Anda di halaman 1dari 507

Profil Kesehatan indonesia 2012

Katalog dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI


Indonesia. Kementerian Kesehatan. Pusat Data dan Informasi
Profil Kesehatan Indonesia 2012, -- Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI. 2013

ISBN: 978-602-8937-89-4
1. Judul I. HEALTH STATISTICS

Buku ini diterbitkan oleh :


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950
Telepon no: 62-21-5229590, 5221432, 5277168
Fax no: 62-21-5203874
E-mail: pusdatin@depkes .go.id
Web site: http://www.kemkes.go.id

351.770.212
Ind
p

ii
Profil Kesehatan indonesia 2012

TIM PENYUSUN
PENGARAH
dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS (Sekretaris Jenderal Kemenkes RI)

KETUA
drg. Oscar Primadi, MPH (Kepala Pusat Data dan Informasi)

EDITOR
Boga Hardhana, S.Si, MM
Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes
drg. Vensya Sitohang, M.Epid
drg. Titi Aryati Soenardi, M.Kes

ANGGOTA
Ir. Zulfi, MM; Farida Sibuea, SKM, MScPH; Marlina Indah Susanti, SKM, M.Epid;
Supriyono Pangribowo, SKM, MKM; Athi Susilowati Rois, SKM;
Budi Prihantoro, S.Si ; Margiyono, SKom; Dewi Roro Kumbini, S.Pd, MKM;
Diah Puspitasari, SKM; Doni Hadhi Kurnianto, SKom; B.B. Sigit;
Muslichatul Hidayah, Hanna Endang Wahyuni; Sondang Tambunan;
Hellena Maslinda; Hadi Nuramsyah

KONTRIBUTOR
Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Keuangan dan Perlengkapan;
Pusat Penanggulangan Krisis; Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan;
Pusat Komunikasi Publik; Biro Kepegawaian; Set. Ditjen Bina Gizi dan KIA; Dit. Bina Gizi;
Dit Bina Kesehatan Ibu; Dit Bina Kesehatan Anak; Set. Ditjen Bina Upaya Kesehatan;
Set. Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
Dit. Pengendalian Penyakit Menular Langsung;
Dit. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang; Dit. Surveilans Imunisasi dan Karantina;
Dit. Pengendalian Penyakit Tidak Menular; Set. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
Set. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
Set. Badan PPSDM Kesehatan.

iii
KATA PENGANTAR
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Saya menyambut gembira hadirnya “Profil Kesehatan Indonesia


2012” yang terbit untuk merespon tingginya kebutuhan akan
data dan informasi. Di tengah banyaknya tantangan yang
dihadapi terkait pemenuhan data dan informasi sebagai landasan
pengambilan keputusan yang evidence-based, Pusat Data dan
Informasi pada akhirnya berhasil menyusun produk publikasi
“Profil Kesehatan Indonesia 2012”.
Saya menyadari, bukan hal mudah untuk dapat menyajikan data
yang berkualitas, sesuai kebutuhan dan tepat waktu. Kendala yang
dihadapi dalam pengelolaan data dan informasi baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi,
maupun pusat berperan terhadap penyusunan Profil Kesehatan Indonesia. Pemenuhan
kelengkapan data baik dari segi cakupan wilayah maupun indikator merupakan masalah
utama yang ditemui dalam rangka penyusunan profil yang tepat waktu. Selain itu, dalam
menyusun Profil Kesehatan Indonesia diperlukan komitmen bersama antara pusat dan
daerah dalam mewujudkan penyediaan data yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Pengelola
data dan informasi di tingkat pusat dan daerah juga harus menjadikan pengelolaan data dan
informasi sebagai komponen prioritas dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Pusat Data dan Informasi telah melakukan banyak upaya agar data dan informasi yang
disajikan pada Profil Kesehatan Indonesia dapat hadir lebih cepat dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Saya sangat berharap dengan hadirnya “Profil Kesehatan Indonesia 2012” ini,
kebutuhan terhadap data dan informasi kesehatan di semua lini, baik institusi pemerintah,
institusi swasta, organisasi profesi, mahasiswa, dan kelompok masyarakat lainnya dapat
terpenuhi dengan baik. Profil Kesehatan ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan dalam mengukur kinerja program pembangunan kesehatan baik di pusat maupun
di daerah yang berguna bagi perencanaan program pembangunan kesehatan berikutnya.
Melalui kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak, dalam hal ini pengelola data di tingkat pusat, daerah, serta
lintas sektor yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Indonesia 2012.
Semoga, Profil Kesehatan Indonesia di masa mendatang dapat menyajikan data yang lebih
berkualitas dan dapat terbit lebih cepat.

Jakarta, Juli 2013

dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS


NIP. 195408112010061001

iv
SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Data dan informasi yang berkualitas adalah landasan pengambilan


keputusan dalam Pembangunan Kesehatan. Di samping itu,
sesuai amanat Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun
2009, setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi
tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Oleh
karena itu, ketersediaan data dan informasi sangat diperlukan
dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.

Penyediaan data dan informasi dilaksanakan melalui serangkaian proses panjang mulai
dari hulu sampai hilir. Proses ini dimulai dari pengumpulan data dan informasi dari tingkat
layanan kesehatan masyarakat, dilanjutkan dengan pengelolaan data dan informasi di
tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Langkah perbaikan dan penyempurnaan dalam
pelaksanaan proses ini perlu dilakukan dari waktu ke waktu. Sebab, tuntutan terhadap
pemenuhan data dan informasi yang lengkap dan tepat waktu dari hari ke hari semakin
meningkat.

Saya menyambut baik terbitnya Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini dan menyampaikan
apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan
buku ini. Semoga buku ini dapat memenuhi tuntutan ketersediaan data dan informasi untuk
dijadikan landasan pengambilan keputusan yang evidence-based dalam Pembangunan
Kesehatan.

Jakarta, Juli 2013


MENTERI KESEHATAN RI

dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., M.P.H

v
Foto: Puskom Publik
Profil Kesehatan indonesia 2012

Kunjungan kerja Menkes ke RSUD Mimika - Papua

vi
Profil Kesehatan indonesia 2012

DAFTAR SINGKATAN
ABJ : Angka Bebas Jentik
- Larva Free
Index
ACT : Artemisinin-based Combination Therapy
AFP : Acute Flaccid Paralysis
AFR Adolescent Fertility Rate
AHH : Angka Harapan Hidup
Jumlah rata-rata usia yang diperkirakan pada seseorang atas dasar
angka kematian pada masa tersebut yang cenderung tidak
berubah di masa mendatang

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome


AKABA : Angka Kematian Balita
AKB : Angka Kematian Bayi
- Infant
Mortality
Rate (IMR)
AKI : Angka Kematian Ibu
- Maternal
Mortality
Rate (MMR)
AKN : Angka Kematian Neonatal
- Neonatal
Mortality
Rate
AMH : Angka Melek Huruf
API : Annual Parasite Incidence
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APK : Angka Partisipasi Kasar
APM : Angka Partisipasi Murni
APS : Angka Partisipasi Sekolah
ARV : Anti Retro Virus
ASEAN : Association of Southeast Asian Nations
ASI : Pemberian Air Susu Ibu saja tanpa tambahan
Eksklusif makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6
bulan.
BAN-PT : Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
BB/TB : Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan

vii
Profil Kesehatan indonesia 2012

BB/U : Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Umur


BCG : Bacille Calmette-Guérin
BNN : Badan Narkotika Nasional
BOK : Biaya Operasional Kesehatan
BPS : Badan Pusat Statistik
BSB : Brigade Siaga Bencana
BTA + : Basil Tahan Asam positif
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
CBR : Crude Birth Rate = Angka Kelahiran Kasar
CDR : Case Detection Rate
CFR : Case Fatality Rate
CNR : Case Notification Rate
CR : Cure Rate = Angka Kesembuhan
CTKI : Calon Tenaga Kerja Indonesia
CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun
DAK : Dana Alokasi Khusus
DBD : Demam Berdarah Dengue
DBK : Daerah yang Bermasalah Kesehatan
Diknakes : Pendidikan Tenaga Kesehatan
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DM : Diabetes Mellitus
DO Rate : Drop Out Rate
DOTS : Directly Observed Treatment Shortcourse
DPT : Diphteri Pertusis Tetanus
DTPK : Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan
FCP : Female Cancer Program
FK : Fakultas Kedokteran
FKG : Fakultas Kedokteran Gigi
GDR : Gross Death Rate = Angka Kematian Umum
GDI : Gender-related Development Index
GEM : Gender Empowerment Measure
GHPR : Gigitan Hewan Penular Rabies
GII : Gender Inequality Index = Indeks Ketidaksetaraan Gender
GNI : Gross National Income
HDI : Human Development Index
HIV : Human Immunodeficiency Virus
ICCP : Indonesian Cancer Control Progam
IDU : Injecting Drug User
IEBA : Industri Ekstrak Bahan Alam
IGME : Inter Agency Group for Child Mortality Estimates

viii
Profil Kesehatan indonesia 2012

IMS : Infeksi Menular Seksual


IMT : Indeks Massa Tubuh
– Body
Mass Index
(BMI)
IMT/U : Status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur
IOT : Industri Obat Tradisional
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
IR : Incidence Rate
ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut
IUD : Intra Uterine Device
Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat
Jampersal : Jaminan Persalinan
K1 : Kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan ibu hamil pertama kali
pada masa kehamilan.
K4 : Kontak minimal empat kali selama masa kehamilan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal satu
kali kontak pada trimester pertama, satukali pada trimester kedua
dan duakali pada trimester ketiga.
KB : Keluarga Berencana
KEP : Kurang Energi Protein
KF 3 : Kunjungan Nifas; Pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada
6 jam pasca persalinan s.d 3 hari; pada minggu ke II, dan pada
minggu ke VI termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan
dan/atau pemasangan KB pasca persalinan.
KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KKI : Konsil Kedokteran Indonesia
KKS : Kabupaten/Kota Sehat
KLB : Kejadian Luar Biasa
KN1 : Kunjungan Neonatus 1; pelayanan kesehatan neonatal dasar,
kunjungan ke-1 (pertama) pada 6-24 jam setelah lahir.
KN Lengkap : Kunjungan Neonatus Lengkap ; pelayanan kesehatan neonatal
dasar meliputi ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan
mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan
pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak
diberikan pada saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda.
Dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah
lahir, pada 3-7 hari dan pada -28 hari setelah lahir yang dilakukan
di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.
KONAS : Kebijakan Obat Nasional
KT : Konseling dan Tes HIV
KtA : Kekerasan Terhadap Anak
KTR : Kawasan Tanpa Rokok

ix
Profil Kesehatan indonesia 2012

KTS : Konseling Tes HIV Sukarela


LAM-PT Kes : Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan
Lapas : Lembaga Pemasyarakatan
LIL : Lima Imunisasi Dasar Lengkap
LMKM : Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
LPP : Laju Pertumbuhan Penduduk
LSL : Lelaki Seks dengan Lelaki
MBC : Millenium Challence Coorporation
MDGs : Millenium Development Goals
MNTE : Maternal and Neonatal Tetanus Elimination
MOP : Metode Operatif Pria; cara kontrasepsi dengan tindakan
pembedahan pada saluran sperma pria.
MOW : Metode Operatif Wanita; cara kontrasepsi dengan tindakan
pembedahan pada saluran telur wanita.
MP ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
MTBM : ManajemenTerpadu Balita Muda; suatu pendekatan keterpaduan
dalam tata laksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat
maupun yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan
pelayanan kesehatan dasar maupun yang dikunjungi oleh tenaga
kesehatan pada saat kunjungan neonatal.
MTBS : ManajemenTerpadu Balita Sakit; suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tata laksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
MTKI : Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
NAPZA : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain
NCDR : Newly Case Detection Rate
NHA : National Health Account
NSPK : Norma Standar Prosedur Kriteria
OAT : Obat Anti Tuberkulosis
ODHA : Orang Dengan HIV/AIDS
P4K : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
PAH : Penampungan Air Hujan
PAK : Penyakit Akibat Kerja
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PDB : Produk Domestik Bruto
PDBK : Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan
PDP : Layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan
PET : Post Exposure Treatment

x
Profil Kesehatan indonesia 2012

PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


PJK : Penyakit Jantung Koroner
PJPD : Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
PK : Penanganan Komplikasi Maternal
PKH : Program Keluarga Harapan
PKHS : Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
PMO : Pengawas Menelan Obat
PMS : Penyakit Menular Seksual
Poltekkes : Politeknik Kesehatan
Polindes : Pondok Bersalin Desa
POMP : Pemberian Obat Massal Pencegahan; program untuk filariasis
PONED : Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal Dasar
PONEK : Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal Komprehensif
Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Terpandu
PN : Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
(Salinakes)
PPA : Project Partnership Agreement
PPIA : Pencegahan Penularan Ibu ke Anak
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
PTRM : Program Terapi Rumatan Metadon
PTT : Pegawai Tidak Tetap
PUS : Pasangan Usia Subur
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
PWS KIA : Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
RAD : Rencana Aksi Daerah
RDT : Rapid Diagnostic Test
RKP : Rencana Kerja Pemerintah
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RITL : Rawat Inap Tingkat Lanjut
RITP : Rawat Inap Tingkat Pertama
RJTL : Rawat Jalan Tingkat Lanjut
RJTP : Rawat Jalan Tingkat Pertama
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RSK : Rumah Sakit Khusus
RSU : Rumah Sakit Umum
Sakernas : Survei Angkatan Kerja Nasional

xi
Profil Kesehatan indonesia 2012

SBS : Stop Buang Air Besar Sembarangan


SDIDTK : Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia
SDM : Sumber Daya Manusia
SEAR : WHO South-East Asia Regional
SIRS : Sistem Informasi Rumah Sakit
SKN : Sistem Kesehatan Nasional
SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga
SLB : Sekolah Luar Biasa
SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah
SPAM : Sistem Penyediaan Air Minum
SPM : Standar Pelayanan Minimal
SR : Success Rate = Angka Keberhasilan Pengobatan
Srikandi : Sistem Registrasi Kanker di Indonesia
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STRA : Surat Tanda Registrasi Apoteker
STR : Surat Tanda Registrasi
STRTTK : Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian
SUPAS : Survey Penduduk Antar Sensus
Susenas : Survei Sosial Ekonomi Indonesia
TB : Tuberkulosis
TB/U : Status gizi berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur
TFR : Total Fertility Rate = Angka Fertilitas Total; jumlah rata-rata anak
yang dilahirkan setiap wanita selama hidupnya
TKI : Tenaga Kerja Indonesia
TN : Tetanus Neonatorum
TT : Tetanus Toksoid
UCI : Universal Child Immunization; tercapainya imunisasi dasar secara
lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan
anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi
meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B,
1 dosis campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2
dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1
dosis campak dan 2 dosis TT.
UKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat;
Bentuk UKBM yang adalah Poskesdes, Polindes, Pos UKK,
Poskestren, TOGA, Saka Bhakti Husada, dan lain-lain.
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
UMOT : Usaha Mikro Obat Tradisional
UNICEF : United Nations Children's Fund
UPT : Unit Pelaksana Teknis
VAR : Vaksin Anti Rabies

xii
Profil Kesehatan indonesia 2012

VCT : Voluntary, Counseling, and Testing


WHA : World Health Assembly
WHO : World Health Organization
WPS : Wanita Penjaja Seks
WUS : Wanita Usia Subur; keadaan organ reproduksinya berfungsi
dengan baik antara umur 20-45 tahun.



xiii
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Daftar Gambar
Bab 2. Gambaran Umum & Perilaku Penduduk
GAMBAR 2.1 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012......................................... 7
GAMBAR 2.2 ESTIMASI PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012...................................... 8
GAMBAR 2.3 ESTIMASI KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012.................................. 10
GAMBAR 2.4 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2005 - 2012......................... 13
GAMBAR 2.5 PERSENTASE RATA-RATA PENGELUARAN PER KAPITA INDONESIA TAHUN 2011..... 14
GAMBAR 2.6 PERSENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT
PENDIDIKAN DI INDONESIA AGUSTUS TAHUN 2012............................................... 16
GAMBAR 2.7 GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2012........................................ 18
GAMBAR 2.8 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2006 – 2012.................... 19
GAMBAR 2.9 PETA PERSEBARAN PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2012..................... 20
GAMBAR 2.10 PETA PERSEBARAN KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA TAHUN 2012 ........... 21
GAMBAR 2.11 RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS
DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011......................................................................... 24
GAMBAR 2.12 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS MENURUT
GOLONGAN UMUR DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2011................................. 25
GAMBAR 2.13 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 7-24 KE ATAS YANG MASIH SEKOLAH
TAHUN 2011............................................................................................................ 26
GAMBAR 2.14 PERSENTASE PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT STTB
TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2011................................................................. 27
GAMBAR 2.15 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG BUTA HURUF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011......................................................................... 28
GAMBAR 2.16 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011.......................................................................... 29
GAMBAR 2.17 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH MENURUT USIA SEKOLAH
DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011......................................................................... 30
GAMBAR 2.18 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR PENDIDIKAN DI INDONESIA
TAHUN 2007 – 2011................................................................................................ 31
GAMBAR 2.19 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI PENDIDIKAN DI INDONESIA
TAHUN 2007 – 2011................................................................................................ 32
GAMBAR 2.20 PERSENTASE HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM PDAM YANG
MEMENUHI SYARAT MIKROBIOLOGI MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 34
GAMBAR 2.21 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT AKSES AIR MINUM LAYAK
DAN AIR KEMASAN/ISI ULANG DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2012 ...................... 36
GAMBAR 2.22 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES KE SUMBER AIR MINUM
LAYAK MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012........................................ 37
GAMBAR 2.23 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS
AIR MINUM INDONESIA TAHUN 2011 .................................................................... 38
GAMBAR 2.24 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS ..........................
TEMPAT BUANG AIR BESAR INDONESIA TAHUN 2011............................................. 39
GAMBAR 2.25 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI LAYAK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012.................................................. 40

xiv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

GAMBAR 2.26 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK


DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2012......................................................................... 41
GAMBAR 2.27 PERSENTASE RUMAH TANGGA KUMUH DI INDONESIA TAHUN 2012 .................... 42
GAMBAR 2.28 PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH SEHAT DI INDONESIA TAHUN 2012................. 43
GAMBAR 2.29 PERSENTASE DESA/KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012........... 46
GAMBAR 2.30 PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH
SEHAT DI INDONESIA TAHUN 2012......................................................................... 48
GAMBAR 2.31 PERSENTASE PROVINSI YANG MEMILIKI PERATURAN TENTANG KAWASAN
TANPA ROKOK DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012 ................................................ 50

Bab 3. Situasi Derajat Kesehatan


GAMBAR 3.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012 . .......................................................................... 55
GAMBAR 3.2 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012..................................................... 56
GAMBAR 3.3 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012............................ 57
GAMBAR 3.4 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012 . .......................................................................... 58
GAMBAR 3.5 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012..................................................... 59
GAMBAR 3.6 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012............................ 59
GAMBAR 3.7 ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA, SDKI 1991 – 2012............................................................................ 60
GAMBAR 3.8 ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012..................................................... 61
GAMBAR 3.9 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012............................ 62
GAMBAR 3.10 ANGKA KEMATIAN IBU PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1994-2007........................................................................... 63
GAMBAR 3.11 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2011............................................................................................................ 64
GAMBAR 3.12 ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR DI INDONESIA TAHUN 2006-2011........... 65
GAMBAR 3.13 ANGKA HARAPAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2011.......... 66
GAMBAR 3.14 PROPORSI KASUS BARU BTA+ MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2012............ 70
GAMBAR 3.15 PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU DI INDONESIA
TAHUN 2007-2012................................................................................................... 71
GAMBAR 3.16 PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 72
GAMBAR 3.17 ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS PER 100.000
PENDUDUK TAHUN 2007-2012............................................................................... 73
GAMBAR 3.18 ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012............................................................................................ 74
GAMBAR 3.19 ANGKA PENEMUAN KASUS (CASE DETECTION RATE) TB PARU BTA+ DI INDONESIA
TAHUN 2006-2012................................................................................................... 75

xv
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 3.20 JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012................. 76
GAMBAR 3.21 PETA EPIDEMI HIV DI INDONESIA TAHUN 2012...................................................... 77
GAMBAR 3.22 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI
DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2012............. 77
GAMBAR 3.23 JUMLAH KASUS BARU PENDERITA AIDS 10 PROVINSI TERTINGGI DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 78
GAMBAR 3.24 PROPORSI KASUS BARU AIDS MENURUT JENIS KELAMIN DI INDONESIA SAMPAI
TAHUN 2012............................................................................................................ 78
GAMBAR 3.25 PERSENTASE KASUS BARU AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 79
GAMBAR 3.26 PERSENTASE KASUS AIDS MENURUT FAKTOR RISIKODI INDONESIA TAHUN 2012 .80
GAMBAR 3.27 ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS YANG DILAPORKAN DI INDONESIA
TAHUN 2000-2012................................................................................................... 81
GAMBAR 3.28 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA DI INDONESIA
TAHUN 2007-2012................................................................................................... 85
GAMBAR 3.29 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 86
GAMBAR 3.30 ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR)
TAHUN 2007-2012 . ................................................................................................ 87
GAMBAR 3.31 ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA PER 100.000 PENDUDUK MENURUT
PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012 ................................................................... 88
GAMBAR 3.32 PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK DI ANTARA KASUS BARU
KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2001-2012................................................................ 89
GAMBAR 3.33 CASE FATALITY RATE (CFR) PADA KLB DIARE DI INDONESIA TAHUN 2007–2012.... 90
GAMBAR 3.34 INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 92
GAMBAR 3.35 PROPORSI KASUS CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK MENURUT KELOMPOK
UMUR DI INDONESIA TAHUN 2012 ........................................................................ 93
GAMBAR 3.36 PROPORSI KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 94
GAMBAR 3.37 NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 95
GAMBAR 3.38 ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2008-2012.................................................................................................. 96
GAMBAR 3.39 ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 PENDUDUK
DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 97
GAMBAR 3.40 JUMLAH KABUPATEN/KOTA TERJANGKIT DBD DI INDONESIA TAHUN 2008-2012.. 98
GAMBAR 3.41 JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA TAHUN 2007-2012........................ 99
GAMBAR 3.42 JUMLAH KASUS KLINIS FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012................ 100
GAMBAR 3.43 PETA ENDEMISITAS MALARIA DI INDONESIA TAHUN 2011 DAN 2012.................. 101
GAMBAR 3.44 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA MENURUT TINGKAT ENDEMISITAS
TAHUN 2010-2012................................................................................................. 102
GAMBAR 3.45 ANGKA KESAKITAN MALARIA (ANNUAL PARACITE INCIDENCE /API)
PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO TAHUN 2000-2012............................................. 103
GAMBAR 3.46 SITUASI KASUS KONFIRMASI FLU BURUNG DI INDONESIA TAHUN 2005-2012..... 104
GAMBAR 3.47 DISTRIBUSI KASUS DAN KEMATIAN FLU BURUNG MENURUT
KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2005-2012........................................... 106

xvi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

GAMBAR 3.48 DISTRIBUSI KASUS FLU BURUNG MENURUT FAKTOR RISIKO DI INDONESIA
TAHUN 2005-2012................................................................................................. 106
GAMBAR 3.49 SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012.............................................. 107
GAMBAR 3.50 SITUASI RABIES (GHPR DAN LYSSA) DI INDONESIA TAHUN 2012.......................... 108
GAMBAR 3.51 SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2005 - 2012................................. 110
GAMBAR 3.52 JUMLAH KASUS DAN CFR ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2008-2012 .............. 111
GAMBAR 3.53 FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI INDONESIA TAHUN 2012.............................. 114

Bab 4. Situasi Upaya Kesehatan


GAMBAR 4.1 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1 DAN K4 DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012......120
GAMBAR 4.2 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DI INDONESIA TAHUN 2012....................... 121
GAMBAR 4.3 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012....................................................................... 123
GAMBAR 4.4 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012........................................................................ 124
GAMBAR 4.5 CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF-3) DI INDONESIA TAHUN 2008-2012............... 127
GAMBAR 4.6 CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS (KF-3) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 ....... 127
GAMBAR 4.7 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI MATERNAL DI INDONESIA
TAHUN 2008-2012................................................................................................. 129
GAMBAR 4.8 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL DI INDONESIA TAHUN 2012... 131
GAMBAR 4.9 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) DI INDONESIA TAHUN 2012...... 133
GAMBAR 4.10 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2012.......... 134
GAMBAR 4.11 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2004-2012 . ..... 135
GAMBAR 4.12 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI INDONESIA TAHUN 2012.................................... 136
GAMBAR 4.13 CAKUPAN KUNJUNGAN ANAK BALITA DI INDONESIA TAHUN 2012...................... 138
GAMBAR 4.14 CAKUPAN SEKOLAH DASAR YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN
SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 DI INDONESIA TAHUN 2012................................. 140
GAMBAR 4.15 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU
TATA LAKSANA PKPR DI INDONESIA TAHUN 2012................................................. 142
GAMBAR 4.16 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU
TATA LAKSANA KTA DI INDONESIA TAHUN 2012................................................... 144
GAMBAR 4.17 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012.... 146
GAMBAR 4.18 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT ALAT/METODE KONTRASEPSI
TAHUN 2012.......................................................................................................... 147
GAMBAR 4.19 PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT TEMPAT PELAYANAN KB
DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 148
GAMBAR 4.20 PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3)
DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 149
GAMBAR 4.21 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012........................................................................ 151
GAMBAR 4.22 CAKUPAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012... 152
GAMBAR 4.23 CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA (D/S) DI INDONESIA TAHUN 2012................... 155
GAMBAR 4.24 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI INDONESIA TAHUN 2012............ 157
GAMBAR 4.25 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2012.... 158
GAMBAR 4.26 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI DI INDONESIA TAHUN 2012............................. 159
GAMBAR 4.27 ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB1 - CAMPAK PADA BAYI

xvii
Profil Kesehatan Indonesia 2012

DI INDONESIA TAHUN 2006-2012......................................................................... 160


GAMBAR 4.28 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT2+ PADA IBU HAMIL DI INDONESIA
TAHUN 2012.......................................................................................................... 161
GAMBAR 4.29 PERSENTASE BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG DIPERIKSA DAHAKNYA
TAHUN 2005-2012................................................................................................. 165
GAMBAR 4.30 PERSENTASE PASIEN TB PARU BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG
DIPERIKSA DAHAKNYA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012................................... 166
GAMBAR 4.31 PERSENTASE PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN
TB PARU DI INDONESIA TAHUN 2001-2012........................................................... 167
GAMBAR 4.32 PERSENTASE KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TB PARU
(SUCCESS RATE) DI INDONESIA TAHUN 2012 (PENGOBATAN TAHUN 2011) . ....... 167
GAMBAR 4.33 PERSENTASE PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH SUSPEK MALARIA
TAHUN 2008 - 2012............................................................................................... 169
GAMBAR 4.34 CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA
DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012....................................................................... 171
GAMBAR 4.35 NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK USIA < 15 TAHUN MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012......................................................................................... 174
GAMBAR 4.36 PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT DI INDONESIA TAHUN 2012... 175
GAMBAR 4.37 PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2003-2012...... 176
GAMBAR 4.38 ANGKA BEBAS JENTIK/ABJ (%) DI INDONESIA TAHUN 2008-2012......................... 177
GAMBAR 4.39 CAKUPAN PEMBERIAN OBAT MASSAL PENCEGAHAN (POMP) FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2005-2012......................................................................... 179
GAMBAR 4.40 PERSENTASE PENATALAKSANAAN KASUS KLINIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2006-2012......................................................................... 180
GAMBAR 4.41 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI INDONESIA TAHUN 2012...... 186
GAMBAR 4.42 PERSENTASE RATA-RATA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2012................................................................... 188
GAMBAR 4.43 PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA
TAHUN 2012.......................................................................................................... 190
GAMBAR 4.44 PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA
TAHUN 2008-2012................................................................................................. 191

Bab 5. Situasi Sumber Daya Kesehatan


GAMBAR 5.1 JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2008 – 2012........................................................... 195
GAMBAR 5.2 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008 – 20112.................... 196
GAMBAR 5.3 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2012.................................. 197
GAMBAR 5.4 JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN NON PERAWATAN
TAHUN 2008 – 2012.............................................................................................. 198
GAMBAR 5.5 JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN OBSTETRIK DAN
NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI INDONESIA TAHUN 2012.................. 199
GAMBAR 5.6 JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATA
PEDULI REMAJA DI INDONESIA TAHUN 2012....................................................... 200
GAMBAR 5.7 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012 . .................................................................... 204
GAMBAR 5.8 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DI INDONESIA

xviii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

TAHUN 2008 – 2012.............................................................................................. 205


GAMBAR 5.9 PERSENTASE RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) MENURUT JENIS DI INDONESIA
TAHUN 2012.......................................................................................................... 206
GAMBAR 5.10 PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS DI INDONESIA TAHUN 2012......... 206
GAMBAR 5.11 PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM DAN
RUMAH SAKIT KHUSUS DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012 ................................ 207
GAMBAR 5.12 JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN RASIONYA PER 100.000
PENDUDUK TAHUN 2008 – 2012.......................................................................... 208
GAMBAR 5.13 PERSENTASE INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA SESUAI STANDAR
TAHUN 2012.......................................................................................................... 211
GAMBAR 5.14 JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012....................................................................... 213
GAMBAR 5.15 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012....................................................................... 213
GAMBAR 5.16 PERSENTASE DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF MENURUT TINGKATAN
(STRATA) TAHUN 2012........................................................................................... 214
GAMBAR 5.17 RASIO POSYANDU TERHADAP DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012.......................................................................................................... 215
GAMBAR 5.18 PERKEMBANGAN JUMLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI
POLTEKKES DAN NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2008-2012................... 217
GAMBAR 5.19 PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 218
GAMBAR 5.20 PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI NON-POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 219
GAMBAR 5.21 RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2012.......................................................................................................... 222
GAMBAR 5.22 RASIO PERAWAT TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2012.......................................................................................................... 223
GAMBAR 5.23 RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012................................................ 224
GAMBAR 5.24 JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DI INDONESIA TAHUN 2012........ 225
GAMBAR 5.25 KEBERADAAN DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT
DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 227
GAMBAR 5.26 PERSENTASE PENGANGKATAN DOKTER/DOKTER GIGI SPESIALIS,
DOKTER UMUM, DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP
(PTT) DI INDONESIA TAHUN 2012......................................................................... 228
GAMBAR 5.27 ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2008 – 2012.............................................................................................. 232
GAMBAR 5.28 PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP APBD MENURUT
PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012.................................................................. 233
GAMBAR 5.29 PERSENTASE PENDUDUK YANG DILINDUNGI JAMINAN KESEHATAN
MASYARAKAT/ ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2012...................... 234
GAMBAR 5.30 PERSENTASE PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN PESERTA
JAMKESMAS TAHUN 2012..................................................................................... 235
GAMBAR 5.31 PERSENTASE PENYERAPAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN
(BOK) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012.............................................................. 236

xix
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Bab 6. Perbandingan Indonesia Dengan Negara Anggota Asean Dan Sear


GAMBAR 6.1 JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012............................. 242
GAMBAR 6.2 KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR (Jiwa per km2)
TAHUN 2011.......................................................................................................... 243
GAMBAR 6.3 PERKIRAAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2001-2011 ................................................. 244
GAMBAR 6.4 KOMPOSISI PENDUDUK YANG PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 246
GAMBAR 6.5 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012..... 247
GAMBAR 6.6 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012..... 248
GAMBAR 6.7 INDEKS KETIDAKSETARAAN GENDER DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012... 251
GAMBAR 6.8 ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012............... 253
GAMBAR 6.9 ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011................... 254
GAMBAR 6.10 PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011.......... 256
GAMBAR 6.11 ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011........................ 257
GAMBAR 6.12 ANGKA KEMATIAN BALITA (PER 1000 KELAHIRAN HIDUP)
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 259
GAMBAR 6.13 ANGKA KEMATIAN IBU DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010......................... 260
GAMBAR 6.14 ANGKA KEMATIAN KASAR (PER 1000 PENDUDUK) DI NEGARA
ASEAN & SEAR TAHUN 2011.................................................................................. 262
GAMBAR 6.15 ANGKA HARAPAN HIDUP DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012 .................... 264
GAMBAR 6.16 PREVALENSI TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 265
GAMBAR 6.17 KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 266
GAMBAR 6.18 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT FLU BURUNG
DI NEGARA ASEAN DAN SEAR TAHUN 2003-2012 ................................................ 267
GAMBAR 6.19 JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2004-2012................. 270
GAMBAR 6.20 CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN CAMPAK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012.... 273
GAMBAR 6.21 PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011......... 275
GAMBAR 6.22 ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010.......... 275
GAMBAR 6.23 PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN AIR MINUM LAYAK
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011................................................ 276
GAMBAR 6.24 PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI LAYAK
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011................................................ 277
GAMBAR 6.25 PERSENTASE PENGELUARAN KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2010.......................................................................................................... 279
GAMBAR 6.26 PREVALENSI BALITA STUNTING DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2007-2011................................................................................................. 281



xx
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

daftar tabel
TABEL 2.1 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT
JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 11
TABEL 2.2 ESTIMASI PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 12
TABEL 2.3 PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA
DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012................... 15
TABEL 2.4 PERSEBARAN DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT KELOMPOK
BESAR PULAU DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012.................................................. 19
TABEL 2.5 JUMLAH KABUPATEN PERBATASAN DAN PUSKESMAS PRIORITAS DTPK
DI INDONESIA TAHUN 2011..................................................................................... 23
TABEL 3.1 PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN
YANG PERNAH MENDENGAR TENTANG HIV AIDS MENURUT KARAKTERISTIK
LATAR BELAKANG TAHUN 2012 .............................................................................. 82
TABEL 3.2 PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN
TENTANG CARA MENGURANGI RISIKO TERKENA HIV AIDS MENURUT
KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG TAHUN 2012..................................................... 84
TABEL 3.3 SITUASI FLU BURUNG MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2005-2012.... 105
TABEL 3.4 DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS DI 5 PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2005 – 2012.............................................................................................. 109
TABEL 4.1 PENEMUAN PENDERITA HIV DAN AIDS DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012......... 162
TABEL 4.2 ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR) DAN ANGKA CACAT TINGKAT II
KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012............................................................ 172
TABEL 4.3 PROVINSI DENGAN KABUPATEN/KOTA YANG MENGEMBANGKAN DETEKSI
DINI KANKER PAYUDARA DAN KANKER LEHER RAHIM.......................................... 182
TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012....................................................................... 204
TABEL 5.2 JUMLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN GIGI . ................................ 216
SAMPAI DENGAN 31 MARET 2013........................................................................ 216
TABEL 5.3 JUMLAH LULUSAN PROGRAM DIPLOMA III POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
TAHUN 2008-2012................................................................................................. 220
TABEL 6.1 JUMLAH KASUS POLIO NEGARA ASEAN DAN SEAR TAHUN 2005-2011................ 269



xxi
Profil Kesehatan Indonesia 2012

DAFTAR LAMPIRAN
BAB 2. GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK
LAMPIRAN 2.1 PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.2 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR
DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012 287
LAMPIRAN 2.3 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN RASIO JENIS
KELAMIN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 288
LAMPIRAN 2.4 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KEPADATAN
PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 289
LAMPIRAN 2.5 ESTIMASI JUMLAH LAHIR HIDUP, JUMLAH BAYI (0 TAHUN), JUMLAH BATITA
(0-2 TAHUN), JUMLAH ANAK BALITA (1 - 4 TAHUN), JUMLAH BALITA (0 - 4
TAHUN) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 290
LAMPIRAN 2.6 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK
UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012 291
LAMPIRAN 2.7 ESTIMASI JUMLAH WANITA USIA SUBUR (15 - 49 TAHUN), WUS IMUNISASI
(15 - 39 TAHUN), IBU HAMIL, IBU BERSALIN DAN IBU NIFAS MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.8 ESTIMASI JUMLAH ANAK PRA-SEKOLAH, JUMLAH ANAK USIA KELAS 1 SD/
SETINGKAT, DAN JUMLAH ANAK USIA SD/SETINGKAT MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.9 IN DIKATOR KONSUMSI TERPILIH DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2012
LAMPIRAN 2.10 INDEKS GINI MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 2.11 PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN MENURUT
KELOMPOK BARANG MAKANAN DAN NON MAKANAN INDONESIA TAHUN
2007-2012
LAMPIRAN 2.12 PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN DI DAERAH PERKOTAAN
DAN PERDESAAN MENURUT KELOMPOK BARANG DAN GOLONGAN
PENGELUARAN PER-KAPITA SEBULAN TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.13 PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN DI DAERAH
PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENURUT KELOMPOK BARANG TAHUN 2010
- 2011
LAMPIRAN 2.14 PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN MENURUT
KELOMPOK BARANG INDONESIA TAHUN 2010 - 2011
LAMPIRAN 2.15 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH PENDUDUK MISKIN, DAN PERSENTASE
PENDUDUK MISKIN TAHUN 1996 - 2012
LAMPIRAN 2.16 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI
DAERAH PERKOTAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2012
LAMPIRAN 2.17 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI
DAERAH PERDESAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012
LAMPIRAN 2.18 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI
DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 -
2012
LAMPIRAN 2.19 JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI DAN
TIPE DAERAH TAHUN 2010 - 2012
LAMPIRAN 2.20 INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) DAN INDEKS KEPARAHAN
KEMISKINAN (P2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012
LAMPIRAN 2.21.1 INDIKATOR PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2011

xxii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

LAMPIRAN 2.21.2 INDIKATOR PENDIDIKAN DI INDONESIA (LANJUTAN) TAHUN 2007 - 2011


LAMPIRAN 2.22 PERSENTASE PENDUDUK 15 TAHUN KE ATAS MENURUT DAERAH TEMPAT
TINGGAL, JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKANSTTB TERTINGGI
YANG DIMILIKI TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.23 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS MENURUT GOLONGAN
UMUR DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.24 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 7 - 24 TAHUN KE ATAS MENURUT STATUS
PENDIDIKANTAHUN 2011
LAMPIRAN 2.25 ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDIDIKANMENURUT PROVINSI
TAHUN 2007 - 2011
LAMPIRAN 2.26 ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) PENDIDIKANMENURUT PROVINSI TAHUN
2007 - 2011
LAMPIRAN 2.27 ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) PENDIDIKANMENURUT PROVINSI TAHUN
2007 - 2011
LAMPIRAN 2.28 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI,
JENIS KELAMIN, KEPANDAIAN MEMBACA DAN MENULIS TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.29 PERSENTASE PENDUDUK BUTA HURUF MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN
2007 - 2011
LAMPIRAN 2.30 JUMLAH KECAMATAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PUSKESMAS DI
45 KABUPATEN PERBATASAN DAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR
BERPENDUDUK SASARAN PRIORITAS DALAM PENGEMBANGAN PELAYANAN
KESEHATAN DTPK* TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.31 JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL MENURUT PROVINSI
TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 2.32 DAFTAR KABUPATEN/KOTA PENYELENGGARA KABUPATEN/KOTA SEHAT (KKS)
DI INDONESIA SAMPAI DESEMBER 2012**
LAMPIRAN 2.33 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG AKSES AIR MINUM LAYAK DAN AIR
KEMASAN/ISI ULANG TAHUN 1993 - 2012
LAMPIRAN 2.34 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT
TINGGAL DAN SUMBER AIR MINUM LAYAK DI INDONESIA TAHUN 2008 -
2012
LAMPIRAN 2.35 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI DAN SUMBER AIR
MINUM TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.36 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT
TINGGAL DAN FASILITAS AIR MINUM DI INDONESIA TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.37 REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM PDAM TAHUN
2012
LAMPIRAN 2.38 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK TAHUN 1993
- 2012
LAMPIRAN 2.39 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT
TINGGAL DAN SANITASI LAYAK DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 2.40 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT
TINGGAL DAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR DI INDONESIA TAHUN
2011
LAMPIRAN 2.41 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
TINJA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.42 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT
TINGGAL DAN RUMAH TANGGA KUMUH DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 2.43 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2011
LAMPIRAN 2.44 JUMLAH LOKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BERDASARKAN IN
DIKATOR INPRES NOMOR 3 TAHUN 2011 DAN 2012

xxiii
Profil Kesehatan Indonesia 2012

LAMPIRAN 2.45 PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS)
TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.46.1 PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.46.2 PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA (LANJUTAN 1) TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.46.3 PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA (LANJUTAN 2) TAHUN 2012

BAB 3. SITUASI DERAJAT KESEHATAN


LAMPIRAN 3.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL, ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA
KEMATIAN BALITA TAHUN 2012 DAN ANGKA HARAPAN HIDUP MENURUT
PROVINSI TAHUN 2011
LAMPIRAN 3.2 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2010- 2011
LAMPIRAN 3.3 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT
UMUR (BB/U) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
LAMPIRAN 3.4 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT
UMUR (TB/U) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
LAMPIRAN 3.5 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT
TINGGI BADAN (BB/TB MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
LAMPIRAN 3.6 BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (TB/U DAN BB/TB) MENURUT
PROVINSI TAHUN 2010 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN
TINGGI BADAN MENURUT UMUR DAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI
BADAN (TB/U DAN BB/TB) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
LAMPIRAN 3.7 PREVALENSI STATUS GIZI PENDUDUK DEWASA (>18 TAHUN) BERDASARKAN
KATEGORI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PROVINSI TAHUN 2010
LAMPIRAN 3.8 JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT JENIS KELAMIN DAN
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.9 JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT KELOMPOK UMUR,
JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.10 HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.11 CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP DAN
ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN (SUCCESS RATE) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.12 JUMLAH KASUS BARU AIDS DAN KASUS KUMULATIF AIDS MENURUT
PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2012
LAMPIRAN 3.13 JUMLAH KASUS BARU INFEKSI HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
LAMPIRAN 3.14 JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIKAN
(IDU) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2012
LAMPIRAN 3.15 JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI DAN
KELOMPOK UMUR TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.16 CASE FATALITY RATE PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI DAN
KELOMPOK UMUR TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.17 KEJA DIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
LAMPIRAN 3.18 PENEMUAN KASUS DIARE DITANGANI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.19 JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN CASE DETECTION RATE (CDR) PER 100.000
PENDUDUK MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.20 PROPORSI KECACATAN KUSTA TINGKAT 2 DAN KASUS KUSTA PADA ANAK
0-14 TAHUN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

xxiv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

LAMPIRAN 3.21 JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.22 JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.23 JUMLAH KASUS CAMPAK PER BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.24 JUMLAH KASUS CAMPAK DAN KASUS CAMPAK YANG DIVAKSINASI
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.25 FREKUENSI KLB DAN JUMLAH KASUS PADA KLBCAMPAK MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.26 MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 KLBCAMPAK BERDASARKAN KONFIRMASI
LABORATORIUM
LAMPIRAN 3.27 JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.28 JUMLAH KASUS DIFTERI PER BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.29 MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KASUS NON POLIO AFP DAN
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN
LAMPIRAN 3.30 JUMLAH KASUS, MENINGGAL DAN CASE FATALITY RATE (%) FLU BURUNG
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2012
LAMPIRAN 3.31 JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN MALARIA PER 1.000 PENDUDUK
BERISIKO MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.32 ANNUAL PARASITE INSIDENCE (API) MALARIA MENURUT PROVINSI TAHUN
2008-2012
LAMPIRAN 3.33 JUMLAH PENDERITA, INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK, KASUS
MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (%) DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD/DHF)MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.34 JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
LAMPIRAN 3.35 SITUASI RABIES MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2010-2012
LAMPIRAN 3.36 JUMLAH PENDERITA FILARIASIS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN
2008-2012
LAMPIRAN 3.37 SITUASI PENYAKIT BERSUMBER BINATANG DI INDONESIA TAHUN 2012
LAMPIRAN 3.38 REKAPITULASI KEJA DIAN BENCANA DAN JUMLAH KORBAN TAHUN 2012

BAB 4. SITUASI UPAYA KESEHATAN


LAMPIRAN 4.1 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1, K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA
KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN IBU NIFAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.2 CAKUPAN PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT PROVINSI TAHUN
2012
LAMPIRAN 4.3 PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.4 PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.5 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.6 PERSENTASE WANITA BERSTATUS KAWIN UMUR 15-49 TAHUN MENURUT
ALAT ATAU CARA KB YANG DIPAKAI DAN PROVINSI HASIL SDKI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.7 JUMLAH FASILITAS KESEHATAN KELUARGA BERENCANA (KB) MENURUT
PROVINSI TAHUN 2010-2012
LAMPIRAN 4.8 CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL DENGAN KOMPLIKASI DAN OBSTETRI
DENGAN KOMPLIKASI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.9 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.10 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012

xxv
Profil Kesehatan Indonesia 2012

LAMPIRAN 4.11 CAKUPAN SEKOLAH DASAR (SD) YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN


SISWA SD/MI KELAS 1 MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.12 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU
LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.13 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU
TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.14 JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PEMBINAAN KESEHATAN ANAK DI
PANTI ANAK TERLANTAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.15 PUSKESMAS MEMBINA LAPAS/RUTAN ANAK MENURUT PROVINSI TAHUN
2012
LAMPIRAN 4.16 PUSKESMAS MEMBINA KESEHATAN ANAK PENYAN DANG CACAT MELALUI
PROGRAM UKS DI SEKOLAH LUAR BIASA SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.17 CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET BESI (FE3) PADA IBU HAMIL MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.18 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN
BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.19 PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.20 PERSENTASE ANAK USIA 2 - 4 TAHUN YANG MENDAPAT ASI EKSLUSIF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011
LAMPIRAN 4.21 CAKUPAN BALITA DITIMBANG MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.22 KASUS GIZI BURUK DITEMUKAN DAN MENDAPAT PERAWATAN MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.23 CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.24 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009-2012
LAMPIRAN 4.25 DROP OUT RATE CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - CAMPAK PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007-2012
LAMPIRAN 4.26 CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.27 CAKUPAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.28 CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.29 JUMLAH LAYANAN DAN KUNJUNGAN KONSELING DAN TES HIV MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.30 JUMLAH LAYANAN PERAWATAN, DUKUNGAN, DAN PENGOBATAN (PDP),
PENCEGAHAN DAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA) INFEKSI
MENULAR SEKSUAL (IMS), PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM),
DAN TB-HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.31 CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP, DAN
SUCCESS RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.32 PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.33 TOTAL AFP RATE, NON POLIO AFP RATE, SPESIMEN ADEKUAT, DAN
KUNJUNGAN ULANG 60 HARI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.34 JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.35 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL) PESERTA
JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.36 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RJTL) PESERTA
JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

xxvi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

LAMPIRAN 4.37 JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.38 JUMLAH KABUPATEN/KOTA MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRA
DISIONAL, ALTERNATIF, DAN KOMPLEMENTER MENURUT PROVINSI SAMPAI
DENGAN TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.39 PERSENTASE KETERSE DIAAN OBAT DAN VAKSIN DI SELURUH INDONESIA
BULAN DESEMBER 2012
LAMPIRAN 4.40 PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA SARANA PELAYANAN KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.41 JUMLAH JEMAAH HAJI WAFAT DAN PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG
MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN DAN PEMBINAAN KESEHATAN HAJI SESUAI
STANDAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


LAMPIRAN 5.1 JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK MENURUT
PROVINSI TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 5.2 JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN PUSKESMAS NON PERAWATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 5.3 JUMLAH PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DENGAN PELAYANAN
PENGEMBANGAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.4 MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH RUMAH SAKIT
DI INDONESIA
LAMPIRAN 5.5 JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR MENURUT PENGELOLA
TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 5.6 JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDUR MENURUT JENIS
RUMAH SAKIT TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 5.7 JUMLAH RUMAH SAKIT DAN TEMPAT TIDUR MENURUT KELAS RUMAH
SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.8 JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT MENURUT KELAS PERAWATAN
DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.9 JUMLAH SARANA PRODUKSI.BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2012
LAMPIRAN 5.10 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2011
LAMPIRAN 5.11 JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.12 JUMLAH RW, DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF SERTA POSYANDU
MENURUT PROVINSI DAN TINGKATAN (STRATA) DI INDONESIA TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.13 LAYANAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (TRM) MENURUT
PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.14 LAYANAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.15 JUMLAH PROGRAM STU DI DIPLOMA IV INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN
(POLTEKKES) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN
2012
LAMPIRAN 5.17 JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLITEKNIK
KESEHATAN (POLTEKKES) MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.16 JUMLAH INSTITUSI NON POLITEKNIK KESEHATAN (NON-POLTEKKES)
JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT) MENURUT JURUSAN/PROGRAM STU DI
DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.18 JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES JENJANG PENDIDIKANTINGGI
(JPT) MENURUT STATUS KEPEMILIKAN TAHUN 2012

xxvii
Profil Kesehatan Indonesia 2012

LAMPIRAN 5.19 REKAPITULASI PESERTA DI DIK DIPLOMA III POLTEKKES MENURUT JENIS
TENAGA KESEHATAN TAHUN AJARAN 2012/2013
LAMPIRAN 5.20 REKAPITULASI PESERTA DI DIK NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKANTINGGI
(JPT) MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN AJARAN 2012/2013
LAMPIRAN 5.21 REKAPITULASI LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.22 JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES MENURUT JURUSAN/PROGRAM
STU DI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN 2012/2013
LAMPIRAN 5.23 JUMLAH LULUSAN DIKNAKES NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN
TINGGI (JPT) MENURUT PROGRAM STU DI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN
2012/2013
LAMPIRAN 5.24 REKAPITULASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN MENURUT
PROVINSI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.25 JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.26 RASIO DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BI DAN TERHADAP
JUMLAH PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.27 JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.28 REKAPITULASI DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI DAN
DOKTER GIGI SPESIALIS YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.29 REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI SURAT TANDA
REGISTRASI (STR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 SAMPAI DENGAN
DESEMBER TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.30 REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN INDONESIA YANG BEKERJA DI LUAR
NEGERI MENURUT JENIS TENAGA DAN NEGARA TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.31 REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI
SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA
WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.32 REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK
TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN
2012 (KON DISI 31 DESEMBER 2012)
LAMPIRAN 5.33 REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP
(PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KON DISI 31
DESEMBER 2012
LAMPIRAN 5.34 REKAPITULASI KEBERADAAN BI DAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KON DISI 31 DESEMBER
2012
LAMPIRAN 5.35 REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI
SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA
WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.36 REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK
TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.37 REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK
TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.38 REKAPITULASI PENGANGKATAN BI DAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP
(PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.39 REKAPITULASI PENGANGKATAN TENAGA RESIDEN DAN TENAGA
PENUGASAN KHUSUS D-III KESEHATAN DI KABUPATEN PRIORITAS DTPK

xxviii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

DAN DBK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012


LAMPIRAN 5.40 ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
MENURUT ESELON I TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.41 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAH
PROVINSI MENURUT FUNGSI DAN PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.42 DATA CAKUPAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2012
LAMPIRAN 5.43 ALOKASI DAN REALISASI BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

BAB 6. PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASEAN DAN SEAR


LAMPIRAN 6.1 PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2012
LAMPIRAN 6.2 ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA DI NEGARA ASEAN & SEAR
LAMPIRAN 6.3 HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) DAN GENDER INEQUALITY INDEX (GII) DI
NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011 - 2012
LAMPIRAN 6.4 PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN AIR MINUM LAYAK DAN YANG
MENGGUNAKAN SARANA SANITASI LAYAK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN
2011
LAMPIRAN 6.5 PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN
2010/2011
LAMPIRAN 6.6 ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011
LAMPIRAN 6.7 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA DI NEGARA-
NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2004-2012
LAMPIRAN 6.8 JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN
IMUNISASI DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012
LAMPIRAN 6.9 PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI NEGARA ASEAN &
SEAR TAHUN 2011
LAMPIRAN 6.10 PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2005 -
2012
LAMPIRAN 6.11 PEMBIAYAAN KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010
LAMPIRAN 6.12 PREVALENSI BALITA MENURUT STATUS GIZI DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN
2007 - 2011



xxix
Profil Kesehatan indonesia 2012

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI......................iv
SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.....................................................v
DAFTAR SINGKATAN............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL................................................................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................... xxii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................................2
BAB 2. GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK..............................................6
A. KEADAAN PENDUDUK.........................................................................................7
B. KEADAAN EKONOMI . .......................................................................................13
C. KEADAAN PENDIDIKAN.....................................................................................23
D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN.............................................................33
1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas......................................................33
2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar...................................................38
3. Rumah Tangga Kumuh..................................................................................42
4. Rumah Sehat ................................................................................................43
E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT.................................................................44
1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ..................................................44
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).......................................................47
3. Kabupaten/Kota Sehat (KKS).........................................................................48
4. Kawasan Tanpa Rokok (KTR).........................................................................49
BAB 3. SITUASI DERAJAT KESEHATAN................................................................................54
A. MORTALITAS . ....................................................................................................54
1. Angka Kematian Neonatal (AKN)..................................................................54
2. Angka Kematian Bayi (AKB)...........................................................................57
3. Angka Kematian Balita (AKABA)....................................................................60
4. Angka Kematian Ibu (AKI) ............................................................................62
B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA...................................................................64
C. STATUS GIZI ......................................................................................................67
1. Status Gizi Balita...........................................................................................67
2. Status Gizi Penduduk Dewasa.......................................................................68
D. MORBIDITAS.......................................................................................................69
1. Penyakit Menular..........................................................................................79
a. Tuberkulosis Paru..................................................................................69
i. Kasus Baru dan Prevalensi BTA Positif..........................................70
ii. Proporsi Pasien Baru BTA Positif di antara Semua Kasus..............71
iii. Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)...........73
iv. Angka Penemuan Kasus................................................................75
b. HIV & AIDS............................................................................................76
i. Jumlah Kasus HIV Positif dan AIDS...............................................76
ii. Angka Kematian Akibat AIDS .......................................................81
iii. Pengetahuan AIDS........................................................................81

xxx
Profil Kesehatan indonesia 2012

c. Pneumonia............................................................................................85
d. Kusta . .................................................................................................87
e. Diare . .................................................................................................90
2. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)................................91
a. Tetanus Neonatorum............................................................................91
b. Campak ...............................................................................................92
c. Difteri . .................................................................................................94
d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut).................95
3. Penyakit Bersumber Binatang.......................................................................96
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)..........................................................96
b. Chikungunya ........................................................................................98
c. Filariasis................................................................................................99
d. Malaria................................................................................................100
e. Angka Kesakitan Malaria.....................................................................102
f. Flu Burung...........................................................................................104
g. Rabies .................................................................................................107
h. Leptospirosis ......................................................................................108
i. Antraks................................................................................................111
4. Penyakit Tidak Menular .............................................................................112
a. Diabetes Melitus.................................................................................112
b. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah..............................................112
E. DAMPAK KESEHATAN AKIBAT BENCANA......................................................114
BAB 4. SITUASI UPAYA KESEHATAN..................................................................................118
A. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK...............................................................118
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil..................................................................119
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin .............................................................123
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas ..................................................................126
4. Penanganan Komplikasi Maternal...............................................................128
5. Penanganan Komplikasi Neonatal...............................................................130
6. Kunjungan Neonatal...................................................................................132
7. Pelayanan Kesehatan pada Bayi..................................................................135
8. Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita......................................................137
9. Pelayanan Kesehatan pada Siswa SD dan Setingkat....................................138
10. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)...............................................141
11. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA) . ..........143
12. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti................144
13. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)...........................................................146
B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT......................................................................148
1. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (Fe) . .............................148
2. Pemberian Kapsul Vitamin A . ....................................................................150
3. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif...............................................................152
4. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)........................................154
C. PELAYANAN IMUNISASI..................................................................................156
1. Imunisasi Dasar pada Bayi..........................................................................156
2. Imunisasi pada Ibu Hamil............................................................................160

xxxi
Profil Kesehatan indonesia 2012

D. UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT ................................................................162


1. Pengendalian HIV AIDS...............................................................................162
2. Pengendalian Penyakit TB Paru...................................................................164
a. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di Antara Suspek yang Diperiksa......164
b. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ (Case Detection Rate/CDR)
dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate/SR)...................166
3. Pengendalian Penyakit Malaria...................................................................168
4. Pengendalian Penyakit ISPA........................................................................170
5. Pengendalian Penyakit Kusta......................................................................172
6. Pengendalian Penyakit Polio.......................................................................173
7. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)...........................176
8. Pengendalian Penyakit Filariasis.................................................................178
9. Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah................................180
10. Pengendalian Penyakit Kanker....................................................................181
11. Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik.............184
E. UPAYA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ............................................185
1. Ketersediaan Obat dan Vaksin....................................................................185
2. Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan......................188
F. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT......................................189
BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN.....................................................................194
A. SARANA KESEHATAN.......................................................................................194
1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).................................................194
a. Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED)..................................................................198
b. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).......200
c. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja........................................201
d. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga..................................202
e. Puskesmas dengan Tatalaksana Kasus Kekerasan
terhadap Anak (KtA)...........................................................................202
2. Rumah Sakit................................................................................................203
a. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK).......................................................................208
b. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)........................................209
c. Layanan Pencegahan Penularan HIV...................................................209
d. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer.......210
3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.........211
4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat...........................................214
5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan.......................................................216
a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi...............................................216
b. Akreditasi Institusi..............................................................................219
c. Peserta Didik.......................................................................................220
d. Lulusan...............................................................................................220
B. TENAGA KESEHATAN..........................................................................................221
1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan...........................................................222
a. Tenaga Kesehatan di Puskesmas.........................................................223

xxxii
Profil Kesehatan indonesia 2012

b. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit..........................................................225


2. Tenaga Kesehatan dengan Status Pegawai Tidak Tetap (PTT).....................226
3. Tenaga Kesehatan dengan Status Penugasan Khusus.................................229
4. Registrasi Tenaga Kesehatan.......................................................................229
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN . ..........................................................................231
1. Anggaran Kementerian Kesehatan..............................................................231
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bidang Kesehatan ......232
3. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat ............................................234
4. Bantuan Operasional Kesehatan.................................................................235
BAB 6. PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA
ASEAN DAN SEAR...............................................................................................240
A. KEPENDUDUKAN.............................................................................................241
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk . ............................................................241
2. Laju Pertumbuhan Penduduk ....................................................................243
3. Penduduk Menurut Kelompok Umur . .......................................................245
4. Indeks Pembangunan Manusia...................................................................247
5. Gender Inequality Index..............................................................................249
6. Total Fertility Rate ......................................................................................252
7. Angka Kelahiran Kasar . ..............................................................................253
8. Sosial Ekonomi ...........................................................................................254
B. DERAJAT KESEHATAN .....................................................................................257
MORTALITAS.....................................................................................................257
1. Angka Kematian Bayi . ................................................................................257
2. Angka Kematian Balita ...............................................................................258
3. Angka Kematian Ibu....................................................................................260
4. Angka Kematian Kasar . ..............................................................................262
5. Angka Harapan Hidup.................................................................................263
MORBIDITAS.....................................................................................................264
1. Prevalensi Tuberkulosis ..............................................................................264
2. Flu Burung (Avian Influenza).......................................................................267
3. Polio............................................................................................................269
4. Campak.......................................................................................................271
5. Tetanus Neonatorum..................................................................................271
C. UPAYA KESEHATAN..........................................................................................272
1. Cakupan Imunisasi .....................................................................................272
2. Pengendalian TB Paru.................................................................................274
3. Air Minum Layak dan Sanitasi ...................................................................276
4. Pelayanan Kesehatan Ibu ...........................................................................278
D. PEMBIAYAAN KESEHATAN..............................................................................279
E. STATUS GIZI......................................................................................................280
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................282
LAMPIRAN.......................................................................................................................285


xxxiii
Menkes berdialog santai dengan ibu-ibu kader di Ternate
Foto: Puskom Publik
BAB 1
PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
BAB 1. PENDAHULUAN

P
rofil Kesehatan Indonesia yang pertama diterbitkan pada tahun 1988. Sejak
saat itu Profil Kesehatan Indonesia terbit setiap tahunnya hingga saat ini.
Profil diterbitkan dalam bahasa Indonesia, dan pada tahun 2003, selain
berbahasa Indonesia, diterbitkan juga dalam bahasa Inggris. Profil kesehatan Indonesia
membahas beberapa topik yang terdapat dalam setiap bab yang disajikan dalam urutan
sebagai berikut:

BAB GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum, yang meliputi kependudukan,


perekonomian, dan lingkungan fisik serta perilaku penduduk yang terkait dengan
kesehatan. Indonesia tergolong struktur penduduk muda dengan masih banyak
penduduk yang berumur 0-14 sebesar 28,87% dan juga ditopang oleh penduduk usia
produktif sebanyak 66% merupakan potensi besar bagi Indonesia untuk membangun
lebih maju. Selain itu jumlah penduduk usia tua juga menjadi perhatian bagi kebijakan
pemerintah dalam menangani usia lanjut karena pada tahun 2012 jumlah penduduk
lanjut usia (>65 tahun) juga mengalami peningkatan karena umur harapan hidup
semakin tinggi, dari 69,09 pada tahun 2007 menjadi 69,65 tahun 2012.

