Anda di halaman 1dari 13

Makalah Farmakologi

OBAT LEPRA
Ilham Wijaya Y. (201502043)
Ulfi Irma Syahri (201502053)
Program Studi S1 Keperawatan Stikes St Fatimah Mamuju

(Dosen Pembimbing: Askur, S.Farm., Apt., M.Kes.)

PENDAHULUAN
Penyakit lepra atau kusta telah turun menurun, dari kutukan atau dari dosa
menyerang manusia sepanjang sejarah. (Depkes RI 2015).
Banyak para ahli percaya bahwa tulisan Kemoterapi kusta dimulai tahun
pertama tentang kusta muncul dalam 1949 dengan DDS sebagai obat tunggal
sebuah dokumen Papirus Mesir ditulis (monoterapi DDS). DDS harus diminum
sekitar tahun 1550 SM. Sekitar tahun 600 selama 3 – 5 tahun untuk PB dan 5 – 10
SM ditemukan sebuah tulisan berbahasa tahun untuk MB, bahkan seumur hidup.
India menggambarkan penyakit yang Kekurangan monoterapi DDS adalah
menyerupai kusta. Di Eropa, kusta pertama terjadinya resistensi, timbulnya kuman
kali muncul dalam catatan Yunani kuno persistens serta terjadinya pasien defaulter.
setelah tentara Alexander Agung kembali Pada tahun 1964, dtemukan resistensi
dari India. Kemudian di Roma pada 62 SM terhadap DDS. Oleh sebab itu, pada tahun
bertepatan dengan kembalinya pasukan 1982, WHO merekomendasikan
Pompei dari Asia kecil (Depkes RI, 2015). pengobatan kusta dengan Multy Drug
Pada tahun 1873, Dr Gerhard Therapy (MDT) untuk tipe PB maupun MB
Armauer Henrik Hansen adalah orang (Depkes RI, 2012).
pertama yang mengidentifikasi kuman yang Makalah ini membahas tentang
menyebabkan penyakit kusta di bawah konsep dasar penyakit lepra atau kusta atau
mikroskop. Penemuan Mycobacterium Morbus Hansen, dan tinjauan
leprae membuktikan bahwa kusta farmakologinya.
disebabkan oleh kuman, dan demikian tidak

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 1


PEMBAHASAN seharusnya diderita oleh pasien kusta
A. Konsep Dasar Lepra (Nugroho, et al, 2015).
1. Definisi Penyakit ini adalah tipe penyakit
Istilah kusta berasal dari bahasa granulomatosa pada saraf tepi dan
Sansekerta, yakni kustha berarti kumpulan mukosa dari saluran pernapasan atas
gejala-gejala kulit secara umum (Depkes RI, dan lesi pada kulit adalah tanda yang
2015). bisa diamati dari luar. Bila tidak
Penyakit Hansen atau penyakit ditangani, kusta dapat sangat progresif
Morbus Hansen yang dahulu dikenal menyebabkan kerusakan pada kulit,
sebagai penyakit kusta atau lepra adalah saraf-saraf, anggota gerak dan mata.
sebuah penyakit infeksi kronis yang Tidak seperti mitos yang beredar di
sebelumnya, hanya disebabkan oleh masyarakat, kusta tidak menyebabkan
Mycobacterium leprae, hingga ditemukan pelepasan anggota tubuh yang begitu
bakteri Mycobacterium lepromatosis oleh mudah seperti pada penyakit tzaraath
Universitas Texas pada tahun 2008, yang yang digambarkan dan sering disamakan
menyebabkan endemik sejenis kusta di dengan kusta (Depkes RI, 2015).
Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih 2. Etiologi
khusus dengan sebutan diffuse lepromatous Penyakit kusta disebabkan oleh
leprosy. Mycobacterium leprae ditemukan bakteri yang bernama Mycobacterium
oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama leprae. Micobaterium ini adalah kuman
Gerhard Henrik Armauer Hansen pada aerob, tidak membentuk spora,
tahun 1873 sebagai patogen yang berbentuk batang, dikelilingi oleh
menyebabkan penyakit yang telah lama membran sel lilin yang merupakan ciri
dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit dari spesies Mycobacterium, berukuran
kusta lebih disebut sebagai penyakit panjang 1- 8 micro, lebar 0,2 - 0,5 micro,
Hansen, bukan hanya untuk menghargai biasanya berkelompok dan ada yang
jerih payah penemunya, melainkan juga tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan
kata leprosy atau lepra mempunyai konotasi bersifat tahan asam (BTA) atau gram
yang begitu negative, sehingga penamaan positif, tidak mudah diwarnai namun jika
yang netral lebih diterapkan untuk diwarnai akan tahan terhadap
mengurangi stigma sosial yang tak dekolorisasi oleh asam atau alkohol.

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 2


Mycobacterium leprae belum dapat kusta multibasiler/borderline leprosy
dikultur pada laboratorium. Kuman ini (Nugroho, et al, 2015).
menular kepada manusia melalui kontak a. Kusta multibasiler
langsung dengan penderita (keduanya Kusta multibasiler, dengan
harus ada lesi baik mikroskopis maupun tingkat keparahan yang sedang,
makroskopis, dan adanya kontak yang adalah tipe yang sering ditemukan.
lama dan berulang-ulang), dan melalui Terdapat lesi kulit yang sering
pernapasan. Bakteri kusta ini mengalami ditemukan. Terdapat lesi kulit yang
proses perkembangbiakan dalam waktu menyerupai lesi tuberkuloid namun
2 – 3 minggu, pertahanan bakteri ini jumlahnya lebih banyak dan tak
dalam tubuh manusia mampu bertahan 9 beraturan; bagian yang besar dapat
hari di luar tubuh manusia kemudian mengganggu seluruh tungkai, dan
kuman membelah dalam jangka 14 – 21 gangguan saraf tepi dengan
hari dengan masa inkubasi rata-rata dua kelemahan dan kehilangan rasa
hingga lima tahun bahkan juga dapat rangsang. Tipe ini tidak stabil dan
memakan waktu lebih dari 5 tahun. dapat menjadi seperti kusta
Setelah lima tahun, tanda-tanda lepromatosan atau kusta tuberkuloid.
kesemutan bagian anggota tubuh hingga b. Kusta tuberkuloid
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kusta tuberkuloid ditandai
Penatalaksanaan kasus yang buruk dengan satu atau lebih
dapat menyebabkan kusta menjadi hipopigmentasi macula kulit dan
progresif, menyebabkan kerusakan bagian yang tidak berasa (anestetik).
permanen pada kulit, saraf, anggota c. Kusta lepromatosa
gerak, dan mata (Depkes RI, 2015). Kusta lepromatosa
3. Klasifikasi dihubungkan dengan lesi, nodul, plak
Manifestasi klinik dari kusta kulit simetris, dermis kulit yang
sangat beragam, namun terutama menipis, dan perkembangan pada
mengenai kulit, saraf, dan membran mukosa hidung yang menyebabkan
mukosa. Pasien dengan penyakit ini penyumbatan hidung (kongesti nasal)
dapat dikelompokkan ke lagi menjadi dan epistaksis (hidung berdarah)
“kusta tuberkuloid” (Inggris: namun pendeteksian terhadap
paucibacillary), kusta lepromatosa kerusakan saraf sering kali terlambat.
(penyakit Hansen multibasiler), atau

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 3


Pada tahun 1982, sekelompok PB MB

ahli WHO mengembangkan klasifikasi Distribusi Unilateral Bilateral simetris


atau
untuk memudahkan pengobatan di
bilateral
lapangan. Dalam klasifikasi ini, seluruh asimetris
pasien kusta hanya dibagi dalam 2 tipe Permukaan Kering, Halus, mengkilap
yaitu tipe Pausibasilar (PB) dan tipe bercak kasar
Batas Tegas Kurang tegas
Multibasilar (MB). Dasar dari klasifikasi
bercak
ini adalah gambaran klinis dan hasil
Mati rasa Jelas Biasanya kurang
pemeriksaan BTA. Pedoman untuk pada jelas
menentukan klasifikasi penyakit kusta bercak

