Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN TAKIKARDI SUPRAVENTRIKULAR TIPE PAROKSISMAL

DENGAN STROKE ISKEMIK : STUDI KASUS KONTROL NASIONAL

Pendahuluan dan Tujuan: Stroke kardioemboli menyumbang sekitar 15-20% semua kejadian
stroke iskemik. Atrial fibrilasi merupakan setengah dari dua pertiga dari semua kejadian
stroke kardioemboli. Hubungan antara supraventrikular takikardia paroksismal (PSVT)
dengan stroke iskemik masih belum jelas. Sebuh studi kasus-kontrol nasional dilakukan
untuk mengidentifikasikan faktor-faktor risiko, termasuk PSVT pada stoke iskemik di
Taiwan.

Metode: Kami merancang penelitian studi kasus-kontrol yang terdiri dari pasien yang
didiagnosis dengan stroke iskemik (n = 5633) dari tahun 1997 hingga 2011; setiap pasien dari
kelompok kasus secara acak dicocokkan dengan kelompok kontrol (n= 30.895) di Taiwan.
Data dikumpulkan secara retrospektif dari Taiwan’s National Health Insurance Research
Database, yang tidak hanya berisi data klain tentang rawat inap, kunjungan gawat darurat,
dan kunjungan rawat jalan, tetapi juga karakteristik pasien.

Hasil: Analisis regresi logistik digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko stroke iskemik.
Faktor risiko independen stroke iskemik meliputi usia (dalam interval 5 tahun; odds ratio
[OR] 1.76; 95 % confidence interval [CI] 173-1.78), jenis kelamin pria (dibandingkan dengan
wanita; OR 1.88; 95% CI 1.74-1.74), penyakit ginjal kronik (OR 3.09; 95% CI 2.67-3.57),
PSVT (OR 2.05; 95% CI 1.30-3.19) dan penggunaan aspirin (OR 0.04; 95% CI 0.03 – 0.05)

Kesimpulan: Penelitian kami merupakan yang pertama kali di Taiwan yang


mengidentifikasikan PSVT sebagai faktor risiko yang signifikan pada stroke iskemik.
T=regimen antitrombotik baru, meliputi aspirin, dapat menjadi rekomendasi sebagai preventif
primer stroke dan untuk mengurangi beban stroke pada pasien PSVT.

Kata kunci: Paroxysmal supraventricular tachycardia—ischemic stroke—aspirin—Taiwan.

