Anda di halaman 1dari 26

LEI N.

8/2004 de 16 de Junho
TENTANG

PENETAPAN ESTATUTA PEGAWAI PUBLIK (Undang-Undang Kepegawaian)

Merupakan tuntutan konstitusional dan aspirasi nasional membangung sebuah Administrasi Publik yang efisien
untuk melayani kepentingan legal warganegara dan institusi-isntitusi Negara.

Secara efektif, membangung sebuah motor pengerak Negara ayng efisien dan partisipatif, adalah merupakan suatu
kondisi yang tidak dapat dihindari di Negara ini.

Adminiistrasi Publik harus diestruturisasi sedemikian rupa sehingga dapat menghindari burokrasi, tetapi
mendekatkan diri pada pekerjaan masyarakat dan menjamin partisipasi admisitrasi untuk pengelolaan hal-hal
yang umum.

Untuk itu, roda administrasi harus mengikuti satu kesatuan peraturan yang teratur, prinsip dan nilai-nilai dimana
dijunjung integritas serta keberhasilan dalam melaksanakan fungsi sebagai pelayan masyarakat, aturan-aturan
yang mampu menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional, keharmonisan sosial dan pembangunan yang
adil dan merata.

Estatuta Fungsi Publik, justeru mengatur sistematisasi dari norma-norma tersebut di atas, dengan memberikan
pengertian dari kewajiban dan hak-hak dari pegawai negeri.

Dengan demikian, Parlamen Nasional mengundangkan berdasarkan pada pasal 92 dan no. 1 dari pasal 95 dari
Konstitusi Republik untuk ditetapkan menjadi undang-undang sebagai berikut:

Bab I
Aturan Umum

Bagian I
Tujuan dan batas cakupan
Pasal 1
Tujuan

Estatuta Fungsi Publik mempunyai tujuan utama sebagai berikut:


a) Membangun sebuah Administrasi Publik untuk menjalankan tugas Negara secara netral, efisien dan
efektif;
b) Menetapkan sebuah kerangka legal untuk megelola dan memanfaatkan sumber daya manusia di
kalangan kepegawaian negeri;
c) Menetapkan aturan-aturan yang dapat mengembangan nilai-nilai integritas, keberhasilan dan etos
kerja dalam mejalankan fungsi publik;
d) Menentukan hak dan kewajiban Pegawai Negeri.

Pasal 2
Batas –batas cakupan

1. Estatuta ini dapat diterapkan bagi pegawai dan agen Administrasi Publik yang menjalankan kegiatannya di
badan-badan dan institusi-institusi Administrasi Publik yang berada di dalam Negeri dan di perwakilan-
perwakilan di luar negeri.

2. Menurut estatuto ini, yang dinamakan Administrasi Publik adalah kementerian-kementerian, sekretariat Negara
dan badan otonom yang menghasilkan jasa.

3. Estatuta ini masih juga dapat diterapkan bagi tenaga sipil yang bekerja di angkatan bersenjata dan kepolician
serta bagi tenaga adminstrasi di Kepresidenan Republik, Parlamen Nasional, pengadilan, kejaksaan dan badan
pembelaan.

Pasal 3
Pengertian pegawai negeri
“Pegawai negeri” adalah orang yang direkrut dan diangkat dalam satu posisi permanen di Administrasi Publik,
menurut kewajiban dan hak yang ditetapkan, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pasal 4
Pejabat dan sektor-sektor yang tidak dikenakan estatuta ini

1. Diatur dengan aturan tersendiri, dan tidak dikenakan oleh estatuta ini, antara lain yang ditetapkan dengan
undang-undang sendiri seperti:
a) Presiden Republik, para anggota Pemerintah, anggota Parlamen Nasional dan pejabat lain yang
diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan politik;
b) Para pegawai negeri yudikatif dan agen dari Kementerian Publik:
c) Para pembela publik:
d) Para anggota F-FDTL – Angkatan Bersenjata Timor-Leste:
e) Para anggota PNTL – Polisi Nasional Timor Leste.
2. Sambil menunggu penetapan estatuta tersendiri, estatuta ini dapat diterapkan juga kepada anggota PNTL,
pembela publik dan Universitas dalam cakupan yang terbatas.

Bagian II
Ketentuan Umum

Pasal 5
Uraian dan kerahasiaan

1. Pegawai Negeri diharuskan untuk menimpan rahasia jabatan mengenai dokumen, fakta atau informasi yang
diketahuinya selama menjalankan tugas dan fungsinya, terutama yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a) Keamanan nasional, perlindungan ketertiban umum atau kepentingan keuangan Negara;
b) Proses investigasi terhadap kasus-kasus yang menentang undang-undang;
c) Keterangan dokter;
d) Hak dan kebebasan yang dijamin secara konstitusional;
e) Persiapan keputusan dari pejabat publik;
f) Informasi perdagangan, industri atau intelektual yang bersifat rahasia;
g) Arsip pribadi.
2. Yang termuat dalam pasal sebelumnya, dapat dikenakan juga kepada pegawai negeri yang karena satu dan lain
hal tidak lagi menjalankan fungsinya.

Pasal 6
Netralitas

1. Pegawai negeri harus menghormati prinsip-prinsip kesamaan seluruh warganegara di hadapan undang-undang.
2. Dalam Melaksanakan tugas kedinasannya, pegawai harus bertindak secara netral, tanpa memihak.

Pasal 7
Kejujuran dan integritas

Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai negeri harus berpegang pada perilaku yang jujur, penuh integritas dan
etis dengan ancaman hukuman disiliner atau kriminal.

Pasal 8
Kesamaam

1. Dalam fungsi publik, harus diupayakan untuk menyeleksi dan merekrut calon tenaga administrasi yang
berkualitas tanpa diskriminasi dan berdasarkan pada penilaian kemampuan intelektual serta kemampuan
melaksanakan tugas.
2. Pegawai negeri menerima gaji yang sama bagi pekerjaan yang sama.
3. Tidak ada pegawai yang didiskriminasi dalam pembayaran kompensasi, syarat-syarat, keuntungan atau
kemudahan pekerjaan.

Pasal 9
Aturan Eksklusivitas
1. Pegawai negeri harus melaksanakan fungsi yang terkait dengan kedudukan atau jabatan dalam mana dia
diangkat dengan aturan khusus, tidak boleh merangkap pekerjaan yang mendapat imbalan dalam fungsi publik
juga tidak boleh melakukan kegiatan lain yang mengikat kebebasannya atau menurunkan tingkat peleksanaan
tugasnya sebagai pegawai negeri.
2. Pegawai negeri dapat membuka konsultan atau akses bagi berbagai badan publik, menyeleksi materi ilmu
pengetahuan di bidangnya dan melakukan penelitian ilmiah sepanjang telah memperoleh ijin dari Menteri yang
bersangkutan atau dari pimpinan Sekretariat Negara yang berada langsung di bawah Perdana Menteri, sesuai
dengan syarat-syarat yang akan ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 10
Konflik kepentingan

1. Pegawai negeri dialarang memiliki kepentingan langsung dalam organisasi apa saja yang berada dibawah
kontrol atau mempunyai hubungan perdagangan dengan pekerjaan publik.
2. Pegawai negeri harus menghindari juga untuk memiliki kepentingan langsung apa saja dalam organisasi publik
atau pribadi yang kemungkinan dapat mmenimbulkan konflik antara kepentingan pribadi dengan kewajiban yang
berhubungan dengan kedudukan resminya.
3. Pegawai dan calon pejabat dalam fungsi publik diharuskan untuk mengumumkan kedudukan profesional dari
isteri atau suami.
4. Apabila terjadi kecurigaan atas korupsi, pencurian, manipulasi, atau umumnya, pembelokan kekayaan atau
uang negara, pegawai negeri harus merelakan kekayaanya di hadapan pejabat administratif dan judsial yang
berwenang, dengan bertindak sesuai dengan undang-undang yang berlaku serta dalam batas kewenangan untuk
mengadakan inpeksi dan kontrol.

Pasal 11
Hubungan keluarga

1. Orang-orang yang mempunyai hubungan karena perkawinan atau bapak dan anak, hanya boleh bekerja di satu
seksi, departamen atau kementerian sepanjang tidak bertanggung jawab langsung kepada yang lain.
2. Kecuali dan apabila dibernarkan dengan alasan yang kuat, para pegawai yang punya hubungan
keluarga seperti diatur pada poin sebelumnya, dapat di ijinkan untuk bekerja di satu instansi walaupun yang
satu bertanggung jawab langsung kepada yang lain, dengan persetujuan dari pejabat yang berwenang.

Bab II
Pelaksanaan hubungan kerja

Bagian I
Modal

Pasal 12
Pelaksanaan

1. Hubungan pekerjaan secara juridis dalam Administrasi Publik dilakukan melalui pengangkatan atau
kontrak yang harus dibuktikan keabsahannya dan dipublikasikan dalam Buletim Negara sesuai
dengan undang-undang yang berlaku.
2. Dinyatakan tidak sah pengangkatan atau kontrak yang tidak sesuai dengan persyaratan legal dan
pelakunya dapat ditindak secara disipliner dan kriminal.

Pasal 13
Pengisian kebutuhan/lowongan yang bersifat permanen

Pelaksanaan pekerjaan professional yang menyangkut kebutuhan permanen dan khusus bagi pekerjaan yang
menuntut kualifikasi professional atau formasi khusus, harus dijamin dengan pengangkatan tenaga sesuai dengan
karier, tanpa merugikan ketentuan yang berlaku dalam menjalankan fungsi direksi atau kepemimpinan.

Pasal 14
Syarat-syarat pengangkatan

1. Seorang kandidat yang ingin direkrut untuk satu posisi permanen dalam Administrasi Publik harus
memenuhi stidak-tidaknya syarat-syarat sebagai berikut:
a) Warganegara Timor Leste;
b) Berusia minimal 17 dan maksimal 50 tahun;
c) Tidak melakukan tindak pidana kriminal yang dihukum dengan hukuman penjara efektif dua tahun
atau lebih, atau melakukan perbuatan lain yang dianggap tidak sesuai dengan pelaksanaan fungsi di
administrasi publik;
d) Mempunyai kualitas seperti yang ditentukan oleh peraturan dan uraian tugas serta fungsi;
e) Tidak pernah diberhentikan dari salah satu institusi Negara;
f) Bersedia untuk ditempati dimana saja di seluruh wilayah nasional atau di perwakilan-perwakilan
resmi di luar negeri;
g) Sehat dan mampu secara fisik serta mental untuk menjalankan fungsi untuk mana dia melakukan
ujian;
h) Memenuhi syarat-syarat khusus menurut aturan-aturan espesifik yang berlaku di badan dimana
calon mengikuti testing.

2. Bukti-bukti tentang syarat-syarat seperti dimaksud dalam nomor sebelumnya adalah:


a) Akte kelahiran – alinea a) dan b);
b) Keterangan pendaftaran kriminal terbaru – alinea c);
c) Surat tanda kelulusan akademik atau profesional - alinea d);
d) Surat pernyataan tidak pernah diberhentikan dari salah satu badan pemerintah dan bersedia
ditempatkan dimana saja di seluruh wilayah nasional atau di perwakilan-perwakilan di luar negeri –
alinea e) dan f);
e) Surat keterangan dokter - alinea g);
f) Dokumen-dokumen yang diminta menurut peraturan khusus - alinea h).

3. Kehilangan kewarganegaraan atau dihukum berdasarkan putusan pengadilan yang bersifat tetap
menurut alinea c) dari no. 1 estatuta ini, mengakibatkan pemecatan otomatis dari pegawai negeri
yang bersangkutan tanpa harus memperhatikan prosedur biasa yang mengatur tentang tindakan
disipliner.

Pasal 15
Jenis-jenis Ujian

1. Dalam Administrasi Publik ada jenis-jenis testing sebagai berikut:


a) Ujian umum, terbuka bagi semua calon;
b) Ujian Interen, terbuka bagi seluruh pegawai negeri;
c) Ujian interen dengan akses terbatas, terbuka hanya untuk pegawai dari instansi yang membuka
testing.
2. Adalah kewenangan dari Pemerintah untuk mengatur cara-cara pelaksanaan Ujian.

Bagian III
Pengangkatan

Pasal 16
Pengertian

1. Pengangkatan adalah tindakan sepihak dari Administrasi Publik dengan mana di isi satu lowongan
dengan tujuan menjamin berfungsinya secara permanen dan profesional.
2. Kewenangan untuk pengangkatan ditentukan dengan dekrit Pemerintah.

Pasal 17
Bentuk-bentuk pengangkatan

Pelaksanaan hubungan kerja melalui pengangkatan mengakibatkan bentuk pengangkatan dalam waktu tidak
ditentukan dan pengangkatan dalam Komisi kerja.

Pasal 18
Pengangkatan dalam waktu yang tidak ditentukan

1. Pengangkatan dalam waktu yang tidak ditentukan untuk masuk bekerja adalah percobaan selama
kurung waktu duabelas bulan.
2. Masa percobaan adalah percobaan, orientasi dan Penilaian sepanjang mana pegawai negeri harus
menunjukkan kewibawaan dan secara profesional dapat ditunjuk dalam satu karier di pekerjaan
publik dan menjamin bahwa ia memiliki kemampauan, pengetahuan dan dedikasi khusus bagi
fungsinya.
3. Masa pecobaan adalah juga untuk membiasakan pegawai dengan budaya kepegawaian, mendapat
informasi seperlunya untuk melaksanakan fungsinya dengan penuh dedikasi dan efisien.
4. Pada akhir masa percobaan, pegawai yang bersangkutan dapat diterima sebagai pegawai permanent
atau dikeluarkan karena tidak bisa menyesuaikan diri, sesuai dengan perilaku dan pelaksanaan fungsi
dan dengan klasifikasi yang diperoleh dalam ujian akhir yang memiliki bobot khusus dengan 40%
dari penilaian.
5. Putusan menyangkut adaptasi pegawai dalam masa percobaan diambil oleh pejabat yang
mengangkatnya, atas rekomendasi mendasar dari atasan hierarkis.
6. Penerimaan sebagai pegawai permanent dilakukan dengan putusan yang dipublikasikan dalam
Buletim Republik dengan berlaku surut dari awal masa percobaan.
7. Adalah wewenang dari Pemerintah untuk mengatur kondisi dispensasi karena tidak mampu
mengadaptasi.

Pasal 19
Pengangkatan dalam komisi kerja

1. Pengangkatan dalam komisi kerja dapat diterapkan untuk kedudukan di direksi atau kepemimpinan dan dipilih
secara bebas oleh pejabat yang berkompeten, di antara pegawai, dengan memperhatikan syarat-syarat yang
diuraikan untuk fungsi-fungsi yang disahkan oleh Pemerintah.
2. Pegawai yang diangkat dalam komisi kerja tetap berhak atas posisinya dalam karier seperti semula.

Pasal 20
Persetujuan

1. Pengangkatan dikondisikan dengan persetujuan dari yang diangkat dalam waktu tiga puluh hari kerja terhitung
mulai tanggal pengangkatan.
2. Yang diangkat menerima pengangkatan memlaui penanda tanganan akta peresmian dengan mengucapkan
sumpah sebagai berikut:
^Saya bersumpah demi Allah´ (atau ´Saya bersupah demi kehormatan saya`) mentaati Konstitusi dan
loyal terhadap Negara dan Pemerintah dalam Melaksanakan fungsi saya sebagai pegawai negeri.
Saya bersumpah akan mematuhi semua undang-undang serta peraturan yang berlaku dan melaksanakan fungsi
resmi yang diembangkan kepada saya dengan penuh netralitas, dedikasi, serta tanggung jawab dan selalu
menjunjung tinggi kepentingan Negara, Program Pemerintah dan nilai-nilai fungsi publik, tanpa memandang pada
kepentingan pribadi saya sebagai individu atau sebagai anggota dari suatu kelompok.
Saya bersumpah untuk merahasiakan data dan dokumen yang saya ketahui karena fungsi saya dan yang harus
dirhasiakan.
Saya bersumpah untuk bekerja demi kesejahteraan umum dan melayani masyarakat dan rakyat tanpa pilih kasih,
secara jujur, dengan profesionalisme dan kebenaran, dengan menjunjung tinggi kepentingan Bangsa`.

3. Tata cara proses persetujuan akan diatur dengan peraturan Pemerintah.

Pasal 21
Tidak setuju

Penolakan terhadap pengangkatan berakibat kehilangan hak untuk menduduki tempat yang direbut serta menutup
kemungkinan untuk diangkat dalam jabatan lain selama 12 bulan berikut.

Pasal 22
Promosi

´Promosi` adalah pengangkatan pegawai negeri dalam pangkat lebih tinggi dari yang didudukinya berdasarkan
pada keberhasilan dan melalui testing khusus.

Pasal 23
Pengurangan pegawai yang berlebihan

1. Walaupun sifatnya berkeja permanen di administrasi publik, tapi apabila karena alasan politik dari pemerintah
atau alasan dana, perlu diadakannya pengurangan jumlah pegawai negeri, maka Kementerian yang berwenang
dapat mempertimbangkan pendapat dari Direktorat Nasional Fungsi Publik dengan cara:
a) Menerbitkan sebuah surat edaran untuk mengumumkan pengurangan atau revisi terhadap posisi-
posisi yang dikehendaki, berdasarkan pada alsan-alasan mendasar yang mendukung langkah-
langkah yang ingin diambil;
b) Mengidentiifikasi secepat mungkin posisi-posisi mana yang terkena keputusan ini.
2. Jika perlu mengadakan pengurangan jumlah pegawai seperti diatur dalam nomor sebelumnya, maka harus
mempertimbangkan: masa kerja, Penilaian serta prestasi kerja.

Pasal 24
Pembayaran kompensasi

1. Dalam hal dilakukan pemberhentian seperti diatur dalam pasal sebelumnya, semua pegawai mempunyai hak
atas satu pesangon yang sama dengan besarnya gaji bulan terakhir dikalikan jumlah masa kerja, ditamba nilai gaji
tertungak untuk cuti yang tidak diambil pada saat dihentikan.
2. Para pegawai yang sedang menjalani masa percobaan tidak terkena ketentuan seperti diatur dalam nomor
sebelumnya.

Bagian III
Tenaga kontrak

Pasal 25
Jenis dan dampak

1. Jenis-jenis kontrak kerja dalam fungsi publik adalah sebagai berikut:


a) Kontrak administratif untuk pengisian lowongan dalam kurung waktu tidak ditentukan;
b) Kontrak kerja dengan batas waktu kerja ditentukan.
2. Kontrak administratif untuk pengisian lowongan dalam waktu tidak ditentukan memberi posisi agen
administratif kepada pegawai atau tenaga yang dikontrak;
3. Kontrak dengan batas waktu kerja yang sudah ditentukan, tidak memberi kedudukan agen administratif bagi
tenaga yang dikontrak.

Pasal 26
Kontrak administratif untuk pengisian lowongan

Contrak administratif untuk pengisian lowongan, adalah kontrak dimana melalui seorang yang tidak terintegrasi
dalam estruktur pegawai permanen, menunduki dan mengembang tugas seperti seorang pegawai publik dengan
mematuhi aturan hukum yang berlaku bagi fungsi publik.

Pasal 27
Kontrak kerja dengan batas waktu kerja ditentukan

Kontrak kerja dengan batas waktu kerja sudah ditentukan merupakan persetujuan bilateral dimana seorang yang
tidak termasuk dalam estruktur permanen pegawai, menyetujui untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan secara
sementara dengan waktu kerja yang sudah ditentukan.

Pasal 28
Pengaturan pengangkatan melalui kontrak

Adalah wewenang Pemerintah untuk menetapkan aturan dan prosedur tentang kontrak kerja.

Bab III
Perubahan hubungan kerja secara juridis

Pasal 29
Perubahan

1. Hubungan kerja secara hukum yang menyangkut pengangkatan, dapat setiap saat tanpa merugikan kedudukan
fungsional awal, dirubah sementara melalui pengangkatan pengganti;
2. Hubungan kerja secara hukum dari pegawai pada umumnya dapat dirubah melalui:
a) Pemindahan;
b) Pergantian;
c) Permintaan atau penugasan.
Pasal 30
Pengangkatan pengganti

`Pengangkatan pengganti` adalah pengangkatan sementara untuk mengganti direksi atau kepeminpinan selama
terjadi kekosongan, ketidakbradaan di tempat atau berhalangan dari pejabat yang bersangkutan.