menurut WHO adalah sebagai berikut Deformitas Proses Terjadi pada tahap
terjadi lebih lanjut
(Depkes RI, 2012):
cepat
Tabel 1. Tanda Utama Kusta pada Tipe
PB dan MB Ciri-ciri - Madarosis, hidung
Tanda utama PB MB khas pelana, wajah
Bercak kusta Jumlah 1 Jumlah > singa,
–5 5 ginekomastia
Penebalan saraf tepi Hanya 1 Lebih dari (pada laki-laki)
disertai gangguan saraf 1 saraf Sumber: Depkes RI (2012), Hal. 73
fungsi (mati rasa dan 4. Diagnosis
atau kelemahan otot,
Untuk menegakkan diagnosis
di daerah yang
penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda
dipersarafi saraf yang
bersangkutan) utama (cardinal signs), yaitu (Depkes RI,
Kerokan jaringan kulit BTA BTA 2012):
negatif positif
a. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa.
Sumber: Depkes RI (2012), Hal: 73
Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk
bercak putih (hipopigmentasi) atau
Bila salah satu dari tanda utama
kemerahan (eritema) yang mati rasa.
MB ditemukan, maka pasien
b. Penebalan saraf tepi yang disertai
diklasifikasikan sebagai kusta MB. Tanda
dengan gangguan fungsi saraf.
lain yang dapat dipertimbangkan dalam
Gangguan fungsi saraf ini merupakan
penentuan klasifikasi penyakit kusta
akibat dari peradangan saraf tepi
adalah sebagai berikut:
(neuritis perifer) kronis. Gangguan
fungsi saraf bisa berupa:
Tabel 2. Tanda Lain untuk Klasifikasi Kusta

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 4


1) Gangguan fungsi sensoris: mati 5) Adanya kelainan kulit yang tidak
rasa, berkeringat dan atau tidak
2) Gangguan fungsi motoris: berambut.
kelemahan (paresis) atau 6) Lepuh yang tidak nyeri.
kelumpuhan (paralisis) otot. b. Tanda-tanda pada saraf
3) Gangguan fungsi otonom: kulit 1) Nyeri tekan dan atau spontan
kering dan retak-retak. pada saraf.
c. Adanya basil tahan asam (BTA) di 2) Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk
dalam kerokan jaringan kulit (slit skin dan nyeri pada anggota gerak
smear). 3) Kelemahan anggota gerak dan
Seseorang dinyatakan sebagai atau wajah
penderita kusta apabila terdapat satu 4) Adanya cacat (deformitas)
dari tanda-tanda utama di atas. Pada 5) Luka (ulkus) yang sulit sembuh.
dasarnya, sebagian besar penderita c. Lahir dan tinggal di daerah endemik
dapat didiagnosis dengan pemeriksaan kusta dan mempunyai kelainan kulit
klinis. Apabila hanya ditemukan cardinal yang tidak sembuh dengan
sign kedua, perlu dirujuk kepada ahli pengobatan rutin, terutama bila
kusta. Jika masih ragu, orang tersebut terdapat keterlibatan saraf tepi.
dianggap sebagai penderita yang 5. Penatalaksanaan
dicurigai (suspek). Tanda-tanda Pentalaksanaan penyakit morbus
tersangka kusta (Depkes RI, 2012): Hansen mencakup perawatan yang
a. Tanda-tanda pada kulit spesifik (seperti perawatan yang
1) Bercak kulit yang merah atau putih diperlukan terhadap kerusakan sensasi),
(gambaran yang paling sering bedah plastik, dan terapi jangka panjang
ditemukan) dan atau plakat pada dengan berbagai obat antimikroba,
kulit, terutama di wajah dan termasuk dapson dan rifampisin
telinga. (Brooker, 2008).
2) Bercak kurang/mati rasa. Penatalaksanaan utama pada
3) Bercak yang tidak gatal. pasien kusta adalah pemberian obat
4) Kulit mengkilap atau kering MDT (Multy Drug Therapy) yang
bersisik. ditambah dengan obat penunjang berupa
vitamin/roboransia. MDT adalah
kombinasi dua atau lebih obat antikusta,