© 2017 The Authors. Published by Elsevier Inc. on behalf of National Stroke Association.
This is an open access article under the CC BY-NC-ND license
A. PENDAHULUAN
Stroke adalah penyebab utama kematian kedua dan penyebab disabilitas
ketujuh pada tahun 2000, dan prevalensi stroke meningkat dari 16,4% pada 1986
menjadi 19,1% per 1000 orang pada tahun 2001 di Taiwan. Sekitar 11.736 orang
meninggal karena stroke (angka kematian 50,1 per 100.000 orang), membuat stroke
menjadi penyebab kematian ketiga pada tahun 2014 di Taiwan. Sekitar 87% pasien
mengalami stroke iskemik dan penyebab tersering adalah transient ischemic attack
(TIA), stroke iskemik, dan stroke emboli. Mortalitas paling rendah terdapat pada
stroke lacunar, sedang pada stroke atherotrombosis, dan yang tertinggi pada stroke
kardioemboli. Selain itu, pasien dengan stroke embolu menunjukkan prognosis buruk
dan lebih dari separuhnya mati dalam eaktu 1,5 tahun. Stroke kardioemboli
menyumbang sekitar 15-20% dari semua kejadian stroke iskemik. Selain itu, kondisi
kardioemboli berisiko tinggi meliputi atrial fibrilasi (AF), infark miokard (MI), katup
prostetik mekanik, miopati dilatasi, dan stenosis mitral reumatik. Sepertiga kejadian
stroke iskemik kriptogenik; namun PSVT merupakan faktor risiko baru untuk stroke
kriptogenik.
PSVT adalah aritmia paling sering dengan angka kejadia 35 per 100000 pasien
setahun dan dengan prevalensi 2.25 per 1000 orang di United States. Rata-rata usia
pasien dengan PSVT adalah 57 tahun, dan jenis kelamin wanita serta usia >65 tahun
merupakan faktor risiko yang signifikan. Mekanisme PSVT bervariasi sesuai usia.
Atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT) adalah kondisi paling umum
pada semua umur. Pasien yang lebih mda sering memiliki AVNRT, mencerminkan
adanya jalur bypass. Sebaliknya , pasien yang lebih tua sering mengalami takikardia
atrium fokal, mencerminkan kemungkinan perubahan terkait usia di nodus
atrioventrikular; pasien-pasien ini juga mengalami atrial miokard dan cidera tambahan
karena faktor-faktor yang didapat terkait dengan penyakit kardiovaskular. Gejala
PSVT yang paling sering adalah palpitasi (96%), pusing (75%), dan sesak napas
(47%). Konsekuensi utama dari PSVT pada kebanyakan pasien adalah penurunan
kualitas hidup. Dalam kasus yang jarang terjadi, PSVT yang terus menerus dapat
menyebabkan kardiomiopati takikardia dan kematian mendadak. Dengan tidak adanya
sindrom Wolff-Parkinson-White, risiko kematian mendadak karena PSVT sangat
rendah. Selanjutnya, masih belum jelas apakah stroke iskemik dikaitkan dengan
PSVT. Sebagian besar pasien dengan PSVT dapat dikelola sementara dengan
menggunakan manuver fisiologis, obat-obatan, dan kadang-kadang bahkan
kardioversi elektrik. Ablasi kateter adalah metode permanen untuk pasien yang ingin
menjalani perawatan atau tidak responsif atau tidak bertoleransi terhadap terapi yang
disebutkan sebelumnya.
PSVT adalah faktor risiko baru untuk stroke kriptogenik; Namun,
hubungannya dengan stroke belum diteliti di Taiwan. Oleh karena itu, penelitian ini
mengeksplorasi hubungan antara diagnosis yang didokumentasikan secara klinis dari
PSVT dan kejadian stroke berikutnya di Taiwan
B. METODE
1. Sumber Data
Dalam studi kontrol kasus berbasis populasi dan nasional ini, kami
menganalisis data dari Database Riset Asuransi Kesehatan Nasional (NHIRD)
yang terkomputerisasi dari Taiwan. Program NHI Taiwan, didirikan pada tahun
1995, adalah sistem asuransi kesehatan pembayar tunggal, yang mencakup hingga
99,9% dari seluruh penduduk pada tahun 2012; Sebesar 97% dari penyedia
layanan medis nasional berafiliasi dengan program ini. Pada tahun 2012, 502
rumah sakit dan 20.935 klinik hadir di Taiwan, dan sekitar 69 tempat tidur rumah
sakit dan 20 dokter tersedia per 10.000 orang dan tenaga pengobat, masing-
masing. NHIRD, database perwakilan nasional yang berisi semua data klaim asli
untuk 1 juta penerima manfaat NHI dari tahun 1996 hingga 2012, adalah sampel
acak, sistemik dari 23.22 juta pengurus NHI. Kami mengikuti pasien hingga
Desember 2012 dengan menggunakan 2000 Database Asuransi Kesehatan
Longitudinal (LHID2000). Para pasien dihubungkan dengan LHID2000 untuk
mendapatkan data klaim medis yang dikumpulkan dari 1997 hingga 2011.
Selanjutnya, untuk memverifikasi keakuratan diagnosis, Biro Taiwan NHI secara
acak mewawancarai pasien dan meninjau grafik 1 per 100 rawat jalan dan 1 per 20
klaim rawat inap.
2. Studi populasi dan Identifikasi
Pasien
Para pasien dalam LHID2000 yang terdaftar dengan stroke iskemik dari 1997
hingga 2011 dipilih sebagai kelompok kasus. Tiga pasien dari kelompok kontrol
secara acak dicocokkan dengan 1 pasien dari kelompok kasus. Klasifikasi
