Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 6

NAMA : 1. NYOMAN

2. RUSNI

JUDUL : OBAT TBC

KATA PENGANTAR

Puji sykur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-nya kami dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami ucapkan terimah kasih kepada dosen
mata kuliah Keperawatan medikal beda yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya
untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantauan berbagai
pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terimahkasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelsaikan makalah.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan yang perlu di perbaiki untuk itu kami mengharapkan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini sahingga dapat bermanfaat bagi siapapun ayang membacanya
wassalam...
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri
mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.

Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagi yang lain tubuh manusia.

Insiden TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada DKD terakhir ini diseluruh dunia.
Deikian pula di indonesia, tuberkulosis/TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka
kematian (mortalitas), maupun diagnosis dan tarifinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang,
indonesia menampati urutan ketiga setelah india dan cina dalam hal jumlah penderita diantara 22
negara dengan masalah TBC terbesar didunia.

Hasil survei kesehatan rumah tangga depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian ke empat. Pada tahun 1999 WHO global surveillance memperkirakan
diindonesia terdapat 583.000 menderita tuberkulosis/TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA
positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat tuberkulosis/TBC
diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru-paru dari tahun
ketahun di indonesia terus meningkat.

B. Rusmusan masalah

Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari TBC

2. Klasifikasi TBC

3. Penggolongan obat TBC


4. Contoh obat TBC

C. Tujuan

Adapun tujuan penulis sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian TBC

2. Untuk mengetahui Klasifikasi TBC

3. Untuk mengetahui penggolongan obat TBC

4. Untuk mngetahui contoh obat TBC

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri bisal yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi oragan paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru
(brunner & suddarth, 2002).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nektosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan
dapat menular dari penderita kepada orang lain (santa, dkk, 2009.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (myobakterium
tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai oraga tubuh
lain. (depkes RI, 2007).

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
mycobakterium. Tuberculosis bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan
bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di
indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (indriani at al., 2005). Penyakit tuberculosis
biasanya menular malalui udarah tercemar dengan bakteri mycobakterium tuberkulosis yang
dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi menularkan
penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui kotorannya (wiwid,2005).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru tuberkulosis
dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
(Suzunne C. Smeltzer & brenda G. Bare, 2002).

B. Klasifikasi penyakit TB

Menurut depkes (2006), klasifikasi penyakit TB

1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :


a. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. Tidak
termasuk pleura ( seliput paru) dan kelenjar pada hilus.

b. Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, seliput otak, seliput jantung (pericardium), kilenjar iymfe, tulang, persendian, kuliat, usus,
ginjang, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB paru:

a. Tuberkulosis paru BTA positif.

1) Sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan poto toraks dada menunjukkan gambar
tuberkulosi.

3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.

4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

b. Tuberkulosis paru BTA negatif kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagonistik TB paru BTA negatif harus meliputi :

1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.

3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

4) Ditentukan (diperhatikan ) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.

a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakit, yaitu
bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto torak memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan untuk pasien buruk.

b. TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit, yaitu :

1) TB ekstra paru ringan, misalnya : TB kelanjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang) sendi, dan kelanjar adrenal.

2) TB ekstra paru berat, misalnya : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
C. Penggolongan obat TBC

a. Obat primer

1) INH

- Indikasi

Untuk terapi semua bentuk tuberkulosis aktif, disebabkan kuman yang peka dan untuk mencegah
orang berisiko tinggi mendapatkan infeksi.

- Kerja Obat

Menghambat sintesa Mycolic acid, yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri.

- Efek samping

Gatal-gatal polineuritis, kadang terjadi kerusakan hati dengan hepatitis dan ikterus yang fatal.

- Interaksi

Pemakaian INH bersamaan dengan obat-obat tertentu, dapat menimbulkan risiko toksis.

2) Rifampisin

- Indikasi

Mengobati TBC yang dikombinasikan dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang

- Kerja obat

Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase
sehingga sintesis RNA terganggu.

- Efek samping

Penyakit kuning, gangguan saluran cerna, gejala gangguan SSP dan reaksi hipersensasitasi, warnah
merah pada air seni, keringat, air.

- Interaksi
Mempercepat perombakan obat lain bila diberikan bersamaan waktu dengan jalan induksi enzim
dalam hati.

3) Pirazinamida

- Indikasi

Untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan antituberkulosis lain.

- Kerja obat

Perubahan menjadi asam pirazinoat pada strain Mycobacterium.

- Efek samping

Kerusakan hati, nyeri sendi, arthritis Goul, demam, mual, gangguan lambung-usus, kemerahan dan
reaksi kulit yang lain.

- Interaksi

Kombinasi terapi dengan rifampisin dan pirazinamid berhubungan dengan reaksi hepatotoksis yang
fatal dan berat.

4) Etambutol

- Indikasi

Sebagai terapi kombinasi tuberkulosis, dengan obat lain.