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 5


salah satunya rifampisin sebagai amti 1) 2 kapsul rifampisin @ 300 mg
kusta yang bersifat bakterisidal kuat (600 mg)
sedangkan obat anti kusta lain bersifat 2) 3 tablet lampren @ 100 mg (300
bakteriostatik. mg)
Kelompok orang yang 3) 1 tablet dapson/DDS 100 mg
membutuhkan MDT (Depkes RI, 2012): Pengobatan harian: hari ke-2 – 28
a. Pasien yang baru didiagnosis kusta 1) 1 tablet lampren 50 mg
dan belum mendapat MDT, 2) 1 tablet dapson/DDS 100 mg
b. Pasien ulangan (relaps, masuk Satu blister untuk satu bulan.
kembali setelah default, pindahan Dibutuhkan 12 blister yang diminum
[pindah masuk], ganti klasifikasi selama 12 – 18 bulan.
[tipe]), c. Dosis MDT PB untuk anak (umur 10
Regimen pengobatan MDT – 15 tahun)
sesuai rekomendasi WHO yang Pengobatan bulanan: hari pertama
dikutip dari Pedoman Nasional (obat diminum di depan petugas
Program Pengendalian Penyakit 1) 2 kapsul rifampisin 150 mg dan
Kusta adalah sebagai berikut: 300 mg
a. Pasien Pausibasiler (PB)/Dewasa 2) 1 tablet dapson/DDS 50 mg
Pengobatan bulanan: hari pertama Pengobatan harian: hari ke-2 – 28
(obat diminum di depan petugas 1) 1 tablet dapson/DDS 50 mg
kesehatan) Satu blister untuk 1 bulan.
1) 2 kapsul rifampisin @ 300 mg Dibutuhkan 6 blister yang diminum selama
(600 mg) 6 – 9 bulan.
2) 1 tablet dapson/DDS 100 mg d. Dosis MDT MB untuk anak (umur 10
Pengobatan harian: hari ke-2 – 28 – 15 tahun)
1) 1 tablet dapson/DDS 100 mg Pengobatan bulanan: hari pertama
Satu blister untuk satu bulan. (obat diminum di depan petugas)
Dibutuhkan 6 blister yang diminum 1) 2 kapsul rifampisin 150 mg dan
selama 6 – 9 bulan. 300 mg
b. Pasien multibasiler (MB)/Dewasa 2) 3 tablet lampren @ 50 mg (150
Pengobatan bulanan: hari pertama mg)
(obat diminum di depan petugas 3) 1 tablet dapson/DDS 50 mg
kesehatan) Pengobatan harian: hari ke-2 – 28

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 6


1) 1 tablet lampren 50 mg selang Secara farmakokinetik, dapson
sehari diserap secara lambat dalam saluran cerna
2) 1 tablet dapson/DDS 50 mg tetapi hampir sempurna. Kadar puncak
Satu blister untuk satu bulan. tercapai setelah 1 – 3 jam, yaitu 10 -15
Dibutuhkan 12 blister yang diminum mcg/mL setelah pemberian dosis yang
selama 12 – 18 bulan. dianjurkan. Kadar puncak cepat turun, tetapi
masih dijumpai dalam jumlah cukup setelah
Bagi dewasa dan anak usia 10 – 15 8 jam. Waktu paruh elimininasi berkisar
tahun tersedia paket dalam bentuk antara 10 – 50 jam dengan rata-rata 28 jam.
blister. Pada dosis berulang sejumlah kecil obat
Dosis anak disesuaikan dengan masih ditemukan hingga 35 hari setelah
berat badan: pemberian dihentikan. Obat ini tersebar luas
- Rifampisin : 10 – 15 mg/kgBB di seluruh jaringan dan cairan tubuh,
- Dapson : 1 – 2 mg/kgBB cenderung tertahan dalam kulit dan otot,
- Lampren : 1 mg/kgBB. tetapi lebih banyak dalam hati dan ginjal.
Sebanyak 50-70% obat terikat pada protein
B. Obat Lepra plasma dan mengalami daur enterohepatik.
Multi Drug Therapy (MDT) adalah Daur ini yang menyebabkan obat masih
kombinasi dua atau lebih obat antikusta, ditemukan dalam darah, lama setelah
salah satunya rifampisin sebagai obat pemberian dihentikan. Dapson mengalami
antikusta yang bersifat bakterisidal kuat metabolism di hati dan kecepatan
sedangkan obat antikusta lain bersifat asetilasinya ditentukan oleh faktor genetic.
bakteriostatik (Kemenkes RI, 2012). Ekskresi melalui urin berbeda jumlahnya
MDT tersedia dalam bentuk blister. bagi setiap sediaan sulfon, dapson dosis
Ada empat macam blister untuk PB dan MB tunggal 70-80% diekskresi terutama bentuk
dewasa serta PB dan MB untuk anak. metabolitnya (Kusumastanto & Esti, 2015).
1. Dapson Sedian berbentuk tablet warna putih
Dapson atau diaminodiphenyl 50 mg dan 100 mg. DDS bersifat
sulfone (DDS) adalah golongan sulfonat bakteriostatik yaitu menghambat
yang bersifat anti inflamasi, menekan pertumbuhan kuman kusta. Dosis dewasa
sistem imun, dan antibiotik. Ini merupakan 100 mg/hari, anak 50 mg/hari (umur 10 – 15
obat utama yang dianjurkan WHO untuk tahun) (Depkes RI, 2012).
penanganan penyakit kusta (Sidik, 2018).