Pasal 31
Pemindahan

1. Pemindahan adalah pengangkatan pegawai tanpa lulus terdahulu dalam testing untuk menggisi lowongan
pekerjaan lain atau badan lain, dengan kategori dan karier yang sama atau berbeda, sepanjang, dalam hal ini,
diketahui identitas atau hubungan konteks fungsional dengan syarat-syarat yang sama tentang pendidkan formal
yang ditentukan.
2. Pemindahan dapat dlakukan atas permintaan pegawai yang bersangkutan atau karena keperluan dinas, dengan
alasan yang mendasar.

Pasal 32
Pergantian

1. Pergantian adalah pengangkatan secara simutan dari pegawai yang berasal dari instansi yang sama atau
berbeda.
2. Pergantian dapat dilakukan antara pegawai dengan kategori dan karier yang sama, atas permintaan dari mereka
atau atas inisiatif dari Administrasi Publik, dengan persetujuan dari para pegawai yang bersangkutan.

Pasal 33
Permintaan dan penugasan

1. Yang dimaksud dengan permintaan dan penugasan adalah pelaksanaan tugas oleh pegawai negeri yang bekerja
pada institusi Pemerintah atau di luar lingkungan Pemerintah, tetapi demi kepentingan Negara yang bersifat
sementara, melaksanakan tugas dari atau bukan dari badan dimana pegawai yang bersangkutan bekerja,
melaksanakan tugas dari instansi baru jika pegawai pindahan dan melaksanakan tugas semula jika pegawai
ditugaskan.
2. Lamanya Permintaan dan penugasan adalah dua tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan pada alasan
mendasar yang dapat diterima.
3. Masa kerja dalam situasi permintaan dan penugasan dapat dihitung penuh untuk semua kepentingan yang legal.

Bab IV
Jabatan dan Karier Profesional

Pasal 34
Jabatan

Jabatan-jabatan direksi dan kepemimpinan dapat dijalankan dalam Komisi kerja oleh para pegawai.

Pasal 35
Karier professional

1. Karier professional adalah kesatuan hierarkis dari kategori-katergori yang sesuai dengan fungsi-fungsi sejenis
kemana pegawai mendapat akses menurut masa kerja dan prestasi kerja.
2. Kategori adalah posisi yang diduduki oleh pegawai dalam konteks suatu karier, yang ditentukan sesuai dengan
bobot dan kualifikasi dari satu atau berbagai fungsi.

Pasal 36
Penyediaan dan estrukturisasi jabatan dan karier

Adalah kewenangan Pemerintah untuk mengsahkan penyediaan dan estrukturisasi jabatan dan karier professional
dalam fungsi publik.

Pasal 37
Masuk dan bentuk-bentuk promosi
1. Masuk dan promosi dalam dalam karier professional dilakukan berdasarkan pada kriteria prestasi
kerja, dan biasanya dilakukan melalui testing umum dimana para calon dinilai tentang tingkat
pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya.
2. Promosi dapat dilakukan secara progsif atau promosi langsung.
3. Progres adalah mengangkat seorang pegawai pada level horizontal (sama) yang didudukinya
sedangkan promosi adalah pengangkatan pegawai pada kategori satu tingkat lebih tinggi dari yang
didudukinya.
4. Pemerintah akan menetapkan aturan dan prosedur untuk mengatur promosi dan progres.

Pasal 38
Kader tenaga

1. Kader tenaga dapat disahkan oleh Pemerintah dan diestrukturisasi sesuai dengan ketentuan yang akan
ditetapkan dalam peraturan tersendiri.
2. Jumlah tempat dalam berbagai karier dan jabatan ditetapkan dalam satu organogram yang sah.

Pasal 39
Uaraian Tugas

Bagi seluruh kategori dan jabatan harus dibuat uraian fungsi dan syarat masing-masing, guna memudahkan cara
perekrutan serta sebagai titik referensi untuk mengidentifikasi jenis tugas sekaligus dipakai bahan penilaian bagi
pegawai negeri.

Bab V
Kewajiban pegawai

Pasal 40
Keawajiban Umum

1. Adalah kewajiban umum dari pegawai dan agen Administrasi Publik untuk berusaha dalam rangka
meningkatkan kredibilitas pelayanan dari Administrasi Publik di kalangan masyarakat.

2. Yang dimaksud dengan kewajiban umum dari pegawai dan agen Administrasi Publik adalah:
a) Loyalitas, dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dengan mengutamakan kepentingan
umum di atas kepentingan pribadi;
b) Ketaatan, adalah taat dan patuh terhadap semua perintah atasan secara hirarkis yang
diberikan dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan aturan yang berlaku;
c) Kepatuhan, adalah mengenal atau mempelajari semua aturan yang berlaku dan
petunjuk yang diberikan oleh pimpinan hierarkis demi melaksanakan tugasnya secara
efiisien dan benar;
d) Kewajiban minyimpan rahasia, adalah menyimpan rahasia profesional yang
menyankut hal-hal yang diketahuinya karena tugas yang dilaksanakan, yang sifatnya
tidak boleh diketahui oleh umum;
e) Dedikasi, adalah kewajiban yang mengharuskan untuk tidak menguntungkan diri
pribadi, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam bentuk materi atau
lainnya, berkat fungsi yang dilaksanakannya yang berkaitan dengan kepentingan dan
tekanan dari pihak ketiga, dalam bentuk apapun juga, dengan maksud selalu
menghormati dan menjunjung tinggi kebersamaan hak dan kedudukan setiap
warga negara;
f) Kehadiran, merupakan masuk kerja secara berkesinambung tanpa terputus-putus;
g) Ketepatan merupakan masuk kerja tepat waktu yang ditentukan menurut aturan yang
berlaku.

Pasal 41
Kewajiban khusus dari para pegawai dan agen

Para pegawai negeri dan agen dari Administrasi Publik harus:


a) Menghormati dan menjunjung tinggi Konstitusi, lambang-lambang nasional, undang-undang dan
prinsip-prinsip Pemerintah RDTL;
b) Mengunakan dan mengembangkan pemakaian bahasa portugis dan bahasa tetum sebagai
bahasa Administrasi Publik;
c) Melaksanakan fungsinya secara efisien, netral, professional dan sopan santun;
d) Masuk kerja dengan berpakaian rapih;
e) Menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan kelompok;
f) Menjunjung tinggi kewibawaan Pemerintah dan Administrasi Publik;
g) Melaksanakan dengan tepat dan benar apa yang diminta oleh Pemerintah;
h) Mengunakan atau memanfaatkan kedudukan dan kemudahan yang tersedia, termasuk
informasi dan patrimoni, hanya untuk kepentingan dinas atau profesi;
i) Menjamin transparansi dalam melaksanakan tugas;
j) Bertanggungjawab baik secara administratif maupun secara finansial dalam melaksanakan tugas;
k)Bekerja dengan jujur, teratur, mampu dan efisien demi mempertahankan kepentingan Negara
dan mematuhi secara ketat jadwal kerja;
l) Memelihara dan mengembangkan persatuan, integritas, solidaritas dan keharmonisan dalam
fungsi publik;
m)Segera melaporkan kepada atasan langsung setiap informasi yang sifatnya dapat merugikan Negara,
khususnya di bidang keamanan, finansial dan peralatan;
n) Menjadi teladan di kalangan masyarakat dan menghargai seluruh warga negara tanpa
diskriminasi;
o) Menumbuhkembangkan lingkungan kerja yang sehat;
p) Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat;
q) Bertindak secara tegas dan adil terhadap bawahan;
r) Memberikan petunjuk kepada bawahan tentang bagaimana dapat melaksanakan fungsinya;
s) Menjadi teladan bagi para bawahan;
t) Memberi peluang bagi bawahan untuk berkembang dalam kariernya masing-masing sesuai
dengan kepentingan dinas;
u)Mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menaati seluruh perintah
dari atasan yang berkompeten;
v)Mengambil sumpah dan setia kepada sumpah terhadap fungsi publik;
w)Menyimpan rahasia jabatan demi menjamin hal-hal Negara yang harus dirahasiakan;
x) Meneliti dan menganalisa semua laporan yang diterima tentang pelanggaran disiplin.

Pasal 42
Pelarangan

Pegawai negeri dilarang:


a) Melakukan kegiatan yang merugikan kehormatan dan kewibawaan Negara;
b) Menyalahgunakan wewenang/kekuasaan;
c) Menjadi pegawai negeri dari negara lain tanpa sepengetahuan dari Pemerintah RDTL;
d) Menyalah gunakan kekayaan, uang dan hak milik lainnya dari Negara;
e) Memiliki, membeli, menjual atau menyewa, secara ilegal, kekayaan, dokumen atau
korespondensi milik Negara;
f) Melakukan kegiatan bersama sesama pegawai atau teman, atasan atau bawahan, dalam atau di
luar lingkungan dimana bekerja, yang menguntungkan kepentingan pribadi atau secara
langsung maupun tidak langsung menimbulkan kerugian bagi Negara;
g) Melakukan kegiatan yang bersifat negatif berdasarkan pada rasa dendam terhadap bawahan
atau orang lain, baik di dalam maupun di luar lingkungan dimana bekerja;
h) Menerima pemberian atau cendera mata dari seseorang yang dicurigai berhubungan dengan
pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya;
i) Memasuki tempat-tempat yang dapat menodai kehormatan serta kewibawaan fungsi publik,
kecuali dalam melaksanakan tugas kedinasan sesuai dengan fungsi atau tugasnya;
j) Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;
l) Menghambat keberahasilan kerja dari Departamen;
m)Memanfaatkan rahasia Negara yang diketahuinya untuk memperoleh keuntungan bagi pribadi
atau kelompok;
n) Menjadi perantara bagi perusahaan untuk mendapat contrak/proyek dengan pemberian barang atau
jasa;
o) Memiliki pekerjaan atau modal dalam perusahaan yang kegiatannya berkaitan dengan bidang
dimana ia bekerja;
p) Menunjang kegiatan atau memiliki modal dalam perusahaan yang kegiatannya tidak berkaitan
dengan sektor dimana ia bekerja, tetapi memungkingkan penguasaan perusahaan tersebut secara
langsung.

