Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGOPRASIAN UPS (UNINTERRUPTIBLE POWER SUPLY)


SEBAGAI CATU DAYA CADANGAN DAN EMERGENCY
PT TJB POWER SERVICES

Disusun Oleh:
Firdaus Yusuf Kurniawan
NIM. 14/369969/SV/07476

PROGRAM DIPLOMA TEKNIK ELEKTRO


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Laporan Kerja
Praktek dengan judul “Pengoperasian UPS (Uninterruptible Power Supply
System) Sebagai Catu Daya Cadangan dan Emergency” sebagai salah satu syarat
kelulusan di Program Studi Teknik Elektro UGM.
Penulis menyadari bahwasannya penyelesaian kerja praktik dan penulisan
laporan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kerja
praktek ini dapat berjalan dengan lancar.
2. Kedua orang tua dan segenap keluarga, yang tidak berhenti memberikan
dukungan baik moral dan material.
3. Ibu Puti Nadia, Ibu Isna, Bapak Ali dan segenap tim HR PT. TJB Power
Services.
4. Bapak Herry Prasetijo, selaku Chief of Electrical Engineer PT. TJB Power
Services.
5. Bapak Wisnu Setiyoko, Bapak Muchlis, Bapak Noor Ahmad, Mas Arda,
Mas Didit, Mas Eris, Pak Sugiyanto, Pak Suyatno, Pak Noercholis, Pak
Endar, Pak Agus, Pak Nugroho, Pak Hamdan, selaku tim elektrikal PT. TJB
Power Services.
6. Kawan seperjuangan selama menjalani masa kerja praktek di PLTU
Tanjung Jati B yaitu Dedy Nugroho , Sasongko Oktavian Rahadi, Syky Nur
Arif, Adam Ma’mun Ahsanudin, Anisa Kusuma, Vega Natali.
7. Teman teman diploma teknik elektro.
8. Teman teman BEM KM dari kabinet Bulaksumur Muda hingga Kabinet
Inspirasia.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segenap
dukungannya
Akhirnya, penulis memohon maaf untuk segala perkataan atau
perbuatan yang kurang berkenan selama masa kerja praktek dan penulisan
laporan. Penulis menyadari bahwa hasil Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu,dengan segala hormat penulis terbuka untuk
menerima segala saran dan kritik yang membangun. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat baik bagi pribadi penulis maupun pembaca pada umumnya

.
Jepara,

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai seorang mahasiswa perguruan tinggi dituntut memiliki pemahaman
teoritis dan juga praktikal untuk dapat menghadapi dunia kerja. Oleh karena itu,
untuk mengetahui aplikasi dari ilmu yang telah dipelajarinya dalam bangku
perkuliahan serta mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja dibutuhkan
pengalaman kerja sesuai dengan bidangnya.
Keberadaan listrik menjadi hal yang sangat esensial didalam kehidupan
manusia karena hampir semua kegiatan manusia tidak terlepas dari kebutuhan
terhadap listrik. Kebutuhan yang tinggi akan listrik kemudian melahirkan industri
pembangkitan listrik. Meskipun Indonesia memiliki banyak potensi energi yang
dapat dikembangkan menjadi pembangkit listrik, namun kenyataannya proses
realisasinya tidak semudah membalik telapak tangan.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B yang terletak di
pantai utara Jepara ini, merupakan penopang listrik terbesar untuk kebutuhan
listrik di grid Jawa-Madura-Bali yang merupakan beban listrik terbesar di
Indonesia. Sehingga, keberadaan PLTU Tanjung Jati B ini merupakan objek vital
bagi kehandalan sistem kelistrikan di Indonesia, sehingga PLTU ini tidak boleh
padam secara utuh.
Pada dasarnya UPS merupakan tenaga listrik alternatif sementara yang
mengantikan supply tenaga listrik utama. UPS sendiri diharapkan mampu
melindungi peralatan listrik yang krisis terhadap gangguan supply tenaga listrik,
seperti DCS, HP turbin bypass, bolier, dan peralatan lain yang dapat
mengakibatkan kerusakan dan kerugian baik dari sisi produksi ataupun
kelangsungan alat. Dalam kesempatan kerja praktek kali ini, penulis memperoleh
kesempatan untuk mempelajari pengoperasian UPS sebagai catu daya cadangan
dan emergency di PLTU Tanjung Jati B Unit 1.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan serta penulisan laporan
Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai syarat kelulusan di Program Diploma Teknik Elektro, Sekolah
Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2. Mengetahui proses pembangkitan listrik menggunakan batu bara di
PLTU Tanung Jati B Unit 1 dan 2.
3. Mengetahui cara kerja UPS pada PLTU Tanung Jati B Unit 1 dan 2.

1.3 Metodologi Penulisan


Metode penelitian yang penulis gunakandalam penyusunan laporan Kerja
Praktek ini adalah:
1. Studi pustaka
Metode ini dilakukan dengan membaca dari berbagai buku, jurnal,
laporan yang berkaitan dengan tema kerja praktek, dan O&M manual.
2. Metode observasi
Metode ini dilakukan melaui pengamatan secara langsung ke lapangan
bagaimana sistem pembangkitan yang ada di PLTU Tanjung Jati B unit
1 dan 2.
3. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan melalui interkasi langsung kepada teknisi bidang
electrical di PT. TJB Power Services.

1.4 Jadwal Pelaksanaan


Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan di PT. TJB Power Services – PLTU
Tanjung Jati B unit 1 dan 2, Jepara pada tanggal 9 Januari hingga 9 Juni 2017.
PLTU Tanjung Jati B terletak di desa Tubanan, kecamatan Kembang, kabupaten
Jepara, provinsi Jawa Tengah.
1.5 Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan dilakukan dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan kerja praktek, metodologi,
jadwal dan pelaksanaan, sistematika penulisan.
 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum, struktur organisasi dan
spesifikasi teknis PLTU Tanjung Jati B Jepara Unit 1 dan 2, rumusan
masalah, batasan masalah.
 BAB III POKOK PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendasari penyusunan laporan
kerja praktek ini berdasarkan kajian pustaka.
 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang penjabaran kasus serta analisis kasus mengenai
perbedaan permukaan yang terjadi pada generator PLTU Tanjung Jati B
Unit 1.
 BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang
dilakukan dan saran untuk perbaikan yang dapat dilakukan agar
mendapatkan hasil yang lebih baik.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum PT. TJB Power Services


2.1.1 Nama dan Logo Perusahaan
PT. TJB Power Services – PLTU Tnajung Jati B Unit 1 dan 2

2.1.2 Latar Belakan dan Sejarah Perusahaan


PT. TJB Power Services yang merupakan konsorsium antara PT.
Medco Power Indonesia dan Fortum Services Oy yang mengurusi
operaration and maintenance, didirikan 13 April 2006. Konsumen
utama dari PT. TJB Power Services adalah PT. PLN (Persero).
Memiliki ruang lingkup layanan meliputi operasi harian dan
pemeliharaan PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2 yang memiliki
kapasitas 2x660 MW Net.
Perusahaan ini berdiri di atas tanah seluas 150 hektar yang
terletak di PLTU Tanjung Jati B, Desa Tubanan, Kecamatan
Kembang, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Informasi - informasi dapat diperoleh dengan mengakses
www.tjbservices.com.

2.1.3 Visi dan Misi


Visi dari PT. TJB Power Services adalah menjadi operator
terbaik di Indonesia, dengan kriteria keselamatan kerja terbaik,
availability tinggi, kepuasan konsumen, dan maksimalisasi
keuntungan (profit) dari pembangkit seiring dengan menjaga
pembangkit dalam kondisi baik.
Dari visi tersebut, PT TJBPS menurunkan misi yaitu
membuat profitabilitas jangka panjang. PT TJBPS memiliki nilai-
nilai penting, yaitu kesempurnaan tindakan, perkembangan
berkelanjutan, etika tinggi, dan kerja sama.

