Anda di halaman 1dari 10

Syifa’MEDIKA, Vol. 4 (No.

2), Maret 2014

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Konsumsi


Obat Tanpa Resep Dokter di Apotek Kecamatan Ilir Barat I
Kota Palembang Tahun 2013
Ertati Suarni1, Yesi Astri2, Maya Dwinta Sentani3
1,2
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Abstrak

Obat yang tidak aman, tidak bermutu dan tidak digunakan dengan benar dapat menimbulkan
berbagai masalah bagi kesehatan. Tingkat pengetahuan dan sikap mempengaruhi perilaku
pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat. Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku mengkonsumsi obat tanpa resep dokter pada
pengunjung apotek di Kecamatan Ilir Barat I, Palembang. Metode penelitian adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan di apotek diwilayah
Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang. Pengambilan data dilakukan secara consecutive
sampling dengan jumlah sampel sebesar 90 orang. Data diambil dengan menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner yang telah valid dan reliabel. Data dianalisa secara univariat dan
bivariat dilanjutkan dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku responden dengan nilai p value 0,000 dan
hubungan antara sikap dan perilaku responden dalam mengkonsumsi obat tanpa resep dengan
nilai p value 0,000. Saran, dilakukan penelitian lanjutan dengan desain berbeda, perbaikan alat
ukur yang digunakan, serta lebih banyak lagi sampel yang dilibatkan dalam penelitian.

Kata Kunci : obat, resep, perilaku, pengetahuan, sikap.

Abstract

Drugs are not safe , not qualified and not used properly can cause a variety of problems for health
. The level of knowledge and attitudes influence the behavior of self-medication by the community .
The purpose of the study to determine the relationship between knowledge and attitudes with
behavioral drugs without a prescription at pharmacies visitors in Ilir Barat I Sub District,
Palembang . Research methods , descriptive analytic with cross-sectional design approach. The
sampling is done by consecutive sampling with 90 persons as samples. The data is collected by
using questionnaire as the instrument of the research that has been tested its validity and
reliability. Then the data were analyzed using univariate and bivariate continued using the
Wilcoxon test . The results showed that there is a relationship between knowledge of the behavior
of respondents with a p value of 0.000 and the relationship between attitudes and behavior of
respondents in consuming drugs without prescription with p value of 0.000 . Suggestions , further
research with a different design , repair measuring instruments used , as well as many more
samples included in the study .

Key words: medicine, recipe, behavior, knowledge, attitude.

Korespondensi= ertati.suarni@gmail.com/ Unit Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah


Palembang, Jl. Jend. A.Yani Talang Banten 13 Ulu Palembang Telp. 0711-520045

75
Syifa’MEDIKA, Vol. 4 (No.2), Maret 2014

Pendahuluan sendiri yang tidak baik 57,5% dan


Saat ini pengobatan sendiri perilaku pengobatan sendiri yang tidak
makin populer dimasyarakat. Hal ini baik 67,9%5.
disebabkan ketersediaan obat bebas Kecamatan Ilir Barat I
(obat-obatan yang dapat diperoleh merupakan salah satu kecamatan
secara bebas) diberbagai apotek, toko utama di Kota Palembang dengan
obat, dan warung7. aktivitas penduduk yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil Susenas tahun Terdapat banyak apotek tersebar
2009, BPS mencatat bahwa terdapat diwilayah ini yang sangat sering
66 % orang sakit di Indonesia yang menjadi pilihan masyarakat untuk
melakukan pengobatan sendiri. melakukan pembelian obat dengan
Tercatat bahwa ada 30% konsumen atau tanpa resep dokter. Namun begitu,
Indonesia yang pernah dan biasa belum ada penelitian yang
melakukan pengobatan sendiri dan berhubungan dengan perilaku
peresepan sendiri (termasuk pembelian pengunjung apotek dalam
obat tanpa resep). Yang lebih m mengkonsumsi obat tanpa resep dokter
encengangkan, 47% diantaranya yang dilakukan di wilayah kecamatan
adalah untuk jenis obat-obatan ini. Penelitian ini bertujuan untuk
antibiotik. Pada tahun 2010 terdapat mengetahui hubungan pengetahuan
sekitar 25 ribu orang di Eropa yang dan sikap dengan perilaku
meninggal karena infeksi bakteri yang mengkonsumsi obat tanpa resep dokter
kebal terhadap antibiotik. Jika pada pengunjung apotek di Kecamatan
dilakukan studi di Indonesia ada Ilir Barat I.
kemungkinan ditemukan indikasi yang
sama juga karena keberadaan Metode Penelitian
antibiotik yang selama ini sangat Penelitian ini merupakan
mudah diperoleh sehingga penelitian deskriptif analitik dengan
penggunaannya cenderung menjadi desain cross-sectional. Sampel
tidak rasional4. penelitian ini sebesar 90 orang,
Pengobatan sendiri yang benar pengambilan sampel dilakukan secara
(sesuai dengan aturan) masih rendah non-probability sampling, yaitu
karena umumnya masyarakat membeli consecutive sampling, sampel diambil
obat secara eceran sehingga tidak secara menyebar disepuluh apotek
dapat membaca keterangan yang yang terdapat di wilayah Kecamatan
tercantum pada kemasan obat8. Ilir Barat I. Pada penelitian ini
Berdasarkan penelitian terdahulu dilakukan pengambilan data primer
diketahui pengetahuan yang rendah dengan menggunakan kuesioner
tentang pengobatan sendiri sebesar dengan cara wawancara langsung pada
52,9%, sikap terhadap pengobatan sampel. Analisis univariat disajikan
76
Syifa’MEDIKA, Vol. 4 (No.2), Maret 2014

dalam bentuk distribusi frekuensi dan Responden dengan pendidikan terakhir


analisis bivariat menggunakan analisis SD sebanyak 6 orang (6,7%),
statistik menggunakan uji wilcoxon. pendidikan terakhir SMP sebanyak 3
orang (3,3%), pendidikan terakhir
Hasil dan Pembahasan SMA/Sederajat dengan jumlah
sebanyak 48 orang (53,3%), dan
1. Karakteristik Responden pendidikan terakhir Perguruan Tinggi
sebanyak 33 orang (36,7%). Untuk
Tabel 1. Distribusi Karakteristik kategori pekerjaan, responden yang
Responden
tidak bekerja sebanyak 12 orang
Karakteristik Persen
F (13,3%), pelajar/Mahasiswa sebanyak
Responden (%)
Jenis Laki-laki 37 41.1 10 orang (11,1%), wiraswasta
Kelamin Perempuan 53 58.9
Usia ≤ 30 tahun 51 56.7 sebanyak 28 orang (31,1%), Pegawai
> 30 tahun 39 43.3 Negeri Sipil sebanyak 4 orang (4,5%)
Tamat SD 6 6.7
Pendidikan Tamat SMP 3 3.3 dan pegawai swasta sebanyak 36 orang
Tamat SMA/ 48 53.3 (40%). Dari tabel didapatkan
Sederajat
Perguruan 33 36.7 responden yang tidak berpenghasilan
Tinggi sebanyak 18 orang (20%),
Pekerjaan Tidak 12 13.3
bekerja berpenghasilan <Rp 1.000.000
Pelajar/ 10 11.1 sebanyak 15 orang (16,7%),
Mahasiswa
Wiraswasta 28 31.1 berpenghasilan antara Rp 1.000.000 –
PNS 4 4.5 Rp 3.000.000 sebanyak 46 orang
Pegawai
Swasta 36 40.0 (51,1%), serta yang berpenghasilan
Penghasilan Belum >Rp 3.000.000 sebanyak 11 orang
berpenghasil 18 20.0
an (12,2%).
<Rp 15 16.7
1.000.000
Rp 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
1.000.000 – 46 51.1 Pengetahuan responden
Rp
3.000.000
mengenai obat dibagi menjadi 2
>Rp 11 12.2 kategori. Dikatakan tinggi, jika dari
3.000.000
pertanyaan kuesioner responden
menjawab benar 7-10 dan rendah jika
Dari Tabel 1. dapat dilihat skor dibawah tujuh.
bahwa responden laki-laki sebanyak Dari Tabel 2. Dibawah ini
37 orang (41,1%) dan responden menunjukkan distribusi pengetahuan
perempuan sebanyak 53 orang (58,9%) responden tentang obat pada 2
dengan golongan usia ≤30 tahun kategori tersebut diketahui bahwa dari
sebanyak 51 orang (56,7%) dan usia 90 responden didapatkan 47 orang
>30 tahun sebanyak 39 orang (43,3%). (52,2%) yang termasuk dalam kategori
77
Syifa’MEDIKA, Vol. 4 (No.2), Maret 2014

