Anda di halaman 1dari 41

1

PENDAHULUAN

Perlunya Mempelajari Sejarah Hukum

Sebagai suatu disiplin ilmu, sejarah hukum tergolong pegetahuan yang


masih muda dan belum banyak dikenal bahkan dikalangan fakar hukum
sendiri sehingga pertumbuhan dan perkembangannya belum
menggembirakan. Hal ini mungkin sekali disebabkan oleh belum disadarinya
betapa pentingnya disiplin ilmu baru ini dalam menunjang dan memahami
ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum positif.

Menurut John Gillisen dan Frist Gorlé, terdapat manfaat yang besar
dalam mempelajari sejarah hukum dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Hukum tidak hanya berubah dalam ruang dan letak (Hukum Belgia,
Hukum Amerika, Hukum Indonesia, dan sebagainya), malainkan juga
dalam lintasan waktu. Hal ini berlaku bagi sumber-sumber hukum formil,
yakni bentuk-bentuk penampakan diri norma-norma hukum, maupun isi
norma-norma hukum itu sendiri (sumber-sumber hukum materiil).
2. Norma-norma hukum dewasa ini sering kali hanya dapat dimengerti
melalui sejarah hukum.
3. Sedikit banyak mempunyai pengertian mengenai sejarah hukum, pada
hakikatnya merupakan suatu pegangan penting bagi yuris pemula untuk
mengenal budaya dan pranata hukum.
4. Hal ikhwal yang teramat penting di sini adalah perlindungan hak asasi
manusia terhadap perbuatan semena-mena bahwa hukum diletakan
dalam perkembangan sejarahnya serta diakui sepenuhnya sebagai
sesuatu gejala histories.

Objek dan Tujuan Sejarah Hukum

Sejarah hukum merupakan bagian dari sejarah umum. Sejarah


menyajikan dalam bentuk sinopsis suatu keterpaduan seluruh aspek
kemasyarakatan dari abab ke abad, yakni sejak untuk pertama kali tersedia
informasi sampai masa kini..

Sebagai ilmu pengetahuan, sejarah hukum tergolong ilmu


pengetahuan sosial atau ilmu pengetahuan kemanusiaan (humaniora), yang

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
2
memunyai kesamaan dengan ilmu pengetahuan alam, yakni semua adalah
empiris, artinya bertumpu pada pengamatan dan pengalaman suatu aspek
tertentu dari kenyataan.

Sejarah dan Sejarah Hukum

Sejarah mempelajari perjalanan waktu masyarakat di dalam


totalitasnya, sedangkan sejarah hukum merupakan satu aspek tertentu dari
hal itu, yakni hukum. Apa yang berlaku untuk seluruh, betapapun juga berlaku
untuk bagian, serta maksud dan tujuan sejarah hukum mau tidak mau
akhirnya adalah menentukan juga dalil-dalil atau hukum-hukum
perkembangan kemasyarakatan.

Sudah barang tentu bahwa sejarawan hukum harus memberikan


sumbangsihnya kepada penulisan sejarah secara terpadu. Bahkan
sumbangsih tersebut teramat penting, mengingat peran besar yang
dimainkan oleh hukum di dalam perkembangan pergaulan hidup manusia. Hal
tersebut integral dalam pengertian bahwa ia tidak dapat diwujudkan dengan
memisahkan hukum dari gejala-gejala kemasyakatan lainnya, yang antra hal-
hal tersebut dengan hukum dapat ditelusuri keterkaitannya.

Historitas Hukum

a. Visi Idealitas-Spiritualistis
Hukum itu sebagai suatu perwujudan satu atau lain gagasan absolut,
maka apapun asal atau isi gagasan yang kita kemukakan, bagaimanapun kita
akan lebih cendrung dan bermuara pada suatu pandangan hukum yang lebih
statis dari pada yang dinamis. Memang benar bahwa dalam hipotesis tersebut
berbagai bentuk perwujudan hukum yang muncul secara berturut-turut satu
sesudah yang lain sebagai pencerminan gagasan hukum absolut yang tiak
sempurna, dan pada hakikatnya cendrung a-priori tidak berubah dan
karenanya a-historis. Bentuk-bentuk perwujudan yang timbul secara berturut-
turut satu sesudah yang lain dapat diuraikan sesuai dengan tertib urut
kronologis, tetapi keterkaitan yang satu dengan yang lain tidak dilihat dalam
perspektif kronologis linear melainkan dalam perimbangan terhadap gagasan
absolut tersebut. Berdasarkan titik tolak yang demikian, pada hakikatnya

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
3
hanya sedikit sekali mengarah seperti yang dimaksudkan dalam sejarah
hukum.

b. Visi Matrealistis-Sosialogis

Hukum tidak dianggap sebagai perwujudan ide, seperti keadilan rasio,


dan lain-lain, melankan sebagai produk kenyataan masyarakat atau realitas
masyarakat, maka pandangan hukum statis beralih tempat dan berubah oleh
hal yang dinamis, yang pada hakekatnya lebih rentan terhadap suatu
pendekatan histories. Selama hukum itu dipandang sebagai suatu produk
rasio, yang per definisinya dimana-mana dan senantiasa identik, maka
selama itu pula kita tidak dapat menemukan suatu klarifikasi yang memadai
bagi besarnya keanekaragaman norma-norma hukum. Dalam aliran ini, yang
paling banyak sumbangsihnya bagi pembentukan hukum dinamis adalah
mazhab histories dan marxisme.

John Gillisen dan Frist Gorlé, bertitik tolak dengan memilih pandangan
hukum sosialogis, artinya suatu yang dalam hukum tidak bertujuan melihat
perwujudan tersebut dari satu atau lain asas tersebut, melainkan menengok
suatu produk kenyataan dalam kemasyarakatan. Dengan cara ini visi-visi
matrealistis dan spiritualistis sepertinya dapat diperdamaikan satu dengan
yang lainnya. Didalam batas-batas yang dimungkinkan oleh situasi kehidupan
materiil untuk dapat melaksanakan (karenanya ada kemandirian relative ini),
maka hal tersebut memainkan suatu peranan spesifik yang perlu kita teliti.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
4
BAB I
PEMBENTUKAN DAN EVOLUSI
TATANAN-TATANAN HUKUM TERPENTING

I. Terbentuknya Hukum

Jika hukum adalah produk kenyataan masyarakat, bagaimana hal itu


terbentuk. Hal ini sangat sulit untuk ditentukan, oleh karena pengetahuan
kepurbakalaan, etnologi hukum, dan sebagainya menunjukan bahwa pada
kebanyakan bangsa-bangsa primitif di jaman purba kala pun pada saat belum
ada aksara telah dikenal norma-norma prilaku yang berkaitan dengan
perimbangan-perimbangan kemasyarakatan yang berangsur-angsur
menjelma menjadi norma hukum yang sesungguhnya. Penelitian tatanan-
tatanan hukum primitif tuna kasara dan tatanan hukum yang lebih maju
menunjukan bahwa sumber hukum primer adalah kebiasaan (hukum).

A. Kebiasaan Hukum

Disemua pergaulan hidup nampaknya suasana kehidupan


menyebabkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan. Dalam arti yang umum
kebiasaan tersebut tidak lain adalah suatu perbuatan maupun penahanan diri
berbuat sesuatu secara teratur oleh individu atau sekelompok manusia.
Semenara itu, untuk dapat dikatakan kebiasaan hukum harus memenuhi
sejumlah persyaratan : (1) kebiasaan itu tidak boleh merupakan kebiasaan
individual, melainkan suatu kebiasaan kemasyarakatan; (2) kebiasaan itu
harus menyangkut suatu perbuatan (komisi) atau penahanan diri (omnisi),
yang di dalam kehidupan bermasyarakat meluangkan berbagai (setidak-
tidaknya dua) kemungkinan; (3) kehidupan (kebiasaan) ini harus dialami oleh
masyarakat sebagai suatu yang mempunyai kekuatan mengikat ; dan (4)
kebiasaan tersebut harus dikukuhkan oleh penguasa umum.

B. Penguasa Umum atau Negara

Untuk membuat suatu kebiasaan kemasyarakatan menjadi sebuah


norma hukum diperlukan perantaraan penguasa. Tidak dapat disangkal
bahwa dewasa ini penguasa umum muncul kepermukaan dalam bentuk
negara. Antara pemegang kekuasaan dan anggota-anggota kelompok ini

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
5
terjadi sejumlah perimbangan, dimana kedua belah pihak tersebut masing-
masing mengupayakan hal ini oleh situasi dan kondisi materiil serta melalui
keadaan di dalam kelompok itu sendiri memenangkan kepentingan-
kepentingan dan pandangan-pandangan tertentu.

 Sinergi Penguasa dan Masyarakat


Satu hal yang sudah pasti agar perimbangan penguasa masyarakat
dapat mencapai suatu derajat kelanggengan tertentu maka keduanya harus
membentuk sebuah sinergi yang mengasumsikan adanya suatu minimum
kepentingan bersama.

 Berakhirnya Eigenrichting (Tindakan Main Hakim Sendiri)


Kepentingan penguasa umum untuk mempertahankan diri, baik untuk
dirinya sendiri maupun bagi kelompoknya dalam hubungan dengan dunia luar
dilakukan melalui upaya mencegah terjadinya sengketa antara para anggota
kelompok satu sama lain atau jika perlu, mengusahakan sekeras mungkin
penyelesaian perselisihan yang terjadi secara damai.
Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menanggulangi
sengketa tersebut yaitu : (1) pembasan yang kemudian disusul dengan
larangan sepenuhnya terhadap tindakan main hakim sendiri; (2) pengukuhan
dan bertanggungjawan atas celaan sosial atau sanksi yang dikenakan karena
tidak memenuhi kebiasan-kebiasan tertentu; (3) menyusun dan
menyeimbangkan kebijakan, prosedur dan/atau badan-badan yang membuat
aturan dan peraturan untuk menyelesaiakan perselisihan-perselisihan.

II. Aturan Pengakuan dari Hart

Pengukuhan kebiasaan-kebiasaan merupakan gejala yang oleh ahli


filsafat hukum Inggris, Hart, disebut “aturan pengukuhan” (rule of recognition).

A. Perkembangan Tatanan-tatanan Hukum

Pada awalnya suasana hukum meliputi semata-mata hubungan-


hubungan dan perimbangan-perimbangan kemasyarakatan, yang
mempunyai arti yang fundamental bagi keterikatan dan keterpaduan
kelompok; perbuatan-perbuatan melawan hukum seperti pembunuhan,
pencurian dan lain-lain. Perbuatan-perbutan demikian tidak secara langsung
dilarang sebagaimana mestinya. Namun penguasa melarang tindakan main
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
6
hakim sendiri sehubungan dengan persengketaan yang terjadi, karenanya
dan dikukuhkan, atau membuat aturan-aturan serta menetapkan tarif-tarif
untuk mempermudah (composition) penyelesaian perselisihan secara damai
antara para pihak yang bersengketa. Demikian pula hak-hak dan kewajiban-
kewajiban antara anggota kelompok dan kekuasaan umum perlu dituang
dalam peraturan atau cara lain. Ketentuan-ketentuan tersebut, baik larangan
langsung atau tdak langsung maupun berupa hak-hak dan kewajiban-
kewajiban terhadap penguasa merupakan norma-norma hukum yang
mengandung sebuah perikatan. Yang menjadi dasar aturan-aturan seperti itu
adalah hubungan-hubungan dan perimbangan-perimbangan
kemasyarakatan yang ditandai dan diwarnai kepentingan-kepentingan timbal
balik yang harus ditakar satu dengan lainnya.