2.1.4 Prestasi Perusahaan


PT. TJB Power Services telah memperoleh banyak
penghargaan dan sertifikasi. Beberapa di antaranya sebagai
berikut:

 Sertifikasi integrasi sistem manajemen ISO 9001, ISO 14001, dan


OSHAS 18001 (2010 - sekarang).
 Serfitikasi SMK3 dari Departemen Tenaga Kerja (2011 -
sekarang).
 Penghargaan kecelakaan nihil dari Departemen Tenaga Kerja
(2012-2015).
 Penghargaan Perusahaan Peduli Lingkungan (CSR Award) dari
Gubernur Jawa Tengah (2012 - 2016).
 Penghargaan PROPER peringkat Biru dari Kementrian Lingkungan
Hidup untuk periode 2010-2011.
 Penghargaan MEDCO Improvement (2008, 2009, 2011).
 Penghargaan program P2-HIV & AIDS (2014-2016).

 World Class’s Certificate


2.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan
PT. TJB Power Services dipimpin oleh seorang Managing Director
yaitu Bapak Alita Ilyas, yang membawahi Station Manager dan Human
Resources Department (HRD). Posisi Station Manager dari perusahaan ini
diduduki oleh ekspatriat dari Fortum Services Oy, yaitu Ari Juhani Frantsi.
Station Manager membawahi empat bidang yaitu Operation, Maintenance,
Finance & Administration (F&A), dan Environment, Health, and Safety
(EHS).
Berikut ini akan dipaparkan deskripsi kerja singkat (Job
Description) dari masing-masing departemen.

1. Station Manager
Station Manager merupakan Chief Operator dari Operator yang
bertanggungjawab atas pengelolaan pembangkit harian,
termasuk rekrutment dan penunjukkan staff. Seorang Station
Manager juga harus memberi laporan secara berkala kepada
Penyewa tentang masalah operasional pembangkit.
2. Operation Department
Departemen ini bertanggungjawab atas seluruh pengelolaan
pengoperasian dan diharapkan dapat memberi sumbangsih
signifikan terhadap pengelolaan strategis pembangkit untuk
memastikan agar pembangkit dapat memenuhi sasaran niaga dan
teknisnya sebagaimana diatur dalam perjanjian “O&M
Agreement”.
3. Maintanance Department
Departemen ini bertanggungjawab atas keamanan aktiva
pembangkit baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam melaksanakan tugas di Maintanance Department sangat
diperlukan kepiawaian dalam menegosiasikan kontrak untuk
overhaul dan jasa lain, serta memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik.
4. Finance & Administration Department
F&A Department bertanggungjawab atas penyediaan jasa
keuangan, administratif dan personil yang profesional kepada
tim manajemen dan manajer lini. Departemen ini juga memiliki
peran untuk memastikan agar semua kegiatan yang dilakukan
ditinjau dan didokumentasikan secara berkala.
5. Environment, Health, and Safety Department
Departemen EHS memiliki tugas dan tanggungjawab atas
pemenuhan persyaratan Lingkungan, Kesehatan, dan
Keselamatan kerja di pembangkit.
President Director

Station Manager CFO

Environmental, Health,
and Safety Finance & Human Resources
Operation Dept Maintenance Dept Development Dept
Administration Dept Development Dept
Dept

Human Resources
Performance Environmental Finance & Accounting
Main Plant Planning Administration

Training &
Mechanical Mechanical Health Procurement
Material Handling Development

Electrical, Control &


Electrical Safety Store
WTP/WWTP Instrumentation

Quality

Control & Civil


Security General Services
Instrumentation

Chemist/Laboratory

2.2 Gambaran Umum PLTU Tanjung Jati B Unit 1 da 2


PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan2 merupakan kepemilikan dari Sumitomo
Group dan disewa oleh PLN melalui Perjanjian Sewa Guna Usaha pada Juli 2003.
Untuk operasi dan perawatan PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2 yang memiliki
kapasitas 2x660 MW Net dilakukan oleh PT TJB Power Services.
Setelah selesainya konstruksi, pengetesan pengujian dua unit, PLTU
Tanjung Jati B beroperasi secara komersial pada 1 Oktober 2006 untuk unit 1 dan
pada 1 November 2006 untuk unit 2. PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2
berkontribusi daya sekitar 6,04% pada sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali dan
sekitar 41,21% pada sistem kelistrikan Jawa Tengah. Daya yang dihasilkan PLTU
TJB ini ditransmisikan ke sistem Jawa-Madura-Bali lewat saluran udara tegangan
ekstra tinggi (SUTET) 525 kV ke Ungaran, Jawa Tengah.
Sebagai pembangkit yang ramah lingkungan, tentunya PLTU Tanjung Jati B
unit 1 dan 2 telah memiliki sistem pengolahan air bersih, sistem pengolahan air
limbah, dan sistem pengolahan udara buangan yang baik.

Sistem pengolahan air bersih yang berada di PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan
2 menggunakan air bersih yang bersumber dari air laut. Air bersih ini kemudian
digunakan sebagai media konversi energi dari panas ke mekanik, dan juga
digunakan untuk kebutuhan pekerja di PLTU. Air yang digunakan untuk media
konversi tentu harus melalui proses demineralisasi terlebih dahulu di sistem
pengolahan air, agar minim mineral sehingga tidak merusak pipa, boiler, dan
turbin karena mineral sangat rentan bereaksi dengan pipa, boiler maupun turbin
dan menghasilkan karat.

Sistem pengolahan air limbah yang dimiliki oleh PLTU Tanjung Jati B
menghasilkan air yang layak dibuang ke laut, sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku. Air yang telah melalui berbagai proses pengolahan di PLTU,
kemudian diolah terlebih dahulu dengan membuang bahan berbahaya dan
menurunkan konsentrasi air sehingga memenuhi aturan.

Sistem pengolahan udara buangan PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2


menghasilkan udara yang layak dibuang langsung ke lingkungan. Sistem
pengolahan udara terdiri dari Electrostatic Precipitator (ESP) yang menyaring
udara dari partikel bermuatan, kemudian Flue Gas Desulpuration (FGD) absorber,
yang menyaring udara lebih jauh dan membuang kandungan sulfur yang banyak
dihasilkan dari pembakaran batu bara. FGD absorber menghasilkan gypsum yang
dapat digunakan dalam industri semen atau beton. Sistem pengolahan air bersih,
pengolahan air limbah, dan sistem pengolahan udara buangan akan dijelaskan
lebih lanjut di bab selanjutnya.

2.3 Spesifikasi Teknik PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2


2.3.1 Unit Pembangkit

Berikut merupakan data spesifikasi teknis unit pembangkit PLTU


Tanjung Jati B unit 1 dan 2.
 Unit MCR pada bagian HV transformator : 660 MW per unit
 Beban minimal tanpa dukungan minyak (oil) : 160 MW per unit
 Heat Rated pada output 100% : 2273 kcal/kWh (ECR)
 Daya auxiliary yang dibutuhkan pembangkit : 56.6 MW (B-MCR)

2.3.2 Bolier

Berikut merupakan data spesifikasi teknis boiler di PLTU Tanjung Jati


B unit 1 dan 2.
 Tekanan operasi : 175 bar a (B-MCR)
 Debit main steam : 2,313 T/H (B-MCR)
 Temperatur main steam : 541oC
 Temperatur feed water : 291oC
 Mill/Feeder batubara : 5 ditambah 1 spare
 Laju masukan batubara : 263.58 ton/h (B-MCR)
 Bahan bakar pemicu : #2 minyak bakar
 Sistem pembakar : 36 pembakar yang minim NOx
 Efisiensi boiler : 88.81 % HHV (ECR)
2.3.3 Turbin
Berikut merupakan data spesifikasi teknis turbin di PLTU Tanjung
Jati B unit 1 dan 2.
 Tipe : Three cylinder Impulse
type, Tandem Compound Reheat Condensing Turbine
 T-MCR maksimal : 719 MW
 Outputrated : 710 MW
 Heat rated (at ECR ) : 1861 kcal/kWh
 Aliran uap (at T-MCR) : 2213.1 ton/hour
 Kecepatan putaran : 3000 rpm
 Tekanan uap : 167 bar abs
 Temperatur uap : 538 oC
 Temperatur Reheat pada comb. heat vlv : 538 oC
 Tekanan di tempat pembuangan uap : 0.0832 bar abs
 Kapasitasbypassturbin tekanan tinggi : 35 % (at 176 bar)
 Kapasitas bypassturbin tekanan rendah : aliranbypassturbin tekanan
tinggi + debit air de-superheating spray

2.3.4 Kondensor

Berikut merupakan data spesifikasi teknis kondensor di PLTU


Tanjung Jati B unit 1 dan 2.
 Tekanan vakum kondensator : 0.0832 Bar abs
 Temperatur masukan circulating water : 29.2 oC
 Temperatur luarancirculating water : 36.2 oC
 Aliran circulating water : 1,780 m3/min
 Tipecirculating water : air laut
 Jumlah pipa : 34,074
 Luas permukaan pipa : 27.523 m2
2.3.5 Pompa Air Hasil Kondensor
Berikut merupakan data spesifikasi teknis pompa air hasil
kondensasi di PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2.
 Number : 2 x 100 %
 Kapasitas : 30 m3/menit
 Daya : 1500 kW

2.3.6 Pompa Penyuplai Air Ke Boiler (Boiler Feedwater Pump / BFP)

Berikut merupakan data spesifikasi teknis pompa penyuplai air ke


boiler di PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2.
 Number : 3 x 50%
 Kapasitas : 21.5 m3/menit pada 174.3 oC
 Daya : 9000 kW
 Kecepatan : motor listrik yang diatur dengan VSD

2.3.7 Genetaror

Berikut merupakan data spesifikasi teknis generator di PLTU


Tanjung Jati B unit 1 dan 2.
 Tipe : generator sinkron 3 fasa tertutup total
 Pendingin belitan stator : langsung oleh air
 Pendingin inti stator : hidrogen
 Pendingin belitan rotor : hidrogen langsung
 Sistem eksitasi : eksitasi statis dengan penyearah rectifier
 Daya aktif : 721.8 MW
 Daya kompleks : 802 MVA
 Faktor daya : 0.9 (lag) –0.95 (lead)
 Tegangan keluaran : 22.8 kV
 Kecepatan putar : 3000 rpm
 Frekuensi listrik keluaran : 50 Hz
 Tekanan rated hidrogen : 4.12 bar

2.3.8 Transformator Generator

Berikut merupakan data spesifikasi teknis transformator generator


di PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2.
 Daya : 786 MVA pada temperatur belitan 65 oC
 Fasa :3
 Tegangan : 22.8/525 kV
 Grup Vektor : YNd11
 Pendinginan : ODAF
 Tap Changer : NO-LOAD, +5 %, 5 steps

2.3.9 Sistem Penanganan Batubara

Berikut merupakan data spesifikasi teknis sistem penanganan


batubara di PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2.
 Crane Max. Vessel Size : 70,000 DWT
 Kecepatan bongkar muatan : 1,500 MT/jam x 2 unit
 Rate for staking out : 1,500 MT/jam x 2 unit
 Rate for reclaiming : 1,000 MT/jam x 2 unit
 Kecepatan conveyor batubara : 1,500/1,000 MT/jam
 Kapasitas penyimpanan batubara : 630,000 ton (sekitar 2 bulan)

2.3.10 Sistem Penanganan Abu

Berikut merupakan data spesifikasi teknis sistem penanganan abu di


PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2.
 Metode transfer fly ash : Vakum pneumatik
 Kapasitas ash silo : 48 jam x 2 unit
 Bottom Ash Reject : 13,000 kg/hr (Peak)
 Kapasitas SSC : 18,000 kg/hr (Peak)
 Luas daerah pembuangan abu : Landfillsekitar 23 hektar

2.3.11 Pompa Circulating Water

Berikut merupakan data spesifikasi teknis poma circulating water di


PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2.
 Number : 2 x 50 %
 Kapasitas : 925 m3/min

2.3.12 Desalination Plant dan Water Treatment Plant

Berikut merupakan data spesifikasi teknis desalination plant dan


water treatment plant di PLTU TJB unit 1 dan 2.
 Kuantitas desalination plant : 3 x 50 %
 Tipe desalination plant : Reverse Osmosis (R.O)
 Kapasitas desalination plant : 2,030 m3/hari
 Kapasitas water treatment plant : 90 ton/hour
 Kuantitas tangki demineralisasi : 2 x 100%
 Kapasitas tangki demineralisasi : 1000 m3
BAB III
PROSES PEMBANGKITAN LISTRIK
3.1 Proses pembangkitan
Secara umum proses pembangkitan PLTU Tanjung Jati B adalah proses
pemanasan air menjadi uap. Uap air tersebut digunakan untuk untuk
memutar turbin. Rotor turbin terkopel dengan rotor generator sehingga
dari putaran tersebut diubah oleh generator menjadi listrik. Proses
pemanasan menggunakan bahan bakar batu bara.
Tahapan utama pada pembangkitan adalah air dari laut diubah menjadi air
tawar melalui WTP (Water Treatment Plant). Kemudian air tersebut
dipompa melewati kondensor menuju deaerator untuk dihilangkan kadar
oksigen dan gas terlarut pada air (air ini disebut feedwater).

Feedwater kemudian dipompa untuk dipanaskan oleh economizer


digunakan agar tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada uap. Uap
tersebut kemudian ditampung dan dipisah antara uap dan air oleh steam
drum. Air dari steam drum akan dipanaskan melewati downcomer hinnga
menjadi uap dan kembali lagi ke steam drum. Uap dari steam drum adalah
uap basah, kemudian uap tersebut dipanaskan oleh superheater agar
menjadi uap kering yang digunakan untuk memutar High Preasure Turbin.
Uap air yang memutar High Preasure Turbin suhunya menurun kemudian
dipanaskan melalui reheater digunakan untuk memutar Intermediate
Turbin dan Low Preasure Turbin.

Turbin mengubah energi potensial dari uap menjadi energi kinetik yang
berguna untuk memutar generator.

Rotor turbin terkopel dengan rotor generator berputar dengan kecepatan 3000
Rpm menghasilkan tegangan 22,8 KV dan frekuensi 50Hz.

Tegangan dari generator dinaikkan menjadi 525KV oleh generator transformator


kemudian masuk ke substation yang akan ditransmisikan ke Ungaran. Selain
ditransmisikan terdapat juga dua unit trafo yang digunakan untuk pemakaian sendiri.
Masing masing unit menghasilkan 10KV.
3.2 Komponen Utama Penyusun Sistem PLTU
3.2.1. Boiler

Boiler merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan air


untuk menjadi uap panas yang digunakan untuk memutar turbin. Tipe
boiler yang digunakan oleh PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2 adalah tipe
Babcock & Wilcox Carolina 660 MW (net) Radiant Boiler. Perangkat
utama boiler ini antara lain furnace, downcomers, economizer, steam
drum, primary superheater I, primary superheater II, secondary
superheater, reheater, spray attemperators, safety valves, coal feeder, coal
pulverizer, coal burner, ignitor (lighter), burner windbox, primary air fan,
forced draft fan, seal air fan, steam coil air heater (SCAH), dan tri-sector
air heater. Berikut adalah potongan melintang untuk boiler yang
digunakan PLTU Tanjung Jati B.

Temperatur yang dicapai pada ruang bakar Furnace adalah sebesar


1,000oC. Sedangkan konsturksinya terdiri dari ribuan tube (tube raiser,
tube saturated, dan superheated steam), di mana air diubah menjadi uap
jenuh dengan temperatur 540oC dengan tekanan 170 bar sebelum masuk
ke turbin.

3.2.2. Turbin
Turbin merupakan alat yang digunakan untuk mengubah energi potensial
menjadi energi kinetik. Uap air kering yang digunakan untuk memutar
turbin memiliki tiga bagian yaitu High Preasure (HP), Intermediete
Preasure (IP), Low Preasure (LP). Uap air yang bertekanan tinggi akan
memutar HP turbin, setelah melewati HP turbin suhu pada uap air
menurun sehingga di panaskan lagi oleh reheater, kemudian masuk ke IP
turbin dan LP turbin. Uap air hasil keluaran dari LP turbin didinginkan
agar menjadi air melalui kondensor agar dapat digunakan kembali. Putaran
pada turbin di PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2 sebesar 3000 rpm.

3.2.3. Generator

Poros pada turbin atau rotor turbin terhubung dengan rotor pada
generator. Generator adalah alat yang digunakan untuk mengubah energi
mekanik atau gerah menjadi energi listrik. Pada generator terdapat ribuan
kawat penghantar tembaga yang terpasang pada sebuah gulungan yang
disebut stator. Di dalam gulungan stator terdapat sebuah rotor. Setiap Unit
memiliki generatornya masing-masing. Di mana dengan kecepatan putar
3,000 rpm, kutub magnetik yang dihasilkan rotor memotong sebuah
kumparan kawat penghantar. Setelah itu, akan dihasilkan arus 3 fasa dari
arus yang dihasilkan pada 3 bagian dari winding. Generator ini sendiri
menghasilkan tegangan keluaran 22.8 kV dengan batas saturasi untuk arus
medan adalah 1,757 A.
3.2.4. Transformator

Transformator merupakan alat yang digunakan untuk menaik turunkan


level tegangan atau arus tanpa mengubah nilai dayanya. Transformator
sendiri terdiri dari 2 sisi kumparan kawat penghantar yang dibatasi oleh
inti besi berbentuk cincin. Nilai tegangan atau arus akan bergantung pada
perbandingan jumlah lilitan antara kedua sisi.
Pada PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2 terdapat 5 tranformator yaitu
generator trafo, trafo unit A, trafo unit B, eksitasi trafo, dan backup trafo.
Pada generator trafo menaikkan tegangan generator dari 22,8 KV menjadi
525 KV sebelum ditransmisikan ke sistem interkoneksi Jawa Madura Bali.
Trafo unit A dan B menurunkan tegangan dari generator 22,8 KV menjadi
10 KV yang digunakan untuk pemakaina sendiri. Trafo eksitasi
menurunkan tegangan dari generator 22,8 KV menjadi 0,69 KV yang
disearahkan digunakan untuk eksitasi pada generator.

3.2.5. Kondensor
Uap panas dari low pressure turbine masuk ke kondensor yang
berfungsi untuk mengembunkan uap menjadi air kondesat. Proses
pengembunan uap air ini menggunakan mekanisme pendinginan dengan
bantuan air laut. Air kondensat tersebut selanjutnya akan dipompa kembali
menuju boiler untuk dipanaskan menjadi uap panas dan kering yang
betekanan tinggi untuk memutar turbin kembali (close cycle), sedangkan
air laut yang telah digunakan untuk mengembunkan uap air tersebut
dialirkan kembali ke laut (open cycle).

3.3 Komponen pendukung PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2


3.3.1 Coal Handling
Coal Handling merupakan fasilitas penunjang terhadap
kelangsungan produksi listrik dari PLTU Tanjung Jati B. Batu bara yang
digunakan sebagai bahan bakar untuk unit 1 dan 2 adalah batu bara sub-
bituminus yang disuplai oleh PT. Kaltim Prima Coal dengan nilai kalori
5900 kkal/kg, dengan unsur karbon (C) 68 - 86% dan kadar air 8 – 10%
dari beratnya.

Gambar Batu Bara Sub-Bituminus

Batu bara dikirimkan ke PLTU Tanjung Jati B dengan


menggunakan kapal (tipe Panamax 66,000 metrik ton) dan dibongkar di
dermaga batu bara (coal jetty) yang terletak sekitar 1 kilometer dari garis
pantai. Akses menuju dermaga tersebut menggunakan access road
sepanjang 1.37 km yang membentang dari garis pantai. Peralatan utama
untuk membongkar batu bara terdiri dari 2 unit ship unloader dan 2 jalur
ban berjalan (belt conveyor). Magnetic separator juga digunakan untuk
memisahkan batu bara dari unsur besi.

Gambar Coal Jetty

Dari dermaga, batu bara kemudian disalurkan melalui sistem ban


berjalan ke penyimpan batu bara (coal yard) berkapasitas 630,000 ton
dengan konsumsi 11,000 ton/hari untuk unit 1 dan 2. Cadangan batu bara
ini dapat memenuhi kebutuhan selama 2 bulan konsumsi.

Gambar Coal Yard


Kemudian batu bara ini disalurkan kembali oleh pengeruk
timbunan (stacker reclaimer) melalui sistem ban berjalan menuju crusher
dengan tujuan ukuran batu bara menjadi lebih kecil sebelum masuk ke
Coal Silo. PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2 menggunakan mesin crusher
TKK 36 x 49 Koal –King Granulator Coal Crusher dengan daya motor
350 HP/750 rpm dan kapasitas 600 MTPH.

Gambar 3.1 Stacker Reclaimer

Gambar 3.2 Crusher

Kemudian batu bara yang sudah berbentuk kecil akan ditampung di


lumbung batu bara (coal silo) di dalam boiler. Setelah itu, batu bara
menuju coal pulverizer melalui coal feeder dengan tujuan ukuran batu
bara menjadi seukuran tepung sebelum masuk ke ruang bakar di boiler.

Gambar 3.3 Coal Silo

Coal Feeder merupakan perantara antara Coal Silo dan Pulverizer.


Fungsi Coal Feeder ini untuk mengatur jumlah aliran yang masuk ke
Pulverizer. Feeder yang digunakan oleh PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2
adalah Merric Gravimetric Feeder, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
3.23, dengan desain keluaran maksimum 68.5 metric ton/jam.

Gambar 3.4 Coal Feeder


Gambar 3.5 Gravimetric Coal Feeder

Proses penggerusan batu bara terjadi di Pulverizer yang mengubah


batu bara ukuran ± 50 mm menjadi berukuran 200 mesh (0.074 mm)
sebanyak minimal 70%. Penggerusan ini berfungsi untuk memaksimalkan
luas permukaan kontak pembakaran dari partikel batu bara. Selanjutnya
hasil penggerusan batu bara dihembuskan dengan udara primer dengan
temperatur 60oC menuju ruang bakar. Sedangkan untuk kesempurnaan
pembakaran pada sistem boiler, diperlukan jumlah udara sekunder yang
optimum.

Tipe pulverizer di PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2 adalah B&W-


89G. PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2 masing-masing memiliki 6
pulverizer. Masing-masing dari pulverizer ini dipasok dengan batu bara
oleh coal feeder. Di dalam pulverizer, batu bara dihancurkan dan digerus
sampai bentuknya menyerupai tepung, kemudian dipanaskan dan diangkut
ke 6 ruang pembakaran.

Gambar 3.6 Pulverizer

Ada 3 prinsip dasar penghancuran batu bara di dalam pulverizer,


yaitu,

 Impact : proses pemecahan batu bara menjadi kepingan


dengan menggunakan tenaga dari luar.
 Crushing : proses di mana batu bara terekspose dengan tenaga
luar yang konstan, misalnya tekanan antara 2 permukaan yang
digiling.
 Attrition : proses penggerusan batu bara antara 2 permukaan
batu bara yang digiling
Output yang diharapkan dari pulverizer bergantung pada 3 faktor,
yaitu grindability (kemampuan menggiling), moisture content (kandungan
kelembapan), dan fineness desired (kualitas yang diinginkan).

Grindability indeks mengindikasikan nilai perbandingan di mana


batu bara tertentu yang bisa dihancurkan (pulverized). Sedangkan,
moisture content dari batu bara mempengaruhi kapasitas pulverizer,
namun tidak sesignifikan kemampuan menggiling (grindability) dari
pulverizer. Batu bara dengan tingkat kelembapan yang sangat tinggi dapat
menyebabkan penurunan kapasitas pulverizer. Hal ini diakibatkan oleh
batu bara dengan kelembapan yang tinggi bereaksi secara berbeda dan
cenderung untuk menolak proses penggilingan.

Gambar 3.7 Potongan Melintang Pulverizer

Kapasitas pulverizer sangat dipengaruhi oleh kebutuhan kualitas


dari batu bara yang dihancurkan. Sehingga kerja yang dilakukan harus
lebih banyak untuk memperoleh kualitas batu bara yang lebih baik saat
batu bara keluar dari pulverizer. Oleh karena itu, tanpa pergantian input
dari pulverizer, output pun akan berkurang jika kualitas produk
ditingkatkan.

3.3.2 Water Treatment Plant (WTP)


Water Treatment Plant memiliki tugas utama untuk menyuplai
feedwater ke boiler. Air inilah yang nantinya akan dipanaskan mejadi uap
kering yang akan menggerakkan turbin.

Gambar 3.8 Water Treatment Plant

Feedwater ini berasal dari air laut yang dipompa oleh sea water
intake pump ke instalasi pengolahan air dengan debit 1600 m3/jam. Di
dalam intake, air laut akan diinjeksi dengan cairan klorin agar biota laut
yang terbawa menjadi mati. Setelah dari intake, air laut akan masuk ke
travelling band screen dan disaring dari kotoran-kotoran serta biota laut,
seperti ikan, kerang, dan ubur-ubur. Kemudian Spray water pump akan
menyemprotkan air untuk membersihkan travelling screen bila sudah
terpenuhi oleh binatang-binatang laut.
Gambar 3.9 Skema Water Intake

Water Treatment Plant dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu


Water Treatment Plant (Desalination & Demineralisation), Chlorination
Plant, dan Waste Water Treatment Plant.

A. Water Treatment Plant

Gambar 3.10 Skema Water Treatment Plant

Setelah melalui travelling band screen, air laut akan dipompakan


menuju division chamber dan diteruskan ke clarifier. Di dalam clarifier,
air laut akan diinjeksi dengan polimer dan dipisahkan dari lumpur dan
kotoran. Clarifier berfungsi untuk melakukan sedimentasi pada air laut
dengan proses koagulasi dan flokulasi. Sedimentasi ini berfungsi untuk
mengendapkan zat padat yang terdapat pada air laut. Kemudian air yang
bersih akan mengalir keluar dari clarifier menuju supernatant basin.

Dari supernatant basin, air laut akan masuk ke dual media filter
yang akan menyaring air laut dengan prinsip sand filter sebanyak 3 lapis.
Media filter ini berfungsi untuk mengurangi padatan tersuspensi. Lapisan
teratas akan diisi dengan batu, kemudian kerikil dan lapisan terakhir
adalah pasir.
Selanjutnya air akan mengalami proses reverse osmosis. Proses ini
berfungsi untuk mengurangi zat terlarut pada air laut sehingga air tersebut
bebas dari kandungan garam dan menjadi air tawar. Dasar dari proses ini
adalah memompa air untuk melewati membran semipermeabel yang
ukuran diameter pori-porinya sebesar 0.001 mikrometer. Pada proses
reverse osmosis akan diinjeksikan koagulan, asam, dan anti scalant.
Koagulan berfungsi mengikat kotoran-kotoran seperti lumpur, asam dan
basa berfungsi untuk mengatur pH, sedangkan anti scalant berfungsi
untuk menghindari timbulnya kerak. Setelah melalui proses ini, air sudah
menjadi tawar dan siap untuk digunakan sebagai service water, FGD
service, dan proses demineralisasi.

Gambar 3.11 Reverse Osmosis Modul PLTU Tanjung Jati B

Berikut adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk proses


desalination,
Tabel 3.1 Bahan Kimia Proses Desalination

Setelah itu air diteruskan ke Kation, Anion, dan Mix Bed untuk
memasuki proses demineralisasi. Proses ini bertujuan untuk
menghilangkan muatan yang ada pada air agar dihasilkan kualitas air yang
kandungan mineralnya minimal. Mineral akan terikat melalui proses ini
sesuai dengan muatannya, sehingga yang sampai di make up water tank
adalah yang memiliki mineral sesuai batasan sehingga aman untuk boiler.
Reaksi kimia pada proses demineralisasi adalah sebagai berikut,

R-H+ + Na+Cl-  R-Na+ + H+Cl-

R+(OH)- + H+Cl-  R+Cl- + H2O

Air yang telah mengalami serangkaian proses tersebut, ditampung


di Make Up Tank yang volumenya dijaga di atas 80%. Standar kualitas air
yang berada di Make Up Tank adalah sebagai berikut,

Tabel 3.2 Standar Kualitas Air Make Up


B. Chlorination Plant

Gas Release
Cylinder
Hydrogen
Separator

NaOCl
Self -
Screen
+
Transformer /
Rectrifier

Sodium Hypochlorite
Manual Generator
Sea Water Screen
Intake

Gambar 3.12 Skema Chlorination Plant

Chlorination Plant merupakan suatu instalasi yang menyediakan


klorin berupa NaClO. Klorin ini berfungsi sebagai zat kimia yang
menghilangkan endapan organisme hewan-hewan laut pada sistem
pendinginan air, seperti kerang laut, plankton, dan sebagainya.
Klorin ini dihasilkan dari proses elektrolisis air laut tanpa
menggunakan bahan kimia lain. Berikut adalah proses reaksi elektrolisis
air laut.
 Rekasi Anoda
2Cl-→ Cl2 +2e-
 Reaksi Katoda
2Na+ + 2H2O + 2e-→ 2NaOH + H2
 Reaksi di sel elektrolisis
2NaOH + Cl2→ NaCl + NaClO + H2O
 Reaksi Total
NaCl + H2O + 2F → NaClO + H2↑
C. Waste Water Treatment Plant

Gambar 3.13 Skema Waste Water Treatment Plant

Waste Waste Treatment Plant adalah instalasi untuk mengolah air


limbah yang berasal dari buangan tungku, limpasan dari sistem penangan
batu bara, limpasan dari penimbunan abu, dan beberapa sumber lain, untuk
dikembalikan ke laut.

Seluruh air limbah tersebut dikumpulkan di bak pengumpul yang


dinamakan Retention Basin yang selanjutnya air limbah tersebut
diteruskan ke pH Adjusment Tank untuk mengatur nilai pH air limbah
tersebut sekitar 6.8 – 7.4. Kemudian air limbah tersebut akan dialirkan
menuju clarifier dan akan diinjeksi dengan koagulan, sehingga kotoran-
kotoran, seperti lumpur, lumut, dan sebagainya, terikat dan mengendap.

Zat padat yang telah dipisahkan, dipompa oleh screw pump menuju
sludge dewatering yang hasilnya adalah tanah lumpur kering. Sedangkan
air hasil clarifier diteruskan menuju neutralization tank agar pH-nya
menjadi 7 dengan ditambahkan H2SO4. Pada akhirnya outfall membuang
air limbah yang telah diproses tersebut kembali ke laut.
Gambar 3.14 Waste Water Treatment Plant

3.3.3 Electrostatic Precipitator (ESP)


Electrostatic Precipitator merupakan alat yang digunakan untuk
menjebak abu terbang sisa pembakaran yang ikut terbawa di dalam gas
buang hasil pembakaran batu bara. Hal ini dapat mengurangi efek
pencemaran lingkungan dan menjadikan PLTU Tanjung Jati B industri
yang ramah lingkungan. Teknik yang digunakan adalah dengan menjebak
abu terbang tersebut dengan menggunakan listrik DC bertegangan tinggi
dan menampungnya di wadah khusus. ESP dapat mengurangi lebih dari
99% partikel abu terbang di dalam gas buang. Jumlah ESP sebanyak 2 unit
per boiler.

Gambar 3.15 Electrostatic Precipitator

Electrostatic Precipitator dapat membersihkan udara yang kotor


dalam volume yang relatif besar, dan pengotor udaranya merupakan
aerosol. Prinsip kerja ESP ini adalah muatan elektrik dihasilkan dan
diionisasikan kepada partikel yang akan dikumpulkan. Ketika gas buang
dilewatkan melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge
electrode dengan collector plate, gas buang yang mengandung butiran abu
terbang yang awalnya bermuatan netral, akan terionisasi menjadi
bermuatan negatif (-). Partikel bermuatan tersebut akan didorong menuju
pelat pengumpul dengan menggunakan gaya elektrostatis. Kemudian, abu
terbang yang dikumpulkan tersebut akan dipindahkan secara periodik
melalui suatu getaran, dan jatuh menuju bak penampung (ash hopper), lalu
dipindahkan menuju flyash silo dengan cara dihembuskan.

Gambar 3.16 Prinsip Kerja ESP

Gambar 3.17 Skema Proses ESP

Untuk membuat medan elektrostatik tersebut, harus terdapat dua


jenis electrode dengan jarak tertentu, yaitu discharge electrode yang
bermuatan negatif (-) dan collector plate electrode yang bermuatan positif
(+). Discharge electrode diberi listrik arus searah (DC) dengan muatan
minus pada level tegangan antara 55 – 75 kV DC. Sumber listrik ini
dihasilkan dari sumber 380 V AC yang kemudian dinaikkan oleh
transformator menjadi sekitar 55 – 75 kV, lalu disearahkan dengan
menggunakan rectifier, dan diambil hanya potensial negatifnya saja.
Sedangkan collector plate ditanahkan agar bermuatan positif.

Gambar Susunan Kosntruksi ESP

Faktor-faktor penting dalam operasi ESP adalah sebagai berikut,

1. Keseragaman distribusi gas yang masuk precipitator.


2. Jarak penempatan yang tepat antara elektroda dan pelat.
3. Kebersihan dari elektroda dan pelat pengumpul.
4. Meminimalisasi aliran gas yang melewati medan
elektrostatik.
5. Mempertahankan tingkat ash hopper.
6. Mereduksi partikel debu terperangkap pada gas.
Pada Electrostatic Precipitator juga terdapat sistem rapping yang
merupakan suatu sistem untuk membersihkan kotoran yang menempel
pada dinding-dinding ESP. Sistem rapping ini terdiri dari sebuah motor
dan kumpulan peredam yang terhubung ke poros horizontal dengan
sejumlah palu yang menempel. Energi rapping terjadi ketika poros berotasi
dan memukul landasan kemudian mentransfer gaya akibat rapping untuk
membersihkan komponen. Sistem rapping yang digunakan oleh PLTU
Tanjung Jati B adalah tipe falling hammer impact yang dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu rapper pelat pengumpul, rapper elektroda pelepas muatan,
dan rapper saluran distribusi.

Gambar Ruang Rapping ESP

Selain itu terdapat juga sistem pemanas hopper yang digunakan


untuk menyediakan pemanas eksternal untuk bagian paling bawah dari ash
hopper. Sistem ini dibuat untuk menghilangkan kondensasi uap air pada
dinding hopper dengan demikian debu yang terkumpul tetap kering dan
mengalir dengan bebas. Pemanas eksternal ini berguna selama starting dan
pengoperasian dengan beban rendah karena sistem ini tidak didesain untuk
menjaga debu dalam volume yang besar seperti pada beban tinggi.

3.3.4 Flue Gas Desulphurization (FGD)


PLTU Tanjung Jati B merupakan satu-satunya PLTU yang
menggunakan sistem FGD batu kapur di Indonesia. FGD merupakan
teknologi yang digunakan untuk mereduksi kandungan SO2 dari gas buang
pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Hal ini dikarenakan SO2
merupakan gas yang dapat menyebabkan hujan asam yang dapat merusak
lingkungan.
Gambar Sistem FGD PLTU Tanjung Jati B

Proses pemisahan SO2 dari gas buang sisa pembakaran ini


dilakukan dengan menggunakan media penyerap yaitu batu kapur
(Ca(OH)2). Gas buang tersebut dimasukkan ke mesin FGD terlebih dahulu
sebelum melalui cerobong dan dilepas ke udara. Di dalam mesin FGD, gas
buang akan disemprotkan udara hingga teroksidasi menjadi SO3.
Kemudian didinginkan dengan menggunakan air agar bereaksi menjadi
asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat kemudian direaksikan dengan batu
kapur hingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum. Gipsum ini dapat
dijual-belikan di pasaran sebagai bahan dasar pembuatan semen.
Sedangkan gas yang kemudian dibuang kini tinggal uap air tanpa ada
kandungan oksida sulfur.

Adapun reaksi kimia yang terjadi pada FGD adalah sebagai


berikut,

 Gas to Sorbent Reaction

CaCO3(s) +H2O (l) +SO2(g) → CaSO3 . ½ H2O(s) + CO2(g)

 Forced Oxidation Reaction

CaSO3 . ½ H2O(s)+ H2O (l) + ½O2(g) → CaSO4. 2H2O(s)


CaSO4 · 2H2O adalah senyawa kompleks yang dikenal dengan
nama gypsum, yang bisa digunakan sebagai bahan dasar semen.

Gambar 3.18 Ilustrasi Reaksi dalam Absorber

Secara umum, perlengkapan di FGD PLTU Tanjung Jati B Unit 1


dan 2 adalah sebagai berikut,

Gambar Alur Kerja FGD

 Limestone Unloading and Handling System


Batu kapur (limestone) dari jetty setelah unloading dimasukkan
ke unloading vibraing feeder dan dengan conveyor belt, batu kapur
tersebut diangkut ke limestone storage pile dan diteruskan ke
limestone silo dengan bucket elevator. Dari limestone silo, batu kapur
akan diteruskan ke limestone feeder lalu ke pre crusher untuk
dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil.
Gambar Jetty dan Stockpile Batu Kapur

 Reagant Preparation System


Setelah dihancurkan di pre crusher, batu kapur akan masuk ke
vertical ball mill untuk dicampur dengan air hingga berbentuk larutan
kental (slurry), lalu diteruskan menuju mill hydroclone untuk
dipisahkan slurry yang 30% solid, kemudian akan diteruskan ke slurry
storage tank dan diteruskan menuju absorber.
 Absorber Area System
Pada absorber terjadi reaksi antara gas buang yang
mengandung SO2 dengan batu kapur yang berbentuk larutan kental
sehingga dihasilkan gipsum, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya.
Gambar Potongan Melintang Absorber

 Dewatering System
Proses dewatering ini berfungsi untuk mereduksi air yang ada
pada gypsum slurry, sehingga hasil akhir dari gypsum sudah bersifat
kering dan layak untuk dijual, biasa disebut gypsum cake. Hasil akhir
yang harus dicapai dengan komposisi 80% padatan dan 20% air.

Gambar Bunker Gipsum


BAB IV
PEMBAHASAN
UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY (UPS)
4.1 Pengertian UPS
Uninterruptible Power Supply (UPS) adalah sistem catu daya listrik yang
dapat memberikan tenaga listrik secara independen dalam jangka waktu
tertentu tanpa harus adanya sumber catu daya primer atau catu daya
tersebut dalam keadan gangguan.
Yang dimaksud sumber tegangan primer adalah sumber catu daya yang
disuplai dari pemakaian sendiri pembangkit listrik.selain digunakan untuk
memecahkan masalah kontinuitas sumber catu daya. UPS juga
dipergunakan sebagai alat untuk memperbaiki mutu catu daya. Mutu catu
daya yang baik sangat dibutuhkan sebagai sumber tenaga listrik bagi
peralatan elektronika, karena pesatnya perkembangan teknologi
menyebabkan trend pemakaian beban beralih ke beban non linier sehingga
kurang baiknya mutu daya listrik akan menyebabkan rusaknya peralatan.
Penggunaan UPS penting atau harus diaplikasikan pada suatu kondisi :
1. Ketika gangguan suplai tenaga listrik menyebabkan bahaya pada
kehidupan dan kepemilikan seperti pada proses sistem kontrol, monitor
keamanan industrial, dan sisitem alarm.
2. Ketika gangguan listrik ini menyebabkan kerugian waktu dan biaya.
3. Ketika gangguan listrik ini dapat menyebabkan gangguan atau
kerusakan data pada jaringan komputer.
4.2 Cara Kerja UPS
1. Sumber tenaga listrik utama dalam keadaan normal

Sumber tenaga listrik dari genset disearahkan oleh rectifier dari teganganAC
menjadi tegangan DC, disamping untuk charger baterai juga diubah lagi menjadi
tegangan AC oleh inverter.

2. Genset dalam keadaan off (otonomi baterai)


Pada saat genset mengalami gangguan, baterai inilah yang bekerja dengan
tegangan yang telah disimpan tadi. Tegangan DC baterai diubah oleh inverter
menjadi tegangan AC, setelah itu baru disalurkan kebeban.

3. Baterai dalam keadaan off

Pada saat baterai tidak bekerja makastatic by pass akan langsung bekerja secara
otomatis, jadi beban dicatu langsung oleh catu utama.

4. Manual switch (manual by pass)

Manual switch berfungsi apabila ada perawatan. Pada saat peraatan, beban UPS
dialihkan ke manual by pass, hal ini dilakukan untuk menghindari interupsi atau
pemutusan. Sebelum manual by pass diclose, rectifier atau inverter harus di-off-
kan terlebih dahulu.

4.3 Prinsip Kerja UPS

UPS adalah suatu sistem yang dapat mengubah tegangan AC – DC – AC.


Tahapan perubahan AC – DC melalui tiga langkah yaitu pada langkah pertama ,
input suplai tegangan AC diubah menjadi tegangan DC oleh rectifier utama.
Langkah kedua, pengubah resonansi mengubah tegangan DC menjadi teganagn
AC berfrekuensi tinggi. Langkah ketiga rectifier mengubah tegangan AC
berfrekuensi tinggi menjadi DC bertegangan tinggi.

Sebuah baterai digunakan sebagai input suplai tegangan ketika input yang menuju
rectifier mengalami gangguan dimana proses pengisian baterai dilakukan oleh
pengubah resonansi (resonansi konverter).
s

4.3 Bagian UPS

1.Rectifier (charger)

Rectifier ini berfungsi sebagai converter tegangan bolak‐balik (AC) ke tegangan


searah (DC) sehingga disebut juga dengan penyearah. Selanjutnya daya DC
ini diteruskan ke Inverter.Selain untuk penyearah alat ini juga berfungsi mengisi
muatan batterai (mencharger batterai).Pada umumnya charger harus punya
kemampuan mengalirkan daya output sebesar (125‐130) %,pengisian arus batterai
sebesar 80 % dari rating keluaran arus batterai beban penuh dan dihindari mengisi
muatan batterai melebihi batas kemampuan arusnya karna dapat mempercepat
usangnya batterai.Rectifier yang bayak digunakan untuk pembangkit listrik adalah
penyearah gelombang penuh terkendali (Full Wave Controlled Rectifier) jenis
SCR (Silicon Controlled Rectifier) yang dapat menjaga tegangan output konstan
dengan mengatur besar sudut penyalaannya. Rectifier biasanya dilengkapi dengan
gabungan inductor dan capasitor untuk mengurangi ripple tegangan serta menjaga
kerataan amplitude gelombang keluarannya, selain itu juga dilengkapi dengan
diode dropper untuk menjaga tegangan yang masuk ke inverter tetap konstan
walau ada penurunan atau penaikan output tegangan rectifier pada waktu mengisi
batterai. Proses pengisian batterai umumnya ada 3 yakni : 1. Floating 2.
Equalizing 3. Boosting Waktu menghidupkan UPS ,batterai dicharge secara
Equalizing,setelah beberapa saat menjadi floating,boosting ketika UPS tidak
terhubung dengan beban. Batterai yang umumnya digunakan untuk pembangkit
ada dua yaitu lead acid dan nickel cadmium, batterai umumnya dilengkapi dengan
LVD (Low Voltage Disconnected) yang berfungsi untuk memutus batterai jika
tegangan keluarannya terlalu rendah secara automatis Umumnya charger akan trip
jika salah satu phasa mati dan tegangan keluaran lebih besar dari yang
dikehendaki.

2.Inverter

Inverter merupakan converter sumber potensial DC ke AC. Tegangan keluaran


dari inverter ini yang akan dihubungkan dengan beban‐beban kritikal load.
Tegangan yang keluar dari inverter dijaga kestabilan amplitude, frekuensi, distorsi
yang rendah dan tidak ada transient. Kualitas tegangan UPS diukur dari keluaran
tegangan inverter ini.

3.Saklar Pemindahan(Transfer Switch)

Saklar pemindahan ini untuk memilih sumber daya yang tersedia antara system
bypass dengan system utama UPS. Sistem bypass bekerja jika ada kondisi tidak
normal pada elemen UPS. Dalam kondisi normal saklar pemindahan ini terhubung
dengan terminal system utama UPS , jika kondisi UPS tidak normal saklar
pemisah ini otomatis berpindah keterminal bypass. Saklar pemindahan yang
cenderung digunakan yakni: 1. Saklar statis 2. Saklar elektromekanikal Saklar
statis terbuat dari bahan semikonduktor waktu pemindahannya (3‐4) ms Saklar
elektromekanikal waktu pemindahannya (50‐100) ms Untuk pembangkit listrik
,saklar statis lebih dominan digunakan seperti SCR.

4.4 Sistem Pengoperasian UPS Berbagai Keadaan


4.3.1 Keadaan Normal
Saat pada keadaan normal, sumber tegangan dari pemakaian sendiri
disearahkan oleh rectifier dari tegangan AC menjadi DC dengan
mempertahankan floating baterai, kemudian tegangan keluaran
rectifier masuk ke inverter untuk di ubah menjadi tegangan AC
yang disalurkan ke beban.

4.3.2 Keadaan Gangguan Rectifier


Jika sumber input AC ke UPS mengalami gangguan, rectifier akan
berhenti mensuplai daya ke inverter dan secara otomatis baterai
akan memberi suplai daya ke inverter menuju beban.
Selama periode mendapat suplai dari baterai pada saat terjadinya
gangguan, supplai tergantung pada kapasitas dan kemampuan
baterai.
4.3.3 Keadaan Gangguan Inverter
Jika inverter mengalami gangguan maka secara otomatis static
switch akan menghubungkan sumber baypass (sumber berasal dari
Emergency Diesel Generator) menuju ke beban, hingga keluaran
dari inverter kembali pada keadaan normal.

4.5 Penchargeran UPS


Charger atau rectifier dibuat untuk menyuplai peralatan sensitif dengan
sumber dc pada tegangan konstan yan tidak terganggu, bebas dari
gangguan jaringan power yang biasa mensuplai beban (noise, fluktuasi,
gangguan jaringan, dll). Rectifier biasanya mengisi baterai untuk menjaga
agar baterai berada dalam kapasitas penuh, selain itu juga menyediakan
suplai teganag dc untuk beban. Apabila terjadi kegagalan suplai tegangan
AC, baterai tetap mensuplai tegangan DC pada beban.
4.4.1 Operasi Dasar Rectifier
Charge baterai standar terisolasi dari suplai tenaga AC 3 fasa
melalui tansformator isolasi.
Jembatan thyristor yang dapat dikontrol digunakan untuk
menyearahkan tegangan AC ke DC, yang kemudian teganag
DC ini di filter oleh sirkuit filter DC, yang terdiri dari
induktor dan kapasitor elektrolit. Tegangan keluaran DC
dijaga agar selalu konstan tanpa melihat fluktuasi teganagn
dan perubahan beban dan arus output dibatasi untuk
menghindari over load yang dikontrol oleh papan sirkuit
kontrol.

Pada keadaan normal, charger baterai digunakan untuk


mengisi baterai dan mesuplai tergangan DC yang
dibutuhkan pada beban. Pada kondisi ini arus yang sangat
lemah dibutuhkan untuk menjaga baterai dalam
kapasitas penuh, selama arus output DC total tidak
melebihi batas keluaran dari rectifier, tegangan output
DC diatur pada tingkat yang konstan.

Operasi yang tidak normal apabila arus untuk beban


lebih besar daripada nilai batas arus rectifier yang di
tentukan, charger baterai dilindungi dari kenaikan arus
sampai pada batas arus operasinya, dimana tegangan
akan jatuh, baterai akan mulai mendischarge muatannya
dan menyediakan arus tambahan yang dibutuhkan
beban.Apabila charger baterai berada pada posisi current
limiting mode lebih dari 36 detik charger secara
otomatis akan berubah ke Hi – Rate ( Boost) Charge.

4.4.2 Elemen Dasar yang Terdapat Pada Charger


Baterai/ Rectifier

Charger baterai standar / rectifier terdiri dari :


- Input transformer isolasi
- Jembatan thyristor 6 pulsa yang dapat di kontrol
- Filter output DC
- Control dan papan sirkuit ISO – driver
- Enclosure
- Unit alarm ( tambahan )
- Baterai ( tidak dapat digunakan pada rectifier )
4.4.3 Kegagalan Suplai AC dan Pengembalian Operasi
Apabila terjadi kegagalan suplai AC, baterai akan
memberikan suplai DC pada beban dalam jangka waktu yang
terlebih dahulu sudah ditentukan.

Ketika supali AC sudah kembali normal charger secara otomatis


akan kembali kekondisi Hi – Rate ( Boost ) charger. Hal
ini dilakukan untuk mempercepat waktu pengisian dari baterai
- baterai yang sudah terdischarge atau terpakai sekaligus juga
untuk mendapatkan kembali kapasitasnya yag tadi penuh.
Sebelum proses pengisiannya selesai charge secara otomatis
akan kembali kondisi float ( trickle ) charge mode. Karena
proses pengisian sepenuhnya adalah otomatis, maka tidak
diperlukan campur tangan manusia untuk secara terus
menerus menjaga kestabilan supali DC pada beban.

4.4.4 Pengaturan Batasan Arus


Arus keluaran rectifier dilindungi dan diatur oleh setting batasan
arus potensio. Nilainya dibatasi untuk menghindari overload. Untuk
melakukan penyesuaian ini, beban melebihi dari batas arus rectifier
di hubungkan pada sisi beban dari peralatan. Secara berlahan – lahan
tingkatkan beban sampai arus rectifier meningkat sampai batas yang
di tentukan. Kemudian secara berlahan – lahan putar potensiometer
batasan arus sampai tegangan rectifier turun.

4.6 Cara Merawat Charge Atau Rectifier


Sebagai peraturan umum charger atau rectifier harus selalu
dirawat sebagai berikut :
- Check apakah saluran masuk atau keluar untuk udara terganggu.
- Bersihkan debu – debu dari komponen internal, terutama heat
sinks dan fan menggunakan sikat dan fakum cleaner.
- Jika perlu keringkan komponennya dengan udara yang di pompa.
- Check komponen yang secara mekanik rusak, komponen yang
kelebihan panas dan tanda – tanda korosi.
- Check hubungan kabel – kabelnya, kekencangannya, terminasinya
dan posisi – posisi konektornya dan pastikan semua board dalam kondisi
yang baik.
- Check kekencangan mekanikalnya dan pastikan semua
komponennya dalam keadaan baik.
- Check apakah fan pendinginnya bersih dan dapat berputar dengan
baik.

4.7 Sistem Proteksi UPS


Penyaluran tenaga listrik harus mempunyai kwalitas yang baik, seperti
halnya pada pengamanan UPS dimana pengaman diharapkan handal
dan kontinuitasnya harus terjamin. Untuk megusahakan memperkecil
kemungkinan terjadinya gangguan dapat diusahakan dengan cara
sebagai berikut :
- Membuat Isolasi yang baik utnuk semua peralatan.
- Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi
pengaruh luar, dan mengurangi atau menghindarkan sebab – sebab
gangguan mekanis, polusi, kontaminasi dsb.
- Pemasangan yang baik, yaitu pada saat pemasangan
harus mengikuti peraturan – peraturan yang betul.
- Menghindari kemungkinan kesalahan operasi yaitu
dengan membuat prosedur tata cara operational dan diadakan
jadwal pemeliharaan yang rutin.
- Memisahkan bagian sistem yang terganggu secepatnya
dengan memakai pengaman lebur atau relai pengaman dan pemutus
beban dengan kapasitas pemutusan yangmemadai.
Walaupun langkah – langkah untuk mencegah terjadinya gangguan
secara teknis dapat dilakukan, tetapi ada yang membatasinya, yaitu
faktor ekonomi. Artinya kita tidak dapat mencegah seluruh kemungkinan
terjadinya gangguan oleh sebab faktor ekonomis dan faktor alam. Dengan
demikian ” gangguan boleh saja terjadi tetapi pengaruh akibat gangguan
tadi harus dibuat sekecil mungkin agar kontinuitas dari UPS tidak
terganggu”.
4.8 Trouble Shooting
Apabila gejalanya charger tidak bekerja, maka penyebabnya adalah
 Fuse putus
 Thermal relay trip
 Terjadi kegagalan pada input

Solusinya

 Cek thyristor dan perbarui fuse


 Cek tegangan input dan auxuliary fuse
 Cek beban dan reset ulang relay

Apabila gejalanya tegangan output DC rendah, gejalanya

 Output charger mengalami kegagalan

Solusinya

 Cek apakah fuse kontrol telah putus


 Cek apakah fuse charger high speed telah putus
 Cek apakah batterai atau charger telah rusak
 Panggil engineer

Apabila gejalanya tegangan output DC tinggi, gejalanya


 Pengatur tegangan rusak
Solusinya
 Reset dan start sicircuit card
 Cek semua kabel yang terkoneksi dengan circuit card
 Panggil engineer

Apabila gejalanya shutdown sesaat, gejalanya

 Sumber tegangan ac mengalami kegagalan


 Tegangan baterai rendah
 Indikator baterai rusak
Solusinya
 Jika teganagn aAC rusak, tidak ada tindakan
 Cek seperti gejala kerusakan pada charger
 Panggil engineer

Anda mungkin juga menyukai