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 7


Efek samping yang mungkin timbul Nama lainnya adalah sindrom sulfon,
pada pemberian dapson menurut Kosasih sindrom hipersensitivitas dapson, five
et al (2007) dalam Kusumastanto & Esti weeks dermatitis, dan sebagainya. Karena
(2015), antara lain: nyeri kepala, erupsi reaksi hipersensitivitas, maka terjadinya SD
obat, anemia hemolitik, leucopenia, tidak tergantung dosis.
insomnia, neuropati perifer, sindrom Penatalaksanaan berupa
dapson, nekrosis epidermal toksik, hepatitis, penghentian DS harus segera dilakukan.
hipoalbuminemia, dan methemoglobinemia. Sindrom dapson mereda spontan setelah
Efek samping dapson yang paling penghentian dapson. Pengobatan suportif
sering adalah hemolisis yang berhubungan misalnya keseimbangan cairan dan
erat dengan besarnya dosis; dapat terjadi elektrolit, suhu, nutrisi, perawatan lesi kulit,
pada hampir setiap pasien yang menerima serta penanganan sepsis penting dalam
200 – 300 mg dapson sehari. Dosis 100 mg tatalaksana SD (Depkes RI, 2012).
pada orang normal atau dosis 50 mg pada 2. Lampren
penderita defisiensi enzim G6PD tidak Lampren atau klofazimin merupakan
menimbulkan hemolisis. Sering terlihat suatu fenazin, berbentuk bubuk berwarna
methemoglobinemia, kadang disertai coklat kemerahan, tidak larut dalam air, dan
pembentukan Heinz body (Kusumastanto & larut dalam asam lemak. Obat ini bersifat
Esti, 2015). bakterisid dan mempunyai efek
Sindrom sulfon atau Dapsone antiinflamasi. Klofazimin merupakan obat
Hypersensitivity Syndrome (DHS) dapat alternatif terhadap dapson bila ditemukan
timbul 5 – 6 minggu hingga 6 bulan setelah M. leprae yang resisten dan dulu digunakan
terapi awal pada pasien gizi buruk. Gejala untuk pengobatan infeksi M. avium pada
DHS umumnya berupa trias: demam, erupsi penderita AIDS.
kulit, dan keterlibatan organ tubuh (paru, Cara kerja klofazimin tidak diketahui
hati, sistem saraf, dan sebagainya), dapat secara pasti, diduga memengaruhi
juga disertai malaise, dermatitis eksfoliatif, peningkatan DNA sehingga memengaruhi
ikterus disertai nekrosis hati, limfadenopati, peningkatan mikobakterium. Absorpsi
methemoglobinemia, dan anemia klofazimin pada saluran cerna bervariasi,
(Kusumastanto & Esti, 2015). dan bagian terbesar obat ini dieksresikan
Sindrom dapson (SD) adalah reaksi melalui tinja. Waktu paruh obat ini panjang;
hipersensitivitas yang berbeda dengan efek setelah pemberian berulang waktu
samping maupun efek toksik dari dapson. paruhnya berkisar 70 hari. Obat ini

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 8


didistribusikan secara meluas ke seluruh mata. Sebaiknya pasien diberitahukan
jaringan retikuloendotelial dan kulit. Hanya bahwa hal ini juga akan menghilang
sejumlah kecil dari obat ini dieksresikan setelah pengobatan selesai.
melalui urin dan empedu. d. Lain-lain: perubahan warna keringat,
Sediaan berbentuk kapsul lunak 50 dahak dan urin, serta aritmia karena
mg dan 100 mg, warna coklat. Lampren hipokalemia.
bersifat bakteriostatik, bakterisidal lemah, Efek samping lampren biasanya
dan antiinflamasi. Cara pemberian secara dapat ditolerir sehingga pengobatan tidak
oral, diminum sesudah makan untuk perlu dihentikan. Pada kasus kelebihan
menghindari gangguan gastrointestinal dosis, bilas lambung (dengan arang aktif)
(Depkes RI, 2012). atau dengan merangsang muntah. Tidak
Dosis yang dipakai pada regimen ada antidot spesifik (Depkes RI, 2012).
MDT sangat jarang menimbulkan efek 3. Rifampisin
samping yang berat, antara lain (Depkes RI, Rifampisin adalah antibiotik
2012): spektrum luas untuk mengobati berbagai
a. Gangguan saluran cerna (mual, penyakit infeksi yang disebabkan oleh
muntah, nyeri perut, dan diare). Nyeri bakteri. Obat rifampisin digunakan untuk
perut terjadi karena endapan kristal mengatasi penyakit kusta yang
lampren dalam usus halus dikombinasikan dengan obat kusta lainnya.
menyebabkan terjadinya inflamasi di Antibiotik rifampisin bekerja dengan cara
ujung usus halus. Jika berat, lampren menekan inisiasi pembentukan rantai
sebaiknya dihentikan dan dapat formasi untuk membentuk sintesis RNA
dimulai kembali setelah gejala pada bakteri yang rentan dengan mengikat
membaik. beta-subunit dari DNA yang berhubungan
b. Hiperpigmentasi kulit dan mukosa dengan polymerase RNA sehingga
(perubahan warna kulit menjadi lebih menghalangi transkripsi RNA. Hal inilah
kecoklatan); kering, ikitiosis, pruritus, yang menyebabkan bakteri tidak dapat
erupsi akneiformis, ruam pada kulit, membelah diri dan mengalami kematian
dan reaksi fotosensitivitas. Akan (Sidik, 2018).
menghilang 6 – 12 bulan setelah Sediaan berbentuk kapsul lunak 150
lampren dihentikan. mg, 100 mg, 300 mg, 450 mg, dan 600 mg.
c. Kulit dan mukosa kering. Dapat bersifat bakterisidal, 99% kuman kusta mati
disertai berkurangnya keringat dan air dalam satu kali pemberian. Cara pemberian

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 9


secara oral, diminum setengah jam sebelum CONTOH KASUS
makan, agar penyerapan lebih baik (Depkes Sindrom Dapson pada penderita morbus
RI, 2012). Hansen (Kusumastanto & Esti, 2015):
Rifampisin jarang menimbulkan efek Seorang wanita usia 52 tahun
samping karena hanya diberikan sekali datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Kusta
sebulan. berikut ini beberapa efek samping dr. Sitanala, Tangerang, pada April 2014
yang mungkin timbul pada pemberian dengan keluhan utama nyeri ulu hati sejak 2
rifampisin dan penanganannya menurut minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
Pedoman Nasional Penatalaksanaan ulu hati tidak menjalar, tidak hilang timbul,
Penyakit Kusta oleh Kemenkes RI tahun dan bertambah berat sejak 2 hari
2012: sebelumnya.
a. Gangguan fungsi hati dan ginjal. Pada Didapatkan keluhan tambahan berupa
umumnya dengan pemberian rifampisin demam, mata kuning, pucat, timbul bercak
600 mg/bulan aman bagi hati dan fungsi merah pada kulit yang kemudian
ginjal (kecuali ada tanda-tanda penyakit mengelupas di seluruh tubuh, lemas, mual,
sebelumnya). Apabila timbul gejala muntah, kaki bengkak, perut buncit, dan
gangguan fungsi hati dan atau ginjal, beberapa luka pada tubuh. Pada
pengobatan MDT dihentikan sementara, September 2013, disadari muncul lebih dari
dan dapat dilanjutkan kembali bila 5 bercak berwarna merah di tangan kanan
fungsi hati dan atau ginjal sudah normal. dan kiri, tidak ada rasa gatal maupun hilang
Rujuk pasien bila gangguan fungsi hati rasa, kesemutan, pada bagian bercak
dan atau ginjal menetap/berat. dirasakan tidak berkeringat. Riwayat kontak
b. Timbul kelainan/erupsi kulit. dengan pasien lepra disangkal. Pasien
c. Gangguan pencernaan misalnya rasa mengonsumsi multidrug treatment
nyeri, mual, muntah, dan diare. pausibasiller selama 2 bulan (karena obat
d. Gejala seperti flu (flu like syndrome) multibasiler habis) lalu multidrug treatment
misalnya demam, menggigil dan sakit multibasiler selama sebulan; kemudian
tulang. Dapat diberikan penanganan dihentikan oleh keluarga pada bulan Maret
simtomatik. 2014, karena pasien mengalami bercak
e. Perubahan warna urin menjadi merah. merah di kulit seluruh tubuh dan
Ini hanya berlangsung sementara. Perlu mengelupas. Pasien berobat ke dokter,
diberitahukan kepada pasien agar tidak diberi salep lanolin untuk pemakaian pagi-
kaget. sore, namun tidak membaik. Selain itu,

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 10


untuk demam pasien mengonsumsi osit -/-/-/92/1/2, jumlah eosinofil 72, bilirubin
parasetamol 3 x 500 mg, demam turun 1,1 mg/dL, bilirubin direk 0,82 mg/dL,
tetapi meningkat kembali. Riwayat sakit bilirubin indirek 1,28 mg/dL, protein total 4,3
kuning sebelumnya, riwayat pemakaian g/dL, albumin 1,7 g/dL, dan globulin 2,6
obat suntik, transfusi darah, hemodialisa, g/dL. Pada USG abdomen didapatkan
ataupun kontak dengan penderita hepatitis kesan gambaran asites masif di rongga
disangkal. abdomen. Pasien dirawat oleh dokter
Pada pemeriksaan fisik ditemukan, keadaan spesialis kulit dan kelamin bersama dokter
umum compos mentis, tampak sakit berat. spesialis penyakit dalam.
Suhu tubuh 38,3 oC, tekanan darah 95/70 Penatalaksanaan adalah dengan
mmHg, frekuensi nadi 114 x/menit, dan menghentikan pemberian obat dapson,
frekuensi nafas 20 x/menit. Kedua bola terapi suportif berupa infus ringer laktat 30
mata ikterik ringan dan konjungtiva anemis. tetes per menit, keseimbangan cairan
Pada pemeriksaan jantung dan paru tidak dievaluasi setiap 24 jam, parasetamol tablet
ditemukan kelainan, pada pemeriksaan 3 x 500 mg/hari jika demam, ranitidin 2 x 50
abdomen didapatkan nyeri tekan mg/hari intravena, ondansetron 2 x 8 mg
epigastrium dan ascites masif (tes undulasi intravena untuk mengurangi mual serta
+), sehingga hati dan limpa tidak dapat muntah dan transfusi packed red cell 500
dipalpasi. Kedua telapak tangan pucat, mL/hari selama 4 hari untuk mengatasi
serta kedua kaki pitting edema. Ditemukan anemia. Selain itu, diberikan dexametasone
kelainan dermatologik berupa plak dan 3 x 5 mg/hari intravena selama 12 hari,
makula eritematosa – hiperpigmentosa tapering off . Untuk mengatasi asites
tersebar generalisata, berukuran plakat, abdomen dan edema ekstremitas diberikan
batas tegas, terdapat skuama, erosi, spironolactone 1 x 50 mg dan HCT 1 x 6,25
ekskoriasi, ulkus, dan xerosis. mg, serta captopril 12,5 mg 2 x 1/2 tablet
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan: sebagai renal protector. Hepamax® sebagai
hemoglobin 5.8 g/dL, hematokrit 17,6%, hepatoprotektor dan transfusi albumin
leukosit 2.700/uL, trombosit 194.000/uL, sebanyak 400 mL, diet ekstra putih telur
gula darah sewaktu 117 mg/dL, SGOT 137 untuk mengatasi hipoalbuminemia, serta
U/L, SGPT 159 U/L, ureum 85,9 mg/dL, perawatan luka dengan kompres NaCl
kreatinin 1,36 mg/dL. Pemeriksaan 0,9%.
penunjang hari ke-4 perawatan: hitung jenis Pada hari perawatan ke-14, pasien
basofil/eosinofil/batang/segmen/limfosit/mon mengalami perbaikan, edema ekstremitas