Derajat saling mempengaruhi secara timbal balik yang terjadi antara


kebiasaan-kebiasan masyarakat yang tumbuh dan berkembang dan aturan-
aturan hukum yang dibuat penguasa sangat bergantung pada perimbangan-
perimbangan kekuatan yang ada antara berbagai kelompok masyarakat dan
penguasa.

B. Keadilan,Keseimbangan,dan Kepastian Hukum (Pembagian lebih lanjut


atutarn-aturan menurut Hart)

Hart menamakan norma-norma dengan “aturan-aturan hukum primer”


dan “aturan-aturan sekunder”. Norma-norma tersebut telah menjawab atau
merespon yang oleh Redbruch dianggap sebagai komponen ide hukum, yakni
keadilan dengan asas keseimbangan dan kepastian hukum. Ide hukum
tentang keadilan, keseimbangan, dan kepastian hukum digunakan di dalam
masyarakat yang lebih maju dalam menciptakan peraturan-peaturan bidang
pergaulan hidup yang mendasari penggunaan hukum sebagai sarana bukan
saja untuk menertibkan masyarakat tetapi juga untuk mengubahnya atau
mengarahkannya kesuatu jalur evolusi tertentu.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
7
BAB II
TATANAN HUKUM PRIMITIF MENUJU HUKUM MODERN

I. Titik Tolak : Pra Sejarah Hukum dan Sejarah Hukum


Sejak terjadinya hukum, maka dalam benihnya dapat dikatakan telah
ada hampir seluruh komponen, yang berlangsung berabad-abad untuk
kemudian menghasilkan tatanan hukum modern masa kini. Konsensus yang
terjadi antara yang memerintah dan yang diperintah, bertumpu pada suatu
gagasan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban yang dapat
dijadikan dasar keadilan.
Pengakuan, pengukuhan, dan pemberian sanksi kebiasaan oleh
penguasa dengan serta-merta menujukan bahwa atas inisiatif sendiri ia juga
dapat mengeluarkan larangan dan perintah. Inilah awal dari perundang-
undangan. Juga telah ada peradilan, yang di dalamnya seringkali putusan-
putusan yang diambil oleh pejabat-pejabat atau badan-badan peradilan
diberlakukan sebagai preseden-preseden untuk waktu yang akan datang.

A. Tatanan-tatanan Hukum Primitif

Pada umumnya semua bangsa pernah mengalami evolusi hukum


selama berabad-abad sebelum periode mereka mempergunakan aksara.
Perbedaan antara pra sejarah hukum dan sejarah hukum pada hakikatnya
terletak pada perbedaan antara bangsa-bangsa tuna aksara dan bangsa-
bangsa beraksara. Dengan demikian aksara ini dapat dikatakan merupakan
faktor kebuyaan terpenting yang menentukan pengevolusian hukum.
Sementara periode peralihan pra sejarah hukum ke sejarah hukum berbeda
antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Misalnya antara lain :
bangsa Mesir peralihan tersebut terjadi sekitar abad ke- 28 dan 27 SM,
bangsa Romawi antara abag ke- 5 dan 6 SM, bangsa Germania pada ke-5
sesudah Masehi.
Karakteristik umum tatanan hukum bangsa-bangsa tuna aksara
sebagai berikut : (1) tidak tertulis; (2) tidak ada hukum kebiasaan primitif
umum; (3) setiap kelompok sosial mempunyai hukum kebiasaan masing-
masing; (4) hukum dan agama belum mempunyai perbedaan sistem norma

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
8
yang jelas; (5) Agama mempunyai peranan besar dalam tatanan hukum
primitif.
Aturan-aturan hukum primitf merupakan pengungkapan yuridis
hubungan-hubungan kemasyarakatan. Hal-hal tersebut terbentuk dengan
makin berkembanya hubungan-hubungan sebagai berikut : (1) hubungan-
hubungan keluarga; (2) hubungan kelompok keluarga; (3) hubungan bangsa;
(4) penguasaan benda-benda bergerak; dan ( 5) hubungan kelas-kelas dalam
masyarakat.

B. Tatatan Hukum Arkais

Melalui penemuan aksara perkembangan yuridis mengalami


kemajuan. Pra sejarah hukum telah lewat dan sejarah hukum antik muncul
kepermukaan. Awal dari periode ini sekitar tiga puluh abad Sebelum Masehi.
Peradaban-peradaban daerah perkotaan yang berasal dari abad ke- 40 dan
30 SM menampakan diri di tiga kawasan besar, yaitu : (i) Mesir, di delta sungai
Nil; (ii) Mesopotamia, di lembag sungai Tigris dan Eufrat; dan (iii) lembah
sungai Indus dengan kota-kota Harappa, Amri, Mahenjo-Daro, dan lain-lain.
Kota-kota tersebut mempunyai pemerintahan sendiri dan yang terpenting
adalah seni tulis menulis telah ada seperti hierogrif di Mesir, tulisan paku di
Mesopotamia, dan huruf-huruf brahmi dan kharasti di India. Atas dasar
peluang untuk mencatat aturan-aturan hukum ini, maka terjadilah tatanan-
tatanan hukum, yang disebut Arkaistis.

(1) Hukum Mesir

Selama hampir 40 abad lamanya, perkembangan hukum di Mesir


mengalami periode-periode pasang surut, yang kira-kira berlangsung
bersamaan dengan fluktuasi-fluktuasi besar kekuasan-kekuasan raja-raja
Mesir, para Fira’un. Sampai tiga kali sejarah Mesir telah berevolusi dari suatu
tatanan feodal patriakhat ke kekuasan tokratis yang sentralistis dan seiring
melemahnya kekuasan tersebut, kembali ke tatanan neo-feodal. Di bawah
tatanan feodal yang disebut “leenstelsel”, tanah sesuai kebutuhan diberikan
sebagai pinjaman, persetujuan peminjaman tanah ini dibuat di bawah sumpah
dan perempuan berada dalam situasi hina dina. Keturunan melalui garis ibu
dan endogami, mengijinkan perkawinan antara kakak dan adik perempuan
yang merupakan ciri-ciri khas hukum keluarga Mesir kuno
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
9
Nampaknya orang-orang Mesir tidak meninggalkan peraturan
perundang-undangan atau kitab-kitab undang-undang (kodifikasi), setidak-
tidaknya belum ditemukan hal-hal seperti itu. Meskipun demikian, banyak
sekali ditemukan pengumuman dan pemberitahuan tentang undang-undang
tersebut, yang pada hakekatnya telah pernah ditulis sebelumnya, tetapi
karena dalam periode-periode pemberontakan kesemuanya itu telah dibuang
atau dihancurkan. Pada sisi lain dikenal “pelajaran-pelajaran dan buku-buku
kepintaran” yang di dalamnya dijumpai asas-asas tentang hukum yang
bertujuan melindungi barang dan orang dalam pergaulan hidup.

(2) Hukum Babilonia : Zaman Hamurabi

Di Babilonia, sebelum kodeks Hamurabi, juga terdapat kodeks lain,


yaitu : (i) kodeks Urnami, sekitar tahun 2040 SM; (ii) kodeks Esinunna, sekitar
tahun 1930 SM disebuah kerajaan Akadia. Kodeks inimempunyai 60 Pasal;
(iii) kodeks Lipitisitar, yang ditulis sekitar tahun 1880 SM dan mempunyai 37
Pasal. Dibandingkan dengan kodeks-kodeks yang tersebut, kodeks Hamurabi
merupakan “kitab undang-undang yang terpenting dan terbesar” yang terdiri
dari 282 Pasal. Untuk pertama kali dalam sejarah hukum telah ditetapkan
sederet asas-asas seperti hak milik (eigendom) yang sangat individualistik,
sewa bawaan (onderhuur), dan juga perbutan melawan hukum (onrechtmatig
daag). Hukum pidana dalam kodeks Hamurabi terkenal kejam seperti
hukuman mati, pemblasan dendam, pengundungan tangan, jari dan lain-lain.

(3) Hukum Hindu

Hukum Hundu nampaknya berkembang lebih banyak di suasana


aggaris, diantara berbagai daerah pedesaan, baik yang kecil maupun yang
besar. Kesatuan dan persatuan yang tidak dapat dipungkiri yang diperlihatkan
oleh hukum Hindu tradisionil disebabkan oleh faham Brahmanisme. Adapun
Brahmanisme ini bukan saja menganut hukum bahwa manusia itu tidak sama
satu dengan yang lain, tetapi juga membagi-bagi umat manusia dalam kasta-
kasta. Untuk setiap kasta tersedia hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-
masing.
Kasta-kasta tersebut dibagi dalam kelompok-kelompok keluarga
patriarchal dengan kekuasaan seumur hidup dari kakek tertua atas

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
10
perempuan-perempuan, anak-anak, dan budak-budak. Beberapa contoh
hukum Hindu tentang keluarga antara lain : kewajiban janda untuk
melanjutkan perkawinan denga kakak laki-laki dari almarhum suaminya
(leviraatshuweklyk) atau “kawin ipar”, atau mengikuti suaminya dalam
kematian; menyerahkan anak-anak laki-laki dari anak perempuannya kepada
ayah yang tidak mempunyai anak laki-laki; harta milik bersama keluarga
dengan mengecualikan anak-anak perempuan.
Hukum Hindu adalah tatanan hukum yang diwahyukan sekaligus
hukum ini suatu tatanan yang bertumpu pada asas-asas umum tentang
ketidaksamaan manusia, tatanan kasta. Apa yang paling dekat
persamaannya dengan pengertian penulis tentang hukum adalah yang
disebut “darma”, “kewajiban”. Jadi, darma adalah keseluruhan aturan hidup,
yang harus diataati oleh manusia karena setatusnya dalam masyarakat.
Tujuan darma adalah tujuan esensiil masyarakat; hal ini harus memberikan
peluang kepada setiap kasta untuk memenuhi kewajibanya.
Sumber-sumber darma terdiri atas :
(1) Kitab suci Weda, yang pada hakikatnya mempunyai dua pengertian, yakni
pengetahuan pada satu sisi dan pada sisi lain naskah-nahkah suci, yang
di dalamnya dicatat apa yang diwahyukan;
(2) smr’ti atau tradisi sebenarnya berarti “ingatan”, diantaranya yang paling
terkenal manusmr’ti (ingatan Manu), yang disebut kodeks Manu. Kodeks
Manu ini meliputi 12 buku dan kurang lebih 5400 ayat. Kodeks ini juga
merupakan pembagian secara metodis pertama kedalam cabang-cabang
hukum (hukum keluarga, huku perikatan, dan hukum pidana), malahan
ditinjau dari isinya menunjukan tentang adanya kematangan pemikiran
yuridis yang sangat maju. Misalnya nuansa perkembangan di dalam
pembagian tahap-tahan persetujuan, cacat-cacat dalam pemberian
persetujuan, dasar-dasar tanggung jawab hukum, title-titel daluarsa
akuisitif, dan lain-lain.
(3) Kebiasaan, hal ini dipandang oleh penganut Hindu sebagai sumber
hukum. Bahkan dalam kenyataanya, kebiasaan menjadi sumber hukum
terpenting hukum positif Hindu, karena ia menambahkan dan melengkapi
peraturan-peraturan yang dijabarkan dari kitab-kitab suci.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
11
II. Tatanan Hukum Maju atau Mapan

Ciri umum tatanan hukum maju atau mapan mempunyai kesamaan


bahwa mereka adalah tatanan-tatanan hukum dunia sekuler, yang di
dalamnya penyelenggaraan hukum berlandaskan jalan pikiran rasional, di
mana hukum telah mencapai suatu derajat kompleksitas, abstraksi, dan
sitematisasi dengan akibat bahwa hal ini merupakan subjek studi dan
dilaksanakan oleh para spesialis yang khusus didik untuk itu.
Sekularitas hukum tersebut, bertumpu pada pengembalian
penguasaan keagamanaan ke dalam suasananya sendiri, yakni bidang
keagamaan dan kedua pengeluaran unsure-unsur irasionil dalam hukum,
misalnya dalam hukum pembuktian. Sementara ciri rasional, sitematisasi, dan
abstraksi pada hakikatnya merupakan sebab dan akibat suatu ciri khas yang
terakhir dari tatanan hukum modern. profesionalisme dan pengilmiahan
(verwissenschaftlichung).
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN
PERKEMBANGAN HUKUM

Hukum merupakan suatu produk hubungan-hubungan dan


perimbangan-perimbangan kemasyarakatan, maka di dalam proses
penciptaan dan perkembangannya ia ditentukan oleh sejumlah aspek
hubungan-hubungan dan perimbangan-perimbangan tersebut. Tidak mudah
untuk menelusuri dan menetapkan sumbangsih beberapa faktor yang benar-
benar berperan dalam penciptaan dan perkembangan huku karena faktor-
faktor tersebut tampil ke permukaan dalam beraneka ragam sifat dan bentuk.
Beberapa diantanya yang paling penting, yaitu :

I. Faktor-faktor politik
Faktor-faktor politik terutama meliputi : (1) adanya penguasa; (2)
penguasa agama; (3) tradisi imperial; (4) kekuasaan tersentralisasi; (5)
bentuk-bentuk kekuasaan.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
12
II. Faktor-faktor ekonomi
Menurut Marx dan Engels bahwa factor ekonomis mempunyai
pengaruh absolute atas perkembangan kemasyarakatan. Akibatnya, hukum
sebagian besar ditentukan oleh ekonomi.

III. Faktor-faktor Agama dan Idiologi


Pencampuran antara aturan-aturan agama dan masyarakat dalam
satu sisi, dan kekuasaan-kekuasaan kerohanian dan keduniawian pada sisi
lain menunjukan mengapa agama juga dipandang sebagai factor penting
evolusi hukum, dimana

IV. Faktor-faktor Kultural


Faktor-faktor kultural ini tidak hanya penting bagi penghalusan teknik
hukum yang semakin meningkat, tetapi juga berpengaruh secara
berkelanjutan terhadap pandangan-pandangan yang dianut dalam pergaulan
kemasyarakatan. Faktor kultural tersebut antara lain :
(1) Aksara, yakni terciptanya seni tulis-menulis. Dimana hukum pada
hakikatnya hanya dapat hidup mandiri dan berkembang menjadi ilmu
pengetahuan bilama orang-orang dapat membaca dan menulis.
(2) Resepsi, yakni pengambilalihan oleh suatu kelompok hasil-hasil
perolehan budaya kelompok lain.
(3) Aliran-aliran budaya besar, seperti Helenisme pada zaman dahulu
(oudheid), Renaisans Karolingis pada awal abad pertengahan, dan pada
akhir abad pertengan meliputi : (i) Aristotelisme Kristen (ii) Renaisans,
yakni aliran budaya yang telah menggunakan pengaruhnya atas semua
bidang kegiatan manusia, baik terhadap seni, ilmu pengetahuan,
literature, politik dan lain-lain; (ii) Era pencerahan yang merupakan aliran
kejiwaan yang mendominasi pada abad XVIII; (iii) Mazhab Romantik,
seperti dalam historiche rechtschule dijumpai beberapa aliran namun
mazhab romantik yang diwujudkan oleh von Savigny yang mengandalkan
hukum Romawi keluar sebagi pemenang; (iv) Psoitivisme, aliran yang lahir
bagian ke-2 abad XIX dan mempunyai pengaruh yang besar sampai
sekarang; dan (8) Marxisme dan leninisme merupakan aliran yang
diformulasi pada abad XIX oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, dalam
karya seperti Das Capital sementara Lenin memberikan isi yang lain
terhadap pengerian “dictator proletariat” Karl Marx
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
13
BAB IV
TATANAN HUKUM DI DUNIA MASA KINI

1. Tatanan-tatanan Hukum Tuna Aksara

Meskipun tatanan hukum tuna aksara ini mencerminkan suatu stadium


primitif perkembangan hukum, nampaknya hal-hal ini masih di jumpai di dunia
masa kini. Misalnya di sejumlah daerah Afrika, Australia, Brazil, dan tempat-
tempat lain. Pada umumnya tatanan hukum tersebut tidak lagi merupakan
bentuk-bentuk primitif karena telah mengalami suatu evolusi panjang yang
bagaimanapun juga seringkali menuntut tatanan hukum yang lebih maju,
namun demikian asas-asas primitif tetap tidak mempunyai kesamaan dengan
pandangan hukum yang maju.

2. Tatanan Hukum Tradisonal

Tatanan hukum tradisional merupakan tatanan-tatanan yang dijumpai


masa kini namun unsur-unsur fundamental diturunkan dari sumber-sumber
agama atau filsafat, yang asal-unsulnya membentang kebelakang hingga
zaman dahulu, seperti hukum Iberani, hukum Hindu, hukum Cina, hukum
Jepang, hukum Islam.

3. Tatanan Hukum Modern

Tatanan hukum modern masa kini merupakan tatanan hukum yang


keluar dari sumber tradisi kultural Erofa, yakni tatanan hukum Erofa
kontinental maupun tatanan hukum Anglo-Amerika (Common Law). Tatanan
hukum hukum Erofa kontinental merupakan suatu kelompok tatanan hukum
yang seringkali disebut “romanistis-germanitis”, oleh karena campuran unsur-
unsur hukum Romawi dan unsure-unsur dari hukum Germana, terutama
Jerman. Orang-orang Ingris menamakannya Civil Law (satu dan lain hal
karena pengaruh hukum Romawi dahulu, yakni Corpus Juris Civilis dari
Justianus). Sementara Common law ialah hukum yang telah berkembang di
Inggris sejak bagian terakhir abad pertengahan, dari peradilan, dalam hal ini
pengadilan-pengadilan raja. Oleh sebab itu common law asli pun pertama-
tama adalah “judge made law”, artinya suatu tatanan hukum yang terutama
tidak bertumpu pada aturan-aturan hukum yang dibentuk oleh pembuat
undang-undang.
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
14
4. Hukum Iberani

Hukum Iberani adalah ciri khas sebuah hukum agama, ia tidak


mengenal perbedaan antara asas-asas agama dan asas-asas yuridis.
Sumber hukum Iberani ditemukan di dalam kitab suci, yaitu : (1) Alkitab atau
Bible, yakni kitab suci yang mengandung “undang-undang” yang diwahyukan
Allah kepada hamba-Nya; (2) Misyna dan Gemara, yaitu Misyna merupakan
himpunan pendapat para Rabi sedangkan Gemara merupakan glossen
(cacatan-catatan) dari ulasan-ulasan dari Misyna; (3) Talmud merupakan
berkas Misyna dan Gemara yang dijadikan satu.

5. Hukum Yunani

Hukum Yunani merupakan salah satu sumber-sumber sejarah


terpenting bagi tatanan-tatanan hukum modern Erofa. Sejarah Hukum Yunani
dapat dibagi dalam periode-periode berikut : (1) Peradaban Kreta dan
Peradaban Mykene; (2) periode gen (clan, generasi persekutuan local); (3)
Periode poleis (negara kota), terbentuk melalui pengelompokan-
pengelompokan suku-suku di bawah pimpinan salah seorang kepala suku; (4)
periode abad-abad VIII dan VI SM, diantara beberapa Negara kota terbentuk
suatu tatanan demokrasi, seperti Athena. Sumber histories Hukum Yunani
berupa Gortyn, yaitu suatu inskripsi piagam yang berasal dari abad 480-460
SM dan mengandung sejumlah aturan-aturan hukum privat. Di dalam Negara-
negara kota Yunani, hukum perdata tidak begitu berkembang dibandingkan
dengan hukum tata negara.

6. Hukum Romawi Kuno

Sejarah hukum Romawi di zaman kuno meliputi 12 abad, mulai dari


abad VII SM sampai periode kerajaan sampai abad VI. Selanjutnya era
Kaisar Justianus sampai abad XV berlangsung kerajaan Romawi Timur atau
Byzantum. Sumber-sumber Hukum Romawi dibedakan berdasarkan :
(i) Periode dini, yang berlangsung sejak pertengahan abad II SM. Sumber
hukum periode ini berupa kebiasaan (mos maiorum consuetodo) pada
saat Roma dikuasai organisasi clan, sementara pada masa Kerajaan
dan Republik dini sumber hukum berupa undang-undang, yiatu Undang-
undang Dua Belas Prasasti sebagai salah satu fundamen ius civile.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
15
(ii) Periode klasik, yang membentang antara abad II SM sampai akhir abad
III M. sumber-sumber terpenting Hukum Romawi Klasik masih tetap
berupa kebiasaan dan undang-undang. Pada perkembangannya,
undang-undang itu telah menajdi sumber terpeting Hukum Romawi
masa ini. Undang-undang meliputi leges, konsul-konsul senat, dan
terutama constituties kekaisaran yang dibedakan dalam empat kategori
yaitu (i) edikta-edikta, yaitu ketentuan yang mempunyai ruang lingkup
umum; (ii) dekreta-dekreta, yaitu vonis-vonis yang diucapkan oleh Kaisar
atau dewannya berkaitan dengan peristiwa yuridis; (iii) reskripta-
reskripta, yakni jawaban-jawaban yang diberikan oleh kaisar atau
dewannya kepada seorang pejabat negara, seorang megistrat atau
bahkan patikulir; (iv) mandata, yaitu instruksi-instruksi yang diberikan
kaisar kepada gubernur-gubernur provinsi, terutama berhubungan
dengan persioalan administrasi dan perpajakan.
(iii) Periode terlambat, yang berlangsung sejak era Dominat yang tumbuh
dari krisis yang dialami oleh Kekaisaran Romawi pada abad III M.
periode ini ditandai dan diwarnai oleh pemerintahan absolutisme
kekaisaraan, dimana perundang-undangan Kaisar merupakan sumber
hukum terpenting dan pada sisi lain pengaruh Kristen sedang tumbuh
dengan pesat.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
16
BAB V
AGAMA KRISTEN

Agama Krsiten tampil berkat kegiatan-kegiatan penyebaran ajaran-


ajaran Yesus dari Nazaret, yang kelahirannya menandai awal Tarikh Masehi.
Informasi penting bagi sejarah hukum antara lain dapat diseidiki lebih lanjut :

I. Hubungan dan perimbangan antara penguasa gerejawi dan


penguasa duniawi.
Dalam hal ini, secara pundamental teori yang berkembang di Barat
telah didominasi ide bahwa agama Kristen perlu memenuhi sebuah misi di
lapisan atas, yang diarahkan pada Civitas Dei (negara ketuhanan),
sedangkan Civitas Terrena (Negara keduniawian) hanya mengurus ketertiban
dan tidak boleh menghalang-halangi pekerjaan gereja.

II. Yuridikasi Agama Krsten


Satu dan hal karena agama Kristen berkembang dalam konteks negara
Romawi dengan gaya susunan administrasi dan ketertiban hukum, maka
seiring itu gereja berikhtiar membangun di bidang kerohanian sebuah aparat
pemerintahan dan hukum yang serupa. Pada dasarnya ikhtiar gereja tersebut
bertolak dari cita-cita bahwa gereja merupakan sebuah Civitas Dei tersendiri
yang diberi tugas kerohanian. Persoalan-persoalan yang muncul dalam
Civitas Dai ini diatur dalam hukum kanonik melalui teknik yuridis Romawi.

III. Teoretisasi Agama Kristen


Sejak abad XI makin besar dirasakan kebutuhan untuk memberikan
suatu fundamental intelektual yang kokoh kepada moral dengan ajaran
agama Kristen dengan pengandalan filsafat zaman kuno. Akan tetapi, sejak
zaman Modern nampaknya bagi gereja semakin dirundung kesulitan untuk
mengakomodasi dan memadukan ajaran-ajaran atau filosofi Kristen dengan
temuan-temuan ilmu pengetahuan. Sejak masa rasionalisme dan era
pencerahan abad XVIII, gereja telah benar-benar pada persimpangan jalan.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
17
BAB VI
HUKUM ROMAWI DAN HUKUM GERMANA
PADA BAGIAN AWAL ABAD PERTENGAHAN ANTARA LAIN
DI DALAM NEGARA FRANKA

I. Iktisar Historis
Pada era Negara Romawi bangsa Germana bermukim di wilayah
sebelah timur sungai Rin dan sebelah utara sungai Donau. Pada abad V suku-
suku bangsa Franka menetap di kawasa sungai Rin dan Seine. Raja-raja
Frangka Clovis, Dagobert, Pepijn de Korte, dan Charle Agung (Charlemagne)
telah berhasil memperluas kekuasaanya yang membentang mulai dari sunagi
Ebro di Spanyol sampai dengan sungai Elbe di Jerman sekarang. Walaupun
demikian, negara tersebut hanya berdiri untuk waktu yang tidak panjang.
Terjadinya peperangan yang berlangsung selama satu abad untuk
memperebutkan warisan Charles Agung dan penggantinya, maka Francia
Orientalis seorang putra Louis Yang Saleh (Lodewijk de Vrome) yang
berdasarkan pada Traktat Verdum (843) dikukuh menguasai sebelah timur
sungai Rin, telah menyerap seluruh Negara Lathorius dan keseluruhanya
menjadi Negara Germania, yang kemudian menjadi Negara Katolik Roma
bangsa Jerman dan berdiri sampai dengan tahun 1806. Pada awalnya
kekuasan kaisar tetap besar, terutama pada era pemerintahan Otto Akbar
(Otto de Grote) tahun 936-973, Frederik Barbarossa (1152-1190), maupun
Frederi II (1211-1250). Kemudian dengan relatif lemahnya persatuan dan
kesatuan di Negara tersebut, nampaknya sedikit banyak telah membantu
terbentuknya tatanan hukum Erofa yang seragam.

II. Survival Hukum Romawi

A. Personalitas Hukum
Pada awal abad V asas personalitas diterapkan di Erofa Barat.
Hubungan dan perimbangan demografis antara Galia-Romawi dan Germana
bagaimanapun tidak sama. Diantara daerah hukum Germana di sebelah utara
dan daerah hukum Romawi di sebelah selatan terdapat suatu zona, yang
didalamnya diterapkan secara utuh asas personalitas pada abad VI,VII, dan
VIII. Asas personalitas disini berlaku semata.mata bagi hukum perdata dan

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
18
pidana. Apa yang menyangkut negara dan pemerintahan, misalnya tata
Negara adalah murni territorial. Sejak abad IX, asas personalitas perlahan
sirna di seluruh Erofa diganti asas teritorialitas.

B. Himpunan Hukum Romawi Erofa Barat


Penerapan asas personalitas pada hakikatnya telah memungkinkan
hukum Romawi tetap bertahan di Erofa Bara kendati pun Negara Romawi
Barat telah sirna. Akan tetapi, hukum Romawi tersebut tetap mengalami
evolusi, yang sebagian besar melalui kontak dengan hukum-hukum
kebiasaan Germana. Hukum Romawi blasteran ini, dalam bahasa Jerman
disebut. Vulgarreht. Kendati demikian, para raja dari kerajan-kerajaan
Germana bagian selatan, sekitar tahun 500 merasa perlu menyususun
himpunan-himpunanhukum Romawi, untukkepentingan para hakim.
Himpunan hukum tersebut dilakukan sekitar tiga puluh tahun sebelum
kodifikasi besar hukum Romawi atas perintah kaisar Justianus di Negara
Byzantium : digesta, Codeks dan Institutiones, yang tetap dikenal di Erofa
Barat sampai abad XII.

C. Sumber-sumber Hukum di Negara Frangka


Sumber hukum Negara Franka dibedakan : (1) Reichsrecht, yaitu
perundang-undanagn kerajaan (selelah tahun 800 perundanag-undanagn
kekaisaran, pada asasnya seragam untuk seluruh Negara); Volkrechte, yaitu
hukum, terutama hukum kebiasaan, dari masing-masing bangsa yang
berbeda, yang dipersatukan di bawah kekuasan raja-raja Franka. Reichsrecht
dan Volkrechte tidak merupakan tatanan-tatanan hukum yang terpisah satu
denngan yang lain. Reichsrecht ini pada umumnya menyangkut
pemerintahan sedangkan Volkrechte berkaitan dengan hubungan-hubungan
privat.

D. Leges Barbarorum
Terdapat sejumlah Leges Barbarorum dikenal di wilayah Franka,
antara lain : Lex Salica, Lex Riburaria, Ewa ed Amorem, Lex Burgundionum,
dan lex Frisionum. Leges ini pada hakkatnya bukanlah kitab undang-undang
yang sesungguhnya, bahkan bukan pula undang-undang dalam arti masa
kini. Leges ini merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dengan bantuan para

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
19
urteilfinder (para pendamping yang harus melaksanakan legem dicere, yakni
menemukan putusan) dibuatkan catatan dan disetujui penguasa.

E. Perundang-undangan Raja di dalam Negara Frangka


Pada periode Merovia dan Karolingis, undang-undang merupakan
sumber hukum disampinng kebiasaan. Para Raja Merovia dan terutama raja-
raja Karolingis telah berupaya menyeragamkan hukum dengan jalan
meniadakan asas personalitas dan melalui penerapan peraturan mereka
sendiri diseluruh wilayah Negara.
Perundang-undangan raja-raja Merovia pada hakikatnya melanjutkan
tradisi Romawi, bukan saja yang menyangkut terminologi, melainkan juga dari
segi bentuk dan isi dan sedikit sekali mengeluarkan undang. Sementara raja-
raja Karolongis telah banyak membuat peraturan perundang-undangan.
Terutama Charles Agung, Louis de Vrome, dan Cahrle de Kele. Sejak
pemerintahan Charles Agung, peraturan perundang-undangan lazimnya
dsebut capitularia atau capitula. Kekuatan mengikat capitula tersebut
sesungguhnya bersumber pada otoritas sang raja, yaitu hak untuk melarang,
hak untuk memerintah, dan hak untuk menjatuhkan hukuman yang disebut
bannum.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
20
BAB VII
TATANAN FEODAL

Tatanan feodal di Erofa Barat berkembang menjelang abad X, XI, dan


XII dan selama tiga abad itu institusi-institusi feodal memperoleh bentuknya
yang definitif. Di Perancis, Burgondia, dan Italia tatanan feodal ini memainkan
peranan besar di dalam kehidupan kemasyarakan dan hukum. Sementara di
Jerman, feodalisme mengenal zaman emasnya setelah Ottonen dalam abad
XII, XIII, dan bahkan abad XIV. Di Inggris feodalisme diintrodusir oleh kaum
Normandia pada tahun 1066, setelah pertempuran hastings dan sebagai
akibat peranan raja di dalamnya, maka tatanan feodalisme Inggris memiliki
cirri-ciri khas tersendiri. Sedangkan di Spanyol tatanan feodalisme ini
dimasukan reconquista yaitu perampasan kembali jazirah Spanyol oleh raja-
raja Kastila dan Aragon dari bangsa Arab.
Tatanan feodal tersebut ditandai dan diwarnai oleh serentetan institusi
yang sebagian besar terjadi selama periode raja-raja Merovia dan Karolinga
serta telah berlangsung terus sampai abad XVIII. Institusi-institusi dimaksud
adalah sistem-sistem vassal (Negara tertentu taklukkepada Negara lain), leen
(peminjaman tanah), imunitas (kekebalan), horigheid (benda-benda tak
bergerak milik Negara) dan dominal (petani terikat pada tuannya).
.Sistem vasal adalah ikatan pribadi di dalam hubungan dan
perimbangan feodal-vasal, sedangkan sistem leen ini merupakan ikatan
kebendaan. Sistem vasal tumbuh sebagi akibat ketidaksetabilan dan
keamanan periode-periode Marovia dan Karolinga, yaitu orang-orang
merdeka (non budak) meminta dan mendapat perlindungan (commandare-
commandatio) dari seorang yang berkuasa (senior), asalkan mengucapkan
janji akan setia kepada senior tersebut,bahwa harus taat dan membantu
secara fisik maupun nasehat (concilium et auxilium). Sistem leen tercipta
melaui beneficium (=baik hati, anugrah). Leen merupakan hak menguasai
biasanya sebidang tanah, yang diberikan oleh senior atau majikan leen
tersebut kepada vassal-nya, untuk memberikan kesempatan kepada pihak
yang tersebut terakhir untuk dapat menutupi biaya-biaya kehidupannya dari
penghasilan tanah tersebut.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
21
Kebiasaan (adat) merupakan satu-satunya sumber hukum selama
masa feodal. Pada hakikatnya kebiasan-kebiasaan ini tidak diketahui karena
hal-hal tersebut tidak meninggalkan bekas-bekas tulisan, seperti akta-akta
maupun vonis-vonis tertulis, kontrak-kontrak yang merupakan dasar adanya
bukti tentang pemberian ijin mempergunakan tanah milik bangsawan, janji-
janji pada penggarap tanah, dan lain-lain.
Pada masa feodalisme ini, mampir tidak ada peraturan perundang-
undangan yang dibentuk. Hukum sama sekali tidak dicacat di sisni. Jadi, tidak
ditemukan lagi kitab undang-undang mauun kitab hukum. ini adalah era
tampa aksara baru. Kebanyakan orang malahan belum menguasai teknik tulis
menulis maupun seni baca, para hakim (antara lain kaum bangsawan dan
pejabat-pejabat daerah) yang pada umumnya tidak cakap membaca sebuah
naskah yuridis. Dan biasanya mereka mengadili suatu perkara dengan
mengandalkan takdir ilahi, terutama untukpembuktian yang sudah barang
tentu dilakukan dengan cara-cara irasional.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
22
BAB VIII
SUMBER-SUMBER HUKUM PADA AKHIR ABAD PERTENGAHAN
DAN ZAMAN MODERN ABAD XIII – XVIII

I. Ikhtisar Umum

Masyarakat Erofa Barat mengalami perubahan-perubahan mendasar


di dalam abad XIII meskipun institusi-institusi feodal masih tetap berlangsung.
Undang-undang sedikit demi sedikit kembali menjadi sumber hukum, bahkan
bukan sang raja saja yang membentuk undang-undang melainkan juga para
tuan tanah maupun pemerintah kota-kota. Akan tetapi, kegiatan perundang-
undangan masih terbatas ruang ringkupnya. Di dalam bidang hukum perdata,
kebiasaan masih tetap merupakan sumber hukum yang terpenting.
Di dalam sejarah hukum dijumpai kontinuitas antara abad-abad
pertengahan dan zaman-zaman modern. Abad XIII merupakan suatu
momentum penting dalam sejarah negara dan hukum. Dalam bidang yuridis,
raja-raja absolut memperjuangkan terutama untuk mempersatukan hukum
negara mereka. Pada abad ke XVI berkat ditemukannya seni mencetak buku,
maka hukum semakin lama dicatat. Pendokumentasian hukum mencapai titik
kulminasinya dalam gerakan kodifikasi, yang mulai tampil pada abad XVIII,
terutama di Jerman dan Italia. Pada abad-abad ini, undang-undang menjadi
sumber hukum terpenting menggantikan kebiasaan.

II. Kebiasaan

Seorang ahli hukum Vlanderen dari abad XVI, Filips Wielan, kebiasaan
sebagai sumber hukum didefinisikan sebagai berikut :
“Kebiasaan adalah hukum tidak tertulis yang terdiri dari ketentuan-
ketentuan sehari-hari(usance) dan perbutan yang terus-menerus oleh
orang-orang dalam kehidupan dan pergaulan hidup serta diwujudkan
secara nyata tanpa paksaan masyarakat atau bangsa, selama
kebiasaan itu diikuti secara berkesinambungan”

Dari ketentuan tersebut dapat diketahui karakteristik-karakteristik kebiasaan


yaitu : (i) hukum tidak tertulis; (ii) dibentuk oleh kelaziman dan tindakan-
tindakan berulang-ulang; (iii) dijadikan kelajiman di muka umum; (iv) tanpa
bantahan mayoritas kelompok sosial politik; (v) kebiasaan tersebut harus

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
23
pernah diterapkan selama periode tertentu yang cukup lama; (vi) kebiasaan
harus rasional.
Salah satu kelemahan hukum kebiasaan adalah tidak mempunyai
kepastian oleh karena tidak dituangkan secara tertulis. Kesulitan-kesulitan
yang disebabkan oleh tidak adanya kepastian hukum nampaknya mulai
disadari para raja. Di Perancis, pencatatan resmi hukum-hukum kebiasaan
mulai diselenggarakan pada XIV, ketika Raja Charles VII memberi perintah
melalui ordonansi Montil les Tours tahun 1454. Di negeri Belanda hal tersebut
di lakukan 77 tahun kemudian melalui ordonansinya tahun 1531. Selajutnya,
para raja memerintahkan pencetakan kebiasan-kebiasan tersebut sehingga
pada hakekatnya tidak lagi merupakan kebiasan-kebiasan murni dan dalam
realita menjadi undang-undang yang berasal dari kebiasan-kebiasaan hukum.

III. Undan-undang
Peranan besar perundangan-undangan pada hakikatnya dimainkan
oleh evolusi umum hukum di dalam masyarakat yang semakin individualistis,
dimana peranan keluarga dan kelompok-kelompok yang mendapatkan
privilese-privilese di dalam bidang kemasyarakatan, politik dan hukum mulai
melemah. Titik akhir evolusi tersebut adalah gerakan kodifikasi yang pada
abad XVIII di bawah pengaruh hukum alam dan pencerahan yang makin hari
berpengaruh. Gerakan ini memperoleh kemenangan dengan pecahnya
Revolusi Perancis serta mencapai titik puncaknya pada kodifikasi-kodifikasi
Napoleon (awan abad XIX).
Perundang-undangan kodifikasi sejak abad XIX tetap merupakan
sumber hukum terpeting di benua Erofa dan di banyak wilayah, yang
membiarkan diri diilhami dan dipengaruhi oleh burgerliche gesetzbuch
Jerman dan terutama code Napoloen. Undang-undang ini bukan lagi
uangkapan atau kehendak sang raja, melainkan sejak Revolusi Perancis
adalah kemauan rakyat melalui dewan perwakilan rakyat. Oleh karena itu hal
ini hampir dipandang sebagai sumber hukum terpenting, bahkan pada
mulanya hampir sebagai satu-satunya sumber hukum.
IV. Hukum Kanonik
Hukum Kanonik adalah hukum anggota-anggota persekutuan kaum
Kristiani, lebih khusus lagi Gereja Katolik-Roma. Istilah “kanonik” ini berasal
dari kata Yunani, yaitu kanon yang berarti regula atau aturan. Nama ini
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
24
diberikan pada keputusan-keputusan konseli-konseli di abad-abad pertama
tarirh Masehi. Hukum Kanonik ini memainkan peranan penting di dalam
evolusi umum hukum oleh sebab pengaruh gereja terhadap persekutuan-
persekutuan Erofa Barat di abad-abad pertengahan. Sampai saat ini kaum
Katolik menganggap dirinya tunduk pada dua buah tatanan hukum, yaitu
hukum Negara dan hukum kanonik.
Secara kronologis, perkembangan Hukum Kanonik dapat dibedakan
pada tiga periode, yaitu : (1) fase yang menunjukan peningkatan, yakni dari
abad III sampai dengan XI; (2) fase titik kulminasi pada abad XII dan XIII; dan
(3) fase menurun secara berangsur-angsur sejak abad XIV dan menurun
secara derastis sejak abad XVI. Akan tetapi, hukum kanonik masih tetap
merupakan hukum yang hidup meskipun telah terjadi sekulerisasi institusi-
institusi hukum perdata dan hukum publik.
Sumber hukum kanonik adalah Wahyu Tuhan sebagaimana ditemukan
dalam kitab suci yang merupakan satu-satunya dari Hukum Ketuhanan (ius
divinum). Hukum ketuhanan ini adalah seperangkat aturan-aturan yuridis
yang dijabarkan dari kitab suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Hukum ini ditambah serta dilengkapi dan disesuaikan dengan dekrit-dekrit
konsili-konsili dan dekteral-dekteral para paus maupun oleh kebiasaan. baik
perjanjian lama maupun perjanjian baru

V. Ajaran Hukum
Ajaran hukum menduduki tempat penting di dalam perkembangan
hukum sejak abad XVI. Ia tidak hanya membatasi diri pada penelaahan
Hukum Romawi dan Hukum Kanonik, tetapi juga hukum pribumi setiap
Negara. Undang-undang dan kebiasaan-kebiasaan di jadikan subjek studi
ilmiah. Dengan demikian, terjadilah pengilmiahan dari hukum itu sendiri, yang
dipelajari secara ilmiah sehubungan dengan pelaksanannya. Pada abad XVII,
Mazhab Hukum Alam mengalami masa pemekarannya, antara lain Grotius.
Walau bagaimanapun juga, hal ini telah menjurus ke arah globalisasi dan
kesatuan hukum.

VI. Organisasi Kehakiman dan Peradilan


Dengan adanya hirarkisasi pengadilan-pengadilan dan perkembangan
institusi permohonan banding terhadap putusan-putusan majelis-majelis
kehakiman yang lebih rendah, maka peradilan selama zaman-zaman modern
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
25
ini lama-kelamaan menjadi sumber hukum tersendiri. Lazimnya hakim-hakim
merasa terikat pada putusan hakim-hakim sebelumnya atau putusan-putusan
pengadilan yang lebih tinggi. Peradilan ini disebarluaskan melalui kumpulan
putusan-putusan dan arest-arest. Pengaruh peradilan terhadap sumber-
sumber hukum lain adalah sangat besar. Selain itu, peradilan pun telah
membantu dalam proses romanisasi hukum baik di Perancis, Jerman, dan
Belanda.
Peradilan telah banyak membantu dalam pembentukan hukum
modern, yaitu : (1) mengenai kekuasan pengadilan-pengadilan memberikan
makna kepada preseden-preseden; (2) karena pengaruh putusan-putusan
pengadilan rendah dan arrest-arrest pengadilan yang lebih tinggi terhadap
penyusunan hukum-hukum kebiasaan dan ajaran hukum.
Pada abad XIII, seperti hal sebelumnya, di dalam pengadilan, hukum
di jalankan oleh “hakim-hakim rakyat”, artinya hakim-hakim tanpa latar
belakang yuridis. Sejak abad XIV sampai abad XVIII, jabatan hakim
diselenggarakan oleh hakim-hakim professional, yakni yuris-yuris atau legis-
legis, yang pada umumnya adalah lulusan universitas.
BAB IX
COMMON LAW

I. Hal Ikhwal yang Bersifat Umum

Pada hakekatnya, common law adalah sebuah judge made law,


artinnya hukum yang dibentuk oleh peradilan hakim-hakim kerajaan dan
dipertahankan berkat kekuasaan yang diberikan kepada preseden-preseden
(putusan) hakim-hakim. Dan undang-undang nampaknya hampir tidak
berpengaruh terhadap evolusi common law ini. Akan tetapi, common law
dalam arti sempit ini tidak mencakup tatanan hukum Inggris; disamping
peradilan pengadilan-pengadilan kerajaan telah berkembang pula statute law,
yaitu hukum undang-undang yang dikeluarkan oleh pembuat undang-undang
(legislatif). Statute law ini telah menjadi suatu sumber hukum penting,
terutama selama abad-abad XIX dan XX.
Ungkapan common law telah dipergunakan sejak abad XIII untuk
menyebutkan hukum Inggris secara keseluruhan. Pada abad XV dan XVI,
disamping common law telah terbentuk sepangkat aturan-aturan hukum yang
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
26
lain, yakni apa yang dikenal equity. Betapun juga common law tetap berhasil
mengimbangi perkembangan pengaruh equity tersebut. Saat ini ungkapan
common law tersebut seringkali dipergunakan pula untuk menyatakan
keseluruhan aturan-aturan hukum yang berlaku di Inggris, tanpa
membedakan apakah hal-hal tersebut berasal common law yang asli, equity
maupun statute law. Dalam makna ini, diperbandingkan dengan civil law ,
yakni ungkapan yang dipakai untuk menyatakan tatanan-tatanan hukuk Erofa
Kontinental yang dipengaruhi corpus iuris civilis.

II. Pembentukan Tatanan Cammon Law

A. Hukum di Inggris Sampai Abad XII


Sampai abad XII dan XIII sejarah hukum Inggris dapat dibandingkan
secara tepat dengan sejarah tatanan-tatanan hukum Erofa Kontinental.
Inggris pun merupakan bagian dari Negara Romawi sejak abad I sampai abad
V, namun proses Romanisasi di dalamhukum dan institusi-institusi boleh
dibilang tidak meninggalkan bekas-bekasnya dalam periode-periode
kemudian.
Pada tahun 1066 Inggris ditaklukan oleh Hortog Nertog Normandia,
Willam Penakluk (1028-1087) dalam pertempuran di Hasting. William
menyatakan tidak akan mengubah hukum dan kebiasaan penduduk pribumi,
namun memasukan tatanan feodal yang lazim berlaku di Erofa Kontinental
pada Inggris. Dalam abad XII, kebiasaan tetap merupakan sumber hukum
satu-satunya hukum Inggris, yaitu : kebiasaan-kebiasaan lokal Anglo-sakson,
kebiasaan-kebiasaan kota-kota yang bar didirikan (borough customs),
kebiasan-kebiasaan kaum pedagang, terutama pedagang-pegadang London,
yakni yang dikenal “pie powder” dan lex mercatoria.