- Kerja obat

Berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah. Juga menghindarkan
terbentuknya Mycolic acid pada dinding sel.

- Efek samping

Gangguan penglihatan, sakit kepala, disorientasi, mual, muntah dan sakit perut. Tidak dianjurkan
untuk anak-anak usia kurang 6 tahun.

- Interaksi

Menurunkan khasiat obat urikosurik terutama pada pemberian bersama isoniazid dan piridoksin.

b. Obat sekunder

1) Streptomisin

- Indikasi
Untuk kombinasi pengobatan TB bersama INH, Rifampisin, dan pirazinamid.

- Kerja obat

Berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.

- Efek samping

Kerusakan saraf kedelapan tang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.

- Interaksi

Penggunaan bersama dengan amfoterisin dan diuretik loop dapat meningkatkan nefrotoksisitas.

2) Asam Para aminosalisilat (PAS)

- Interaksi

Berinteraksi dengan isoniazid, digoxin dan menurunkan efek vitamin B12.

- Indikasi

Digunakan dalam kombinasi dengan obat anti TB lain, seperti insoniazid dan streptomyein.

- Kerja obat

Menghambat secara kompetitif pembentukan asam folat dari asam paraamino benzoat.

- Efek samping

Keluhan seluruh cerna, reaksi, hipotiroid, trombositopenia, dan malabsorpsi.

3) Ethionamid

- Indikasi

Mengobati tuberkulosi dalam kombinasi dengan obat lain.

- Kerja obat

Menghambat sintesis asam mikolat

- Efek samping

Gangguan saluran cerna, neuritis, kejang, pusing, hepatitis.

- Interaksi

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama rifampisin.

Ø Obat Primer
Obat-obat ini paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi menimbulkan resistensi dengan
cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Terapi selalu digunakan dengan kombinasi 3-4 obat.

Ø Obat Sekunder

Obat ini memiliki kegiatan yang lebih lemah dan bersifat lebih toksis, maka hanya digunakan bila
terdapat resistensi atau intoleransi terhadap obat primer, juga terhadap infeksi MAI pada penderita
HIV.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TBC

A. pengkajian

1) Identitas klien

Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 37 Tahun
Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Miapa Mioleng no.4 02/03

Diagnosa : TBC

2) Keluhan utama

Pada saat pengkajian Tn. A mengeluh batuk berdarah, cepat lelah, letih, keringat dimalam hari.

3) Riwayat penyakit sekarang

Pasien masuk RS. Pada pemeriksaan pasien ditemukan tanda dan gejalah penyakit tuberculosis paru,
kemudian dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti sputum, pto toraks terlihat adanya gumpalang
puting, hasil tuberculis test positif (+), segera dilakukan penatalaksanaan untuk menangani penyakit
TB.

4) Riwatat penyakit terdahulu

5) Riwayat kesehatan lingkungan

Klien mengatakan bahwa klien tinggal ini daerah yang padat penduduk, liangkungan kumuh dan
rumahnya tidak ada ventilasi dan kurang pencahayaannya.

6) Riwayat psikososial klien merasa takut akan penyakit dan menganggap penyakit itu mematikan.

7) Riwayat pekerjaan dan pola hidup klien mengatakan cuci dan klien tidak memakai masker saat
keluar rumah.
8) Data fokus

DATA SUBJEKTIF

DATA OBJEKTIF

- Klien mengatakan sering mengalami demam ringan (meriang)

- Badan terasa letih

- Berat badan menurun

- Keringat pada malam hari

- Batuk berdarah

- Susu = 38,5 derajat celsius

- Berat badan menurun dari 60 kg menjadi 48 kg, turun 12 kg (anoreksia)

- Keringat pada malam hari (+)

- Sputum disertai darah (+)

- Tuberculin test (+)

- Poto toraks terlihat bercak puti di apeks paru

- RR = 24x/permanit

- TD = 110/70 Mmhg

- HR = 80x/menit

B. Diagnosa keperawatan
DATA FOKUS

PROBLEM

ETIOLOGI

DS

Klien mengatakan :

- Batuk berdarah

- Demam

- Keringat pada malam hari

DO

Klien terlihat :

- Batuk denga sputum bercampur darah

- Tuberculin test (+)

- Susu = 38,5 derajat celsius

- HR = 78x/menit

- RR = 24x/menit

- TD = 110/70 mmHg

- Rongent Thorax (+)

- Terlihat bercak puti

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Berkaitan dengan sekret kental / secret darah

DS

Klien mngatan :

- Tidak nafsu makan

- Cepat letih

- Berat badan turun 12 kg

- Mual

- Tidak suka makan di RS


DO

Klien terlihat :

- Antropometri : berat badan turung 12 kg (60-48)

- Biokimia ; Eritrosit : 4 -5 (juta/ul) haemoglobin (Hb) 12-15 (g/dl) hematokrit (Ht) : 36-47 (%)
trombosit : 150.000-400.000 (/ul) leukosit : 5.000-10.000 (/ul) laju Endap darah (LED) : < 15
(mm/jam)

- Chemical sain : Rhonki (+), konjungtivaanemis (+), mukosa bibir (kering), tugor kulit jelek

- Diathistori : Klien tidak suka makan telur dan sayuran

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Berkaitan dengan intake yang tidak adekuat

DS

Klien mengatakan

- Tidak mengetahui tentang proses penyakit

- Pasien tidak punya dana untuk berobat

DO

Klien terlihat :

- Tinggal didaerah padat penduduk, dipinggiran kali.