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 11


berkurang, luka berangsur pulih, dan pada endemi pada iklim hangat serta ditandai
hari perawatan ke-30, pasien diperbolehkan oleh pembentukan granuloma di saraf
pulang dan disarankan kontrol ke poliklinik. perifer atau pada kulit, membran
Pasien tidak lagi merasakan nyeri ulu hati, mukosa, dan tulang disertai kerusakan
demam, ataupun lemas. Pada pemeriksaan jaringan. Penyakit ini disebabkan oleh
fisik, tanda vital dalam batas normal, Mycobacterium leprae (basil Hansen)
terdapat makula eritematosa- dan terdiri dari dua bentuk – tuberkuloid
hiperpigmentosa diseminata ukuran dan lepra.
numular-plakat dengan batas tegas, ulkus 2. Multi Drug Therapy (MDT) adalah
(+) dengan jaringan granulasi. kombinasi dua atau lebih obat antikusta,
salah satunya rifampisin sebagai obat
KESIMPULAN antikusta yang bersifat bakterisidal kuat

1. Lepra (penyakit Hansen) adalah sedangkan obat antikusta lain bersifat

penyakit menular yang kronik dan bakteriostatik.

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, C. (2008). Ensiklopedia keperawatan. (diterjemahkan oleh: Andry Hartono, Brahm U.


Pendit, Dwi Widiarti). Jakarta: EGC.

Depkes RI, (2012). Pedoman nasional program pengendalian penyakit Kusta. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. Diakses dari: https://www.medbox.org/pedoman-nasional-program-
pengendalian-kusta/download.pdf (Tanggal 10-06-2018 [19.30 WITA]).

__________, (2015). Infodatin Kusta – Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta; Kemenkes RI. Diakses dari:
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin_kusta.pdf
(Tanggal 11-06-2018 [22.30 WITA]).

Kusumastanto, V.A. & Esti, P.K., (2015). Sindrom Dapson pada Pasien Morbus Hansen –
Laporan kasus, Cermin dunia kedokteran – CDK-235, 42(2), 123-126. Diakses dari:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/12_225%Sindrom%Dapson%20pada%20Pasien%20Morbu
s%20Hansen.pdf (Tanggal 21-06-2018 [07.30 WITA]).

Nugroho, et al, (2015). Standar pengendalian TB, hepatitis, skabies, lepra, dan penyakit
menular lainnya. Jakarta: Dirjen Pemasyarakatan – Kementrian Hukum dan HAM RI. Diakses
dari: http://www.pemasyarakatan.com/wp-content/uploads/2016/05/STANDAR-
Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 12
PENGENDALIAN-TB-HEPATITIS-SKABIES-LEPRA-DAN-PENYAKIT-MENULAR-LAINNYA.pdf
(Tanggal 10-06-2018 [19.20 WITA]).

Sidik, A. (Juni, 19, 2018). Dapson (DDS) – kegunaan, dosis, efek samping. Mediskus. Diakses
dari: https://mediskus.com/dapson. (Tanggal 21-06-2018 [08.00]).

_________ (Juni, 19 2018). Rifamfisin – kegunaan, dosis, efek samping. Mediskus. Diakses
dari: https://mediskus.com/rifampin. (Tanggal 21-06-2018 [09.00]).

Soal:

1. MDT (Multy drug therapy) adalah kombinasi dua atau lebih obat antikusta salah satunya
rifampisin sebagai antikusta yang bersifat bakterisidal kuat sedangkan obat anti kusta lain
bersifat bakteriostatik, yang terdiri atas, kecuali:
a. Rifampisin, klofazimin, dapson
b. Rifampisin, klofasimin, diaminodiophenyl sulphone
c. rifampisin, klofazimin, lampren
d. Rifampisin, Lampren, diamino diophenyl sulphone
e. Rifampisin, DDS, lampren

2. Dapsone Hypersensitivity Syndrome (DHS) dapat timbul 5 – 6 minggu hingga 6 bulan


setelah terapi awal pada pasien gizi buruk. Gejala DHS umumnya berupa trias:
a. Demam,erupsi kulit, nekrosis hati
b. Demam, ikterus, dan keterlibatan organ tubuh (paru, hati, sistem saraf, dan sebagainya)
c. Demam, erupsi kulit, dan keterlibatan organ dalam (paru, hati, hematologi, dan
sebagainya)
d. Demam, malaise, dermatitis eksfoliatif
e. Demam, limfadenofati, anemia

Stikes St. Fatimah Mamuju 2017/2018 |Farmakologi Keperawatan 13

Anda mungkin juga menyukai