B. Susunan Pengadilan-pengadilan Kerajaan : Prosedur Writ

Pada awalnya sang raja sendiri yang memimpin sidang yang


diselenggarakan di dalam istananya, yang disebut dengan curia regis.
Namun, tidak lama kemudian telah dibentuk bidang-bidang spesialisasi,
terpisah dari curia yang sebenarnya. untuk menangani permasalahan-
permasalahan tertentu : (1) court of excheqeur scaccarium, sejak abad XII,
berwenang dalam bidang-bidang financial dan perpajakan; (2) court of
common pleas communia placita, berwenang urusan-urusan pemilikan tanah;
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
27
(3) king’s bench dari bench coram rage, yang berwenang untuk memeriksa
kejahatan-kejahatan terhadap keamanan dan perdamaian di dalam wilayah
kerajaan.
Perluasan wewenang yang berlangsung cepat pada pengadilan-
pengadilan tingkat tinggi ini dimungkinkan terlaksana oleh prosede teknis
yang dipakai untuk menyelesaikan sengketa-sengketa pada majlis-majlis
hakim. Setiap orang yang ingin memperoleh keadilan sang raja, dapat
mengajukan surat permohonan kepada raja. Kanselir sebagai salah satu
penasehat terpentng raja, meneliti surat permohonan tersebut dan bilaman
surat permohonan tersebut dipandang layak, maka kanselir mengirim surat
atas nama raja, sebuah perintah yang disebut writs melalui sheriff untuk
memaksa tertuduh membuat pembelaan. Adapun tatanan writs ini terbentuk
pada abad XII pada saat Hendrik II (1154-1189) menjadi raja. Pada awalnya
writs tersebut diperuntukan dalam menyelesaikan kasus-kasus khusus,
namun setelah itu hal ini menjadi stereotype formula-formula, yang diberikan
oleh konselir setelah membayar sejumlah uang, tampa pemeriksaan
mendalam sebelumnya (writs de cursu).
Jadi, pada pokoknya hukum Inggris berkembang terutama dari suatu
keseluruhan aturan-aturan prosedur dan bukan dari aturan-aturan
menyangkut substansi dasar. Dengan adanya alasan-alasan ini, struktur
common law secara pundamental berbeda dengan tatanan-tatanan Erofa
Kontinental. Dengan tidak adanya kodifikasi, maka tidak ada pula pembagian
dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan yang besar, seperti hukum perdata,
hukum pidana, dan sebagainya, namun berbicara tentang family law
(hukumkeluarga), contract law (hukum kontrak), law of tort (hukum yang
menyangkut perbuatan melawan hukum), dan seterusnya.

C. Sumber-sumber Common Law

Sesungguhnya common law benar-benar diciptakan oleh hakim-hakim


pengadilan kerajaan. Para hakim tersebut mengandalkan kebiasaan,
khususnya pada kebiasaan lama umum kerajaan (general immemorial
custom of the realm). Sejak tahun 1292 putusan-putusan terpenting
pengadilan-pengadilan tinggi Westminster telah dicacat dan disimpan dalam
Year Book. Kemudian, pada abad XVI dijumpai pula Law Reports yang
dicetak dan ini merupakan dokumen-dokumen terpenting bagi kehakiman dan
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
28
advokat. Meskipun common law adalah hukum yurisprudensi, namun baru
pada tahun 1875 hakim-hakim menurut undang-undang wajib menerapakan
prinsip stare decisis (tetap menerapkan apa yang telah diputuskan
sebelumnya, artinya menjunjung tinggi preseden-preseden). Selain itu, para
hakim mempergunakan juga buku-buku hukum besar yang disusun oleh para
hakim. Buku-buku tertua, legibus et consuetudinibus angliae (tentang
undang-undang dan kebiasaan) berasal dari tahun 1187 dan telah
mamainkan peranan penting dalam terbentknya common law.

D. Equity terhadap Cammon Law

Equity dapat dipandang sebagai sebuah pelengkap dan untuk


sebagian lagi sebagai alat koreksi common law, yakni : (1) bilamana common
law memperlihatkan celah-celah kosong, seperti tidak ada writ untuk sebuah
kasus tertentu, yang tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan pergaulan hidup;
(2) bilamana remedy yang disediakan common law (ganti rugi) tidak
memuaskan; (3) bilamana pengadilan common law dalam mengadili orang
memberikan putusan yang tidak adil; (4) bilamana pengadilan common law
tidak berwenang mengadili, misalnya terhadap kaum pedagang luar negeri.
Pada tahun 1873-1875 terjadi peleburan pengadilan-pengadilan
common law dan pengadilan-pengadilan equity sebagai akibat
dikeluarkannya Judicature Act. Sejak itu aturan-aturan common law dan
equity pada prinsipnya diterapkan oleh pengadilan-pengadilan yang sama,
yang pada gilirannya mempercepat prosespeleburan menjadi kesatuan yang
utuh. Judycature Act 1873 menetapkan bahwa untuk selanjutnya equity
mendapatkan prioritas atas common law dan hal tersebut kemudian
dikomfirmasi oleh Supreme Court Act tahun 1981.

III. Trial by Jury

Suau kespesifikan tatanan hukum Inggris adalah peranan penting yang


dimainkan oleh Juri di dalam institusi peradilan. Juri ini di dalam perkara-
perkara hukum baru terbentuk pada zaman Hendrik II (1133-1189), yakni
pada tahun 1166 melalui writ of novel disseisin. Tatanan juri di Inggris masih
tetap bertahan samai abad XX.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
29
IV. Perkembangan Statute Law

Perundang-undangan menduduki tempat kedua dalam tata urutan


sumber-sumber hukum Inggris setelah peradilan. Undang-undang (act of
statute) dipandang sebagai kekecualian atas common law ; hakim harus
menafsirkan undang-undang ini secara sempit, bahkan lebih mengindahkan
kata-katanya daripada jiwanya. Pandangan yang meberikan prioritas kepada
common law nampaknya mulai luntur dengan meluasnya peranan pembuat
undang-undang terutama dalam abad XX. Melalui jalur perundang-undangan
(Acts tahun 1832-1833 dan 1873-1875), telah diadakan perubahan mendasar
di dalam susunan peradilan dan oleh sebab itu reformasi dalamhukum acara
dan hubungan serta perimbangantimbal balik antara common law dan equity.
Dengan cara yang sama, terutama setelah tahun 1945, telah diberlakukan
sustu hukum sosial yang sama sekali baru, walaupu dalam jumlah kecil.

V. Undang-undang Dasar dan Kodifikasi

Kendatu pun peranan besar yang dimainkan oleh perundang-undang,


namun tetap saja Inggris merupakan sebuah Negara tanpa undang-undan
dasar dan tanpa kitab undang-undang. Constitusional law Inggris bertumpu
pada kebiasaan dan pada preseden-preseden, maupun pada beberapa
naskah undang-undang seperti Magna Charta tahun1215, Bill of Right tahun
1689 dan Acts of Union antara Inggris dan Skotlandia tahun 1707. Dalam hal
kitab undang-undang, di Inggris paling tidak telah disusun apa yang disebut
consolidation undang-undang yang ada, antara lain dalam periode 1825-1863
dan beberapa materi terbatas dikodifikasikan seperti sale of goods act (1893),
sejenis kodeks kontrak jual beli, bankruptcy act tahun 1914, dan seterusnya.
Yang dimaksud kodifikasi di Inggris adalah sebuah undang-undang, yang
didalamnya telah dikonsolidaskan bukan hanya undang-undang yang berlaku
sejak dulu, melainkan juga case law.

VI. Penyebaran Common Law di Dunia


Inggris telah membawa dan sedikit banyak dipaksakan kepada semua
negara yang mereka kuasai atau yang mereka jajah, dengan hasil yang
berbeda-beda. Banyak wilayah yang termasuk Kerajaan Inggris, tetap
mengakui kekuasaan hukum Inggris. Kanada misalnya sampai tahun 1949
dan beberapa Negara lain : Selandia Baru; Hongkong, dan Singapura bahkan
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
30
sampai sekarang menganggap majelis pengadilan tertinggi yakni Judicial
Committee of Privy Council, yang terdiri dari 3 sampai 5 anggota-anggota
House of Lords. Di dalam United Kingdom Common Law ini diterapkan di
Walles dan Irlandia Utara, akan tetapi tidak di Skotlandia yang telah
mengalami pengaruh hukum Romawi karena banyak yuris-yuris skotlandia
yang mendapat pendidikan hukum pada universitas Erofa Kontinental. Selain
itu Amerika Serikat dan Australia tergolong Negara-negara common law

BAB X
HUKUM HINDU MASA KINI

I. Dominasi Islam
Sejak abad X, bagian-bagian tertentu sub-benua India sedikit banyak
dikuasai oleh penguasa Islam. Sebagai akibat hal tersebut, yakni sebagaian
penduduk India Timur dan Barat memeluk Islam satu sisi dan Hindu pada sisi
lain. Pada saat Mongol Agung (abad XVI sampai XIX) maka kaum penguasa
pada umumnya menghormati agama dan hukum penduduk India. Peradilan
paskhayat kasta-kasta tetap berlangsung tanpa kendala, namun kekuasan
raja berkurang bagi keuntungan kodi Islam.

II. Dominasi Inggris

Sejak tahun 1857 India berada di bawah kekuasaan Inggris


sepenuhnya. Ratu Viktoria dari Inggrs dinobatkan selaku Kaisar Perempuan
India, sehingga berada diatas hirarki para maharaja dan raja tatanan feodal.
Pada perinsipnya Inggris, sebagaimana koloni-kaloni lainnya berdasarkan
asas “indirect rule”. Institusi-institusi lokal yang ada begitu pula hukum Hindu
tetap berlangsung. Bersamaan dengan hal itu, Inggris berupaya kea rah
pembentukan sebuah hukum India, yang sama bagi seluruh penduduk India,
baik bagi kaum Islam maupun bagi kaum Hindu. Inggris berhasil melalui
perundang-undangan dan dengan reorganisasi peradilan. Dengan demikian
terbentuklah pengadilan campuran, dimana berlangsung proses peradilan
oleh hakim-hakim Ingris yang dibantu oleh para pandit.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
31
III. Republik India Merdeka
India merupakan sebuah Republik merdeka sejak tahun 1947.
Berdasarkan Pasal 372 UUD menyataan bahwa hukum yang dimasukan oleh
pemerintah Inggris, tetap dipertahankan sepanjang tidak bertentangan
dengan pandangan sebuah republic demokrasi yang berdaulat. Oleh karena
itu, banyak perundang-undangan Inggris masih tetap berlaku, hal ini
menyangkut baik perundangan-undangan maupun judge made law. Dengan
demikian India dewasa ini tergolong ngara-negara common law.

BAB XI
HUKUM IBERANI MODERN

Hukum Iberani masih tetap merupakan tatanan hukum pribadi orang-


orang Yahudi (Israel). Disamping itu betapun juga hukum territorial masih
tetap berlaku. Di Israel dijumpai empat buah sumber hukum : (1) Hukum
Iberani tradisional; (2) Hukum Negara Ottoman, antara lain kitab undang-
undang medjelle; (3) common law yang dimasukan tatkala Palestina
merupakan daerah mandat yang atas perintah league of nation dipimpin
Britania Raya (1920-1948); dan (4) perundangan-undangan Knesset,
parlemen Negara Israel.
Di Israel ditemukan pengadilan-pengadilan Negara dan pengadilan-
pengadilan agama (rabinal). Pengadilan rabinal hanya berwenang semata-
mata dalam urusan-urusan perkawinan dan perceraian serta dalam materi-
materi lainnya, yang merupakan pula saingan dalam wewenang memeriksa
dan mengadili kasus-kasus tertentu bagi pengadilan-pengadilan Negara.
Mahkamah Agung mengawasi kedua jenis pengadilan tersebut, dengan
pengertian bahwa Mahkamah ini tidak dapat mengubah putusan-putusan
rabinal,melainkan dapat mengevaluasi apakah para rabi ini tdak melampaui
batas wewenang dan tidak melecehkan prinsip-prinsip peradilan yang layak.
Putusan-putusan Mahkamah Agung ini mengikat bagi hakim-hakim
pengadilan yang lebih rendah, bahkan terkadang Mahkamah Agung tersebut
masih pula bertumpu pada peradilan Judicial Committeeof the Privy Council
periode mandate Inggris. Sebagaimana halnya India, Israel pun masih
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
32
dikonfrontasi oleh problema-problema penyesuaian diri hukum tradisional
terhadap perkembangan sebuah masyarakat modern.
Modernisasi hukum yang telah mencapai banyak kemajuan adalah
dalam bidang hukum dagang, seperti undang-undang unifrm kontrak-kontrak
jual beli. Dalam hukum keluarga, pandangan-pandangan keagamaan masih
sangat signifikan oleh karena kaum ulama dan kelompok-kelompok politik
fundamental masih menentang kesetaraan yuridis perempuan.

BAB XII
HUKUM ISLAM

Hukum Islam adalah hukum pergaulan hidup kum muslimin, artinya


hukum berlaku bagi semua orang yang memeluk agama Islam, dimanapun
mereka berada. Seperti halnya hukum Hindu, maka Hukum Islam pun
merupakan hukum masyarakat Islam dan bukan hukum penduduk suatu
Negara.

I. Agama dan Sejarah


Islam mempunyai arti tunduk kepada kehendak Allah. Tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad rasul-Nya, nabi terakhir Allah Subhannahu
Wata’ala setelah Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Daud dan Isa.
Agama Islam, telah mengalami perluasan cepat, sebagai akibat
kegiatan-kegiatan pengikut-pengikut Nabi Muhammad, para khalif, yang
dalam satu abad mampu menguasai Siria, Mesir, daerah Magrib (Aljazair,
Maroko, Tunisia), Spanyol dan bahkan sebagian Perancis. Negara-negara
besar Muslim menguasai derah-daerah ini dalam abad VIII dan IX, bahkan
bangsa Abbasida memerintah Bagdad. Sejak abad XIV sampai abad XIX
Negara Ottoman (Turki) mendominasi sebagai besar dunia Islam.

II. Syariat dan Fikih


Hukum Islam tidaklah merupakan suatu ilmu pengetahuan tersendiri,
melainkan salah satu aspek agama. Hal ini meliputi teologi (yang
menetapkan dogma, yakni apa yang dipedomani sebagai kepercayaan kaum
Muslimin) dan syariat yang memberikan ketentuan-ketentuan kepada orang-

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
33
orang beriman apa yang wajib apa yang wajib dilakukan dan apa yang wajib
ditinggalkan.
Syariat adalah “jalan yang harus ditemuh” atau “aturan yang
diwahyukan”. Jadi hal ini menyangkut pula hal-ikhwal yang harus dilakukan
oleh orang beriman terhadap Allah (sholat, puasa, jakat, dan seterusnya).
Semua kealfaan dianggap pelanggaran. Fikih adalah pengetahuan tentang
syariat; ia adalah ilmu pengetahuan tentang hak-hak dan kewajiban-
kewajiban manusia, tentang pemberian ganjaran dan hukuman. Fikih ini
menetapkan aturan-aturan perilaku yang diturunkan dari empat sumber
syariat : (i) Al-Quran; (ii) Sunnah; (iii) ijma (kesesuaian pendapat ulama
tentang peristiwa hukum); dan (iv) kias (analogi).

III. Empat Buah Sumber Syariat

A. Al-Quran

Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Ia merupakan wahyu-wahyu


Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW, Rosul-Nya yang terakhir. Prinsip-
prinsip yuridis yang dapat diturunkan dar Al-Quran pada haikatnya memenuhi
tujuan nabi Muhammad SAW, yakni mengganti tata organisasi suku-suku
Arab lama, tanpa adanya kelas-kelas yang memperoleh hak pengutamaan
(privilege). Adapun aturan-aturan yang diletakkan adalah hal-hal yang
mengupayakan mempertinggi mutu akhlaq.

Para hakim (kadi) harus berikhtiar untuk mendapatkan suatu solusi


yang adil dan pantas untuk semua persoalan, mereka harus berjuang
melawan praktek suap-menyuap, memerintahkan keterangan saksi-saksi,
menjaga agar persetujuan-persetujuan dilaksanakan dengan baik, memberi
perlindungan terhada kaum lemah (perempuan, yatim piatu, budak belian).

B. Sunnah

Sunnah adalah seluruh perbuatan dan ucapan Nabi Muhammad,


sebagaimana hal itu dikisahkan oleh para sahabatnya. Pernyataan atau sikap
Nabi Muhammad SAW memunculkan sebuah hadist, yang didalam abad VIII
dan IX banyak hadis ini dikumpulkan dalam buku-buku : yang terpenting
akhirnya tetap ada secara definitive.

C. Ijma

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
34
Ijma’ adalah consensus bersama kaum Islam yang dicapai dengan
bulat. Pada hakikatnya, ini adalah konsesus kalangan para ahli hukum,
“doktores-doktores” syari’at, meskipun hal ini tidak selalu seia-sekata dengan
pandangan khalayak ramai.

Ijma ini sebagaian besar ditetapkan dan dikumpulkan dalam bentuk tertulis
selama abad-abad VIII dan IX Masehi, artinya 100 sampai 300 tahun setelah
Hijrah. Ijma ini diwujudkan oleh ahli-ahli hukum yang mempunyai nama-nama
besar dalam abad VIII dan IX Masehi, terutama oleh mereka yang berasal dari
Bagdad pada saat kekuasaan berada dalamkekuasaan Abasiah, yang
kebanyakan adalah imam-imam biasa tanpa fungsi memimpin maupun
tanggung-jawab politik, namun memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang syari’at, hukum yang diwahyukan Allah SWT.

Dalam peraktek telah diterima sebagai kenyataan bahwa dijumpai


berbagai cara, berbaai jalan untuk tiba pada kebenaran; jalan-jalan ini disebut
madzhab-madzhab. Di dalam dunia Islam dibedakan empat madzhab ialah
madzhab Hanafi, Maliki, Syafei, dan Hambali. Kemempat madzhan itu disebut
kaum sunni,oleh karena mereka ini menjunjung tinggi Sunnah. Disamping
empat madzhab terdapat yang lainnya, antara lain madzhab kaum syi’ih.

D. Kias

Kias artinya analogi atau pikiran secara analogi, dipandang pula


sebagai sumber Syariat : hal-hal ini adalah kesimpulan-kesimpulan yang
dapat jibarkan dari Al-Quran dan Sunnah melalui pemekiran logis. Kias
berfungsi sebagai pengisi-pengisi kekosongan-kekosongan yang ditinggalkan
oleh ketiga buah sumber lainnya.

IV. Sumber-sumber Hukum Pelengkap

Islam tidak memperkenankan dipergunakannya sumber-sumber


hukum lain kecuali syari’at. Walaupun demikian, kebiasaan (orf - yang juga
disebut adapt) dan perundang-undangan (qanun) telah memainkan peranan
yang tidak dapat dianggap remeh, namun kesemuanya itu tidak boleh
bertentangan dengan syari’at.
Lazimnya penyelenggara hukum dilakukan oleh kodi, hakim-hakim
agama dan dibantu oleh kaum awam terpandang yang berasal dari

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
35
masyarakat setempat. Mereka memiliki wewenang penuh untuk mengadili
perkara-perkara, baik yang yang menyangkut perdata maupun pidana.
Adapun fatwa-fatwa merupakan nasihat-nasihatt keagamaan dan hukum,
yang kebanyakan diberikan oleh seorang mufti atau pejabat keagamaan yang
penting.,

V. Evolusi Masa Kini Hukum Islam


Fikih diterapkan pada abad X dan sejak itu tidak diubah lagi. Sekalipun
demikian, ia merupakan salah satu tatanan hukum yang besar masa kini dan
diterapkan dikebanyakan negara-negara Islam. Dan hal ini hanya mungkin
karena fikih tersebut bersifat fleksibel dan dapat menyesuaikan diri pada
evolusi dalam bidang politik dan kemasyarakatan dunia Islam.
Sekalipun kesatuan hukum dan agama sebagai asas umum masih
berlaku, menyebabkan negara-negara Islam sedikit banyak mengalami
evolusi yang berbeda dan beraneka ragam, terutama di bawah pengaruh
factor politik dan juga karena adanya tradisi-tradisi lokal yang sangat bereda
satu dengan yang lain. Sementara itu, perundang-undangan (qanun),
dimungkinkan untuk membentuk disamping hukum agama, sebuah hukum
umum/awawm. Selama berabad-abad raja-raja atau kepala-kepala negara
hanya sedikit sekali mempergunakan peluang tersebut. Sejak abad XX di
kebanyakan negara-negara Islam makin banyak undang-undang dibentuk.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
36
BAB XIII
HUKUM CINA

I. Pendahuluan
Hukum Cina tradisional bukan merupakan tatanan hukum keagamaan
yang ketat; hal ini nampaknya lebih merupakan suatu tatanan hukum yang
terintegrasi ke dalam ajaran filsafat yakni konfusionisme. Diantara ciri-ciri
khas terpenting hukum Cina perlu disebutkan disini adalah pembagian
masyarakat dalam kelas-kelas, dengan aturan-aturan hidup moral dan yuridis
sendiri-sendiri. Kelas-kelas yang mempunyai hak pengutamaan (privilege), ini
tidak menyukai aturan-aturan hukum yang sederhana dan hidup menurut
kewajiban-kewajiaban ritual ‘li’ sedangkan kelas rakyat tunduk pada tatanan
hukum pidana ‘fa’ yang ketat.

II. Sketsa Sejarah


Sejarah Cina membentang ke belakang sampai 30 abad SM, manakala
suku-suku bangsa Cina, yang berasal dari Mongolia, bermukim di wilayah
sungai Kuning serta pada sat itu mereka telah mencapai taraf peradaan suku
bangsa. Sekitar abad XII SM di Cina berkembang tatanan feodal, yang
didalamnya kelas yang memperoleh hak utama terdiri dari ksatria dan kaum
pelajar. Pada kahir tatanan feodal, yaitu abad VI sampai IV SM, hidulah orang-
orang besar yang paling mempengaruhi cara berpikir filosofis dan agama Cina
: Lau-Tse, Konfusius dan Mensius.
Pada abad III mulai berkembang negara Kekasiaran Kuno : Cina
menjadi sebuah negara besar dan luas dengan sistem pemerintah yang
sentralistis, berkat dinaati Tsj’in. Kendatipun dinasti hanya berkuasa 40 tahun
(256-107 SM), betapapun juga ia telah mempengaruhi sejarah dan hukum di
Cina secara langgeng-lestari. Peranannya telah dilanjutkan oleh Dinasti Han,
yang selama empat abad berkuasa ( abad II SM – abad II M). Pada tahun
618-907, Cina kembali tumbuh sebagai negara yang kuat dan penuh percaya
diri di bawah kekuasan Dinasti T’ang. Namun setelahnya, Cina kembali
mengalami kejatuhan. Kesatuan poltik negara kembali dipulihkan oleh Dinasti
Ming (1368-1644) dan Dinasti Mansyu dari Tsing (1644-1912); kekaisaran
ambruk pada tahun 1912.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
37
III. Tatanan Agama dan Filsafat
Struktur kemasyarakatan Cina dari dahulu bertumpu pada sebuah
etika, yang terdiri atas unsure-unsur dari setidaknya tiga buah aliran pikiran :
(1) Konfusianisme ini didirikan oleh K’ong Fu-Tze, yang hidup sekitar 551-479
SM. Tatanan filsafatnya ini dijabarkan dari pandangan-pandangan
keagamaan, yang diungkapkan dalam kitab-kitab suci kuno, king. Dan ini
merupakan sebuah animisme yang berikhtiar kearah monoteisme; (2)
Taoisme, tumbuh dari ajaran “Guru Zaman Dulu” Lau Tze, teman sezaman
Konfusius yang lebih tua. Naskah terpenting dari ajaran ini adalah kitab yang
berasal dari abad III SM, Tau Te-tsying atau jalan menuju kebaikan. Tau
adalah jalan yang memasuki segala sesuatu, rasio yang mengendalikan
dunia, gerakan alam; dan (3) Budhisme, yang berasal dari India selama abad-
abad III dan II SM, bahkan pengaruhnya berkembang cepat sejak abad V
Masehi.

IV. Li Konfuisme
Li adalah kata kunci yang paling dekat pada pengertian “hukum”
negara-negara barat; kadang diterjemahkan pula dengan ritual, moral, etiket,
kepantasan. Li merupakan seperangat aturan-aturan kepatutan dan
kesopanan yang harus diindahkan oleh manusia jujur, hal-hal tersebut
merupakan suatu kodeks etika bentuk-bentuk pergaulan. Secara prinsip Li ini
nampaknya cukup untuk mempertahankan ketertiban; ini adalah
“pemerintahan oleh manusia-manusia”.

V. ‘Fa’ Kaum Ahli-ahli Hukum


Pada zaman Dinasti Tsying (256-207 SM), konfusionisme terutama
ajaran Li diserang habis-habisan oleh ahli-ahli hukum dan para legis,yang
mengedepankan pandangan bahwa ‘fa’, artinya undang-undang, terutama
undang-undang hukum pidana sangat diperlukan bagi rakyat. Apa yang
dikenal fa-cia (madzhab undang-undang, madzhab kaum legis) berkembang
pesat, terutama pada pemerintahan Kaisar Ch’in Shih Huang-Ti, yang pada
tahun 221 SM mewujudkan persatuan dan kesatuan wilayah Cina.

VI. ‘Li’ dan ‘Fa’ Bersama-sama


Pandanagan legalitas fa-cia tampaknya tidak dapat dipaksakan.
Malahan sejak era Dinaati Han (abad II SM) telah dapat dipastikan suatu

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
38
“knfusianisasi” undang-undang, dengan kata lain terdapat rekonsiliasi antara
li dan fa dengan mengakui adanya kelas-kelas sosial yang beragam.
Tatanan ini selama dua ribu tahun tetap bertahan. Sekalipun demikian,
legisme ini masih pula tetap berpengaruh dan telah terjadi suatu tradisi
perundang-undangan kekaisaran, terutama dalam bidang hukum pidana dan
dan hukum tata usaha negara sebagai akibatnya. Adapun perundangan-
undangan hukum privat hampir tidak tersentuh.

VII. Kitab-kitab Undang-undang Cina


Sedikitnya dijumpai delapan belas kitab-kitab undang-undang Cina.
Kitab tertua berasal dari abad IV SM, setelah itu hampir setiap dinasti telah
mengeluarkan sebuah kitab undang-undang baru, yang biasanya diambil alih
begitu saja dengan atau tampa tambahan-tambahan. Beberapa kitab
undang-undang mempunyai lebih dari 1500 pasal, dengan menyebut
berturut-turut lebih dari 2000 kejahatan dan pelanggaran, yakni kodeks Ts’in-
Liu (tahun 268 SM). Salah satu kejahatan-kejahatan adalah pemberontakan
anak laki-laki terhadap ayahnya.

VIII. Cina dan Tatanan-tatanan Erofa dalam Abad XIX dan XX


Pergaulan dengan orang-orang Erofa melalui perdagangan dan
industri, pemuka-pemuka Cina mengalami pengaruh tatanan-tatanan hukum
Barat. Cina berupaya mencegah proses eropanisasi hukum dengan jalan
menyesuaikan tatanan hukum mereka sendiri. Kodeks Tsying ditijau kembali
pada tahun 1910, terutama dalam materi-materi yang pada bangsa Erofa
tergolong hukum perdata, hukuman-hukuman ditiadakan. Pada tahun 1912
Kekaisaran jatuh dan terjadi pembentukan republik telah menyuburkan
perembesan tatanan-tatanan hukum Barat. Betapapun demikian, eropanisasi
ini pada hakikatnya sangat dangkal : undang-undang baru yang dibentuk tidak
dikenal oleh penduduk. Malahan kodek-kodeks ini memperkokoh tradisi Cina
dengan adanya perwalian keluarga dan kekuasaan negara untuk kerugian
individu

IX. Hukum Republik Rakyat Cina


Rezim baru Republik Rakyat Cina telah menghapus semua undang-
undang yang ada untuk melenyapkan pengaruh feodalisme dan kaum kelas
menengah. Tatanan hukum baru berbasiskan undang-undang yang sekaligus
Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
39
merupakan penerapan paham Marxisme-Leninisme; undang-undang yang
ketat dan keras ini diberlakukan untuk menegakan komunisme. Dari tahun
1950 sampai dengan 1958 telah dikeluarkan undang-undang dalam jumlah
yang besar.
Sejak tahun 1958 terjadilah suatu reaksi terhadap hegemoni
perundang-undangan; pemerintah Cina menentang pengaruh Rusia dan
kembali ke cara pendekatan tradisional Cina. Dominasi kedaulatan hukum
dihapus. Jadi, terbentuklah sebuah li baru, sesuai dengan pandangan-
pandangan politik partai komunis yang diturunkan dari gagasan Mao Tse
Tung yang dijilid menjadi satu kesatuan yang dikenal dengan “buku merah”.
Li diterapkan atas orang-orang komunis, sedangkan yang kejam (undang-
undang hukum pidana) tetap dipertahankan dan diberlakukan bagi orang-
orang “kontra-revolusioner” dan bagi orang-orang bukan Cina.
Didalam bidang hukum privat, hukum juga memainkan peranan yang
subordinatif dan fragmentaris. Begirulah struktur hak milik marxisme, dengan
tekanan hak milik negara sosialis dan kolektif diberlakukan di Cina, bukan
mellui tatanan perundang-undangan, melainkan oleh tindakan-tindakan
sporadis. Suatu kekecualian dalam bidang hukum privat adalah hukum
perkawinan. Di dalam kebanyakan bidang hukum ini diupayakan
penyelesaian perselisihan secara damai melalui jasa-jasa perantara. Untuk
maksud tersebut dibentukalah Komisi Perantaraan Masyarakat., yang pada
hakikatnya mengesampingan peranan peradilan.
Sekarang ini hukum perundang-undangan Cina bersumber dari dua
badan pembuat undang-undang : badan legislatif negara dan badan
kekuasaan partai. Partai menetapkan isinya, Negara menentukan bentuk
undang-undang. Begitulah sejak tahun 1979 telah diterbitkan ratusan undang-
undang, terutama yang berhubungan dengan institusi-institusi negara dan
khususnya yang menyangkut hukum ekonomi.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
40
BAB IV
HUKUM JEPANG

I. Pendahuluan
Sejarah hukum Jepang dapat dibagi dalam tiga periode pokok. Selama
periode pertama, dari tahun 650 sampai tahun 850 M, jepang mengambil alih
hukum Cina; selama periode kedua, yang banyak memperhatikan kesamaan
dengan tatanan feodal Erofa, namun yang menyangkut hukum, nampaknya
hukum Cina tetap berpengaruh; dan periode ketiga sejak tahun 1868, hukum
Jepang mengalami reformasi yang berlangsung sangat cepat kearah pola
tatanan hukum Erofa Barat.

II. Pengaruh Cina


Budhisme masuk Jepang dalam abad VI-VII M, oleh karena itu
pengaruh Cina sangat besar disini. Kitab undang-undang Jepang yang
mengikuti pola Cina adalah ritsu-ryo, yang terutama mengandung hukum
pidana (ritsu) namun juga hukum perdata dan hukum tata usaha negara (ryo).,
meletakan kepada setiap orang kewajiban-kewajiban.

III. Tatanan Feodal


Sejak abad IX tatanan legalistik dan egaliter relatif telah diganti oleh
sebuah sistem feodal (sho) yang sangat menyerupai tatanan feodal yang ada
di Erofa Barat untuk periode yang sama. Wilayah tuan-tuan tanah menikmati-
menikmati privilise-privilise dalam bidang perpajakan dan peradilan.

IV. Hukum Jepang Saat Ini


Sejak tahun 1868 pengaruh-pengaruh Barat tidak dapat dielakan. Kitab
undang-undang menurut pola Barat, terutama model Jerman dibentuk;
sebuah kitab undang-undang hukum acara perdata pada tahun 1899 dan
sebuah kitab undang-undang hukum pidana pada tahun 1907. Namun, hukum
keluarga dan waris untuk sebagian tetap diwarnai unsure-unsur tradisional.
Dengan berakhirnya Perang Dunia II, pendudukan Amerika
memberlakukan sebuah tatanan monarkhi konstitusional pola Inggris.
Sedangkan hukum acara pidana disesuaikan dengan sistem Anglo-Amerika,
begitu pula tatanan hukum dagang, hukum korporasi dan kartel sesuai
dengan hukum bisnis Amerika Serikat. Namun kekuasaan yudikatif

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ
41
nampaknya mengandung elemen-elemen, baik menurut tatanan hukum Erofa
Kontinental maupun fragmen-fragmen common law. Walupun demikian
peradilan Juri tidak diresepsi. Jadi, para hakim diberi tugas melakukan
pengawasan terhadap jalannya administrasi pemerintahan dan bahkan
berwenang menjalankan hak menguji undang-undang atas undang-undang
dasar.
Kendatipun para hakim memiliki kemandirian penuh di dalam
menjalankan kekuasaan kehakiman, namun mereka tidak diangkat untuk
seumur hidup dalam memangku jabatannya, melainkan hanya untuk suatu
masa bakti selama 10 tahun. Putusan-putusan para hakim ini hanya berlaku
terhadap kasus kongkrit yang diajukan untuk dan diputuskan di Pengadilan.
Betapapun juga dalam praktek, arrest-arrest Mahkamah Agung nampaknya
berpengaruh besar atas peradilan pada pengadilan negeri dan pengadilan
tinggi.

Cristovão do Rosario
16.02.01.023
Fakultas-Jurusan Ilmu Hukum
UNPAZ

Anda mungkin juga menyukai