
legisme ini masih pula tetap berpengaruh dan telah terjadi suatu tradisi
perundang-undangan kekaisaran, terutama dalam bidang hukum pidana dan
dan hukum tata usaha negara sebagai akibatnya. Adapun perundangan-
undangan hukum privat hampir tidak tersentuh.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
40
BAB IV
HUKUM JEPANG
I. Pendahuluan
Sejarah hukum Jepang dapat dibagi dalam tiga periode pokok. Selama
periode pertama, dari tahun 650 sampai tahun 850 M, jepang mengambil alih
hukum Cina; selama periode kedua, yang banyak memperhatikan kesamaan
dengan tatanan feodal Erofa, namun yang menyangkut hukum, nampaknya
hukum Cina tetap berpengaruh; dan periode ketiga sejak tahun 1868, hukum
Jepang mengalami reformasi yang berlangsung sangat cepat kearah pola
tatanan hukum Erofa Barat.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
41
nampaknya mengandung elemen-elemen, baik menurut tatanan hukum Erofa
Kontinental maupun fragmen-fragmen common law. Walupun demikian
peradilan Juri tidak diresepsi. Jadi, para hakim diberi tugas melakukan
pengawasan terhadap jalannya administrasi pemerintahan dan bahkan
berwenang menjalankan hak menguji undang-undang atas undang-undang
dasar.
Kendatipun para hakim memiliki kemandirian penuh di dalam
menjalankan kekuasaan kehakiman, namun mereka tidak diangkat untuk
seumur hidup dalam memangku jabatannya, melainkan hanya untuk suatu
masa bakti selama 10 tahun. Putusan-putusan para hakim ini hanya berlaku
terhadap kasus kongkrit yang diajukan untuk dan diputuskan di Pengadilan.
Betapapun juga dalam praktek, arrest-arrest Mahkamah Agung nampaknya
berpengaruh besar atas peradilan pada pengadilan negeri dan pengadilan
tinggi.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