Internasional Penyakit, Revisi Kesembilan, Modifikasi Klinis (ICD-9-CM)
digunakan untuk mendefinisikan stroke iskemik sebagai 433.x1, 434.x1, atau 436
untuk kelompok kasus, dan menyingkirkan trauma yang menyertai stroke (ICD-9-
CM). 800-804 atau 850-854), subarachnoid hemorrhage (430), perdarahan
intraserebral (431), dan rehabilitasi (V57). Selain itu, kami mengeluarkan faktor
risiko kardiovaskular yang diketahui untuk stroke iskemik: AF dan atrial flushter
(ICD-9-CM 427,3, 427,31, dan 427,32), MI akut (ICD-9-CM 410-414), penyakit
oklusi arteri perifer (ICD-9-CM). -9-CM 444.2 dan 444.2x), dan gagal jantung
kongestif (ICD-9-CM 428 dan 428.x); penyakit paru obstruktif kronik (ICD-9-CM
490-492, 494, dan 496) juga dikeluarkan. Pasien berusia <20 tahun dan mereka
dengan PSVT menerima ablasi kateter (ICD-9-CM 37,34) dikeluarkan karena
ablasi kateter untuk PSVT biasanya dianggap sebagai prosedur kuratif.
3. Pengkajian Eksposur
Data klaim termasuk catatan medis dari departemen pasien, departemen
darurat, dan debit rumah sakit. Penilaian risiko termasuk usia, jenis kelamin,
hipertensi, diabetes, virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), penyakit
ginjal kronis (CKD), dan penggunaan aspirin. Penelitian sebelumnya melaporkan
bahwa infeksi virus hepatitis C dikaitkan dengan risiko stroke, dan peradangan
merupakan mediator kunci. Satu penelitian melaporkan bahwa pembawa HBV
cenderung memiliki risiko atherothrombotic yang relatif meningkat karena
aktivasi trombosit. Taiwan adalah daerah hiperendemik penyakit hati, dengan
15% -20% dari populasi umum yang menderita infeksi HBV kronis dan 4,4% dari
populasi umum dengan infeksi HCV kronis. Jadi, infeksi HBV dan HCV
dianalisis dalam penelitian ini. Definisi kasus dengan PSVT (ICD-9-CM 427.0)
dalam penelitian ini adalah bahwa jika mereka menerima diagnosis ≥2 PSVT.
Untuk meningkatkan validitas diagnosis diabetes serta hipertensi, kami hanya
menyertakan pasien dengan 3 kejadian ICD-9-CM untuk penyakit yang
disebutkan di atas dalam klaim medis mereka.
4. PSVT DAN RISIKO STOKE ISKEMIK
Protokol penelitian ditinjau dan disetujui oleh Komite Etika Penelitian dari
Rumah Sakit Buddha Dalin Tzu Chi, Taiwan (No. B10304018). NHIRD hanya
berisi data sekunder yang tidak teridentifikasi; oleh karena itu, dewan peninjau
membebaskan persyaratan untuk informed consent.
5. Analisis statistik
Properti distribusi variabel kontinu dinyatakan sebagai rata-rata ± standar
deviasi, dan variabel kategori disajikan sebagai frekuensi dan persentase.
Normalitas diperiksa menggunakan tes Shapiro-Wilk. Tes two sample-t, Wilcoxon
rank sum, chi-squared, dan Fisher digunakan untuk menguji perbedaan dalam
distribusi variabel kontinyu dan kategoris antara 2 kelompok.
Regresi logistik univariat dilakukan. Analisis multivariabel dilakukan dengan
menggunakan model regresi logistik ganda dengan prosedur pemilihan variabel
bertahap untuk menentukan prediktor vital stroke iskemik. Selanjutnya, model
aditif umum yang dipasang untuk mendeteksi efek nonlinier potensial dari
kovariat kontinyu dan menentukan titik potong yang sesuai untuk diskretisasi
kovariat jika diperlukan selama pemilihan variabel bertahap. Kami menilai
kebaikan model regresi logistik akhir sesuai dengan area yang diperkirakan di
bawah kurva karakteristik operasi penerima (ROC) (AUC; juga dikenal sebagai
statistik c). Alat statistik diagnostik regresi, termasuk analisis residu, deteksi kasus
yang berpengaruh, dan penilaian multikolinieritas, diterapkan untuk menemukan
masalah yang terkait dengan model atau data regresi. Semua operasi statistik
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak R 3.0.2 (R Foundation for
Statistical Computing, Wina, Austria). Dua sisi P ≤ .05 dianggap signifikan secara
statistik.
C. HASIL
Kelompok kasus terdiri 22.713 pasien yang didiagnosis dengan stroke dari
tahun 1997 hingga 2011, dan setiap pasien diacak dengan 3 pasien dari kelompok
kontrol (n = 68.139). Kami mengeluarkan pasien yang berusia <20 tahun saat
meninggal (n = 5318); mereka yang tidak memiliki klaim asuransi di tahun terakhir
kehidupan mereka (n = 12.955); mereka dengan data yang tidak akurat atau data yang
hilang (n = 16.932); mereka yang mengalami stroke disertai trauma, perdarahan
subarakhnoid, perdarahan intraserebral, atau rehabilitasi (n = 3118); mereka yang
didiagnosis dengan Af, MI akut, penyakit oklusi arteri perifer, gagal jantung
kongestif, dan penyakit paru obstruktif kronik (n = 15.977); dan mereka yang
menerima ablasi kateter untuk PSVT (n = 24). Akhirnya, penelitian ini melibatkan
5633 dan 30.895 pasien dalam kasus dan kelompok kontrol, masing-masing. Bagan
arus studi disajikan pada Gambar 1.