Pasal 43
Pematuhan terhadap instruksi

1. Para pegawai dan agen Administrasi Publik harus taat kepada instruksi dan petunjuk yang
diberikan oleh atasan langsung;
2. Ketidak taatan terhadap instruksi dimaksud merupakan pelanggaran disiplin yang harus ditindak;
3. Instruksi atau petunjuk pelaksanaan pekerjaan tidak boleh bertentangan dengan undang-
undang, peraturan dan etika profesi yang berlaku bagi pekerjaan publik;
4. Bawahan yang menilai instruksi atau petunjuk yang diterima dari atasan langsung adalah
bertentangan dengan undang-undang, peraturan atau etika dari fungsi publik, harus meminta
petunjuk tertulis dari atasan langsungnya.

Pasal 44
Penaatan jadwal kerja

1. Pegawai dan agen Administrasi Publik harus melaksanakan tugas dan kewajibannya
secara regular dan terus-menerus, sesuai dengan jadwal kerja dari fungsi publik serta secara
khusus jadwal dari kelompok kerjanya;
2. Alpa tanpa keterangan adalah alpa yang dapat dikenakan sangsi disipliner;
3. Dinyatakan alpa tanpa keterangan adalah setiap ketidakhadiran di tempat kerja yang tidak
dapat disetujui oleh atasan lansung dari pelanggar.

Pasal 45
Kode etik

Dalam berperilaku, pegawai harus menaati Kode Etik dari Fungsi Publik sebagai lampiran dari Estatuta ini.

Pasal 46
Peninpanan dan pengambilan dokumen

1. Dilarang keras mengambil dokumen, demikian juga melakukan suatu manipulasi terhadap
proses legal dalam melaksanakan tugas;
2. Perbuatan seperti dimaksud pada poin sebelumnya merupakan pelanggaran yang dapat dikenakan
sangsi disipliner, dengan tidak mengurangi proses hukum kriminal yang diperlukan.

Pasal 47
Pelasksanaan tugas

1. Pegawai publik harus melaksanakan tugas dan tanggunjawab untuk mana dia diangkat dalam
waktu 30 hari sejak ditanda tangani kontrak pengangkatan;
2. Penolakan untuk melaksanakan suatu fungsi untuk mana telah diangkat merupakan
pelanggaran disiplin.

Pasal 48
Informasi tentang hal-hal yang bisa terjadi

Pegawai siapa saja yang dapat mengetahui tentang suatu keadaan yang dapat diangap sebagai suatu pelanggaran
terhadap Estatuta ini atau peraturan lainnya yang berlaku, wajib melaporkannya kepada atasan.

Bab VI
Hak dan kemudahan pegawai dan agen
Administrasi Publik

Bagian I
Hak pegawai dan agen Administrasi Publik
Pasal 49
Hak-hak

Pegawai dan agen Administrasi Publik mempunyai hak-hak sebagai berikut:


a) Melaksanakan fungsi untuk mana telah diangkat;
b) Menerima gaji dan tunjangan lainnya yang ditetapkan secara legal;
c) Mendapat proteksi dan kondisi kerja yang baik;
d) Mendapat waktu istirahat setiap hari untuk makan dan istirahat;
e) Mendapat waktu istirahat setiap minggu;
f) Memperoleh cuti sebagaimana diatur dalam estatuta ini
g) Dapat dinilai secara periodik atas pekerjaannya;
h) Mengikuti kursus-kursus profesional dan peningkatan kwalifikasinya;
i) Mendapat akses dalam kariernya, seseuai dengan peraturan yang berlaku;
j) Dihargai dan dihormati;
l) Dalam hal pemindahan atau penugasan karena kepentingan Negara, mendapat transportasi
baginya dan bagi keluarga yang menjadi tanggungannya serta barang-barang bawaan, seperti
diatur dalam Estatuta ini;
m)Mendapat perawatan medis dan obat-obatan bagi diri sendiri serta keluarganya, seperti diatur
dalam peraturan khusus;
n) Mendapat pensiun dan menerima uang pensiun menurut aturan yang berlaku;
o) Didengar keterangannya terlebih dahulu sebelum dekenakan sangsi atau hukuman;
p) Mengadu kepada atasan langsung setiap merasa haknya dirugikan.

Pasal 50
Jam kerja dan istirahat mingguan

1. Pegawai dan agen Administrasi Publik di Timor Leste harus bekerja sedikit-dikitnya empat
puluh delapan jam per minggu.
2. Pegawai dan agen Administrasi Publik berhak mendapat waktu istirahat setiap minggu.

Pasal 51
Hari libur resmi

1. Hari libur resmi harus dibayar.


2. Pegawai dan agen Administrasi Publik yang diminta untuk bekerja pada hari libur resmi berhak
atas satu imbalan yang akan diatur dalam dekrit Pemerintah.
3. Yang dimaksud dalam poin sebelumnya, tidak dapat diberlakukan untuk pekerjaan bergiliran
dan tidak juga untuk pekerjaan yang besifat penting.

Pasal 52
Akses ke arsip pribadi

Pegawai dan agen Administrasi Publik, melalui aturan yang sudah ditetapkan, berhak melihat arsip pribadinya,
mendapat kopi dari data-data yang ada dalam arsip perorangan dan arsip di gudang-gudang berdasarkan data
elektronik.

Bagaian II
Cuti

Pasal 53
Cuti dengan hak gaji

1. Pegawai negeri berhak atas jenis-jenis cuti tanpa kehilangan gaji sebagai berikut:
a) Cuti tahunan;
b) Cuti sakit;
c) Cuti duka;
d) Cuti bersalin;
e) Cuti perkawinan;
f) Cuti sekolah.
2. Lamanya setiap jenis cuti dan hal-hal lainnya, akan diatur dengan dekrit Pemerintah.
3. Bagi Agen Administrasi Publik tidak diakui hak sebagaimana diatur dalam alinea f) dari no.1
seperti layaknya seorang pegawai.
4. Pegawai yang tidak berada di tempat karena cuti dengan hak gaji selama kurung waktu enam
bulan, jabatan yang didudukinya pada awal pemgambilan cuti, tetap akan dijabatnya.
5. Apabila lamanya cuti dengan hak gaji berlangsung di atas enam bulan, seorang pegawai yang
memegang kepemimpinan satu direksi atau kepala akan hilang kedudukan tersebut;
6. Seorang pegawai dalam keadaan seperti tertera pada nomor sebelumnya, dapat diintegrasikan
kembali dalam administrasi publik dengan pangkat dan golongan yang sama seperti sebelum
memgambil cuti;
7.Jika formasi sudah mencapai waktu lebih dari dua tahun, dan dengan mempertimbangkan
kemampuan dan pengalaman yang dimiliki, pegawai tersebut dapat diintegrasikan kembali dengan
pangkat yang lebih tinggi yang dimilikinya pada saat sebelum mengambil cuti.

Pasal 54
Cuti di luar tanggungan negara
1. Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan olek Direksi pekerjaan yang bersangkutan selama
waktu maksimal dua tahun sesuai dengan aturan yang akan diterbitkan oleh Pemerintah;
2. Pegawai negeri yang tidak berada di tempat karena menjalankan cuti di luar tanggungan negara,
dalam kurung waktu tiga bulan masih berhak atas posisi yang didudukinya pada awal mulai
mengambil cuti;
3. Apabila cuti di luar tanggungan negara melebihi tiga bulan, maka pegawai negeri yang menduduki
jabatan tertentu atau menjadi pimpinan akan kehilangan kedudukan tersebut;
4. Pegawai tersebut dapat diintegrasikan kembali ke fungsi publik dengan kategori yang sama pada saat
mulai mengambil cuti;
5. Keluar dan masuknya kembali pegawai yang bersangkutan dilakukan dengan keputusan pejabat
Pemerintah dan dipublikasikan dalam Buletim Pemerintah.

Pasal 55
Cuti khusus tanpa hak gaji

1. Pegawai Negeri yang diangkat dalam jabatan politik, seperti anggota Parlamen Nacional atau
anggota Pemerintah, berhak atas cuti khusus tanpa hak atas gaji selama berlakunya masa kampanye;
2. Pegawai negeri calon anggota Parlamen Nasional berhak untuk meminta cuti tanpa hak gaji selama
berlaku masa kampanye;
3. Pegawai yang sudah diangkat menjadi anggota Parlamen Nasional harus mengajukan permintaan
pemberhentian sementara dari kedudukannya untuk mejalankan fungsi untuk mana dia telah
diangkat;
4. Pegawai yang tidak berada di tempat karena menjalankan cuti khusus tanpa hak gaji, dalam kurung
waktu maksimal tiga bulan, tetap akan menduduki kategori yang didudukinya pada saat mulai
mengambil cuti;
5. Apabila cuti khusus tersebut berlangsung lebih dari tiga bulan, maka pegawai negeri yang semula
menduduki suatu jabatan, akan kehilangan jabatan tersebut;
6. Pegawai negeri yang sedang memangku jabatan politik tidak berhak untuk mengikuti seleksi
penerimaan pegawai untuk mengisi lowongan di administrasi publik selama menjalankan cuti
khusus tanpa hak atas gaji;
7. Pegawai yang bersangkutan dapat diintegrasikan kembali ke administrasi publik dengan kedudukan
yang sama seperti pada saat mulai mengambil cuti;
8. Proses keluar dan masuknya kembali pegawai yang selesai menjalankan cuti tanpa hak gaji, dapat
dilakukan dengan keputusan dari pejabat Pemerintah dan dipublikasikan dalam Buletim Pemerintah.

Pasal 56
Akibat-akibat dari cuti

1. Cuti tanpa hak atas gaji dapat berakibat hilangnya seluruh tunjangan dan pemotongan masa kerja
dalam karier, pensiunan dan kelangsungan hidup, kecuali diminta sesuai dengan no. 1 dan 2 dari
pasal sebelumnya, apabila tidak ada kemungkinan untuk melakukan pemotongan masa kerja untuk
karier, pensiunan dan kelangsungan hidup.
2. Pegawai yang sedang menjalankan cuti tanpa hak atas gaji tidak boleh diangkat dalam kedudukan-
kedudukan di dalam estruktur pekerjaan dan di badan-badan yang tercakup dalam Estatuta ini
sepanjang cutinya belum berakhir.
Bagian III
Kondisi kerja, kecelakaan dalam pekerjaam dan pensiunan

Pasal 57
Tempat kerja bebas dari bahaya

1. Pegawai dan agen Administrasi Publik berhak untuk bekerja di tempat-tempat yang dinilai bebas dari
bahaya bagi kesehatan.
2. Pemerintah akan mengatur lebih lanjut secara khusus hal-hal yang menyangkut pekerjaan yang
sifatnya berbahaya.

Pasal 58
Kecelakaan dalam pekerjaan

Tunjangan kecelakaan dalam perkerjaan dapat ditentukan dengan dekrit Pemerintah

Pasal 59
Pensiun

Tata cara pemberian pensiun dapat diataur dengan peraturan tersendiri.

Bagian IV
Alpa/Ketidakhadiran
Pasal 60
Pengertian

Dianggap “alpa”, ketidakhadiran pegawai, adalah tidak hadirnya seorang pegawai dalam sebagian atau seluruh
waktu kerja normal yang diharuskan atau tidak hadir pada pekerjaan tanpa ijin selama jam kerja yang ditentukan,
demikian juga tidak hadir di tempat yang harus dia pergi karena tugas kedinasan.

Pasal 61
Jenis-jenis ketidakhadiran

Alap bagi seorang pegawai atau agen Administrasi Publik adalah ketidakhadiran yang dapat diberikan alasan dan
ketidakhadiran yang tidak dapat diberikan alasan.

Pasal 62
Ketidahadiran yag dapat diberikan alasan/dibenarkan

1. Dapat diberikan keterangan atas Ketidakhadiran sebagai berikut:


a) Karena perkawinan;
b) Karena berduka;
c) Karena bersalin;
d) Untuk pemeriksaan dokter;
e) Karena sakit;
f) Untuk menjaga anak atau anggota keluarga yang opname yang ditentukan oleh rumah sakit;
g) Karena dipanggil oleh pejabat pengadilan atau kepolisian;
h) Karena mengikuti ujian;
i) Karena sebelum atau setelah mendapat ijin dari atasan, akan dipotong pada cuti tahunan
apabila jumlah ketidakhadiran melebihi satu dalam waktu suta bulan;
j) Karena tidak dapat melaksanakan tugas yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak dapat
dihindari oleh pegawai atau agen, terutama keadaan yang disebabkan oleh bencana alam;
k) Karena megiktui wajib ujian yang ditentukan oleh badan pendidikan;
l) Karena menjalankan kegiatan-kigiatan yang menyangkut kepentingan politik sepanjang
diijinkan oleh badan yang berkompeten dan melaporkan diri sebelum atau setelah di tempat
pekerjaan.
2. Pegawai atau agen harus memberikan keterangan tertulis atas ketidakhadiran seperti tersebut dalam
nomor sebelumnya, sebelum membuat alpa atau, lima hari setelah melapor diri kembali untuk
bekerja.

Pasal 63
Ketidakhadiran yang tidak dapat diberikan keterangan

1. Dianggap Ketidakhadiran yang tidak dapat diberikan keterangan sebagai berikut:


a) Semua Ketidakhadiran dengan alasan yang belum diatur dalam pasal sebelumnya;
b) Alpa yang dilakukan dan tidak diberikan keterangan menurut pasal sebelumnya.
2. Ketidakhadiran tanpa keterangan, selain mengakibatkan pengambilan tindakan disipliner,
menyebabkan juga hilangnya tunjangan sesuai dengan jumlah hari selama mana dibuat alpa, tidak
terhitung untuk masa keja tetapi dipotong dalam cuti tahunan pada tahun berikutnya.
3. Pegawai atau agen yang memberikan alasan palsu untuk membenarkan kealpaannya dapat diproses
dengan pelanggaran yang bersifat kriminal karena memberikan keterangan yang palsu.

Bab VII
Penghargaan dan hadiah

Pasal 64
Penghargaan dan hadiah

1. Bagi para Pegawai Negeri yang Melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara teladan, dengan
tingkat efisiensi, dedikasi profesional, inovatif dalam pekerjaan dan prestasi lainnya, dapat diberikan
penghargaan dan hadia sebagai berikut:
Penghargaan:
a) Serifikat
b) Penghargaan umum
c) Memasuki namanya dalam daftar penghargaan
d) Pemberian Piagam penghargaan
Hadiah:
a) Diutamakan pemberian beasiswa atau pemilihan kursus peningkatan dan perbaikan serta bentuk-
bentuk lain.
b) Pemberian hadiah uang atau barang.
2. Adalah wewenang Pemerintah untuk menentukan kriteria pemberian penghargaan dan hadiah.

Bab VIII
Pembayaran

Pasal 65
Unsur-unsur pembayaran

1. Pegawai dan agen Administrasi Publik berhak atas pembayaran karena pekerjaan yang dilakukannya.
2. Pembayaran pegawai dan agen Administrasi Publik terdiri atas gaji, dapat ditambah dengan lain-lain
pembayaran sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Pasal 66
Gaji

1. Gaji ditentukan oleh posisi yang diduduki oleh pegawai dan agen.
2. Gaji ditetapkan dengan dekrit Pemerintah yang mengsahkan tabel gaji bagi berbagai karier.

Pasal 67
Tambahan

1. Tambahan dapat diberikan dalam hal-hal sebagai berikut:


a) Biaya perjalanan
b) Pekerjaan dalam sistem bergilir
c) Pekerjaan ekstra
d) Pekerjaan malam.
2. Pemerintah dapat memberikan tambahan pembayaran lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 68.
Biaya perjalanan
1. Diberikan biaya perjalanan karena pegawai dan agen administrasi publik melakukan perjalanan di
wilayah nasional atau ke luar negeri dalam tugas kedinasan.
2. Perjalanan pegawai atau agen Administrasi Publik di wilayah nasional atau ke luar negeri selalu
tergantung pada ijin dari pimpinan yang berwenang

Pasal 69
Tabel biaya perjalanan

Adalah wewenang Pemerintah untuk menetapkan dengan dekrit tabel-tabel biaya perjalanan demikian juga
prosedur pembayaran dan proses pertanggungjawaban.

Pasal 70
Pekerjaam dengan sistem bergilir

1. Dinyatakan pekerjaan dengan sistim bergilir adalah semua perkerjaan yang dilakukan selama dua
puluh empat jam perhari, secara kelompok karena tuntutan kemajuan pekerjaan.
2. Setiap kelompok tidak boleh melebihi waktu maksimal yang ditentukan bagi pekerjaan biasa per hari.
3. Tarif pekerjaan per kelompok akan ditetapkan dengan dekrit Pemerintah.

Pasal 71
Pekerjaan Ekstra

1. Akan disetujui pembayaran atas pekerjaan ekstra apabila ada alasan mendasar yang memaksa
pelaksanaannya.
2. Pelaksanaan pekerjaan ekstra harus terlebih dahulu mendapat ijin dari pimpinan yang berwenang.
3. Para pejabat Pemerintah dengan fungsi kepala dan kategori direktur tidak mendapat pembayaran atas
pekerjaan ekstra.
4. Adalah wewenang Pemerintah untuk menetapkan dengan dekrit tabel pembayaran pekerjaan pada
jam ekstra.

Pasal 72
Pekerjaan malam

1. Untuk pembayaran, dinyatakan pekerjaan malam adalah pekerjaan yang dilakukan dalam waktu
antara jam duapuluh dari satu hari dan jam enam dari hari berikutnya.
2. Besarnya pernbayaran per jam kerja malam ditetapkan oleh Pemerintah.

Bab IX
Tanggungjawab disipliner

Bagian I
Pelanggaran dan sangsi

Pasal 73
Pengertiam umum

1. Pegawai atau agen Administrasi Publik yang melanggar kewajibannya, menyalahgunakan fungsinya
atau dengan cara lain merugikan Negara dikenakkan sangsi disipliner, tanpa mengabaikan hukun
sipil.
2. Pelanggaran kewajiban harus dihukum apakah dalam bentuk perbuatan atau sikap, sengaja atau tidak
serta mempengaruhi atau tidak jalannya pekerjaan.

Pasal 74
Tanggungjawab disipliner

Pegawai dan agen Administrasi Publik bertanggungjawab secara disipliner terhadap atasan hierarkisnya atas
setiap pelanggaran yang dilakukan oleh mereka.

Pasal 75
Pelanggaran disipliner
1. Dinyatakan Pelanggaran Disipliner semua tindakan atau perbuatan dari pegawai yang melanggar
salah satu kewajiban umum atau khusus dari fungsi yang dijalankannya.

2. Pegawai atau agen Administrasi Publik dalam melaksanakan tugasnya, hanya bekerja untuk
kepentingan umum dan harus menolak segala bentuk interferensi dari luar.

Pasal 76
Waktu berlakunya proses disipliner

1. Hak untuk membuat proses disipliner selesai dua bulan setelah tanggal dilakukan pelanggaran.
2. Proses disipliner juga tidak dapat dilakukan apabila pelanggaran setelah diketahui oleh pimpinan
tertinggi pekerjaan tidak dibuat proses disipliner dalam kurung waktu tiga bulan.
3. Dalam kasus-kasus seperti diatur dalam dalam nomor sebelumnya, tanggung jawab terhadap
pelanggaran jatuh kepada atasan yang bersangkutan.
4. Dapat diterapkan pada proses disipliner waktu yang ditentukan dalam hukum formal, apabila
pelanggaran dapat dinilai juga sebagai satu pelanggaran criminal dan waktu pembuatan proses
criminal melebihi dua tahun.
5. Jika sebelum berakhirnya waktu seperti tersebut pada nomor 1 telah dilakukan suatu perbuatan yang
sama sifatnya dengan yang sedang diproses, maka waktu pembuatan proses dihitung mulai tanggal
dilakukannya pelanggaran terakhir.

Pasal 77
Pematuhan terhadap Kekuasaan disipliner

1. Pegawai dan agen Administrasi Publik tunduk kepada Kekuasaan dsipliner mulai pada tanggal
diangkat atau dilantik.
2. Pemberhentian atau pemindahan tidak mempengaruhi sangsi atas pelanggaran yang dilakukan pada
saat aktif bekerja.
3. Sangsi-sangsi seperti diatur dalam alinea b) sampai e) dari nomor 1 Pasal 79 tetap dilaksanakan sepanjang
pegawai atau agen Administrasi Publik kembali aktif bekerja atau masuk pensium.

Pasal 78
Bebas dari tanggung jawab disipliner

1. Bebas dari tanggung jawab disipliner, pegawai atau agen Administrasi Publik yang bertindak dalam mematuhi
perintah atau petunjuk dari atasan hierarkis dalam rangka tugas kedinasan:
a) Jika pegawai atau agen Administrasi Publik mengangap ilegal perintah yang diterima, dapat
megungkap fakta tersebut pada saat menuntut dan minta agar perintah dimaksud diberikan secara
tertulis.
b) Jika pemebrian perintah secara tertulis tidak dilakukan tepat waktu.
2. Apabila perintah yang diberikan harus segera dilaksanakan dan tanpa mengabaikan ketentuan seperti diatur
dalam alinea a) dan b) dari nomor 1, ketentuan pada bagian akhir dari nomor sebelumnya dapat dilakukan setelah
perintah dilaksanakan.
3. Tidak harus dipatuhi perintah atau instruksi yang mengakibatkan perbuatan criminal.

Bagian II
Sangsi disipliner dan danpaknya

Pasal 79
Tingkat sangsi-sangsi

1. Sangsi-sangsi yang dapat diterapkan terhadap Pegawai dan Agen Administrasi Publik yang dimuat dalam
Estatuta ini adalah:

a) Teguran lisan;
b) Teguran tertulis;
c) Denda;
d) Pemberhentian sementara;
e) Pemberhentian;
f) Pensium paksa;
g) Pemecatan.
2. Sanksi pemindahan wajib dapat diterapkan sebagai sangsi tambahan jika pelanggaran setimpal
dengan salah satu sangsi seperti diatur dalam alinea c) dan d) dari nomor sebelumnya apabila
dipandang perlu untuk kelancaran tugas.
3. Sanksi-sanksi harus dicatat dalam file individu dari Pegawai atau agen Administasi Publik yang
bersangkutan.
4. Amnesti tidak mengurangi efek dari hukuman yang sudah diterapkan namum dapat diarsip dalam
proses individu.

Pasal 80
Jenis-jenis sangsi/hukuman

1. Sanksi teguran lisan adalah teguran yang diberikan oleh atasan langsung atas tindaakan kurang benar
yang dilakukan oleh pegawai atau agen Administrasi Publik.
2. Teguran tertulis adalah teguran secara tertulis yang dilakukan karena pelanggran tertentu yang
dibuat.
3. Denda harus ditetapkan dalam jumlah yang pasti dan tidak boleh melebihi jumlah pembayaran
bulanan yang bersifat permanent kecuali cicilan dari pembayaran tambahan dari Pegawai atau Agen
Administrasi Publik yang tertunggak pada saat diumumkan keputusan hukuman.
4. Hukuman pemberhentian sementara dan pemberhentian adalah menghenyikan secara total pegawai
atau agen Administrasi Publik dari pekerjaan selama masa hukuman berlaku.
5. Hukuman pemberhentian sementara bisa:
a) Selama 20 sampai 120 hari;
b) Selama 121 sampai 240 hari.
6. Hukuman pemberhentian tidak boleh kurang dari 1 tahun dan juga tidak boleh lebih dari 2 tahun.
7. Hukuman pensiun dini adalah memberikan status pensiun kepada pegawai dengan memutuskan
hubungan fungsional.
8. Hukuman pemecatan adalah mengeluarkan pegawai atau agen Administrasi Publik secara definitif
dari pekerjaan sekaligus memutuskan hubungan fungsional.
Pasal 81
Akibat dari hukuman

1. Hukuman disipliner hanya mengakibatkan efek-efek yang ditetapkan dalam Estatuta ini.
2. Pemberhentian sementara mengakibatkan tidak boleh Melaksanakan jabatan atau fungsi, dan
kehilangan pembayaran, hitungan masa kerja pensiun selama jumlah hari hukuman pemberhentian
sementara yang dikenalkan.
3. Hukuman pemberhentian sementara masih menentukan kemungkinan tidak boleh mendapat cuti
selama kurung waktu 1 tahun, terhitung mulai waktu berakhirnya menjalankan hukuman.
4. Hukuman pemberhentian sementara 121 sampai 240 hari selain dari yang ditentukan dalam nomor-
nomor sebelumnya, dapat mengakibatkan juga penundaan promosi selama 1 tahun, mempengaruhi
juga penempatan setelah menjankan hukuman dan kembali bekerja, dan sepanjang memungkinkan
supaya ditempatkan di instansi lain dari yang sebelumnya.
5. Hukuman pemberhentian mengakibatkan selain yang ditentukan dalam nomor 2 dan 3, juga tidak
memungkinkan kenaikan pangkat/promosi selama 2 tahun, terhitung saat selesainya menjalankan
hukuman, dan pada waktu pegawai atau agen Administrasi Publik kembali bekerja, harus ditempatkan
di instansi yang berbeda dari instansi semula
6. Selama pemberhentian sementara dan pemberhentian, tempatnya dapat diganti.
7. Hukuman pensiun dini mengakibatkan pemberian pensiun sesuai dengan ketentuan yang akan
ditetapkan dengan undang-undang.
8. Hukuman pemecatan mempunyai efek-efek sebagai berikut:
a) Kehilahgan semua hak sebagai pegawai atau agen Administrasi Publik, menurut undang-undang;
b) Tidak ada kemungkinan untuk pegawai atau agen Administrasi publik diangkat atau dikontrak
untuk tempat lain dalam fungsi publik.
9. Dalam kasus yang bersifat berat, pegawai negeri yang diberhentikan, bisa juga kehilangan hak
pensiun atas putusan pengadilan dan hanya dapat dibayarkan kepadanya iuran-iuran yang pernah
dipungut.

Psal 82
Satuan dan akumulasi pelanggaran
Tidak boleh dikenalkan kepada pegawai atau agen Administrasi Publik lebih dari satu hukuman disipliner
sekaligus atas setiap pelanggaran atau pelanggaran-pelanggaran yang diapresiasi dalam satu proses.

Bagian III
Penerapan hukuman disipliner

Pasal 83
Teguran

Teguran merupakan pemanggilan lisan kepada seorang pegawai dan agen Administrasi Publik karena kesapahan-
keslahan ringan yang dilakukannya dalam Melaksanakan fungsinya.

Pasal 84
Teguran tertulis

Teguran tertulis adalah sanksi yang diterapkan terhadap kesalahan-kesalahan ringan yang dilakukan oleh seorang
pegawai atau agen Administrasi Publik dimana teguran lisan dirasakan belum setimpal dengan kesalahan itu
sendiri.

Pasal 85
Denda dapat diaplikasikan terhadap pegawai atau agen Administrasi Publik dalam hal kelalain-kelalaian sebagai
berikut:
a) Ketidak patuhan terhadap perintah atasan hierarkis;
b) Tidak menjalankan kewajibannya untuk melaporkan kepada pejabat yang berwenang tentang
pelanggaran-pelanggaran yang diketahuinya dalam Melaksanakan fungsinya;
c) Kurangnya dedikasi dalam Melaksanakan tugas sesuai sebagaimana diatur dalam ketentuan
yang berlaku secara sah atau tidak Melaksanakan perintah atasan.

Pasal 86
Pemberhentian sementara

1. Diterakpan terhadap pegawai atau agen Administrasi Publik hukuman pemberhentian sementara karena
kelalaian atau tidak mementingkan pelaksana kewajiban profesinya apabila:
a) Memberikan informasi yang salah kepada atasan hierarkis;
b) Masuk kerja dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat narkotik;
c) Menunjukkan kekurangan pengetahuan tentang peraturan-peraturan penting pekerjaan yang
merugikan Administrasi Publik;
d) Menguntungkan orang tertentu, organisasi atau perusahaan;
e) Tidak menyelasaiakn kewajibannya dalam waktu yang ditentukan tanpa alasan yang jelas;
f) Mengungkapkan rahasia pekerjaan tentang fakta atau dokumen milik Administrasi Publik secara
umum;
g) Mengambil sikap tidak patuh yang tidak terpuji di muka umum dalam Melaksanakan perintah
atasan.
2. Hukuman pemberhentian sementara yang dapat diterapkan adalah 20 samapai dengan 120 hari
sepanjang mengenai hal-hal seperti diatur dalam alinea a) sampai e) dan 121 samapai 240 hari
serperti diatur dalam dalam alinea f) dan g).

Pasal 87
Pemberhentian

Hukuman pemecatan dikenalkan kepada Pegawai atau Agen Administrasi Publik melakukan pelanggaran berat
menentang harga diri dan kewibawaan fungsi antara lain:
a) Menyerang, memaki atau tidak menghormati atasan hierarkis, teman kerja, bawahan atau
warganegara di dalam atau di luar dinas atas alasan yang berhubungan dengan fungsinya;
b) Menerima uang, menerima pemasukan atau dana dan tidak dipertanggunjawabkan tepat pada
waktunya;
c) Melanggar kewajiban netralitas dalam melakasanakan tugas;
d) Kecuali dalam hal-hal yang telah diatur oleh undang-undang, merangkap kedudukan atau jabatan
publik atau melakukan kegiatan setelah disahkan oleh atasan hierarakis, kegiatan-kegiatan yang
tidak dapat dilaksanakan secara bersamaan;
e) Membuat pernyataan palsu dalam proses disipliner untuk membenarkan kealpaan;
f) Memakai atau megijinkan orang lain memakai barang milik Administrasi Publik yang dipercayakan
kepadanya untuk tujuan yang beda.

Pasal 88
Pensiun Dini dan Pemecatan
1. Hukuman Pensiun Dini dan Pemecatan biasanya dikenalkan terhadap pelanggaran disipliner yang karena
beratnya tidak dapat mempertahankan hubungan funsional:
2. Hukuman-hukuman seperti disebut pada nomor sebelumnya, dikenalkan kepada pegawai atau agen
Administrasi Publik yang antara lain:
a) Setelah dikenalkan hukuman pemberhentian sesuai dengan alinea a) dari Pasal sebelumnya,
kembali menyerang, memaki atau tidak menghormati atasan hierarkis, teman keja, bawahan atau
warganegara dalam tugas publik;
b) Melakukan tindakan-tindakan berat yang bersifat ketidakpatuhan atau tindakan yang merugikan
institusi dan prinsip-prinsip Negara;
c) Alpa 21 kali berturut-turut tanpa keterangan;
d) Alpa 30 kali selang-seling tanpa keterangan dalam waktu 12 bulan kerja;
e) Membocorkan rahasia profesi atau bertindak tidak bijaksana yang mengakibatkan kerugian
material atau moral bagi Administrasi Publik;
f) Berkat posisi yang didudukinya, secara langsung atau tidak langsung, menerima pemberian,
imbalan atau mengambil bagian dalam kegiatan yang menguntungkan atau mendapat kekayaan,
atau menerima suatu perkejaan;
g) Melibatkan diri dalam penerimaan atau bernegosiasi pekerjaan publik;
h) Terdapat dalam melakukan kegiatan korupsi, kolusi atau nepotisme;
i) Demi keuntungkan pribadi ilegal, tidak Melaksanakan kewajiban jabatannya, terutama
penghancuran, menentang secara sengaja, cabul atau manipulasi dokumen atau data untuk
memberikan informasi yang merugikan Negara;
j) Minum minuman keras (alkhool) secara rutin, minum atau jualbelikan obat narkotik.
3. Hukuman Pensiun Dini dan Pemecatan diterapkan juga apabila terbukti ketidakmampuan dan dan tidak
bermoral dalam Melaksanakan tugas.

Pasal 89
Tingkat hukuman

Hukuman dapat diterapkan dengan memperhatikan kriteria-kriteria umum seperti: sifat pekerjaan, kategori
pegawai atau agen Administrasi Publik, berat-ringannya kesalahan, tanggung jawab dan situasi dimana dilakukan
pelanggaran.

Pasal 90
Hal-hal yang meringanan

1.Hal-hal yang meringankan pelanggaran disiplin, antara lain, jika pegawai atau agen Administrasi Publik:
a) Telah Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang penting bagi masyarakat;
b) Memiliki masa kerja lebih dari lima tahun dan berperilaku baik;
c) Mengaku secara espontan pelanggaran yang dilakukannya.
2. Hukuman dapat diringankan dengan menerapkan hukuman yang paling ringan, apabila ada hal atau keadaan
meringankan yang secara substansial menurunkan tingkat kesalahan dari pelanggar.

Pasal 91
Haal-hal yang memberatkan

Hal-hal yang memberatkan pelanggaran disiplin adalah:


a) Secara sengaja menimbulkan hal-hal yang merugikan pekerjaan umum;
b) Menimbulkan hal-hal yang secara efektif merugikan pekerjaan publik;
c) Pelanggaran terencana duapuluh empat jam sebelum dilakukan pelanggaran tersebut;
d) Konspirasi atau kerja sama dengan orang lain untuk melakukan pelanggaran;
e) Melakukan pelanggaran pada saat masih menjalankan hukuman disipliner atau saat masih
menjalankan hukuman pemberhentian sementara;
f) Kembali melakukan pelanggaran sebelum satu tahun dari hari dimana berakhir hukuman disipliner
atas suatu pelanggaran sebelumnya;
g) Akumulasi yang merupakan melakukan dua atau lebih pelanggaran sekaligus atau bila melakukan
satu pelanggaran sebelum pelanggaran sebelumnya mendapat hukuman.

Pasal 92
Keadaan yang dapat menganulir

Situasi yang dapat menganulir tanggunjawab disipliner adalah:


a) Keadaan dimana terpaksa menggunakan kekuatan fisik;
b) Pembelaan legal terhadap diri sendiri atau orang lain;
c) Menjalankan suatu hak atau melaksanakan suatu kewajiban.

Pasal 93
Pengajuan proses hukuman

Hukuman disipliner dapat diproses dalam kurung waktu sebagai berikut:


a) Enam bulan, untuk hukuman teguran tertulis dan denda;
b) Satu tahun, untuk hukuman pemberhentian sementara dan pemberhentian

Bagian IV
Proses disipliner

Pasal 94
Pengajuan
.

Proses disipliner, biasanya dimulai dengan laporan tentang kejadian oleh dinas yang berkompeten.

Pasal 95
Jenis proses

1. Proses disipliner bisa jadi umum dan khusus


2. Adalah khusus proses-proses yang ditentukan dengan undang-undang.

Pasal 96
Sifat kerahasiaannya proses

1. Proses disipliner bersifat rahasia sampai pada waktu tuntutan diajukan, tetapi bisa diberikan kepada tertuntut,
atas permohonannya, untuk mempelajari proses dimaksud dengan syarat tidak membocorkan isinya.
2. Tertuntut yang menyebarkan isi proses yang bersifat rahasia dapat dituntut dengan proses yang baru.
3. Dalam konteks umum hak-hak, tertuntut dapat didampingi seorang pembeli atau diwakili dalam salah satu
tahapan proses yang akan mengikuti jalannya pemeriksaan terhap tertuntut.

Pasal 97
Keharusan dalam proses disipliner

1. Hukuman teguran tertulis diterapkan dengan cara, harus terlibih dahulu mendengarkan pembelaan diri dari yang
dituntut.
2. Hukuman denda, pemberhentian sementara, pemberhentian dan pemecatan diterapkan setelah dikaji fakta-fakta
dalam proses disipliner sesuai dengan pasal-pasal berikut.
3. Atas permintaan yang bersangkutan, akan dibuat akta kegiatan yang dilakukan dengan disaksikan oleh dua
orang yang ditunjuk oleh tertuntut.
4. Waktu yang diberikan kepada tertuntut untuk mengajukan pembelaannya secara terrtulis adalah lima hari kerja.

Pasal 98.
Wewenang merevisi proses

1. Yang berwenang untuk merevisi atau memerintahkan melakukan revisi dari proses disipliner adalah pegawai
dengan kategori sama atau lebih tinggi dari kategori kepala departamen dengan level menengah, dibandingkan
dengan pegawai yang bersangkutan, walaupun tidak didelegasikan kepada mereka wewenang untuk menghukum
dan memutuskan atau mengusulkan kepada atasan hierarkis penerapan hukuman seperti diatur dalam alinea a)
sampai c) dari pasal 79.
2. Atasan hierarakis seperti dimaksud dalam nomor sebelumnya, akan mengangkat instructor dari antara para
pegawai dengan kategori yang sama atau dengan kategori lebih tinggi dari pegawai yang dituntut.
3. Adalah wewenang dari Pemerintah untuk menentukan pejabat yang berwenang untuk menerapkan hukuman
disipliner seperti diatur dalam alinea d) sampai f) dari pasal 79.

Pasal 99
Laporan

1. Selesai dilakukan proses, dalam 10 hari berikutnya, instructor akan membuat laporan lengkap dan singkat yang
memuat kesalahan, kualifikasi dan berat-ringannya, kepentingan, tujuan dan hukuman yang menurutnya adil atau
usulan agar proses diarsip karena tuduhan dinilainya tidak mendasar.
2. Jika proses terlalu sulit, maka pejabat yang berwenang dapat memperpanjang waktu proses sampai batas 20
hari.
3. Setelah dilaporkan, dalam waktu dua hari kerja harus dikirim kepada pejabat yang tealah memerintahkan
diadakannya revisi.

Pasal 100
Putusan

1. Pejabat yang berwenang untuk memutuskan akan menganalisa proses, bisa atau tidak sependapat dengan
kesimpulan yang dimuat dalam laporan dan memerintahkan dilakukannya proses ulang dalam waktu yang
ditetapkan untuk itu.
2. Sebelum mengambil keputusan, pejabat yang berwenang mengeluarkan pendapat dari atasan langsung dari
pegawai yang dituntut yang harus dilakukan dalam kurung waktu 10 hari.

Pasal 101
Banding

Atas putusan yang dikeluarkan, dapat diadakan banding hierarkis dan banding yang mengandung masalah.

Pasal 102
Banding hierarkis

1. Yang dituntut dan yang mengaduh dapat melakukan banding kepada atasan hierarkis atas keputusan tidak
menentukan yang dikeluarkan oleh salah satu pegawai atau agen Administrasi Publik.
2. hukuman dapat diperberat atau diganti dengan putusan yang lebih sesuai dengan hasil banding dari yang
melapor atau meuntut.

Pasal 103
Banding bermasalah yuridis

1. Dari putusan hukuman oleh atasan hierarkis dan unsur pejabat lain, banding bermasalah yuridis dilakukan
sesuai dengan ketentuan undang-undang.

Pasal 104
Revisi dan efek dari pelaksanaan hukuman

1. Ada kemungkinan untuk diadakan revisi terhadap proses disipliner apabila terlihat adanya keadaan atau barang
bukti yang dapat menunjukan tidak adanya fakta-fakta yang menentukan pemeberian hukuman, yang tidak bisa
digunakan oleh tertuntut dalam proses disipliner.
2. Revisi bisa menghasilkan renovasi atau perubahan putusan yang telah diambil dalam proses yang sudah
direvisi, dan tidak dapat memberatkan hukuman.
3. Banding hierarkis yang dipending tidak meempengaruhi permohonan revisi dari proses disipliner.
4. Revisi terhadap proses tidak membatalkan pelaksanaan hukuman.

Pasal 105
Rehabilitasi

1.Pegawai atau agen Administrasi Publik yang dihukum dengan hukuman denda, pemeberhentian sementara, atau
pemberhentian, boleh direhabilitasi secara terpisah dari jalannya revisi proses disipliner, dan yang berkompeten
dalam hal ini adalah pejabat berwenang untuk menetapkan hukuman atau pejabat hierarkis yang lebih tinggi
kedudukannya.
2. Rehabilitasi dapat dilakukan terhadap siapa yang patut dan telah menunjukkan perilaku yang baik, serta untuk
hal ini, yang berkepentingan dapat memakai semua barang bukti yang diakui oleh hukum.

Pasal 106
Denda dan tujuannya

Denda yang dikenalkan kepada pegawai dan agen Administrasi Publik merupakan penerimaan Negara.

Bab X
Jaminan legalitas

Bagian I
Banding administratif dan banding judsial

Pasal 107
Pelanggaran hak-hak

Apabila seorang pegawai atau agen Administrasi Publik merasa dirugikan oleh pejabat karena melanggar hak-
haknya, hak dimaksud harus diakui, tindakannya dianulir dan dirhabilitasi kerugian yang dialami menurut sifatnya
kasus serta sesuai dengan ketentuan khusus.

Pasal 108
Banding interen

Banding interen ditujukan kepada pejabat administratif yang telah mengambil putusan atau kepada pejabat lebih
tinggi yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Pasal 109
Banding yuridis

Banding yuridis ditujukan kepada para pejabat atau yurisdiksi khusus, sesuai dengan ketentuan dan syarat
menurut ketentuan dan syarat yang mengatur tentang jenis banding ini.

Pasal 110
Hak banding dalam proses perekrutan

Seorang calon pegawai dalam proses perekturtan untuk menjalankan fungsi publik, membpunyai hak banding
yang sama seperti seorang pegawai negeri dalam hal yang dianggap telah terjadi maslah atau tindakan tidak legal
dalam prosedur dan kriteria selama testing pada saat diadakan perekrutan.

Bagian II
Jaminan perlindungan dan keamanan

Pasal 111
Perlindungan terhadap pelanggaran-pelanggaran

1. Setiap pegawai negeri atau agen Administrasi Publik berhak mendapat perlindungan terhadapa ancaman,
penyerangan, penghinaan atau penlakkan nama baik dimana ia menjadi obyek dalam melaksanakan fungsinya.
2. Para pejabat publik mempunyai kewajiban untuk menjamin kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadapa
pegawai negeri atau agen Administrasi Publik selama mereka menjalankan fungsinya, dan mengambil tindakan-
tindakan yang diperlukan untuk memudahkan perbaikan terhadapa akibat dari pelanggaran yang terjadi sesuai
dengan undang-undang yang berlaku.

Pasal 112
Tindakan pertanggung Jawaban sipil

1. Dalam kasus penuduhan terhadap seorang pegawai negeri atau agen Administrasi Publik oleh pihak ketiga,
yang melakukan suatu tindakan dalam melaksanakan tugasnya atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya ia
laksanakan karena tugas kedinasan, menjadi kewajiban Pemerintah untuk menjamin pembelaannya, kecuali
pelanggaran yang dilakukannya lebih tinggi dari pelanggaran yang setimpal dengan teguran tertulis.
2. Dari semua aspek legal, tuduhan seperti diuraikan pada nomor 1 dinilai sebagai tindakan pertanggung Jawaban
sipil melawan Negara, sepanjang ada hubungan antara perbuatan atas mana pegawai negeri atau agen
Administrasi Publik dituntut dan kegitatan publik berikut dalam melaksanakan fungsinya.

Pasal 113
Hak revisi

1. revisi terhadap proses disipliner dapat dilaksanakan setiap saat sepanjang ada kesempatan atau alat pembuktian
yang mampu membuktikan adanya fakta atau informasi yang diberikan dengan cara bekerja sama yang ilegal atau
karena alasan tidak percaya.
2. Terbukti adanya salah satu dari faktor seperti tertera para nomor 1 dapat menganulir proses disipliner dan tidak
mempunyai efek apapun, dan dinyatakan tidak berlaku keputusan apa saja yang telah diambil.
3. Efek-efek dari tidak berkunya keputusan:
a) Hukuman tidak dapat dicatat di file pribadi dari pegawai yang bersangkutam;
b) Menganulir semua akibat dari hukuman-hukuman.
4. Pegawai yang bersangkutan berhak melanjutkan kariernya, dengan mempertimbngkan kembali semua promosi
yang tidak didapatnya karena terkena hukuman serta dibayar kompensasi-kompensasi yang berhak diterimanya
karena kerugian moral dan material yang dideritanya.

Pasal 114.
Informasi terhadap atasan dan teman kerja

1. Pegawai negeri atau agen Administrasi Publik yang melaporkan suatu pelanggran yang dilakukan oleh seorang
atasan atau sesama pegawai menurut pasal 48, tidak boleh dihukum, diancam atau didiskriminasi baik terbukti
atau tidaknya fakta-fakta yang dilaporkannya, kecuali terdapat keraguan yang menunjukkan bahwa laporan
dimaksud telah dilakukan dibuat dengan maksud untuk merugikan.
2. Pejabat atasan dari pegawai negeri yang melaporkan suatu pelanggaran sesuai dengan pasal ini, harus
merahasiakan bersama atasan yang menerima laporan tersebut, kecuali seperti yang diatur dalam nomor 3.
3. Pegawai negeri yang memberikan informasi tentang atasan atau sesama pegawai menurut pasal 48, ternyata
dengan niat yang tidak baik dengan tujuan untuk merugikan, dikenakan proses disipliner.

Pasal 115
Hak bersindikat

1. Para pegawai negeri berhak menjadi anggota sidikat karyawan Fungsi Publik atau organisasi lain yang
mewakili kepentingan para pegawai.
2. Pendirian dan pengoperasian dari asosiasi-asosiasi sindikal akan diatur dengan dekrit dari Pemerintah.

Bab XI
Pemutusan hubungan kerja

Pasal 116
Pemutusan hubungan kerja

1. Hubungan kerja di Administrasi Publik berakhir dengan kematian, pemberhentian atas permintaan sendiri,
pemberhentian, pemecatan dan pensiun.
2. Contrak berakhir dengan pelaksanaannya, menganulir kontrak itu sendiri, penolakan, kematian, pensiun atau
penerapan hukuman pemecatan.

Pasal 117
Pemberhentian atas permintaan sendiri

1. Seorang pegawai negeri dapat meminta pemberhentiannya pada setiap saat, dengan memperhatikan waktu
pemberitahuan sebelumnya yang akan ditentukan oleh Pemerintah.
2. Permohonan pemberhentian dilakukan secara tertulis dan ditujukan kepada pimpinan yang berkompeten.

Bab. XII
Ketentuan-ketentuan penutup
Pasal 118
Partisipasi dalam Perjuangan Pembebasan Nasional

Dihitung untuk masa kerja pegawai, waktu dimana pegawai berpartisipasi dalam Perjuangan Pemebasan Nasional
menurut ketentuan undang-undang khusus yang akan ditetapkan oleh Parlamen Nasional.

Pasal 119
Batas usia dan penilaian

1. Rekrutmen pegawai dan agen Administrasi Publik yang telah dilaksanakan sebelum berlakunya undang-
undang ini tidak mengikuti batas usia seperti diatur dalam alinea b) nomor 1 dari pasal 14 dan harus mengikuti
penilaian individual kemudian.
2. Penialaian dapat dilakukan sesuai dengan dekrit Pemerintah dan lebih mengutamakan prestasi kerja dari orang
yang dinilai, keberhasilan atau kegagalannya, loyalitas terhadap Pemerintah, netralitas dan kewibawaan moral dari
pegawai yang dinilai.

Pasal 120
Bank data

1. Para Kementerian harus mengajukan kepada Direktorat Nasional Fungsi Publik, sampai tiga bulan setelah
tanggal diberlakukannya undang-undang ini, daftar tenaga yang sudah direkrut untuk bekerja pada Kementerian
masing-masing, dimana tercantum bagi setiap orang informasi sebagai berikut:
a) Nama kategori atau jabatan;
b) Kalifikasi pendidikan;
c) Tingkat/pangkat;
d) Masa kerja dalam jabatan;
e) Masa kerja seluruhnya;
f) Usia.
2. Informasi seperti dimaksud pada nomor sebelumnya, merupakan bank data dan akan diperbaharui setiap tahun.

Pasal 121
Menganulir hak sebelumnya

Semua undang-undang yang bertentangan dengan Estatuta ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 122
Waktu berlaku

Undang-undang ini mulai berlaku 30 hari setelah dipublikasikan dalam Buletim Republik.

LAMPIRAN YANG MENYANGKUT PASAL 45

KODE ETIK DARI FUNGSI PUBLIK

Pegawai Negeri atau agen Administrasi Publik harus:

1. Menjaga kepentingan Negara, membela kemerdekaan nasional yang diproklamasikan pada 28 Nopember 1975
dan menghormati nilai-nilai moral dan kultural dari rakyat Timor-Leste;
2. Mematuhi semua undang-undang secara umum dan secara khusus yang berkaitan dengan fungsi publik;
3. Mengimplementasikan dan Mengembangkan sikat Hormat terhadap hak-hak azasi manusia sebagai prioritas
dari undang-undang dan prinsip-prinsip demokrasi;
4. Menjadi contoh dalam integritas pribadi, kebenaran dan kejujuran, dengan selalu memberi kontribusi demi
terjaminnya repuasi fungsi publik melalui perilaku yang baik setiap hari;
5. Melayani masyarakat dengan sopan santum da dedikasi, dengan menempatkan kepentingan umum di atas
segala kepentingan pribadi;
6. Menjalankan jabatannya dengan penuh dedikasi, kepandaian dan kemampuan, dengan mencari meningkatkan
kemampuannya melalui kursus dan lain-lain demi tercapainya efisiensi dalam pelaksanaan tugas;
7. Mengikuti petunjuk dan instruksi yang diberikan oleh atasannya dan menolak instruksi atau cobaan dari pejabat
siapa saja di luar Administrasi Publik yang ingin mempengaruhi kegiatan resminya;
8. Mematuhi undang-undang, menghormati kewajuban pribadi dan petuh terhadap perintah dari pengadilan;
9. Melayani masyarakat tanpa bentuk diskriminasi apapun, termasuk seksual tanpa menyerang orang dengan kata-
kata atau secara fisik dalam pergaulan dan di tempat kerja;
10. Menghindari ancaman dan intimidasi yang bertujuan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mengintervensi dalam misi Adminstrsi Publik dari Timor-Leste;
11. Menerangkan dengan jelas fungsi dan kategorinya serta tugas dan tanggung jawabnya dalam Administrasi
Publik Timor-Leste kepada orang-orang di luar Administrasi;
12. Menolak setiap bantuan, hadia atau pembayaran atau peberian lainnya yang diberikan sebagai imbalan atas
suatu pekerjaan atau untuk tidak melaksanakan suatu pekerjaan yang bersifat dinas;
13. Mengunakan barang milik Administrasi Publik Timor-Leste atau informasiyang tersedia karena tugas hanya
untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan fungsi dan kewajibangnya yang resmi;
14. Mengakui kepada Administrasi keuntungan apa saja, yang langsung atau tidak langsung diperoleh dari
kegiatan produktif seperti dagang atau perusahaan yang berada dibawa fungsi atau kewajibannya;
15. Memberi kontribusi demi memperkokoh persatuan nasional sebagai faktor penentu bagi pembangunan sosial
ekonomi dari Timor-Leste.

Ditetapkan pada 19 April 2004.

Anda mungkin juga menyukai