dengan pengetahuan tinggi, dan 43 dengan perilaku tidak rasional


orang (47,8%) yang termasuk dalam mencapai skor lebih kecil dari 5.
kategori dengan pengetahuan rendah.
Tabel 4. Distribusi Perilaku
Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Responden
Responden
Persentase
Pengetahuan Frekuensi Persentase Perilaku Frekuensi
(100%)
(%)
Rasional 75 83,3
Tinggi 47 52,2 Tidak 15 16,7
Rendah 43 47,8 Rasional
Total 90 100,0 Total 90 100.0

3. Distribusi Frekuensi Sikap Dari hasil penelitian


Pembagian kategori sikap dibagi menunjukkan distribusi perilaku
dalam 2 kategori, dengan kategori responden pada 2 kategori tersebut
sikap baik, jika sampel mencapai skor diketahui bahwa dari 90 responden
35-50 dan kategori dengan sikap didapatkan sebanyak 75 orang (83,3%)
kurang baik mencapai skor <35. mempunyai perilaku rasional dan 15
orang (16,7%) mempunyai perilaku
Tabel 3. Distribusi Sikap Responden tidak rasional dalam mengkonsumsi
Sikap Frekuensi Persentase obat.
(%)
Baik 50 55,6 5. Hubungan pengetahuan dengan
Kurang 40 44,4 perilaku responden
Total 90 100.0
Tabel 5. Hubungan Pengetahuan
Dari hasil penelitian dengan Perilaku Responden
Pengetahuan Perilaku
menunjukkan distribusi sikap Rasional Tidak Total
responden pada 2 kategori tersebut Rasional

diketahui bahwa dari 90 responden n % n %

didapatkan sebanyak 50 orang (55,6%) Tinggi 44 93,6 3 6,4 47(100%)

dan sebanyak 40 orang (44,4%) Rendah 31 72,1 12 27,9 43(100%)

mempunyai sikap kurang baik. Jumlah 75 83,3 15 16,7 90(100%)

4. Distribusi Frekuensi Perilaku Dari Tabel 5. didapatkan bahwa


Pembagian kategori perilaku persentase hubungan pengetahuan
dibagi dalam 2 kategori, dengan terhadap perilaku pada responden yang
kategori perilaku rasional, jika sampel memiliki pengetahuan tinggi dengan
mencapai skor 5-7 dan kategori perilaku rasional dalam mengkonsumsi

78
Syifa’MEDIKA, Vol. 4 (No.2), Maret 2014

obat tanpa resep sebanyak 44 orang Dari Tabel 7. didapatkan bahwa


(93,6%) dan perilaku tidak rasional persentase hubungan sikap terhadap
dalam mengkonsumsi obat tanpa resep perilaku pada responden yang
sebanyak 3 orang (6,4%). Responden memiliki sikap baik dengan perilaku
yang memiliki pengetahuan rendah rasional dalam mengkonsumsi obat
dengan perilaku rasional sebanyak 31 tanpa resep sebanyak 46 orang
orang (72,1%) dan perilaku tidak (92,0%) dan perilaku tidak rasional
rasional sebanyak 12 orang (27,9%). dalam mengkonsumsi obat tanpa resep
sebanyak 4 orang (8,0%). Responden
Tabel 6. Hasil Uji Wilcoxon yang memiliki sikap kurang dengan
Pengetahuan dengan Perilaku perilaku rasional sebanyak 29 orang
N Media (Minimum P (72,5%) dan perilaku tidak rasional
n -Maksimu) sebanyak 11 orang (27,5%).
Pengetahuan 90 70 (20-100) 0

Perilaku 90 85,71 (29-100) ,000 Tabel 8. Hasil Uji Wilcoxon Sikap


dengan Perilaku
n Median (Minimum P
Dari Tabel 6. didapatkan nilai -Maks
median pengetahuan 70 dengan nilai Sikap 90 70 (56-88) 0,00
minimum 20 dan nilai maksimum 100. Perilaku 90 85,71 (29-100) 0
Untuk nilai median perilaku
didapatkan 85,71 dengan nilai Dari Tabel 8. didapatkan nilai
minimum 29 dan nilai maksimum 100. median sikap 70 dengan nilai
Analisis dilakukan secara statistik minimum 56 dan nilai maksimum 88.
menggunakan uji wilcoxon, kemudian Untuk nilai median perilaku 85,71
dari uji tersebut didapatkan nilai p dengan nilai minimum 29 dan nilai
value 0,000. maksimum 100. Analisis dilakukan
secara statistik menggunakan uji
6. Hubungan sikap dengan wilcoxon, dari uji tersebut didapatkan
perilaku responden nilai p value 0,000.

Tabel 7. Hubungan Sikap dengan Pembahasan


Perilaku Responden 1. Karakteristik Responden
Sikap Perilaku
Rasional Tidak Total Berdasarkan hasil penelitian
Rasional
diketahui bahwa responden yang
n % n %
didapat lebih banyak didominasi oleh
Baik 46 92,0 4 8,0 50(100%)
perempuan dengan jumlah 53 orang
Kurang 29 72,5 11 27,5 40(100%)
(58,9%), sedangkan laki-laki hanya 37
Jumlah 75 83,3 15 16,7 90(100%) orang (41,1%). Kebanyakan laki-laki
datang ke apotek hanya untuk
79
Syifa’MEDIKA, Vol. 4 (No.2), Maret 2014

menemani keluarga ataupun sangat mempengaruhi keputusan


pasangannya, pada penelitian responden dalam menentukan
didapatkan perempuan lebih aktif pengobatan pada dirinya.
dalam melakukan pembelian obat serta Pengobatan sendiri lebih banyak
lebih kritis dalam berkomunikasi dilakukan oleh orang-orang dengan
dengan petugas apotek. tingkat pendidikan yang baik.
Responden perempuan lebih Kebanyakan orang-orang dengan
banyak terlibat dalam pengobatan tingkat pendidikan tersebut
anggota keluarganya dibandingkan menggunakan obat bebas untuk
dengan responden laki-laki. Dengan pengobatan penyakit ringannya.3
demikian, baik langsung ataupun Untuk kategori pekerjaan yang
tidak, hal tersebut akan mempengaruhi paling banyak dijalani responden
perilaku pengobatan sendiri.5 adalah pegawai swasta dengan jumlah
Pada penelitian ini sebagian sebanyak 36 orang (40%) dan
besar didapatkan kelompok usia wiraswasta sebanyak 28 orang
dibawah 30 tahun sebanyak 51 orang (31,1%). Orang-orang yang bekerja
(56,7%) dan usia diatas 30 tahun seringkali dihadapkan pada situasi
sebanyak 39 orang (43,3%) yang kerja yang penuh stress, sehingga
melakukan pembeliaan obat tanpa memicu timbulnya penyakit.6 Oleh
resep dokter di apotek. Kesadaran karena itu, orang-orang yang bekerja
akan dampak dari gaya hidup zaman cenderung lebih banyak
sekarang terutama dalam hal pola mengkonsumsi obat tanpa resep
makan yang lebih didominasi oleh terutama untuk menangani gejala
makanan instan dan malasnya orang penyakit ringan agar tidak
melakukan aktivitas fisik membuat mengganggu proses bekerja.
kelompok umur dibawah 30 tahun Dan berdasarkan kategori
aktif melakukan pembelian obat baik penghasilan responden didapatkan
untuk mengatasi gejala penyakit bahwa kebanyakan dari mereka
ringan yang timbul ataupun sekedar berpenghasilan antara Rp 1.000.000 –
untuk membeli suplemen penambah Rp 3.000.000 dengan jumlah sebanyak
daya tahan tubuh. 46 orang (51,1%). Hal tersebut
Sebanyak 48 orang (53,3%) dari dikarenakan pada penelitian ini,
responden yang didapat memiliki mereka yang berpendapatan tinggi
pendidikan terakhir SMA/Sederajat lebih menyukai hal praktis yaitu
dan pendidikan terakhir Perguruan dengan membeli obat yang tersedia
Tinggi sebanyak 33 orang (36,7%). dimana saja dibanding penanganan
Sehingga dapat dikatakan sebagian dengan membawa ke pelayanan
besar pendidikan responden sudah kesehatan yang harus dengan berbagai
baik. Tingkat pendidikan responden prosedur dan memakan waktu lebih
80
Syifa’MEDIKA, Vol. 4 (No.2), Maret 2014

lama. Selain itu, menurut mereka yang 3. Distribusi Frekuensi Sikap


berpendapatan rendah mengatakan Dari hasil penelitian
bahwa jika mereka sakit dan dibawa menunjukkan sebagian besar
ke tampat pelayanan kesehatan akan responden yaitu 50 orang (55,6%)
membutuhkan biaya yang lebih besar mempunyai sikap baik. Dalam hal ini,
dibandingkan dengan penggunaan obat pengetahaun dan pendidikan menjadi
tanpa resep. komponen penguat yang membentuk
sebagian besar sikap masyarakat. Dari
2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan penelitian ini didapatkan pendidikan
Dari hasil penelitian serta pengetahuan responden sudah
menunjukkan distribusi pengetahuan tinggi, sehingga menghasilkan sikap
responden tentang obat diketahui yang baik.
sebagian besar dari responden yaitu Semakin tinggi atau semakin
sebanyak 47 orang (52,2%) termasuk baik pengetahuan seseorang terhadap
dalam kategori dengan pengetahuan sesuatu obyek maka akan semakin
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa baik pula sikap seseorang tersebut
masyarakat sudah mendapatkan terhadap obyek itu.1
informasi yang cukup baik tentang Selain itu, dalam penelitian
obat. Untuk pengetahuan mengenai didapatkan kebiasaan masih ikut
dosis, efek samping, serta aturan pakai mempengaruhi sikap responden.
obat sudah diketahui responden Dalam penelitian didapatkan
dengan baik. responden kebanyakan tidak setuju
Namun, pada penelitian jika pembelian antibiotik harus melalui
kebanyakan dari responden masih persepan dokter, hal ini dikarenakan
belum mengerti arti dari tanda khusus dari generasi terdahulu mereka sudah
pada kemasan obat yang terbiasa membeli antibitok secara
menggolongkan obat sebagai obat bebas. Kebiasaan yang ditanamkan
bebas, obat bebas terbatas, ataupun dari generasi terdahulu tentang cara
obat keras. Sehingga dalam pembelian penggunaan obat masih dijadikan
obat mereka tidak memperhatikan pedoman dasar bagi masyarakat dalam
apakah obat yang dibeli bebas menyikapi segala hal tentang
dikonsumsi tanpa resep dokter atau penggunaan obat. Masyarakat masih
harus menggunakan resep dokter. mengganggap keyakinan yang dianut
Kesadaran masyarakat untuk membaca oleh mayoritas orang merupakan suatu
label pada kemasan obat juga masih keyakinan yang paling benar dan harus
kecil.8 diikuti. Sehingga masih cukup banyak
sikap responden yang masih kurang
baik.

81
Syifa’MEDIKA, Vol. 4 (No.2), Maret 2014

4. Distribusi Frekuensi Perilaku cukup baik dengan adanya persediaan


Dari hasil penelitian obat dirumah yang membantu
menunjukkan bahwa dari 90 sampel responden memberikan penanganan
didapatkan sebanyak 75 orang (83,3%) awal saat sakit. Kebanyakan dari
mempunyai perilaku yang rasional responden sudah terbiasa dalam
dalam mengkonsumsi obat tanpa membeli obat tanpa resep, sehingga
resep. Penilaian ini didasarkan pada mereka sudah tahu merek obat sesuai
pola pencarian pengobatan responden, keluhan penyakit yang mereka
kemudahan akses dalam mendapatkan rasakan. Untuk membeli obat
obat saat kebutuhan mendadak, mayoritas responden terbiasa membeli
tindakan dalam memilih obat, tempat obat diapotek karena dirasa lebih
membeli obat, pencarian sumber aman, lebih banyak jenis obat yang
informasi tentang obat, latar belakang tersedia, serta lebih aktifnya penjaga
pemilihan merek obat, serta kebiasaan apotek dalam memberikan informasi
responden dalam mengecek tanggal tentang obat yang mereka beli
kadaluarsa obat. dibandingkkan dengan warung.
Dari penelitian dalam pola Responden kurang percaya
pencarian pengobatan, responden lebih dengan keterjaminan obat anti nyeri
banyak memilih pergi ke praktek yang tersedia di warung yang mungkin
dokter, puskesma, ataupun rumah sakit sudah melewati tanggal kadarluarsa
saat mengalami keluhan sakit karena maupun dari segi kebersihan dan
takut akan timbulnya gejala yang lebih keaslian obat tersebut.9
serius jika tidak mendapat penanganan Responden juga sudah cukup
yang tepat. Hanya sebagian kecil yang cerdas dalam mencari sumber
memilih untuk membeli obat tanpa informasi cara pemakaian obat yang
resep terlebih dahulu dengan alasan akan dikonsumsi, sehingga untuk
bahwa akan memakan biaya yang kesalahan dosis ataupun efek samping
lebih besar jika harus pergi ke obat dapat dikurangi. Cara pemakaian
pelayanan kesehatan selain itu, obat penting untuk diperhatikan secara
beberapa diantaranya beralasan dengan cermat, karena apabila telah salah dari
semakin pesatnya perkembangan cara pemakaian maka keefektifan obat
teknologi, responden lebih mudah akan berkurang atau mungkin hilang.9
dalam mendapatkan informasi akan Mayoritas responden lebih
obat yang harus dikonsumsi sesuai mengutamakan kualitas obat yang
keluhannya saat sakit tanpa harus mereka beli dengan kebiasaan selalu
berkonsultasi dengan tenaga medis. melakukan pengecekan tanggal
Selain itu kemudahan akses kadaluarsa obat yang akan mereka
responden dalam mendapatkan obat konsumsi. Tanggal kadaluarsa
saat kebutuhan mendesak juga sudah menunjukkan bahwa sampai dengan
82
Syifa’MEDIKA, Vol. 4 (No.2), Maret 2014

tanggal yang dimaksud, mutu dan membentuk sebuah perilaku. Semakin


kemurnian obat dijamin masih tetap tinggi atau semakin baik pengetahuan
memenuhi syarat. Tanggal kadaluarsa dan sikap yang dimiliki responden
biasanya dinyatakan dalam bulan dan maka akan semakin baik perilaku yang
tahun. Obat rusak merupakan obat dihasilkan. Namun, pembentukan
yang mengalami perubahan mutu8. perilaku ini juga dapat dipengaruhi
oleh kepercayaan dan tradisi yang
5. Hubungan pengetahuan dan berkembang dilingkungan masyarakat.
sikap dengan perilaku
Sehingga kadang ditemukan
responden
masyarakat dengan pengetahuan tinggi
Dari penelitian dilakukan
dan sikap baik namun perilakunya
analisis secara statistik menggunakan
dalam mengkonsumsi obat tanpa resep
uji wilcoxon, dari uji tersebut
masih tidak rasional. Dari penelitian ini
didapatkan masing-masing nilai p
dapat ditarik kesimpulan bahwa
value 0,000. Nilai tersebut lebih kecil
Terdapat hubungan antara
dari α= 0,05 ini menunjukkan bahwa
pengetahuan dan sikap terhadap
ada hubungan antara pengetahuan dan
perilaku responden dalam
sikap terhadap perilaku responden
mengkonsumsi obat tanpa resep
dalam mengkonsumsi obat tanpa resep
dokter. Tingkat pengetahuan
dokter. Semakin baik pengetahuan dan
pengunjung apotek di wilayah
sikap tentang pengobatan sendiri maka
kecamatan Ilir Barat I tinggi. Sikap
semakin rasional pula perilaku
pengunjung apotek di wilayah
pengobatan sendirinya, demikian juga
Kecamatan Ilir I tentang
sebaliknya.5
mengkonsumsi obat tanpa resep dokter
Menurut Lawrence Green yang
baik. Sehingga dapat dinyatakan
mempengaruhi dalam pembentukan
Pengunjung apotek di wilayah
perilaku kesehatan salah satunya, yaitu
Kecamatan Ilir Barat I sudah
faktor-faktor predisposisi
berperilaku rasional dalam
(predisposing factors) yaitu faktor-
mengkonsumsi obat tanpa resep
faktor yang mempermudah atau
dokter.
mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang, antara lain pengetahuan,
Daftar Pustaka
sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-
nilai, dan tradisi. 1. Rinukti, Maria C. dan Aris. 2004.
Hal ini menunjukkan bahwa Hubungan antara Motivasi dan
pengetahuan yang menyeluruh tentang Pengetahuan Orang Tua dengan
Tindakan Penggunaan Produk
obat akan mempengaruhi sikap Obat Demam Tanpa Resep untuk
masyarakat tentang konsumsi obat, Anak-Anak di RW V Kelurahan
pengetahuan dan sikap ini akan Terban Tahun 2004. SIGMA. 8
(1): 25-32.
83
Syifa’MEDIKA, Vol. 4 (No.2), Maret 2014

2. Kartajaya, dkk. 2011. Self 8. Direktorat Bina Famasi


Medication. Markplusinsight. Komunitas Dan Klinik Ditjen
Jakarta, Indonesia. Bina Kefarmasian Dan Alat
3. Supardi, Sudibyo dan Mulyono Kesehatan Departemen
Notosiswoyo. 2005. Pengobatan Kesehatan. 2006. Pedoman
Sendiri Sakit Kepala di Desa Penggunaan Obat Bebas Dan
Ciwalen Kecamatan Bebas Terbatas, Jakarta. Hal. 10-
Warungkondang. Majalah Ilmu 11.
Kefarmasian. 2 (3): 142. 9. Syeima, Corina Nur. 2009.
4. Kristina, dkk. 2007. Perilaku Gambaran Pengetahuan dan
Pengobatan Sendiri yang Rasional Karakteristik Masyarakat RW 08
pada Masyarakat. Berita Kelurahan Pisangan Barat Ciputat
Kedokteran Masyarakat. 23 (4): tentang Pengobatan Sendiri
176-183. Terhadap Nyeri Menggunakan
5. Hermawati, Dian. 2012. Pengaruh Obat Anti Nyeri. Skripsi, Fakultas
Edukasi Terhadap Tingkat Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Pengetahuan dan Rasionalitas UIN (tidak dipublikasikan). Hal
Penggunaan Obat Swamedikasi 19-30.
Pengunjung di Dua Apotek
Kecamatan Cimanggis Depok.
Skripsi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Program
Farmasi UI. Hal 54-65.
6. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.
Promosi Kesehatan & Ilmu
Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.
Indonesia.
7. Djannah, Siti Nur, dkk. 2008.
Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Sikap dengan Perilaku
Pencegahan Penularan TBC pada
Mahasiswa di Asrama Manokwari
Sleman Yogyakarta. Jurnal
Kesmas UAD. 3 (3): 214-221.

84

Anda mungkin juga menyukai