Populasi database 1996 – 2011


n = 1000000

Kelompok stroke (n = 22.713)


Kelompok kontrol (n=68.139)

Eksklusi:
- Jenis kelamin tidak diketahui (n=
3.317)
- Usia <20 tahun (n= 5.318)
- Data yang hilang (n=13.115)

Kelompok stroke (n=22.465)+ kelompok kontrol (n=46.137)

Eksklusi:
- Tidak ada data di tahun terakhir (n=
12.955)
- SAH (n= 342)
- ICH (N= 1.484)
- Miokard infark (n= 3.921)
- PAOD (n= 17)
- CHF (n=2.750)
- COPD (n=8.950)
- Af, AF (n=339)
- Trauma kepala (n= 1.292)
- Ablasi kateter (n= 24)

Kelompok stroke (n=5.633)+ kelompok kontrol (n=30.895)

Gambar 1. Bagan alur studi. Singkatan: Af, atrial fibrilasi; AF, atrial flush; CHF, gagal
jantung kongestif; COPD, penyakit paru obstruktif kronik; ICH, perdarahan intraserebral;
PAOD, penyakit oklusi arterial perifer; SAH, perdarahan subarakhnoid.

Tabel 1 merangkum karakteristik demografi dari kohort yang di stratifikasi


dengan diagnosis stroke iskemik dalam penelitian ini. Dibandingkan dengan
kelompok kontrol, kelompok stroke lebih tua (P <0,001); dengan lebih banyak seks
pria (P <.001); dan dengan proporsi hipertensi yang lebih tinggi (P <0,001), diabetes
(P <0,001), CKD (P <0,001), infeksi HCV (P <0,001), dan PSVT (P = 0,001), tetapi
proporsi yang lebih sedikit infeksi HBV (P <0,001) dan pemberian aspirin (P <0,001).
Dalam analisis univariat, kami menemukan bahwa usia (dalam interval 5 tahun, rasio
odds [OR]: 1,70, interval kepercayaan 95% [CI]: 1,68-1,73, P <0,001), jenis kelamin
laki-laki (versus perempuan; OR: 1,54 , 95% CI: 1.46-1.63, P <.001), hipertensi (OR:
21.48, 95% CI: 19.90-23.22, P <.001), diabetes (OR: 7.58, 95% CI: 7.11-8.09, P
<.001), hepatitis C (OR: 1.77, 95% CI: 1.52-2.07, P <.001), dan PSVT (OR: 2.00,
95% CI: 1.38-2.85, P <.001) adalah risiko yang signifikan untuk stroke iskemik.
Namun, pasien yang meminum aspirin sebelum stroke iskemik (OR: .10, 95% CI: .08-
.13, P <.001) dan mereka dengan hepatitis B (OR: .72, 95% CI: .63-.80 , P <.001)
adalah faktor risiko negatif untuk stroke iskemik (Tabel 2). Dalam regresi logistik
ganda, usia (dalam interval 5 tahun, OR: 1,76, 95% CI: 1,73-1,78, P <0,001), jenis
kelamin laki-laki (versus perempuan, OR: 1,88, 95% CI: 1,74-2,01, P <.001), CKD
(OR: 3.09, 95% CI: 2.67-3.57, P <.001), dan PSVT (OR: 2.05, 95% CI: 1.30-3.19, P =
.002) adalah faktor risiko yang signifikan untuk stroke iskemik. Namun, pasien yang
mengonsumsi aspirin sebelum stroke (OR: .04, 95% CI: .03-.05, P <.001)
menunjukkan penurunan risiko stroke iskemik (Tabel 3). Nagelkerke R2 dari model
ini adalah 0,447, dan perkiraan AUC adalah 0,892 (95% CI: .888-.896;Gambar 2)

Tabel 1. Karakteristik demografi dari kohort yang di stratifikasi dengan diagnosis


stroke iskemik

Tabel 2. Analisis logistik univariat dari faktor risiko potensial untuk stroke iskemik di
antara orang dewasa Taiwan dari tahun 1997 hingga 2011
Tabel 3. Analisis logistik multipel faktor risiko stroke iskemik pada orang Taiwan
dari tahun 1997 hingga 2011

D. PEMBAHASAN
Penelitian kami adalah yang pertama untuk menentukan bahwa PSVT adalah
faktor risiko baru untuk stroke iskemik di Taiwan. Kami juga menemukan bahwa
usia, jenis kelamin laki-laki, dan CKD merupakan faktor risiko untuk stroke iskemik;
Namun, pasien yang menerima aspirin memiliki penurunan risiko stroke iskemik.
PSVT telah diakui sebagai faktor risiko independen untuk stroke iskemik, dan
temuan kami mirip dengan pengamatan ini. Af adalah faktor risiko kuat untuk stroke,
secara mandiri meningkatkan risiko sekitar 5 kali lipat di semua kelompok umur.
Aktivitas ektopik supraventrikular yang berlebihan pada peserta yang tampak sehat
dikaitkan dengan perkembangan Af dan stroke. Namun, penelitian ini dilakukan di
negara-negara Eropa dan di Amerika Serikat, dan penelitian kami adalah yang
pertama di Taiwan. Diperkirakan bahwa prevalensi faktor risiko untuk stroke secara
global telah meningkat lebih dari perbaikan dalam pencegahan stroke. Oleh karena
itu, tingkat stroke mungkin tinggi dari tahun 1990 hingga 2000. Strategi pengobatan
untuk pasien dengan PSVT bergantung pada situasi mereka yang berbeda. Ketika
status hemodinamik pasien stabil, perawatan nonmedis termasuk manuver Valsava,
pijatan karotid, dan bahkan percikan air es pada wajah dipertimbangkan. Sebelum
memijat karotis, lebih baik memeriksa bruit. Namun, obat-obatan termasuk adenosin
intra-vena, diltiazem, atau verapamil diterapkan dalam praktik klinis. Ketika status
hemodinamik pasien tidak stabil, cardioversion adalah pilihan pengobatan pertama.
Untuk pasien dengan PSVT simtomatik dan rekuren, kateter ablasi atau obat jangka
panjang disarankan. Untuk mencegah stroke iskemik di PSVT, pasien dengan PSVT
harus disarankan untuk menjalani ablasi kateter, atau pencegahan primer dengan
antikoagulan harus dimulai segera kecuali pasien memiliki kontraindikasi, seperti
jatuh, kepatuhan yang buruk, epilepsi yang tidak terkontrol, atau perdarahan
gastrointestinal.
Gambar 2. Area di bawah kurva karakteristik operasi penerima (AUC) adalah 0,892 untuk
memprediksi stroke iskemik dalam penelitian kami

Aspirin, obat antiplatelet yang paling banyak dipelajari, adalah salah satu obat
yang digunakan secara luas untuk pencegahan stroke. Penelitian telah melaporkan
bahwa aspirin mengurangi stroke noncardioembolic atau serangan iskemik transien,
tetapi tidak mencegah stroke yang lebih parah diklasifikasikan sebagai
cardioembolism. Aspirin menghasilkan pengurangan risiko 23% untuk stroke nonfatal
berulang dibandingkan dengan plasebo, dan Trialists Antithrombotic melaporkan
bahwa aspirin mengurangi kemungkinan hasil komposit stroke, MI, atau kematian
vaskular pada pencegahan sekunder sekitar 23%. Namun, tidak ada bukti hadir pada
keseimbangan antara risiko dan manfaat aspirin dalam pencegahan primer di antara
pasien berisiko rendah. Stroke iskemik menurun sebesar 33% setelah pemberian
aspirin pada pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir yang menjalani dialisis.
Dalam penelitian ini, kami mengamati bahwa pasien dengan pemberian aspirin bisa
memiliki risiko stroke iskemik kurang lebih sebesar 96%; dengan demikian, aspirin
mungkin terkait dengan pencegahan utama stroke iskemik. Sebuah penelitian
sebelumnya melaporkan bahwa manfaat aspirin dalam mengurangi risiko kejadian
kardiovaskular dan kejadian komplikasi perdarahan mayor yang relatif jarang tidak
boleh diremehkan. Kalkulator risiko kardiovaskular / gastrointestinal aspirin dapat
ditemukan di situs web http://www.asariskcalculator.com
Kalkulator ini mungkin memandu dokter dalam memilih terapi aspirin yang
tepat dan memaksimalkan manfaat aspirin. Usia dan jenis kelamin telah diidentifikasi
sebagai faktor risiko yang signifikan untuk stroke. Penelitian sebelumnya telah
melaporkan bahwa tingkat stroke lebih dari dua kali lipat untuk pasien pada interval
10 tahun setelah usia 55 tahun. Dalam penelitian ini, kami mengamati bahwa tingkat
stroke iskemik meningkat sebesar 76% pada interval 5 tahun. Singkatnya, risiko
stroke meningkat lebih dari 3 kali untuk pasien dengan interval 10 tahun (ATAU
untuk usia: selama 10 tahun, 1,76 × 1,76 = 3,10). Ada banyak faktor yang signifikan
dalam studi Framingham, seperti berat badan lahir rendah, riwayat keluarga stroke,
merokok, obesitas, dislipidemia, stenosis karotis asimtomatik, penyakit sel sabit, dan
aktivitas fisik. Namun, faktor-faktor ini tidak tersedia dalam basis data administratif
kami. Faktor-faktor ini mungkin terkait dengan usia, dan mungkin merupakan faktor
pengganggu dalam penelitian ini. Itu adalah salah satu batasan untuk penelitian ini.
Studi telah melaporkan bahwa laki-laki mengalami lebih banyak kejadian stroke
iskemik, dan tingkat kejadian stroke 1,25 kali lebih tinggi pada pria. Dalam penelitian
ini, risiko risiko stroke iskemik adalah 1,88 kali lebih tinggi pada pria.
Kami menemukan bahwa pasien dengan infeksi HCV dikaitkan dengan
peningkatan risiko stroke iskemik dalam analisis logistik univariat, dan pasien dengan
infeksi HBV dikaitkan dengan penurunan risiko stroke iskemik. Hasil serupa juga
dilaporkan dalam penelitian sebelumnya. Namun keduanya tidak menunjukkan efek
signifikan secara statistik pada terjadinya stroke pada model regresi logistik
multivariat. Asosiasi ini membutuhkan eksplorasi lebih lanjut.
Sepertiga dari kejadian stroke iskemik disebabkan oleh efek diabetes saja atau
dalam kombinasi dengan hipertensi. Hipertensi dan diabetes merupakan faktor risiko
yang signifikan untuk stroke iskemik dalam analisis univariat kami tetapi tidak dalam
analisis multivariat, mungkin karena penggunaan CKD atau aspirin tetap merupakan
faktor risiko positif atau negatif yang signifikan untuk stroke. CKD adalah faktor
risiko untuk stroke dan mungkin juga menjadi penanda untuk penyebab lain penyakit
kardiovaskular, sehingga mencerminkan sisa pembaur dari faktor-faktor risiko ini.

E. KETERBATASAN
Studi ini memiliki batasan-batasan berikut. Pertama, mungkin ada bias dalam
studi kasus-kontrol ini dari data klaim. Untuk mengurangi bias, kami memverifikasi
diagnosis diabetes, hipertensi, dan komorbiditas lainnya, sedangkan pasien memiliki
diagnosis ≥3 dari ICD-9-CM untuk penyakit yang disebutkan sebelumnya dalam
klaim medis mereka. Selanjutnya, untuk memverifikasi keakuratan diagnosis, Biro
Taiwan NHI secara acak mewawancarai pasien dan meninjau grafik 1 per 100
ambulatory dan 1 per 20 klaim rawat inap. Kedua, kami tidak memasukkan etiologi
PSVT, seperti AVNRT, atrioventricular-reciprocating tachycardia, hipertiroidisme,
MI sebelumnya, prolaps katup mitral, penyakit jantung rematik, perikarditis,
pneumonia, penyakit paru-paru kronis, keracunan alkohol saat ini, dan intoksikasi
digoxin. Selain itu, kami mengeluarkan pasien dengan PSVT yang menerima ablasi
kateter untuk menghindari efek pengobatan PSVT pada stroke iskemik.

F. KESIMPULAN
PSVT merupakan faktor riiko signifian untuk stroke iskemik di Taiwab.
Regimen antitrombotik baru meliputi aspirin dapat disarankan untuk preventif utama
stroke, demikian untuk mengurangi beban tambahan stroke dalam fasilitas kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai