Anda di halaman 1dari 3

Biaya Pembangkitan Listrik

Dalam pembangkitan tenaga listrik ada empat komponen biaya yang biasanya harus
diperhitungkan, komponen A,B,C, dan D. Namun, dalam kasus-kasus tertentu, ada tambahan
satu komponen lagi yang dikenal dengan komponen E.

 Komponen A

Merupakan fixed cost, yakni biaya yang harus tetap dikeluarkan terlepas dari pembangkit listrik
tersebut dioperasikan atau tidak. Komponen ini umumnya terdiri dari biaya konstruksi
pembangkit seperti pekerjaan sipil, biaya pembelian turbin, generator, dan lain-lain.

𝑐𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 × 𝐶𝑅𝐹


𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝐴 =
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 × 8760 × 𝐶𝐹

CF = biaya konstruksi pembangkit, meliputi biaya turbin, generator, switchgear, dll

CRF = Capital Recobery Factor, faktor pengembalian investasi

8760 = mewakili jam waktu nyala pembangkit selama setahun

CF = Capacity Factor, faktor kesediaan pembangkit memproduksi listrik (0,8 atau 0,9)

𝑖𝑥(1 + 𝑖)𝑛
𝐶𝑅𝐹 =
(1 + 𝑖)𝑛 − 1

i = interest, persentasi (%) ketertarikan masyarakat untuk memakai listrik

n = masa manfaat, jangka waktu pemakaian dalam tahun

 Komponen B dan D

Kedua komponen ini dikenal dengan nama variable cost dan biasanya nilainya kecil. Selain itu,
keduanya juga sering disebut sebagai OM Cost yang berarti biaya yang dikeluarkan untuk
operasi dan maintenance si pembangkit.

– Komponen B :
Merupakan fixed OM Cost, seperti gaji pegawai/karyawan, biaya manajemen, dan lain-lain

– Komponen D :
Merupakan variable OM Cost, seperti biaya untuk pelumas. Semakin sering dan berat kerja si
pembangkit, semakin dibutuhkan pulalah pelumas. Maka, biaya komponen D ini akan
meningkat. Dan demikian pulalah sebaliknya.
 Komponen C

Komponen ini merupakan fuel cost atau biaya bahan bakar. Beberapa faktor yang mempengaruhi
harga komponen ini misalnya banyaknya konsumsi bahan bakar yang diperlukan, jenis bahan
bakarnya, lama waktu penyalaan pembangkit, dan beberapa hal lainnya.

 Komponen E (optional)

Biaya ini tidak merupakan biaya wajib yang harus ada dalam komponen biaya pembangkitan.
Namun, saat kita berada dalam posisi IPP (Independent Power Producer) atau penyedia listrik
non-PLN (Pemerintah), terkadang komponen biaya ini turut kita perhitungkan.

Komponen E ini adalah komponen biaya saluran dari trafo step-up yang ada di pembangkit kita
ke gardu induk PLN terdekat. Misalnya kita membangun PLTU sendiri di pinggir pantai.
Sementara itu, gardu induk PLN terdekat berada pada jarak 5 km dari PLTU Anda. Nah, untuk
menghubungkan output trafo step-up di pembangkit Anda ke gardu induk tersebut tentu
dibutuhkan saluran listrik kan. Biaya instalasi saluran inilah yang dikenal dengan nama
komponen E dan biasanya dibebankan ke PLN selaku pembeli.

𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝐵 + 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝐷
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖𝑡𝑎𝑛 ($/𝐾𝑤ℎ) = (𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝐴 × 𝑘𝑢𝑟𝑠 $) + + 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝐶
100 × 𝑘𝑢𝑟𝑠 $

Contoh kasus:
Sebuah pembangkit memiliki kapasitas 3×1000 kW dengan masa manfaat 5 tahun. Harga capital
cost adalah $ 300/kWh. Bahan bakar solar (diesel) yang digunakan memiliki efisiensi 0,275
liter/kWh. Besarnya komponen B dan D adalah sebagai berikut berturut-turut (dalam cent dollar)
0,3 dan 0,6. Hitunglah BPP bila:

(a) Take or Pay

(b) PLT bekerja sebagai peaker yang hanya menyala 2 jam/hari

Jawab :

Total kapasitas pembangkit adalah 3X1000 kW.

Capital cost totalnya adalah : $ 300/kW x 3000 kW = $ 900.000

Masa manfaatnya (n) adalah 5 tahun


Dengan mengasumsikan nilai i = 30%, maka

Dengan menggunakan harga diesel untuk industri (Rp 8.800/kWh), komponen C akan bernilai :
Rp 8.800/liter x 0,275 liter/kWh = Rp 2420/kWh

CF sendiri kita asumsikan sebesar 0,8. Jadi:

(a) Saat pembangkit digunakan take or pay, itu berarti pembangkit akan menjadi IPP yang
menjual listriknya sepanjang tahun. Maka

Dan dengan mengambil kurs 1$ = Rp 9.000, maka BPP menjadi :

BPP = (0,018 x 9000) + ((0,3+0,6)/100 x 9000) + 2420

= Rp 2663/kWh

(b) Saat pembangkit digunakan sebagai peaker dengan waktu menyala 2 jam/hari = 2 x 365 hari
= 730 jam/tahun, maka

Dan dengan mengambil kurs 1$ = Rp 9.000, maka BPP menjadi :

BPP = (0,211 x 9000) + ((0,3*+0,6)/100 x 9000) + 2420

= Rp 4400/kWh

Anda mungkin juga menyukai