- Perkampungan kumoh

- Dirumahnya kurang ventilasi dan pencahayaan.

Ketidaktahuan tentang penyakit

Berkaitan dengan kurangnya informasi

C. Intervensi keperawatan

DX

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

INTERFENSI KEPERAWATAN

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan:


- Pasien mengatakan bahwa batuk berkurang atau hilang, tidak ada sesak dan secret berkurang
.

- Suara nafas normal (vesikular)

- Tanda-tanda fital : TD : 100/60 – 130/80 MmHg, RR : normal (12-20x/menit), suhu normal


(36-370C),

- Tidak ada dipsnue

MANDIRI

1. Mengkaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, irama, dan kedalaman nafas, serta catatan
pula mengenai penggunaan otot napas tambahan.

Rasionalnya : adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot tambahan manandakan
kondisi penyakit yang masih dalam kondisi penanganan penuh.

2. Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk secara efektif

Rasionalnya : ketidakmampuan mengeluarkan secret menjadikan timbulnya penumpukan berlebihan


pada saluran nafas

3. Mengatur posisi tidur semi/higha fowler. Membantu pasie untuk berlatih batuk secara efektif
menarik nafas dalam

Rasionalnya : posisi semi/high fowler memberikan kesempatan paru-paru berkembang secara


maksimal akibat diagfagma turung kebawah. Batuk efektif mempermuda ekspetorasi mucus.

4. Membersihkan secret dari mulut dan trakea, suction jika memungkinkan

Rasionalnya : pasien dalam kondisi sesak cenderung bernafas melalui mulut yang jika tidak
ditindaklanjuti akan mengakibatkan stomatitis.

Kaloborasi

1. Memberikan 02 udarah inspirasi yang lembab.

Rasionalnya : berfungsi meningkatkan kadar tekanan persial 02 dan 1 rasi 02 dalma darah

2. Memberikan pengobatan atas indikasi :

a. Agen mukolitik

Missal : Acetilcystein

b. Bronkodilator

c. Kortokosterod (pretdnison)

Rasional : berfungsi untung mengencarkan dahak dan meningkatkan atau memperlebar saluran
darah
2

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :

- Diharapkan perasaan mual berkurang atau hilang

- Pasien mengatakan nafsu makan meningkat

- Berat badan pasien tidak mengalami penurunan drastis (stabil)

- Pasien terlihat dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan

- Hasil analisis laboratorium manyatakan protein darah/albumin darah dalam rentang normal

MANDIRI

1. Mendokumentasikan status nutrisi pasien serta mencatat tugor kulit, berat badan saat ini,
tingkat kehilangan berat badan, integritas mukosa mulut, tonus perut.

Rasional : menjadi data fokus merencanakan tindakan selanjutnya

2. Memberikan oral care sebelum dan sesudah penatalaksaannya respiration

Rasional : meningkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga akan meningkatkan perasaan nafsu
makan

3. Anjurkan makan sedikit tapi sering

Rasional : meningkatkan intake makanan dan nutrisi pasien, terutama kadar protein tinggi yang
dapat maningkatkan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan.

Kolaborasi :

1. Menganjurkan kepada ahli gizi untuk menentukan komposisi diet

Rasional : menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi pasien

2. Monitor pemeriksaan laboratorium : serum protein, dan albumin

Rasional : mengontrol ketidak efektifan tindakan terutama dengan kadar protein darah.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam, diharapkan :

- Pasien mengerti proses terjadinya penyakit TBC

- Pasien dapat menciptakan lingkungan yang sehat didalam keluarganya

- Pasien mengerti penyakit TBC

- Pasien mengerti pencegahan penyakit TBC.

MANDIRI
1. Beri penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit TBC

Rasional : dengan pengetahuan maka penyakit dapat dicegah.

SOAL POLIHAN GANDA

Soal/jawa

Ø Nama : NYOMAN

Soal

1. Sebutkan ada berapa Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis pada
Tuberkulosis paru BTA positif?, kecuali..

a. Sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan poto toraks dada menunjukkan gambar
tuberkulosi.

c. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.


d. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.

e. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

Ø Nama : RUSNI

1. Yang manakah dibawah ini salah satu golongan obat TBC (obat sekunder)?

a. INH

b. Asam para aminosalisilat

c. Rifampisin

d. Pirazinamida

e. atambutol

Anda mungkin juga menyukai