Anda di halaman 1dari 2

Debt Ratio mengukur persentase dari asset perusahaan yang dibiayai dengan utang jangka pendek dan

jangka panjang.

Debt Ratio dari PT Semen Indonesia adalah 31%, PT Semen Baturaja 29%, dan PT Holcim Indonesia
sebesar 59%.

Debt Ratio PT Semen Indonesia menyatakan bahwa sebesar 31% dari asset perusahaan dibiayai dengan
utang jangka pendek dan jangka panjang.

Jika kita membandingkan debt ratio PT Semen Indonesia dengan PT Semen Baturaja, PT Semen
Indonesia memiliki rasio yang lebih besar yang mengindikasikan bahwa PT Semen Indonesia memiliki
ketergantungan yang lebih besar terhadap pembiayaan dari luar (bukan dari pemilik perusahaan) atau
kita dapat menarik kesimpulan bahwa perusahaan tersebut memiliki lebih banyak asset yang dibiayai
dengan utang jangka pendek dan jangka panjang dari pada PT Semen Baturaja, dan memiliki rasio yang
lebih kecil atau lebih sedikit aset perusahaan yang dibiayai dengan utang jangka pendek dan jangka
panjang bila dibandingkan dengan PT Holcim Indonesia.

Times Interest Earned Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi utangnya atau
membayar bunga utang dengan membandingkan interest expense dengan operating expense.

Times Interest Earned Ratio dari PT Semen Indonesia sebesar 13,99, PT Semen Baturaja 49,07, dan PT
Holcim Indonesia sebesar -0,45.

Hal itu mengindikasikan bahwa PT Semen Indonesia dapat membayar seluruh interest expense-nya
13,99 kali di tahun 2016. Bunga yang harus dibayar perusahaan mencapai 7,15% dari net operating
income yang mana operating earnings/ pendapatan dari pengoperasian perusahaan dapat menurun
menjadi 92,85%, walaupun begitu perusahaan masih dapat membayar interest expense tersebut.

Jika kita membandingkan times interest earned ratio PT Semen Indonesia dengan PT Semen Baturaja, PT
Semen Indonesia memiliki rasio yang lebih rendah karena ia memiliki lebih banyak utang dalam struktur
capital perusahaanya dari pada PT Semen Baturaja. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa PT Semen
Indonesia memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk membayar interest expense dengan operating
income perusahaan. Dan memiliki times interest earned ratio yang lebih tinggi jika kita bandingkan
dengan PT Holcim Indonesia yang menjadikan kemampuan PT Semen Indonesia untuk membayar
interest expense lebih besar.

Total Asset Turnover Ratio (TATO) mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan dalam
memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan penjualan atau untuk mengukur keefesienan perusahaan
dalam penggunaan investasinya di seluruh aset perusahaan.

Total Asset Turnover Ratio PT Semen Indonesia adalah 0,59 kali, PT Semen Baturaja 0,35 kali, dan PT
Holcim Indonesia 0,48 kali

Hal itu menunjukkan frekuensi asset turnover selama setahun yang merepresentasikan jumlah
penjualan yang dihasilkan dari per dollar yang diinvestasikan di aset perusahaan.

Jika kita membandingkan TATO PT Semen Indonesia yang memiliki rasio 0,59 dengan PT Semen Baturaja
dengan rasio 0,35 dan PT Holcim Indonesia dengan rasio 0,48, PT Semen Indonesia memiliki rasio
tertinggi yang berarti ia adalah perusahaan yang paling efisien diantara 2 perusahaan lainnya dalam
menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan (lebih banyak penjualan dari per dollar yang
diinvestasikan dalam aset)

Fixed Asset Turnover Ratio mengukur keefisienan perusahaan dalam penggunaan investasinya di aset
tetap (terutama net plant and equipment)

Fixed Asset Turnover Ratio PT Semen Indonesia sebesar 0,85, PT Semen Baturaja 0,44, dan PT Holcim
Indonesia 0,57 kali.

Jika kita membandingkan fixed asset turnover ratio PT Semen Indonesia yaitu 0,85 dengan PT Semen
Baturaja sebesar 0,44, dan PT Holcim Indonesia yaitu 0,57, perusahaan tersebut memiliki rasio tertinggi
yang berarti perusahaan tersebutlah yang paling efisien dalam menggunakan aset tetapnya
dibandingkan 2 perusahaan lainnya.

Gross Profit Margin mengukur profitabilitas setelah mempertimbangkan cost of goods sold perusahaan

The Gross Profit Margin PT Semen Indonesia sebesar 38%, PT Semen Baturaja 34%, dan PT Holcim
Indonesia 20%.

Hal itu menunjukkan bahwa 38% dari penjualan PT Semen Indonesia masuk ke dalam gross margin, dan
sisanya, 62% merupakan cost of goods sold. Jadi kita dapat mengatakan bahwa cost of goods sold PT
Semen Indonesia sebesar $0,62 dari tiap dollar penjualan, dan meninggalkan $0,38 gross profit dari
setiap 1 dollar penjualan.

Jika kita membandingkan gross profit margin PT Semen Indonesia sebesar 38% dengan PT Semen
Baturaja yaitu 34% dan PT Holcim Indonesia 20%, PT Semen Indonesia memiliki rasio tertinggi yang
mengindikasikan bahwa ia memiliki profitabilitas paling besar dan kontrol perusahaan dalam
pengeluaran cost of goods sold yang lebih baik oleh manajemen perusahaan jika dibandingkan dengan 2
perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai