Perawat Tugas 2018 TBC
Perawat Tugas 2018 TBC
NAMA : 1. NYOMAN
2. RUSNI
KATA PENGANTAR
Puji sykur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-nya kami dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami ucapkan terimah kasih kepada dosen
mata kuliah Keperawatan medikal beda yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya
untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantauan berbagai
pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terimahkasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelsaikan makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan yang perlu di perbaiki untuk itu kami mengharapkan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini sahingga dapat bermanfaat bagi siapapun ayang membacanya
wassalam...
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri
mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagi yang lain tubuh manusia.
Insiden TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada DKD terakhir ini diseluruh dunia.
Deikian pula di indonesia, tuberkulosis/TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka
kematian (mortalitas), maupun diagnosis dan tarifinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang,
indonesia menampati urutan ketiga setelah india dan cina dalam hal jumlah penderita diantara 22
negara dengan masalah TBC terbesar didunia.
Hasil survei kesehatan rumah tangga depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian ke empat. Pada tahun 1999 WHO global surveillance memperkirakan
diindonesia terdapat 583.000 menderita tuberkulosis/TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA
positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat tuberkulosis/TBC
diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru-paru dari tahun
ketahun di indonesia terus meningkat.
B. Rusmusan masalah
2. Klasifikasi TBC
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri bisal yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi oragan paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru
(brunner & suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nektosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan
dapat menular dari penderita kepada orang lain (santa, dkk, 2009.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (myobakterium
tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai oraga tubuh
lain. (depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
mycobakterium. Tuberculosis bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan
bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di
indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (indriani at al., 2005). Penyakit tuberculosis
biasanya menular malalui udarah tercemar dengan bakteri mycobakterium tuberkulosis yang
dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi menularkan
penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui kotorannya (wiwid,2005).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru tuberkulosis
dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
(Suzunne C. Smeltzer & brenda G. Bare, 2002).
B. Klasifikasi penyakit TB
b. Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, seliput otak, seliput jantung (pericardium), kilenjar iymfe, tulang, persendian, kuliat, usus,
ginjang, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan poto toraks dada menunjukkan gambar
tuberkulosi.
3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagonistik TB paru BTA negatif harus meliputi :
a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakit, yaitu
bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto torak memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan untuk pasien buruk.
1) TB ekstra paru ringan, misalnya : TB kelanjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang) sendi, dan kelanjar adrenal.
2) TB ekstra paru berat, misalnya : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
C. Penggolongan obat TBC
a. Obat primer
1) INH
- Indikasi
Untuk terapi semua bentuk tuberkulosis aktif, disebabkan kuman yang peka dan untuk mencegah
orang berisiko tinggi mendapatkan infeksi.
- Kerja Obat
Menghambat sintesa Mycolic acid, yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri.
- Efek samping
Gatal-gatal polineuritis, kadang terjadi kerusakan hati dengan hepatitis dan ikterus yang fatal.
- Interaksi
Pemakaian INH bersamaan dengan obat-obat tertentu, dapat menimbulkan risiko toksis.
2) Rifampisin
- Indikasi
Mengobati TBC yang dikombinasikan dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang
- Kerja obat
Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase
sehingga sintesis RNA terganggu.
- Efek samping
Penyakit kuning, gangguan saluran cerna, gejala gangguan SSP dan reaksi hipersensasitasi, warnah
merah pada air seni, keringat, air.
- Interaksi
Mempercepat perombakan obat lain bila diberikan bersamaan waktu dengan jalan induksi enzim
dalam hati.
3) Pirazinamida
- Indikasi
- Kerja obat
- Efek samping
Kerusakan hati, nyeri sendi, arthritis Goul, demam, mual, gangguan lambung-usus, kemerahan dan
reaksi kulit yang lain.
- Interaksi
Kombinasi terapi dengan rifampisin dan pirazinamid berhubungan dengan reaksi hepatotoksis yang
fatal dan berat.
4) Etambutol
- Indikasi
- Kerja obat
Berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah. Juga menghindarkan
terbentuknya Mycolic acid pada dinding sel.
- Efek samping
Gangguan penglihatan, sakit kepala, disorientasi, mual, muntah dan sakit perut. Tidak dianjurkan
untuk anak-anak usia kurang 6 tahun.
- Interaksi
Menurunkan khasiat obat urikosurik terutama pada pemberian bersama isoniazid dan piridoksin.
b. Obat sekunder
1) Streptomisin
- Indikasi
Untuk kombinasi pengobatan TB bersama INH, Rifampisin, dan pirazinamid.
- Kerja obat
Berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.
- Efek samping
- Interaksi
Penggunaan bersama dengan amfoterisin dan diuretik loop dapat meningkatkan nefrotoksisitas.
- Interaksi
- Indikasi
Digunakan dalam kombinasi dengan obat anti TB lain, seperti insoniazid dan streptomyein.
- Kerja obat
Menghambat secara kompetitif pembentukan asam folat dari asam paraamino benzoat.
- Efek samping
3) Ethionamid
- Indikasi
- Kerja obat
- Efek samping
- Interaksi
Ø Obat Primer
Obat-obat ini paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi menimbulkan resistensi dengan
cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Terapi selalu digunakan dengan kombinasi 3-4 obat.
Ø Obat Sekunder
Obat ini memiliki kegiatan yang lebih lemah dan bersifat lebih toksis, maka hanya digunakan bila
terdapat resistensi atau intoleransi terhadap obat primer, juga terhadap infeksi MAI pada penderita
HIV.
BAB III
A. pengkajian
1) Identitas klien
Nama : Tn. A
Usia : 37 Tahun
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Diagnosa : TBC
2) Keluhan utama
Pada saat pengkajian Tn. A mengeluh batuk berdarah, cepat lelah, letih, keringat dimalam hari.
Pasien masuk RS. Pada pemeriksaan pasien ditemukan tanda dan gejalah penyakit tuberculosis paru,
kemudian dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti sputum, pto toraks terlihat adanya gumpalang
puting, hasil tuberculis test positif (+), segera dilakukan penatalaksanaan untuk menangani penyakit
TB.
Klien mengatakan bahwa klien tinggal ini daerah yang padat penduduk, liangkungan kumuh dan
rumahnya tidak ada ventilasi dan kurang pencahayaannya.
6) Riwayat psikososial klien merasa takut akan penyakit dan menganggap penyakit itu mematikan.
7) Riwayat pekerjaan dan pola hidup klien mengatakan cuci dan klien tidak memakai masker saat
keluar rumah.
8) Data fokus
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
- Batuk berdarah
- RR = 24x/permanit
- TD = 110/70 Mmhg
- HR = 80x/menit
B. Diagnosa keperawatan
DATA FOKUS
PROBLEM
ETIOLOGI
DS
Klien mengatakan :
- Batuk berdarah
- Demam
DO
Klien terlihat :
- HR = 78x/menit
- RR = 24x/menit
- TD = 110/70 mmHg
DS
Klien mngatan :
- Cepat letih
- Mual
Klien terlihat :
- Biokimia ; Eritrosit : 4 -5 (juta/ul) haemoglobin (Hb) 12-15 (g/dl) hematokrit (Ht) : 36-47 (%)
trombosit : 150.000-400.000 (/ul) leukosit : 5.000-10.000 (/ul) laju Endap darah (LED) : < 15
(mm/jam)
- Chemical sain : Rhonki (+), konjungtivaanemis (+), mukosa bibir (kering), tugor kulit jelek
DS
Klien mengatakan
DO
Klien terlihat :
- Perkampungan kumoh
C. Intervensi keperawatan
DX
INTERFENSI KEPERAWATAN
MANDIRI
1. Mengkaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, irama, dan kedalaman nafas, serta catatan
pula mengenai penggunaan otot napas tambahan.
Rasionalnya : adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot tambahan manandakan
kondisi penyakit yang masih dalam kondisi penanganan penuh.
3. Mengatur posisi tidur semi/higha fowler. Membantu pasie untuk berlatih batuk secara efektif
menarik nafas dalam
Rasionalnya : pasien dalam kondisi sesak cenderung bernafas melalui mulut yang jika tidak
ditindaklanjuti akan mengakibatkan stomatitis.
Kaloborasi
Rasionalnya : berfungsi meningkatkan kadar tekanan persial 02 dan 1 rasi 02 dalma darah
a. Agen mukolitik
Missal : Acetilcystein
b. Bronkodilator
c. Kortokosterod (pretdnison)
Rasional : berfungsi untung mengencarkan dahak dan meningkatkan atau memperlebar saluran
darah
2
- Hasil analisis laboratorium manyatakan protein darah/albumin darah dalam rentang normal
MANDIRI
1. Mendokumentasikan status nutrisi pasien serta mencatat tugor kulit, berat badan saat ini,
tingkat kehilangan berat badan, integritas mukosa mulut, tonus perut.
Rasional : meningkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga akan meningkatkan perasaan nafsu
makan
Rasional : meningkatkan intake makanan dan nutrisi pasien, terutama kadar protein tinggi yang
dapat maningkatkan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan.
Kolaborasi :
Rasional : mengontrol ketidak efektifan tindakan terutama dengan kadar protein darah.
MANDIRI
1. Beri penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit TBC
Soal/jawa
Ø Nama : NYOMAN
Soal
1. Sebutkan ada berapa Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis pada
Tuberkulosis paru BTA positif?, kecuali..
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan poto toraks dada menunjukkan gambar
tuberkulosi.
e. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ø Nama : RUSNI
1. Yang manakah dibawah ini salah satu golongan obat TBC (obat sekunder)?
a. INH
c. Rifampisin
d. Pirazinamida
e. atambutol