BAB SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan, yang mencakup
tentang angka kematian, indeks pembangunan manusia termasuk angka harapan
hidup, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat. Angka kematian pada bayi, balita,
pendahuluan

dan maternal selama beberapa tahun ini menggunakan data SDKI 2007. Sedangkan
pada Profil Kesehatan Indonesia 2012 angka kematian menggunakan data mutakhir
yang merupakan hasil SDKI 2012. Angka kematian neonatal, bayi, dan balita mengalami
penurunan walaupun tidak setajam hasil SDKI sebelumnya.

BAB SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab ini berisi uraian tentang upaya kesehatan yang merupakan pelaksanaan program
pembangunan di bidang kesehatan. Upaya kesehatan yang diuraikan pada Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2012 mencakup program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
perbaikan gizi masyarakat, imunisasi, pengendalian penyakit, kefarmasian dan alat
kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Upaya kesehatan ibu dan anak
diharapkan mampu menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian anak
sebagaimana yang telah disepakati dalam komitmen global MDGs.

BAB SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai
tahun 2012. Gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan
sarana/fasilitas kesehatan, sarana produksi/distribusi obat dan perbekalan kesehatan,
institusi pendidikan tenaga kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
Salah satu yang dibahas dalam bab ini adalah ketersedian puskesmas dan rumah sakit
beserta rasionya.

BAB PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASEAN DAN SEAR

Bab ini menyajikan perbandingan antar negara anggota ASEAN dan negara anggota
SEAR dimana Indonesia menjadi anggota dari kedua organisasi tersebut. Beberapa
indikator yang dibandingkan meliputi data kependudukan, Angka Kelahiran, Angka
Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, Gender Inequality Index, data tuberkulosis,
angka estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi,
dan cakupan imunisasi pada bayi.

3
Anak-anak sehat berkat Jamkesmas di Ambon - 2012
Foto: Puskom Publik

GAMBARAN UMUM
DAN PERILAKU PENDUDUK
Profil Kesehatan indonesia 2012

BAB 2. GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU


PENDUDUK

I
ndonesia secara geografis terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan
Australia serta di antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik. Kondisi ini membuat letak Indonesia sangat strategis karena posisi
Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra memungkinkan menjadi
persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu lintas udara maupun laut dan sebagai titik
persilangan kegiatan perekonomian dunia, antara perdagangan negara-negara industri
dan negara-negara yang sedang berkembang. Secara astronomis, Indonesia terletak
antara 6o Lintang Utara sampai 11o Lintang Selatan dan 95o sampai 141o Bujur Timur
yang meliputi rangkaian pulau antara Sabang sampai Merauke.

Menurut data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau 13.466, luas daratan 1.922.570
km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Luasan wilayah dalam peta NKRI dari masa ke
masa memperlihatkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengalami
beberapa perubahan. Saat ini peta NKRI yang terbaru memperlihatkan penambahan
luas wilayah yurisdiksi Kelautan Republik Indonesia di luar 200 mil laut seluas 4.209
Km2 yang terletak di sisi barat laut Pulau Sumatera, yang disetujui dan disahkan oleh
PBB tanggal 17 Agustus 2010 lalu, saat menggelar sidang di New York Amerika Serikat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2011 tentang Kode dan
Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Kementerian Dalam Negeri menunjukkan
bahwa pada tahun 2012 secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi,
497 kabupaten/kota (399 kabupaten dan 98 kota), 6.994 kecamatan, 8.216 kelurahan

6
gambaran umum dan perilaku penduduk

dan 69.249 desa. Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat
istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Keragaman dalam berbagai
aspek tersebut juga terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Pembagian wilayah Indonesia secara administratif menurut provinsi pada tahun 2012
dapat dilihat pada Lampiran 2.1.

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk
pada tahun 2012 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan
pendidikan, keadaan kesehatan lingkungan, dan keadaan perilaku penduduk.

A. KEADAAN PENDUDUK
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar
237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.630.913 penduduk laki-laki dan 118.010.413
penduduk perempuan. Estimasi jumlah penduduk tahun 2012 dilaksanakan oleh Pusat
Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan dengan bantuan dari Badan Pusat Statistik.
Estimasi dilakukan dengan metode geometrik yang berasumsi bahwa laju pertumbuhan
penduduk konstan setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk yang digunakan
adalah Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2010 (LPP 2000-2010). Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu
tertentu dibandingkan waktu sebelumnya.

GAMBAR 2.1
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi

7
Profil Kesehatan indonesia 2012

Hasil estimasi jumlah penduduk pada tahun 2012 sebesar 244.775.797 jiwa, yang terdiri
dari jumlah penduduk laki-laki sebesar 123.222.475 dan jumlah penduduk perempuan
121.553.322 dengan rasio jenis kelamin 101. Angka ini berarti bahwa terdapat 101 laki-
laki di antara 100 perempuan. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran
2.3.

Estimasi jumlah penduduk tahun 2012 berasumsi bahwa laju/angka pertumbuhan


penduduk bersifat konstan setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk yang
digunakan adalah laju pertumbuhan penduduk provinsi. Pada Gambar 2.1, estimasi
jumlah penduduk tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah
penduduk sebesar 44.655.786, Jawa Timur sebesar 38.006.413 dan Jawa Tengah
sebesar 32.586.588. Estimasi jumlah penduduk terendah terdapat di Provinsi Papua
Barat dengan jumlah penduduk sebesar 816.986, Gorontalo sebesar 1.086.506 dan
Maluku Utara sebesar 1.088.794.

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk
piramida penduduk. Berdasarkan estimasi jumlah penduduk yang telah dilakukan,
dapat disusun sebuah piramida penduduk tahun 2012. Dasar piramida menunjukkan
jumlah penduduk, badan piramida bagian kiri menunjukkan banyaknya penduduk laki-
laki dan badan piramida bagian kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan.

GAMBAR 2.2
ESTIMASI PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi

8
gambaran umum dan perilaku penduduk

Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur
penduduk muda, dewasa, dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan
kependudukan, sosial, budaya, dan ekonomi.

Pada Gambar 2.2 ditunjukkan bahwa struktur penduduk di Indonesia termasuk


struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia
muda (0–14 tahun) yang masih tinggi, walaupun jumlah kelahiran telah menurun jika
dibandingkan dengan lima tahun yang lalu. Angka harapan hidup semakin meningkat
yang ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk usia tua, untuk laki-laki dan
perempuan. Badan piramida membesar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia
produktif terutama pada kelompok umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun, baik laki-laki
maupun perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar. Hal ini
dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup, kondisi ini mengharuskan
adanya kebijakan terhadap penduduk usia tua, karena golongan penduduk ini relatif
tidak produktif. Rincian estimasi jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok
umur di Indonesia tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 2.2.

Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) per tahun
selama tahun 1971–1980 sebesar 2,31% dan menurun secara tajam selama rentang
tahun 1990–2000. Pada tahun 2000 LPP sebesar 1,40%, penurunan laju pertumbuhan
penduduk ini dimungkinkan karena berhasilnya program keluarga berencana yang
dicanangkan oleh pemerintah pada masa itu. Kebijaksanaan kependudukan yang
diambil pemerintah tidak hanya menurunkan angka fertilitas tetapi diharapkan ikut
meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Hal berbeda terjadi di periode 2000–2010, LPP sebesar 1,49% per tahun, sedikit
meningkat jika dibandingkan dengan LPP pada tahun 1990–2000. Peningkatan yang
terjadi masih relatif kecil, dimungkinkan karena program keluarga berencana tidak
mampu lagi menghambat angka kelahiran di Indonesia. Semakin tinggi laju pertumbuhan
penduduk menyebabkan jumlah penduduk yang semakin banyak di masa yang akan
datang.

Kepadatan penduduk menunjukkan banyaknya penduduk per kilometer persegi. Hasil


estimasi penduduk menunjukkan pada tahun 2012 kepadatan penduduk di Indonesia
sebesar 128 penduduk per km2. Estimasi kepadatan penduduk paling besar terdapat
di Provinsi DKI Jakarta dengan kepadatan penduduk 14.864, Jawa Barat sebesar 1.262
dan Banten 1.161. Estimasi kepadatan penduduk paling kecil terdapat di Provinsi Papua
Barat dengan kepadatan penduduk 8, Papua sebesar 9 dan Kalimantan Tengah sebesar
14,91. Rincian kepadatan penduduk menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.4.
9
Profil Kesehatan indonesia 2012

GAMBAR 2.3
ESTIMASI KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi

Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk
mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban Tanggungan atau Dependency
Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara
banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun
ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (umur 15–64 tahun).
Secara kasar perbandingan angka beban tanggungan menunjukkan dinamika beban
tanggungan umur produktif terhadap umur nonproduktif. Semakin tinggi rasio beban
tanggungan, semakin tinggi pula jumlah penduduk nonproduktif yang ditanggung oleh
penduduk umur produktif.

Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur yang ditunjukkan oleh Tabel
2.1, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia 0-14 tahun sebesar 28,87% yang
berusia 15-64 tahun sebesar 66,08% dan yang berusia ≥ 65 tahun sebesar 5,05%.
Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan penduduk Indonesia pada tahun 2012
sebesar 51,33%. Hal ini berarti bahwa 100 orang Indonesia yang masih produktif akan
menanggung 51 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan
antar jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggungan laki-laki lebih besar jika dibandingkan

10
gambaran umum dan perilaku penduduk

dengan Angka Beban Tanggungan perempuan, yaitu 51,50% untuk laki-laki dan 51,15%
untuk perempuan. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.6.

TABEL 2.1
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi

Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang


serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus
didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan
tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai
penduduk sebagai sasaran program pembangunan kesehatan.

11
Profil Kesehatan indonesia 2012

TABEL 2.2
ESTIMASI PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi

Penduduk sasaran program pembangunan kesehatan sangatlah beragam, sesuai dengan


karakteristik kelompok umur tertentu atau didasarkan pada kondisi siklus kehidupan
yang terjadi. Beberapa upaya program kesehatan memiliki sasaran ibu hamil, ibu
melahirkan, dan ibu nifas. Beberapa program lainnya dengan penduduk sasaran
terfokus pada kelompok umur tertentu, meliputi: bayi, batita, balita, anak balita, anak
usia sekolah SD, wanita usia subur, penduduk produktif, dan usia lanjut.

12
gambaran umum dan perilaku penduduk

B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan
keberhasilan pembangunan suatu negara. Berdasarkan data dari BPS, Nilai Produk
Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp 2.618,1
triliun dan apabila dilihat berdasarkan atas dasar harga berlaku menjadi Rp 8.241,9
triliun pada tahun 2012. Laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2005-2011
belum stabil, yang antara lain dipengaruhi oleh kondisi politik dan iklim investasi yang
ada.
GAMBAR 2.4
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2005 - 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23% dibanding tahun
2011, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Saat terjadi krisis
ekonomi global pada tahun 2008, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 4,50%.
Pada tahun 2012, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan
komunikasi yang tumbuh mencapai 9,98%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran tumbuh 8,11%, sektor konstruksi 7,50%, sektor keuangan, real estat dan jasa
perusahaan tumbuh 7,15%, sektor listrik, gas, dan air bersih 6,40%, sektor industri
pengolahan tumbuh 5,73%, sektor jasa-jasa 5,24%, sektor pertanian tumbuh 3,97%,
dan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 1,49 %. Pertumbuhan PDB tanpa
migas pada tahun 2012 mencapai 6,81% yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan
PDB. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total

13
Profil Kesehatan indonesia 2012

pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,47%. Selanjutnya diikuti


oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi
yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing sebesar 1,44% dan 0,98%.

PDB per kapita merupakan PDB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Pada tahun 2012, nilai PDB per kapita diperkirakan mencapai Rp.
33,3 juta dengan laju peningkatan sebesar 9,58 persen dibandingkan dengan PDB per
kapita tahun 2011 yang sebesar Rp. 30,4 juta. Sementara itu Produk Nasional Bruto
(PNB) per kapita juga meningkat dari Rp. 29,6 juta pada tahun 2011 menjadi Rp. 32,4
juta pada tahun 2012 atau terjadi peningkatan sebesar 9,52 persen.

Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan


suatu masyarakat. Namun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam
kegiatan Susenas, dilakukan pendekatan melalui data pengeluaran rumah tangga.
Pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan
dapat menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah

GAMBAR 2.5
PERSENTASE RATA-RATA PENGELUARAN PER KAPITA INDONESIA TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

14
gambaran umum dan perilaku penduduk

tangganya. Walaupun harga antar daerah berbeda, namun nilai pengeluaran rumah
tangga masih dapat menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk antar
provinsi khususnya dilihat dari segi ekonomi.

Pengeluaran per kapita untuk non makanan mengalami kenaikan pada tahun 2011
jika dibandingkan dengan tahun 2010. Pada tahun 2011 persentase pengeluaran yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan non makanan sebesar 50,55% dan pengeluaran
yang dilakukan oleh makanan sebesar 49,45%. Pengeluaran makanan terbesar untuk
makanan jadi dan padi-padian. Pengeluaran non makanan terbesar untuk perumahan,
bahan bakar, penerangan dan air. Biaya kesehatan per kapita sebulan hanya sebesar
3,04% dari total pengeluaran per kapita sebulan. Nilai ini masih lebih kecil jika
dibandingkan dengan kebutuhan terhadap perumahan, bahan bakar, penerangan dan
air. Rincian lengkap pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok barang dapat
dilihat pada Lampiran 2.14.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesempatan kerja di Indonesia.


Penggolongan usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional yaitu usia 15 tahun
ke atas. Penduduk dilihat dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga
kerja, namun tidak semua penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk
yang masuk usia kerja yang dapat menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk
usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang termasuk angkatan kerja dan yang
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja sendiri terdiri dari mereka yang aktif bekerja
dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Mereka yang sedang mencari pekerjaan,
sedang mempersiapkan suatu usaha dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja itulah yang dinamakan sebagai pengangguran terbuka.

TABEL 2.3
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA
DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

15
Profil Kesehatan indonesia 2012

Untuk mengetahui tingkat pengangguran, dilakukan Survei Angkatan Kerja Nasional


(Sakernas). Konsep pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak
mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan/putus asa (sebelumnya dikategorikan sebagai bukan angkatan
kerja) dan yang punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan
sebagai bekerja).

Persentase pengangguran terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari kerja


dengan jumlah angkatan kerja. Pengangguran terbuka di sini didefinisikan sebagai
orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan usaha atau
juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan
pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai bekerja.
Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus
rumah tangga.Pada Tabel 2.3 dapat diketahui keadaan ketenagakerjaan di Indonesia
pada Tahun 2012. Agustus tahun 2012 menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang
digambarkan dengan adanya penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja
pada Agustus 2012 turun sebesar 2,4 juta orang dibanding keadaan Februari 2012.
Penduduk yang bekerja pada Agustus 2012 berkurang sebesar 2,0 juta orang dibanding
keadaan Februari 2012 .Jumlah penganggur pada Agustus 2012 mengalami penurunan
sekitar 370 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2012.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk telah menyebabkan peningkatan jumlah


angkatan kerja. Peningkatan jumlah angkatan kerja menyebabkan semakin sempitnya
peluang kerja karena minimnya lapangan pekerjaan. Pertumbuhan lapangan kerja lebih
lambat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya pengangguran terbuka yang cukup tinggi. Hal yang menggembirakan
adalah turunnya jumlah pengangguran terbuka dari tahun ke tahun, walaupun angka
pengangguran masih cukup tinggi.

Proporsi pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna untuk acuan pemerintah
dalam pembukaan lapangan kerja baru di masa mendatang. Angka ini juga menunjukkan
tingkat keberhasilan pembangunan program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan publikasi data hasil Sakernas BPS tahun 2012 ada penurunan angka
pengangguran. Jumlah pengangguran pada Agustus 2012 mencapai 7,2 juta orang,
dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana pada Agustus
2012 sebesar 6,14% turun dari kondisi Februari 2012 yang sebesar 6,32% dan kondisi
Agustus 2011 yang sebesar 6,56%.

16
gambaran umum dan perilaku penduduk

GAMBAR 2.6
PERSENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT PENDIDIKAN
DI INDONESIA AGUSTUS TAHUN 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Pembahasan yang cukup menarik tentang pengangguran adalah pengangguran


berdasarkan tingkat pendidikan. Pada Gambar 2.6, dapat ditunjukkan bahwa
pengangguran tertinggi ada pada penduduk yang menamatkan pendidikan pada tingkat
SMA dengan persentase sebesar 39,66%. Pengangguran tertinggi kedua ada pada
penduduk dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 23,48%. Tingkat pengangguran
tertinggi ketiga adalah penduduk dengan tingkat pendidikan SD sebesar 20,01%.
Tingkat pengangguran pada tingkat pendidikan diploma/universitas sebesar 8,76%.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012 masih terdapat pengangguran yang
berpendidikan.

Kemiskinan menjadi isu yang harus mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan
termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait
dengan daya beli dan akses dari masyarakat. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar
dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat dan bergizi sehingga
dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk
terserang penyakit-penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali
dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta keterbatasan
pemenuhan pangan dan gizi masyarakat.

Pengukuran kemiskinan dari BPS menggunakan konsep memenuhi kebutuhan dasar


(basic need approach) dalam mengukur kemiskinan di Indonesia. Secara umum

17
Profil Kesehatan indonesia 2012

kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu memenuhi hak‐hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat. Definisi yang sangat luas ini menunjukkan bahwa
kemiskinan merupakan masalah multi dimensional, sehingga tidak mudah untuk
mengukur kemiskinan dan perlu kesepakatan pendekatan pengukuran yang dipakai.

Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk memenuhi


kebutuhan dasar makanan maupun non makanan yang diukur dari pengeluaran.
Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan maupun untuk non makanan yang harus dipenuhi
seseorang untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebut
digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahkan antara penduduk miskin dan
tidak miskin. Garis pembatas tersebut yang sering disebut dengan garis kemiskinan.

GAMBAR 2.7
GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Kategori penduduk miskin adalah penduduk dengan tingkat pengeluaran per kapita per
bulan kurang dari garis kemiskinan. Perhitungan Garis Kemiskinan tersebut dilakukan
secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Tahun 2012, dilakukan 2 kali
pengukuran penduduk miskin, yaitu bulan Maret dan September. Pada September
2012, kategori penduduk miskin di desa adalah mereka dengan tingkat pengeluaran
per kapita per bulan kurang dari Rp 240.441,00 dan penduduk miskin di kota adalah
mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari Rp 277.382,00.
Garis kemiskinan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Rincian lengkap mengenai
garis kemiskinan per tahun desa dan kota dapat dilihat pada Lampiran 2.15.

18
gambaran umum dan perilaku penduduk

GAMBAR 2.8
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2006 – 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Gambar 2.8 menunjukkan tentang jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia
dari tahun 2006 – 2012. Jumlah dan persentase penduduk miskin semakin menurun
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, jumlah penduduk miskin berjumlah 28,59 juta
penduduk miskin, turun jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang berjumlah 30,01 juta
penduduk miskin dan 31,02 juta penduduk miskin pada tahun 2010. Secara persentase,
penduduk miskin tahun 2012 sebesar 11,66%, tahun 2011 sebesar 12,49% dan tahun
2010 sebesar 13,33%. Secara persentase kemiskinan semakin turun jika dibandingkan
per tahun, tetapi jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup besar. Secara
lengkap jumlah dan persentase penduduk miskin terdapat pada Lampiran 2.19.
TABEL 2.4
PERSEBARAN DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
MENURUT KELOMPOK BESAR PULAU DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

19
Profil Kesehatan indonesia 2012

Berdasarkan data jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi dari BPS
terdapat persebaran penduduk miskin antar pulau yang nyata perbedaannya. Dari Tabel
2.4 dapat diketahui lebih dari separuh penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau
Jawa yaitu 55,83% tahun 2010 dan tahun 2012 menurun menjadi 55,33%. Separuh
penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa. Persebaran jumlah penduduk
miskin pada tahun 2011 di Sumatera 21,49%, Jawa 55,72%, Kalimantan 3,23%, Bali
dan Nusa Tenggara 6,91%, Sulawesi 7,14%, Maluku dan Papua 5,50%. Pada tahun 2012
persentase penduduk miskin di Sumatera 21,60%, Sulawesi 7,15%, Kalimantan 3,26%,
Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara 6,96%, Maluku dan Papua 5,69%. Selama rentang
tahun 2010 – 2012, penurunan persentase penduduk miskin terjadi di Pulau Jawa dan
kenaikan persentase penduduk miskin tertinggi terjadi di Pulau Maluku dan Papua.

GAMBAR 2.9
PETA PERSEBARAN PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Pada Gambar 2.9 ditunjukkan persebaran penduduk miskin di Indonesia. Persentase


penduduk miskin terbesar pada tahun 2012 terdapat di Provinsi Papua dengan persentase
penduduk miskin 30,66% dan Provinsi Papua Barat dengan persentase penduduk miskin
sebesar 27,04%. Penduduk miskin terendah di Indonesia terdapat di Provinsi Bali dengan
persentase penduduk miskin sebesar 3,95% dan Provinsi DKI Jakarta dengan persentase
penduduk miskin sebesar 3,70%.

Masalah kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin
saja, ada dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan
kemiskinan. Selain menekan jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga
sekaligus mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Rincian mengenai
indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan dapat dilihat pada
Lampiran 2.20.

20
gambaran umum dan perilaku penduduk

Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat karena
pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Karena data pendapatan sulit
diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama ini didekati dengan menggunakan
data pengeluaran. Ukuran yang dapat menggambarkan ketimpangan pendapatan ini
adalah koefisin Gini/Indeks Gini (Gini Ratio). Indeks Gini adalah suatu koefisien yang
menunjukkan tingkat ketimpangan atau kemerataan distribusi pendapatan secara
menyeluruh. Nilai indeks Gini ada diantara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai indeks Gini
menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi. Apabila nilai indeks
Gini adalah 0 artinya terdapat kemerataan sempurna pada distribusi pendapatan,
sedangkan jika bernilai 1 berarti terjadi ketidakmerataan pendapatan yang sempurna.
Rincian mengenai indeks Gini dapat dilihat pada Lampiran 2.10.

Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong kemajuan,


baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang
tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal
karena beberapa faktor penyebab, yaitu: geografis, sumber daya alam, sumber daya
manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan
pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya
kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk
melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.

Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah administrasi
kabupaten. Menurut definisinya, daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang relatif
kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional dan berpenduduk
relatif tertinggal. Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berdasarkan pada perhitungan enam kriteria dasar yaitu: perekonomian
masyarakat, sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan
lokal (celah fiskal), aksesibilitas dan karakteristik daerah, serta berdasarkan kabupaten
yang berada di daerah pedalaman, kepulauan (pulau kecil dan gugus pulau), perbatasan
antar negara, daerah rawan bencana dan daerah rawan konflik, dan sebagian besar
wilayah daerah pesisir.

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) telah menetapkan 183 kabupaten


yang dikategorikan sebagi kabupaten tertinggal. Ketetapan ini berdasarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 – 2014. Saat ini di
Indonesia terdapat 45 kabupaten perbatasan, 33 pulau-pulau kecil terluar berpenduduk,

21
Profil Kesehatan indonesia 2012

183 daerah tertinggal dan 158 Kabupaten Prioritas Percepatan Pembangunan Kualitas
Kesehatan Berbasis Perdesaan di Daerah Tertinggal. Pada tahun 2012 persentase daerah
tertinggal adalah 36,8% (183 kabupaten dari 497 kabupaten/kota) yang terdapat di 27
provinsi.
GAMBAR 2.10
PETA PERSEBARAN KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2012

Gambar 2.10 menunjukkan provinsi dengan persentase kabupaten tertinggal tertinggi


adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100%, Nusa Tenggara Timur sebesar 95,24% dan
Provinsi Papua sebesar 93,10%. persentase kabupaten tertinggal terendah terdapat di
Kalimantan Tengan sebesar 7,14% dan Jawa Barat sebesar 7,69%. Terdapat 6 provinsi di
Indonesia yang tidak memiliki kabupaten tertinggal yaitu: Riau, Jambi, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, dan Bali. Rincian kabupaten tertinggal per provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 2.31.

Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar juga


memprioritaskan pembangunan pada Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan
(DTPK). Salah satu agenda kegiatan adalah pembangunan kesehatan di 45 Kabupaten
Prioritas Nasional di Perbatasan dengan Negara Tetangga. Dengan menggunakan skala
prioritas, terdapat 45 kabupaten prioritas dan 101 puskesmas prioritas kabupaten
prioritas nasional di perbatasan dengan negara tetangga.

Pada Tabel 2.5 dapat diketahui bahwa pulau dengan jumlah kabupaten perbatasan
dengan negara lain terbanyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua
yang berjumlah 17 kabupaten atau 37,78%. Sedangkan di Pulau Jawa tidak terdapat
kabupaten yang berbatasan dengan wilayah asing. 101 puskesmas prioritas nasional
terbesar berada dalam wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan jumlah

22
gambaran umum dan perilaku penduduk

puskesmas prioritas sebesar 55 puskesmas. Puskesmas prioritas di Pulau Kalimantan


sebesar 29 puskesmas dan puskesmas prioritas tidak terdapat di Pulau Jawa. Dengan
ditetapkannya skala prioritas ini diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja Kementerian
Kesehatan untuk menciptakan masyarakat yang sehat, mandiri dan berkeadilan.
Rincian jumlah kecamatan, jumlah penduduk, dan jumlah puskesmas di 45 kabupaten
perbatasan dapat dilihat pada Lampiran 2.30.

TABEL 2.5
JUMLAH KABUPATEN PERBATASAN DAN PUSKESMAS PRIORITAS DTPK
DI INDONESIA TAHUN 2011

Sumber: Direktorat BUK Dasar, Kemenkes RI, 2011

C. KEADAAN PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus
berkembang. Hal ini sejalan dengan karakter manusia yang memiliki potensi kreatif
dan inovatif dalam segala bidang kehidupan. Kondisi pendidikan merupakan salah satu
indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu
negara. Melalui pengetahuan, pendidik an berkontribusi terhadap perubahan perilaku
kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah
satu faktor yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku
sehat.

Pendidikan memiliki peran penting dalam proses pembangunan. Laju perubahan sebagai
akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus disejajarkan dengan
penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan kemudian menjadi
pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan
salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan
tujuan pembangunan nasional. Dalam upaya peningkatan peran pendidikan dalam

23
Profil Kesehatan indonesia 2012

pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan. Beberapa program


pemerintah telah diupayakan sebagai sebuah alternatif dalam rangka menyiapkan dan
meningkatkan mutu pendidikan, sebagai contoh adalah dari program wajib belajar 9
tahun.

GAMBAR 2.11
RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS
DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Pada Gambar 2.11 dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 rata-rata lama sekolah
penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 7,9 tahun. Nilai ini sama jika
dibandingkan dengan tahun 2010, tetapi semakin meningkat jika dibandingkan dengan
rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2007 yang sebesar
7,4 tahun dan pada tahun 2008 sebesar 7,5 tahun. Apabila dibandingkan dengan
program wajib belajar 9 tahun, maka pada tahun 2011 program ini belum berjalan
optimal. Rincian mengenai indikator pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 2.21.1 dan
Lampiran 2.21.2.

Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh


aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural,
dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa serta keseluruhan.
Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan sangat strategis. Pendidikan
merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan
manusia. Kualitas sumber daya manusia tercermin dari kualitas pendidikan. Dengan

24
gambaran umum dan perilaku penduduk

GAMBAR 2.12
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS MENURUT
GOLONGAN UMUR DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial


ekonomi. Partisipasi penduduk bersekolah disajikan dalam persentase penduduk
berumur 5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah dan tidak
sekolah lagi.

Secara total, persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas di Indonesia yang tidak/
belum pernah sekolah sebesar 8,38%, masih sekolah 24,88% dan 66,74% sudah tidak
bersekolah lagi. Pada Gambar 2.12 dapat diketahui bahwa golongan umur 10-14 status
sekolahnya 95,24% masih bersekolah dan golongan umur 15-19 tahun status sekolahnya
57,48% masih bersekolah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk usia
muda (kelompok umur 5-9 dan 10-14 tahun) telah/sedang menempuh pendidikan dasar
(telah memenuhi wajib belajar 9 tahun). Semakin tua golongan umur maka semakin
kecil persentase penduduk tersebut untuk bersekolah lagi, karena banyak dari golongan
umur ini yang telah masuk dalam golongan bekerja atau mencari pekerjaan. Rincian
menurut golongan umur dan status sekolah dapat dilihat pada Lampiran 2.23.

Pada Gambar 2.13 persentase penduduk berumur 7-24 tahun ke atas yang masih sekolah
tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 75,12%. Lengkapnya sarana dan prasarana
pendidikan telah membuat predikat bagi provinsi ini sebagai kota pendidikan. Pada

25
Profil Kesehatan indonesia 2012

provinsi ini juga sebagai kota tujuan penduduk dari luar provinsi untuk menimba ilmu.
Persentase penduduk berumur 7-24 tahun ke atas yang masih sekolah terendah ada di
Provinsi Papua sebesar 54,22%. Kondisi ini dimungkinkan karena kurangnya sarana dan
prasaran pendidikan. Provinsi DKI Jakarta 58,74% penduduk umur 7-24 tahun ke atas
masih sekolah, nilai ini terendah kedua setelah Provinsi Papua. Rincian menurut provinsi
dan status sekolah dapat dilihat pada Lampiran 2.24.

GAMBAR 2.13
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 7-24 KE ATAS YANG MASIH SEKOLAH TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki seseorang merupakan indikator pokok kualitas


pendidikan formal. Semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk
suatu negara semakin tinggi taraf intelektualitas negara tersebut. Pada Gambar 2.14,
ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki tertinggi pada tingkat pendidikan SMU/SMA/SMK
dengan persentase 22,71% dan SMP/MTs sebesar 20,74%. Penduduk dengan tingkat
pendidikan Diploma I/II sebesar 0,77% dan persentase penduduk dengan ijazah/
STTB tertinggi Akademi/Diploma III/IV/S1/S2/S3 sebesar 5,96%. Penduduk yang tidak
memiliki ijazah/STTB masih cukup tinggi, yaitu 21,10%. Rincian persentase penduduk
usia 15 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan STTB yang dimiliki tahun 2011 dapat
dilihat pada Lampiran 2.22

26
gambaran umum dan perilaku penduduk

GAMBAR 2.14
PERSENTASE PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT STTB
TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang dibutuhkan


oleh penduduk untuk menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca
dan menulis tercermin dari angka melek huruf dan angka buta huruf. Angka buta huruf
berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak dapat membaca
secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan
itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.
Secara nasional persentase penduduk yang buta huruf sebesar 7,19%. Gambar 2.15
menunjukan persentase penduduk yang buta huruf terkecil terdapat di Provinsi Sulawesi
Utara sebesar 1,15% dan tertinggi terdapat di Provinsi Papua sebesar 35,92%. Terdapat
21 provinsi yang angka buta hurufnya lebih rendah jika dibandingkan dengan angka
nasional. Enam provinsi di Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang buta huruf
relatif tinggi, di atas 10%, yaitu Provinsi Papua, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Bali. Papua mempunyai angka
buta huruf terbesar, hal ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang menunjang
pendidikan di provinsi ini masih sangat kurang. Rincian per provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 2.28.

27
Profil Kesehatan indonesia 2012

GAMBAR 2.15
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG BUTA HURUF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Indikator pendidikan lainnya adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu persentase
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis serta mengerti
sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Penggunaan AMH adalah untuk:

1. Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di


daerah perdesaan yang masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah
atau tidak tamat SD,
2. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi
dari berbagai media,
3. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.

Sehingga angka melek huruf berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi


perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Semakin
besar angka melek huruf diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan sehingga
tingkat kesejahteraan dapat semakin meningkat.

Pada Gambar 2.16, persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf
tertinggi di Sulawesi Utara dengan persentase penduduk melek huruf 98,85% dan DKI
Jakarta dengan persentase penduduk melek huruf 98,83%. Persentase penduduk melek
huruf terendah di Provinsi Papua dengan persentase 64,08% dan Provinsi Nusa Tenggara
Barat dengan persentase 83,24. Rincian per provinsi dan per jenis kelamin dapat dilihat
pada Lampiran 2.28.

28
gambaran umum dan perilaku penduduk

Secara nasional, persentase penduduk yang melek huruf sebesar 92,91% pada tahun
2010 dan sedikit menurun menjadi 92,81% pada tahun 2011. Angka melek huruf pada
tahun 2011 di perkotaan sebesar 95,68% dan angka melek huruf di perdesaan sebesar
89,89%. Angka ini apabila dibandingkinkan dengan kondisi tahun 2010 terjadi penurunan
di tingkat perkotaan dan terjadi peningkatan di perkotaan. Apabila dibandingkan antar

GAMBAR 2.16
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

daerah perkotaan dan perdesaan, persentase penduduk yang melek huruf relatif
lebih tinggi di daerah perkotaan. Hal ini dimungkinkan dengan relatif majunya fasilitas
pendidikan dan relatif baiknya akses sarana menuju tempat pendidikan.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid
kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan
dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase.
Indikator ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang masih
bersekolah di semua jenjang pendidikan. APS dari BPS secara umum dikategorikan
menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun
mewakili umur setingkat SMP/MTs, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMA/
SMK. Makin tinggi APS berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah pada
suatu daerah. Berdasarkan angka ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi
jenjang pendidikan, semakin rendah APS.

29
Profil Kesehatan indonesia 2012

Gambar 2.17 merupakan APS nasional menurut usia sekolah dari tahun 2007-2011.
Berdasarkan 4 kelompok umur dimana kelompok umur 7–12 tahun mewakili umur
setingkat sekolah dasar, 13-15 tahun mewakili umur setingkat SMP, 16-18 tahun
mewakili umur setingkat SMA, dan 19–24 tahun mewakili umur setingkat perguruan
tinggi. Pada gambar dapat diketahui bahwa semakin tinggi kelompok umur maka tingkat
partisipasi sekolahnya semakin kecil. Hal ini dimungkinkan pada kelompok umur 16-
18 tahun dan 19-24 tahun telah masuk dalam angkatan kerja dan bekerja. APS pada
kelompok umur 7–12 tahun dan 13–15 tahun semakin meningkat dari tahun ke tahun
menunjukkan bahwa program pendidikan 9 (sembilan) tahun semakin baik dijalankan.
Rincian per provinsi dan per tahun dapat dilihat pada Lampiran 2.25.

GAMBAR 2.17
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH MENURUT USIA SEKOLAH
DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Untuk memahami dan melakukan analisis tentang kondisi pendidikan di Indonesia,


dapat menggunakan dua indikator tentang partisipasi sekolah. Terdapat dua ukuran
partisipasi sekolah yang utama, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi
Murni (APM). Kedua ukuran tersebut mengukur partisipasi penduduk usia sekolah oleh
sektor pendidikan. Perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan kelompok usia
"standar" di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia
yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan.

APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat
pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan

30
gambaran umum dan perilaku penduduk

jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara


umum di suatu jenjang pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana
untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang
pendidikan. Hasil perhitungan APK ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak
yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin
tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang
pendidikan pada suatu wilayah.

APK membagi jumlah siswa dengan tingkat pendidikan tanpa menggunakan batasan
kelompok umur. Kondisi ini memungkinkan nilai APK yang melebihi 100%, hal ini sering
terjadi pada jenjang pendidikan SD/MI. Nilai di atas 100% ini terjadi karena masih banyak
penduduk dengan kelompok usia di bawah 7 tahun yang sudah bersekolah di tingkat
sekolah dasar, atau penduduk yang berusia lebih dari 12 tahun yang masih bersekolah
pada tingkat SD/MI.

Pada Gambar 2.18 diketahui nilai APK untuk SD/MI melebihi 100%, sedangkan untuk
pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA lebih rendah dari nilai APK SD. Pada tahun
2011 nilai APK untuk tingkat SD sebesar 102,58%, SMP 89,57% dan SMA 64,66%. Kondisi
pada tahun 2011 ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2010 pada jenjang
pendidikan SMP/MTS dan SMA/SMK/MA tetapi menurun pada jenjang pendidikan SD/
MI. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.26.

GAMBAR 2.18
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR PENDIDIKAN
DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

31
Profil Kesehatan indonesia 2012

Nilai APK ini kurang bagus untuk mencerminkan kondisi pendidikan, karena memasukkan
semua penduduk dalam jenjang pendidikan tanpa dibatasi dengan kelompok umur
yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Sehingga diperlukan indikator yang lebih
mencerminkan partisipasi sekolah, yaitu APM.

APM didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada
jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dengan usianya
dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui
banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai
dengan usianya. Semakin tinggi APM berarti banyak anak usia sekolah yang bersekolah
di suatu daerah. Jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator pendidikan yang
lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang
pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.

APM membagi jumlah siswa dengan jenjang pendidikan dengan menggunakan batasan
kelompok umur. Kondisi ini tidak memungkinkan nilai APM yang melebihi 100%. Nilai
APM lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai APK. Pada Gambar 2.19, tahun 2011
nilai APM untuk tingkat SD/MI sebesar 91,03%, SMP/MTs 68,12% dan SMA/SMK
47,97%. Nilai APM ini jika dibandingkan dengan tahun 2010 mengalami kenaikan pada
jenjang pendidikan SMP/MTs dan pada jenjang pendidikan SMA/SMK tetapi mengalami
penurunan pada jenjang pendidikan SD/MI. Kondisi APM ini lebih mencerminkan kondisi
partisipasi sekolah. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.27.

GAMBAR 2.19
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI PENDIDIKAN
DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

32
gambaran umum dan perilaku penduduk

D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN


Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus dalam
menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan
kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan lingkungan
adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia

Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang harus diatasi


bersama. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-
indikator seperti: akses air minum berkualitas, akses terhadap sanitasi layak, rumah
tangga kumuh dan rumah sehat.

1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas


Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan air baku untuk memastikan
komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memastikan
kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi
rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar
hingga 2015.

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyelenggara air
minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi,
badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual
yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Syarat-syarat kualitas air
minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010,
diantaranya adalah sebagai berikut :

• Parameter mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum yang di
perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel,

• Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna,

• Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5.

33
Profil Kesehatan indonesia 2012

Dalam rangka pencapaian target Renstra tentang persentase kualitas air minum
berkualitas dengan salah satu target prioritas adalah persentase kualitas air minum
yang memenuhi syarat kesehatan, dalam hal ini adalah air minum yang didistribusikan
oleh PDAM dengan target tahun 2012 adalah 95%. Hal tersebut di atas merupakan
salah satu upaya pencegahan terjadinya kemungkinan munculnya penyakit berbasis air
(waterborne disease) karena air merupakan salah satu media lingkungan yang berperan
dalam penyebaran penyakit melalui media pertumbuhan mikrobiologi serta adanya
kemungkinan terlarutnya unsur kimia yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Sebagai salah satu pengawasan kualitas air minum PDAM, dilakukan uji petik
terhadap kualitas air minum PDAM secara eksternal. Penghitungan dilakukan dengan
membandingkan jumlah sampel air minum yang memenuhi syarat dibanding dengan
jumlah seluruh sampel air minum yang diambil pada jaringan distribusi PDAM.

GAMBAR 2.20
PERSENTASE HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM PDAM YANG MEMENUHI
SYARAT MIKROBIOLOGI MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, 2012

Pada Gambar 2.20 persentase hasil pemeriksaan kualitas air minum PDAM yang
memenuhi syarat mikrobiologi di Indonesia sebesar 95,39%, lebih tinggi dibandingkan
target Renstra tahun 2012. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 20 provinsi di
Indonesia mempunyai kualitas air minum PDAM yang baik, karena dari jumlah sampel

34
gambaran umum dan perilaku penduduk

yang diuji nilainya 100% memenuhi syarat mikrobiologi. Persentase terendah terjadi
di Provinsi Bali, hasil pengujian sampel hanya sebesar 34,78% yang memenuhi syarat
mikrobiologi, sedangkan di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 62,47%. Rincian lengkap
terdapat di Lampiran 2.37.

Amanat Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang selanjutnya
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum pada Pasal 6 disebutkan bahwa :

1. Air minum yang dihasilkan dari Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang
digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kualitas
berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan,
2. Air minum yang tidak memenuhi syarat kualitas sebagaimana dimaksud pada Ayat
1 dilarang didistribusikan kepada masyarakat.

Upaya pengawasan kualitas air sebagaimana yang diatur di dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas
Air Minum, dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai pengawasan
eksternal dan penyelenggara air minum sebagai pengawasan internal. Selain itu
diatur pula mengenai adanya upaya penyampaian informasi tentang data kualitas air
minum oleh penyelenggara air minum ke dinas kesehatan kabupaten/kota serta upaya
penyampaian kondisi kualitas air oleh pemerintah daerah di wilayahnya.

Seiring dengan kemajuan teknologi serta semakin tinggi tingkat kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan terutama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk minum,
sementara itu persediaan air tanah yang selama ini menjadi sumber utama air minum
telah mengalami pencemaran, rumah tangga kini mulai beralih kepada produk air minum
dalam kemasan/isi ulang. Produk ini merupakan salah satu solusi untuk konsumsi air
minum karena produk dapat langsung diminum karena telah melalui proses produksi.
Sementara menurut definisi MDGs air minum kemasan dan isi ulang tidak termasuk
dalam sumber air minum layak. Hal ini dikarenakan air kemasan tidak dapat dipastikan
keberlanjutannya dan sumbernya berasal dari wilayah lain.

Pada Gambar 2.21, persentase rumah tangga yang dapat mengakses air minum
layak dengan air kemasan/isi ulang di Indonesia menunjukkan tren yang berlawanan.
Persentase penduduk yang mengkonsumsi air minum layak semakin menurun jika
dibandingkan dengan penduduk yang mengkonsumsi air kemasan/isi ulang. Penduduk
yang mengkonsumsi air dalam kemasan semakin meningkat.

35
Profil Kesehatan indonesia 2012

GAMBAR 2.21
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT AKSES AIR MINUM LAYAK
DAN AIR KEMASAN/ISI ULANG DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

Tahun 2011 persentase penggunaan air minum layak sebesar 42,76% dan persentase
penggunaan air minum kemasan/isi ulang sebesar 22,13%, sedangkan pada tahun 2012
triwulan I, persentase penggunaan air minum layak sebesar 41,66% dan persentase
penggunaan air minum kemasan/isi ulang sebesar 23,33%. Secara kuantitas pengguna
air minum layak masih tinggi tetapi persentasenya semakin menurun, sedangkan
penggunaan air minum kemasan/isi ulang persentasenya semakin meningkat. Rincian
per tahun dapat dilihat pada Lampiran 2.33.

Sumber air minum mempengaruhi kualitas air minum. Untuk sumber air minum yang
berasal dari sumber air minum layak, konsep yang digunakan meliputi air leding (kran,
kran umum, hidran umum), terminal air, Penampungan Air Hujan (PAH), sumur bor/
pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung. Khusus untuk sumur bor/pompa,
sumur terlindung, dan mata air terlindung harus memenuhi syarat jarak ke tempat
penampungan kotoran/tinja minimal 10 meter.

Pada Gambar 2.22, persentase rumah tangga menurut sumber air minum layak di
Indonesia sebesar 41,66%. Provinsi dengan persentase tertinggi untuk sumber air
minum layak terdapat di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 61,38%, DI Yogyakarta sebesar
59,39 dan Jawa Tengah sebesar 56,31%%. Persentase terendah terdapat di Provinsi
Banten sebesar 20,40%, Kepulauan Riau sebesar 22,80% dan DKI Jakarta sebesar
22,87%. Terdapat 16 provinsi yang persentasenya berada diatas persentase nasional

36
gambaran umum dan perilaku penduduk

dan 17 provinsi yang persentase rumah tangga menurut sumber air minum layak kurang
dari persentase nasional.

GAMBAR 2.22
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES KE SUMBER AIR MINUM LAYAK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum layak secara nasional terus menerus
dilakukan. Masih banyak kendala dalam pencapaiannya, antara lain :

1. Rencana Aksi Daerah (RAD) pencapaian target Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan
Renstra tidak didukung dengan skema pembiayaan yang jelas untuk implementasi,
2. Belum optimalnya peran pemerintah provinsi dalam menggalang kerjasama antar
pemerintah kabupaten/kota dalam mengembangkan SPAM untuk mencapai
sasaran RKP dan Renstra,
3. Belum optimalnya keterpaduan antara program dengan pembiayaan pengembangan
SPAM perpipaan dan bukan perpipaan terlindungi untuk percepatan pencapaian
sasaran air minum layak,
4. Penanganan pembangunan SPAM di pulau-pulau kecil, daerah terpencil termasuk
daerah pesisir belum dilaksanakan secara terpadu, berbasis teknologi tepat guna
dan berkelanjutan,
5. Perilaku masyarakat dan pelaku usaha masih kurang memperhatikan efisiensi dan
efektivitas pemanfaatan air minum dan air hasil daur ulang serta sanitasi.

37
Profil Kesehatan indonesia 2012

Pada Gambar 2.23, persentase rumah tangga menurut fasilitas air minum sendiri di
Indonesia sebesar 58,69%, bersama 25,92%, umum 11,74% dan tidak ada fasilitas air
minum sebesar 3,65%. Persentase tertinggi rumah tangga dengan fasilitas air minum
sendiri terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 79,64%, persentase tertinggi rumah
tangga dengan fasilitas air minum bersama terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebesar 49,57%. Provinsi dengan persentase rumah tangga dengan fasilitas air minum
milik umum terbesar terdapat di Provinsi Maluku sebesar 43,31% dan yang provinsi
dengan rumah tangga yang tidak ada fasilitas air minum terbesar terdapat di Provinsi
Kalimantan Barat sebesar 39,95%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran
2.36.
GAMBAR 2.23
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS AIR MINUM
INDONESIA TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar

Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat
yang sehat. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang
menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan
berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan
hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya
jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit.

38
gambaran umum dan perilaku penduduk

Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat untuk buang air besar sembarangan,
diantaranya adalah anggapan membangun jamban itu mahal, lebih enak buang air besar
di sungai, tinja dapat digunakan sebagai pakan ikan, dan lain-lain. Perilaku ini harus
diubah karena dapat meningkatkan risiko masyarakat untuk terkena penyakit menular.

Pada Gambar 2.24, persentase rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar
sendiri di Indonesia sebesar 65,20%, bersama 13,37%, umum 3,65% dan tidak ada
fasilitas tempat buang air besar sebesar 17,78%. Persentase tertinggi rumah tangga
dengan fasilitas tempat buang air besar sendiri terdapat di Provinsi Riau sedangkan
persentase tertinggi rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air besar bersama
terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah. Provinsi dengan persentase rumah tangga yang
tidak ada fasilitas tempat buang air besar terdapat di Provinsi Sulawesi Barat. Rincian
per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.40.

GAMBAR 2.24
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS
TEMPAT BUANG AIR BESAR INDONESIA TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Sesuai dengan konsep dan defnisi MDGs, disebut akses sanitasi layak apabila penggunaan
fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan
jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik
atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL). Metode pembuangan tinja yang baik yaitu
dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :

1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi


2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur

39
Profil Kesehatan indonesia 2012

3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan


4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

Pada Gambar 2.25 persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi layak di
Indonesia sebesar 56,24%, lebih rendah dari target Renstra Tahun 2012 sebesar 69%.
Provinsi dengan persentase tertinggi untuk menurut akses terhadap sanitasi layak
terdapat di Provinsi Bali sebesar 87,86% dan Provinsi DI Yogyakarta sebesar 80,37%.
Terdapat 12 provinsi yang persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi
layak berada diatas persentase nasional. Persentase terendah terdapat di Provinsi
Papua sebesar 25,92% dan Nusa Tenggara Timur sebesar 27,33%. Terdapat 21 provinsi
yang persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi layak dari persentase
nasional.
GAMBAR 2.25
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI LAYAK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

Upaya meningkatkan akses air bersih dan sanitasi dasar yang layak juga dilakukan
melalui kerjasama dengan donor agency internasional seperti WHO dan World Bank
yang diimplementasikan melalui kegiatan Pamsimas, ICWRMIP, MCC (Millenium
Challence Coorporation) untuk mengatasi stunting pada anak-anak dengan intervensi

40
gambaran umum dan perilaku penduduk

nutrisi dan kesehatan lingkungan. Selain itu beberapa lembaga internasional melakukan
kegiatan berorientasi pada pembinaan, penyediaan sarana air minum dan sanitasi dasar
bagi masyarakat khusunya bagi yang berpenghasilan rendah di perdesaan.

Pada Gambar 2.26, persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak lebih tinggi
di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Persentase ini sejak tahun 2007
semakin meningkat setiap tahunnya, baik pada daerah perkotaan maupun perdesaan.
Persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak di perkotaan sebesar 71,66% dan
di perdesaan 41,25%. Hal ini dimungkinkan karena pembangunan sarana dan prasarna
sanitasi di perkotaan lebih baik. Secara total perkotaan dan perdesaan, persentase rumah
tangga dengan akses sanitasi layak sebesar 56,24%. Nilai ini semakin meningkat jika
dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 dan 2010, persentase
rumah tangga dengan akses sanitasi layak di Indonesia sebesar 55,60% dan 55,54%.

GAMBAR 2.26
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK
DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

Secara umum kendala yang dihadapi dalam upaya pencapain target, yaitu :

1. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara instan,


cenderung membutuhkan waktu yang relative lama agar masyarakat dapat
mengadopsi perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun
demikian, kondisi sosial budaya yang sangat bervariasi dapat mempengaruhi cepat
lambatnya perubahan perilaku,

41
Profil Kesehatan indonesia 2012

2. Belum meratanya ketersediaan sarana air minum dan sanitasi yang mudah, murah
dan terjangkau oleh masyarakat,
3. Kondisi geografis yang sangat bervariasi mengakibatkan sulitnya menentukan
pilihan teknologi sanitasi yang dapat diterapkan di daerah tersebut.

3. Rumah Tangga Kumuh

Rumah tangga kumuh merupakan indikator komposit yang disusun dari banyaknya
rumah tangga dengan kategori air minum tidak layak (bobot 15%), sanitasi tidak
layak (bobot 15%), sufficient living area (bobot 35%) dan durability of housing (bobot
35%). Suatu rumah tangga dinyatakan sebagai rumah tangga kumuh apabila nilai hasil
penghitungan indikator komposit rumah tangga lebih dari 35%.

Sufficient living area adalah luas lantai hunian per kapita > 7,2m2 (Peraturan Menteri
Perumahan Rakyat). Durability of housing dihitung dari rumah tangga yang menghuni
bangunan dengan kriteria: (i) jenis atap terluas terbuat ijuk/rumbia dan lainnya, (ii) jenis
dinding terluas dari bambu dan lainnya, (iii) jenis lantai terluas tanah. Apabila minimal
2 kriteria terpenuhi, maka rumah tangga tersebut dapat dikategorikan sebagai rumah
tangga kumuh. Persentase rumah tangga kumuh di Indonesia sebesar 14,60%.

Pada Gambar 2.27, persentase tertinggi terdapat di Provinsi Papua dengan persentase
57,80% dan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 47,89%. Persentase terendah untuk

GAMBAR 2.27
PERSENTASE RUMAH TANGGA KUMUH DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

42
gambaran umum dan perilaku penduduk

rumah tangga kumuh terdapat di Provinsi DI Yogyakarta dengan persentase sebesar


4,12% dan Provinsi Jawa Tengah dengan persentase sebesar 6,90%.

Apabila dibandingkan dengan rata-rata nasional, 15 provinsi di Indonesia mempunyai


persentase rumah tangga kumuh kurang dari persentase nasional, sedangkan 18 provinsi
lainnya masih berada diatas angka nasional.

4. Rumah Sehat

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 162 dan 163
mengamanatkan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untu mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pada pasal 163 ayat 2 mengamanatkan bahwa lingkungan sehat antara lain mencakup
lingkungan permukiman.

Untuk menjalankan amanat dari pasal tersebut, maka untuk penyelenggaraan


penyehatan permukiman difokuskan pada peningkatan rumah sehat. Rumah sehat
adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal : akses air minum, akses jamban
sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan (Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999
tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permenkes Nomor 1077/PER/V/
MENKES/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah).

GAMBAR 2.28
PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH SEHAT DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2012

43
Profil Kesehatan indonesia 2012

Pencapaian rumah sehat di Indonesia sebesar 68,69%, lebih tinggi jika dibandingkan
dengan target nasional yang ditetapkan sebesar 60%. Pada Gambar 2.29, pencapaian
tertinggi rumah sehat terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 98,99%, Maluku
sebesar 96,54% dan Bali sebesar 85,11%. Capaian terendah rumah sehat terdapat di
Sulawesi Tenggara sebesar 18,35%, Kalimantan Tengah sebesar 35,1% dan Kalimantan
Selatan sebesar 43%.

Salah satu strategi yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan rumah sehat adalah
memperkuat jejaring penyehatan permukiman hingga tingkat daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) bekerja sama dengan tim penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (PKK). Kader PKK tersebut dapat diberdayakan sebagai kader kesehatan
lingkungan yang menilai rumah dengan instrument kartu rumah.

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT


Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap
kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yang berkaitan dengan perilaku
masyarakat, diantaranya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, dan Kawasan Tanpa Rokok.

1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Peningkatan akses terhadap air minum yang berkualitas perlu diikuti dengan perilaku
yang higienis untuk mencapai tujuan kesehatan, melalui pelaksanaan STBM. Dalam
kerangka pembangunan kesehatan, sektor air minum, sanitasi dan higienis merupakan
satu kesatuan dalam prioritas pembangunan bidang kesehatan dengan titik berat pada
upaya promotif-preventif dalam perbaikan lingkungan untuk mencapai salah satu
sasaran MDGs. STBM menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan air minum dan
penyehatan lingkungan secara keseluruhan. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai
pilihan pendekatan, strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan dalam
rangka mencapai target MDGs. Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima) pilar yaitu:

1. Stop buang air besar sembarangan,


2. Cuci tangan pakai sabun,
3. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga,
4. Pengelolaan sampah dengan benar, dan

44
gambaran umum dan perilaku penduduk

5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.

Pemerintah memberikan prioritas dan komitmen yang tinggi terhadap kegiatan STBM,
hal ini tercantum pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 yang mempertegas
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 dan Surat Edaran
Menteri Kesehatan Nomor 132 Tahun 2012 terkait dengan STBM. Tujuan dari STBM
adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higienis dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan 3 komponen strategi yaitu:

1. Menciptakan lingkungan yang mendukung terlaksananya kegiatan STBM melalui:


a. Advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan secara
berjenjang;
b. Peningkatan kapasitas institusi pelaksana di daerah; dan
c. Meningkatkan kemitraan multi pihak.
2. Peningkatan kebutuhan akan sarana sanitasi melalui peningkatan kesadaran
mayarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan
dilanjutkan pemicuan perubahan perilaku komunitas:
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material
dan biaya sarana sanitasi yang sehat; dan
b. Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk
memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat dan mengembangkan
sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga
keberlanjutan STBM melalui deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan
(SBS).
3. Peningkatan penyediaan melalui peningkatan kapasitas produksi swasta lokal
dalam penyediaan sarana sanitasi, yaitu melalui pengembangan kemitraan dengan
kelompok masyarakat, koperasi, pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi.

Suatu desa/kelurahan dikatakan telah melaksanakan STBM didasarkan pada kondisi:

1. Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/
kelurahan tersebut,
2. Adanya masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi
STBM baik individu atau dalam bentuk komite dan sebagai respon dari aksi
intervensi STBM, dan
3. Masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai
komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM yang telah disepakati
bersama.

45
Profil Kesehatan indonesia 2012

Pelaksanaan STBM dilakukan secara bertahap dengan prioritas pada pilar ke-1 yaitu
Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) dan adopsi perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS), dan secara bertahap mengembangkan pilar-pilar lain dari STBM.

Dalam Renstra Kemenkes 2010 – 2014 ditargetkan pelaksanaan STBM di 20.000 desa
pada tahun 2014. Pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak 11.000 desa/kelurahan telah
melaksanakan STBM dan sebanyak 11.165 desa/kelurahan telah melaksanakan STBM
atau 101,5% dibandingkan target.

Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri tahun 2011, jumlah desa/kelurahan
di Indonesia mencapai 77.468. Persentase desa/kelurahan yang telah melaksanakan
STBM sebesar 11.165 atau 14,41%.

Pada Gambar 2.29, persentase desa/kelurahan yang telah melaksanakan STBM terbesar
di Nusa Tenggara Barat sebesar 86,69%, Sumatera Barat sebesar 63,02% dan Nusa
Tenggara Timur sebesar 37,06%. Persentase desa/kelurahan terkecil yang melakukan
STBM terdapat di DKI Jakarta sebesar 0,75%, Papua sebesar 0,90% dan Aceh sebesar
1,35%. Berdasarkan jumlah, lokasi STBM terbanyak ada di Jawa Timur dengan jumlah
desa/kelurahan mencapai 2.838 desa/kelurahan, Jawa Tengah dengan jumlah lokasi
STBM 1.423 desa/kelurahan. Jumlah terkecil lokasi STBM terkecil terdapat di DKI Jakarta
sejumlah 2 desa/kelurahan dan Bali dengan jumlah 10 desa/kelurahan. Rincian menurut
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.44.

GAMBAR 2.29
PERSENTASE DESA/KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2012

46
gambaran umum dan perilaku penduduk

Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan STBM adalah masih belum optimalnya
investasi bidang air minum dan sanitasi khususnya di daerah perkotaan seperti investasi
untuk PDAM serta disparitas capaian antar provinsi untuk pelayanan air minum dan
sanitasi di perdesaan dan akselerasi edukasi perilaku sehat melalui pelaksanaan STBM.
Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dilakukan upaya peningkatan advokasi untuk
meningkatkan investasi bidang air minum dan sanitasi terutama untuk masyarakat
miskin, perluasan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat melalui
program Air Bersih untuk Rakyat serta meningkatkan edukasi perilaku sehat dengan
akselerasi STBM.

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,
karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga yang
menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan perilaku. Pelaksanaan perilaku hidup
bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan
aktif dalam setiap upaya kesehatan di masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kesehatan
anggota keluarga, Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes berupaya meningkatkan
persentase rumah tangga ber-PHBS.

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-
PHBS, terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu: (1) persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) memberi ASI ekslusif, (3) menimbang balita setiap
bulan, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
(6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu, (8)
makan buah dan sayur setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan (10)
tidak merokok di dalam rumah.

Dalam Renstra Kemenkes 2010 – 2014 ditargetkan persentase rumah tangga yang
telah PHBS sebesar 70% pada tahun 2014. Pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak 60%
rumah tangga telah melaksanakan PHBS. Hasil kegiatan pada tahun 2012 menunjukkan
sebanyak 56,70% rumah tangga telah melaksanakan PHBS atau 94,5% dibandingkan
target. Secara nasional persentase pencapaian rumah tangga yang ber-PHBS mencapai
56,70%.

47
Profil Kesehatan indonesia 2012

Pada Gambar 2.30, persentase tertinggi rumah tangga ber-PHBS terdapat di Provinsi
Jawa Tengah dengan persentase sebesar 76,42%, Kalimantan Timur dengan persentase
sebesar 75,26% dan Kalimantan Selatan dengan persentase sebesar 72,62%. Terdapat 9
provinsi di Indonesia yang berada di atas target Renstra 2012 persentase rumah tangga
ber-PHBS di Indonesia, yaitu : Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, DKI
Jakarta, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Bali, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan.
Sedangkan provinsi yang persentase rumah tangga ber-PHBS terendah terdapat di
Papua Barat dengan persentase 25,50%, Papua dengan persentase 25,80% dan Sulawesi
Barat dengan persentase 30,85%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.45.

GAMBAR 2.30
PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2012

3. Kabupaten/Kota Sehat (KKS)

Kabupaten/Kota Sehat (KKS) merupakan salah satu indikator pelaksanaan kegiatan


penyehatan lingkungan dalam RPJMN dan Renstra 2010-2014. KKS adalah suatu kondisi
kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang
dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang
terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota.

Penyelenggaraan KKS merupakan pendekatan terpadu, menyeluruh, lintas sektor


berbasis masyarakat, masyarakat sebagai pelaku utama. Selain itu juga merupakan
operasionalisasi pembangunan berkelanjutan, berbasis pembangunan berwawasan

48
gambaran umum dan perilaku penduduk

lingkungan dan pembangunan berwawasan kesehatan seperti yang diatur dalam


Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun
2005 dan Nomor 1138/MENKES/PB/VIII/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat.

Pendekatan KKS tidak hanya mengutamakan pada terselenggaranya upaya peningkatan


lingkungan fisik tapi juga sosial dan budaya, serta perilaku dan pelayanan kesehatan
agar dilaksanakan secara adil, merata, dan terjangkau dengan memaksimalkan seluruh
potensi sumber daya di kabupaten/kota tersebut secara mandiri sehingga diharapkan
dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk meningkatkan
produktivitas dan ekonomi wilayah dan masyarakat dalam meningkatkan kehidupan
masyarakat yang lebih baik.

Pencapaian KKS tahun 2011 sebesar 55% per provinsi, dan diharapkan pada tahun 2013
sudah mencapai 65% per provinsi. Sampai dengan tahun 2012 sebanyak 309 kabupaten/
kota (62,17%) tersebar di 33 provinsi dari keseluruhan kabupaten/kota yang ada (497
kab/kota) di Indonesia telah melaksanakan pendekatan KKS. Terdapat 3 provinsi yang
sudah melaksanakan program KKS sebesar 100%, yaitu Jawa Timur, DI Yogyakarta dan
Nusa Tenggara Barat. Penilaian KKS dilaksanakan 2 tahun sekali, jadi penilaian KKS
berikutnya dilaksanakan tahun 2013.

4. Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk
melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau penggunaan rokok.
Penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko
ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. KTR merupakan
tanggung jawab seluruh komponen bangsa baik individu, masyarakat, parlemen,
maupun pemerintah, untuk melindungi generasi sekarang maupun yang akan datang.
Komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan KTR. Ruang lingkup KTR meliputi, tempat-tempat umum, tempat
kerja tertutup, sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak,
tempat ibadah, dan angkutan umum.

Pemerintah telah menetapkan/mengupayakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok untuk


melindungi seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok melalui Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 115 ayat 1 dan Pemerintah Daerah
wajib menetapkan dan menerapkan KTR di wilayahnya sesuai Pasal 115 ayat 2, serta

49
Profil Kesehatan indonesia 2012

GAMBAR 2.31
PERSENTASE PROVINSI YANG MEMILIKI PERATURAN TENTANG KAWASAN
TANPA ROKOK DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012

Sumber: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI, 2012

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/
PB/I/2011 dan Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok, dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan. Pada tahun 2011 sudah ada 21 provinsi di wilayah kerjanya yang memiliki
peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan penanggulangan dampak
merokok terhadap kesehatan (Surat Edaran/ Instruksi/SK/Peraturan Gubernur/ Perda/
Perwali/Perbub).

Sedangkan pada tahun 2012 bertambah menjadi 27 provinsi di wilayah kerjanya yang
memiliki peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan penanggulangan
dampak merokok terhadap kesehatan. Selain itu jumlah kab/kota yang memiliki
peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan penanggulangan dampak
merokok terhadap kesehatan (surat Edaran/Instruksi/ SK/ Peraturan Gubernur/Perda/
Perwali/Perbub) pada tahun 2011, sebanyak 50 kab/kota, dan bertambah pada tahun
2012 menjadi 85 kab/kota.



50
Foto: Arif Wibowo
gambaran umum dan perilaku penduduk

Membiasakan cuci tangan sejak dini


51
Pemberian ASI Sebagai Pilihan Utama untuk Bayi
Foto: M. Syafir Makki

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Profil Kesehatan Indonesia 2012

BAB 3. SITUASI DERAJAT KESEHATAN

D
erajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa
indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan
morbiditas (kesakitan). Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di
Indonesia digambarkan melalui Angka Mortalitas; terdiri atas angka kematian neonatal,
Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA), Indeks Pembangunan
Manusia termasuk angka harapan hidup, Angka Morbiditas; angka kesakitan beberapa
penyakit balita dan dewasa.

Selain dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan
sumber daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, serta faktor lain yang kondisinya
telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

A. MORTALITAS
Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu
yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya.
Mortalitas yang disajikan pada bab ini yaitu angka kematian neonatal, angka kematian
bayi, dan angka kematian balita serta kematian yang disebabkan oleh penyakit dan
bencana.

1. Angka Kematian Neonatal (AKN)

Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah penduduk yang meninggal satu bulan
pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup

54
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

pada tahun yang sama. Angka kematian neonatal periode 5 tahun terakhir mengalami
stagnasi. Berdasarkan laporan SDKI 2007 dan 2012 diestimasikan sebesar 19 per 1.000
kelahiran hidup. Kematian neonatal menyumbang lebih dari setengahnya kematian bayi
(59,4%), sedangkan jika dibandingkan dengan angka kematian balita, kematian neonatal
menyumbangkan 47,5%.

Hasil estimasi angka kematian neonatal di atas merupakan AKN dalam periode 5 tahun
terakhir sebelum survei, misalnya pada SDKI tahun 2012 menggambarkan AKN untuk
periode 5 tahun sebelumya yaitu tahun 2008-2012 yang sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup. Keadaan kematian neonatal sejak tahun 1991 diperlihatkan pada gambar berikut
ini.
GAMBAR 3.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012

Sumber: BPS, Laporan SDKI


Keterangan: *periode 5 tahun terakhir sebelum survei

Pada grafik di atas tampak penurunan yang tajam antara tahun 1991 sampai 2003,
hal ini didukung kebijakan penempatan tenaga bidan di desa serta peningkatan
cakupan persalinan tenaga kesehatan. Antara tahun 2003 sampai 2012 menunjukkan
kecenderungan penurunan yang landai, dikarenakan antara lain pelayanan kesehatan
belum menjangkau seluruh neonatus. Data menunjukkan indikator kunci dari intervensi
penurunan kematian neonatus masih belum tinggi cakupannya, diantaranya inisiasi
menyusui dini menunjukkan cakupan 28%, pelayanan kesehatan neonatal pertama
71%, dan perlindungan tetanus neonatorum sebesar 79% (berdasarkan Riskesdas

55
Profil Kesehatan Indonesia 2012

2010). Sementara itu cakupan persalinan tenaga kesehatan juga tidak menunjukkan
peningkatan yang tajam antara periode 2003 – 2012. Cakupan persalinan menurut
Riskesdas 2010 sebesar 82%. Capaian tersebut baru mengindikasikan akses yang baik,
tetapi belum mengindikasikan kualitas pelayanan.

Grafik 3.2 berikut ini menggambarkan AKN periode 10 tahun terakhir sebelum survei
menurut provinsi.

GAMBAR 3.2
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012

Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012


Keterangan: *periode 10 tahun terakhir sebelum survei

Sebanyak 5 provinsi yang mencapai Angka Kematian Neonatal kurang sama dengan
15/1.000 kelahiran hidup yaitu Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, DKI
Jakarta, dan Riau. Provinsi dengan AKN terendah yaitu Kalimantan Timur sebesar 12
per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKN tertinggi terdapat di Provinsi Maluku Utara
sebesar 37 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Papua Barat sebesar 35 per 1.000
kelahiran hidup dan Nusa Tenggara Barat sebesar 33 per 1.000 kelahiran hidup.

56
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Pada Gambar 3.3 terdapat 39% provinsi (13 provinsi) menunjukkan peningkatan Angka
Kematian Neonatal antara tahun 2007-2012 yaitu Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu,
Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

GAMBAR 3.3
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 dan 2012

2. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai
usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia
bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian.

Menurut hasil SDKI terjadi penurunan AKB cukup tajam antara tahun 1991 sampai 2003
yaitu dari 68 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup. Berbagai
faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB diantaranya dukungan peningkatan
akses pelayanan kesehatan antara lain peningkatan cakupan imunisasi dasar sehubungan
penyebab kematian bayi pada periode 1990an antara lain diphteri dan campak. Pada
gambar 3.4 dapat dilihat penurunan AKB dari tahun 1991 sampai tahun 2012.

57
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 3.4
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012

Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012


Keterangan: *periode 5 tahun terakhir sebelum survei

Capaian AKB 32 di tahun 2012 kurang menggembirakan dibandingkan target Renstra


Kemenkes yang ingin dicapai yaitu 24 di tahun 2014 juga target MDGs sebesar 23 per
1.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Penurunan AKB yang melambat antara tahun
2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup, memerlukan
akses seluruh bayi terhadap intervensi kunci seperti ASI eksklusif atau imunisasi
dasar, sementara berdasarkan Riskesdas 2010 cakupan ASI eksklusif sebesar 15%,
imunisasi DPT-HB3 sebesar 62%, dan imunisasi campak 74%.Gambar 3.5 berikut ini
memperlihatkan AKB per 1.000 kelahiran hidup periode 10 tahun terakhir sebelum
survei menurut provinsi tahun 2012. Dari 33 provinsi di Indonesia, terdapat dua provinsi
yang telah mencapai target MDGs 2015 untuk AKB yaitu Kalimantan Timur dan DKI
Jakarta. Provinsi dengan AKB tertinggi terdapat di Papua Barat sebesar 74 per 1.000
kelahiran hidup, diikuti oleh Gorontalo sebesar 67 dan Maluku Utara sebesar 62 per
1.000 kelahiran hidup.

Terdapat 27% provinsi (9 provinsi) menunjukkan peningkatan kematian bayi antara


tahun 2007-2012 yaitu Aceh, Jateng, Yogyakarta, Kalteng, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,
Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

58
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

GAMBAR 3.5
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012

Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012


Keterangan: *periode 10 tahun terakhir sebelum survei

GAMBAR 3.6
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 dan 2012 59
Profil Kesehatan Indonesia 2012

3. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai
usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Berikut ini
merupakan gambar perkembangan AKABA sejak tahun 1991 sampai tahun 2012.

GAMBAR 3.7
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA, SDKI 1991 – 2012

Target MDG’s 2015 = 32

Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012


Keterangan: *periode 5 tahun terakhir sebelum survei

Gambar 3.7 memperlihatkan kecenderungan penurunan AKABA cukup tajam antara


tahun 1991 sampai 2003 yaitu dari 97 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 46 per 1.000
kelahiran hidup. Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKABA
diantaranya dukungan peningkatan akses pelayanan kesehatan meliputi peningkatan
akses balita terhadap pelayanan kesehatan dan peningkatan cakupan imunisasi dasar
(sehubungan proporsi kematian balita sebagian besar merupakan kematian neonatal
dan kematian bayi).

Selanjutnya penurunan AKABA melandai antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari
46/1.000 menjadi 40/1.000 kelahiran hidup. Untuk mempertajam penurunan diperlukan
peningkatan akses balita terhadap sanitasi, air bersih, dan penanganan segera terhadap
gejala penyakit. Sementara berdasarkan Riskesdas 2010 cakupan balita diare mendapat
oralit hanya 35%, cakupan balita demam ke fasilitas kesehatan sebesar 56%, dan cakupan
balita mendapat pengobatan malaria hanya 22%.

60
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu sangat
tinggi dengan nilai > 140 per 1.000 kelahiran hidup, tinggi dengan nilai 71-140 per 1.000
kelahiran hidup, sedang dengan nilai 20-70 per 1.000 kelahiran hidup, dan rendah
dengan nilai < 20 per 1.000 kelahiran hidup. SDKI tahun 2012 mengestimasikan nilai
AKABA periode 5 tahun terakhir sebelum survei sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kategori tersebut, maka secara nasional Indonesia masuk dalam kategori
AKABA sedang. Sedangkan gambaran AKABA periode 10 tahun terakhir sebelum survei
di Indonesia menurut provinsi seperti terlihat pada Gambar 3.8 berikut ini.

GAMBAR 3.8
ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012

Sumber : BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012

Berdasarkan estimasi terhadap nilai AKABA pada tingkat provinsi, diketahui bahwa tidak
terdapat satu pun provinsi di Indonesia yang masuk kategori AKABA rendah. Demikian
juga tidak ada provinsi yang masuk kategori AKABA sangat tinggi. Sebagian besar
provinsi di Indonesia masuk ke dalam kategori AKABA sedang yaitu sebanyak 27 provinsi
(81,8%), sama seperti laporan SDKI sebelumnya pada tahun 2007. Sebanyak 6 provinsi
selebihnya masuk dalam kategori AKABA tinggi, berturut-turut dari yang tertinggi yaitu
Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Nusa Tenggara
Barat.

Provinsi yang telah mencapai target MDGs 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup
sebanyak 5 provinsi yaitu Riau, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta,
dan Kalimantan timur. Berikut ini perkembangan AKABA tahun 2007 dan 2012 menurut

61
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 3.9
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 dan 2012

provinsi.Provinsi yang menunjukkan tren penurunan lebih banyak dibanding yang


mengalami peningkatan. Terdapat 27% provinsi (9 provinsi) menunjukkan peningkatan
kematian balita antara tahun 2007-2012 yaitu Aceh, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

4. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat
kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup.

AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan.
Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan
selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

Data kematian ibu yang digunakan saat ini masih menggunakan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia Tahun 2007. SDKI 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode

62
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang sebesar 307 per
100.000 kelahiran hidup.

Pada Gambar 3.10 berikut nampak adanya kecenderungan penurunan AKI sejak tahun
1994 sampai dengan tahun 2007.

GAMBAR 3.10
ANGKA KEMATIAN IBU PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1994-2007

Sumber: BPS, Hasil SDKI 2007

63
Profil Kesehatan Indonesia 2012

B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks yang mengukur pencapaian
keseluruhan suatu negara yang direpresentasikan tiga dimensi pembangunan manusia
yaitu indeks kesehatan; panjang umur dan menjalani hidup sehat yang diukur dari angka
harapan hidup waktu lahir, indeks pendidikan; diukur dari tingkat kemampuan baca tulis
seseorang dan rata-rata lama sekolah, serta indeks daya beli; memiliki standar hidup
yang layak diukur dengan pengeluaran riil per kapita. Berikut ini disajikan capaian IPM di
33 provinsi di Indonesia tahun 2011.

GAMBAR 3.11
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2011

Sumber: BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011

64
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Pada tahun 2011 IPM di Indonesia sebesar 72,77, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun
2010 yang sebesar 72,27. Gambar 3.11 memperlihatkan provinsi dengan IPM tertinggi
yaitu DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Riau. Sedangkan provinsi dengan IPM terendah
yaitu Papua, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

IPM dikategorikan menjadi 3, yaitu IPM tinggi (IPM ≥ 80), IPM sedang (IPM 50-79,99),
dan IPM rendah (IPM <50). Berdasarkan kategori tersebut keadaan IPM di Indonesia
sama seperti tahun 2010 yaitu belum ada satu provinsi mencapai IPM tinggi, begitu pula
tidak ada satu provinsi pun memiliki IPM rendah. Artinya, seluruh provinsi di Indonesia
memiliki IPM berkategori sedang. IPM menurut provinsi beserta komponennya dapat
dilihat pada Lampiran 3.2.

Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Selain itu, AHH juga menjadi salah satu indikator yang
digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). AHH yaitu rata-
rata jumlah tahun yang akan dijalani seseorang sejak orang tersebut lahir. Gambar 3.12
menunjukkan perubahan AHH tahun 2006 sampai tahun 2011.

GAMBAR 3.12
ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR
DI INDONESIA TAHUN 2006-2011

Sumber: BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011

65
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Angka harapan hidup di Indonesia meningkat dari 68,5 tahun pada tahun 2006 menjadi
69,65 tahun pada tahun 2011. Provinsi dengan AHH tertinggi DKI Jakarta sebesar 73,35
tahun yang diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 73,27 tahun dan Sulawesi Utara sebesar
72,33 tahun. Sedangkan AHH terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar
62,41 tahun, yang diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 64,17 tahun dan Banten
sebesar 65,05 tahun seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.13 berikut ini :

GAMBAR 3.13
ANGKA HARAPAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2011

Sumber : BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011

66
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

C. STATUS GIZI
1. Status Gizi Balita

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs
adalah status gizi balita. Status gizi balita dapat diukur berdasarkan umur, berat badan
(BB), dan tinggi badan/panjang badan (TB). Variabel umur, BB, dan TB ini disajikan dalam
bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator
BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan
indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan
berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan yang
rendah dapat disebabkan karena tubuh yang pendek (kronis) atau karena diare atau
penyakit infeksi lain (akut). Pada tahun 2010 terdapat 17,9% balita kekurangan gizi yang
terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Sebesar 5,8%
balita dengan status gizi lebih. Dibandingkan tahun 2007, terjadi penurunan kekurangan
gizi balita pada tahun 2010 dari 18,4% menjadi 17,9%.

Berdasarkan prevalensi menurut provinsi, prevalensi balita kekurangan gizi terendah


dicapai Sulawesi Utara (10,6%), Bali (10,9%) dan DKI Jakarta (11,3%). Sedangkan provinsi
dengan prevalensi tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat (30,5%), Nusa Tenggara Timur
(29,4%) dan Kalimantan Barat (29,2%). Target MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015
untuk indikator ini sebesar 15,5%. Dengan demikian dari 33 provinsi terdapat 9 provinsi
di antaranya telah mencapai target tersebut pada tahun 2010. .

Indikator gizi yang lain yaitu tinggi badan menurut umur (TB/U) memberikan indikasi
masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama,
misalnya kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat dan pola asuh/pemberian makan
yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.
Indikator BB/TB dan Indeks Massa Tubuh (IMT) memberikan indikasi masalah gizi
yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak
lama (singkat), misalnya mengidap penyakit tertentu dan kekurangan asupan gizi yang
mengakibatkan anak menjadi kurus.

Pada tahun 2010 terdapat 35,6% balita dengan tinggi badan di bawah normal yang
terdiri dari 18,5% balita sangat pendek dan 17,1% balita pendek. Dibandingkan tahun
2007, terjadi sedikit penurunan persentase balita pendek dan sangat pendek pada
tahun 2010 dari 36,8% menjadi 35,6%.

67
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Menurut provinsi, prevalensi balita pendek terendah terjadi di Provinsi DI Yogyakarta


(22,5%), DKI Jakarta (26,6%) dan Kepulauan Riau (26,9%). Sedangkan provinsi dengan
prevalensi tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Timur (58,4%), Papua Barat (49,2%) dan
Nusa Tenggara Barat (48,3%).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 menetapkan 4


sasaran pembangunan kesehatan, dimana salah satu sasaran yang harus dicapai adalah
menurunkan prevalensi balita pendek menjadi 32%, sehingga ada sebanyak 11 provinsi
di Indonesia (33,3%) yang telah mencapai target tersebut pada tahun 2010.Indikator
antropometri lain untuk menilai status gizi balita yaitu berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB). Pada tahun 2010 terdapat 13,3% balita wasting (kurus) yang terdiri dari 7,3%
balita kurus dan 6,0% sangat kurus. Dibandingkan tahun 2007, terjadi sedikit penurunan
persentase balita kurus pada tahun 2010 dari 13,6% menjadi 13,3%.

Standar prevalensi balita kurus pada suatu populasi menurut WHO sebesar ≤5%. Hal
itu berarti masalah kekurusan di Indonesia belum memenuhi standar WHO. Demikian
juga berdasarkan prevalensi menurut provinsi, seluruh provinsi di Indonesia belum
memenuhi standar WHO karena memiliki prevalensi balita kurus lebih dari 5%. Provinsi
dengan prevalensi balita kurus terendah yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(7,5%), Kepulauan Riau (8,0%) dan Sumatera Barat (8,2%). Sedangkan provinsi dengan
prevalensi tertinggi terjadi di Jambi (20,0%), Bengkulu (17,8%) dan Maluku Utara
(17,7%).

2. Status Gizi Penduduk Dewasa

Gambaran status gizi pada kelompok umur >18 tahun dapat diketahui melalui prevalensi
gizi berdasarkan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Status gizi pada kelompok dewasa
berusia di atas 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah kurus
juga masih cukup tinggi. Prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa sebanyak
11,7% dan berat badan lebih sebesar 10,0%. Dengan demikian prevalensi kelompok
dewasa kelebihan berat badan sebesar 21,7%. Angka kelebihan berat badan pada
perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki yaitu 26,9% pada perempuan dan 16,3% pada
laki-laki. Pada semua kelompok umur penduduk dewasa, kelebihan berat badan lebih
tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Rata-rata prevalensi kelebihan berat
badan relatif tinggi terdapat pada usia 35-59 tahun pada laki-laki maupun perempuan.
Pada usia tersebut, sekitar sepertiganya mengalami kelebihan berat badan di kelompok
perempuan dan sekitar seperlimanya di kelompok laki-laki.

68
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Menurut laporan Riskesdas tahun 2010 provinsi dengan prevalensi kelebihan berat
badan pada penduduk >18 tahun terendah yaitu Nusa Tenggara Timur (13,0%), Sulawesi
Tenggara (16,3%), dan Nusa Tenggara Barat (16,8%). Provinsi dengan prevalensi
kelebihan berat badan tertinggi yaitu Sulawesi Utara (37,1%), Kepulauan Riau (30,8%),
dan Kalimantan Timur (29,4%). Sedangkan provinsi dengan prevalensi IMT normal
tertinggi yaitu Sulawesi Tenggara (72,8%), Lampung (70,7%) dan Riau (69,4%).

Berdasarkan karakteristik, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang
tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status ekonomi yang
tertinggi. Rincian status gizi pada balita dan dewasa menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 3.3 sampai dengan Lampiran 3.7.

D. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka
prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam
suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian
terhadap derajat kesehatan masyarakat.

1. Penyakit Menular

a. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri


Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah
terinfeksi basil tuberkulosis. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, tuberkulosis
menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam
MDGs.

Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan insiden
(didefinisikan sebagai jumlah kasus baru dan kasus kambuh tuberkulosis yang muncul
dalam periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satu tahun), prevalensi
(didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu) dan
mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam
jangka waktu tertentu).

69
Profil Kesehatan Indonesia 2012

i. Kasus Baru dan Prevalensi BTA Positif

Jumlah kasus baru BTA+ yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak 202.301
kasus. Jumlah tersebut sedikit lebih rendah bila dibandingkan kasus baru BTA+
yang ditemukan tahun 2011 yang sebesar 197.797 kasus.

Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah


penduduk yang tinggi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kasus baru
di tiga provinsi tersebut sekitar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia.

Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki hampir 1,5 kali dibandingkan
kasus BTA+ pada wanita. Sebesar 59,4% kasus BTA+ yang ditemukan berjenis
kelamin laki-laki dan 40,6% kasus berjenis kelamin perempuan. Seluruh kasus
di 33 provinsi di Indonesia lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi
di Aceh, kasus pada laki-laki hampir 3/2 dari kasus perempuan, yaitu 66,1%
penderita laki-laki dan 33,9%-nya merupakan penderita perempuan.

GAMBAR 3.14
PROPORSI KASUS BARU BTA+ MENURUT KELOMPOK UMUR
TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

70
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Menurut kelompok umur, kasus baru yang ditemukan paling banyak pada
kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 21,72% diikuti kelompok umur 35-44
tahun sebesar 19,38% dan pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,26%.
Proporsi kasus baru BTA+ menurut kelompok umur dapat dilihat pada Gambar
3.14.

Kasus baru BTA+ kelompok umur 0-14 tahun merupakan proporsi yang paling
rendah. Dari gambar di atas terlihat bahwa kasus tuberkulosis rata-rata terjadi
pada orang dewasa. Pada seluruh kelompok umur tersebut penderita laki-laki
lebih banyak dibandingkan perempuan, kecuali pada kelompok umur 0-14 tahun
penderita perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

ii. Proporsi Pasien Baru BTA Positif di antara Semua Kasus

Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus adalah persentase
pasien baru BTA positif di antara semua pasien TB paru tercatat. Indikator
ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara
seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah
dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA positif di bawah 65% maka hal itu
menunjukkan mutu diagnosis yang rendah dan kurang memberikan prioritas
untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA Positif).

GAMBAR 3.15
PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU
DI INDONESIA TAHUN 2007-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

71
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Pada Gambar 3.15, terlihat bahwa sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2012
proporsi pasien baru BTA positif di antara seluruh kasus belum mencapai target
yang diharapkan meskipun tidak terlalu jauh berada di bawah target minimal
(yang sebesar 65%). Hal itu mengindikasikan kurangnya prioritas menemukan
kasus BTA positif. Namun, menurut provinsi, terdapat beberapa provinsi yang
telah mencapai target tersebut seperti yang terlihat pada Gambar 3.16.

GAMBAR 3.16
PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 proporsi BTA positif di antara seluruh kasus TB Paru tertinggi
dicapai oleh Provinsi Sulawesi Tenggara (94%), Sulawesi Utara dan Jambi masing-
masing 92%. Sedangkan capaian terendah yaitu Provinsi Papua Barat (31%),
DKI Jakarta (33%) dan Papua (38%). Sebanyak 21 dari 33 provinsi (63,6%) telah
mencapai target minimal 65%.

72
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

iii. Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)

Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu.
Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan
penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna
untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya
penemuan pasien pada wilayah tersebut.

GAMBAR 3.17
ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2007-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Gambar 3.17 menunjukkan angka notifikasi kasus baru TB paru BTA positif
dari tahun 2007-2011 mengalami peningkatan kecuali tahun 2012 yang sedikit
menurun menjadi 82 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka notifikasi seluruh
kasus BTA positif semenjak 2007 sampai 2012 cenderung meningkat.

73
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 3.18
ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Gambar 3.18 menunjukkan besarnya angka notifikasi atau case notification rate
(CNR) semua kasus tuberkulosis per provinsi tahun 2012 yang secara nasional
terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011. Sebaliknya, CNR TB BTA+
pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011. Provinsi
dengan angka notifikasi kasus TB BTA+ tertinggi yaitu Sulawesi Utara sedangkan
yang terendah D.I.Yogyakarta.

74
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

iv. Angka Penemuan Kasus

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection
Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan
diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam
wilayah tersebut. Berikut ini ditampilkan angka penemuan kasus tahun 2006-
2012.

GAMBAR 3.19
ANGKA PENEMUAN KASUS (CASE DETECTION RATE) TB PARU BTA+
DI INDONESIA TAHUN 2006-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 3.19 terlihat kecenderungan peningkatan angka penemuan


kasus BTA+ sejak 2007 sampai tahun 2012. WHO menetapkan standar angka
penemuan kasus sebesar 70%. Dengan demikian sejak tahun 2006 sampai
tahun 2012, Indonesia telah mencapai standar tersebut. Sedangkan Kemenkes
menetapkan target Renstra minimal 80% untuk angka penemuan kasus pada
tahun 2012. Berdasarkan hal tersebut, capaian angka penemuan kasus tahun
2012 yang sebesar 82,3% juga telah memenuhi target Renstra.

Informasi mengenai Tuberkulosis menurut provinsi secara rinci dapat dilihat


pada Lampiran 3.8-3.11.

75
Profil Kesehatan Indonesia 2012

b. HIV & AIDS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human


Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif.
Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu
pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei Terpadu
Biologis dan Perilaku (STBP).

i. Jumlah kasus HIV positif dan AIDS

Perkembangan kasus HIV positif sejak 2005 sampai dengan tahun 2012 disajikan
pada Gambar 3.20 berikut ini.

GAMBAR 3.20
JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF
DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Sampai dengan tahun 2005 kasus baru HIV positif sebesar 859 kasus kemudian
meningkat menjadi 21.511 kasus pada tahun 2012. Pemetaan epidemi HIV di
Indonesia dibagi menjadi lima kategori, yaitu <90 kasus, 90-206 kasus, 207-323
kasus, 324-440 kasus, dan > 440 kasus. Gambar 3.21 berikut ini memperlihatkan
distribusi HIV di Indonesia.

76
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

GAMBAR 3.21
PETA EPIDEMI HIV DI INDONESIA
TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan gambar di atas, sebanyak 11 provinsi (33,3%) di Indonesia memiliki


kasus HIV > 440, sebanyak 8 provinsi (24,2%) dengan kasus HIV < 90 kasus,
sebanyak 7 provinsi (21,2%) dengan kasus HIV 206-323. Provinsi dengan jumlah
HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta, Papua, dan Jawa Timur. Sedangkan estimasi
jumlah ODHA dewasa tahun 2012 sebesar 591.823.

Gambar berikut menampilkan kasus baru dan kumulatif penderita AIDS yang
terjadi sampai dengan tahun 2012.

GAMBAR 3.22
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI
SARANA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

77
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 3.23
JUMLAH KASUS BARU PENDERITA AIDS
10 PROVINSI TERTINGGI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Menurut provinsi, Jawa Timur merupakan provinsi dengan penemuan kasus


baru AIDS tertinggi pada tahun 2012, yaitu sebesar 822 kasus, diikuti oleh Jawa
Tengah dan Bali yang masing-masing sebesar 798 dan 650 kasus.

Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru AIDS tahun 2012 pada kelompok
laki-laki lebih besar dibandingkan persentase pada kelompok perempuan yaitu
sebesar 51,6% berbanding 33,0% seperti digambarkan di bawah ini.
GAMBAR 3.24
PROPORSI KASUS BARU AIDS MENURUT JENIS KELAMIN
DI INDONESIA SAMPAI TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

78
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Walaupun pada tahun 2012 proporsi kasus baru AIDS pada kelompok penderita
laki-laki masih lebih besar daripada perempuan, namun gambar di atas
memperlihatkan proporsi penderita perempuan semakin lama cenderung
semakin meningkat. Sebaliknya, proporsi penderita laki-laki semakin lama
semakin menurun. Hal itu menunjukkan laju peningkatan penderita baru AIDS
perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki.

Pada Gambar 3.25 berikut ini disajikan penderita AIDS menurut kelompok umur.

GAMBAR 3.25
PERSENTASE KASUS BARU AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Gambaran kasus baru AIDS menurut kelompok umur menunjukkan bahwa


sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun, 30-39 tahun,
dan 40-49 tahun. Kelompok umur tersebut memang termasuk ke dalam
kelompok usia produktif yang juga aktif secara seksual dan termasuk kelompok
umur yang menggunakan NAPZA suntik.

HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan


seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui Lelaki Seks
dengan Lelaki (LSL), penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah

79
Profil Kesehatan Indonesia 2012

dan dari ibu ke anak. Berikut ini disajikan persentase kasus AIDS menurut cara
penularan tersebut.

GAMBAR 3.26
PERSENTASE KASUS AIDS MENURUT FAKTOR RISIKO
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas nampak bahwa hubungan heteroseksual masih merupakan


cara penularan dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu sebesar
77,75%, diikuti oleh penasun atau Injecting Drug User (IDU) sebesar 9,16% dan
dari ibu ke anak sebesar 3,76%.

80
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

ii. Angka kematian akibat AIDS

Angka kematian (Case Fatality Rate) akibat AIDS pada periode 2000-2012 secara
umum cenderung menurun seperti Gambar 3.27 berikut ini. Pada tahun 2012
CFR AIDS di Indonesia sebesar 3,17%.

GAMBAR 3.27
ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS YANG DILAPORKAN
DI INDONESIA TAHUN 2000-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

iii. Pengetahuan AIDS

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk


tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan dengan
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Hasil SDKI 2012 menunjukan bahwa persentase wanita umur 15-49 tahun yang
pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar 76,7%. Sedangkan pria kawin umur
15-54 tahun yang pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar 82,3%. Tabel
berikut ini memperlihatkan persentase responden yang pernah mendengar
tentang HIV AIDS menurut karakteristik latar belakang.

Data pada Tabel 3.1 menunjukkan bahwa wanita umur 15-24 tahun cenderung
memiliki pengetahuan tentang HIV-AIDS lebih tinggi dibandingkan wanita pada
kelompok umur 30 tahun keatas. Wanita belum kawin memiliki pengetahuan
yang lebih tinggi dari wanita kawin. Di antara wanita yang belum kawin, mereka

81
Profil Kesehatan Indonesia 2012

TABEL 3.1
PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN YANG PERNAH
MENDENGAR TENTANG HIV AIDS MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG
TAHUN 2012

t.a.d = tidak sesuai


1
Termasuk pria berstatus hidup bersama

yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai pengetahuan mengenai


HIV-AIDS yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita belum kawin dan
belum pernah melakukan hubungan seksual. Pengetahuan tentang HIV-AIDS di
antara wanita perkotaan lebih tinggi dibanding wanita perdesaan. Pengetahuan
mengenai HIV-AIDS meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan wanita.
Persentase wanita kelompok umur 15-19 tahun yang mengetahui tentang HIV-
AIDS lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pria kawin pada kelompok
umur yang sama. Tingkat pengetahuan pria kawin di perkotaan lebih tinggi dari
di perdesaan.

Hasil SDKI 2012 juga menunjukan bahwa persentase wanita umur 15-49

82
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

tahun yang memiliki pengetahuan tentang cara mengurangi risiko HIV AIDS
dengan menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks dengan satu
pasangan sebesar 37,3%. Sedangkan pria kawin umur 15-54 tahun yang memiliki
pengetahuan yang sama sebesar 49,1%. Tabel berikut ini memperlihatkan
persentase responden yang memiliki pengetahuan tentang cara mengurangi
HIV AIDS menurut karakteristik latar belakang.

Tingginya persentase wanita umur 15-49 tahun dan pria kawin umur 15-
54 tahun yang pernah mendengar tentang HIV-AIDS, tidak sesuai dengan
tingkat pengetahuan tentang cara mengurangi risiko tertular HIV-AIDS. Secara
keseluruhan, 57,6% wanita mengetahui bahwa membatasi seks hanya dengan
satu partner (pasangan) sebagai cara mengurangi risiko penularan, 42,9%
mengatakan bahwa menggunakan kondom secara teratur akan mengurangi
kemungkinan terinfeksi, dan 37,3% dengan menggunakan kondom dan
membatasi berhubungan seks hanya dengan satu pasangan akan mengurangi
risiko tertular HIV-AIDS.

Pengetahuan pria mengenai HIV-AIDS sedikit lebih tinggi dibanding wanita.


Untuk pria kawin, 62,8% mengatakan HIV-AIDS dapat dihindari dengan
membatasi hubungan seks hanya dengan satu pasangan, 58,5% menggunakan
kondom, dan 49,1% menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks
hanya dengan satu pasangan.

Menurut kelompok umur, wanita umur 25-29 tahun cenderung memiliki


pengetahuan tentang cara mengurangi risiko HIV-AIDS lebih tinggi dibandingkan
wanita pada kelompok umur yang lain, namun pada sub kelompok umur 20-
24 tahun persentasenya paling tinggi dibandingkan kelompok umur lain yaitu
sebesar 42,5%.

Wanita belum kawin memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dari wanita kawin.
Di antara wanita yang belum kawin, mereka yang pernah melakukan hubungan
seksual mempunyai pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terkena HIV-
AIDS (menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan
satu pasangan) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita belum kawin dan
belum pernah melakukan hubungan seksual.

83
Profil Kesehatan Indonesia 2012

TABEL 3.2
PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN TENTANG CARA
MENGURANGI RISIKO TERKENA HIV AIDS MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG
TAHUN 2012

t.a.d = tidak sesuai


1 Termasuk pria yang berstatus hidup bersama
2 Menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks
3 Pasangan yang tidak memiliki pasangan lain

Pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terkena HIV-AIDS (menggunakan


kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu pasangan) di
antara wanita perkotaan lebih tinggi dibanding wanita perdesaan. Pengetahuan
mengenai HIV-AIDS meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan wanita.

84
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Berbeda dengan persentase pernah mendengar HIV AIDS yang lebih tinggi pada
wanita, persentase pria kawin kelompok umur 15-19 tahun yang mengetahui
cara mengurangi risiko terkena HIV-AIDS (menggunakan kondom dan membatasi
berhubungan seks hanya dengan satu pasangan) tentang HIV-AIDS lebih tinggi
dibandingkan dengan persentase wanita kawin pada kelompok umur yang sama.
Tingkat pengetahuan pria kawin di perkotaan lebih tinggi dari di perdesaan.

c. Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat
kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang
pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun
dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).

ISPA, khususnya pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia terutama pada balita. Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Data cakupan
penemuan pneumonia balita pada kurun waktu enam tahun terakhir disajikan pada
gambar berikut ini.

GAMBAR 3.28
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA
DI INDONESIA TAHUN 2007-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

85
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Sejak tahun 2007 sampai 2012, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak
mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 23%-27,71%. Selama kurun
waktu tersebut cakupan penemuan pneumonia tidak pernah mencapai target nasional,
termasuk target tahun 2012 yang sebesar 80%.

Berikut ini ditampilkan angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut provinsi
tahun 2012.

GAMBAR 3.29
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 tidak ada satupun provinsi yang mencapai target program penemuan
pneumonia pada balita. Provinsi dengan cakupan penemuan pneumonia pada balita
tertinggi berturut-turut yaitu Provinsi DKI Jakarta sebesar 73,35%, Nusa Tenggara Barat
sebesar 59,24%, dan Jawa Barat sebesar 43,16%. Sedangkan tiga provinsi dengan
cakupan terendah yaitu Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,75%, Aceh sebesar
3,84%, dan Sulawesi Utara sebesar 4,19%. Provinsi Papua Barat dan Papua seperti tahun
sebelumnya, tidak melaporkan data pneumonia pada balita. Data cakupan masing-
masing provinsi menurut kelompok umur beserta angka kematian penderita pneumonia
terdapat pada Lampiran 3.15 dan Lampiran 3.16

86
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

d. Kusta

Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.

Pada tahun 2000, dunia (termasuk Indonesia) telah berhasil mencapai status eliminasi.
Eliminasi didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1
kasus per 10.000 penduduk. Dengan demikian, sejak tahun tersebut di tingkat dunia
maupun nasional, kusta bukan lagi menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat.

Sejak tercapainya status eliminasi kusta, situasi kusta di Indonesia menunjukkan kondisi
yang relatif statis. Hal ini dapat terlihat dari angka penemuan kasus baru kusta yang
berkisar antara 7 hingga 8 per 100.000 penduduk per tahunnya. Begitu pula halnya
dengan angka prevalensi kusta yang berkisar antara 8 hingga 10 per 100.000 penduduk
dan telah mencapai target < 10. Situasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

GAMBAR 3.30
ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR)
TAHUN 2007-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

87
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Pada tahun 2012 dilaporkan terdapat 16.123 kasus baru kusta, terdiri dari kasus tipe
Multi Basiler sebanyak 13.268 kasus dan tipe Pausi Basiler sebanyak 2.855 kasus dengan
Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar 6,6 per 100.000 penduduk. NCDR tahun
2012 relatif lebih kecil dibandingkan 5 tahun sebelumnya.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan telah menetapkan


33 provinsi di Indonesia ke dalam 2 kelompok beban kusta, yaitu provinsi dengan beban
kusta tinggi (high endemic) dan beban kusta rendah (low endemic). Provinsi dengan
high endemic jika NCDR > 10 per 100.000 penduduk atau jumlah kasus baru lebih dari
1.000, sedangkan low endemic jika NCDR < 10 per 100.000 penduduk atau jumlah kasus
baru kurang dari 1.000 kasus.

Pada Gambar 3.31 terlihat bahwa terdapat sebanyak 13 provinsi (39,4%) yang termasuk
dalam beban kusta tinggi. Sebanyak 20 provinsi lainnya (60,6%) termasuk dalam beban
kusta rendah. Hampir seluruh provinsi di bagian timur Indonesia merupakan daerah
dengan beban kusta tinggi.

GAMBAR 3.31
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

88
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Proporsi cacat tingkat II menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta,
sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator
proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Proporsi cacat tingkat II pada tahun
2012 sebesar 5,8%. Sedangkan proporsi anak di antara penderita baru pada tahun 2012
sebesar 5,66%.

GAMBAR 3.32
PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK
DI ANTARA KASUS BARU KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2001-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada kurun waktu 2001-2012 terjadi kecenderungan peningkatan proporsi cacat tingkat
II, pada tahun 2012 sebesar 11,4%. Menurut provinsi, Sumatera Selatan, Kep Bangka
Belitung, dan Jawa Barat merupakan 3 provinsi dengan proporsi cacat pada anak
tertinggi yaitu masing-masing sebesar 23,88%, 23,68%, dan 23,27%. Sedangkan proporsi
kusta pada anak cenderung meningkat sampai dengan tahun 2011. Namun pada tahun
2012 sedikit menurun menjadi sebesar 11,4%. Papua Barat, Papua, dan NTB merupakan
provinsi dengan proporsi kusta anak tertinggi. Data/informasi terkait penyakit kusta
menurut provinsi terdapat pada Lampiran 3.19 dan Lampiran 3.20.

89
Profil Kesehatan Indonesia 2012

e. Diare

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Laporan Riskesdas tahun 2007
menunjukkan bahwa penyakit Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada
bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan
penyebab kematian yang ke empat (13,2%).

Hasil survei morbiditas diare menunjukan penurunan angka kesakitan penyakit diare
yaitu dari 423 per 1.000 penduduk pada tahun 2006 turun menjadi 411 per 1.000
penduduk pada tahun 2010.

Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2012 menurun secara signifikan dibandingkan
tahun 2011 dari 3.003 kasus menjadi 1.585 kasus pada tahun 2012. KLB diare terjadi di
15 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Sumatera Selatan, Sumatera Barat,
dan Sumatera Utara masing-masing sebanyak 292, 274 dan 241 penderita. Pada Gambar
3.33 disajikan kecenderungan CFR Diare pada periode tahun 2007-2012.

GAMBAR 3.33
CASE FATALITY RATE (CFR) PADA KLB DIARE
DI INDONESIA TAHUN 2007–2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

90
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Pada gambar di atas terlihat adanya kecenderungan penurunan CFR diare sejak tahun
2008 sampai tahun 2011, dari 2,94% menjadi 0,4%. Walaupun terjadi penurunan
penderita pada KLB diare pada tahun 2012, namun terjadi peningkatan CFR pada tahun
2012 menjadi 1,45%. CFR KLB diare tertinggi terjadi di Provinsi Papua sebesar 5%.

Target CFR KLB Diare diharapkan <1%. Dengan demikian secara nasional, CFR KLB
diare tidak memenuhi target program. Hal ini terjadi pada umumnya karena penderita
terlambat memperoleh pertolongan, yang antara lain akibat letak geografis yang sulit
dan biasanya jauh dari sarana pelayanan kesehatan.

Penanganan diare sesuai standar di fasilitas kesehatan pada tahun 2012 sebesar 36,6%
dengan capaian tertinggi di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur yang masing-masing
sebesar 100%.

2. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

a. Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh
melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan
oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus Tetanus Neonatorum
banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang rendah.

Pada tahun 2012, dilaporkan terdapat 119 kasus Tetanus Neonatorum dengan jumlah
meninggal 59 kasus. Dengan demikian, Case Fatality Rate (CFR) Tetanus Neonatorum
pada tahun 2012 sebesar 49,6%, relatif menurun dibandingkan tahun 2011 yang sebesar
60,5%. Kasus yang meninggal tersebut dilaporkan dari 20 provinsi.

Gambaran kasus menurut faktor risiko status imunisasi menunjukkan bahwa sebagian
kasus terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi yaitu 77 kasus (65%). Sebanyak 64
kasus (53,8%) melakukan pemeriksaan kehamilan dengan bidan. Namun, menurut faktor
penolong persalinan, 81 kasus (68%) ditolong oleh penolong persalinan tradisional,
misalnya dukun. Untuk pemotongan tali pusat, sebagian besar kasus dilakukan
pemotongan tali pusat dengan gunting yaitu 71 kasus (60%). Gambaran kasus Tetanus
Neonatorum beserta persentase kasus menurut faktor risiko dan provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 3.21.

91
Profil Kesehatan Indonesia 2012

b. Campak

Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus. Penularan


dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang
telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah
dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan
kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.

Pada tahun 2012, dilaporkan terdapat 15.987 kasus campak dari 32 provinsi yang
melaporkan adanya kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 4 kasus, yang dilaporkan
dari 2 provinsi, yaitu Kalimantan Barat 3 kasus dan Sulawesi Selatan 1 kasus. Incidence
Rate pada tahun 2012 sebesar 6,5 per 100.000 penduduk, lebih rendah dibandingkan
dengan tahun 2011 yang sebesar 9,22 per 100.00 penduduk.

GAMBAR 3.34
INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

92
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Menurut kelompok umur, kasus campak pada kelompok umur 5-9 tahun merupakan yang
terbesar yaitu sebesar 31%. Namun jika dihitung rata-rata umur tunggal, kasus campak
pada bayi (1 tahun), merupakan yang tertinggi. Gambar 3.35 berikut memperlihatkan
proporsi kasus campak per kelompok umur.

GAMBAR 3.35
PROPORSI KASUS CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Campak dinyatakan sebagai KLB apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu
4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan
epidemiologis. Pada tahun 2012, jumlah KLB campak yang terjadi sebanyak 160 KLB
dengan jumlah kasus sebanyak 2.303 kasus. Berdasarkan konfirmasi laboratorium,
73 kejadian (45,6%) diantaranya merupakan rubella. Frekuensi KLB campak tertinggi
terjadi di Jawa Barat (21 kejadian) dan Jambi (17 kejadian). Untuk jumlah kasus KLB
campak, kasus terbanyak terdapat di Jawa Barat (315 kasus) dan Sulawesi Tengah (208
kasus). Jumlah kasus yang meninggal pada KLB campak tersebut sebanyak 4 kasus yang
dilaporkan dari Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara.

Data/informasi mengenai penyakit campak menurut provinsi terdapat pada Lampiran


3.22 sampai Lampiran 3.26.

93
Profil Kesehatan Indonesia 2012

c. Difteri

Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang


sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya menyerang anak-anak
usia 1-10 tahun.

Jumlah kasus difteri pada tahun 2012 sebanyak 1.192 kasus dengan jumlah kasus
meninggal sebanyak 76 kasus sehingga CFR difteri sebesar 6,38%. Dari 18 provinsi
yang melaporkan adanya kasus difteri, kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur sebanyak
954 kasus (80%), diikuti oleh Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan masing-masing
sebanyak 61 kasus (5,1%) dan 50 kasus (4,2%).

Gambaran kasus menurut kelompok umur pada tahun 2012 menunjukkan jumlah
kasus pada kelompok umur 5-9 bulan sebanyak 30%, pada kelompok umur > 14 bulan
sebanyak 29,9%. Pada tahun 2012 sebanyak 47,32% kasus telah mendapatkan vaksinasi.
GAMBAR 3.36
PROPORSI KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Gambaran penyakit difteri menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.27 dan
Lampiran 3.28.

94
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)

Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk PD3I. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan.
Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini ditandai dengan
munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan
lengan.

AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh
(bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak).
Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio
sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Kementerian
Kesehatan menetapkan Non Polio AFP Rate minimal 2/100.000 populasi anak usia <
15 tahun. Pada tahun 2012, secara nasional Non Polio AFP Rate sebesar 2.77/100.000
populasi anak < 15 tahun yang berarti telah mencapai standar minimal penemuan.

GAMBAR 3.37
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 sebagian besar provinsi telah mencapai target non polio AFP rate > 2
per 100.000 penduduk (87,9%). Sebanyak 4 provinsi belum mencapai target non polio
AFP rate yaitu Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Papua. Provinsi
dengan non polio AFP rate tertinggi yaitu Gorontalo sebesar 7,33 dan NTT sebesar 5,33
per 100.000 penduduk <15 tahun. Informasi lebih rinci mengenai AFP menurut provinsi
terdapat pada Lampiran 3.29.

95
Profil Kesehatan Indonesia 2012

3. Penyakit Bersumber Binatang

Beberapa penyakit dapat menular melalui binatang yang biasa disebut penyakit
bersumber binatang. Penyakit bersumber binatang di antaranya adalah Malaria,
Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, dan Rabies. Penyakit tersebut dapat
mengakibatkan kerugian secara ekonomi bahkan beberapa menyebabkan kematian.

a. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang
masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak
ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus
di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus
dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.

Pada tahun 2012, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 90.245 kasus
dengan jumlah kematian 816 orang (Incidence Rate/Angka kesakitan= 37,11 per
100.000 penduduk dan CFR= 0,90%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2012
dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 65.725 kasus dengan IR 27,67. Target Renstra
angka kesakitan DBD tahun 2012 sebesar 53 per 100.000 penduduk, dengan demikian
Indonesia telah mencapai target Renstra 2012. Berikut tren IR DBD selama kurun waktu
2007-2012.
GAMBAR 3.38
ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013


96
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Pemetaan Angka Kesakitan (Incidence Rate) DBD menurut provinsi tahun 2012 dapat
dilihat pada Gambar 3.39 berikut ini.

GAMBAR 3.39
ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 PENDUDUK
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Target rencana strategi Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2014
sebesar <35 per 100.000 penduduk. Dengan demikian, berdasarkan gambar di atas,
pada tahun 2012 terdapat 15 provinsi (45,45%) yang mencapai target renstra tahun
2012. Sedangkan berdasarkan target rencana strategi Kementerian Kesehatan tahun
2012 yang sebesar <53 per 100.000 penduduk, sebanyak 22 provinsi (66,67%) telah
mencapai target 2012.

Pada tahun 2012 terdapat 5 provinsi yang memiliki CFR akibat DBD tinggi (> 2%) yaitu
Provinsi Papua Barat, Maluku, Gorontalo, Kep. Bangka Belitung, dan Jambi. Hal ini
menunjukkan bahwa masih perlu upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,
manajemen tata laksana penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan, peningkatan
kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di rumah sakit dan puskesmas (dokter, perawat
dan lain-lain) termasuk peningkatan sarana-sarana penunjang diagnostik dan
penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan.

Sejalan dengan peningkatan jumlah/angka kesakitan, jumlah kabupaten/kota terjangkit


DBD pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan, dari 374 (75,25%) menjadi 417
Kabupaten/Kota (83,9%) pada tahun 2012. Peningkatan ini menunjukkan semakin
luasnya penyebaran DBD. Berikut ini gambaran jumlah kabupaten/kota terjangkit tahun
2008-2012. Selama periode tahun 2005 sampai tahun 2012 jumlah kabupaten/kota
terjangkit DBD cenderung meningkat.

97
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 3.40
JUMLAH KABUPATEN/KOTA TERJANGKIT DBD
DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait dengan penyakit DBD dapat dilihat pada
Lampiran 3.33 dan Lampiran 3.34.

b. Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit infeksi akut yang ditandai gejala utama demam, ruam/
bercak-bercak kemerahan di kulit dan nyeri persendian, penyakit ini disebabkan oleh
infeksi virus Chik yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Demam chik dijumpai terutama di daerah tropis/subtropis dan sering menimbulkan


epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam chik yaitu rendahnya
status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena
banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Pada Gambar 3.41 tampak terjadinya penurunan jumlah kasus chikungunya yang
signifikan pada tahun 2012 dibandingkan 3 tahun sebelumnya yaitu sebesar 1.831 kasus.

98
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

GAMBAR 3.41
JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA
TAHUN 2007-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Hingga saat ini belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat Chikungunya. Faktor
penyebab turunnya kasus antara lain kondisi cuaca yang relative kering dengan curah
hujan yang rendah, adanya imunitas pada daerah yang pernah terjangkit, sebagian
daerah tidak melaporkan kasus Chikungunya dan lain-lain.

c. Filariasis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri
dari 3 (tiga) spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Penyakit
ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk
yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut
tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan
pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital.

Gambar 3.42 menunjukan dari tahun 2008 sampai dengan 2011 kasus klinis filariasis
meningkat dari tahun ke tahun, namun pada tahun 2012 kasus klinis filariasis ada
penurunan sebesar 163 kasus, hal ini disebabkan adanya penderita yang meninggal
karena penyakit lain atau faktor lain.

Provinsi Aceh, NTT, dan Papua merupakan provinsi dengan kasus klinis tertinggi.
Pada tahun 2012 sebanyak 300 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota (60,4%)

99
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 3.42
JUMLAH KASUS KLINIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

di Indonesia merupakan endemis filariasis. Penentuan endemisitas kabupaten/kota


tersebut didasarkan pada hasil survei darah jari dengan mikrofilaria ratenya (mf rate)
>1%. Dari 300 kabupaten/kota endemis tersebut, dilaporkan sebanyak 87 kabupaten/
kota telah melaksanakan Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis dan
32 Kabupaten/Kota yang telah selesai POMP Filariasis selama 5 tahun berturut-turut.
Upaya pengendalian filariasis lebih lanjut akan dibahas di bagian Upaya Kesehatan.

d. Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan
oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua
orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-
anak dan orang dewasa.

Indonesia merupakan salah satu negara yang masih terjadi transmisi malaria (Berisiko
Malaria/Risk-Malaria), dimana pada tahun 2011 terdapat 422.477 kasus dan pada tahun
2012 terjadi penurunan kasus malaria positif menjadi 417.819 kasus.

100
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria


suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu :

a. Endemis Tinggi bila API >5 per 1.000 penduduk.


b. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 - 5 per 1.000 penduduk.
c. Endemis Rendah bila API 0 - 1 per 1.000 penduduki.
d. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah
pembebasan malaria) atau API = 0.

Dari data yang dilaporkan ke Subdit Malaria diperoleh gambaran peta endemisitas
malaria sebagai berikut ini.
GAMBAR 3.43
PETA ENDEMISITAS MALARIA DI INDONESIA
TAHUN 2011 DAN 2012
Tahun 2011

Tahun 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

101
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Dari gambaran peta dan tabel endemisitas malaria di kabupaten/kota terlihat penurunan
jumlah daerah endemis tinggi dimana pada tahun 2010 kabupaten/kota yang termasuk
daerah endemis tinggi sebanyak 16,97 %, pada tahun 2011 sebanyak 12% dan sedikit
meningkat pada tahun 2012 sebanyak 12,88 %. Data kasus tahun 2012 mempunyai
tingkat kelengkapan laporan sebesar 80%. Gambar 3.44 berikut ini memperlihatkan
perubahan persentase endemisitas malaria tahun 2010-2012.

GAMBAR 3.44
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA MENURUT TINGKAT ENDEMISITAS
TAHUN 2010-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

e. Angka Kesakitan Malaria

Secara nasional angka kesakitan malaria selama tahun 2005 – 2012 cenderung menurun
yaitu dari 4,1 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2005 menjadi 1,69 per 1.000
penduduk pada tahun 2012. Sementara target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan
untuk API tahun 2012 <1,5 per 1.000 penduduk. Dengan demikian cakupan API 2012
tidak mencapai target Renstra 2012. Penurunan API tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

102
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

GAMBAR 3.45
ANGKA KESAKITAN MALARIA (ANNUAL PARACITE INCIDENCE /API)
PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO TAHUN 2000-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Sebanyak 20 dari 33 provinsi di Indonesia (60,6%) telah mencapai target Renstra


Kemenkes 2012. Tiga provinsi dengan API tertinggi yaitu Papua (60,56%), Papua Barat
(52,27%) dan Nusa Tenggara Timur (19,41%). Sedangkan DKI Jakarta, Bali, dan Jawa
Barat, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta merupakan provinsi dengan
API < 0,1.

Terdapat 2 jenis tes sediaan darah untuk mendeteksi penyakit malaria yaitu pemeriksaan
mikroskopis dan Rapid Diagnostic Test (RDT). Pemeriksaan mikroskopis menghasilkan
hasil tes sediaan darah lebih akurat dibandingkan RDT. Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Banten telah melakukan tes seluruh sediaan darah dengan pemeriksaan
mikroskopis. Secara nasional, sebesar 75,2% sediaan darah dites dengan pemeriksaan
mikroskopis dan 24,8% dites dengan RDT.

Informasi lengkap mengenai jumlah kasus malaria, jenis tes sediaan darah, dan angka
kesakitan per provinsi tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 3.31 dan Lampiran 3.32.

103
Profil Kesehatan Indonesia 2012

f. Flu Burung

Pada tahun 2012 terdapat 9 kasus flu burung dengan kematian sebesar 100%. Gambar
3.46 berikut ini memperlihatkan kecenderungan kasus dan kematian akibat flu burung
sejak tahun 2005 sampai tahun 2012.

GAMBAR 3.46
SITUASI KASUS KONFIRMASI FLU BURUNG
DI INDONESIA TAHUN 2005-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Dari gambar di atas dapat dilihat jumlah kasus konfirmasi flu burung di Indonesia paling
banyak dilaporkan pada tahun 2006, setelah itu jumlah kasus flu burung terus menurun
dari tahun ke tahun dari 55 pada tahun 2006 menjadi 9 kasus pada tahun 2012.

Sampai tahun 2012 jumlah kasus terdapat 15 provinsi yang tertular Flu Burung, yaitu
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Sulawesi
Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Terdapat 2 provinsi yang baru tertular pada tahun
2012 yaitu Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat. Distribusi kasus dan kasus meninggal per
provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini

104
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

TABEL 3.3
SITUASI FLU BURUNG MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2005-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013


Keterangan: K = Kasus M = Meninggal

Secara kumulatif jumlah kasus flu burung pada manusia dari tahun 2005 sampai
Desember 2012 sebanyak 192 kasus dengan 160 di antaranya meninggal (rata-rata
case fatality rate sebesar 83,3%). Menurut jenis kelamin, sebanyak 57,4% (105 orang)
terkonfirmasi berjenis kelamin perempuan dan 45,3% (87 orang) pada jenis kelamin
laki-laki. Perbedaan sekitar 10% ini perlu diteliti lebih lanjut apakah jenis kelamin
mempengaruhi kekuatan imunitas seseorang terhadap virus Flu Burung.

Distribusi kasus dan kematian akibat flu burung selama tahun 2005-2012 diperlihatkan
pada Gambar 3.47 Grafik di bawah menunjukkan kasus Flu Burung banyak terjadi pada
kelompok balita (< 5 tahun), anak – anak (5 – 14 tahun), remaja (15 – 19 tahun) dan
dewasa muda (20 – 39 tahun). Ini berarti semua kelompok umur bisa terinfeksi virus
Flu Burung. Kelompok umur dengan kematian relatif rendah yaitu kelompok umur ≥45
tahun dan kelompok balita dengan CFR masing-masing 60% dan 68%.

105
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 3.47
DISTRIBUSI KASUS DAN KEMATIAN FLU BURUNG
MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2005-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Terdapat 2 (dua) faktor risiko terbesar yang dapat menyebabkan terjadinya kasus Flu
Burung yaitu kontak langsung 45 % dan kontak lingkungan 41 % seperti terlihat pada
gambar 3.48:

GAMBAR 3.48
DISTRIBUSI KASUS FLU BURUNG MENURUT FAKTOR RISIKO
DI INDONESIA TAHUN 2005-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

106
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

g. Rabies

Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rabies yang ditularkan
melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang
di dalam tubuhnya mengandung virus rabies.

Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya pengendalian


rabies, yaitu: GHPR (kasus Gigitan Hewan Penular Rabies), kasus yang divaksinasi dengan
Vaksin Anti Rabies (VAR), dan kasus yang positif rabies dan mati berdasarkan uji Lyssa.

Tahun 2012 terdapat 24 provinsi tertular rabies dari 33 provinsi di Indonesia (sesuai
SK Menteri Pertanian). Saat ini terdapat 9 provinsi yang masih dinyatakan sebagai
daerah bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Papua Barat dan Papua. Penentuan suatu
daerah dikatakan tertular rabies berdasarkan ditemukannya positif hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap hewannya, kewenangan ini ditentukan oleh Kementerian
Pertanian.

Dari tahun 2008 sampai tahun 2012 jumlah spesimen positif Hewan Penular Rabies
(HPR) menunjukkan peningkatan. Tahun 2012 GPHR sebesar 84.750. Jumlah spesimen
yang diperiksa pada tahun 2012 sebanyak 1.155 spesimen, sedangkan kematian karena
lyssa sebanyak 135 kasus. Jumlah kasus Lyssa pada tahun 2012 terjadi di 16 provinsi, 62
kabupaten/kota.
GAMBAR 3.49
SITUASI RABIES DI INDONESIA
TAHUN 2008 - 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

107
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Dari Gambar 3.49 terlihat bahwa persentase penatalaksanaan kasus gigitan/Post


Exposure Treatment (PET) meningkat dari 71.843 dari 84.010 (85,52%) pada tahun 2011
menjadi 74.331 dari 84.750 (87,71%) pada tahun 2012.

Gambar 3.50 berikut ini merupakan sebaran kasus rabies di Indonesia selama tahun
2012.

GAMBAR 3.50
SITUASI RABIES (GHPR DAN LYSSA) DI INDONESIA
TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 terdapat 79.192 kasus gigitan hewan penular rabies yang dilaporkan
terjadi di (23) provinsi. Kasus GHPR paling banyak terjadi di Bali yaitu sebanyak 55.836
kasus dengan kasus meninggal berdasarkan tes lyssa yang positif rabies dan mati
berjumlah 8 orang. Menyusul kemudian Nusa Tenggara Timur dengan 5.564 GHPR dan
8 positif rabies serta Sumatera Utara sebanyak 4.563 GHPR dan 18 positif.

h. Leptospirosis

Leptospira merupakan zoonosis yang diduga paling luas penyebarannya di dunia.


Sumber infeksi pada manusia biasanya akibat kontak secara langsung atau tidak langsung
dengan urine hewan yang terinfeksi. Penyakit ini bersifat musiman, di daerah yang

108
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai pada musim panas dan musim gugur
karena temperatur adalah faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup Leptospira,
sedangkan di daerah tropis insidens tertinggi selama musim hujan.

Provinsi yang masih melaporkan adanya kasus leptopirosis dari tahun 2005 sampai
tahun 2012 adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta. Sedangkan
di Jawa Barat, tahun 2005-2009 dilaporkan tidak ada kasus leptospirosis. Provinsi Jawa
Timur juga melaporkan tidak adanya kasus leptospirosis pada tahun 2005, 2006, dan
2009 seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

TABEL 3.4
DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS DI 5 PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Terdapat lonjakan kasus Leptospirosis yang terjadi di beberapa provinsi. Tahun 2007,
lonjakan terjadi di DKI Jakarta akibat terjadinya banjir besar di pada bulan Februari.
Pada tahun 2011 terjadi pula peningkatan yang cukup tinggi yang terjadi di Provinsi DIY
akibat terjadinya KLB leptospirosis di Kabupaten Bantul. Secara nasional pada tahun
2012 terjadi penurunan kasus leptospirosis yang cukup tajam dari 855 kasus pada tahun
2011 menjadi 239 kasus. Angka kematian leptospirosis 8 tahun terakhir dapat dilihat
pada Gambar 3.51.

Walaupun jumlah kasus pada tahun 2012 relatif rendah dibandingkan tujuh tahun
sebelumnya, namun angka kematian akibat leptospirosis meningkat pada tahun 2012
yaitu sebesar 12,13%, yang merupakan CFR paling besar selama periode 2006-2012.

Beberapa masalah dalam kegiatan penanggulangan Leptospirosis di Indonesia


diantaranya sebagian besar pasien Leptospirosis datang ke rumah sakit dalam keadaan
terlambat, masih rendahnya sensitivitas kemampuan petugas kesehatan dasar dalam
mendiagnosa leptospirosis, terbatasnya ketersediaan RDT serta managemen dan
pelaporan yang belum baik.

109
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis ditujukan pada upaya penemuan
dini serta pengobatan segera penderita untuk mencegah kematian. Intervensi lingkungan
untuk mencegah munculnya sarang-sarang atau tempat persembunyaian tikus. Vaksinasi
hewan peliharaan terhadap leptospira.

GAMBAR 3.51
SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA
TAHUN 2005 - 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

110
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

i. Antraks

Penyakit antraks merupakan salah satu penyakit zoonosa yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman antraks
(Bacillus anthracis). Kuman ini dapat membentuk spora yang tahan terhadap perubahan
lingkungan dan dapat bertahan hidup selama 60 tahun didalam tanah, sehingga sulit
untuk dimusnahkan. Sumber penularan antraks adalah hewan peliharaan seperti sapi,
kerbau, kambing dan domba yang terinfeksi Bacillus anthracis.

Pada tahun 2012 telah dilaporkan sebanyak 18 kasus antraks kulit di Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan 4 kasus di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.
Sehingga total kasus pada tahun 2012 sebanyak 22 kasus dan tidak ada kematian (CFR=
0). Berikut ini digambarkan distribusi kasus antraks selama lima tahun terakhir.

GAMBAR 3.52
JUMLAH KASUS DAN CFR ANTRAKS
DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2012

Pengendalian kasus antraks dapat dilakukan dengan peningkatan kegiatan surveilans


yang intensif terhadap kasus antraks dengan fokus daerah endemis atau daerah rawan
lainnya. Kegiatan surveilans diintensifkan pada hari-hari perayaan agama seperti Hari
Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal ataupun perayaan hari besar lainnya dan juga saat
dimungkinkan konsumsi daging meningkat.

111
Profil Kesehatan Indonesia 2012

4. Penyakit Tidak Menular

a. Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyebab utama kematian yang disebabkan
oleh karena pola makan/nutrisi, perilaku tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan stres.
Menurut laporan Riskesdas 2007, DM menyumbang 4,2% kematian pada kelompok
umur 15-44 tahun di daerah perkotaan dan merupakan penyebab kematian tertinggi
ke-6. Selain pada kelompok tersebut, DM juga merupakan penyebab kematian tertinggi
ke-2 pada kelompok umur 45-54 tahun di perkotaan (14,7%) dan tertinggi ke-6 di daerah
perdesaan (5,8%).

Menurut riset yang sama, prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 0,7%
berdasarkan diagnosis dan sebesar 1,1% berdasarkan diagnosis atau gejala. Berikut
ini disajikan prevalensi diabetes mellitus berdasarkan doagnosis atau gejala menurut
provinsi tahun 2007.Berdasarkan diagnosis atau gejala, DKI Jakarta merupakan provinsi
dengan prevalensi DM tertinggi yaitu sebesar 2,6%, diikuti oleh Aceh sebesar 1,7%.
Sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah yaitu Lampung sebesar 0,4% serta
Sumatera, Bengkulu, dan Maluku yang masing-masing memiliki prevalensi DM sebesar
0,5%. Berdasarkan kategori, terdapat 5 provinsi (15,2%) dengan prevalensi lebih dari
1,5%, sebanyak 15 provinsi (45,5%) dengan prevalensi 1%-1,5%, dan sebanyak 13
provinsi (39,4%) dengan prevalensi kurang dari 1%.

Diabetes mellitus sangat berkaitan dengan obesitas. Prevalensi obesitas penduduk


> 18 tahun di Indonesia sebesar 11,7%, sebesar 7,8% pada laki-laki dan 15,5% pada
perempuan.

Menurut data morbiditas pada pasien rawat inap RS di seluruh Indonesia pada tahun
2009, jumlah penderita DM tertinggi terdapat pada kelompok umur 45-64 tahun,
diikuti kelompok umur 65 tahun ke atas dan kelompok umur 25-44 tahun. Sedangkan
data mortalitas DM di RS menggambarkan 74,3% merupakan pasien DM yang tidak
bergantung pada insulin dan 25,7% selebihnya merupakan pasien DM yang bergantung
pada insulin.

b. Penyakit jantung dan pembuluh darah

Prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 7,2% berdasarkan wawancara,


sementara berdasarkan riwayat diagnosis tenaga kesehatan hanya ditemukan sebesar

112
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

0,9%. Cakupan kasus jantung yang sudah didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar
12,5% dari semua responden yang mempunyai gejala subjektif menyerupai gejala
penyakit jantung.

Prevalensi penyakit jantung menurut provinsi, berkisar antara 0,4% di Sulawesi Barat
sampai 2,0% di Aceh.

Foto: sbachrun@gmial.com

Pengukuran tekanan darah sebelum melakukan senam jantung sehat

113
Profil Kesehatan Indonesia 2012

E. DAMPAK KESEHATAN AKIBAT BENCANA


Menurut UU no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dikategorikan
menjadi bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah langsor. Bencana non alam antara lain kebakaran hutan yang disebabkan oleh
manusia, kecelakan transportasi, kegagalan konstruksi, dampak industri, ledakan nuklir,
pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Bencana sosial antara lain berupa
kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi.

Di Indonesia selama tahun 2012 tercatat 489 kali kejadian bencana yang menimbulkan
krisis kesehatan terdiri dari 22 jenis bencana. Lebih tinggi dibandingkan tahun 2011
yang sebanyak 211 kali.

Jika pada tahun 2011 banjir merupakan bencana yang paling tinggi frekuensinya, pada

GAMBAR 3.53
FREKUENSI KEJADIAN BENCANA
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Pusat Penanggulangan Krisis, 2013

114
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Foto: Pusat Komunikasi Publik


Posko Kesehatan untuk korban bencana di Aceh

tahun 2012 bencana yang paling sering terjadi yaitu kebakaran sebanyak 16% kejadian
(76 kali) bencana dengan jumlah total korban meninggal sebanyak 88 orang, luka berat/
rawat inap sebanyak 129 orang, luka ringan/rawat jalan sebanyak 247 orang. Adapun
jumlah pengungsi akibat kebakaran mencapai 8.130 orang. Gambar 3.53 adalah
frekuensi kejadian bencana selama tahun 2012.

Korban meninggal dunia pada tahun 2012 paling banyak disebabkan oleh kejadian
kecelakaan transportasi dengan jumlah 314 jiwa dari 675 kematian (46,5%). Jumlah
pengungsi terbanyak diakibatkan banjir yaitu sebanyak 34.454 dari 74.141 jiwa (46,5%).
Rincian jumlah korban dan pengungsi berdasarkan jenis bencana dan keadaan korban
selama tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 3.38.



115
Imunisasi Dasar
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Foto: Andi Sahrial - Puskom
Profil Kesehatan Indonesia 2012

BAB 4. SITUASI UPAYA KESEHATAN

S
ecara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan
masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan
masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan
lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa,
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif
dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan
bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.

Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan
kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.

Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir,
khususnya pada tahun 2012.

A. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK


Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah
pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan secara tepat
dan cepat diharapkan dapat mengatasi sebagian besar masalah kesehatan masyarakat.
Pada uraian berikut dijelaskan jenis pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan di
Indonesia.

118
SITUASI UPAYA KESEHATAN

UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan


ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu. Upaya kesehatan
ibu sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang tersebut meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak
janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18
(delapan belas) tahun.

Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka kematian.
Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan
Angka Kematian Balita (AKABA). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007, AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan SDKI
tahun 2012 menyebutkan bahwa AKB sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup AKN sebesar
19 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.

Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian ibu dan kematian
anak yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu
1990-2015 dan menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun
waktu 1990-2015.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal


sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1
kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua
(usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24-36
minggu). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan
terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan dini komplikasi kehamilan.

Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas 7 T, yaitu :

1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;


2. Pengukuran tekanan darah;

119
Profil Kesehatan Indonesia 2012

3. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);


4. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
sesuai status imunisasi;
5. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
6. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,
termasuk keluarga berencana); serta
7. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb) dan
pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator
Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu
wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit
4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan.

Gambaran kecenderungan Cakupan K1 dan Cakupan K4 dari tahun 2004 sampai dengan
tahun 2012 nampak pada Gambar 4.1 berikut ini.

GAMBAR 4.1
CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1 DAN K4
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

120
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Pada Gambar 4.1 di atas nampak adanya kecenderungan peningkatan cakupan K1 dan
cakupan K4 mulai dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012. Hal ini menunjukkan
semakin membaiknya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.

Pada tahun 2012, capaian indikator kinerja “Persentase Ibu Hamil Mendapat Pelayanan
Antenatal (Cakupan K4)” dapat terealisasi dengan baik yaitu mencapai 90,18%.
Walaupun secara nasional, capaian tersebut telah melampaui target Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2012 sebesar 90%, namun masih terdapat disparitas
cakupan antar provinsi. Data cakupan K4 menurut distribusi provinsi menunjukkan
adanya kesenjangan cakupan antar provinsi dengan capaian tertinggi terdapat di Provinsi
DKI Jakarta sebesar 96,37%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 95,65% dan Kepulauan
Bangka Belitung sebesar 95,43%. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah
Papua sebesar 34,48%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 64,34%, dan Nusa Tenggara
Timur sebesar 67,67%.
GAMBAR 4.2
CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

121
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Pada gambar 4.2 dapat diketahui bahwa, sebagian besar provinsi telah memenuhi target
Renstra 2012 yaitu sebanyak 19 provinsi (57,6%). Sedangkan 14 provinsi lainnya belum
mencapai target Renstra 2012.

Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan untuk
semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat
hingga ke pelosok desa, termasuk untuk meningkatkan cakupan pelayanan antenatal.
Dari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga Desember 2012, tercatat
9.510 Puskesmas di seluruh Indonesia. Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap
30.000 penduduk sudah mencapai rasio ideal 1:30.000 penduduk. Demikian pula dengan
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Poskesdes dan Posyandu.
Sampai dengan tahun 2012, tercatat terdapat 54.142 Poskesdes yang beroperasi dan
276.392 Posyandu di Indonesia.

Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat dengan telah dikembangkannya


Kelas Ibu Hamil. Sampai saat ini telah terdapat 7.074 Puskesmas yang melaksanakan
dan mengembangkan Kelas Ibu Hamil di wilayah kerjanya. Kelas Ibu Hamil akan
meningkatkan demand creation di kalangan ibu hamil dan keluarganya, dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam
memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna.

Adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan diluncurkannya
Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011 juga semakin bersinergi dalam
berkontribusi meningkatkan cakupan K4. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah, sweeping
kasus drop out, serta kemitraan bidan dan dukun. Sementara itu Jampersal mendukung
paket pelayanan antenatal, termasuk yang dilakukan pada saat kunjungan rumah atau
sweeping. Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta diharapkan
mampu mendorong tercapainya target cakupan K4.

Informasi lebih rinci terkait pelayanan kesehatan ibu hamil menurut provinsi terdapat
pada Lampiran 4.1.

122
SITUASI UPAYA KESEHATAN

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada
kala I sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur
melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan
Pn). Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan Pemerintah dalam menyediakan
pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan Pn) di Indonesia
pada tahun 2012 mencapai 88,64%. Angka ini telah berhasil memenuhi target Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2012 sebesar 88%. Capaian indikator ini dalam 9 tahun
terakhir menunjukkan kecenderungan peningkatan, yaitu dari 74,27% pada tahun 2004
menjadi 88,64% pada tahun 2012.

GAMBAR 4.3
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Secara nasional indikator ini memang telah berhasil memenuhi target Renstra tahun
2012, namun demikian masih terdapat kesenjangan antar provinsi. Provinsi dengan
cakupan tertinggi adalah DI Yogyakarta sebesar 98,62%, diikuti oleh Kepulauan Riau dan
Kepulauan Bangka Belitung masing-masing sebesar 97,95%. Sedangkan Provinsi Papua

123
Profil Kesehatan Indonesia 2012

memiliki capaian terendah sebesar 43,54% diikuti oleh Papua Barat sebesar 65,15%,
dan Nusa Tenggara Timur sebesar 69,41%.

GAMBAR 4.4
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa terdapat 17 provinsi (51,5%) dengan
capaian melebihi target Renstra 2012 sebesar 88%. Sedangkan 16 provinsi lainnya
memiliki capaian di bawah Renstra 2012.

Kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan.
Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya
risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan
di fasilitas kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Oleh karena itu,
kebijakan Kementerian Kesehatan adalah seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan dan diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan. Kebijakan DAK Bidang
Kesehatan menggariskan bahwa pembangunan Puskesmas harus satu paket dengan

124
SITUASI UPAYA KESEHATAN

rumah dinas tenaga kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang
harus bisa sekaligus menjadi rumah tinggal bidan di desa. Sampai tahun 2012, terdapat
54.142 Poskesdes di seluruh Indonesia. Dengan disediakan rumah tinggal, maka tenaga
kesehatan termasuk bidan akan siaga di daerah tempat tugasnya. Bidan yang tinggal di
desa memberikan kontribusi positif dalam penurunan kematian ibu.

Upaya penting dalam program kesehatan ibu di Indonesia adalah Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus totalitas
pemantauan yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan
pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan kebidanan
dan bayi baru lahir dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya,
P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. Sampai dengan tahun 2011, tercatat
61.731 desa (80%) telah melaksanakan P4K.

Di sebagian daerah di Indonesia, cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan masih


rendah dikarenakan masih adanya kepercayaan masyarakat untuk melahirkan ditolong
dukun. Selain itu, di daerah dengan kondisi geografis sulit, masyarakat menghadapi
kendala untuk dapat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan secara cepat. Pada daerah-
daerah tersebut, kebijakan Kementerian Kesehatan adalah dengan mengembangkan
program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para dukun
diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan
kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk
ke bidan. Sampai dengan tahun 2011, tercatat sudah 72.963 dukun (68,6%) yang
bermitra dengan bidan.

Ibu hamil yang di daerahnya tidak ada bidan atau memang memiliki kondisi penyulit,
maka menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas
kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat
berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan
fasilitas kesehatan. Sampai tahun 2011, tercatat 6 Rumah Tunggu Kelahiran di wilayah
Puskesmas DTPK dan 2.700 Rumah Tunggu Kelahiran di luar wilayah Puskesmas DTPK.

Salah satu hal yang menjadi alasan seorang ibu melahirkan di rumah dan dibantu oleh
dukun adalah hambatan finansial. Menyadari hal tersebut, Kementerian Kesehatan sejak
tahun 2011 meluncurkan program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang merupakan
jaminan paket pembiayaan sejak pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
hingga pelayanan nifas termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.

125
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Penyediaan Jampersal diyakini turut meningkatkan cakupan Pn di seluruh wilayah Tanah


Air.

Keberhasilan pencapaian target indikator Pn merupakan buah dari kerja keras dan
pelaksanaan berbagai program yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat termasuk sektor swasta. Informasi lebih rinci terkait pelayanan kesehatan
ibu bersalin menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.1.

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan
kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar yang
dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6
jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28
pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.

Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi :

a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);


b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;
e. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi
baru lahir, termasuk keluarga berencana;
f. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan
kesehatan ibu nifas (Cakupan Kf-3). Indikator ini menilai kemampuan negara dalam
menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar.
Capaian indikator Kf-3 dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 menggambarkan
kecenderungan yang semakin meningkat, yaitu mulai dari 17,90% pada tahun 2008
menjadi 85,16% pada tahun 2012.
Capaian indikator Kf-3 yang meningkat dalam 5 tahun terakhir merupakan hasil dari
berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat termasuk sektor
swasta. Program penempatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter dan bidan
terus dilaksanakan. Selain itu, dengan diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) sejak tahun 2010, Puskesmas, Poskesdes, dan Posyandu lebih terbantu dalam
mengintensifkan implementasi upaya kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan
kesehatan ibu nifas, diantaranya kegiatan sweeping atau kunjungan rumah bagi yang
tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dukungan Pemerintah makin meningkat

126
SITUASI UPAYA KESEHATAN

sejak diluncurkannya Jampersal pada tahun 2011, dimana pelayanan nifas termasuk
paket manfaat yang dijamin oleh Jampersal.

GAMBAR 4.5
CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF-3) DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI

Gambaran capaian indikator Kf-3 di 33 provinsi disajikan pada Gambar 4.6 berikut ini.

GAMBAR 4.6
CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS (KF-3) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

127
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Pada gambar di atas nampak bahwa cakupan pelayanan ibu nifas di Indonesia pada tahun
2012 adalah 85,16%. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM) menetapkan
target pelayanan nifas pada tahun 2015 sebesar 90%. Pada tahun 2012, terdapat 7
Provinsi dengan capaian di atas 90% yaitu Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, dan Bali. Capaian indikator pelayanan nifas
pada tahun 2015 diharapkan telah memenuhi target SPM 90%.

Provinsi dengan capaian Kf-3 tertinggi pada tahun 2012 adalah Jambi sebesar 95,77%
diikuti oleh Jawa Barat sebesar 95,61%, dan Jawa Timur sebesar 94,3%. Sedangkan
provinsi dengan capaian terendah adalah Papua sebesar 27,61%, diikuti oleh Papua
Barat sebesar 57,06%, dan Kalimantan Timur sebesar 63,91%. Informasi lebih rinci
menurut provinsi terkait pelayanan kesehatan ibu nifas menurut provinsi terdapat pada
Lampiran 4.1.

4. Penanganan Komplikasi Maternal

Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau
janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit
menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak
disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan penanganan komplikasi maternal
adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi maternal untuk mendapatkan
perlindungan/pencegahan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan


komplikasi maternal adalah cakupan penanganan komplikasi maternal (Cakupan PK).
Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi.

Capaian indikator penanganan komplikasi maternal dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012 disajikan pada Gambar 4.7.

128
SITUASI UPAYA KESEHATAN

GAMBAR 4.7
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI MATERNAL
DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan cakupan penanganan
komplikasi maternal, yaitu dari 44,84% pada tahun 2008 menjadi 42,29% pada tahun
2009. Capaian ini kemudian terus meningkat hingga mencapai 69,15% pada tahun 2012.

Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi Tahun
2012, penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh Perdarahan (32%)
dan Hipertensi dalam Kehamilan (25%), diikuti oleh infeksi (5%), partus lama (5%), dan
abortus (1%). Selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab
lain-lain (non obstetrik) sebesar 32%.

Walaupun sebagian komplikasi maternal tidak dapat dicegah dan diperkirakan


sebelumnya, tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak dapat ditangani. Mengingat
bahwa setiap ibu hamil/bersalin/nifas berisiko mengalami komplikasi, maka mereka
perlu mempunyai akses terhadap pelayanan kegawatdaruratan maternal/obstetrik.

Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian
dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan antenatal yang
mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan
persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca
persalinan dan kelahiran; serta 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar
(PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau.

Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia adalah melalui Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus

129
Profil Kesehatan Indonesia 2012

totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko
kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam
implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. Sampai dengan
tahun 2011, tercatat 61,731 (80%) desa/kelurahan telah melaksanakan P4K.

Sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, ditargetkan pada


akhir tahun 2014 di setiap kabupaten/kota terdapat minimal 4 (empat) Puskesmas
rawat inap mampu PONED dan 1 (satu) Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang mampu
melaksanakan PONEK. Melalui pengelolaan pelayanan PONED dan PONEK, Puskesmas
dan Rumah Sakit diharapkan bisa menjadi institusi terdepan dimana kasus komplikasi
dan rujukan dapat diatasi dengan cepat dan tepat.

Standardisasi PONEK untuk rumah sakit dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Rujukan bekerjasama dengan Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi
(Badan Khusus POGI yang menghimpun unit-unit pelatihan klinik organisasi profesi
POGI, IDAI, IBI dan PPNI). Lokakarya PONEK dilakukan selama 5 hari, meliputi materi
manajemen dan klinik PONEK yang kemudian diikuti dengan latihan on the job training
PONEK untuk mengenalkan cara melakukan bimbingan teknis untuk perbaikan kinerja
Tim PONEK rumah sakit. Jumlah rumah sakit siap PONEK di Indonesia sampai dengan
tahun 2011 sebanyak 388 (87,39%) rumah sakit dari 444 rumah sakit umum milik
Pemerintah.

Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang merupakan
upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir melalui pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak
di level masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Kendala yang timbul
dalam upaya penyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi
baru lahir akan dapat menghasilkan suatu rekomendasi dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang. Data dan informasi tentang
penanganan komplikasi maternal menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.8.

5. Penanganan Komplikasi Neonatal

Neonatal komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat
menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus

130
SITUASI UPAYA KESEHATAN

neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Lahir < 2.500 gram), sindroma
gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning
pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).

Yang dimaksud dengan penanganan Neonatal komplikasi adalah neonatal sakit dan
atau neonatal dengan kelainan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan atau perawat) baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan
dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara
lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen
Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan
kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya.

Pada Gambar 4.8 berikut ini disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal
komplikasi tahun 2012 di 33 provinsi di Indonesia.

GAMBAR 4.8
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

131
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Pada Gambar 4.8 di atas nampak bahwa capaian penanganan neonatal komplikasi pada
tahun 2012 sebesar 48,58%. Indikator ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2011 sebesar 39,46%.

Meskipun terjadi peningkatan capaian, namun masih terdapat disparitas antar provinsi.
Provinsi Jawa Timur memiliki capaian tertinggi sebesar 74,16% diikuti oleh Bengkulu
sebesar 71,89%, dan DI Yogyakarta sebesar 71,88%. Capaian terendah terdapat di
Provinsi Papua Barat sebesar 11,52%, diikuti oleh Papua sebesar 19,45%, dan Sulawesi
Tenggara sebesar 21,02%.

Cakupan penanganan komplikasi neonatal yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa
permasalahan diantaranya sistem pencatatan dan pelaporan penanganan neonatal
dengan komplikasi yang belum mengakomodir semua laporan fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan swasta. Rendahnya cakupan penanganan juga dapat disebabkan masih
terdapat tenaga kesehatan yang belum memahami definisi operasional dari terminologi
penanganan neonatal dengan komplikasi. Informasi lebih rinci menurut provinsi tentang
penanganan komplikasi neonatal terdapat pada Lampiran 4.8.

6. Kunjungan Neonatal

Bayi baru lahir atau yang lebih dikenal dengan neonatal merupakan salah satu kelompok
yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan. Beberapa upaya kesehatan dilakukan
untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar
persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

Menurut Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa sebagian besar kematian neonatal
(78,5%) terjadi pada minggu pertama kehidupan (0-7 hari). Dengan melihat adanya
risiko kematian yang tinggi pada minggu pertama ini, maka setiap bayi baru lahir harus
mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering dalam minggu pertama. Langkah
ini dilakukan agar penyakit dan tanda bahaya dapat dideteksi sedini mungkin sehingga
intervensi dapat segera dilakukan untuk mengendalikan risiko kematian. Terkait
hal tersebut, pada tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan dalam pelaksanaan
kunjungan neonatal, dari 2 kali yaitu satu kali pada minggu pertama dan satu kali
pada 8-28 hari, menjadi 3 kali yaitu dua kali pada minggu pertama dan satu kali pada
8 – 28 hari. Dengan demikian, jadwal kunjungan neonatal yang dilaksanakan saat ini
adalah pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari dan umur 8-28 hari. Indikator ini mengukur

132
SITUASI UPAYA KESEHATAN

kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan neonatal


yang komprehensif.

Pelayanan kesehatan neonatal sesuai standar adalah pelayanan kesehatan neonatal saat
lahir dan pelayanan kesehatan saat kunjungan neonatal sebanyak 3 kali. Pelayanan yang
diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI
eksklusif dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru
lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan
pada saat lahir. Cakupan indikator kunjungan neonatal pertama di 33 provinsi,
digambarkan pada Gambar 4.9.

GAMBAR 4.9
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1)
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa cakupan KN1 tahun 2012 telah memenuhi target Renstra
2012 yaitu 92,31% dari target 88%. Dengan demikian, terdapat 23 provinsi (69,7%) telah
memenuhi target Renstra Kemenkes. Pada Gambar 4.9 juga diketahui bahwa provinsi
dengan capaian tertinggi adalah Bali sebesar 99,49% diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar

133
Profil Kesehatan Indonesia 2012

99,33%, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 99,15%. Sedangkan Papua memiliki
capaian terendah sebesar 33,75%, diikuti Papua Barat sebesar 66,63%, dan Kepulauan
Riau sebesar 74,03%. Cakupan kunjungan neonatal pertama menunjukkan peningkatan
dalam 4 tahun terakhir, yaitu dari 80,6% pada tahun 2009 menjadi 92,31% pada tahun
2012.

Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah
KN Lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar sedikitnya 3 kali. Capaian KN lengkap di Indonesia pada
tahun 2012 sebesar 87,79%. Capaian ini telah memenuhi target program tahun 2012
sebesar 84%. Terdapat 20 provinsi telah memenuhi target tersebut. Gambaran cakupan
kunjungan KN Lengkap menurut provinsi di Indonesia terdapat pada Gambar 4.10.
GAMBAR 4.10
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar 4.10 terlihat bahwa terjadi disparitas capaian yang lebar, dimana capaian
tertinggi terdapat di Provinsi Bali sebesar 97,42%, diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung
sebesar 95,77%, dan Jawa Tengah sebesar 95,75%. Sedangkan provinsi dengan capaian

134
SITUASI UPAYA KESEHATAN

terendah adalah Papua sebesar 29,7%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 57,42%, dan
Kepulauan Riau sebesar 66,83%.

Pada tingkat nasional, capaian KN Lengkap mengalami peningkatan dibandingkan


tahun 2011, yaitu dari 84,18% menjadi 87,79% pada tahun 2012. Gambar berikut ini
menampilkan cakupan KN lengkap dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Pada
tahun 2008, mulai ditetapkan kebijakan KN lengkap yang mensyaratkan 3 kali kunjungan.

GAMBAR 4.11
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
DI INDONESIA TAHUN 2004-2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Cakupan KN lengkap nampak mengalami sedikit penurunan dari 78,04% pada tahun
2009 menjadi 71,5% pada tahun 2010. Cakupan ini kembali meningkat menjadi 87,79%
pada tahun 2012. Sejak tahun 2008 ketika kebijakan KN lengkap yang mensyaratkan 3
kali kunjungan diimplementasikan, cakupan KN lengkap menunjukkan kecenderungan
peningkatan.

Informasi lebih lanjut mengenai kunjungan neonatal dapat dilihat pada Lampiran 4.9.

7. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi

Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan
maupun serangan penyakit. Oleh karena itu dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal 4 kali. Program ini terdiri dari
pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi

135
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan
penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, MP ASI dan lain-
lain.

Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah dalam


meningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui
sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada
tahun 2012 mencapai 87,73% yang berhasil memenuhi target Renstra Kementerian
Kesehatan tahun 2012 sebesar 86%. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011
dan tahun 2010 yaitu masing-masing sebesar 84,04% dan 85,21%.

Gambaran capaian indikator ini di 33 provinsi menunjukkan bahwa sebagian besar


provinsi telah memenuhi target Renstra tahun 2012 seperti yang disajikan pada gambar
berikut ini.

GAMBAR 4.12
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

136
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Pada Gambar 4.12 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 18 provinsi (54,5%) dengan
capaian melebihi 86%. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki capaian tertinggi sebesar
95,82% diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 95,43% dan Jawa Timur sebesar 95,13%.
Provinsi Papua memiliki capaian terendah sebesar 29,47% diikuti oleh Kepulauan Riau
sebesar 56,14%, dan Kalimantan Selatan sebesar 57,23%. Informasi lebih rinci menurut
provinsi terkait pelayanan kesehatan pada bayi tahun 2012 terdapat pada Lampiran
4.10.

8. Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita

Salah satu indikator yang ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
terkait dengan upaya kesehatan anak adalah pelayanan kesehatan pada anak balita.
Adapun batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12
sampai dengan 59 bulan. Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga
kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak balita dengan melakukan
beberapa kegiatan antara lain ;

1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dan stimulasi tumbuh kembang


pada anak dengan menggunakan instrumen SDIDTK
2. Pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah termasuk Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan memanfaatkan
Buku KIA
3. Perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai 2 tahun, makanan gizi
seimbang, dan vitamin A

Capaian indikator ini pada tahun 2012 sebesar 73,52% yang mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2011 sebesar 80,96%. Indikator ini juga belum memenuhi target
Renstra pada tahun 2012 yang sebesar 81%. Capaian indikator menurut provinsi juga
menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi memiliki capaian di bawah 81% seperti
yang terdapat pada gambar berikut.

137
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 4.13
CAKUPAN KUNJUNGAN ANAK BALITA DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 4.13 dapat diketahui bahwa hanya 7 provinsi yang memiliki capaian
melebihi target 81%, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Sumatera Selatan, dan Sulawesi Utara. DKI Jakarta memiliki capaian tertinggi sebesar
89,96%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 85,74%, dan Bali sebesar 83,92%. Sedangkan
provinsi dengan capaian terendah adalah Papua sebesar 18,95%, diikuti oleh Gorontalo
sebesar 46,91%, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 51,62%. Data dan informasi
menurut provinsi terkait upaya pelayanan kesehatan anak balita disajikan pada Lampiran
4.10.

9. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat

Salah satu upaya kesehatan anak adalah intervensi pada anak usia sekolah. Upaya
kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan terhadap
murid SD/MI kelas I juga menjadi salah satu indikator yang dievaluasi keberhasilannya
melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Melalui kegiatan penjaringan kesehatan
diharapkan bisa mengatasi permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah yaitu
pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan
baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan
refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi.

138
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari :

1. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku)


2. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri
3. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran)
4. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
5. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan
6. Pengukuran kebugaran jasmani
7. Deteksi dini masalah mental emosional.
Melalui penjaringan kesehatan diharapkan siswa SD/sederajat kelas 1 yang memiliki
masalah kesehatan mendapatkan penanganan sedini mungkin. Penjaringan kesehatan
dinilai dengan menghitung persentase SD/MI yang melakukan penjaringan kesehatan
terhadap seluruh SD/MI yang menjadi sasaran penjaringan. Cakupan SD atau sederajat
yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa kelas 1 pada tahun 2012 di
Indonesia sebesar 83,95%. Cakupan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang
sebesar 74,86%. Meskipun terjadi peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya,
capaian tersebut belum memenuhi target Renstra 2012 sebesar 92%.

Foto: Puskom Publik

Pemeriksaan kesehatan pada anak-anak

139
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 4.14
CAKUPAN SEKOLAH DASAR YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN
SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Gambar 4.14 menunjukkan bahwa hanya 8 provinsi yang telah mencapai target Renstra
2012 yaitu DI Yogyakarta, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Barat, Kepulauan Riau,
Bali, Banten, Lampung, dan DKI Jakarta. Provinsi dengan capaian tertinggi adalah DI
Yogyakarta sebesar 100%, diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung sebesar 99,75%, dan
Sumatera Barat sebesar 97,54%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi Nusa
Tenggara Timur sebesar 13,52%, diikuti oleh Papua sebesar 26,8%, dan Sulawesi Barat
sebesar 54,07%.

Sulit terpenuhinya target penjaringan SD/MI disebabkan oleh beberapa masalah.


Masalah utama yang sering ditemukan di daerah adalah tenaga yang sudah dilatih
dipindahkan ke bidang/tempat lain dan juga kurangnya tenaga di Puskesmas untuk
melaksanakan penjaringan, sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan
membutuhkan waktu lebih lama. Data dan informasi tentang cakupan penjaringan
siswa SD/sederajat kelas 1 menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.11.

140
SITUASI UPAYA KESEHATAN

10. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Salah satu upaya kesehatan anak yang ditetapkan melalui Instruksi Presiden
adalah Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas. Program ini
mulai dikembangkan pada tahun 2003 yang bertujuan khusus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku
hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada remaja.

Puskesmas yang memiliki PKPR memberikan layanan baik di dalam maupun di luar
gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja berbasis sekolah ataupun masyarakat. Hal
ini dilakukan agar layanan yang diberikan dapat menjangkau semua kelompok remaja
(10-19 tahun). Kriteria yang ditetapkan bagi Puskesmas yang mampu laksana PKPR yaitu
:

1. Melakukan pembinaan pada minimal 1 sekolah (sekolah umum, sekolah berbasis


agama) dengan melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) di
sekolah binaan minimal 2 kali dalam setahun;
2. Melatih Kader Kesehatan Remaja di sekolah minimal sebanyak 10% dari jumlah
murid di sekolah binaan; dan
3. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan konseling
yang kontak dengan petugas PKPR.
Layanan PKPR merupakan upaya komprehensif yang menekankan pada langkah
promotif/preventif berupa pembekalan kesehatan dan peningkatan keterampilan
psikososial dengan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Layanan konseling
menjadi ciri dari PKPR mengingat permasalahan remaja yang tidak hanya berhubungan
dengan fisik tetapi juga psikososial. Upaya penjangkauan terhadap kelompok remaja
juga dilakukan melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), Focus Group
Discussion (FGD), dan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan kelompok remaja lainnya.

Fenomena peer groups (kelompok sebaya) juga menjadi perhatian pada program PKPR.
Oleh karena itu, program ini juga memberdayakan remaja sebagai konselor sebaya yang
diharapkan mampu menjadi agen pengubah di kelompoknya. Konselor sebaya ini sangat
potensial karena adanya kecenderungan pada remaja untuk memilih teman sebaya
sebagai tempat berdiskusi dan rujukan informasi.

Persentase kabupaten/kota dengan minimal 4 puskesmas mampu tata laksana PKPR


pada tahun 2012 terdapat pada Gambar 4.15.

141
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 4.15
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA PKPR
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan target tahun 2012 yang ditentukan oleh program yaitu 70%, terdapat 26
provinsi telah melampaui target tersebut. Hanya 7 provinsi yang belum mencapai target
tahun 2012. Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat
77,67% kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki 4 puskesmas mampu laksana
PKPR. Pada tahun 2012 terdapat 10 provinsi dengan persentase 100%, jumlah ini lebih
tinggi dibandingkan tahun 2011 yang sebanyak 7 provinsi. Provinsi dengan persentase
100% artinya seluruh kabupaten telah memiliki sedikitnya 4 Puskesmas mampu PKPR.
Provinsi tersebut yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DI Yogyakarta, Banten, Bali,
Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi
Barat. Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi terkait persentase kabupaten/
kota dengan puskesmas mampu laksana PKPR disajikan pada Lampiran 4.12.

142
SITUASI UPAYA KESEHATAN

11. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia menyebutkan


bahwa hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia seperti hak sipil, kesehatan,
pendidikan, politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Hak-hak tersebut wajib dijamin,
dilindungi, dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara
agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.

Berbagai permasalahan seperti kemiskinan yang belum teratasi, rendahnya tingkat


pendidikan orang tua, banyaknya anak dalam keluarga kerap menjadi faktor pemicu
terjadinya peningkatan tindakan kekerasan terhadap anak baik fisik, mental, seksual
maupun penelantaran. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekerasan
terhadap anak sebagai semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik
ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, eksploitasi, komersial
atau lainnya, yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap
kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak,
yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggungjawab.

Dalam bidang kesehatan, tindakan kekerasan melakukan intrevensi dalam bentuk


penyediaan akses pelayanan kesehatan bagi korban kekerasan pada anak yang terdiri dari
pelayanan di tingkat dasar melalui puskesmas mampu tatalaksana kekerasan terhadap
anak dan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di rumah sakit untuk penanganan kasus
rujukan. Puskesmas yang mampu tatalaksana kekerasan terhadap anak memberikan
pelayanan penanganan gawat darurat, konseling, medikolegal dan rujukan (medis dan
psikososial). Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan juga memiliki
peran terhadap penatalaksanaan kasus kekerasan terhadap anak melalui pelayanan
terpadu. Pelayanan terpadu di Rumah Sakit memberikan pelayanan spesialistik, IGD,
perawatan, medikolegal dan psikososial (bantuan hukum dan perlindungan sosial bagi
anak melalui panggilan telepon pada saat diperlukan).

Puskesmas mampu tatalaksana kasus kekerasan terhadap anak memiliki 2 kriteria yaitu :

1. Memiliki tenaga kesehatan terlatih /terorientasi tata laksana kasus KtA


2. Melaksanakan rujukan medis maupun psikososial
Persentase kabupaten/kota dengan minimal 2 Puskesmas mampu tatalaksana KtA di
Indonesia pada tahun 2012 sebesar 71,63%. Capaian ini telah memenuhi target tahun

143
Profil Kesehatan Indonesia 2012

2012 sebesar 60%. Sebagian besar provinsi telah memenuhi target tersebut seperti
yang disajikan pada gambar berikut ini.

GAMBAR 4.16
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA KTA
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar 4.16 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 13 provinsi dengan persentase
100%. Data dan informasi mengenai persentase kabupaten/kota dengan puskesmas
mampu tatalaksana KtA yang dirinci berdasarkan provinsi terdapat pada Lampiran 4.13.

12. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti

Upaya kesehatan anak juga dilakukan untuk menjangkau kelompok yang terpinggirkan
yaitu anak terlantar dan anak jalanan. Kelompok umur remaja merupakan bagian terbesar
dari kelompok anak jalanan (usia 14 – 18 tahun). Masalah kesehatan yang dihadapi anak
jalanan terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini tidak terlepas dari fakta
bahwa kondisi anak jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal yang sehat. Anak jalanan
menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan yang meningkatkan kerentanan

144
SITUASI UPAYA KESEHATAN

mereka terhadap gangguan kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan, diare, kulit
dan lain sebagainya.

Anak jalanan secara psikologis memiliki konsep diri negatif, tidak atau kurang percaya
diri, mudah tersinggung, ketergantungan pada orang lain, dan emosi yang tidak stabil.
Kondisi ini menyebabkan mereka mudah terpengaruh orang lain dan cenderung
berperilaku antisosial (berkelahi, mencuri, merampas, menggunakan NAPZA dan
menjalankan bisnis NAPZA, dan perilaku seks bebas). Selain itu, anak dapat mengalami
berbagai bentuk kekerasan baik fisik, psikis dan seksual. Mereka juga dapat mengalami
eksploitasi fisik dan seksual terutama oleh orang dewasa hingga kehilangan nyawa,
sehingga timbul masalah kesehatan yang terkait kesehatan reproduksi seperti Infeksi
Menular Seksual (IMS/PMS) dan HIV/AIDS.

Upaya kesehatan bagi anak terlantar dilakukan pada kelompok-kelompok sasaran


seperti di panti anak terlantar/anak jalanan, shelter, rumah singgah dan lain-lain. Upaya
kesehatan yang dilakukan mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
melalui pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas bekerjasama
dengan unsur dari sektor terkait dan LSM memberikan pelayanan kesehatan bagi anak
terlantar dan anak jalanan.

Puskesmas yang dianggap melakukan pembinaan terhadap Panti Anak Terlantar jika
melaksanakan paket pembinaan kesehatan anak di panti yang terdiri dari beberapa
kegiatan, yaitu :

1. Penyuluhan tentang PHBS, bahaya penyalahgunaan NAPZA, kesehatan reproduksi


dan Infeksi Menular Seksual (IMS);
2. Pemberian tablet Fe pada remaja putri;
3. Konseling termasuk pre test dan post test HIV;
4. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada remaja putri;
5. Pengobatan;
6. Pelatihan peer konselor remaja; dan
7. Rujukan apabila diperlukan.

Pada tahun 2012 terdapat 1.751 puskesmas yang memiliki panti anak terlantar di
wilayah kerjanya. Dari seluruh puskesmas yang memiliki panti anak terlantar, terdapat
1.003 (57,28%) yang telah melakukan pembinaan. Data dan informasi berdasarkan
provinsi terkait puskesmas yang melakukan pembinaan di Panti Anak Terlantar dapat
dilihat pada Lampiran 4.14.

145
Profil Kesehatan Indonesia 2012

13. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran
atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada
kisaran usia 15-49 tahun.

Keberhasilan program KB dapat diukur dengan melihat cakupan KB aktif dan KB baru.
Cakupan KB aktif menggambarkan proporsi pasangan usia subur (PUS) yang sedang
menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS yang ada. Sedangkan
cakupan KB baru adalah jumlah PUS yang baru menggunakan alat/metode kontrasepsi
terhadap jumlah PUS. Gambar 4.17 berikut ini menampilkan persentase peserta KB aktif
menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2012.

GAMBAR 4.17
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2013

Cakupan peserta KB aktif di Indonesia pada tahun 2102 sebesar 76,39%. Gambaran
distribusi provinsi menunjukkan bahwa persentase tertinggi adalah Provinsi Bengkulu
sebesar 87,91%, diikuti oleh Provinsi Gorontalo sebesar 86,96%, dan Provinsi Bali

146
SITUASI UPAYA KESEHATAN

sebesar 86,11%. Provinsi dengan persentase terendah adalah Papua sebesar 67,7%,
diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 67,99%, dan Banten sebesar 69,95%.

Penggunaan metode kontrasepsi pada KB terdiri dari beberapa jenis. Kepesertaan


KB menurut penggunaan metode kontrasepsi pada tahun 2012 menunjukkan bahwa
sebagian besar peserta KB memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka
pendek melalui suntikan. Hanya sedikit PUS yang memilih untuk menggunakan Metode
Operatif Pria (MOP) pada tahun 2012. Persentase peserta KB aktif menurut metode
kontrasepsi ditampilkan pada Gambar 4.18 berikut ini.

GAMBAR 4.18
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF
MENURUT ALAT/METODE KONTRASEPSI TAHUN 2012

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012

Gambaran peserta KB baru pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta
KB baru cenderung memanfaatkan klinik KB pemerintah untuk mendapatkan layanan KB
dengan persentase sebesar 67,34%. Selain klinik KB milik pemerintah, peserta KB yang
lain memilih memanfaatkan bidan praktek swasta sebanyak 23,22%, klinik KB swasta
sebesar 7,59%, dan dokter praktik swasta sebanyak 1,86%. Perbandingan persentase
antar jenis layanan terdapat pada Gambar 4.19 berikut ini.

Data dan informasi terkait kepesertaan KB, pemanfaatan layanan KB, dan jumlah fasilitas
kesehatan KB pada tahun 2012 yang digambarkan secara rinci menurut provinsi dapat
dilihat pada Lampiran 4.2-4.7.

147
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 4.19
PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT TEMPAT PELAYANAN KB
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013

B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Permasalahan gizi masyarakat merupakan salah satu isu kesehatan masyarakat yang
menyita perhatian sektor kesehatan. Status gizi juga merupakan salah satu penentu
kondisi derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan
melakukan upaya perbaikan gizi masyarakat dalam rangka merespon permasalahan gizi
yang sering ditemukan seperti anemia gizi besi, kekurangan vitamin A, dan gangguan
akibat kekurangan yodium.

1. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (Fe)

Salah satu permasalahan gizi masyarakat adalah anemia gizi, yaitu suatu kondisi ketika
kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar Hb ini terjadi
karena kekurangan asupan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan komponen Hb
terutama zat besi (Fe). Sebagian besar anemia yang ditemukan di Indonesia adalah
anemia gizi besi yaitu anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe). Dalam
rangka penanggulangan permasalahan anemia gizi besi, telah dilakukan program
pemberian tablet Fe. Pemberian tablet besi ini diintegrasikan dengan pelayanan
kunjungan ibu hamil (antenatal care).

148
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Cakupan pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85%. Persentase
ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 83,3%. Provinsi
dengan cakupan tertinggi adalah Kalimantan tengah sebesar 115,3% diikuti oleh DKI
Jakarta sebesar 101,9%, dan Bali sebesar 92,7%. Sedangkan cakupan terendah adalah
Provinsi Papua Barat sebesar 32%, diikuti oleh Papua sebesar 33,3%, dan Kalimantan
Timur sebesar 69,1%. Cakupan pemberian tablet besi pada tahun 2012 di 33 provinsi
disajikan pada gambar berikut ini.

GAMBAR 4.20
PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3)
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2013

Efektivitas upaya pemberian tablet besi juga sangat bergantung pada seberapa besar
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi yang diberikan. Cakupan
pemberian tablet besi yang tinggi bisa tidak berdampak pada penurunan anemia besi
jika kepatuhan ibu hamil dalam menelan tablet besi masih rendah.

Program pemberian tablet besi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan pada ibu
hamil (K1-K4) karena diberikan pada saat ibu hamil melakukan kunjungan ke pelayanan

149
Profil Kesehatan Indonesia 2012

kesehatan. Pemberian tablet besi juga menjadi salah satu syarat terpenuhinya kunjungan
ibu hamil K4. Namun demikian, capaian kunjungan K4 ibu hamil pada tahun 2012 sebesar
90,18%, yaitu lebih besar dibandingkan dengan capaian pemberian tablet besi pada ibu
hamil sebesar 85%. Secara ideal, seharusnya capaian dua indikator tersebut sama atau
tidak jauh berbeda. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pada sistem pencatatan dan
pelaporan serta koordinasi antar pengelola program terkait. Data dan informasi lebih
rinci menurut provinsi mengenai pemberian tablet besi pada ibu hamil di tahun 2012
terdapat pada Lampiran 4.17.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A


Selain anemia gizi besi, kekurangan vitamin A juga menjadi perhatian dalam upaya
perbaikan gizi masyarakat. Oleh karena itu dilakukan pemberian kapsul Vitamin A dalam
rangka mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita.
Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk
mengatasi masalah KVA pada masyarakat. Vitamin A berperan terhadap penurunan
angka kematian, pencegahan kebutaan, serta pertumbuhan dan kelangsungan hidup
anak.

Masalah vitamin A pada balita secara klinis bukan lagi masalah kesehatan masyarakat
(prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota pada 10
provinsi tahun 2006, diperoleh prevalensi xeropthalmia pada balita 0,13%, sedangkan
hasil survey vitamin A pada tahun 1992 menunjukkan prevalensi xeropthalmia sebesar
0,33%.

Namun demikian KVA subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata,
masih ada pada kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan
memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Selain itu, sebaran cakupan
pemberian vitamin A pada balita menurut provinsi masih ada yang dibawah 75%. Dengan
demikian kegiatan pemberian vitamin A pada balita masih perlu dilanjutkan, karena
bukan hanya untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, namun lebih penting lagi,
vitamin A meningkatkan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak.

Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan dosis 100.000
SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul
vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui
ASI. Pemberian Kapsul Vitamin A diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan
Agustus pada balita usia 6-59 bulan.

150
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan di Indonesia tahun
2012 mencapai 82,8%. Capaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang
sebesar 82,66%. Dengan peningkatan yang tidak terlalu tinggi, maka masih diperlukan
upaya untuk meningkatkan cakupan pemberian kapsul vitamin A. Upaya tersebut antara
lain melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah
yang cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A.

Provinsi dengan cakupan pemberian vitamin A tertinggi pada tahun 2012 adalah DI
Yogyakarta sebesar 99,12%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 98,39% dan Nusa Tenggara
Barat sebesar 96,46%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar
41,84%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 47,9% dan Maluku Utara sebesar 54,42%.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A menurut distribusi provinsi ditampilkan pada
gambar 4.21.

GAMBAR 4.21
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2013

Data dan informasi tentang pemberian vitamin A pada balita yang dirinci menurut
provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 4.18.

151
Profil Kesehatan Indonesia 2012

3. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif

Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara
eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak
sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI
yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.

Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara
Barat sebesar 69,84%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 67,01%, dan Bali sebesar 66,94%.
Sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Provinsi Papua
Barat sebesar 20,57%, diikuti oleh Sulawesi Tengah 30,41% dan Sumatera Utara sebesar
32,22%. Gambaran pemberian ASI eksklusif menurut provinsi disajikan pada gambar
berikut.
GAMBAR 4.22
CAKUPAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

152
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain :

a. Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak ada
masalah medis
b. Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak memberi
kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk melaksanakan pemberian
ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan belum tersedianya ruang laktasi dan
perangkat pendukungnya
c. Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum
berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu masih
mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan.
d. Pemasaran susu formula masih banyak yang ditujukan pada bayi yang tidak punya
masalah kesehatan.
e. Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI
f. Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait
pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui (LMKM).

Upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah tersebut yaitu:

a. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI


Eksklusif
b. Melakukan pelatihan konseling menyusui dan konseling Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI). Sampai tahun 2012 telah dilakukan pelatihan konseling menyusui kepada
3.929 orang dan MP-ASI 416 orang.
c. Melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), yaitu:
1. Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada
semua staf pelayanan kesehatan ;
2. Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan
menyusui tersebut;
3. Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen
menyusui;
4. Membantu ibu menyusui dini dalam 30 menit pertama persalinan;
5. Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu
dipisah dari bayinya;
6. Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis;
7. Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam);

153
Profil Kesehatan Indonesia 2012

8. Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi;


9. Tidak memberi dot kepada bayi;
10. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu
kepada kelompok tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan;
d. Sosialisasi dan kampanye ASI Eksklusif
e. KIE melalui media cetak dan elektronik
f Mengembangkan Strategi Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif
g. Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku menyusui melalui
peraturan perundang-undangan dan kebijakan atau PP
h. Penguatan sarana pelayanan kesehatan (RS/RSIA, Puskesmas perawatan, klinik
bersalin) dalam menerapkan 10 LMKM
i. Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatan, melindungi,
dan mendukung pemberian ASI
j. Pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian ASI
k. Menjamin terlaksananya strategi pemberian ASI
l. Pengembangan peraturan perundangan-undangan dan kebijakan atau PP
m. Pelaksanaan revitalisasi RS dan sarana pelayanan kesehatan sayang bayi
n. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
o. Pemberdayaan ibu, bapak, dan keluarga, serta masyarakat
p. Perlindungan pekerja perempuan
q. Bekerjasama dengan lintas sektor terkait dalam pengawasan pemasaran susu
formula dan produk makanan bayi sesuai standar produk makanan (codex
alimentarius)
r. Advokasi dan promosi peningkatan pemberian ASI

Data dan informasi mengenai pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2012 terdapat pada
Lampiran 4.19 dan Lampiran 4.20.

4. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)


Kegiatan penimbangan balita di Posyandu (D/S) menjadi salah satu indikator yang
ditetapkan pada Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Indikator ini
berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan
dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang pada balita. Dengan
cakupan cakupan D/S yang tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan vitamin A,
cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang.

154
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) di Indonesia pada tahun 2012 sebesar
75,1%. Cakupan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 sebesar 71,4%. Capaian pada
tahun 2012 telah memenuhi target Renstra 2012 sebesar 75%. Pada tingkat provinsi
terdapat 10 provinsi dengan capaian melebihi target 75% seperti yang ditampilkan pada
gambar berikut.

GAMBAR 4.23
CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA (D/S)
DI INDONESIATAHUN 2012

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas diketahui bahwa provinsi yang memiliki capaian tertinggi adalah
Jawa Timur sebesar 87,8%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 83,6%, dan Jawa Tengah
sebesar 82,1%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 31%,
diikuti oleh Papua Barat sebesar 48,9% dan Maluku Utara sebesar 52,5%.

Kunjungan balita ke posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S. Namun demikian
terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan balita ke posyandu.
Permasalahan tersebut antara lain : dana operasional dan sarana prasarana untuk
menggerakkan kegiatan Posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas
dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan

155
Profil Kesehatan Indonesia 2012

masyarakat terhadap manfaat Posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader. Data


dan informasi tentang penimbangan balita di posyandu pada tahun 2012 terdapat pada
Lampiran 4.21.

C. PELAYANAN IMUNISASI
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap
penyakit tertentu. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang
selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio.

Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/ bakteri/ protozoa/ jamur, masuk ke
dalam tubuh. Setiap mahluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap
benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem
kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan
antigen. Pada saat pertama kali antibodi “berinteraksi” dengan antigen, respon yang
diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum “mengenali” antigen.
Pada interaksi antibodi-antigen yang ke-2 dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah
memiliki “memori” untuk mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga
antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat.

Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi
alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi
terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan
penyakit dengan melumpuhkan “antigen” dilemahkan yang berasal dari vaksin. Program
imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular,
yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil.

1. Imunisasi Dasar pada Bayi

Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi
wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3
dosis DPT, 4 dosis polio, 1 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi
dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat
perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan
SEARO untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait
dengan realita bahwa campak adalah penyebab utama kematian pada balita. Dengan
demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka
kematian balita.

156
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Indonesia memiliki cakupan imunisasi campak pada tahun 2012 sebesar 99,3%. Capaian
tersebut telah memenuhi target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup
regional. Cakupan pada tahun 2012 juga menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun
2011 sebesar 93,6%. Pada tingkat provinsi, terdapat 21 provinsi yang telah berhasil
mencapai target 90% seperti yang disajikan pada Gambar 4.24 berikut.

GAMBAR 4.24
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Provinsi Jambi memiliki capaian tertinggi
sebesar 113,2% diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 110,4% dan Jawa Barat sebesar
110,3%. Sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua Barat sebesar
72,7%, diikuti oleh Papua sebesar 74,3% dan Kalimantan Selatan sebesar 75%.

Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan kelima
jenis imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan 5 jenis
imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Capaian
indikator ini di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 86,8%. Angka ini telah memenuhi

157
Profil Kesehatan Indonesia 2012

target Renstra pada tahun 2012 sebesar 85%. Dengan demikian terdapat 15 provinsi
(45,5%) yang telah memenuhi target Renstra tahun 2012.

GAMBAR 4.25
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan distribusi provinsi pada gambar di atas, capaian imunisasi dasar lengkap
tertinggi pada tahun 2012 terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 107,4%
diikuti oleh Jawa Barat sebesar 102,1%, dan Lampung sebesar 98,7%. Sedangkan
provinsi dengan capaian terendah adalah Maluku sebesar 36,5%, diikuti oleh Papua
sebesar 45,7%, dan Papua Barat sebesar 48,2%. Data dan informasi terkait imunisasi
dasar pada bayi yang dirinci menurut provinsi tahun 2012 terdapat pada Lampiran 4.23.

Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah
Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah gambaran suatu
desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan
tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target UCI pada Renstra tahun 2012
adalah sebesar 90%. Pada tahun 2012 terdapat 9 provinsi yang memiliki persentase
desa UCI melebihi target 90% seperti yang nampak pada gambar berikut ini.

158
SITUASI UPAYA KESEHATAN

GAMBAR 4.26
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 4.26 dapat diketahui bahwa Provinsi DIY dan DKI Jakarta memiliki capaian
tertinggi sebesar 100%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 98,8%. Sedangkan Provinsi
Papua memiliki capaian terendah sebesar 16,6%, diikuti oleh Papua Barat sebesar
29,6%, dan Kalimantan Timur sebesar 65,2%. Informasi terkait capaian desa UCI pada
tahun 2012 menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.24.

Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan umurnya. Pada
kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun
demikian, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar
secara lengkap. Kelompok inilah yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi. Bayi
yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada awal pemberian imunisasi, namun tidak
mendapatkan imunisasi campak, disebut Drop Out Rate DPT/HB1- Campak. Indikator ini
diperoleh dengan menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap
cakupan imunisasi DPT/HB1.

Drop Out Rate imunisasi DPT/HB1-Campak pada tahun 2012 sebesar 3,6%. Angka

159
Profil Kesehatan Indonesia 2012

ini lebih rendah dibandingkan tahun 2011 sebesar 4,4%. DO Rate DPT/HB1-Campak
menunjukkan kecenderungan penurunan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun
2012 yang artinya semakin sedikit bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap. Kecenderungan penurunan tersebut dijelaskan pada gambar berikut.

GAMBAR 4.27
ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB1 - CAMPAK PADA BAYI
DI INDONESIA TAHUN 2006-2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

DO rate DPT/HB1-campak diharapkan agar tidak melebihi 5%. Batas minimum tersebut
telah berhasil dipenuhi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2012
terdapat 15 provinsi dengan DO rate ≤ 5. Data dan informasi lebih rinci mengenai drop
out rate cakupan imunisasi pada tahun 2012 DPT/HB1-campak tahun 2012 terdapat
pada Lampiran 4.25.

2. Imunisasi pada Ibu Hamil

Ibu hamil juga merupakan populasi yang rentan terhadap infeksi penyakit menular,
oleh karena itu program imunisasi juga ditujukan bagi kelompok ini. Salah satu penyakit
menular yang dapat berakibat fatal dan berkontribusi terhadap kematian ibu dan
kematian anak adalah Tetanus Maternal dan Neonatal. Pemerintah Indonesia melalui
Kementerian Kesehatan berkomitmen terhadap program Eliminasi Tetanus Maternal dan
Neonatal (Maternal and Neonatal Tetanus Elimination atau MNTE). Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menetapkan status eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal jika terdapat
kurang dari satu kasus tetanus neonatal per 1.000 kelahiran hidup di setiap kabupaten
di suatu negara.
160
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi


tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan
untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah :

1. pertolongan persalinan yang aman dan bersih;


2. cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan
3. penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum.

Pada tahun 2011 telah dilaksanakan Survei Validasi MNTE di regional Kalimantan,
Sulawesi, NTB dan NTT dengan hasil yaitu eliminasi tetanus maternal dan neonatal di
regional tersebut pada periode 1 Juni 2010 sampai dengan 31 Mei 2011 telah tercapai.
Begitu juga dengan regional Jawa dan Bali serta regional Sumatera yang juga telah
mencapai eliminasi.
Cakupan imunisasi TT2+ (ibu hamil yang telah mendapat imunisasi TT minimal 2 dosis)
pada ibu hamil di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 71,19%. Gambaran cakupan
imunisasi TT2+ untuk ibu hamil menurut provinsi disajikan pada Gambar 4.28.

GAMBAR 4.28
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT2+ PADA IBU HAMIL
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

161
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Pada Gambar 4.28 dapat diketahui bahwa pada tahun 2012, provinsi dengan cakupan
imunisasi tertinggi adalah Jawa Barat sebesar 107,63%, diikuti oleh Bali sebesar
100,02%, dan Jambi sebesar 99,71%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi
Papua sebesar 8,63%, diikuti oleh Jawa Timur sebesar 23,01%, dan Nusa Tenggara Timur
sebesar 24,83%. Data dan informasi tentang cakupan imunisasi TT pada ibu hamil yang
dirinci menurut provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 4.26.

D. UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT


1. Pengendalian HIV AIDS

HIV dan AIDS menjadi salah satu penyakit menular yang pengendaliannya dipantau
melalui komitmen global MDGs. Kegiatan pengendalian penyakit ini dilakukan melalui
pencegahan infeksi, penularan, penemuan penderita secara dini yang kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan konseling hingga perawatan dan pengobatan.

Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV dan AIDS terhadap darah
donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS)
seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna NAPZA dengan suntikan (IDUs),
penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau penelitian pada kelompok berisiko
rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya.

Hasil pelaksanaan surveilans HIV dan AIDS selama delapan tahun terakhir terlihat pada
tabel berikut ini.

TABEL 4.1
PENEMUAN PENDERITA HIV DAN AIDS DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

162
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Pada tabel di atas dapat diketahui adanya peningkatan penemuan kasus baru HIV dan
kasus baru AIDS dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2012. Kasus baru infeksi HIV
meningkat dari 859 kasus menjadi 21.511 kasus. Kasus baru AIDS meningkat dari 2.639
kasus pada tahun 2005 menjadi 5.686 kasus pada tahun 2012. Case Fatality Rate dalam
delapan tahun terakhir menunjukkan penurunan yaitu dari 13,51% pada tahun 2005
menjadi 3,17% pada tahun 2012. Penurunan ini dapat mengindikasikan adanya perbaikan
pada aspek pelayanan kesehatan dalam menyediakan perawatan dan pengobatan.

Dalam rangka mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV dan
AIDS, diperlukan upaya khusus yang difokuskan pada kelompok remaja. Upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS adalah melalui
kampanye "Aku Bangga Aku Tahu" (ABAT). Kampanye ABAT merupakan sosialisasi
mengenai perilaku seksual yang harus dihindari sebelum ada komitmen melalui
pernikahan dan penyadaran tentang cara penularan penyakit HIV dan AIDS. Kegiatan
kampanye untuk tahap pertama dilaksanakan di 10 provinsi terpilih, yaitu DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat,
Sulawesi dan Papua. Selanjutnya, akan diperluas untuk seluruh provinsi di Indonesia.
Dengan demikian diharapkan, pemerintah, dunia usaha, masyarakat, khususnya
generasi muda, dapat lebih mengenal HIV danAIDS, serta melindungi diri dan orang
lain dari risiko penularan HIVdan AIDS.

Upaya lain yang dilakukan dalam rangka pengendalian HIV dan AIDS yaitu peningkatan
akses masyarakat terhadap pengobatan dan penyediaan layanan terpadu/komprehensif
HIV dan AIDS. Dengan upaya penyediaan layanan terpadu tersebut, upaya pencegahan,
perawatan, dan pelayanan kasus HIV dan AIDS termasuk layanan konseling dan tes,
layanan perawatan, dukungan dan pengobatan, serta pengurangan dampak buruk
dapat dilakukan di satu titik layanan. Upaya terpadu ini disepakati akan diterapkan di
seluruh ASEAN. Di Indonesia, pilot project untuk menerapkan upaya terpadu ini telah
diterapkan di Bogor, Tangerang, dan Singkawang. Jumlah layanan HIV dan AIDS yang
terdapat di Indonesia sampai dengan tahun 2012 yaitu :
1. L ayanan konseling tes HIV sukarela (KTS) sebanyak 503 layanan termasuk
konseling dan tes HIV yang diprakarsai oleh petugas kesehatan
2. Layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) sebanyak 338 layanan
yang aktif melakukan pengobatan ARV terdiri dari 239 RS rujukan PDP (induk)
dan 89 satelit
3. Layanan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) sebanyak 83 layanan

163
Profil Kesehatan Indonesia 2012

4. L ayanan Pencegahan Penularan Ibu ke Anak (PPIA) sebanyak 105 layanan


5. Layanan Infeksi Menular Seksual (IMS) sebanyak 257 layanan
6. Layanan kolaborasi TB-HIV sebanyak 223 layanan.
Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi terkait dengan pengendalian HIV dan
AIDS terdapat pada Lampiran 4.29 dan 4.30.

2. Pengendalian Penyakit TB Paru

Selain HIV AIDS dan Malaria, Tuberkulosis (TB) juga menjadi salah satu penyakit menular
yang upaya pengendaliannya dinilai pada komitmen global Millenium Development
Goals. MDGs menetapkan TB sebagai bagian dari tujuan di bidang kesehatan yang
terdiri dari :

1. Menurunkan insidens TB Paru pada tahun 2015;


2. Menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi
setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990;
3. Sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+ terdeteksi dan diobati melalui program DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan
TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO);
dan
4. Sedikitnya 85% tercapai Succes Rate (SR).

Upaya pengobatan kasus TB dilakukan dengan menerapkan strategi DOTS, yaitu strategi
penatalaksanaan TB yang menekankan pentingnya pengawasan terhadap pasien
TB untuk memastikan pasien menyelesaikan pengobatan sesuai ketentuan sampai
dinyatakan sembuh. Strategi ini direkomendasikan oleh WHO secara global untuk
menanggulangi TB, karena menghasilkan angka kesembuhan yang tinggi yaitu mencapai
85%.

a. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di Antara Suspek yang Diperiksa

Upaya Pemerintah dalam menanggulangi TB Paru setiap tahunnya semakin menunjukkan


kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan
dan disembuhkan setiap tahun.

Gambar berikut memperlihatkan persentase TB Paru BTA+ terhadap suspek TB Paru


selama tahun 2005-2012. Selama delapan tahun terakhir persentase TB Paru BTA+
terhadap suspek TB Paru tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 13% dan terendah
terjadi pada tahun 2011 dan tahun 2012 sebesar 10%.

164
SITUASI UPAYA KESEHATAN

GAMBAR 4.29
PERSENTASE BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG DIPERIKSA DAHAKNYA
TAHUN 2005-2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Persentase BTA positif terhadap suspek yang diperiksa dahaknya menggambarkan mutu
dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria
suspek. Angka proporsi pasien baru TB paru BTA positif di antara suspek yang diperiksa
ini sekitar 5-15%. Angka ini bila terlalu kecil (<5%) kemungkinan disebabkan antara lain
karena penjaringan suspek terlalu longgar, banyak orang yang tidak memenuhi kriteria
suspek, atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Sedangkan
bila angka ini terlalu besar (>15%) kemungkinan disebabkan antara lain karena
penjaringan terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif
palsu).

Proporsi pasien TB Paru BTA Positif di antara suspek yang diperiksa menurut provinsi
tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 4.30 .

165
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 4.30
PERSENTASE PASIEN TB PARU BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG DIPERIKSA DAHAKNYA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar ini diketahui bahwa sebagian besar provinsi memiliki persentase BTA
positif terhadap suspek yang diperiksa dahaknya pada kisaran 5-15%. Terdapat 1
provinsi dengan persentase di atas 15% yaitu Maluku Utara sebesar 16%.

b. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ (Case Detection Rate/CDR) dan Angka
Keberhasilan Pengobatan (Success Rate/SR)

Case Detection Rate atau angka penemuan kasus TB Paru BTA+ merupakan indikator
yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan upaya pendeteksian kasus. Indikator ini
menggambarkan proporsi antara penemuan TB Paru BTA+ terhadap jumlah perkiraan
kasus TB Paru. Indikator lain yang digunakan dalam upaya pengendalian TB adalah
Success Rate atau angka keberhasilan pengobatan.

CDR menunjukkan peningkatan yang signifikan sejak tahun 2001 sampai dengan
tahun 2012, yaitu dari 21% menjadi 82,38%. Angka ini telah melampaui target Renstra
Kemenkes tahun 2012 sebesar 80%. Indikator angka keberhasilan (SR) juga menunjukkan
peningkatan, yaitu dari 87% pada tahun 2001 menjadi 90,2% pada tahun 2012. Angka
keberhasilan pengobatan (SR) ini juga telah memenuhi target keberhasilan pengobatan
yang distandarkan oleh WHO yaitu minimal 85%. Keberhasilan pengobatan TB paru
ditentukan oleh kepatuhan dan keteraturan dalam berobat, pemeriksaan fisik dan
laboratorium.

166
SITUASI UPAYA KESEHATAN

GAMBAR 4.31
PERSENTASE PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU
DI INDONESIA TAHUN 2001-2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2012

Gambaran capaian SR pada tingkat provinsi menunjukkan bahwa terdapat 23 provinsi


memiliki capaian melebihi target minimal WHO sebesar 85%. Capaian SR pada tahun
2012 di 33 provinsi disajikan pada gambar berikut.

GAMBAR 4.32
PERSENTASE KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TB PARU
(SUCCESS RATE) DI INDONESIA TAHUN 2012 (PENGOBATAN TAHUN 2011)

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

167
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Pada gambar di atas nampak bahwa Provinsi Banten memiliki capaian tertinggi sebesar
98,3% diikuti oleh Gorontalo sebesar 96,6%, dan Sulawesi Utara sebesar 95,4%.
Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah Papua Barat sebesar 43,7% diikuti
oleh Papua sebesar 76% dan Kepulauan Riau sebesar 77,8%. Data dan Informasi lebih
rinci menurut provinsi terkait pengendalian TB paru, terdapat pada Lampiran 4.31.

3. Pengendalian Penyakit Malaria

Millenium Development Goals (MDGs) juga memantau keberhasilan pengendalian


penyakit malaria melalui tujuan ke-6 yaitu memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit
menular lainnya. Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat khususnya
yang terkait dengan resistensi Plasmodium falciparum terhadap pengobatan klorokuin.
Permasalahan lainnya yang menyebabkan malaria masih menjadi beban kesehatan
masyarakat adalah meluasnya daerah perindukan vektor akibat perubahan lingkungan,
penambahan jumlah vektor akibat perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan
lebih panjang daripada musim kemarau, dan peningkatan penularan karena mobilitas
penduduk yang tinggi.

Salah satu bentuk komitmen pemerintah terhadap upaya pengendalian malaria, telah
diterbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/
SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia. Eliminasi
malaria bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas
dari penularan malaria secara bertahap sampai dengan tahun 2030. Penetapan sasaran
wilayah eliminasi malaria dilaksanakan secara bertahap. Wilayah tersebut yaitu :

1. Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta), Pulau Bali, dan pulau Batam pada
tahun 2010;
2. Pulau Jawa, Provinsi Aceh, dan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015;
3. Pulau Sumatera (kecuali Provinsi Aceh dan Kepulauan Riau), Provinsi NTB,
Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi pada tahun 2020; dan
4. Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara
pada tahun 2030.

Eliminasi malaria memiliki kegiatan utama yang terdiri dari :

1. Peningkatan kualitas dan akses terhadap penemuan dini dan pengobatan


malaria
2. Penjaminan kualitas diagnosis malaria melalui pemeriksaan laboratorium

168
SITUASI UPAYA KESEHATAN

maupun Rapid Diagnostic Test (RDT)


3. Perlindungan terhadap kelompok rentan terutama ibu hamil dan balita di
daerah endemis tinggi
4. Penguatan penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilens kasus malaria
5. Intervensi vektor termasuk surveilans vektor
6. Penguatan sistem pengelolaan logistik Malaria
Berdasarkan cakupan konfirmasi laboratorium belum semua suspek malaria dilakukan
pemeriksaan sediaan darahnya baik secara mikroskopis (laboratorium) maupun dengan
Rapid Diagnosis Test (RDT) Malaria. Dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012,
pemeriksaan sediaan darah terhadap jumlah suspek malaria terus meningkat secara
signifikan yaitu pada tahun 2008 sebesar 48% meningkat menjadi 93% pada tahun 2012
seperti yang ditampilkan pada gambar berikut ini.

GAMBAR 4.33
PERSENTASE PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH SUSPEK MALARIA
TAHUN 2008 - 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Setiap tersangka malaria diharapkan menjalani pemeriksaan sediaan darah dan apabila
hasilnya positif maka diobati menggunakan Artemisinin-based Combination Therapy
(ACT). Cakupan kasus yang dinyatakan positif dan mendapatkan pengobatan, diukur
melalui indikator persentase penderita malaria yang diobati. Persentase penderita
malaria yang diobati adalah persentase penderita malaria yang diobati sesuai pengobatan
standar dalam kurun waktu 1 tahun dibandingkan dengan jumlah kasus malaria positif
dalam tahun tersebut. Capaian indikator ini pada tahun 2012 sebesar 81,78%. Angka

169
Profil Kesehatan Indonesia 2012

ini lebih besar dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 66,3%. Pengobatan terhadap
penderita positif malaria belum 100% karena masih adanya pengobatan malaria dengan
menggunakan obat selain ACT (misal khloroquin) dan larangan konsumsi ACT bagi ibu
hamil trimester pertama.

4. Pengendalian Penyakit ISPA

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia, terutama di negara


berkembang, di mana 1 orang balita meninggal tiap 20 detik atau 3 orang per menit
(Unicef, 2006). Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa proporsi kematian pada bayi (post
neonatal) karena pneumonia sebesar 12,7% dan pada anak balita sebesar 13,2%.

Pada klasifikasi pengendalian ISPA berdasarkan golongan umur terdapat 2 kelompok,


yaitu golongan umur 2 bulan s/d < 5 tahun, dan golongan umur < 2 bulan. Pneumonia
pada golongan umur 2 bulan s/d < 5 tahun ditetapkan 3 klasifikasi yaitu ; Pneumonia,
Pneumonia Berat dan Batuk Bukan Pneumonia. Pada golongan umur < 2 bulan ditetapkan
2 klasifikasi yaitu Pneumonia Berat dan Batuk Bukan Pneumonia.

Semua kasus ISPA yang ditemukan harus ditatalaksana sesuai standar, dengan demikian
angka penemuan kasus pneumonia juga menggambarkan penatalaksanaan kasus
ISPA. Cakupan penemuan penderita pneumonia pada balita merupakan persentase
jumlah penderita pneumonia pada balita baik Pneumonia Berat maupun Pneumonia
terhadap jumlah target penemuan pneumonia balita. Target penemuan pneumonia
balita tersebut ditentukan berdasarkan proporsi 10% dari jumlah seluruh balita. Upaya
penemuan pneumonia balita sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2012 disajikan
pada gambar berikut.

170
SITUASI UPAYA KESEHATAN

GAMBAR 4.34
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA
DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Gambar di atas menunjukkan bahwa cakupan penemuan pneumonia pada balita tahun
2012 sebesar 23,42%. Cakupan ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan cakupan
penemuan tahun 2011 yang sebesar 23,98%%.

Cakupan penemuan penderita pneumonia belum memenuhi target yang ditentukan


sejak tahun 2005 hingga tahun 2012. Hambatan yang ditemui dalam meningkatkan
cakupan penemuan Pneumonia balita di puskesmas yaitu:

1. Sebagian besar pengelola program dan petugas ISPA di poliklinik belum terlatih
karena keterbatasan dana dan mutasi petugas yang tinggi.
2. Manajemen data:
a. Under reported yang disebababkan karena kerancuan antara diagnosa kerja
dan klasifikasi ISPA (Pneumonia, Pneumonia Berat, Batuk Bukan Pneumonia/
ISPA biasa), sehingga banyak kasus pneumonia dimasukkan ke dalam ISPA
biasa.
b. Keterlambatan pelaporan secara berjenjang
3. Pengendalian pneumonia balita masih berbasis Puskesmas. Data kasus pneumonia
belum mencakup RS Pemerintah dan swasta, klinik, praktek, dan sarana kesehatan
lain.
4. Pada beberapa kabupaten dan provinsi masih terjadi kesalahan perhitungan target
cakupan.

171
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Informasi lebih rinci mengenai penemuan pneumonia pada balita dapat dilihat pada
Lampiran 4.32.

5. Pengendalian Penyakit Kusta

Dalam upaya pengendalian penyakit kusta digunakan dua indikator utama yaitu angka
penemuan kasus baru atau New Case Detection Rate (NCDR),dan angka cacat tingkat II.
Indikator NCDR menggambarkan besarnya masalah kusta dalam satu wilayah dan satu
waktu sedangkan angka cacat tingkat II menggambarkan perubahan dalam penemuan
kasus baru kusta. Tabel berikut menampilkan indikator NDCR per 100.000 penduduk
dan angka kecacatan tingkat II.
TABEL 4.2
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR)
DAN ANGKA CACAT TINGKAT II KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI


Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller, NCDR = New Case Detection Rate

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa NCDR per 100.000 penduduk tahun 2012
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011, yaitu dari 8,3 per 100.000 penduduk
menjadi 7,76 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka cacat tingkat II menunjukkan
peningkatan yaitu dari 0,84 pada tahun 2011 menjadi 0,87 per 100.000 penduduk pada
tahun 2012. Penurunan angka penemuan kasus baru dan peningkatan angka cacat
tingkat II ini dapat diartikan semakin terlambat kasus baru ditemukan maka kecacatan
yang terjadi pada kasus baru akan semakin tinggi.

172
SITUASI UPAYA KESEHATAN

6. Pengendalian Penyakit Polio

Pada tahun 1988, sidang ke-41 WHA (World Health Assembly) telah menetapkan program
eradikasi polio secara global (global polio eradication initiative) yang ditujukan untuk
mengeradikasi penyakit polio pada tahun 2000. Kesepakatan ini diperkuat oleh sidang
World Summit for Children pada tahun 1989, di mana Indonesia turut menandatangani
kesepakatan tersebut.

Eradikasi Polio adalah apabila tidak ditemukan virus Polio liar indigenous selama 3
tahun berturut-turut di suatu region yang dibuktikan dengan surveilans AFP yang sesuai
standar sertifikasi. Dasar pemikiran Eradikasi Polio adalah:

a. Manusia satu-satunya reservoir dan tidak ada longterm carrier pada manusia.
b. Sifat virus polio yang tidak tahan lama hidup di lingkungan.
c. Tersedianya vaksin yang mempunyai efektivitas >90% dan mudah dalam
pemberian.
d. Layak dilaksanakan secara operasional.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio dilakukan melalui imunisasi rutin,
imunisasi tambahan, surveilans AFP, dan pengamanan virus polio liar di laboratorium.
Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus lumpuh
layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun yang merupakan kelompok rentan terhadap
penyakit polio. Tujuan surveilans AFP antara lain mengidentifikasi daerah risiko
tinggi untuk terjadinya transmisi virus polio, memantau kemajuan program eradikasi
polio, dan membuktikan Indonesia bebas polio. Penemuan kasus dalam surveilans
AFP dilaksanakan melalui surveilans aktif di RS dan surveilans berbasis masyarakat.
Surveilans AFP dilaksanakan secara intensif pada tahun 1997. Pada tahun 2002, Ditjen
PPPL menetapkan adanya Petugas Surveilans Khusus AFP di tingkat provinsi.

Salah satu indikator untuk mengukur kinerja surveilans AFP adalah Non Polio AFP rate ≥
2 per 100.000 anak usia < 15 tahun. Pada tahun 2012, Non Polio AFP rate di Indonesia
sebesar 2,77 per 100.000 anak usia < 15 tahun. Meskipun mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2011, indikator ini telah memenuhi target. Terdapat 32 provinsi
yang telah memenuhi target tersebut pada tahun 2012 seperti yang ditampilkan pada
gambar berikut ini.

173
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 4.35
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK USIA < 15 TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa provinsi dengan capaian penemuan tertinggi
adalah Gorontalo sebesar 7,33 per 100.000 penduduk, diikuti oleh Nusa Tenggara
Timur sebesar 5,33 per 100.000 penduduk, dan DI Yogyakarta sebesar 5 per 100.000
penduduk. Provinsi dengan cakupan penemuan terendah adalah Maluku Utara sebesar
1,5 per 100.000 penduduk diikuti oleh Sulawesi Barat dan Kalimantan Tengah masing-
masing sebesar 2 per 100.000 penduduk.

Indikator lain yang juga digunakan untuk menilai penemuan kasus AFP adalah persentase
spesimen adekuat ≥80%, artinya minimal 80% spesimen tinja penderita harus sesuai
dengan persyaratan yaitu diambil ≤ 14 hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen
2-8ºC sampai di laboratorium. Capaian indikator spesimen adekuat secara nasional
pada tahun 2012 telah mencapai target yaitu sebesar 89,6%.

174
SITUASI UPAYA KESEHATAN

GAMBAR 4.36
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Dari 33 provinsi, terdapat 3 provinsi yang spesimen adekuatnya mencapai 100%, yaitu
Sumatera Utara, Bengkulu, dan Maluku. Namun, ada 6 provinsi dengan spesimen adekuat
< 80% yaitu Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Maluku Utara,
Papua, dan Papua Barat.

Pencapaian indikator surveilans AFP dan persentase spesimen adekuat selama tahun
2003–2012 dapat dilihat pada gambar 4.37.

Gambar 4.37 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan non polio AFP rate
per 100.000 anak usia < 15 tahun. Non polio AFP rate pada tahun 2003 sebesar
1,21 meningkat menjadi 2,77 pada tahun 2012. Indikator penemuan kasus ini telah
memenuhi target dalam kurun waktu tersebut. Keterwakilan kondisi lapangan pada
hasil pemeriksaan yang tercermin dalam persentase spesimen yang adekuat juga
menunjukkan peningkatan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2012, dari 79,1%
menjadi 89,6%. Indikator ini telah memenuhi target minimal 80% sejak tahun 2003
sampai dengan tahun 2012.

175
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 4.37
PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT
DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2003-2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Untuk kasus AFP dengan spesimen tidak adekuat atau hasil laboratorium menunjukan
virus polio vaksin positif, perlu dilakukan kunjungan ulang 60 hari setelah kelumpuhan
untuk memastikan ada/tidaknya residual paralysis (sisa kelumpuhan). Pada tahun 2012,
capaian indikator kunjungan ulang 60 hari secara nasional belum mencapai target
(≥ 80%) yaitu sebesar 76%. Namun, di beberapa provinsi, indikator tersebut telah
mencapai 100%. Data dan informasi lebih rinci terkait upaya pengendalian AFP terdapat
pada Lampiran 4.33.

7. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
Dengue yang menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit
ini masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat karena fatalitasnya dalam
menyebabkan kematian dan kerapnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi pada bulan
tertentu.

Upaya pengendalian penyakit DBD secara umum terdiri dari :

1. Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor;


2. Diagnosis dini dan pengobatan dini; dan

176
SITUASI UPAYA KESEHATAN

3. Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD.

Upaya pemberantasan vektor dilakukan melalui kegiatan Pemberantasan Sarang


Nyamuk (PSN). Kegiatan ini dilakukan melalui pengasapan dengan insektisida dalam 2
siklus. Pada siklus pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue dan nyamuk-
nyamuk lainnya akan mati. Namun, akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang berasal
dari jentik yang memang tidak dapat dibasmi pada siklus pertama. Oleh karena itu perlu
dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan yang kedua dilakukan 1 minggu
sesudah penyemprotan yang pertama agar nyamuk yang baru tersebut akan terbasmi
sebelum sempat menularkan kepada orang lain. Untuk mengetahui efektivitas PSN
maka dilakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB). Kegiatan PJB menghasilkan indikator
Angka Bebas Jentik (ABJ) yang menggambarkan kepadatan jentik. Capaian ABJ pada
tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yaitu dari 76,2% menjadi
79,3%. Gambaran capaian ABJ dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 ditampilkan
pada gambar berikut ini.
GAMBAR 4.38
ANGKA BEBAS JENTIK/ABJ (%) DI INDONESIA
TAHUN 2008-2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa ABJ dalam 5 tahun terakhir belum
memenuhi target 95%. Namun demikian pelaporan data ABJ belum mencakup seluruh
wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Selain itu, belum semua puskesmas melaksanakan
kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) secara rutin karena keterbatasan alokasi
anggaran di daerah.
177
Profil Kesehatan Indonesia 2012

8. Pengendalian Penyakit Filariasis

Filariasis merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam (NTD/
Neglelected Tropical Disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini tersebar luas di perdesaan dan perkotaan
dan menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin.

Dengan berbagai akibat tersebut, saat ini penyakit kaki gajah telah menjadi salah satu
penyakit yang diprioritaskan untuk dieliminasi dan diprakarsai oleh WHO sejak tahun
1999. Komitmen tersebut diperkuat pada tahun 2000 melalui keputusan WHO dengan
mendeklarasikan “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public
Health Problem by the Year 2020”. Indonesia sepakat untuk memberantas filariasis
sebagai bagian dari eliminasi filariasis global melalui 2 pilar kegiatan yaitu :

1. Pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis kepada semua penduduk


di kabupaten endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB
dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama minimal 5
tahun berturut-turut, guna memutus rantai penularan.
2. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi Kecacatan.

Dengan ditetapkannya kabupaten/kota sebagai Implementation Unit (IU) dalam program


eliminasi filariasis sejak tahun 2005, maka ketika suatu kabupaten/kota dinyatakan
endemis filariasis, dengan demikian kegiatan POMP filariasis harus segera dilaksanakan
untuk memutus rantai penularan. Sasaran pengobatan massal adalah semua penduduk
di kabupaten/kota tersebut kecuali anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang
sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut, dan balita
dengan marasmus/kwasiorkor dapat ditunda pengobatannya.

Pada tahun 2012 terdapat 300 kabupaten/kota yang dinyatakan endemis filariasis. Dari
jumlah tersebut, hanya 87 kabupaten/kota yang melaksanakan Pemberian Obat Massal
Pencegahan (POMP) Filariasis dan 32 kabupaten/kota yang telah selesai melaksanakan
POMP Filariasis selama 5 tahun berturut-turut. Belum semua kabupaten endemis
filariasis melaksanakan POMP, hal ini disebabkan masih belum maksimalnya komitmen
Pemerintah Daerah dalam menyediakan biaya operasional POMP Filariasis selama
minimal 5 tahun berturut- turut yang menjadi tanggung jawab Pemda, sedangkan
tanggung jawab Pemerintah Pusat adalah menyediakan obat.

178
SITUASI UPAYA KESEHATAN

GAMBAR 4.39
CAKUPAN PEMBERIAN OBAT MASSAL PENCEGAHAN (POMP) FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2005-2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan gambar 4.39 diketahui bahwa terdapat peningkatan cakupan pengobatan


massal pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011. Target POMP filariasis pada tahun
2012 adalah 33.688.840 dan cakupan yang dicapai adalah 19.0490.000 (56,5%). Advokasi
kepada pemangku kebijakan di kabupaten/kota diperlukan untuk mendapatkan
komitmen dan kesinambungan penganggaran sehingga cakupan pengobatan dapat
ditingkatkan. Dengan demikian tujuan eliminasi filariasis di Indonesia tahun 2020 dapat
dicapai.

Kegiatan tatalaksana kasus klinis filariasis harus dilakukan pada semua penderita.
Tatalaksana ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecacatan penderita dan
agar penderita menjadi mandiri dalam merawat dirinya. Setiap penderita dibuatkan
status rekam medis yang disimpan di Puskesmas dan mendapatkan kunjungan dari
petugas kesehatan minimal 6 kali dalam setahun.

Jumlah kasus ditatalaksana pada tahun 2012 sebanyak 5.409 kasus dari 11.903 jumlah
kasus. Gambaran penatalaksanaan kasus klinis filariasis dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2012 disajikan pada gambar berikut ini.

179
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 4.40
PERSENTASE PENATALAKSANAAN KASUS KLINIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2006-2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Gambar di atas menunjukan adanya penurunan persentase kasus klinis filariasis yang
ditatalaksana, yaitu dari 45,57% pada tahun 2011 menjadi 45,44% pada tahun 2012.
Kasus klinis filariasis yang ditatalaksana masih dibawah 50%, hal ini memperlihatkan
kegiatan penatalaksanaan kasus klinis kurang berjalan dengan baik.

9. Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Ruang lingkup pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) yang
menjadi tanggung jawab Subdirektorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Ditjen
PPPL meliputi sebagai berikut : hipertensi essensial, penyakit ginjal hipertensi, penyakit
jantung hipertensi, stroke, gagal jantung, penyakit jantung koroner (PJK), kardiomiopathy,
penyakit jantung rheumatic, penyakit jantung bawaan, dan infark miocard akut. Prioritas
program pengendalian tahun 2012 memperhatikan pada pengendalian faktor risiko PJPD
berbasis masyarakat, deteksi dini, dan jejaring kerja dengan tahapan kegiatan sebagai
berikut :

1. Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK). Sampai dengan tahun 2012,
NSPK yang telah disusun berupa :
a. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor854/MENKES/SK/IX/2009 Tentang
Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

180
SITUASI UPAYA KESEHATAN

b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 853/MENKES/SK/IX/2009 Tentang


Jejaring Kerja Nasional
c. Buku pedoman “Pengendalian Hipertensi pada Ibu Hamil”
d. Buku Deteksi Dini Faktor Risiko penyakit Jantung dan pembuluh Darah
e. Revisi Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung (Hipertensi, Stroke)
f. Pedoman Asupan Kadar Gula, Garamdan Lemak dalam Rangka Pengendalian
PJPD

2. Pengembangan SDM yang terdiri dari Training of Trainers (TOT) di 17 wilayah, dan
kalakarya di lokasi pelaksanaan bimbingan teknis dan sosialisasi.
3. Penyediaan alat stimulan berupa masscrening yang terdiri dari timbangan badan,
alat ukur tinggi badan, lingkar pinggang, tekanan darah, cardiochek, dan EKG yang
didistribusikan ke 33 provinsi.
4. Surveilans Epidemiologi. Kegiatan ini berupa penemuan dan tatalaksana penyakit
jantung dan pembuluh darah. Salah satu kegiatan pokok pengendalian penyakit
jantung dan pembuluh darah yaitu penemuan dan tatalaksana yang dilaksanakan
melalui deteksi dini faktor risiko. Lokasi deteksi dini yang dilakukan pada tahun
2010 adalah Bireuen, Kota Cimahi, Pontianak, Lamongan, Badung, Kota Balikpapan,
Kota Pare Pare, dan Kota Banjar Baru.
5. Pengendalian factor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah berbasis
masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan peran serta masyarakat. Kegiatan
ini dilakukan dengan melatih kader-kader Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di 17
provinsi dan 36 kabupaten/kota.
6.. Jejaring kerja berdasarkan faktor risiko PJPD. Kegiatan ini dilakukan dengan menjalin
kerjasama dengan lintas sektor, lintas program dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).

10. Pengendalian Penyakit Kanker

Program pengedalian penyakit kanker dilakukan untuk semua jenis kanker, tetapi saat ini
masih diprioritaskan pada dua kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker leher rahim dan
kanker payudara. Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan
tersier. Pencegahan primer dilakukan melalui pengendalian faktor risiko dan peningkatan
komunikasi, informasi dan edukasi. Pencegahan sekunder dilakukan melalui deteksi dini
dan tatalaksana yang dilakukan di Puskesmas dan rujukan ke rumah sakit. Deteksi dini
kanker leher rahim menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan

181
Profil Kesehatan Indonesia 2012

krioterapi untuk IVA (lesi pra kanker leher rahim) positif, sedangkan deteksi dini kanker
payudara menggunakan metode Clinical Breast Examiniation (CBE). Pencegahan tersier
dilakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif di unit-unit pelayanan kesehatan
yang menangani kanker dan pembentukan kelompok survivor kanker di masyarakat.

Pada tahun 2011, program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah
dikembangkan di 87 kabupaten/kota di 17 provinsi, dan pada tahun 2012 meningkat
menjadi 115 kabupaten/kota di 23 provinsi. Provinsi yang sebagian kabupaten/kotanya
telah mengembangkan program deteksi dini tersebut sejak tahun 2010 sampai dengan
tahun 2012 disajikan pada tabel berikut ini.

TABEL 4.3
PROVINSI DENGAN KABUPATEN/KOTA
YANG MENGEMBANGKAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
DAN KANKER LEHER RAHIM

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Menurut data Sistem Registrasi Kanker di Indonesia (SriKanDI) tahun 2005-2007


menunjukkan bahwa estimasi insiden kanker pada anak (0-17 tahun) sebesar 9 per
100.000 anak-anak. Leukemia merupakan kanker tertinggi pada anak sebesar 2,8 per
100.000, kanker bola mata/retinoblastoma 2,4 per 100.000, osteosarkoma 0,97 per
100.000, limfoma 0,75 per 100.000, kanker nasopharing 0,43 per 100.000. Kasus kanker
pada anak-anak sebesar 4,7% dari kanker pada semua umur. Angka kematian akibat
kanker ini mencapai 50-60% karena pada umumnya penderita datang terlambat atau
sudah dalam stadium lanjut.

182
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Sejak tahun 2011 dikembangkan program deteksi dini kanker pada anak yang meliputi
6 jenis kanker pada anak, yaitu leukemia (kanker darah), retinoblastoma (kanker bola
mata), kanker nasopharink (nasofaring), neuroblastoma (kanker pada saraf), lymphoma
malignum (kanker kelenjar getah bening), dan osteosarcoma (kanker tulang). Program
ini dikembangkan dengan deteksi dini yaitu mengenal tanda dan gejala sejak dini yang
dilaksanakan di puskesmas dan rujukan ke rumah sakit untuk setiap temuan kelainan
curiga kanker pada anak. Pengembangan dimulai dengan membuat NSPK untuk
pengendalian kanker anak, seperti pedoman dan buku saku. Sedangkan pada tahun
2012 dilakukan sosialisasi dan peningkatan SDM di 7 provinsi.

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit kanker antara lain :

1. P
encegahan dan pengendalian faktor risiko.
Sampai dengan tahun 2012 telah banyak disusun Pedoman Pengendalian Penyakit
Kanker yang menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan berbagai pihak yang terlibat
dalam pengendalian kanker. Pengendalian faktor risiko kanker juga dilakukan
dengan memberikan konseling dan penyuluhan bagi perempuan yang melakukan
deteksi dini kanker leher rahim dan payudara di Puskesmas. Sampai tahun 2012
terdapat layanan konseling di 115 kabupaten/kota pada 23 provinsi.
2. Penemuan dan tatalaksana kasus.
Program deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan masih diprioritaskan pada
2 kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker payudara dan kanker leher rahim.
Program ini dimulai sejak tahun 2007 dan telah dicanangkan sebagai program
nasional yang dicanangkan oleh Ibu Negara pada 21 April 2008. Program tersebut
dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dan Female Cancer Program (FCP).
Program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah dikembangkan
di 16 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung,
DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Banten,
Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan
Sulawesi Selatan.
3. Peningkatan surveilans epidemiologi.
Dalam upaya meningkatkan kualitas surveilans epidemiologi penyakit kanker, agar
diperoleh data kanker yang valid dan tidak ada duplikasi pencatatan di masyarakat,
maka dikembangkan modeling registrasi kanker berbasis populasi di DKI Jakarta.
Program tersebut akan dikembangkan ke daerah lain di Indonesia. Sampai tahun
2012, registrasi di DKI Jakarta telah dilaksanakan di 79 Rumah Sakit, 2 klinik, 90

183
Profil Kesehatan Indonesia 2012

laboratorium patologi, dan 34 Puskesmas kecamatan yang membawahi 301


Puskesmas kelurahan.
4. Peningkatan jejaring kerja dan kemitraan.
Dalam mengembangkan program pengendalian kanker di Indonesia, Kementerian
Kesehatan bekerja sama dengan lintas sektor terkait, pemerintah daerah, organisasi
profesi, LSM dalam dan luar negeri, dan pihak-pihak lainnya. Kerjasama ini
diantaranya diwujudkan dalam penyusunan rencana kerja 5 tahun (2010-2014), yaitu
Indonesian Cancer Control Program (ICCP) yang disusun dari rencana kerja semua
pihak yang diintegrasikan. Rencana kerja tersebut meliputi aspek pencegahan,
deteksi dini, diagnosis dan pengobatan, pelayanan paliatif, surveilans epidemiologi,
riset/penelitian, support dan rehabilitasi. Rencana kerja ini diharapkan menjadi
acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun rencana kegiatan pengendalian
kanker di masing-masing daerah.

11. Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik


Ruang lingkup pengendalian penyakit diabetes melitus dan penyakit metabolik yang
ditangani oleh Subdirektorat Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik
adalah : diabetes melitus, obesitas, gangguan kelenjar tiroid, dislipidemia, gangguan
metabolisme kalsium, gangguan sekresi korteks adrenal, dan gangguan kelenjar
hipotalamus.

Diabetes melitus disebabkan oleh pola makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang
aktifitas fisik, dan stress. Tujuan program pengendalian diabetes melitus dan penyakit
metabolik adalah terselenggaranya peningkatan kemandirian masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko penyakit tidak menular dengan melibatkan
pengelola program pusat, daerah, UPT, lintas program, lintas sektor, organisasi profesi,
LSM dan masyarakat.

Kegiatan pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik yang telah dilaksanakan
terdiri dari pokok-pokok kegiatan yaitu :
1. Penyusunan pedoman
Tahun 2010 telah disusun 7 pedoman dengan revisi sebanyak 3 kali. Pada tahun
2012 dilakukan penyusunan tiga Pedoman Pengendalian DM yaitu : Pengendalian
DM Tipe 1 di Puskesmas, Pedoman Pengendalian DM Gestasional di Puskesmas dan
Petunjuk Teknis Pengendalian DM di Puskesmas.

184
SITUASI UPAYA KESEHATAN

2. Peningkatan kapasitas SDM.


Upaya ini telah dilakukan melalui TOT deteksi dini dan tatalaksana diabetes melitus
dan penyakit metabolik di 16 provinsi. Selain itu juga dilaksanakan pelatihan
terhadap 180 dokter spesialis penyakit dalam dan 180 dokter umum di 6 kota, yaitu
Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar.
3. Menjalin kemitraan
Upaya lain terkait pencegahan dan penanggulangan faktor risiko adalah menjalin
kemitraan dengan lintas program/lintas sektor melalui pembentukan jejaring
kelompok kerja diabetes melitus, pengembangan partisipasi masyarakat dalam
pengendalian diabetes dan penyakit metabolik di 33 provinsi, serta pengembangan
Forum Diabetes Melitus di Indonesia. Pada tahun 2010 di bentuk Project Partnership
Agreement (PPA) antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui
Ditjen PPPL dengan World Diabetes Foundation (WDF) yaitu lembaga swasta
dunia yang berdedikasi dalam pencegahan dan pengobatan diabetes melitus di
negara berkembang. Tujuan dari kerja sama ini adalah melakukan intervensi pada
masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian diabetes melitus beserta
faktor risikonya.

E. UPAYA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN


1. Ketersediaan Obat dan Vaksin
Kebijakan Pemerintah terhadap peningkatan akses obat telah ditetapkan antara
lain dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Sistem Kesehatan
Nasional (SKN), dan Kebijakan Obat Nasional (KONAS). Dalam upaya pelayanan
kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin
khasiatnya, aman, efektif, dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses
adalah sasaran yang harus dicapai.

Di dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, dinyatakan bahwa sasaran


hasil program kefarmasian dan alat kesehatan adalah meningkatnya sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Indikator
tercapainya sasaran hasil tersebut pada tahun 2014 yaitu persentase ketersediaan obat
dan vaksin sebesar 100%. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, salah satu kegiatan
yang dilakukan yaitu peningkatan ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan
kesehatan dasar.

185
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dibutuhkan data manajemen pengelolaan


obat publik dan perbekalan kesehatan dari tiap provinsi yang dititikberatkan kepada
ketersediaan obat esensial generik di seluruh wilayah Indonesia.

Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi tingkat ketersediaan


obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan
Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah
dalam rangka menentukan langkah-langkah kebijakan yang akan diambil di masa
yang akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah satu
kewenangan yang diserahkan ke kabupaten/kota, akibatnya sulit bagi pemerintah pusat
untuk mengetahui kondisi ketersediaan obat di seluruh Indonesia. Dengan tidak adanya
laporan secara periodik yang dikirim oleh provinsi, maka relatif sulit bagi pemerintah
pusat untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan. Adanya data
ketersediaan obat di provinsi atau kabupaten/kota akan mempermudah penyusunan
prioritas bantuan maupun intervensi program di masa yang akan datang.

GAMBAR 4.41
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

186
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Foto: Pusat Komunikasi Publik


Proses pengujian tanaman obat di Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Tawangmangu - Jawa Tengah

Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia dilakukan


pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya
merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat
yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantau
adalah 144 item obat dan vaksin yang terdiri dari 135 item obat untuk pelayanan
kesehatan dasar dan 9 jenis vaksin untuk imunisasi dasar.

Indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tahun 2012 memiliki target sebesar
90%, dari data dan perhitungan yang dilakukan oleh Ditjen Binfar dan Alkes didapatkan
persentase ketersediaan rata-rata nasional pada tahun 2012 sebesar 92,85%. Dengan
demikian apabila dibandingkan dengan target Tahun 2012 sebesar 90%, maka capaian
kinerja indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tersebut adalah sebesar
103,17%.

Data yang dilaporkan adalah data per tanggal 30 November tahun 2012. Terdapat
sebanyak 26 Provinsi yang melaporkan data, sedangkan 7 provinsi tidak melaporkan
datanya. Gambaran ketersediaan obat dan vaksin di tiap provinsi dapat dilihat pada
gambar 4.41.

187
Profil Kesehatan Indonesia 2012

2. Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Indikator terkait pemanfaatan obat yang juga dinilai dalam Renstra Kementerian
Kesehatan adalah persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan
yaitu di puskesmas dan rumah sakit. Pada tahun 2012, rata-rata penggunaan obat
generik di fasilitas pelayanan kesehatan adalah 82,8%. Angka ini telah memenuhi target
Renstra tahun 2012 sebesar 70%. Sebanyak 32 provinsi telah memenuhi target tersebut
seperti yang disajikan pada gambar 4.42.

GAMBAR 4.42
PERSENTASE RATA-RATA PENGGUNAAN OBAT GENERIK
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan menurut provinsi


menunjukkan gambaran bahwa penggunaan tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi
Barat sebesar 93,4% diikuti oleh Riau sebesar 92,6%, dan Kepulauan Riau sebesar
92%. Persentase penggunaan obat generik terendah terdapat di Provinsi DI Yogyakarta
sebesar 69,1% diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 71,9 dan DKI Jakarta sebesar
73,6%. Data dan informasi mengenai ketersedian obat dan vaksin serta penggunaan
obat generik menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.39, dan 4.40.

188
SITUASI UPAYA KESEHATAN

F. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT


Tujuan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yaitu untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat
miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
secara efektif dan efisien. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi
dan balita serta menurunkan angka kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus
kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini telah memberikan banyak manfaat
bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di
Puskesmas dan jaringannya, pelayanan kesehatan di rumah sakit serta memberikan
perlindungan finasial dari pengeluaran kesehatan akibat sakit.

Pelaksanaan program Jamkesmas 2012 merupakan kelanjutan pelaksanaan tahun 2011


dengan penyempurnaan dan peningkatan terhadap aspek kepesertaan, pelayanan
kesehatan, pendanaan dan organisasi manajemen. Penyelenggarannya diatur dalam
Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 40
tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Jumlah peserta Jamkesmas pada tahun 2012 berjumlah 76.400.000 jiwa yang terdiri
dari masyarakat sangat miskin, miskin dan tidak mampu. Jumlah tersebut terdiri atas
73.726.290 jiwa kepesertaan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota dan
selebihnya adalah peserta di luar SK Bupati/Walikota yang berjumlah 2.673.710 jiwa.
Kepesertaan di luar SK Bupati/Walikota terdiri dari gelandangan, pengemis, anak
terlantar, panti sosial, penghuni rutan/lapas, korban bencana pasca tanggap darurat,
peserta program keluarga harapan (PKH), dan penderita thalasemia mayor.

Sejak tahun 2008 hingga 2012 sasaran Jamkesmas adalah tetap yaitu 76,4 juta jiwa.
Provinsi dengan jumlah sasaran terbesar adalah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa
Barat. Program Jamkesmas melingkupi pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan
pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit. Kunjungan di pelayanan kesehatan di
Puskesmas terdiri dari Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat
Pertama (RITP). Sedangkan kunjungan di pelayanan kesehatan di Rumah Sakit terdiri
dari Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL). Gambar
berikut ini menyajikan jumlah kunjungan peserta Jamkesmas di puskesmas dan rumah
sakit.

189
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 4.43
PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN
RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 4.43 nampak bahwa jumlah kunjungan peserta Jamkesmas pada pelayanan
kesehatan tingkat pertama di Puskesmas menggambarkan bahwa jumlah kunjungan
rawat jalan jauh lebih besar dibandingkan rawat inap. Pola yang sama juga nampak pada
layanan kesehatan tingkat lanjut di rumah sakit, yaitu jumlah kunjungan rawat jalan
lebih besar dibandingkan rawat inap.

Pada tahun 2012, terdapat 74,01 juta peserta jamkesmas ke pelayanan kesehatan
rawat jalan, meliputi 68,33 juta kunjungan rawat jalan tingkat pertama dan 5,69 juta
kunjungan rawat jalan tingkat lanjut. Sedangkan gambaran pada pelayanan kesehatan
rawat inap adalah sebanyak 4,38 juta yang terdiri dari 3,15 juta kunjungan rawat inap
tingkat pertama dan 1,23 juta kunjungan rawat inap tingkat lanjut. Secara umum, jumlah
kunjungan di pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut pada tahun 2012
lebih tinggi dibandingkan jumlah kunjungan pada tahun 2011, seperti yang tampak
pada gambar 4.44.

Sejak tahun 2011 telah dilakukan perluasan program Jamkesmas dengan diluncurkannya
Jaminan Persalinan (Jampersal) sesuai dengan surat edaran Menkes RI Nomor TU/
Menkes/E/391/II/2011 tentang Jaminan Persalinan. Jampersal adalah pembiayaan
pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

190
SITUASI UPAYA KESEHATAN

GAMBAR 4.44
PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN
RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru
lahir. Jampersal melingkupi seluruh ibu yang belum memiliki jaminan kesehatan.
Jumlah kunjungan Jampersal tertinggi terdapat pada pelayanan pasca persalinan
sebanyak 5.458.072 kunjungan, diikuti oleh pelayanan pada Ante Natal Care (K1 dan
K4) sebesar 4.694.819 kunjungan. Sedangkan persalinan normal berada di urutan ke-3
tertinggi yaitu 1.718.001 kunjungan. Kunjugan pada ANC yang tinggi diharapkan dapat
membantu menurunkan komplikasi maternal dan neonatal serta kematian ibu dan
anak melalui pendeteksian dini kehamilan berisiko tinggi. Data dan informasi lebih rinci
menurut provinsi mengenai cakupan pelayanan Jamkesmas dan Jampersal terdapat
pada Lampiran 4.34-4.37.



191
Pelayanan Kesehatan Siaga di Pelabuhan
Foto: Pusat Komunikasi Publik

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Profil Kesehatan Indonesia 2012

BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

S
alah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan
yang berkualitas yaitu sumber daya kesehatan, yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada bab sumber daya
kesehatan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan
pembiayaan kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan yang disajikan dalam bab ini meliputi: Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), Rumah Sakit (RS), sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat
kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), serta institusi
pendidikan tenaga kesehatan.

1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Puskesmas, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004


tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, merupakan unit pelaksana teknis (UPT) dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas memiliki fungsi sebagai: 1) pusat
pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat
pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan
primer. Wilayah kerja Puskesmas meliputi wilayah kerja administratif, yaitu satu
wilayah kecamatan, atau beberapa desa/kelurahan di satu wilayah kecamatan dan di

194
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

setiap kecamatan harus ada minimal satu unit Puskesmas. Dasar pertimbangan untuk
membangun dan menentukan wilayah kerja Puskesmas antara lain faktor luas wilayah,
kondisi geografis, dan kepadatan penduduk.

Sampai dengan akhir tahun 2012, jumlah Puskesmas di Indonesia yang tercatat
sebanyak 9.510 unit, dengan rincian Puskesmas perawatan sejumlah 3.152 unit dan
Puskesmas non perawatan sejumlah 6.358 unit. Jumlah ini meningkat dari tahun 2011
dengan peningkatan jumlah Puskesmas berkisar 2-4% setiap tahunnya. Kecenderungan
kenaikan jumlah Puskesmas terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia, meskipun
terdapat beberapa provinsi yang tidak mengalami kenaikan jumlah Puskesmas dalam
kurun waktu 2 tahun terakhir yaitu Provinsi Bengkulu dan DI Yogyakarta. Dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Puskesmas dibantu satu
atau beberapa Puskesmas pembantu. Gambar 5.1 memperlihatkan jumlah Puskesmas
tahun 2008 sampai dengan 2012.

GAMBAR 5.1
JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2008 – 2012

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

Untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap Puskesmas, salah satu indikator


yang digunakan yaitu rasio Puskesmas per 100.000 penduduk. Dalam kurun waktu 2008
hingga 2012, rasio Puskesmas menunjukkan adanya peningkatan. Rasio Puskesmas per
100.000 penduduk pada tahun 2008 sebesar 3,74 dan pada tahun 2012 meningkat
menjadi 3,89 Puskesmas. Peningkatan ini merupakan salah satu upaya pemerataan
Puskesmas dalam menjangkau penduduk sasaran di wilayah kerjanya, seperti terlihat
pada Gambar 5.2.

195
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 5.2
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008 – 2012

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi menunjukkan bahwa rasio
tertinggi pada tahun 2012 adalah di Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 15,67, sedangkan
rasio terendah di Provinsi Banten, yaitu sebesar 2,03. Provinsi-provinsi di kawasan timur
Indonesia menunjukkan rasio yang cukup tinggi di atas angka rata-rata nasional, hal ini
diperkirakan karena wilayah kerja yang luas namun jumlah penduduk relatif sedikit.

Terdapat 5 lima provinsi dengan rasio Puskesmas per 100.000 penduduk berada di
bawah 3,0 yaitu Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Angka
tersebut menunjukkan bahwa satu Puskesmas di 5 provinsi tersebut rata-rata melayani
lebih dari 30.000 penduduk. Upaya untuk mengatasi hal tersebut dimungkinkan untuk
penambahan Puskesmas, meskipun di 5 provinsi tersebut banyak fasilitas pelayanan
kesehatan dasar lainnya, namun yang perlu menjadi perhatian adalah fungsi Puskesmas
sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya. Gambaran rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi
pada tahun 2012 terdapat pada Gambar 5.3. Rincian jumlah dan rasio Puskesmas per
100.000 penduduk menurut provinsi pada tahun 2008-2012 terdapat pada Lampiran
5.1.

Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas,


beberapa Puskesmas non perawatan telah ditingkatkan statusnya menjadi Puskesmas

196
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

GAMBAR 5.3
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2012

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

perawatan. Jumlah Puskesmas perawatan pada tahun 2011 sebanyak 3.019 unit
meningkat menjadi 3.152 unit pada tahun 2012. Kementerian Kesehatan RI memberikan
dukungan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota
untuk pembangunan Puskesmas perawatan, termasuk penyediaan peralatan kesehatan
dan rumah dinas tenaga medis, bidan dan perawat. Peningkatan jumlah Puskesmas
perawatan yang menyelenggarakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
telah terbukti mempunyai daya ungkit yang lebih besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, bila diselenggarakan secara baik, melibatkan secara aktif
masyarakat, konsisten, dan berkesinambungan. Perkembangan jumlah Puskesmas
perawatan dan non perawatan pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Rincian mengenai jumlah Puskesmas perawatan dan non perawatan menurut provinsi
terdapat pada Lampiran 5.2.

Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan pertama dan terdepan dalam sistem
pelayanan kesehatan melaksanakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan. Upaya kesehatan wajib harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas
dan upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan sesuai dengan masalah, kondisi,
kebutuhan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat.
Upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas antara lain Pelayanan Obstetrik dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED), Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), upaya
kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga, dan tatalaksana kasus Kekerasan terhadap
Anak (KtA).

197
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 5.4
JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN NON PERAWATAN
TAHUN 2008 – 2012

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

a. Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang dilaksanakan


Puskesmas merupakan upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu target pencapaian MDGs 2015. Puskesmas
PONED bertujuan mendekatkan akses masyarakat kepada pelayanan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar.

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun


2010–2014 serta dijabarkan dalam indikator Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan target Puskesmas PONED yaitu persentase
Puskesmas rawat inap yang mampu PONED dari tahun 2010 sampai dengan 2014. Pada
akhir tahun 2014 diharapkan 100% Puskesmas rawat inap mampu PONED. Strategi dan
kebijakan yang diambil Kementerian Kesehatan RI dalam mencapai target tersebut yaitu
di masing-masing kabupaten/kota minimal terdapat 4 Puskesmas PONED (mengacu
standar WHO). Maka jumlah Puskesmas PONED yang ada pada tahun 2014 minimal
sejumlah 1.988 unit, dengan asumsi jumlah kabupaten/kota tetap (497 kabupaten/
kota).

Puskesmas PONED sampai tahun 2012 tercatat berjumlah 2.570 unit terdiri dari

198
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Puskesmas perawatan 1.960 unit (76,41%) dan Puskesmas non perawatan 605 unit
(23,59%). Masih terdapat 5 provinsi yang rasio Puskesmas PONED terhadap jumlah
kabupaten/kota masih di bawah 4 yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2,86), DKI
Jakarta (2,83), Maluku Utara (3,11), Papua Barat (1,73), Papua (0,72). Konsep istilah
rawat inap yang digunakan dalam PONED berbeda dengan Puskesmas perawatan.
Konsep rawat inap yang digunakan dalam Puskesmas PONED adalah Puskesmas yang
dapat melakukan perawatan inap kepada pasien pasca tindakan emergensi (one day
care). Sehingga memungkinkan Puskesmas non perawatan yang memiliki tempat
tidur dan mampu melakukan tindakan emergensi obstetri dan neonatal dasar, dapat
menyelenggarakan PONED. Gambar 5.5 memperlihatkan jumlah Puskesmas PONED
menurut provinsi tahun 2012.

GAMBAR 5.5
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN OBSTETRIK DAN NEONATAL EMERGENSI
DASAR (PONED) DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen. Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Sampai dengan tahun 2012 kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas PONED lebih dari
atau sama dengan 4 unit sejumlah 304 kabupaten/kota (61,17%), 1 sampai dengan 3
unit sejumlah 150 kabupaten/kota (30,18%), dan yang belum mempunyai Puskesmas
PONED sejumlah 43 kabupaten/kota (8,65%).

199
Profil Kesehatan Indonesia 2012

b. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas telah dikembangkan


sejak tahun 2003. Puskesmas PKPR memberikan layanan di dalam dan di luar gedung
Puskesmas, dengan sasaran kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah
seperti kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja masjid/gereja/vihara/pura,
pondok pesantren, asrama dan kelompok remaja lainnya. Jenis kegiatan PKPR meliputi
penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling,
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) pelatihan pendidik sebaya dan konselor
sebaya serta pelayanan rujukan.

Sejak tahun 2009 diupayakan setiap kabupaten/kota minimal memiliki 4 Puskesmas


mampu tata laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Sampai dengan tahun 2012
Puskesmas PKPR berjumlah 3.191 unit. Rincian jumlah Puskesmas PKPR menurut
provinsi tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 5.6.

GAMBAR 5.6
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

200
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

c. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja

Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 120,4 juta orang,
bertambah sekitar 3,0 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011. Dari jumlah
angkatan kerja tersebut yang bekerja sebanyak 112,8 juta orang, bertambah sekitar 3,1
juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011. Angkatan kerja ini bekerja di kegiatan
formal sebesar 42,1 juta (37,29%) dan di kegiatan informal sebesar 70,7 juta (62,71%).

Kebijakan pembangunan kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan


yang optimal bagi seluruh masyarakat termasuk masyarakat pekerja. Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja
ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan
kerja juga berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat
kerja dan juga bagi kesehatan pada lingkungan Tentara Nasional Indonesia baik darat,
laut, maupun udara serta Kepolisian Republik Indonesia.

Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja di Puskesmas merupakan bagian dari upaya


pencapaian tujuan di atas dan merupakan upaya pengembangan sesuai dengan keadaan
dan permasalahan yang ada di wilayah Puskesmas atau spesifik lokal sehingga untuk
saat ini upaya kesehatan kerja lebih difokuskan pada Puskesmas di kawasan industri.
Upaya kesehatan kerja diharapkan dapat diintegrasikan dalam pokok kegiatan yang
wajib dilaksanakan di Puskesmas.

Pembinaan upaya kesehatan kerja dilaksanakan melalui kegiatan penguatan pelayanan


kesehatan kerja, seperti pelatihan peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam
bidang kesehatan kerja, pelatihan diagnosa Penyakit Akibat Kerja (PAK), peningkatan
fasilitas pelayanan kesehatan bidang kesehatan kerja, gerakan pekerja perempuan sehat
dan produktif termasuk kesehatan reproduksi di tempat kerja dan pembinaan pelayanan
kesehatan kerja di sektor informal dan formal termasuk perkantoran serta pembinaan
Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) dengan fokus kegiatan pembinaan pelayanan
kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja di kawasan/sentra industri sampai


dengan tahun 2012 berjumlah 764 Puskesmas di 116 kabupaten/kota yang tersebar di 18
provinsi, jumlah ini meningkat dari tahun 2011. Jumlah tersebut merupakan Puskesmas
yang melaksanakan upaya kesehatan kerja yang dibuktikan dengan adanya Laporan
Bulanan Kesehatan Pekerja (LBKP) tiap bulan. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan
upaya kesehatan kerja menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.3.

201
Profil Kesehatan Indonesia 2012

d. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan tujuan upaya kesehatan olahraga


yaitu meningkatkan kesehahatan dan kebugaran jasmani masyarakat sebagai upaya
dasar dalam meningkatkan prestasi belajar, prestasi kerja dan prestasi olahraga melalui
aktivitas fisik, latihan fisik dan olahraga. Upaya kesehatan olahraga lebih mengutamakan
pendekatan preventif dan promotif tanpa mengabaikan pendekatan kuratif dan
rehabilitatif. Upaya kesehatan olahraga dapat dilaksanakan di berbagai institusi
pelayanan kesehatan termasuk di Puskesmas.

Upaya kesehatan olahraga di Puskesmas meliputi pembinaan dan pelayanan kesehatan


olahraga. Pembinaan kesehatan olahraga berupa pendataan kelompok, pemeriksaan
kesehatan dan penyuluhan kesehatan olahraga, ditujukan pada kelompok olahraga di
sekolah, klub jantung sehat, Posyandu usia lanjut, kelompok senam ibu hamil, kelompok
senam diabetes, kelompok senam pencegahan osteoporosis, pembinaan kebugaran
jasmani jemaah calon haji, fitness center dan kelompok olahraga/latihan fisik lain.
Pelayanan kesehatan olahraga antara lain konsultasi kesehatan olahraga, pengukuran
tingkat kebugaran jasmani, penanganan cedera olahraga akut dan sebagai tim kesehatan
pada event olahraga.

Sampai dengan tahun 2012, upaya kesehatan olahraga telah dilakukan di 466 Puskesmas
pada 91 kabupaten/kota di 17 provinsi. Jumlah tersebut merupakan Puskesmas yang
melaksanakan kesehatan olahraga yang membina kelompok/klub olahraga di wilayah
kerjanya yang dibuktikan dengan adanya Laporan Bulanan Kesehatan Olahraga (LBKO)
tiap bulan. Untuk provinsi, kabupaten/kota dan Puskesmas lainnya akan dikembangkan
secara bertahap untuk melaksanakan upaya kesehatan olahraga sesuai dengan kondisi
wilayah kerja masing-masing. Rincian jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya
pengembangan kesehatan olahraga menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.

e. Puskesmas dengan Tatalaksana Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)

Kasus kekerasan terhadap anak mempengaruhi kesehatan anak yang menjadi korban
karena masih berada dalam proses tumbuh kembang sehingga akan berdampak pada
penurunan kualias Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan
kesehatan secara komprehensif dan berkualitas. Pelayanan kesehatan bagi korban KtA
dilakukan melalui pelayanan di tingkat dasar yaitu Puskesmas. Puskesmas yang mampu
tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak merupakan salah satu indikator dalam

202
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014, setiap kabupaten/kota harus memiliki


minimal 2 (dua) Puskesmas mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak.

Sampai dengan tahun 2012, Puskesmas mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap
Anak berjumlah 1.599 Puskesmas dan sejumlah 71,63% kabupaten/kota telah memiliki
minimal 2 Puskemas yang mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak. Rincian
jumlah Puskesmas yang mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak menurut
provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.

2. Rumah Sakit

Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif, di


dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Rumah Sakit (RS) merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang utamanya
menyelenggarakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai
sarana pelayanan kesehatan rujukan.

Sejak tahun 2011, berdasarkan kepemilikan, rumah sakit dikelompokkan menjadi


rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Pengelompokan ini berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit.
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah
sakit yang dikelola oleh bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan
terbatas atau persero.

Pada tahun 2012 jumlah rumah sakit publik di Indonesia sebanyak 1.540 unit, yang
terdiri atas Rumah Sakit Umum (RSU) berjumlah 1.240 unit dan Rumah Sakit Khusus
(RSK) berjumlah 300 unit. Rumah sakit publik tersebut dikelola oleh Kementerian
Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/Polri, kementerian
lain serta swasta non profit (organisasi keagamaan dan organisasi sosial). Sedangkan
jumlah rumah sakit privat sebanyak 543 unit, yang terdiri atas 368 unit RSU dan 175 unit
RSK. Rumah sakit privat dikelola oleh BUMN dan swasta (perorangan, perusahaan dan
swasta lainnya). Jumlah rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit yang telah terdata
dan mendapatkan kode rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).

Tabel 5.1 menampilkan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia tahun
2008-2012. Sedangkan jumlah seluruh rumah sakit pada tahun 2012 menurut pengelola
dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.4.

203
Profil Kesehatan Indonesia 2012

TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2008-2012) jumlah rumah sakit (umum dan
khusus) baik yang dikelola oleh institusi pemerintah maupun sektor swasta mengalami
peningkatan, pada tahun 2008 terdapat 1.371 unit menjadi 2.083 unit pada tahun 2012.
Jumlah RSU di Indonesia menurut pengelola dapat dilihat pada Lampiran 5.4 dan jumlah
tempat tidur di RSU terdapat pada Lampiran 5.5. Perkembangan RSU di Indonesia
selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5.7 berikut ini.

GAMBAR 5.7
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

204
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Jumlah RSK dalam kurun waktu tahun 2008-2012 menunjukkan adanya peningkatan.
Pada tahun 2008 terdapat 292 unit rumah sakit khusus, meningkat menjadi 475 unit
pada tahun 2012. Perkembangan jumlah RSK selama 5 tahun terakhir terdapat pada
Gambar 5.8 berikut ini.

GAMBAR 5.8
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS
DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Sebagian besar rumah sakit khusus pada tahun 2012 adalah RS Ibu dan Anak sebanyak
169 unit, RS Bersalin sebanyak 94 unit, dan RS Jiwa sebanyak 53 unit, seperti dapat
dilihat pada Gambar 5.9. Adapun yang termasuk dalam RS Khusus lainnya yaitu RS Mata,
RS Tuberkulosis Paru, RS Kanker, RS Penyakit Infeksi, RS Ortopedi, RS Khusus Penyakit
Dalam, RS Khusus Bedah, RS Jantung, RS Khusus THT, RS Stroke, RS Khusus Anak, RS
Khusus Ginjal, RS Khusus Gigi dan Mulut serta RS Khusus Kusta. Jumlah rumah sakit
khusus beserta jumlah tempat tidurnya menurut provinsi tahun 2008-2012 terdapat
pada Lampiran 5.6.

205
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 5.9
PERSENTASE RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) MENURUT JENIS DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 sebagian besar rumah sakit tergolong kelas C. Dari jumlah 2.083 unit
RS, terdapat 630 unit RS kelas C, 415 unit RS kelas D, 255 RS kelas B, 56 unit RS kelas A
dan 727 unit RS belum ditetapkan kelasnya. Gambar 5.10 menyajikan persentase RSU
dan RSK menurut kelas. Informasi lebih rinci mengenai jumlah rumah sakit dan tempat
tidur yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan RI dan pemerintah daerah menurut
kelas rumah sakit dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.7.

GAMBAR 5.10
PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

206
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Jumlah dan rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk dapat digunakan untuk
menggambarkan kemampuan rumah sakit tersebut dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, khususnya dalam hal daya tampung pasien rawat inap
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan rujukan. Jumlah tempat tidur pada rumah
sakit umum dan rumah sakit khusus dalam 5 tahun terakhir menunjukkan adanya
kecenderungan peningkatan. Gambaran peningkatan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.11.

GAMBAR 5.11
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR
RUMAH SAKIT UMUM DAN RUMAH SAKIT KHUSUS
DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk dari tahun 2008-2012 cenderung
mengalami peningkatan, rasio pada tahun 2008 sebesar 65,38 naik menjadi 94,55 per
100.000 penduduk pada tahun 2012. Gambar 5.12 menyajikan jumlah tempat tidur dan
rasio tempat tidur per 100.000 penduduk di rumah sakit pada tahun 2008-2012.

Proporsi tempat tidur di rumah sakit umum dan rumah sakit khusus menurut kelas
perawatan menunjukkan gambaran bahwa sebagian besar adalah kelas III sebesar
40,19%, kemudian tempat tidur kelas II sebesar 24,91%, tempat tidur kelas I sebesar
14,28%, tempat tidur kelas VIP sebesar 9,07%, serta tempat tidur kelas VVIP sebesar
3,64%. Rincian mengenai jumlah dan persentase tempat tidur di rumah sakit menurut
kelas perawatan dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.8.

207
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 5.12
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN
RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008 – 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

a. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)

Angka Kematian Ibu (AKI) 40-70% terjadi di rumah sakit, 20-35% terjadi di rumah dan
10-18% terjadi di perjalanan (Lancet, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya
kematian ibu yang terjadi di rumah sakit, sehingga diperlukan upaya penurunan AKI yang
difokuskan di rumah sakit. Data lain yang menunjukkan bahwa rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan dianggap berperan terhadap tingginya AKI didapat dari penelitian
Matlab-Bangladesh, yaitu risiko kematian ibu tertinggi (100 kali dari kondisi normal)
terjadi pada hari persalinan. Untuk itu Kementerian Kesehatan RI melaksanakan upaya
dalam rangka mempercepat penurunan AKI yaitu rumah sakit melaksanakan Pelayanan
Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 mencantumkan persentase


rumah sakit kabupaten/kota yang melaksanakan PONEK (dengan target 100% dari 444
rumah sakit kabupaten/kota). Sampai dengan tahun 2012 terdapat 410 rumah sakit
umum melaksanakan PONEK dari 1.608 rumah sakit umum yang tercatat. Jumlah rumah
sakit PONEK tahun 2012 meningkat dari tahun 2011 namun perlu juga diperhatikan
sumber daya manusia (dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis anak), sarana
dan prasarana serta peralatannya. Rincian PONEK menurut provinsi tahun 2012 dapat
dilihat pada Lampiran 5.3.

208
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

b. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) sudah menjadi masalah
di tingkat nasional, regional maupun global. Survei Badan Narkotika Nasional (BNN)
tahun 2011 menyatakan sekitar 3,8 juta penduduk Indonesia adalah pengguna NAPZA.
Bagi pengguna Napza, penyalahgunaannya berdampak bagi fisik, mental, emosional
serta sosial.

Upaya penanggulangan penyalahgunaan Napza melalui 3 pilar yaitu reduksi suplai,


reduksi permintaan dan pengurangan dampak buruk (harm reduction). Salah satu
komponen dari pengurangan dampak buruk adalah program terapi yaitu program terapi
substitusi yang di antaranya Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Tujuan PTRM
yaitu untuk mengurangi risiko terkait penyakit infeksi (HIV/AIDS, hepatitis), memperbaiki
kesehatan fisik dan psikologis, mengurangi perilaku kriminal, dan memperbaiki fungsi
sosial pasien. Sampai dengan tahun 2012 terdapat 83 unit layanan rawat jalan terapi
rumatan metadon di 17 provinsi, yang terdiri atas 34 rumah sakit, 40 Puskesmas dan 9
Lapas/Rutan. Rincian PTRM menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.13.

c. Layanan Pencegahan Penularan HIV

Dalam mendukung upaya pelayanan kesehatan untuk penanggulangan HIV dan AIDS,
perlu disediakan sumber daya yang mendukung upaya tersebut, diantaranya adalah
Layanan Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA) dan Pelayanan Perawatan,
Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV dan AIDS.

Proporsi penderita baru AIDS pada kelompok jenis kelamin perempuan memperlihatkan
kecenderungan semakin meningkat. Persentase kasus baru AIDS pada kelompok umur
0-1 tahun juga meningkat. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penularan
HIV dari ibu ke anak. Pada tahun 2012, tersedia 106 sarana kesehatan yang menyediakan
layanan PPIA. Sebanyak 13 layanan PPIA terdapat di puskesmas, 90 layanan PPIA
terdapat di RS, dan 3 layanan PPIA terdapat di klinik. Provinsi Kalimantan Tengah dan
Gorontalo merupakan provinsi yang tidak memiliki layanan PPIA, sedangkan Provinsi
Papua memiliki layanan PPIA terbanyak di Indonesia, yaitu 18 layanan. Provinsi DKI
Jakarta sebagai provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi hanya memiliki 7 sarana
kesehatan dengan layanan PPIA. Sedangkan Provnsi Jawa Timur sebagai provinsi dengan
jumlah kasus AIDS tertinggi memiliki 13 sarana kesehatan dengan layanan PPIA. Rincian
menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.14.

209
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Upaya lain yang dilakukan dalam rangka pengendalian HIV dan AIDS adalah pelayanan
Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP) HIV/AIDS. Pelayanan PDP merupakan
layanan terpadu yang meliputi konseling dan tes, layanan perawatan, dukungan dan
pengobatan. Di Indonesia terdapat 248 rumah sakit yang memberikan layanan PDP
melakukan pengobatan ARV, dengan jumlah layanan terbanyak di Provinsi Jawa Timur
berjumlah 29 rumah sakit. Rincian menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.

d. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer

Program pelayanan kesehatan tradisional terus berkembang dan mendapat perhatian


khusus dari pemerintah. Pelayanan kesehatan tradisional merupakan pengobatan dan/
atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pengobatan secara tradisional dilakukan
penelitian dan bila dapat dibuktikan secara ilmiah menjadi pengobatan tradisional
yang aman dan bermanfaat sehingga dapat diterapkan di fasilitas kesehatan sebagai
pengobatan alternatif dan komplementer.

Unit yang melakukan penelitian/pengkajian/pengujian ini yaitu Sentra Pengembangan


dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T). Fungsi lainnya dari Sentra P3T
yaitu pelayanan kesehatan tradisional, institusi pendidikan dan pelatihan pelayanan
kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat dan menyelenggarakan jaringan
informasi dan dokumentasi pelayanan kesehatan tradisional. Sampai dengan tahun
2012 sudah terdapat 33 provinsi yang memiliki Sentra P3T.

Sampai dengan tahun 2012 terdapat 150 kabupaten/kota yang memiliki minimal 2
Puskesmas yang melaksanakan pembinaan terhadap pengobatan tradisional dan
pembinaan kepada masyarakat dalam memanfatkan TOGA (tanaman obat keluarga), dan
terdapat 54 rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan tradisional yang
aman dan bermanfaat sebagai pelayanan alternatif dan komplementer (melaksanakan
pelayanan komplementer dan atau alternatif berupa hiperbarik dan atau media
akupunktur dan atau medik herbal yang ditetapkan oleh direktur RS dan dilaksanakan
oleh dokter/dokter gigi dan atau tenaga kesehatan lain yang telah mendapatkan
pendidikan terstruktur dan atau pelatihan terakreditasi). Jumlah Puskesmas dan rumah
sakit yang melaksanakan pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer
menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.

210
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan.
Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia.
Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah
dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai komoditi khusus,
semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat
memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan
untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana
penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta
dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang terlatih.

Instalasi farmasi merupakan unit pengelola perbekalan kefarmasian dan alat kesehatan
yang ada di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sebagai sarana pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, administrasi dan pelaporan
serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian. Persentase Instalasi
Farmasi Kabupaten/kota sesuai standar merupakan salah satu indikator dalam Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010–2014. Sampai dengan tahun
2012 Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota berjumlah 497 unit dan 71,63% telah sesuai
standar. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 5.13.

GAMBAR 5.13
PERSENTASE INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA SESUAI STANDAR TAHUN 2012

Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

211
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan Kesehatan adalah
pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk menjamin keamanan,
khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu
keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga
penggunaannya di masyarakat. Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat
kesehatan menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang
melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang termasuk
sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri Farmasi,
Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Industri Kosmetika,
Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Produksi
Alat Kesehatan dan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).

Jumlah sarana produksi dan distribusi yang tersebar di 33 provinsi menggambarkan


variasi sarana di bidang farmasi dan alat kesehatan memiliki disparitas jumlah yang
masih relatif tinggi antara wilayah Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur. Umumnya
sarana produksi maupun distribusi berlokasi di Indonesia bagian Barat (Pulau Sumatera
dan Jawa), yaitu sebesar 94,4% sarana produksi dan 78,4% sarana distribusi. Kondisi
ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk mengembangkan
jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia
bagian Tengah dan Timur, sehingga terjadi pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh
Indonesia. Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka akses terhadap keterjangkauan
masyarakat terhadap sarana kesehatan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.

Selama kurun waktu 3 tahun terakhir, sejak tahun 2010 hingga 2012 terlihat adanya
kecenderungan peningkatan jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan.
Pada tahun 2012 sebanyak 239 industri farmasi di Indonesia tersebar di 9 provinsi dan
terdapat 24 provinsi yang belum mempunyai sarana industri farmasi. Sementara sarana
UKOT tersebar di 22 provinsi dan hanya 11 provinsi yang belum memiliki sarana UKOT.
Gambar 5.14. menyajikan jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan di
Indonesia pada tahun 2012 dan rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran
5.9.

Sementara yang termasuk sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan antara lain
Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat dan Penyalur Alat Kesehatan (PAK).
Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan tahun 2010-2012 terdapat

212
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

GAMBAR 5.14
JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012

Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

pada Gambar 5.15. Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia
pada tahun 2012 dirinci menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.10.

GAMBAR 5.15
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012

Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

213
Profil Kesehatan Indonesia 2012

4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

Dalam mewujudkan masyarakat sehat, diperlukan kesadaran setiap anggota masyarakat


akan pentingnya perilaku sehat, berkeinginan, serta berdaya untuk hidup sehat.
Masyarakat bersinergi membangun kondisi lingkungan yang kondusif untuk hidup
sehat. Langkah tersebut tercermin dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di desa dan kelurahan, seperti adanya Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

UKBM yang ada di desa dan kelurahan menjadi ciri khas bahwa desa dan kelurahan
tersebut telah menjadi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Dinyatakan demikian karena
penduduk di desa dan kelurahan tersebut dapat mengakses dengan mudah pelayanan
kesehatan dasar dan mengembangkan UKBM serta melaksanakan survailans berbasis
masyarakat (pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan
perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan
lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
GAMBAR 5.16
PERSENTASE DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF MENURUT
TINGKATAN (STRATA) TAHUN 2012

Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 terdapat 52.804 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dari 77.465 desa
dan kelurahan di Indonesia, atau sebesar 68,2%. Terdapat 2 provinsi yang seluruh
desa/kelurahannya telah menjadi desa siaga aktif yaitu Provinsi Sumatera Barat dan
Kepulauan Riau. Persentase Desa dan Kelurahan Siaga Aktif terendah di Provinsi Papua
Barat (2,3%). Jumlah Desa Siaga Aktif di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW

214
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Siaga Aktif dan jumlah Desa Siaga Aktif di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah
Desa Siaga Aktif ditambah Nagari Siaga Aktif. Gambar 5.16 memperlihatkan persentase
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif menurut strata (tingkatan).

Poskesdes merupakan UKBM yang dibentuk di desa untuk mendekatkan pelayanan


kesehatan dasar bagi masyarakat desa sehingga mempermudah akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan utama Poskesdes yaitu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat desa berupa pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan
kesehatan ibu menyusui, pelayanan kesehatan anak, pengamatan dan kewaspadaan
dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, surveilans
lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan
serta kesiapsiagaan terhadap bencana. Poskesdes merupakan pendorong dalam
menumbuhkembangkan terbentuknya UKBM lain di masyarakat serta meningkatkan
partisipasi masyarakat dan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait.
Pada tahun 2012 terdapat 54.142 unit Poskesdes.

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
bagi masyarakat terutama ibu, bayi dan anak balita. Dalam menjalankan fungsinya,

GAMBAR 5.17
RASIO POSYANDU TERHADAP DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012

Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

215
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare.
Pada tahun 2012 terdapat 276.392 Posyandu di seluruh Indonesia yang terdiri dari
21,9% Posyandu Pratama, 36,3% Posyandu Madya, 33% Posyandu Purnama dan 8,7%
Posyandu Mandiri. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan sebesar 3,57 Posyandu per
desa/kelurahan dan rasio Posyandu menurut provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat
pada Gambar 5.17. Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan,
diperlukan peran serta kader dan tokoh masyarakat sebagai penggerak masyarakat.
Jumlah kader dan tokoh masyarakat yang telah dilatih sampai tahun 2012 adalah 381.734
orang. Data jumlah UKBM menurut provinsi tahun 2012 terdapat pada Lampiran 5.11
dan Lampiran 5.12.

5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi

Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan yang memadai


baik dari segi jenis, jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan tenaga kesehatan
yang berkualitas tentu saja dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula.
Kementerian Kesehatan RI merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan di
dalam penyediaan tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut.

Menurut data Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), sampai dengan 31


Maret 2013 institusi pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi (tenaga medis) yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta di Indonesia berjumlah 73 Fakultas
Kedokteran (FK) dan 30 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG).

TABEL 5.2
JUMLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN GIGI SAMPAI DENGAN 31 MARET 2013

Sumber : Sekretariat KKI, Kemenkes RI, 2013

216
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Tabel 5.2 memperlihatkan jumlah fakultas kedokteran dan fakultas kedokteran gigi
di Indonesia. Data tersebut memperlihatkan institusi pendidikan tenaga medis masih
terkonsentrasi di wilayah barat Indonesia, sehingga perlu upaya peningkatan di wilayah
lainnya.

Institusi pendidikan tenaga kesehatan selain tenaga medis dikelompokkan menjadi 2 (dua)
yaitu Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan Non Politeknik Kesehatan (Non Poltekkes)
dengan status kepemilikan pemerintah daerah, TNI/Polri dan Swasta. Menurut data
Badan PPSDM Kesehatan, sampai dengan Desember 2012 jumlah Program Diploma IV
sebanyak 132 program studi, sedangkan jumlah institusi Diknakes Program Diploma III
sebanyak 1.082 institusi, yang terdiri dari 262 jurusan/program studi (yang berada pada
38 Poltekkes) dan 820 institusi Non Poltekkes. Perkembangan jumlah program studi
(prodi) Diploma III pada institusi Poltekkes dan Non Poltekkes terdapat pada Gambar
5.18.

GAMBAR 5.18
PERKEMBANGAN JUMLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLTEKKES
DAN NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 5.18 dapat dilihat tidak terjadi penambahan jumlah jurusan/prodi Diploma
III Poltekkes pada tahun 2012. Jumlah institusi Non Poltekkes sampai dengan tahun
2011 mengalami penambahan. Pada tahun 2012, institusi Non Poltekkes yang dibina
oleh Kementerian Kesehatan yang termasuk jenjang pendidikan tinggi yaitu berjumlah
820 institusi.

217
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Gambar 5.19 menunjukkan program studi pada institusi Diknakes Diploma III Poltekkes
dengan urutan prodi yang terbanyak yaitu 151 prodi Keperawatan (57,60%), 36 prodi
Keteknisian Medis (13,74%), 32 prodi Gizi (12,20%), 26 prodi Kesehatan Masyarakat
(9,90%), 12 prodi Kefarmasian (4,60%) dan 5 prodi Keterapian Fisik (1,91%). Rincian
menurut Poltekkes dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.16.

GAMBAR 5.19
PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Gambar 5.20 menunjukkan persentase jurusan/program studi pada institusi Diknakes


Non Poltekkes; jurusan/prodi keperawatan terdiri dari keperawatan, kebidanan dan
kesehatan gigi; jurusan/prodi keterapian fisik terdiri dari fisioterapi, okupasi terapi,
terapi wicara dan akupunktur; dan jurusan/prodi keteknisian medis terdiri dari analis
kesehatan, teknik elektromedik, teknik radiodiagnostik, teknik gigi, ortotik prostetik dan
perekam informasi kesehatan.

218
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

GAMBAR 5.20
PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI NON-POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut status kepemilikan menunjukkan


sebagian besar institusi dimiliki oleh swasta yaitu sebesar 87,90%, sedangkan
kepemilikan pemerintah daerah sebesar 8,70% dan TNI/Polri sebesar 3,40%. Informasi
lebih rinci mengenai jumlah dan persentase institusi Diknakes Non Poltekkes menurut
kepemilikan dapat dilihat pada Lampiran 5.18.

b. Akreditasi Institusi

Akreditasi institusi Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan RI dilaksanakan terakir pada bulan Desember 2011 sesuai
dengan Surat Ditjen Dikti Kemendikbud Nomor. 1862/E/T/2011 tanggal 22 November
2011 Tentang Pengakuan Hasil Akreditasi yang Dilakukan Kementerian Kesehatan
terhadap Prodi Poltekkes Sampai Masa Berlakunya Berakhir. Selanjutnya mulai tahun
2012 institusi Diknakes milik Kementerian Kesehatan/Pemda/TNIPori/swasta dilakukan
oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tingi (BAN-PT) atau Lembaga Akreditasi
Mandiri Bidang Kesehatan (LAM-PT Kes) yang saat ini masih dalam proses pembentukan.

219
Profil Kesehatan Indonesia 2012

c. Peserta Didik

Jumlah peserta didik institusi pendidikan tenaga kesehatan Poltekes maupun Non
Poltekkes tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 295.579 orang. Jumlah tersebut terdiri dari
institusi Diknakes Poltekkes sejumlah 70.890 orang dan Non Poltekkes sejumlah 224.689
orang. Peserta didik institusi Diknakes Poltekkes terdiri dari 26.285 peserta didik tingkat
I, 22.405 peserta didik tingkat II dan 22.200 peserta didik tingkat III. Peserta didik institusi
Diknakes Non Poltekkes terdiri dari 69.945 peserta didik tingkat I, 78.716 peserta didik
tingkat II dan 76.028 peserta didik tingkat III. Informasi lebih rinci mengenai jumlah
peserta didik menurut jenis institusi pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 5.19 dan
Lampiran 5.20.

d. Lulusan

Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes pada tahun 2012 sebanyak 75.232 orang,
yang terdiri dari lulusan Poltekkes sebanyak 21.630 orang (28,8%) dan lulusan Non
Poltekkes sebanyak 53.602 orang (71,2%). Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes
terbanyak pada jurusan keperawatan, yaitu sebanyak 34.150 orang, kemudian jurusan
kebidanan sebanyak 21.387 orang.

TABEL 5.3
JUMLAH LULUSAN PROGRAM DIPLOMA III POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
TAHUN 2008-2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

220
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Dari Tabel 5.3 terlihat bahwa selama 5 tahun terakhir jumlah lulusan Diknakes Diploma
III Poltekkes dan Non Poltekkes sebanyak 75.232 orang per tahun, dengan lulusan
terbanyak adalah tenaga Keperawatan (rata-rata 32.150 orang per tahun), yang tersebar
hampir di semua provinsi. Tiga provinsi yang menghasilkan lulusan tenaga kesehatan
terbanyak (Poltekkes dan Non Poltekkes) tahun 2012 adalah Provinsi Jawa Tengah
(10.769 orang), Sumatera Utara (7.048) dan DKI Jakarta (6.711). Rekapitulasi jumlah
lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes menurut jenis tenaga dapat dilihat pada
Lampiran 5.21. Sedangkan rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.22
dan 5.23.

B. TENAGA KESEHATAN
Amanat Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 21
menyebutkan bahwa Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan,
pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Dalam Peraturan Presiden nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam
rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang
mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan
merata. Sumber daya manusia kesehatan termasuk diantaranya kelompok tenaga
kesehatan, yang terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan
kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran
tenaga kesehatan di seluruh wilayah Indonesia dilakukan pengumpulan data pada
sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun
Dinas Kesehatan Provinsi. Pengumpulan data tenaga kesehatan tidak terbatas pada
tenaga kesehatan yang berstatus PNS Pusat tetapi juga termasuk yang berstatus PNS
Daerah, PTT, TNI/POLRI, dan Swasta. Metode pengumpulan data yang digunakan
melalui mekanisme pemutakhiran data secara berjenjang mulai dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, kemudian Dinas Kesehatan Provinsi dan secara nasional dikelola oleh
Badan PPSDMK melalui Sistem Informasi SDMK.

221
Profil Kesehatan Indonesia 2012

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan

Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah
tenaga kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan kesehatan di masyarakat. Menurut
pendataan Badan PPSDMK, pada tahun 2012 jumlah SDM Kesehatan yang tercatat
sebanyak 707.234 orang yang terdiri atas 567.422 tenaga kesehatan dan 139.812 tenaga
non kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri atas 76.523 tenaga medis, 235.496 perawat,
126.276 bidan, 31.223 tenaga farmasi, dan 97.904 tenaga kesehatan lainnya.

Sekretariat KKI mencatat jumlah dokter umum yang memiliki STR berjumlah 88.309,
sehingga rasio dokter umum sebesar 36,1 dokter per 100.000 penduduk. Provinsi
dengan rasio tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 149,5 dokter umum per 100.000
penduduk, sedangkan yang terendah yaitu Sulawesi Barat dengan rasio 8,9 dokter umum
per 100.000 penduduk. Jumlah dokter gigi pada tahun 2012 tercatat sebanyak 23.262
orang dengan rasio sebesar 9,5 dokter gigi per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio
tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 50,5 dokter gigi per 100.000 penduduk, sedangkan
terendah yaitu Sulawesi Tengah dengan rasio 2,5 dokter gigi per 100.000 penduduk.
Rasio dokter umum terhadap jumlah penduduk menurut provinsi pada tahun 2012
terlihat pada Gambar 5.21 berikut ini.

GAMBAR 5.21
RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2012

Sumber : Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia, Kemenkes RI, 2013

222
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Jumlah bidan pada tahun 2012 tercatat sebanyak 126.276 orang, sehingga rasionya
terhadap penduduk sebesar 51,6 bidan per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio
tertinggi yaitu Aceh sebesar 193,4 bidan per 100.000 penduduk sedangkan terendah
yaitu DKI Jakarta sebanyak 21,9 bidan per 100.000 penduduk.

Jumlah perawat pada tahun 2012 tercatat sebanyak 235.496 orang, sehingga rasionya
terhadap penduduk sebesar 96,2 perawat per 100.000 penduduk. Provinsi dengan
rasio tertinggi yaitu Maluku sebesar 275,5 perawat per 100.000 penduduk sedangkan
terendah yaitu Jawa Barat sebanyak 49,3 perawat per 100.000 penduduk. Rasio perawat
terhadap jumlah penduduk menurut provinsi pada tahun 2012 terlihat pada Gambar
5.22 berikut ini. Jumlah sumber daya manusia kesehatan tahun 2012 menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 5.24.

GAMBAR 5.22
RASIO PERAWAT TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

a. Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Puskesmas yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat,


kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki,
terutama ketersediaan tenaga kesehatan. Pada tahun 2012, terdapat 337.093 orang
yang bertugas di Puskesmas dengan rincian 302.215 tenaga kesehatan dan 34.878

223
Profil Kesehatan Indonesia 2012

tenaga non kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum yang
bertugas di Puskesmas sebanyak 17.791 orang, dengan rasio 1,87 dokter umum per
Puskesmas. Rasio dokter umum terhadap Puskesmas tertinggi terdapat di Provinsi
Kepulauan Riau sebesar 4,67, DI Yogyakarta sebesar 3,02 dan Riau sebesar 2,79 dokter
umum per Puskesmas. Sedangkan rasio yang terendah di Provinsi Papua Barat sebesar
0,48 dan Sulawesi Tenggara serta Papua sebesar 1,03 dokter umum per Puskesmas.
Beberapa provinsi memiliki tenaga dokter spesialis yang bertugas di Puskesmas. Rasio
dokter umum di Puskesmas terhadap jumlah Puskesmas tahun 2012 menurut provinsi
dapat dilihat pada Gambar 5.23 berikut ini.

GAMBAR 5.23
RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Jumlah dokter gigi yang bertugas di Puskesmas pada tahun 2012 sebanyak 6.884 orang.
Bila dibandingkan dengan jumlah seluruh Puskesmas (9.510) maka dapat diartikan
bahwa belum seluruh Puskesmas memiliki dokter gigi (Rasio 0,72). Terdapat 145 dokter
spesialis yang bertugas di Puskesmas, sebagian besar dokter spesialis tersebut berada di
Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah 34 orang (23,4%).

Jumlah perawat di seluruh Puskesmas sebanyak 105.870 orang, sehingga rata-rata


tiap Puskesmas memiliki 11-12 orang perawat. Jumlah tenaga bidan sebanyak 102.384

224
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

orang, sehingga rata-rata tiap Puskesmas memiliki 10-11 orang bidan. Jumlah masing-
masing tenaga kesehatan di Puskesmas dapat dilihat pada Gambar 5.24 berikut ini.

Rincian jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas dapat dilihat pada Lampiran 5.25,
sedangkan rasio dokter umum, dokter gigi, perawat dan bidan terhadap jumlah
Puskesmas dapat dilihat pada Lampiran 5.26.


GAMBAR 5.24
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

b. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit

Sumber daya manusia kesehatan yang bertugas di rumah sakit tahun 2012 berjumlah
303.370 dengan rincian 220.776 tenaga kesehatan dan 82.594 tenaga non kesehatan.
Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter spesialis yang bertugas di rumah sakit
sebanyak 26.629 orang, dengan rata-rata 12 dokter spesialis per rumah sakit; dokter
umum yang bertugas di rumah sakit sebanyak 16.673 orang, dengan rata-rata 8 dokter
umum per rumah sakit dan dokter gigi yang bertugas di rumah sakit sebanyak 4.242
orang, dengan rata-rata 2 dokter gigi per rumah sakit. Perawat yang bertugas di rumah
sakit sebanyak 110.782 orang, dengan rata-rata 53 perawat per rumah sakit dan bidan
yang bertugas di rumah sakit sebanyak 20.109 orang, dengan rata-rata 9 bidan per
rumah sakit. Rincian jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit pemerintah dapat dilihat
pada Lampiran 5.27.

225
Profil Kesehatan Indonesia 2012

2. Tenaga Kesehatan dengan Status Pegawai Tidak Tetap (PTT)

Pemenuhan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan terutama puskesmas dan


jaringannya di daerah terpencil/sangat terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan
(DTPK), daerah bermasalah kesehatan (DBK) antara lain diisi melalui pengangkatan
Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Penugasan Khusus.

Kontribusi pemenuhan tenaga kesehatan dengan status PTT terdiri dari dokter umum,
dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis dan bidan cukup besar pengaruhnya
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pada tahun 2012 lama penugasan untuk tenaga medis PTT di
wilayah dengan kriteria biasa selama 3 tahun dan kriteria terpencil/sangat terpencil
selama 1 tahun. Sampai dengan 31 Desember 2012 tercatat sebanyak 45.777 tenaga
kesehatan PTT Pusat yang masih aktif bertugas dengan komposisi dokter spesialis
sejumlah 62 orang, dokter umum sejumlah 3.473 orang, dokter gigi sejumlah 1.080
orang dan bidan sejumlah 41.162 orang.

Dokter umum PTT dan dokter gigi PTT sebagian besar ditempatkan di fasilitas pelayanan
kesehatan dengan kriteria sangat terpencil yaitu 2.114 orang dokter umum dan 622
orang dokter gigi. Dokter spesialis PTT ditempatkan di RSUD kabupaten/kota dengan
kriteria terpencil sejumlah 54 orang, kriteria biasa sejumlah 7 orang dan kriteria sangat
terpencil 1 orang. Dari 41.162 bidan PTT sebagian besar bertugas di daerah dengan
kriteria biasa, yaitu sejumlah 21.137 orang (51,4%), yang bertugas di daerah terpencil
sebanyak 16.570 bidan (40,3%), dan yang bertugas di daerah sangat terpencil sebanyak
3.455 bidan (8,4%).

Distribusi keberadaan dokter umum PTT terbanyak di Nusa Tenggara Timur sejumlah
427 orang, diikuti oleh Aceh sejumlah 332 orang dan Papua sejumlah 220 orang. Dokter
gigi PTT terbanyak bertugas di Provinsi Nusa Tenggara Timur sejumlah 103 orang, diikuti
oleh Sulawesi Tenggara sejumlah 80 orang dan Aceh sejumlah 74 orang. Dokter spesialis
PTT terbanyak bertugas di Provinsi Kalimantan Tengah dan Kepulauan Riau masing-
masing sejumlah 7 orang, dan Papua sejumlah 5 orang. Bidan PTT terbanyak bertugas
di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sejumlah 5.974 orang, diikuti Jawa Tengah sejumlah
5.074 orang, dan Aceh sejumlah 4.330 orang.

Gambar 5.25 menampilkan keberadaan tenaga kesehatan PTT di Indonesia sampai


dengan 31 Desember 2012 di fasilitas pelayanan kesehatan dengan kriteria biasa,
terpencil, dan sangat terpencil. Distribusi tenaga kesehatan PTT dapat dilihat secara
rinci pada Lampiran 5.31, 5.32, 5.33 dan 5.34.

226
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

GAMBAR 5.25
KEBERADAAN DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 telah diangkat tenaga kesehatan PTT untuk daerah dengan kriteria
biasa, terpencil, dan sangat terpencil sebanyak 19.403 orang, yang terdiri dari dokter
spesialis PTT sejumlah 54 orang, dokter umum PTT sejumlah 3.568 orang, dokter gigi
PTT sebanyak 1.221 orang dan bidan PTT sejumlah 14.560 orang. Adapun pengangkatan
dokter umum PTT dan dokter gigi PTT terbanyak berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan jumlah 453 orang dokter umum dan 119 orang dokter gigi, dengan pengangkatan
di kriteria sangat terpencil adalah sejumlah 402 orang untuk dokter umum dan 109 orang
untuk dokter gigi. Pengangkatan dokter PTT di Pulau Jawa dan Bali, merupakan realisasi
dari pengangkatan dokter PTT sebagai Brigade Siaga Bencana (BSB) dan pengangkatan
kembali/perpanjangan dengan kriteria biasa. Gambar 5.26 menampilkan pengangkatan
dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dokter umum dan dokter gigi PTT di Indonesia
tahun 2012.

227
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 5.26
PERSENTASE PENGANGKATAN DOKTER/DOKTER GIGI SPESIALIS, DOKTER UMUM,
DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013

Pengangkatan bidan PTT terbanyak berada di Provinsi Jawa Tengah sejumlah 1.786
orang dengan jumlah pengangkatan 1.785 orang di kriteria biasa dan 1 orang di kriteria
terpencil, diikuti provinsi kedua terbanyak adalah Aceh sejumlah 1.659 orang dengan
jumlah pengangkatan 182 orang di kriteria biasa, 1.063 orang di kriteria terpencil dan
414 orang di kriteria sangat terpencil. Data selengkapnya mengenai pengangkatan
tenaga kesehatan PTT menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.35, 5.36, 5.37
dan 5.38.

228
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

3. Tenaga Kesehatan dengan Status Penugasan Khusus

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 09 tahun 2013 tentang penugasan khusus
tenaga kesehatan, penugasan khusus adalah pendayagunaan secara khusus tenaga
kesehatan dalam kurun waktu tertentu guna meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan
Kepulauan, Daerah Bermasalah Kesehatan serta Rumah Sakit Kelas C dan Kelas D di
kabupaten yang memerlukan pelayanan medik spesialistik. Tenaga kesehatan yang
dapat diangkat dalam Penugasan Khusus pada fasilitas pelayanan kesehatan terdiri
dari Residen dan tenaga kesehatan dengan pendidikan diploma III. Residen merupakan
dokter/dokter gigi yang sedang menempuh pendidikan dokter spesialis/dokter gigi
spesialis. Tenaga kesehatan dengan pendidikan diploma III terdiri dari bidan, perawat,
santarian, tenaga gizi, dan analis kesehatan. Tenaga kesehatan penugasan khusus
ditempatkan pada (1) Puskesmas dan jejaringnya, (2) Rumah Sakit Kelas C dan Kelas D
yang telah memiliki peralatan kesehatan, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi serta
fasilitas lain sesuai kebutuhan medik spesialistik (tidak termasuk Rumah Sakit Bergerak),
dan (3) Rumah Sakit yang membutuhkan jenis pelayanan medik spesialistik tertentu.

Pada tahun 2012 telah dilakukan pengangkatan penugasan khusus sebanyak 2.298
orang, yang terdiri dari 658 residen, 1.009 perawat, 228 tenaga gizi, 196 sanitarian/
kesehatan lingkungan, 114 analis kesehatan, 17 bidan, 52 farmasi, 21 tenaga kesehatan
gigi, selanjutnya fisioterapi, radiologi, perekam dan info kesehatan masing-masing
sejumlah 1 orang. Jumlah ini meningkat dari tahun 2011. Adapun penugasan khusus
terbanyak berada di Provinsi Aceh dengan jumlah 320 orang, diikuti oleh Sulawesi
Tenggara sejumlah 245 orang, dan Nusa Tenggara Timur sejumlah 237 orang. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.39.

4. Registrasi Tenaga Kesehatan

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 23 menyatakan tenaga


kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, dan dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari
pemerintah. Kewenangan yang dimaksud diberikan berdasarkan pendidikannya setelah
melalui proses registrasi dan pemberian izin dari pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pelaksanaan pemberian izin dan registrasi tenaga kesehatan
dijabarkan dalam beberapa peraturan perundangan-undangan.

229
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Registrasi tenaga kesehatan (selain tenaga medis dan kefarmasian) dijabarkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 dan direvisi dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang registrasi
tenaga kesehatan. Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Untuk mendapatkan STR, tenaga kesehatan
harus memiliki ijazah dan sertifikat kompetensi. STR berlaku selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang setiap 5 tahun. Menurut data Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI),
pada tahun 2012 terdapat 91.165 tenaga kesehatan yang telah memiliki STR. Rincian
jumlah tenaga kesehatan yang telah memiliki STR menurut provinsi terdapat pada
Lampiran 5.29.

Registrasi tenaga medis diatur pelaksanaannya dalam Undang-undang Nomor 29


Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Praktik kedokteran bertujuan memberikan
perlindungan kepada pasien; mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi; dan memberikan kepastian hukum
kepada masyarakat. Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dokter dan STR dokter gigi termasuk
dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri. STR dokter dan dokter gigi diterbitkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan berlaku selama lima tahun dan diregistrasi ulang
setiap lima tahun sekali. Data yang tercatat di KKI sampai dengan 31 Desember 2012
yaitu dokter dan dokter gigi yang telah melakukan registrasi dan memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR) sejumlah 135.739 orang yang terdiri dari dokter umum 88.309 orang,
dokter spesialis 22.212 orang, dokter gigi 23.262 orang dan dokter gigi spesialis 1.956
orang. Dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri yang akan melaksanakan praktik
kedokteran di Indonesia juga harus memiliki STR Sementara atau STR Bersyarat. STR
Sementara diberikan kepada dokter dan dokter gigi WNA yang akan melakukan
kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di bidang
kedokteran atau kedokteran gigi yang bersifat sementara di Indonesia. STR Sementara
berlaku selama satu tahun dan dapat diperpanjang untuk satu tahun berikutnya. STR
bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis WNA yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia. Sampai dengan
akhir tahun 2012, data STR dokter dan dokter gigi WNA, yaitu STR Sementara sebanyak
4 orang dan STR Bersyarat sebanyak 12 orang. Rincian jumlah dokter, dokter spesialis,
dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang telah memiliki STR menurut provinsi terdapat
pada Lampiran 5.28.

230
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Registrasi tenaga kefarmasian diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/
Menkes/Per/V/2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga kefarmasian.
Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki
surat tanda registrasi. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA) dan Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) berlaku selama
5 (lima) tahun. Surat tanda registrasi juga diperlukan untuk apoteker warga negara
asing lulusan luar negeri yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian di Indonesia
(surat tanda registrasi apoteker khusus/STRA Khusus). STRA, STRTTK dan STRA Khusus
dikeluarkan oleh Komite Farmasi Nasional.

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Dalam Undang-undang Nomor
36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 170 menyebutkan pembiayaan kesehatan
bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan.

Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan pembiayaan yang bersumber


dari masyarakat. Berikut ini diuraikan anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk
Kementerian Kesehatan RI, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bidang
kesehatan, pembiayaan jaminan kesehatan masyarakat, dan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK).

1. Anggaran Kementerian Kesehatan

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terdapat peningkatan alokasi dan realisasi anggaran
Kementerian Kesehatan RI. Pada Tahun 2008 Kementerian Kesehatan RI memiliki alokasi
anggaran sebesar Rp 18,55 trilyun dengan realisasi Rp 15,89 trilyun (85,62%), jumlah
tersebut meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp 33,29 trilyun dengan realisasi Rp 30,65
trilyun (92,08%). Alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan RI tahun 2008
sampai dengan 2012 dijelaskan pada Gambar 5.27.

231
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 5.27
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2008 – 2012

Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran, Kemenkes RI, 2013

Distribusi anggaran Kementerian Kesehatan RI menurut unit kerja eselon I menunjukkan


bahwa alokasi terbesar untuk Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Ditjen
BUK) sejumlah Rp 21.876.967.294.000 (65,71%), sedangkan alokasi terendah untuk
Inspektorat Jenderal sebesar Rp 83.000.000.000 (0,25%). Anggaran pada Ditjen BUK
sebesar jumlah tersebut didistribusikan pada 429 satuan kerja (kantor pusat, kantor
daerah, dekonsentrasi dan tugas pembantuan), sedangkan anggaran pada Inspektorat
Jenderal hanya untuk satu Satker (1 DIPA). Realisasi anggaran tertinggi adalah Sekretariat
Jenderal dengan persentase penyerapan sebesar 95,22%, sedangkan realisasi terendah
adalah Inspektorat Jenderal dengan persentase penyerapan sebesar 81,97%. Informasi
selengkapnya tentang alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan RI tahun
2012 terdapat pada Lampiran 5.40.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bidang Kesehatan

Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk menyediakan pembiayaan kesehatan yang


berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, swasta dan sumber lain.

232
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 mengamanatkan besar anggaran


kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10%
(sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji.

Gambar 5.28 berikut ini memperlihatkan persentase APBD yang dialokasikan untuk
anggaran kesehatan menurut provinsi.

GAMBAR 5.28
PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP APBD
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran,Kemenkes RI, 2013

Penghitungan persentase anggaran kesehatan terhadap APBD tersebut menyertakan


gaji pegawai. Sedangkan sesuai dengan UU No 36 standar biaya kesehatan 10% yang
dimaksud tidak menyertakan gaji pegawai. Sebanyak 6 provinsi memiliki anggaran
kesehatan terhadap APBD lebih dari 10%, yaitu Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Bali,
Bengkulu, Lampung, dan Sumatera Barat. Dengan demikian sebagian besar provinsi
belum memenuhi standar minimal persentase anggaran kesehatan terhadap APBD.
Data lebih rinci mengenai anggaran APBD pemerintah provinsi terdapat pada Lampiran
5.41.

233
Profil Kesehatan Indonesia 2012

3. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat

Menurut data Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, sampai dengan bulan
Desember 2012 jumlah penduduk yang mempunyai jaminan/asuransi kesehatan
sebanyak 163.547.921 orang (68,82% dari jumlah penduduk). Persentase penduduk
yang memiliki jaminan kesehatan oleh program jaminan/asuransi disajikan pada Gambar
5.29 berikut ini.
GAMBAR 5.29
PERSENTASE PENDUDUK YANG DILINDUNGI JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT/ ASURANSI
KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Peserta Jamkesmas mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif dan berjenjang


dari pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya hingga pelayanan
kesehatan rujukan di rumah sakit. Pada tahun 2012 terdapat 9.510 unit Puskesmas di
seluruh Indonesia yang melayani peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Untuk pelayanan kesehatan rujukan tersedia 1.240 rumah sakit/balai/klinik terdiri dari
613 rumah sakit milik pemerintah, 502 rumah sakit swasta, 85 rumah sakit TNI/POLRI
dan 40 balai kesehatan. Secara keseluruhan peserta Jamkesmas dilayani oleh 10.750
PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan). Gambar 5.30 menunjukkan persentase pemberi
pelayanan kesehatan rujukan peserta Jamkesmas tahun 2012.

234
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

GAMBAR 5.30
PERSENTASE PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN PESERTA JAMKESMAS
TAHUN 2012

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Dalam upaya meningkatkan keterjangkauan masyarakat miskin dan hampir miskin


terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI dan
beberapa pemerintah daerah menanggung biaya pelayanan kesehatan di Puskesmas
dan kelas III di rumah sakit bagi peserta Jamkesmas.

Data cakupan kepesertaan jaminan kesehatan menurut provinsi sampai tahun 2012
terdapat pada Lampiran 5.42.

4. Bantuan Operasional Kesehatan

Bantuan Operasional Kesehatan merupakan bantuan dana dari Pemerintah melalui


Kementerian Kesehatan RI dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota untuk
meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan
Puskesmas untuk mendukung tercapainya target Millennium Development Goals
(MDGs) bidang kesehatan tahun 2015. Selain itu diharapkan dengan bantuan ini dapat
meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas, terutama dalam perencanaan tingkat

235
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Puskesmas dan lokakarya mini Puskesmas, meningkatkan upaya untuk menggerakkan


potensi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya, dan meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang dilakukan oleh
Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu.

Pada tahun 2012 pemanfaatan dana BOK difokuskan pada beberapa upaya kesehatan
promotif preventif meliputi KIA-KB, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, dan upaya kesehatan lain
sesuai risiko dan masalah utama kesehatan di wilayah setempat dengan tetap mengacu
pada pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta target MDGs Bidang
Kesehatan tahun 2015.

Pada proses pelaksanaan, penyaluran dana BOK melalui Tugas Pembantuan telah
dilakukan berbagai upaya penyempurnaan. Realisasi pemanfaatan dana BOK pada
tahun 2012 menunjukan peningkatan dibandingkan tahun 2011. Penyerapan dana BOK
sebesar 96,70% (alokasi dana sebesar Rp 1.095.133.850.000,- dan realisasi sebesar Rp
1.058.945.729.977,-). Realisasi tingkat Puskesmas pun cukup baik yaitu 97,46%.

GAMBAR 5.31
PERSENTASE PENYERAPAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber : Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

236
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Pada Gambar 5.31 penyerapan dana BOK tertinggi Provinsi Maluku Utara (99,6%) dan
terendah Provinsi Kalimantan Timur (77,0%). Terdapat 1 kabupaten yang penyerapan
dana BOK-nya rendah yaitu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur
dengan penyerapan sebesar 6,08%. Data alokasi serta realisasi dana BOK menurut
provinsi tahun 2012 terdapat pada Lampiran 5.43.

BOK sebagai salah satu program strategis Kementerian Kesehatan di samping


Jamkesmas/Jampersal sehingga terus diupayakan perbaikan agar BOK dimanfaatkan
dengan optimal oleh Puskesmas. Dinas kesehatan provinsi sebagai perpanjangan tangan
Kementerian Kesehatan juga memiliki peran serta yaitu melakukan pembinaan dan
evaluasi pelaksanaan BOK di kabupaten/kota.

Dengan kehadiran BOK diharapkan petugas kesehatan/kader kesehatan tidak lagi


mengalami kendala dalam melakukan kegiatan untuk mendekatkan akses pada
masyarakat. Hal penting yang perlu dipahami, BOK bukan merupakan dana utama
penyelenggaraan upaya kesehatan di kabupaten/kota, namun hanya dana tambahan
yang bersifat bantuan sehingga tidak dapat menjawab semua permasalahan kesehatan.
Sumber pembiayaan kesehatan yang utama tetap harus disediakan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota.



237
Profil Kesehatan Indonesia 2012

238
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

Perbandingan Indonesia dengan


negara Anggota Asean dan Sear
239
Profil Kesehatan Indonesia 2012

BAB 6. Perbandingan Indonesia dengan


negara Anggota Asean dan Sear

A
SEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan sebuah organisasi
geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara,
yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok oleh
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan
negara-negara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat regional. Organisasi
ASEAN terdiri atas 10 negara yaitu Brunei Darussalam, Filipina (Philippines), Indonesia,
Kamboja (Cambodia), Laos (Lao People’s Democratic Republic), Malaysia, Myanmar,
Singapura (Singapore), Thailand, dan Vietnam.

Berdasarkan pengelompokan negara menurut WHO, Indonesia termasuk dalam negara


SEAR (South East Asia Region) bersama 10 negara lainnya, yaitu Bangladesh, Bhutan,
Korea Utara (Democratic People’s Republic of Korea), India, Maladewa (Maldives),
Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste.

Perbandingan data/indikator kesehatan yang terkait antar negara, baik dengan negara-
negara ASEAN maupun SEAR, dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap
negara-negara lain dalam kawasan yang sama. Bab ini akan membahas perbandingan
antara Indonesia dengan negara ASEAN dan SEAR dari aspek yang berhubungan dengan
kesehatan yaitu aspek kependudukan, derajat kesehatan, dan upaya kesehatan.

240
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

A. KEPENDUDUKAN
Data atau informasi tentang penduduk merupakan aspek yang sangat penting dalam
pembangunan nasional karena penduduk merupakan subjek dan objek pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal
dalam pembangunan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan
penduduk yaitu jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk,
angka beban tanggungan, angka kelahiran, dan angka kematian.

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Indonesia merupakan negara terluas dengan jumlah penduduk terbanyak di antara 10


negara anggota ASEAN. Berdasarkan data Badan Informasi Geospasial (BIG) tahun 2012
dan Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan tahun 2011-2014, luas
negara Indonesia sebesar 1.922.570 km2 dengan jumlah populasi sebanyak 244.775.797
orang. Jumlah kepadatan penduduk per km2 sebesar 128 orang. Dengan wilayah negara
terluas, di antara negara ASEAN, Indonesia selalu menempati peringkat pertama sebagai
negara dengan jumlah penduduk tertinggi. Sedangkan Brunei Darussalam memiliki
jumlah penduduk paling rendah di kawasan ASEAN yaitu sekitar 0,4 juta jiwa dengan
kepadatan penduduk per km2 sebesar 72 orang.

Sedangkan di kawasan SEAR Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah


penduduk terbesar setelah India (dengan jumlah penduduk 1.259,7 juta jiwa). Jumlah
penduduk terbesar ketiga di kawasan SEAR adalah Bangladesh yang berpenduduk 152,9
juta jiwa. Delapan negara lainnya berpenduduk kurang dari 70 juta jiwa. Sedangkan dua
negara menempati peringkat terakhir untuk penduduk terkecil di SEAR, dengan jumlah
penduduk kurang dari 1 juta, yaitu Bhutan (0,7 juta), dan Maladewa (0,3 juta). Jumlah
penduduk di kawasan ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Gambar 6.1.

241
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 6.1
JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2012

Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet 2012 dan Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan 2011-2014

Kepadatan penduduk menunjukkan banyaknya penduduk per kilometer persegi.


Hasil estimasi penduduk (Pusdatin, Kemenkes 2011) menunjukkan pada tahun 2012
kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 128 penduduk per km2 dan menempatkan
Indonesia pada peringkat ke-5 terpadat di kawasan ASEAN.

Negara yang menempati peringkat pertama di ASEAN dengan kepadatan penduduk


tertinggi adalah Singapura, dengan angka jauh melebihi 9 negara anggota ASEAN
lainnya yakni dengan kepadatan 7.751 penduduk per km2. Peringkat kedua tertinggi
adalah Filipina dengan kepadatan 321 penduduk per km2. Sedangkan Laos menempati
peringkat terakhir untuk kepadatan penduduk terendah di ASEAN yakni 28 penduduk
per km2.

Di kawasan SEAR, Maladewa yang memiliki luas negara terkecil memiliki kepadatan
penduduk tertinggi dengan 1.110 jiwa per km2. Negara dengan kepadatan penduduk
terendah adalah Bhutan yaitu 15 jiwa per km2. Sementara Indonesia dengan luas
negara terbesar menempati peringkat ke-8 dengan penduduk terpadat di kawasan
SEAR. Tingkat kepadatan penduduk negara-negara ASEAN dan SEAR tahun 2012 dapat
dilihat pada Gambar 6.2 berikut ini.

242
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

GAMBAR 6.2
KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR (Jiwa per km2)
TAHUN 2011

Sumber: World Health Statistics 2013 dan Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014

2. Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan


maupun penurunannya di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk
memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang.
Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan
dasar penduduk tersebut, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang
politik suatu daerah atau negara maupun dunia.

Indikator tersebut diatas biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju
pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian dan migrasi
penduduk. Semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk menyebabkan jumlah penduduk
yang semakin banyak di masa yang akan datang. Perkiraan laju pertumbuhan penduduk
di negara-negara ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Gambar 6.3 di bawah ini.

243
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 6.3
PERKIRAAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2001-2011

Sumber: World Health Statistics 2013

Laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan dengan


negara maju. Salah satu penyebabnya adalah angka fertilitas di negara maju lebih
rendah dari negara berkembang, akibatnya laju pertumbuhan juga lebih lambat.
Selain itu menurut Carl Hub (1999: World Population Data Sheet), 98% peningkatan
jumlah penduduk dunia terjadi di negara-negara berkembang. Tingkat kelahiran di
negara berkembang umumnya masih tinggi. Sebaliknya, sejumlah negara maju justru
mengalami penyusutan atau penurunan jumlah penduduk.

Timor Leste sebagai salah satu negara berkembang di kawasan SEAR memiliki perkiraan
laju pertumbuhan penduduk per tahun tertinggi di antara negara-negara di SEAR dengan
perkiraan laju pertumbuhan penduduk 3,0% pada periode 2001-2011, sedangkan Nepal
merupakan negara dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu
0,2%.

Di negara-negara ASEAN, beberapa negara pertumbuhan penduduknya masih


tergolong tinggi. Akan tetapi secara keseluruhan persentase pertumbuhan penduduk
telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada periode 2001-2011, di
kawasan ASEAN, Singapura, sebagai satu-satunya negara maju di kawasan ASEAN,
memiliki perkiraan laju pertumbuhan penduduk per tahun di kawasan ASEAN yang
tertinggi dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk 2,6% pada periode 2001-2011,

244
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

sedangkan Myanmar merupakan negara dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk


paling rendah yaitu 0,6%.

Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan ASEAN, memiliki perkiraan laju
pertumbuhan penduduk 1,1 %. Indonesia menduduki peringkat ke-8 tertinggi untuk
perkiraan laju pertumbuhan penduduk. Sedangkan bila dilihat dari kawasan SEAR,
Indonesia menduduki peringkat ke-7 tertinggi dari 11 negara. Data kependudukan
negara-negara ASEAN dan SEAR tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 6.1.

3. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui
agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku
pembangunan. Keterangan atau informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi
dalam kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan dibutuhkan berkaitan dengan
pengembangan kebijakan kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan
sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban
sekaligus juga modal dalam pembangunan.

Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat
diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu penduduk yang
belum produktif (usia 0-14 tahun) termasuk bayi dan anak (usia 0-4 tahun) dan penduduk
yang dianggap kurang produktif (65 tahun ke atas). Juga dapat dilihat berapa persentase
penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk usia
produktif atau yang berusia 15-64 tahun.

Untuk persentase penduduk menurut kelompok umur non produktif (kelompok umur
0-14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas) pada keadaan tahun 2012, Laos
merupakan negara yang tertinggi untuk kelompok umur tersebut dibandingkan negara-
negara lain di kawasan ASEAN yaitu 42% dari total penduduk. Sebaliknya Singapura
merupakan negara dengan komposisi penduduk kelompok umur non produktif terendah
yaitu 26%.

Di antara negara-negara di kawasan SEAR, Timor Leste adalah negara dengan komposisi
penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 45%. Sebaliknya, negara dengan penduduk
non produktif terendah di kawasan tersebut adalah Thailand yaitu 30%, yang dapat
dilihat pada Gambar 6.4 di bawah ini.

245
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Indonesia berada pada peringkat ke 4 tertinggi di kawasan ASEAN untuk kelompok umur
non produktif yaitu 33%. Sedangkan di antara negara-negara SEAR, Indonesia berada
pada posisi ke 6 tertinggi untuk kelompok umur non produktif.

Di satu pihak, Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar di ASEAN dan lebih separuh
penduduk yang dengan usia produktif, akan terus menikmati keuntungan demografi
dan potensi perkembangan ekonomi sangat besar, tetapi di pihak lain, perkembangan
ekonomi tidak dapat mengejar pertambahan jumlah penduduk, sementara jumlah
penduduk yang sangat besar membawa banyak masalah sosial antara lain bahan
pangan, energi, layanan kesehatan dan pendidikan.

GAMBAR 6.4
KOMPOSISI PENDUDUK YANG PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2011

Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet 2012 dan Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan 2011-2014

Salah satu indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering
digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah, Angka Beban Tanggungan
(Dependency Ratio). Dependency Ratio juga indikator yang secara kasar dapat
menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau
negara yang sedang berkembang. Semakin tinggi persentase Angka Beban Tanggungan
menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif (kelompok umur 0-14 tahun)
dan tidak produktif lagi (kelompok umur 65 tahun ke atas).

246
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

Dengan distribusi penduduk seperti yang telah digambarkan di gambar 6.4, Laos
merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi di kawasan ASEAN
yaitu 72%. Sedangkan Singapura merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan
terendah yaitu 35%.

Di kawasan SEAR, Timor Leste merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan
tertinggi yaitu 82% sedangkan Thailand merupakan negara dengan Angka Beban
Tanggungan terendah yaitu 43%. Sementara Indonesia memiliki Angka Beban
Tanggungan sebesar 49%. Ini berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Indonesia
menanggung 49 penduduk yang belum produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi.

Komposisi penduduk menurut kelompok umur serta besar Angka Beban Tanggungan di
negara-negara kawasan ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Lampiran 6.1.

4. Indeks Pembangunan Manusia

Human Development GAMBAR 6.5


Index (HDI) atau Indeks INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012
Pembangunan Manusia
(IPM) adalah indeks
pencapaian kemampuan
dasar pembangunan
manusia yang dibangun
melalui pendekatan
tiga dimensi dasar yaitu
meliputi: panjang umur
dan menjalani hidup sehat
yang diukur dari angka
harapan hidup waktu
lahir, tingkat pendidikan
yang diukur dari tingkat
kemampuan baca tulis
seseorang dan rata-rata
Sumber: UNDP, Human Development Report 2013
lama sekolah, serta indeks
daya beli yaitu memiliki
standar hidup yang layak diukur dengan pengeluaran riil per kapita.

247
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Selain tiga dimensi dasar tersebut diatas, masih banyak indikator lain yang turut
berpengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia, seperti jumlah tenaga dan
fasilitas pendidikan dan kesehatan serta kemudahan untuk mengaksesnya, kesadaran
masyarakat akan arti penting pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan, distribusi
pendapatan, kesempatan kerja, dan indikator-indikator lainnya.

Berdasarkan standar internasional, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dikategorikan


sebagai berikut: kategori tinggi, jika IPM > 0,800; kategori sedang, jika IPM 0,500-0,799;
dan kategori rendah, jika IPM <0,500.Berdasarkan kategori tersebut di atas, pada tahun
2012 ada 2 negara anggota ASEAN masuk dalam kategori tinggi yaitu Brunei Darussalam
dan Singapura. Sedangkan 7 negara, termasuk Indonesia, masuk kategori sedang, dan
hanya 1 negara masuk kategori rendah. Bila dilihat dari peringkat di negara ASEAN pada
tahun yang sama, Singapura merupakan negara dengan peringkat IPM tertinggi yaitu
pada peringkat ke-18 dari 187 negara di dunia, dan yang terendah adalah Myanmar
dengan peringkat ke-149, sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke-121.

Di Indonesia, meskipun semua komponen IPM menunjukkan peningkatan dari tahun ke


tahun, tetapi sepertinya daya ungkitnya masih lemah. Terbukti dari masih bertahannya
IPM Indonesia pada kategori menengah atas, belum mampu naik kelas pada kategori
IPM tinggi. Peringkat IPM Indonesia belum dapat menembus 100 besar dan berada
dibawah peringkat negara anggota ASEAN lainnya seperti: Singapura, Brunei Darussalam,
Malaysia, Thailand, dan Filipina.

GAMBAR 6.6
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012

Sumber: UNDP, Human Development Report 2013

248
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

Gambar 6.6 menunjukkan bahwa IPM Indonesia pada tahun 2012 sebesar 0,629. Bila
dibandingkan dengan tahun 2012, secara urutan negara Indonesia mengalami kenaikan
(dari peringkat ke-124 pada tahun 2011 menjadi peringkat ke-121 pada tahun 2012),
dan secara nilai Indonesia mengalami sedikit peningkatan (IPM 2011 adalah 0,617). Di
kawasan ASEAN, dari 10 negara, Indonesia berada pada urutan ke 6 tertinggi di bawah
Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Filipina.

Untuk kawasan SEAR, dari 10 negara (Korea Utara tidak ada data), tidak ada negara yang
memiliki IPM dengan kategori tinggi. Sedangkan 7 negara memiliki IPM dengan kategori
sedang, dan 2 negara yaitu Myanmar dan Nepal masuk dalam kategori rendah. Dari 10
negara SEAR, hanya Korea Utara yang tidak memiliki data IPM. Data IPM negara-negara
di kawasan ASEAN dan SEAR tahun 2011 - 2012 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

5. Gender Inequality Index

Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan, di


seluruh dunia. Sifat dan tingkat diskriminasi sangat bervariasi di berbagai negara atau
wilayah. Meskipun ada kemajuan, ketidaksetaraan gender dalam hak, sumber daya dan
aspirasi masih banyak ditemukan di negara-negara berkembang, bahkan di sebagian
negara berkembang tidak terjadi kemajuan yang berarti. Oleh sebab itu, kesetaraan
gender merupakan persoalan pokok pembangunan atau tujuan pembangunan yang
memiliki nilai tersendiri. Kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan negara
untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif.

Kesetaraan gender adalah kesetaraan di bidang hukum, kesempatan (termasuk


kesetaraan upah kerja, kesetaraan akses terhadap sumber daya manusia, dan
sumber-sumber produktif lainnya yang memperluas kesempatan) dan aspirasi (untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses pembangunan).

Human Development Report 1995 memperkenalkan dua langkah baru pembangunan


manusia yang menyoroti status perempuan. Dua langkah ini merupakan indikator makro
kesenjangan gender: pertama, Indeks Pembangunan Gender-related Development Index
(GDI) dan kedua, Gender Empowerment Measure (GEM).

GDI mengukur kesenjangan gender dilihat dari bidang kesehatan, pendidikan, dan
ekonomi, sedangkan GEM mengukur kesenjangan gender dalam hal keterlibatan
perempuan dalam pengambilan keputusan. Komponen GDI adalah : Indeks kesehatan

249
Profil Kesehatan Indonesia 2012

(rata-rata usia harapan hidup), indeks pendidikan (angka melek huruf orang dewasa, rata-
rata lama pendidikan), dan Indeks perekonomian (sumbangan pendapatan. Sedangkan
komponen GEM adalah, bidang politik (anggota parlemen) dan bidang ekonomi (tenaga
profesional, angkatan kerja dan rata-rata upah di sektor non pertanian).

Namun baik GDI maupun GEM masih belum dapat mengukur ketidaksetaraan gender
karena komponen yang digunakan adalah komponen yang sama dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

Selanjutnya, Human Development Report 2013 memperkenalkan Gender Inequality


Index (GII) atau Indeks Ketidaksetaraan. GII dihasilkan dari 3 dimensi variabel, yaitu
kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan partisipasi dalam lapangan pekerjaan.
Dimensi kesehatan reproduksi terdiri dari AKI (Maternal Mortality Ratio=MMR) dan
AFR (Adolescent Fertility Rate). AKI merupakan alat ukur akses wanita terhadap layanan
kesehatan, dan AFR menunjukkan tingkat kelahiran pada usia dini. Rendahnya AKI
mengindikasikan bahwa ibu hamil sudah memiliki akses untuk mendapatkan layanan
kesehatan yang tepat. Sementara tingginya AFR dapat mengakibatkan tingginya risiko
kesehatan ibu dan bayi.

Dimensi pemberdayaan perempuan dilihat dari variabel jumlah kursi perempuan dalam
parlemen dan variabel tingkat pendidikan. Dengan jumlah perempuan yang berimbang
dalam parlemen, keputusan yang dibuat dapat lebih menyuarakan kepentingan
perempuan. Sementara besarnya akses perempuan pada pendidikan tinggi akan
meningkatkan akses perempuan terhadap informasi dan memperluas peran dalam
urusan publik. Tingginya akses perempuan terhadap pendidikan akan membantu
mengurangi AFR dan AKB.

Dimensi terakhir adalah lapangan pekerjaan, yang diukur dengan partisipasi tenaga kerja
perempuan dalam dunia kerja. Keempat dimensi tersebut menjadi dasar penghitungan
Indeks Ketidaksetaraan Gender (GII).

Human Development Report 2013 selain menerbitkan angka Indeks Pembangunan


Manusia (HDI) 2013 juga Indeks Ketidaksetaraan Gender (GII) 2013. Dari 18 negara
ASEAN dan SEAR, Korea Utara tidak memiliki data GII, sementara Brunei Darussalam
dan Timor Leste tidak memiliki data nilai GII.

250
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

GAMBAR 6.7
INDEKS KETIDAKSETARAAN GENDER
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012

Sumber: UNDP, Human Development Report 2013

Nilai (value) GII berbanding terbalik dengan Indeks Pembangunan Manusia (HDI).
Semakin besar nilai HDI maka semakin tinggi posisi ranking, sementara semakin kecil
nilai GII maka semakin tinggi posisi ranking.

Seperti halnya pada Gambar 6.7 menunjukkan bahwa di antara 10 negara anggota
ASEAN, negara dengan nilai GII tertinggi adalah Singapura dengan nilai GII 101, nilai
terkecil diantara 10 negara ASEAN. Indonesia dengan angka GII sebesar 0,494 menempati
urutan ke-9 terendah di ASEAN dan urutan ke-106 di dunia. Tampaknya ketidaksetaraan
gender masih menjadi masalah di Indonesia, dengan ditunjukkannya nilai GII Indonesia
berada pada tingkat terakhir di ASEAN, dengan Brunei Darussalam tidak memiliki data
GII.

Berdasarkan 3 dimensi variabel yang dihasilkan oleh GII, yaitu kesehatan reproduksi,
pemberdayaan, dan partisipasi dalam lapangan pekerjaan, maka ketiga nilai yang
dimiliki Indonesia untuk ketiga dimensi tersebut masih menunjukkan nilai rendah
apabila dibandingkan dengan 8 anggota negara ASEAN lainnya.

Sementara untuk di kawasan SEAR, negara dengan angka GII tertinggi adalah Maladewa
(0,357), dan negara dengan angka GII terendah adalah India (0,610). Indonesia dengan
angka GII sebesar 0,494 menempati urutan ke-7 tertinggi di SEAR.

Data GII negara-negara di kawasan ASEAN dan SEAR tahun 2011 - 2012 dapat dilihat
pada Lampiran 6.3.

251
Profil Kesehatan Indonesia 2012

6. Total Fertility Rate

Angka Fertilitas Total (AFT) atau Total Fertility Rate (TFR) merupakan gambaran mengenai
rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun.
Perbandingan TFR antar negara penting untuk diketahui karena dapat membantu
para perencana program pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin,
meningkatkan program pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan Ibu
hamil dan perawatan anak, serta untuk mengembangkan program penurunan tingkat
kelahiran. Selain itu, angka fertilitas total tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan
program keluarga berencana yang dilaksanakan di negara tersebut.

TFR yang tinggi merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat
pendidikan yang rendah (terutama perempuannya) tingkat sosial ekonomi rendah atau
tingkat kemiskinan yang tinggi. Angka Fertilitas Total dapat diklasifikasikan menjadi 3
tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan rendah
terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,2 -
3,9; dan kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih.

Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2011, di kawasan ASEAN, terdapat 4
negara yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah, yaitu Singapura
(1,3), Thailand (1,6), serta Vietnam (1,8). Sedangkan ada 4 negara masuk kategori angka
kesuburan wanita sedang, dan Indonesia masuk ke dalam kategori tersebut dengan
angka kesuburan wanita 2,1 yang berarti untuk setiap wanita di Indonesia rata-rata
memiliki anak 1 orang selama masa suburnya.

Masih di pada tahun yang sama, untuk kawasan SEAR, Timor Leste merupakan satu-
satunya negara di SEAR yang masuk dalan kategori tinggi yaitu sebesar 6,1. Sedangkan
Indonesia beserta tujuh negara lainnya yakni, Myanmar, Sri Lanka, Bangladesh, Korea
Utara, Bhutan, India, dan Nepal termasuk dalam kategori sedang. Hanya Thailand dan
Maladewa termasuk negara dengan Angka Fertilitas Total berkategori rendah. Besaran
Angka Fertilitas Total di negara ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Gambar 6.8 berikut
ini.

252
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

GAMBAR 6.8
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2012
Data Angka Fertilitas Total di negara ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet 2012

7. Angka Kelahiran Kasar

Crude Birth Rate (CBR) atau Angka Kelahiran Kasar (AKK) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kelahiran hidup pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan
tahun yang sama.

Angka Kelahiran Kasar pada tahun 2011 di negara-negara ASEAN pada rentang 9 sampai
31 per 1.000 penduduk. Negara dengan angka kelahiran terendah yakni Singapura yaitu
9,2 kelahiran per 1.000 penduduk. Angka Kelahiran Kasar tertinggi di ASEAN terjadi di
negara Filipina dengan angka 24,8 per 1.000 penduduk, kemudian tertinggi kedua adalah
Laos, yaitu 23,1 per 1.000 penduduk. Sedangkan Indonesia memiliki Angka Kelahiran
Kasar sebesar 17 kelahiran untuk setiap 1.000 penduduk.

Masih di tahun yang sama, Angka Kelahiran Kasar di negara-negara SEAR berkisar antara
14 sampai 38 per 1.000 penduduk. Terendah di Thailand yakni 11,9 per 1.000 penduduk
dan tertinggi di Timor Leste (38,1) per 1.000 penduduk.

253
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Dengan 17 kelahiran per 1.000 penduduk, di kawasan ASEAN Indonesia menempati


peringkat ke-6 terendah, sedangkan di kawasan SEAR menempati peringkat ke-6
terendah untuk Angka Kelahiran Kasar.

Gambar 6.9 memperlihatkan perbandingan Angka Kelahiran Kasar negara-negara


kawasan ASEAN dan SEAR. Data Angka Kelahiran Kasar di negara ASEAN dan SEAR tahun
2011 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

GAMBAR 6.9
ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2011

Sumber: World Health Statistics 2013

8. Sosial Ekonomi

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan
keberhasilan pembangunan suatu negara. Pendapatan Nasional merupakan salah satu
indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional
Bruto perkapita (Gross National Income) adalah pendapatan yang diterima oleh setiap
penduduk dalam suatu negara selama kurun waktu setahun, atau ditentukan oleh
besarnya pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan per kapita besarnya
ditentukan oleh Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB).

Penyajian PDB dan PNB dari berbagai sektor dirinci menurut nilai tambah dari seluruh
sektor ekonomi, yang mencakup sektor pertanian, pertambangan, industri, listrik, gas

254
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

dan air, konstruksi, perdagangan, pengangkutan, lembaga keuangan, dan jasa-jasa.


Sedangkan PDB dan PNB menurut penggunaan dirinci menurut komponen pengeluaran
konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap
bruto, dan ekspor neto.

Produk Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang
diproduksikan oleh faktor- faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara
asing. Sedangkan Produk Nasional Bruto mempuyai arti yang bersamaan dengan GDP,
tetapi memperkirakan jenis jenis pendapatan yang sedikit berbeda. Dalam perhitungan
pendapatan Nasional Bruto, nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan
nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor- faktor produksi yang
dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung. Faktor-
faktor produksi yang dimiliki warga negara suatu negara yang terdapat di negara itu
sendiri maupun diluar negeri juga dihitung didalam Produk Nasional Bruto.

Tinggi rendahnya PDB atau PNB dan pendapatan per kapita suatu negara oleh Bank
Dunia dikelompokkan ke dalam empat kelompok berdasarkan pendapatan per kapita
pada tahun 2003, yaitu sebagai berikut.

1. Kelompok negara berpendapatan rendah (low income economies), yaitu negara-


negara yang memiliki PNB per kapita sekitar US$ 675 atau kurang.
2. Kelompok negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income
economies), yaitu negara-negara yang mempunyai PNB per kapita sekitar US$ 675
sampai dengan US$ 2.695.
3. Kelompok negara berpendapatan menengah tinggi (upper middle income
economies), yaitu negara-negara yang mempunyai PNB per kapita sekitar US$ 2.696
sampai dengan US$ 8.335.
4. Kelompok negara berpendapatan tinggi (high income economies), yaitu negara-
negara yang mempunyai PNB per kapita sekitar US$ 8.335 atau lebih.

Pendapatan per kapita suatu negara dinyatakan dengan nilai tukar uang luar negeri atau
dalam dolar Amerika Serikat. Dengan cara demikian dapat dibandingkan pendapatan
per kapita suatu negara dengan negara lain, terutama negara-negara sekitar yang
berdekatan, misalnya Indonesia di antara negara-negara ASEAN. Perbandingan ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kedudukan negara yang bersangkutan di
antara negara-negara lain.

Di antara negara ASEAN (Brunei Darussalam dan Myanmar tidak ada data), PNB per

255
Profil Kesehatan Indonesia 2012

kapita tertinggi pada tahun 2010 adalah Singapura dengan US$ 55.790 per kapita
dan terendah adalah Myanmar dengan US$ 1.950 per kapita. Indonesia memiliki PNB
perkapita sebesar US$ 4.200 dan menempati urutan ke-5 tertinggi.

GAMBAR 6.10
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2011

Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet USAID, 2012

Sementara itu, di antara negara SEAR (tidak ada data untuk Korea Utara dan Myanmar),
negara dengan pendapatan nasional bruto per kapita tertinggi adalah Thailand yaitu
sebesar US$ 8.190 dan terendah adalah Nepal dengan US$ 1.210. Jika dibandingkan
dengan seluruh negara di ASEAN dan SEAR, Indonesia berada di peringkat ke-8 tertinggi
pendapatan nasional bruto per kapita.

Gambar 6.10 memperlihatkan perbandingan pendapatan nasional bruto di negara-


negara kawasan ASEAN dan SEAR. Data PNB per kapita 2011 di negara ASEAN dan SEAR
dapat dilihat pada Lampiran 6.1.

256
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

B. DERAJAT KESEHATAN
MORTALITAS
1. Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika AKB
kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100 per
1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan klasifikasi Angka Kematian Bayi, gambar 6.11 menunjukkan pada tahun 2011,
Myanmar merupakan negara yang memiliki angka kematian bayi tertinggi di kawasan
ASEAN dengan angka 47,9 per 1.000 kelahiran hidup. Empat negara termasuk Indonesia
diantara Filipina, Laos
dan Kamboja termasuk
GAMBAR 6.11
kelompok sedang. ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA ASEAN & SEAR
Sedangkan ke lima TAHUN 2011

negara lainnya yaitu


Singapura, Malaysia,
Brunei Darussalam,
Thailand dan Vietnam
termasuk negara
dengan Angka Kematian
Bayi rendah. Dari 10
negara anggota ASEAN,
tidak ada yang masuk
dalam kelompok angka
kematian bayi sangat
tinggi (>100 per 1.000
kelahiran hidup).

Menurut The UN-Inter


agency Group for Child
Sumber: The UN-Inter agency Group for Child Mortality Estimates (IGME), 2012
Mortality Estimates
(IGME), Tahun 2011,
Angka Kematian Bayi yang dimiliki Indonesia adalah 24,8 kematian per 1.000 kelahiran
hidup pada 2011. Meski Angka Kematian Bayi di Indonesia terus menurun tiap tahun,

257
Profil Kesehatan Indonesia 2012

namun tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan
dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2 kali
lebih tinggi dari Filipina, dan 2,2 kali lebih tinggi dari Thailand.

Menurut data World Health Organization (WHO) 2003, Angka Kematian Bayi di Indonesia
sebagian besar terkait dengan faktor nutrisi yaitu sebesar 53%. Beberapa penyakit yang
timbul akibat malnutrisi antara lain pneumonia (20%), diare (15%), dan perinatal (23%).

Bukti empiris tentang adanya hubungan antara tingkat fertilitas dengan tingkat kematian
anak adalah sangat kuat. Negara-negara yang memiliki angka kematian bayi kurang dari
20, mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas (Total Fertility Rate) sebesar 1,7 anak.
Negara-negara dengan tingkat kematian bayi diatas 100 mempunyai angka rata-rata
tingkat fertilitas 6,2 anak. Hal ini mengindikasikan bahwa negara-negara yang mempunyai
tingkat kematian bayi yang tinggi mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk tercepat
di dunia.

Berdasarkan klasifikasi yang sama maka 3 negara di SEAR, yaitu Maladewa, Thailand,
dan Sri Lanka masuk dalam kategori negara dengan Angka Kematian Bayi rendah dengan
angka 9, 11 dan 11 per 1.000 kelahiran hidup. Tujuh negara masuk kategori sedang dan
satu negara (Myanmar) masuk kategori tinggi.

Besaran Angka Kematian Bayi di negara-negara ASEAN dan SEAR berkisar antara 2 dan
50. Singapura merupakan negara dengan AKB terendah, yaitu 2 per 1.000 kelahiran
hidup, sedangkan AKB tertinggi di Myanmar, yaitu sebesar 48 per 1.000 kelahiran hidup.
Indonesia memiliki Angka Kematian Bayi 37 per 1.000 kelahiran hidup dan berada di
peringkat 10 terendah di antara 18 negara tersebut. Data Angka Kematian Bayi di negara
ASEAN dan SEAR tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

2. Angka Kematian Balita

Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap penting
dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya
jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita saat mereka rentan terhadap
penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian balita disebabkan diare,
pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi.

258
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

GAMBAR 6.12
ANGKA KEMATIAN BALITA (PER 1000 KELAHIRAN HIDUP)
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: The UN-Inter agency Group for Child Mortality Estimates (IGME), 2012

Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu sangat
tinggi dengan nilai > 140 per 1.000 kelahiran hidup, tinggi dengan nilai 71-140 per 1.000
kelahiran hidup, sedang dengan nilai 20-70 per 1.000 kelahiran hidup, dan rendah
dengan nilai < 20 per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan klasifikasi Angka Kematian Balita diatas, Angka Kematian Balita terendah
dicapai Singapura yaitu 2,6 kematian per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan ke-9 negara
ASEAN lainnya masuk dalam kategori sedang, termasuk didalamnya Indonesia dengan
Angka Kematian Balita sebesar 31,8 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Myanmar
dengan Angka Kematian Balita tertinggi di ASEAN berada dalam kategori sedang dengan
62,4 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Hampir semua negara ASEAN memiliki Angka
Kematian Balita kurang dari 50 per 1.000 kelahiran hidup kecuali Myanmar.

Angka Kematian Balita di SEAR berkisar antara 11 sampai 62 per 1.000 kelahiran hidup.
Sebagaimana di ASEAN, di SEAR Myanmar juga merupakan negara dengan AKABA
tertinggi. Sedangkan Thailand dan Maladewa adalah negara dengan AKABA terendah,
dengan AKABA 11 per 1.000 kelahiran hidup. Jika di ASEAN hanya terdapat 1 negara
(dari 10 negara) dengan AKABA lebih dari 50 per 1.000 kelahiran hidup, di SEAR ada
3 negara dengan AKABA lebih dari 50, yaitu: Timor Leste, India, dan Myanmar. Tidak
ada negara di ASEAN dan SEAR dengan angka kematian balita masuk ke dalam kategori
tinggi berdasarkan klasifikasi MDG’s.

259
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Pada Gambar 6.12 terlihat bahwa negara-negara ASEAN memiliki AKABA relatif lebih
rendah jika dibandingkan dengan negara-negara SEAR. Telah dipaparkan sebelumnya
bahwa sebagian besar kematian balita disebabkan oleh diare, pneumonia, dan
malnutrisi. Hal itu berarti negara-negara ASEAN mungkin memiliki sanitasi dan keadaan
ekonomi yang lebih baik dibandingkan negara-negara SEAR.

Pada tahun 2011, di Indonesia terdapat 31,8 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup.
Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat ke-4 tertinggi kematian balitanya,
sedangkan pada kawasan SEAR, Indonesia menempati peringkat ke-7 tertinggi kematian
balita per 1.000 kelahiran hidup. Data Angka Kematian Balita di negara ASEAN dan SEAR
tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

3. Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan
masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan
gangguan kehamilan GAMBAR 6.13
ANGKA KEMATIAN IBU DI NEGARA ASEAN & SEAR
atau penanganannya TAHUN 2010
(tidak termasuk
kecelakaan atau kasus
insidentil) selama
kehamilan, melahirkan
dan dalam masa
nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000
kelahiran hidup.

Berdasarkan klasifikasi
Angka Kematian Ibu dari
WHO adalah sebagai
berikut; <15 per 100.000
kelahiran hidup; 15-199 Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

per 100.000 kelahiran

260
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

hidup; 200-499 per 100.000 kelahiran hidup; 500-999 per 100.000 kelahiran hidup;
dan ≥1.000 per kelahiran hidup. Pada tahun 2011 di kawasan ASEAN hanya Singapura
yang memiliki Angka Kematian Ibu rendah, yakni mencapai Angka Kematian Ibu <15
yaitu 3 per 100.000 kelahiran hidup. Ada 5 negara memiliki Angka Kematian Ibu 15-
199 per 100.000 kelahiran hidup, yakni: Brunei Darussalam (24), Filipina (99), Malaysia
(29), Vietnam (59), dan Thailand (48) serta 4 negara memiliki Angka Kematian Ibu 200-
499 per 100.000 kelahiran hidup, termasuk Indonesia. Laos merupakan negara dengan
Angka Kematian Ibu tertinggi di ASEAN dengan angka 470 per 100.000 kelahiran hidup.

AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggi
dibandingkan Vietnam (59/100.000), dan Cina (37/100.000). Ini menempatkan
Indonesia sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi asia, tertinggi ke-3 di kawasan
ASEAN dan ke-2 tertinggi di kawasan SEAR. Untuk satu ibu yang akan melahirkan anak
di Indonesia, risiko ibu tersebut meninggal dunia sepuluh kali lipat dari seorang ibu di
Malaysia dan Sri Lanka. Angka Kematian Ibu masih sangat tinggi di Indonesia. Sebanyak
228 ibu meninggal dunia pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Angka itu lebih dari
sepuluh kali AKI Malaysia (19) dan Sri Lanka (24). Target Pemerintah adalah menurunkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Pada tahun yang sama, negara-negara di SEAR tidak ada yang mencapai Angka Kematian
Ibu <15 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu > 500 kelahiran hidup. Lima negara
memiliki Angka Kematian Ibu antara 15-199 per 100.000 kelahiran hidup, yakni :
Thailand, Bhutan, Korea Utara, Maladewa, Nepal dan Srilanka. Serta lima negara memiliki
Angka Kematian Ibu 200-499 per 100.000 kelahiran hidup, yaitu : Indonesia, Myanmar,
Bangladesh, India, dan Timor Leste. Negara dengan Angka Kematian Ibu tertinggi adalah
Timor Leste dengan angka 300 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut hasil kajian kinerja IGD Obstetri-Ginekologi dari RSUP Cipto Mangunkusumo,
yang merupakan Rumah Sakit rujukan nasional, lima besar penyebab kematian ibu di
Indonesia adalah perdarahan, eklampsia, sepsis, infeksi dan gagal paru.

Data Angka Kematian Ibu di negara ASEAN dan SEAR tahun 2010 dapat dilihat pada
Lampiran 6.2.

261
Profil Kesehatan Indonesia 2012

4. Angka Kematian Kasar

Crude Death Rate (CDR) atau Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan
berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000
penduduk. Pada umumnya penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk yang masih muda. Jika tidak ada indikator kematian yang
lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan
penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan.

GAMBAR 6.14
ANGKA KEMATIAN KASAR (PER 1000 PENDUDUK)
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

Gambar 6.14 menunjukkan bahwa, pada tahun 2011, Myanmar memiliki Angka Kematian
Kasar tertinggi di kawasan ASEAN, dengan 8,5 per 1.000 penduduk. Sementara Angka
kematian terendah dimiliki oleh Brunei Darussalam dengan 3,3 kematian per 1.000
penduduk. Masih di tahun yang sama, Angka Kematian Kasar di antara negara-negara
kawasan SEAR tidak terlalu berbeda dengan di ASEAN. Korea Utara dengan 10 kematian
per 1.000 penduduk merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar tertinggi,
sementara terendah adalah Maladewa dengan 4 kematian per 1.000 penduduk.

Pada tahun 2011, di Indonesia terdapat 7 kematian per 1.000 penduduk. Di kawasan
ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ke-7 terendah Angka Kematian Kasar;
sedangkan di kawasan SEAR, Indonesia bersama-sama Sri Lanka menduduki peringkat
ke-6 terendah. Data Angka Kematian Kasar di negara ASEAN dan SEAR tahun 2011 dapat
dilihat pada Lampiran 6.2.

262
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

5. Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan
derajat kesehatan pada khususnya. Selain itu, AHH juga menjadi salah satu indikator
yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). AHH yaitu rata-
rata jumlah tahun yang akan dijalani seseorang sejak orang tersebut lahir. Peningkatan
usia harapan hidup penduduk dari suatu negara merupakan efek keberhasilan program
kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi dinegara tersebut.

Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sangatlah


penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat pendapatan
tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu
memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai
peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan
hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang
pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan
meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Gambar 6.15 memperlihatkan bahwa pada tahun 2012 di antara sepuluh negara
anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir
(Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 82 tahun. Selain kesejahteraan, salah
satu faktor dalam memperlama usia harapan hidup rata-rata di Singapura adalah bahwa
di awal 1980-an, pemerintah mengakui bahwa negara itu memiliki populasi usia tua
yang banyak, dengan rata-rata usia warga yang semakin meningkat terus. Pemerintah
Singapura berencana dan menargetkan Singapura memiliki fasilitas perawatan
kesehatan yang sangat baik untuk orang tua. Sementara negara yang memiliki Angka
Harapan Hidup waktu lahir terendah adalah Kamboja yaitu 62 tahun.

263
Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 6.15
ANGKA HARAPAN HIDUP DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012

Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet 2012

Untuk kawasan SEAR, Sri Lanka merupakan negara dengan Angka Harapan Hidup waktu
lahir (Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 78 tahun. Negara yang memiliki
umur harapan hidup waktu lahir terendah adalah Timor Leste yaitu 63 tahun.

Di kawasan ASEAN, Indonesia dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir 72 tahun
menempati peringkat ke-6 tertinggi, sedangkan di kawasan SEAR menempati peringkat
ke-6 tertinggi. Data Angka Harapan Hidup di negara ASEAN dan SEAR tahun 2012 dapat
dilihat pada Lampiran 6.2.

MORBIDITAS
1. Prevalensi Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya


menjadi perhatian di dunia dan menjadi salah satu indikator dalam pencapaiaan tujuan
pembangunan global. Data dari “World Health Statistics 2013” menunjukkan tingginya
angka prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk di beberapa negara ASEAN dan
SEAR.

Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan insiden
(didefinisikan sebagai jumlah kasus baru dan kasus kambuh tuberkulosis yang muncul
dalam periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satu tahun), prevalensi

264
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

(didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu) dan
mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam
jangka waktu tertentu)

Tiga negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi di ASEAN adalah Kamboja dengan
817 per 100.000 penduduk, Laos dengan 540 per 100.0000 penduduk, dan Myanmar
dengan 506 per 100.000. Singapura merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis
terendah yaitu sebesar 46 per 100.000 penduduk. Sedangkan Indonesia berada di posisi
keenam untuk prevalensi tuberkulosis dengan 281 per 100.000 penduduk.

GAMBAR 6.16
PREVALENSI TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

Untuk kawasan SEAR, Timor Leste memiliki prevalensi tuberkulosis paling tinggi, yaitu
701 per 100.000 penduduk diikuti oleh Myanmar dengan 506 per 100.000 penduduk.
Maladewa adalah negara dengan prevalensi terendah dengan angka 44 per 100.000
penduduk. Sedangkan Indonesia berada di posisi kelima untuk prevalensi tuberkulosis
dengan 281 per 100.000 penduduk di antara negara-negara SEAR.

Baik untuk kawasan ASEAN maupun SEAR, kesenjangan prevalensi tuberkulosis antar
negara cukup tinggi, dimana untuk kawasan ASEAN kisaran prevalensi tuberkulosis tahun
2011 adalah 46-817 per 100.000 penduduk. Dan kesenjangan prevalensi tuberkulosis
antar negara SEAR adalah 44-701 per 100.000 penduduk.

Masih menurut sumber yang sama, kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2011
tertinggi di ASEAN terjadi di Kamboja yaitu 63 per 100.000 penduduk. Sedangkan kasus

265
Profil Kesehatan Indonesia 2012

kematian akibat tuberkulosis terendah terjadi di Singapura dan Brunei Darussalam


masing-masing 2,3 dan 2,7 kematian per 100.000 penduduk.

Sedangkan kematian akibat tuberkulosis di negara-negara kawasan SEAR berkisar antara


3,4 sampai 46 per 100.000 penduduk. Seperti angka prevalensi tuberkulosis, angka
kematian tertinggi akibat tuberkulosis juga terjadi di Timor Leste yaitu 46 kematian per
100.000 penduduk. Namun untuk angka kematian akibat tuberkulosis yang terendah
juga di Nepal (2,3 per 100.000 penduduk).

GAMBAR 6.17
KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

Di antara 10 negara di ASEAN angka kematian akibat tuberkulosis di Indonesia merupakan


peringkat kelima (27 per 100.000 penduduk) sejalan dengan prevalensi tuberkulosis.
Berbeda dengan posisi Indonesia di antara negara SEAR, untuk angka kematian akibat
tuberkulosis Indonesia merupakan peringkat ketiga tertinggi setelah Timor Leste dan
Bangladesh, padahal prevalensi tuberkulosis Indonesia di antara negara SEAR adalah
peringkat kelima. Selengkapnya mengenai Tuberkulosis di ASEAN dan SEAR dapat dilihat
pada Lampiran 6.5.

266
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

2. Flu Burung (Avian Influenza)

Kemunculan strain virus flu burung yang baru pada manusia (strain H5N1) pertama kali
terdeteksi di Hongkong. Akibatnya sebanyak 18 orang harus dirawat di rumah sakit,
dan 6 di antaranya meninggal dunia. Ditemukan fakta pertama kali bahwa virus flu
burung dapat menular langsung dari unggas ke manusia. Sebelum tahun 1997, ilmuwan
meyakini penularan virus influenza dari unggas ke manusia tidak terjadi secara langsung.

Flu burung pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui Vietnam,
3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Sampai
dengan akhir tahun 2012, 6 negara di wilayah ASEAN telah terinfeksi flu burung yaitu
Vietnam, Thailand, Indonesia, Laos, Myanmar dan Kamboja.

GAMBAR 6.18
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT FLU BURUNG
DI NEGARA ASEAN DAN SEAR TAHUN 2003-2012

Sumber: http://www.who.int/influenza/human_animal_interface/EN_GIP_20130426CumulativeNumberH5N1c
ases.pdf (diakses 20 Mei 2013)

Gambar 6.18 memperlihatkan jumlah kasus dan kematian akibat flu burung di wilayah
ASEAN sejak tahun 2003 sampai 2012. Kasus pertama kali menyerang Vietnam dengan
3 korban yang keseluruhannya berakhir pada kematian. Tahun 2004 jumlah kasus
meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian. Pada tahun tersebut selain Vietnam,
Thailand pun telah terinfeksi virus H5N1 ini. Akhir tahun 2005 jumlah penderita dan
negara yang terinfeksi flu burung terus bertambah, 90 orang menjadi korban. Namun
kali ini jumlah kematian dapat ditekan, jika sebelumnya hampir 100% berakhir pada

267
Profil Kesehatan Indonesia 2012

kematian, tahun 2005 dari 90 penderita 38 meninggal (CFR = 42,22%). Semenjak


itu jumlah kasus flu burung terus menurun, namun tidak demikian dengan angka
kematiannya (CFR). Pada tahun 2009 terdapat 27 kasus dari 3 negara di ASEAN dengan
24 kematian (CFR = 88,89%). Tahun 2010, terjadi penurunan CFR menjadi 58,82% (17
kasus dengan 10 kematian), namun meningkat kembali pada tahun 2011 dengan CFR
sebesar 90% (20 kasus dengan 18 kematian) dan turun sedikit pada tahun 2012 menjadi
87,5% (16 kasus dengan 14 kematian).

Penyakit flu burung mulai menyerang manusia di kawasan SEAR pada tahun 2004, yaitu
di Thailand. Negara-negara di SEAR yang terjangkit flu burung sejak 2005 adalah negara-
negara yang juga tergabung dalam ASEAN. Negara-negara tersebut adalah Thailand
dan Indonesia, serta Myanmar pada tahun 2007 dengan 1 kasus. Selain negara SEAR
yang juga negara ASEAN tersebut (Indonesia, Myanmar, dan Thailand), Bangladesh
merupakan satu Negara SEAR yang memiliki kasus flu burung. Sejak munculnya kasus
flu burung tahun 2003, Bangladesh tercatat 2 kali terinfeksi, yaitu 1 kasus pada tahun
2008 dan 2 kasus pada tahun 2011. Selama 2 tahun tersebut, tidak ada kematian akibat
flu burung di Bangladesh. Namun di Indonesia CFR kasus flu burung pada tahun 2012
naik menjadi 100% (9 kasus dengan 9 kematian).

Selengkapnya mengenai kasus dan kematian akibat flu burung (Avian Influenza) di
Negara ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Lampiran 6.7.

268
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

3. Polio

Polio merupakan penyakit yang dapat berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa.
Namun, di antara penyakit-penyakit tersebut terdapat penyakit yang dapat dicegah
dengan melakukan imunisasi, atau biasa disebut dengan PD3I (Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi). Polio merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam
PD3I, sedangkan penyakit lainnya adalah Tuberkulosis, Hepatitis B, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Tetanus Neonatorum, dan Campak. Berikut adalah jumlah kasus polio yang
terjadi di negara ASEAN dan SEAR.
TABEL 6.1
JUMLAH KASUS POLIO
NEGARA ASEAN DAN SEAR TAHUN 2005-2011

Sumber: WHO, (http://apps.who.int/immunization_monitoring/globalsummary)

Sejak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negara-negara di ASEAN, Brunei
Darussalam, Filipina, Malaysia, Singapura dan Vietnam merupakan negara yang sudah
bebas polio di kawasan ASEAN. Pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang
penduduk di kawasan ASEAN, yaitu di Laos. Pada tahun 2005 jumlah kasus polio
mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN yaitu Kamboja
dan Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun
2006 penularan penyakit polio mulai dapat dikendalikan, sehingga hanya ditemukan
4 penderita di kawasan ini, 2 penderita berasal dari Indonesia dan masing-masing 1
penderita berasal dari Kamboja dan Myanmar. Pada tahun 2007, di antara negara-negara
anggota ASEAN, hanya Myanmar yang masih ditemukan kasus polio bahkan jumlahnya
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya ditemukan 1 kasus menjadi 15
kasus.

Indonesia, yang pada tahun 2005 terjadi kejadian luar biasa dengan ditemukannya
349 kasus polio, telah mampu mengendalikan kejadian tersebut sehingga sejak 2007

269
Profil Kesehatan Indonesia 2012

tidak ditemukan lagi kasus polio. Akhirnya pada tahun 2008 hingga 2012 sudah tidak
ditemukan lagi kasus polio di wilayah ASEAN.

Di kawasan SEAR, Thailand, Bhutan, Korea Utara, Maladewa, dan Sri Lanka merupakan
negara yang bebas polio sebelum tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2008 ditemukan
sebanyak 565 kasus dari 2 negara, yaitu India dengan 559 kasus dan Nepal dengan 6
kasus. India mengalami penurunan 36% dari tahun sebelumnya, sementara Nepal
mengalami kenaikan 20%. Tahun 2009 terjadi peningkatan kembali kasus polio di India
menjadi 756 kasus. Namun, tahun 2010 terjadi penurunan tajam menjadi 49 kasus
(India 43 kasus, Nepal 6) diikuti penurunan pada tahun 2011 menjadi 1 kasus polio, dan
pada tahun 2012 tidak ditemukan lagi kasus polio di India.

GAMBAR 6.19
JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2004-2012

Sumber: WHO vaccine-preventable disease monitoring system, 2012 global summary (http://apps.who.int/immunization_
monitoring/globalsummary/)

Jika dibandingkan dengan kawasan ASEAN, jumlah seluruh kejadian polio di kawasan
SEAR cukup tinggi dan terjadi kenaikan hingga tahun 2007. Tingginya angka kejadian ini
karena kontribusi jumlah kasus yang sangat besar oleh India yang merupakan salah satu
dari 4 negara endemis polio. Walau sempat turun dan kembali naik di tahun 2009, tahun
2010 kasus polio di India menurun tajam dan nyaris hilang di tahun 2011 dan menjadi
0 kasus pada tahun 2012.

270
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

4. Campak
Penyakit campak dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk kebutaan, ensefalitis,
diare parah, infeksi telinga dan radang paru-paru, terutama pada anak yang kekurangan
gizi serta orang-orang dengan daya tahan tubuh rendah. Tidak ada pengobatan khusus
untuk penyakit campak dan kebanyakan penderita mengalami kesembuhan dalam 2-3
minggu. Namun, penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi.
Pada tahun 2012, Indonesia merupakan negara ASEAN yang memiliki kasus penyakit
campak terbanyak dengan jumlah 15.489 kasus, sedangkan urutan kedua terbanyak
adalah Thailand dengan 5.197, sedangkan 8 negara ASEAN lainnya memiliki jumlah
lebih sedikit dan tidak lebih dari 3.000 kasus. Brunei Darussalam hanya dengan 1 kasus,
dimana pada tahun 2011 kasus campak yang dilaporkan sebanyak 4 kasus.
Di wilayah SEAR, pada tahun 2012 kasus campak terbanyak ditemukan di India dengan
jumlah total 18.668 kasus. Tiga negara memiliki kasus di bawah 100, yaitu Bhutan
dengan 1 kasus, Timur Leste 15 kasus, dan Sri Lanka dengan 51 kasus. Di antara negara
SEAR, hanya di Maladewa dan Korea Utara yang tidak ditemukan kasus campak.
Bila dibandingkan kasus campak di ASEAN dan SEAR, jumlah kasus campak di Indonesia
adalah yang tertinggi di ASEAN dan penyumbang kedua setelah India untuk kawasan
SEAR.

5. Tetanus Neonatorum
Pada tahun 2012, Tetanus Neonatorum terjadi di 8 negara ASEAN, dengan jumlah kasus
tertinggi di Filipina dan Indonesia yang melebihi 100 orang. Dimana di Thailand dan
Brunei Darussalam dilaporkan tidak ada kasus Tetanus Neonatorum.

Berdasarkan Vaccine-Preventable Disease Monitoring System 2012, tahun 2012 pada


kawasan SEAR jumlah kasus tetanus neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi
kasus di negara lain di kawasan ASEAN, yaitu 653 kasus. Bangladesh menempati urutan
kedua terbesar dengan 109 kasus. Thailand, Bhutan, Maladewa, Korea Utara dan Sri
Lanka dilaporkan tidak memiliki kasus tetanus neonatorum.

Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di negara ASEAN
dan SEAR tahun 2012 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.8.

271
Profil Kesehatan Indonesia 2012

C. UPAYA KESEHATAN
1. Cakupan Imunisasi

Di antara penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak adalah
penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan
faktor penting dalam mengurangi Angka Kematian Balita. Dari 22 tujuan yang disepakati
dalam pertemuan dunia tentang anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan
imunisasi campak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEAR, imunisasi campak
diberikan pada bayi usia 9-12 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan
kepada bayi di antara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak).
Dengan demikian, diasumsikan bayi yang mendapatkan imunisasi campak telah
mendapatkan imunisasi lengkap. Berarti besarnya cakupan imunisasi campak juga
menggambarkan besarnya cakupan bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap.

Jika dibandingkan dengan imunisasi lainnya, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.21,
cakupan imunisasi BCG pada bayi umumnya lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena
jadwal pemberian imunisasi BCG yang relatif lebih awal dibandingkan dengan imunisasi
yang lain, bahkan beberapa negara memberikan imunisasi BCG sesaat setelah bayi
dilahirkan. Pada tahun 2012 cakupan imunisasi BCG tertinggi di antara negara anggota
ASEAN dicapai Brunei Darussalam dan Thailand dengan masing-masing 100% dan
terendah Myanmar 87%. Untuk tahun 2012, Singapura tidak melaporkan cakupan
imunisasinya.

Di kawasan SEAR, 8 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi BCG 90%. Negara-
negara tersebut adalah Thailand, Bangladesh, Bhutan, India, Korea Utara, Maladewa,
Nepal, dan Sri Lanka. Tiga negara belum mencapai target 90%. Timor Leste merupakan
negara dengan cakupan imunisasi BCG terendah yaitu 71%.

Terkait dengan imunisasi campak, pada tahun 2012 sebanyak 4 negara anggota ASEAN
telah mencapai target imunisasi campak yaitu 90%. Negara-negara tersebut adalah
Brunei Darussalam (99%), Thailand (98%), Vietnam (96%), dan Kamboja (93%). Brunei
Darussalam merupakan negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi di ASEAN,
sedangkan yang terendah adalah Laos dengan cakupan imunisasi campak sebesar 72%.
Cakupan imunisasi campak di Indonesia 2012 sebesar 84%. Pada tahun 2011, Singapura
telah mencapai target imunisasi campak, namun untuk tahun 2012 Singapura tidak
melaporkan cakupan imunisasi.

272
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

GAMBAR 6.20
CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN CAMPAK
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012

Sumber : WHO Immunization Summary, 2013: A Statistical Reference Containing Data through 2012

Di kawasan SEAR, 5 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi campak 90%. Negara-
negara tersebut adalah Korea Utara (99%), Sri Lanka (99%), Thailand (98%), Maladewa
(98%), dan Bhutan (95%), sedangkan Timor Leste merupakan negara dengan cakupan
imunisasi campak terendah yaitu 73%. Sedangkan Indonesia berada di urutan kedua
terendah bersama dengan Myanmar dengan cakupan imunisasi sebesar 84%.

Pada tahun 2012, 5 dari 10 negara anggota ASEAN telah mencapai target cakupan
imunisasi polio3 sebesar 90%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Malaysia (100%), Thailand
(99%), Vietnam (97%), dan Kamboja (95%), sedangkan Singapura tidak ada data.
Cakupan imunisasi polio3 terendah adalah Laos dan Indonesia yaitu sebesar 78%.
Menurut sumber yang sama, 7 dari 11 negara di kawasan SEAR telah mencapai cakupan
imunisasi polio3 sebesar 90%. Cakupan imunisasi polio tertinggi adalah Thailand, Korea
Utara, Maladewa, dan Sri Lanka dengan 99% dan terendah adalah Timor Leste dengan
83%.

Hampir di seluruh negara ASEAN dan SEAR imunisasi hepatitis merupakan imunisasi
dasar yang diberikan pada bayi, namun tidak demikian halnya dengan di India, dimana
imunisasi hepatitis bukan merupakan imunisasi dasar. Di kawasan ASEAN persentase
bayi yang mendapat imunisasi hepatitis paling rendah terjadi di Filipina (70%) dan

273
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Indonesia (73%). Sedangkan untuk kawasan SEAR cakupan imunisasi hepatitis3 paling
rendah adalah India (70%) dan Indonesia (73%). Cakupan 5 imunisasi dasar di ASEAN
dan SEAR tahun 2012 lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.9.

2. Pengendalian TB Paru

Pengobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama dalam pengendalian TB


karena dapat memutuskan rantai penularan. Pada 1994 WHO meluncurkan strategi
pengendalian TB untuk diimplementasikan secara internasional, disebut DOTS (Direct
Observed Treatment Short-course). Lima elemen strategi DOTS sebagai berikut: (1)
Komitmen politis yang berkesinambungan; (2) Akses terhadap pemeriksaan mikroskopis
dahak yang berkualitas; (3) Kemoterapi standar jangka pendek untuk semua kasus TB
dengan manajemen kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan;
(4) Keteraturan penyediaan obat yang dijamin kualitasnya; (5) Sistem pencatatan dan
pelaporan yang memungkinkan penilaian hasil pada semua pasien dan penilaian kinerja
keseluruhan program.

WHO telah menetapkan target untuk temuan kasus TB Paru melalui strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course) sebesar 70% dan angka kesembuhan 85%.
Sementara pencapaian secara global temuan kasus untuk semua bentuk TB Paru pada
tahun 2011 adalah 66% (rentang: 64-69%), meningkat dari 53-59% pada tahun 2005
dan 38-43% di tahun 1995. Sedangkan secara global, tingkat keberhasilan pengobatan
(angka kesembuhan) berada pada tingkat tinggi selama beberapa tahun. Pada tahun
2010 (tahun terakhir dimana data hasil pengobatan tersedia), tingkat pencapaian
keberhasilan pengobatan di antara semua kasus baru didiagnosa adalah 85% dan 87%
di antara pasien dengan BTA positif TB paru. Hal tersebut berarti pencapaian indikator
temuan kasus TB paru belum mencapai target dan untuk indikator angka kesembuhan
telah mencapai target.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection
Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati
terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.
Angka penemuan penderita tertinggi di dunia di tahun 2011 adalah di wilayah Amerika
(84%, dengan rentang 79-89%), kemudian wilayah Pasifik Barat (81%, dengan rentang
75-89%), dan wilayah Eropa (73%: rentang 69-78%). Sedangkan angka keberhasilan
(success rate) adalah persentase kasus baru BTA positif yang sembuh plus pengobatan
lengkap di antara kasus baru TB paru BTA positif yang diobati.

274
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

Pada tahun 2010 terdapat 7 negara di kawasan ASEAN telah mencapai target penemuan
penderita yang ditetapkan WHO yaitu 70%, termasuk Indonesia dengan angka penemuan
penderita 78%. Tiga negara ASEAN lainnya belum mencapai target penemuan penderita
penyakit paru karena masih berkisar 32 - 64%. Brunei Darussalam merupakan negara
dengan angka penemuan penderita tertinggi (81%) dan Laos merupakan negara dengan
angka penemuan penderita terendah (32%).

Dari 10 negara-negara di kawasan SEAR (Timor Leste tidak ada data), hampir semua
negara di kawasan SEAR sudah mencapai target penemuan penderita Tuberkulosis.
Negara dengan angka cakupan penemuan tertinggi adalah Korea Utara dengan 110%.
Penemuan penderita tuberkulosis terendah terdapat di Bangladesh dengan cakupan
45%.

Pada tahun 2009 terdapat 5 negara di ASEAN dengan angka kesembuhan mencapai
target (85%). Indonesia termasuk salah satu negara yang mencapai target untuk angka
kesembuhan ini, yaitu 91%. Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura termasuk
negara yang belum mencapai target penyembuhan penderita. Angka kesembuhan
tertinggi dicapai Kamboja dengan 94% dan terendah adalah Malaysia dan Singapura
dengan 80%.

GAMBAR 6.21 GAMBAR 6.22


PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA
ASEAN & SEAR TAHUN 2011 ASEAN & SEAR TAHUN 2010

Sumber: World Health Statistics 2013 Sumber: World Health Statistics 2013

Pada Gambar 6.22 terlihat bahwa 7 negara di kawasan SEAR telah mencapai angka
penyembuhan penderita. Tertinggi dicapai Bangladesh dengan angka kesembuhan
masing-masing 92% dan terendah adalah Thailand dengan angka kesembuhan 85%.
275
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Sementara itu, dari Gambar 6.21 dan 6.22 terlihat bahwa Indonesia telah mencapai
target yang ditetapkan terhadap indikator Success Rate (Angka Kesembuhan), dan telah
mencapai target pada indikator Case Detection Rate (Angka Penemuan Penderita).
Bahkan untuk angka kesembuhan, Indonesia mencapai angka tertinggi ke-2 di kawasan
SEAR setelah Bangladesh.

3. Air Minum Layak dan Sanitasi

Berdasarkan data World Health Statistics, pada tahun 2011 di kawasan ASEAN hanya
negara Singapura dan Malaysia yang persentase penduduknya menggunakan air minum
layak mencapai 100% (Brunei Darussalam tidak ada data), penduduk yang menggunakan
air minum layak yang telah mencapai 80% atau lebih sebanyak 7 negara. Kamboja
merupakan negara dengan persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air
minum layak paling rendah di ASEAN, yaitu hanya 67%. Sedangkan Indonesia bersama-
sama dengan Myanmar menempati urutan ketiga terendah dengan cakupan air minum
layak sebesar 84%.

Pada tahun yang sama, hampir seluruh negara di kawasan SEAR memiliki persentase
penduduk yang menggunakan air minum layak sudah mencapai 80% atau lebih, kecuali
Timor Leste dengan persentase sebesar 69%. Negara dengan persentase tertinggi adalah
Maladewa yaitu 99%.

GAMBAR 6.23
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN AIR MINUM LAYAK
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: World Health Statistics 2013

Sumber: World Health Statistics 2013

276
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

Seperti terlihat pada Gambar 6.23, baik di antara negara-negara ASEAN maupun SEAR,
Indonesia menmpati urutan ketiga terendah penggunaan air minum layak bersama-
sama dengan Myanmar.

Untuk cakupan penduduk yang menggunakan sarana sanitasi layak di kawasan ASEAN
berkisar 33% sampai 100%. Persentase tertinggi adalah Singapura dan terendah adalah
Kamboja, sedangkan Brunei Darussalam tidak ada data. Hanya tiga negara yang memiliki
persentase penduduk menggunakan sarana sanitasi layak yang mencapai 80%, yaitu
Singapura (100%), Malaysia (96%), dan Thailand (93%). Untuk sanitasi layak Indonesia
merupakan negara terendah kedua setelah Kamboja dengan cakupan hanya 59%.

GAMBAR 6.24
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN
SARANA SANITASI LAYAK DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

Sedangkan untuk kawasan SEAR, tiga negara dengan persentase penduduk yang
menggunakan sarana sanitasi layak adalah India (35%), Nepal (38%), dan Timor Leste
(39%). Adapun negara dengan cakupan tertinggi adalah Maladewa sebesar 98%. Jika di
kawasan ASEAN posisi Indonesia ada diperingkat yang rendah, namun jika di bandingkan
dengan negara-negara SEAR posisi Indonesia ada di tengah. Persentase penduduk yang
menggunakan air minum layak dan sarana sanitasi layak di negara ASEAN dan SEAR
tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 6.4.

277
Profil Kesehatan Indonesia 2012

4. Pelayanan Kesehatan Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perdarahan,
preeklampsia, dan infeksi. Selain itu, penyebab kematian ibu secara tidak langsung
antara lain gangguan pada kehamilan seperti Kurang Energi Protein (KEP), Kurang
Energi Kronis (KEK), dan anemia. Angka kematian dan komplikasi dalam kehamilan
dapat dikurangi dengan pemeriksaan kehamilan/ ntenatal Care (ANC) secara teratur,
yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila
terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin. Selain
itu, upaya menurunkan AKI juga pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis
“Empat Pilar Safe Motherhood” dimana 3 diantaranya adalah keluarga berencana,
pelayanan antenatal dan persalinan yang aman.

Kunjungan pemeriksaan kehamilan ibu hamil ke sarana kesehatan minimal 4 kali (K4)
selama kehamilan: 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali
pada trimester ketiga. Menurut World Health Statistics 2013, untuk periode 2005-2012,
dari 7 anggota ASEAN (Laos, Malaysia, dan Singapura tidak ada data), Brunei Darussalam
merupakan negara dengan persentase pemeriksaan ibu hamil (K4) tertinggi yaitu
sebesar 100%. Sedangkan yang terendah tercatat di Myanmar yaitu sebesar 43%. Untuk
kawasan SEAR cakupan pemeriksaaan ibu hamil (K4) tertinggi dicapai oleh Korea Utara
yaitu sebesar 94%, diikuti oleh Sri Lanka (93%), dan yang terendah adalah Bangladesh
sebesar 23 %. Indonesia dengan persentase 82% berada pada peringkat ke-2 tertinggi
dari 10 negara untuk pemeriksaan ibu hamil (K4).
Cakupan pertolongan persalinan di negara ASEAN bervariasi dengan cakupan tertinggi
di Brunei Darussalam dan Singapura masing-masing sebesar 100% dan yang terendah
di Laos dengan cakupan 37%. Indonesia dengan cakupan salinakes 80% berada pada
peringkat ke-5 dari 10 negara. Untuk kawasan SEAR cakupan salinakes tertinggi dicapai
oleh Korea Utara sebesar 100% dan yang terendah di Bangladesh sebesar 26%. Sama
halnya dengan ASEAN, di kawasan SEAR, Indonesia juga menempati peringkat ke-5
tertinggi untuk cakupan salinakes.
Persentase peserta KB aktif pada wanita subur tahun 2012 di negara anggota ASEAN
(Brunei Darussalam dan Malaysia tidak ada data) yang tertinggi dicapai oleh Thailand
dengan cakupan sebesar 80%, untuk all methods dan 77% untuk modern methods dan
yang terendah di Timor Leste sebesar 21% untuk modern methods dan 22% untuk
all methods. Indonesia dengan cakupan peserta KB aktif sebesar 57% untuk modern
methods dan 61% untuk all methods berada pada peringkat ke-4 dari 10 negara ASEAN.
Sedangkan di antara negara- negara SEAR, Indonesia berada pada peringkat ke-6 untuk

278
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

cakupan peserta KB aktif all methods. Untuk negara-negara anggota SEAR cakupan
peserta KB aktif tertinggi dicapai oleh Thailand sebesar 77% dan yang terendah di Timor
Leste sebesar 21%.

D. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayan kesehatan yang disajikan dalam lampiran 6.11 lebih kepada pembelanjaan
atau pengeluaran kesehatan, baik dari sektor pemerintah maupun swasta. Pengeluaran
pemerintah dalam hal ini mencakup pengeluaran untuk jaminan kesehatan masyarakat
(social secutiry expenditure), sedangkan pengeluaran swasta mencakup pengeluaran
pribadi (out-of-pocket expenditure) dan pengeluaran yang berkaitan dengan asuransi,
baik untuk pembayaran premi maupun untuk perawatan kesehatan.

Data yang komprehensif dan konsisten untuk pembiayan kesehatan adalah yang
dihasilkan dari Perhitungan Kesehatan Nasional (National Health Account). NHA merekam
aliran dana mulai dari sumber ke para pengambil keputusan, penyedia pelayanan
kesehatan dan penerima manfaat, namun tidak semua negara mempertahankan atau
memperbaharui NHAnya.

GAMBAR 6.25
PERSENTASE PENGELUARAN KESEHATAN
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2010

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

279
Profil Kesehatan Indonesia 2012

Gambar 6.25 menunjukkan persentase pengeluaran kesehatan yang bersumber dari


pemerintah di Myanmar (12%) adalah terendah di antara negara ASEAN lainnya.
Berbeda dengan Brunei Darussalam yang pengeluaran kesehatannya 85% bersumber
dari pemerintah dan hanya 15% yang bersumber dari swasta. Indonesia berada pada
peringkat kelima terendah bersama dengan Filipina yang hanya 36% pengeluaran
kesehatan bersumber dari pemerintah dan 64% bersumber swasta.

Di antara negara SEAR, Bhutan merupakan negara tertinggi yang pengeluaran


kesehatannya bersumber dari pemerintah yaitu 85%. Sedangkan tiga negara dengan
pengeluaran kesehatan bersumber dari pemerintah paling rendah di SEAR adalah
Myanmar (12%), India (28%), dan Indonesia (36%). Semakin besar pengeluaran
kesehatan yang bersumber dari pemerintah dibandingkan dengan yang bersumber dari
swasta, dapat disimpulkan bahwa sistem jaminan kesehatan di negara tersebut sudah
berjalan baik.

Data selengkapnya mengenai pengeluaran kesehatan di negara ASEAN dan SEAR dapat
dilihat pada lampiran 6.11.

E. STATUS GIZI
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs
adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri,
yaitu berat badan per umur (BB/U) atau underweight, tinggi badan per umur (TB/U)
atau stunting, dan berat badan per tinggi badan (BB/TB) atau wasting. Underweight
mengindikasikan masalah gizi secara umum karena berat badan berkorelasi positif
dengan umur dan tinggi badan; stunting merupakan masalah gizi yang sifatnya kronis
sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama dan mengindikasikan malnutrisi; dan
wasting merupakan masalah gizi bersifat akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi
dalam waktu yang tidak lama (wabah penyakit, kelaparan).Gambar 6.26 menunjukkan
prevalensi balita menurut status gizi stunting di 10 negara ASEAN dan 11 negara SEAR.
Tiga angka prevalensi stunting tertinggi di ASEAN adalah Laos (48%), Kamboja (40%),
dan Indonesia (36%). Sedangkan Brunei Darussalam tidak melaporkan data prevalensi
menurut status gizi. Untuk kawasan SEAR prevalensi stunting terbanyak terdapat di
Timor Leste (58), diikuti Laos dan India (masing-masing 48) serta Nepal (41).

280
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

Stunting seringkali dikaitkan dengan masalah kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola
asuh/makan yang memiliki hubungan erat dengan malnutrisi. Singapura dan Thailand
merupakan negara dengan prevalensi stunting terendah di ASEAN dan SEAR dan jika
dikaitkan dengan Gross National Income (GNI) per kapita, maka Singapura memiliki
GNI tertinggi di ASEAN dan Thailand memiliki GNI tertinggi di SEAR. Data selengkapnya
mengenai prevalensi balita menurut status gizi di negara ASEAN dan SEAR dapat dilihat
pada lampiran 6.12.

GAMBAR 6.26
PREVALENSI BALITA STUNTING
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2007-2011

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013



281
Profil Kesehatan Indonesia 2012

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2009. Analisis dan Perhitungan Tingkat Kemiskinan 2009. BPS,
Jakarta
________. 2011. Hasil Sensus Penduduk 2010, Data Agregat Per Provinsi. BPS, Jakarta.
________. 2011. Data Strategis BPS. BPS, Jakarta.
________. 2011. Statistik Indonesia 2011. BPS, Jakarta.
________. 2012. Indeks Pembangungan Manusia 2010-2011. BPS, Jakarta.
________. 2012. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011. BPS, Jakarta.
________. 2012. Statistik Indonesia 2012. BPS, Jakarta.
________. 2012. Berita Resmi Statistik, BPS, No. 75/11/Th. XV, 5 November 2012. BPS,
Jakarta.
________. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia,
November 2012. BPS, Jakarta.
________. 2013. Berita Resmi Statistik, BPS, No. 14/02/Th. XVI, 5 Februari 2013. BPS,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik dan Macro International. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007. Calverton, Maryland, USA.
Badan Pusat Statistik, BKKBN, Kemenkes RI, Measure DHS. 2012. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012. Calverton, Maryland, USA.
Bank Dunia, 2000. Rangkuman Pembangunan Berperspektif Gender (Melalui Kesetaraan
Gender dalam hak, sumber daya dan Kebebasan Berpendapat).
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar. 2011. Data 101 Puskesmas Prioritas Nasional
DTPK Tahun 2007-2010 Edisi 5. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Dalam Negeri. 2011. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun
2011 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. Kementerian
Dalam Negeri, Jakarta.
Kementerian Dalam Negeri RI. 2010. Pedoman Pengembangan Puskesmas Mampu
Tatalaksana Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
___________. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/
MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
___________. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007, Laporan Nasional 2007. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.

282
DAFTAR PUSTAKA

___________. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS Indonesia Tahun
2010. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
___________. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/
MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
___________. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/
MENKES/PER/VI/2010 Tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
___________. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Kader Kesehatan Kerja.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2010. Peraturan Presiden
Nomor 5 tahun 2010, Tentang RPJMN 2010 – 2014. Jakarta.
Pusat Data dan Informasi. 2011. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan
Kesehatan 2011-2014. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
The United Nations Development Programme. 2013. Human Development Report
2012/2013. UNDP, New York.
The UN-Inter Agency Group for Child Mortality Estimates (IGME), 2011
UNAIDS, WHO. 2012. Global report: UNAIDS report on the global AIDS 2012. UNAIDS,
Geneva
UNICEF. 2013. The State of the World’s Children 2013. UNICEF, New York.
UNICEF. 2012. The State of the World’s Children 2012. UNICEF/WHO, New York.
UNICEF.2013. Immunization Summary: A Statistical Reference Containing Data Through
2011 (The 2012 Edition). UNICEF/WHO, New York.
USAID, 2012. World Population Data Sheet 2012. Population Reference Bureau.
USAID, 2012. The World’s Youth Data Sheet 2012. Population Reference Bureau.
WHO, 2012. Global Tuberculosis Report 2012.
WHO. 2013. World Health Statistics 2012. WHO Press, Geneva.
WHO. 2013. WHO Vaccine – Preventable Disease, Monitoring System 2013. WHO, New
York. (http://apps.who.int/immunization_monitoring/globalsummary/).
http://hdr.undp.org/en/statistics/indices/gdi_gem/
www.who.int. 2010. Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian Influenza
A (H5N1) Reported to WHO 13 May 2011 (http://www.who.int/csr/disease/
avian_influenza/country/cases_table_2011_05_13/en/index.html) diakses 20
Mei 2013.
www.bps.go.id. 2012. www.bps.go.id /brs_file/naker_07mei2012.pdf

283
LAMPIRAN

284
LAMPIRAN
Bab 2. Gambaran Umum DAN Perilaku Penduduk

285
Lampiran 2.1

PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Pembagian Wilayah
No Provinsi Kabupaten Kota Kabupaten + Kota Kecamatan Kelurahan Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Aceh 18 5 23 286 108 6.321


2 Sumatera Utara 25 8 33 414 662 5.025
3 Sumatera Barat 12 7 19 176 303 711
4 Riau 10 2 12 154 203 1.426
5 Jambi 9 2 11 128 153 1.253
6 Sumatera Selatan 11 4 15 223 371 2.755
7 Bengkulu 9 1 10 123 148 1.300
8 Lampung 12 2 14 206 174 2.249
9 Kepulauan Bangka Belitung 6 1 7 44 61 300
10 Kepulauan Riau 5 2 7 59 133 218
11 DKI Jakarta 1 5 6 44 267 -
12 Jawa Barat 17 9 26 625 636 5.227
13 Jawa Tengah 29 6 35 573 769 7.820
14 DI Yogyakarta 4 1 5 78 46 392
15 Jawa Timur 29 9 38 662 782 7.741
16 Banten 4 4 8 154 262 1.273
17 Bali 8 1 9 57 80 634

286
18 Nusa Tenggara Barat 8 2 10 116 136 826
19 Nusa Tenggara Timur 20 1 21 293 313 2.612
20 Kalimantan Barat 12 2 14 175 89 1.869
21 Kalimantan Tengah 13 1 14 131 130 1.339
22 Kalimantan Selatan 11 2 13 151 142 1.842
23 Kalimantan Timur 10 4 14 140 215 1.245
24 Sulawesi Utara 11 4 15 156 327 1.307
25 Sulawesi Tengah 10 1 11 149 147 1.593
26 Sulawesi Selatan 21 3 24 304 768 2.187
27 Sulawesi Tenggara 10 2 12 204 345 1.626
28 Gorontalo 5 1 6 70 72 628
29 Sulawesi Barat 5 0 5 69 63 507
30 Maluku 9 2 11 77 33 869
31 Maluku Utara 7 2 9 112 112 950
32 Papua Barat 10 1 11 160 78 1.295
33 Papua 28 1 29 381 88 3.909
Indonesia 399 98 497 6.694 8.216 69.249
Sumber: Kementerian Dalam Negeri
Keterangan : Berdasarkan PP Nomor 66 Tahun 2011
Lampiran 2.2

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012

No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Laki-Laki dan Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5)

1 0-4 12.013.416 11.347.353 23.360.769


2 5-9 12.334.850 11.618.500 23.953.350
3 10 - 14 12.013.883 11.352.480 23.366.363
4 15 - 19 10.932.786 10.572.292 21.505.078
5 20 - 24 10.182.491 10.299.748 20.482.239
6 25 - 29 10.949.621 10.997.475 21.947.096
7 30 - 34 10.247.657 10.176.664 20.424.321
8 35 - 39 9.617.569 9.441.818 19.059.387

287
9 40 - 44 8.572.458 8.447.779 17.020.237
10 45 - 49 7.243.964 7.218.344 14.462.308
11 50 - 54 6.042.080 5.865.836 11.907.916
12 55 - 59 4.532.578 4.169.306 8.701.884
13 60 - 64 3.015.058 3.225.212 6.240.270
14 65 - 69 2.291.916 2.542.754 4.834.670
15 70 - 74 1.577.496 1.982.630 3.560.126
16 75+ 1.654.652 2.295.131 3.949.783
Jumlah 123.222.475 121.553.322 244.775.797
Sumber: Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010
Lampiran 2.3

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN RASIO JENIS KELAMIN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No Provinsi Laki-Laki Perempuan Laki-Laki dan Perempuan Rasio Jenis Kelamin

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Aceh 2.306.988 2.305.385 4.612.373 100,1


2 Sumatera Utara 6.618.439 6.636.243 13.254.682 99,7
3 Sumatera Barat 2.465.519 2.506.643 4.972.162 98,4
4 Riau 3.056.729 2.878.701 5.935.430 106,2
5 Jambi 1.660.265 1.588.747 3.249.012 104,5
6 Sumatera Selatan 3.928.922 3.791.123 7.720.045 103,6
7 Bengkulu 904.705 866.625 1.771.330 104,4
8 Lampung 4.008.917 3.780.706 7.789.623 106,0
9 Kepulauan Bangka Belitung 673.864 626.019 1.299.883 107,6
10 Kepulauan Riau 947.565 899.901 1.847.466 105,3
11 DKI Jakarta 5.002.726 4.866.964 9.869.690 102,8
12 Jawa Barat 22.721.222 21.934.564 44.655.786 103,6
13 Jawa Tengah 16.191.455 16.395.133 32.586.588 98,8
14 DI Yogyakarta 1.741.716 1.784.154 3.525.870 97,6
15 Jawa Timur 18.764.033 19.242.380 38.006.413 97,5
16 Banten 5.738.410 5.480.677 11.219.087 104,7
17 Bali 2.043.334 2.012.026 4.055.360 101,6

288
18 Nusa Tenggara Barat 2.231.575 2.369.455 4.601.030 94,2
19 Nusa Tenggara Timur 2.420.123 2.454.215 4.874.338 98,6
20 Kalimantan Barat 2.284.456 2.186.938 4.471.394 104,5
21 Kalimantan Tengah 1.193.101 1.096.350 2.289.451 108,8
22 Kalimantan Selatan 1.906.911 1.861.302 3.768.213 102,5
23 Kalimantan Timur 2.013.804 1.811.005 3.824.809 111,2
24 Sulawesi Utara 1.187.477 1.139.039 2.326.516 104,3
25 Sulawesi Tengah 1.401.494 1.334.249 2.735.743 105,0
26 Sulawesi Selatan 4.011.358 4.203.421 8.214.779 95,4
27 Sulawesi Tenggara 1.166.693 1.157.158 2.323.851 100,8
28 Gorontalo 544.175 542.331 1.086.506 100,3
29 Sulawesi Barat 611.443 608.791 1.220.234 100,4
30 Maluku 817.612 801.177 1.618.789 102,1
31 Maluku Utara 556.358 532.436 1.088.794 104,5
32 Papua Barat 431.339 385.647 816.986 111,8
33 Papua 1.669.747 1.473.817 3.143.564 113,3
Indonesia 123.222.475 121.553.322 244.775.797 101,4
Sumber: Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010
Lampiran 2.4

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Kepadatan Penduduk
No Provinsi Laki-Laki Perempuan Laki-Laki dan Perempuan
(Jiwa per Km2)
(1) ( 2) (3) ( 4) (5) ( 6)

1 Aceh 2.306.988 2.305.385 4.612.373 79,58


2 Sumatera Utara 6.618.439 6.636.243 13.254.682 181, 62
3 Sumatera Barat 2.465.519 2.506.643 4. 972. 162 118, 35
4 Riau 3.056.729 2.878.701 5.935.430 68,20
5 Jambi 1.660.265 1.588.747 3.249.012 64,90
6 Sumatera Selatan 3.928.922 3.791.123 7. 720. 045 84,29
7 Bengkulu 904.705 866.625 1.771.330 88,93
8 Lampung 4.008.917 3.780.706 7.789.623 224,98
9 Kepulauan Bangka Belitung 673.864 626.019 1. 299. 883 79,15
10 Kepulauan Riau 947.565 899.901 1. 847. 466 225, 25
11 DKI Jakarta 5.002.726 4.866.964 9.869.690 14.863,77
12 Jawa Barat 22.721.222 21.934.564 44.655.786 1. 262, 26
13 Jawa Tengah 16.191.455 16.395.133 32.586.588 993,47

289
14 DI Yogyakarta 1.741.716 1.784.154 3.525.870 1.125,34
15 Jawa Timur 18.764.033 19.242.380 38.006.413 795,12
16 Banten 5.738.410 5.480.677 11.219.087 1.161,05
17 Bali 2.043.334 2.012.026 4.055.360 701,61
18 Nusa Tenggara Barat 2.231.575 2.369.455 4. 601. 030 247, 74
19 Nusa Tenggara Timur 2.420.123 2.454.215 4. 874. 338 100, 05
20 Kalimantan Barat 2.284.456 2.186.938 4. 471. 394 30,35
21 Kalimantan Tengah 1.193.101 1.096.350 2. 289. 451 14,91
22 Kalimantan Selatan 1.906.911 1.861.302 3. 768. 213 97,26
23 Kalimantan Timur 2.013.804 1.811.005 3.824.809 18,70
24 Sulawesi Utara 1.187.477 1.139.039 2. 326. 516 167, 96
25 Sulawesi Tengah 1.401.494 1.334.249 2. 735. 743 44, 24
26 Sulawesi Selatan 4.011.358 4.203.421 8. 214. 779 175, 84
27 Sulawesi Tenggara 1.166.693 1.157.158 2. 323. 851 61,05
28 Gorontalo 544.175 542.331 1.086.506 96,52
29 Sulawesi Barat 611.443 608.791 1. 220. 234 72,69
30 Maluku 817.612 801.177 1.618.789 34,51
31 Maluku Utara 556.358 532.436 1.088.794 34,04
32 Papua Barat 431.339 385.647 816. 986 8, 20
33 Papua 1.669.747 1.473.817 3.143.564 9, 85
Indonesia 123.222.475 121.553.322 244.775.797 127,92
Sumber: Pusdatin, Kemenkes RI, Kemendagri, 2011
Lampiran 2.5

ESTIMASI JUMLAH LAHIR HIDUP, JUMLAH BAYI (0 TAHUN), JUMLAH BATITA (0-2 TAHUN), JUMLAH ANAK BALITA (1 - 4 TAHUN), JUMLAH BALITA (0 - 4 TAHUN) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Lahir Hidup Jumlah Bayi (0 tahun) Jumlah Batita (0-2 tahun) Jumlah Anak Balita (1 - 4 tahun) Jumlah Balita (0 - 4 tahun)
No Provinsi
Laki-laki + Laki-laki + Laki-laki + Laki-laki + Laki-laki +
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Aceh 51.107 48.258 99.365 50.099 47.306 97.405 156.235 147.559 303.794 209.821 198.321 408.142 259.929 245.618 505.547
2 Sumatera Utara 154.013 147.654 301.667 147.893 141.787 289.680 448.678 427.460 876.138 610.825 578.191 1.189.016 758.722 719.972 1.478.694
3 Sumatera Barat 54.479 52.275 106.754 52.313 50.198 102.511 156.320 148.181 304.501 213.015 199.720 412.735 265.362 249.883 515.245
4 Riau 70.397 66.066 136.463 68.304 64.102 132.406 211.971 199.700 411.671 287.187 271.393 558.580 355.503 335.485 690.988
5 Jambi 34.861 33.036 67.897 33.825 32.054 65.879 103.457 98.067 201.524 139.490 132.226 271.716 173.322 164.272 337.594
6 Sumatera Selatan 82.790 78.512 161.302 79.500 75.393 154.893 243.508 230.732 474.240 328.112 310.156 638.268 407.619 385.541 793.160
7 Bengkulu 19.055 18.043 37.098 18.297 17.327 35.624 55.101 52.039 107.140 74.890 70.550 145.440 93.194 87.869 181.063
8 Lampung 82.915 77.416 160.331 79.620 74.340 153.960 235.867 221.932 457.799 308.918 292.008 600.926 388.529 366.352 754.881
9 Kepulauan Bangka Belitung 14.370 13.493 27.863 13.942 13.092 27.034 41.894 39.514 81.408 55.729 52.843 108.572 69.677 65.929 135.606
10 Kepulauan Riau 24.058 22.243 46.301 23.342 21.582 44.924 70.186 65.351 135.537 90.713 85.162 175.875 114.061 106.738 220.799
11 DKI Jakarta 86.499 86.072 172.571 84.792 84.374 169.166 262.111 251.402 513.513 353.192 328.540 681.732 437.881 413.015 850.896
12 Jawa Barat 435.918 413.042 848.960 422.956 400.761 823.717 1.289.546 1.220.661 2.510.207 1.770.820 1.673.748 3.444.568 2.193.789 2.074.497 4.268.286
13 Jawa Tengah 291.844 270.517 562.361 286.086 265.181 551.267 845.209 792.667 1.637.876 1.115.712 1.056.892 2.172.604 1.401.686 1.322.173 2.723.859
14 DI Yogyakarta 27.556 26.240 53.796 27.012 25.723 52.735 82.000 77.374 159.374 107.719 101.087 208.806 134.731 126.809 261.540
15 Jawa Timur 295.680 282.916 578.596 289.846 277.334 567.180 888.393 847.029 1.735.422 1.226.026 1.165.181 2.391.207 1.515.882 1.442.509 2.958.391
16 Banten 111.777 105.520 217.297 107.336 101.327 208.663 334.084 315.195 649.279 462.131 435.616 897.747 569.473 536.940 1.106.413
17 Bali 35.344 32.296 67.640 34.646 31.660 66.306 107.977 99.717 207.694 145.902 136.067 281.969 180.551 167.725 348.276

290
18 Nusa Tenggara Barat 52.655 49.431 102.086 50.563 47.467 98.030 147.035 138.741 285.776 198.749 188.499 387.248 249.317 235.959 485.276
19 Nusa Tenggara Timur 61.967 59.063 121.030 59.505 56.716 116.221 183.324 174.658 357.982 257.511 244.793 502.304 317.025 301.502 618.527
20 Kalimantan Barat 46.556 44.057 90.613 44.705 42.307 87.012 138.855 131.361 270.216 191.138 181.104 372.242 235.850 223.404 459.254
21 Kalimantan Tengah 23.015 21.741 44.756 22.560 21.313 43.873 72.011 68.074 140.085 101.095 95.573 196.668 123.664 116.879 240.543
22 Kalimantan Selatan 40.119 37.742 77.861 38.524 36.243 74.767 114.530 107.618 222.148 152.104 142.829 294.933 190.636 179.062 369.698
23 Kalimantan Timur 43.294 40.824 84.118 42.440 40.019 82.459 130.408 122.770 253.178 174.270 163.636 337.906 216.716 203.648 420.364
24 Sulawesi Utara 20.926 19.904 40.830 20.303 19.313 39.616 62.284 58.812 121.096 86.335 80.801 167.136 106.652 100.101 206.753
25 Sulawesi Tengah 29.601 28.125 57.726 28.424 27.008 55.432 88.981 84.203 173.184 125.822 118.759 244.581 154.259 145.756 300.015
26 Sulawesi Selatan 83.982 80.031 164.013 80.645 76.851 157.496 244.222 231.281 475.503 334.483 315.250 649.733 415.160 392.068 807.228
27 Sulawesi Tenggara 29.062 27.632 56.694 27.907 26.534 54.441 84.065 79.526 163.591 115.573 108.867 224.440 143.489 135.392 278.881
28 Gorontalo 11.427 10.834 22.261 10.973 10.404 21.377 33.648 31.753 65.401 46.229 43.652 89.881 57.211 54.047 111.258
29 Sulawesi Barat 14.375 13.676 28.051 13.804 13.134 26.938 42.936 40.620 83.556 60.761 57.371 118.132 74.575 70.497 145.072
30 Maluku 19.556 18.814 38.370 18.779 18.067 36.846 58.973 56.250 115.223 82.707 78.089 160.796 101.493 96.150 197.643
31 Maluku Utara 12.787 12.312 25.099 12.278 11.824 24.102 39.263 37.656 76.919 55.930 53.410 109.340 68.214 65.229 133.443
32 Papua Barat 10.251 9.696 19.947 9.844 9.311 19.155 30.781 28.963 59.744 41.971 39.375 81.346 51.820 48.681 100.501
33 Papua 25.895 23.513 49.408 25.125 22.814 47.939 96.460 87.009 183.469 157.795 141.283 299.078 182.886 164.141 347.027
Indonesia 2.398.131 2.270.994 4.669.125 2.326.188 2.202.866 4.529.054 7.100.313 6.713.875 13.814.188 9.682.675 9.140.992 18.823.667 12.008.878 11.343.843 23.352.721

Sumber : Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010
Lampiran 2.6

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Penduduk Usia Muda (<15 Tahun) Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun) Jumlah Penduduk Usia Non Produktif (65+ Tahun) Angka Beban
No Provinsi Laki-laki + Laki-laki + Laki-laki + Tanggungan
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (%)
Perempuan Perempuan Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Aceh 757.051 716.925 1.473.976 1.473.920 1.487.547 2.961.467 76.017 100.913 176.930 55,75
2 Sumatera Utara 2.262.771 2.137.881 4.400.652 4.139.041 4.195.825 8.334.866 216.627 302.537 519.164 59,03
3 Sumatera Barat 816.628 767.930 1.584.558 1.534.544 1.568.800 3.103.344 114.347 169.913 284.260 60,22
4 Riau 1.011.331 953.642 1.964.973 1.971.661 1.846.479 3.818.140 73.737 78.580 152.317 55,45
5 Jambi 508.913 482.202 991.115 1.095.619 1.046.468 2.142.087 55.733 60.077 115.810 51,68
6 Sumatera Selatan 1.199.041 1.133.757 2.332.798 2.584.016 2.486.533 5.070.549 145.865 170.833 316.698 52,25
7 Bengkulu 277.999 262.622 540.621 594.207 567.474 1.161.681 32.499 36.529 69.028 52,48
8 Lampung 1.178.195 1.111.482 2.289.677 2.640.593 2.477.710 5.118.303 190.129 191.514 381.643 52,19
9 Kepulauan Bangka Belitung 196.126 186.516 382.642 456.036 413.375 869.411 21.702 26.128 47.830 49,51
10 Kepulauan Riau 279.070 262.280 541.350 649.689 618.290 1.267.979 18.806 19.331 38.137 45,70
11 DKI Jakarta 1.210.389 1.147.001 2.357.390 3.648.656 3.559.212 7.207.868 143.681 160.751 304.432 36,93
12 Jawa Barat 6.702.539 6.344.858 13.047.397 15.053.904 14.481.407 29.535.311 964.779 1.108.299 2.073.078 51,19
13 Jawa Tengah 4.398.660 4.160.302 8.558.962 10.750.889 10.931.159 21.682.048 1.041.906 1.303.672 2.345.578 50,29

291
14 DI Yogyakarta 397.845 375.551 773.396 1.195.784 1.219.594 2.415.378 148.087 189.009 337.096 45,98
15 Jawa Timur 4.785.521 4.544.571 9.330.092 12.831.531 13.142.081 25.973.612 1.146.981 1.555.728 2.702.709 46,33
16 Banten 1.729.349 1.624.427 3.353.776 3.864.253 3.682.616 7.546.869 144.808 173.634 318.442 48,66
17 Bali 542.204 506.352 1.048.556 1.377.138 1.361.002 2.738.140 123.992 144.672 268.664 48,11
18 Nusa Tenggara Barat 734.160 697.284 1.431.444 1.399.507 1.558.884 2.958.391 97.908 113.287 211.195 55,52
19 Nusa Tenggara Timur 933.906 882.644 1.816.550 1.369.742 1.444.484 2.814.226 116.475 127.087 243.562 73,20
20 Kalimantan Barat 729.353 693.137 1.422.490 1.475.441 1.411.964 2.887.405 79.662 81.837 161.499 54,86
21 Kalimantan Tengah 364.080 343.468 707.548 795.840 718.977 1.514.817 33.181 33.905 67.086 51,14
22 Kalimantan Selatan 565.057 530.740 1.095.797 1.284.175 1.251.445 2.535.620 57.679 79.117 136.796 48,61
23 Kalimantan Timur 603.087 565.310 1.168.397 1.364.040 1.200.591 2.564.631 46.677 45.104 91.781 49,14
24 Sulawesi Utara 334.834 312.362 647.196 795.465 753.257 1.548.722 57.178 73.420 130.598 50,22
25 Sulawesi Tengah 467.231 440.521 907.752 885.696 842.801 1.728.497 48.567 50.927 99.494 58,27
26 Sulawesi Selatan 1.303.838 1.231.197 2.535.035 2.516.112 2.709.751 5.225.863 191.408 262.473 453.881 57,19
27 Sulawesi Tenggara 419.029 394.182 813.211 707.289 714.271 1.421.560 40.375 48.705 89.080 63,47
28 Gorontalo 177.979 169.605 347.584 348.958 350.669 699.627 17.238 22.057 39.295 55,30
29 Sulawesi Barat 225.980 213.324 439.304 362.502 368.295 730.797 22.961 27.172 50.133 66,97
30 Maluku 302.149 282.477 584.626 484.337 483.991 968.328 31.126 34.709 65.835 67,17
31 Maluku Utara 199.274 187.750 387.024 341.939 328.151 670.090 15.145 16.535 31.680 62,48
32 Papua Barat 144.240 134.333 278.573 279.582 244.974 524.556 7.517 6.340 13.857 55,75
33 Papua 590.594 511.076 1.101.670 1.061.392 949.168 2.010.560 17.761 13.573 31.334 56,35
Indonesia 36.348.423 34.307.709 70.656.132 81.333.498 80.417.245 161.750.743 5.540.554 6.828.368 12.368.922 51,33

Sumber: Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010
Lampiran 2.7

ESTIMASI JUMLAH WANITA USIA SUBUR (15 - 49 TAHUN), WUS IMUNISASI (15 - 39 TAHUN), IBU HAMIL, IBU BERSALIN
DAN IBU NIFAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Wanita Usia Subur (15 - Jumlah WUS Imunisasi


No Provinsi Jumlah Ibu Hamil Jumlah Ibu Bersalin Jumlah Ibu Nifas
49 tahun) (15 - 39 tahun)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 1.280.946 1.025.872 109.302 104.334 104.334
2 Sumatera Utara 3.529.994 2.739.945 331.834 316.751 316.751
3 Sumatera Barat 1.278.133 979.910 117.429 112.091 112.091
4 Riau 1.634.041 1.319.624 150.110 143.287 143.287
5 Jambi 902.929 715.455 74.687 71.292 71.292
6 Sumatera Selatan 2.119.569 1.667.143 177.433 169.368 169.368
7 Bengkulu 489.639 386.017 40.808 38.953 38.953
8 Lampung 2.100.275 1.624.163 176.364 168.347 168.347
9 Kepulauan Bangka Belitung 350.267 278.652 30.649 29.256 29.256
10 Kepulauan Riau 560.947 477.051 50.931 48.616 48.616
11 DKI Jakarta 3.070.712 2.436.343 189.828 181.199 181.199
12 Jawa Barat 12.183.399 9.421.228 933.856 891.408 891.408
13 Jawa Tengah 8.750.335 6.371.904 618.598 590.480 590.480
14 DI Yogyakarta 961.472 698.647 59.176 56.486 56.486
15 Jawa Timur 10.503.559 7.632.356 636.456 607.526 607.526
16 Banten 3.241.755 2.595.078 239.027 228.162 228.162

292
17 Bali 1.108.986 825.027 74.404 71.022 71.022
18 Nusa Tenggara Barat 1.316.378 1.040.152 112.295 107.191 107.191
19 Nusa Tenggara Timur 1.202.126 930.550 133.133 127.082 127.082
20 Kalimantan Barat 1.201.831 949.829 99.674 95.143 95.143
21 Kalimantan Tengah 631.685 507.237 49.231 46.993 46.993
22 Kalimantan Selatan 1.071.280 834.350 85.647 81.754 81.754
23 Kalimantan Timur 1.057.886 837.510 92.530 88.324 88.324
24 Sulawesi Utara 607.406 451.712 44.913 42.872 42.872
25 Sulawesi Tengah 719.979 565.677 63.498 60.612 60.612
26 Sulawesi Selatan 2.244.613 1.731.936 180.414 172.213 172.213
27 Sulawesi Tenggara 614.905 494.599 62.363 59.528 59.528
28 Gorontalo 294.832 229.151 24.487 23.374 23.374
29 Sulawesi Barat 314.390 251.153 30.857 29.454 29.454
30 Maluku 409.375 324.438 42.207 40.289 40.289
31 Maluku Utara 283.578 229.825 27.609 26.354 26.354
32 Papua Barat 217.970 177.480 21.942 20.945 20.945
33 Papua 878.155 722.055 54.349 51.879 51.879
Indonesia 67.133.347 51.472.069 5.136.041 4.902.585 4.902.585
Sumber: Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010
Lampiran 2.8

ESTIMASI JUMLAH ANAK PRA SEKOLAH, JUMLAH ANAK USIA KELAS 1 SD/SETINGKAT, DAN JUMLAH ANAK USIA SD/SETINGKAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Anak Prasekolah (5-6 tahun) Jumlah Anak Usia Kelas 1 SD/Setingkat (7 Tahun) Jumlah Anak Usia SD/Setingkat (7 - 12 Tahun)
No Provinsi Laki-laki + Laki-laki + Laki-laki +
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Perempuan Perempuan Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 96.181 91.042 187.223 49.736 47.082 96.818 302.432 286.271 588.703
2 Sumatera Utara 305.898 287.814 593.712 153.165 144.002 297.167 904.341 850.772 1.755.113
3 Sumatera Barat 110.027 102.478 212.505 55.261 51.538 106.799 332.914 311.882 644.796
4 Riau 141.148 133.351 274.499 69.193 65.261 134.454 393.587 370.880 764.467
5 Jambi 68.316 64.659 132.975 34.390 32.523 66.913 202.764 191.932 394.696
6 Sumatera Selatan 161.777 152.027 313.804 80.932 76.002 156.934 475.622 449.584 925.206
7 Bengkulu 37.152 34.907 72.059 18.541 17.431 35.972 111.457 105.313 216.770
8 Lampung 149.873 141.003 290.876 76.588 71.884 148.472 476.680 450.617 927.297
9 Kepulauan Bangka Belitung 26.922 25.657 52.579 13.439 12.821 26.260 76.086 72.685 148.771
10 Kepulauan Riau 40.902 38.714 79.616 19.072 18.035 37.107 98.008 92.086 190.094
11 DKI Jakarta 165.579 153.785 319.364 82.860 77.798 160.658 467.628 439.557 907.185
12 Jawa Barat 893.229 842.445 1.735.674 457.785 431.848 889.633 2.726.602 2.581.385 5.307.987
13 Jawa Tengah 556.936 529.287 1.086.223 290.702 275.638 566.340 1.814.750 1.719.924 3.534.674
14 DI Yogyakarta 51.304 48.455 99.759 26.185 24.825 51.010 157.714 148.688 306.402

293
15 Jawa Timur 618.128 586.102 1.204.230 322.937 306.044 628.981 1.979.965 1.874.743 3.854.708
16 Banten 226.057 212.577 438.634 116.005 108.900 224.905 705.441 660.572 1.366.013
17 Bali 72.536 68.062 140.598 37.291 34.969 72.260 221.370 207.452 428.822
18 Nusa Tenggara Barat 94.152 89.536 183.688 48.884 46.422 95.306 296.347 281.256 577.603
19 Nusa Tenggara Timur 135.150 127.535 262.685 65.349 61.482 126.831 370.885 349.120 720.005
20 Kalimantan Barat 99.452 94.708 194.160 51.188 48.802 99.990 300.901 286.066 586.967
21 Kalimantan Tengah 50.308 47.430 97.738 25.622 24.125 49.747 147.010 138.541 285.551
22 Kalimantan Selatan 76.265 71.614 147.879 39.520 37.104 76.624 228.008 213.903 441.911
23 Kalimantan Timur 83.587 78.079 161.666 41.395 38.629 80.024 233.481 218.599 452.080
24 Sulawesi Utara 47.845 44.252 92.097 23.864 22.044 45.908 136.668 127.090 263.758
25 Sulawesi Tengah 68.002 64.156 132.158 33.902 31.981 65.883 191.304 179.949 371.253
26 Sulawesi Selatan 173.365 163.176 336.541 90.528 85.251 175.779 547.359 515.386 1.062.745
27 Sulawesi Tenggara 58.504 54.942 113.446 28.822 27.048 55.870 167.205 156.645 323.850
28 Gorontalo 25.801 24.631 50.432 12.522 12.002 24.524 72.235 68.984 141.219
29 Sulawesi Barat 31.871 30.208 62.079 16.055 15.225 31.280 92.438 86.972 179.410
30 Maluku 42.647 39.666 82.313 21.141 19.585 40.726 122.081 113.191 235.272
31 Maluku Utara 28.770 27.246 56.016 13.908 13.106 27.014 78.652 73.427 152.079
32 Papua Barat 20.559 19.285 39.844 9.791 9.172 18.963 55.868 51.727 107.595
33 Papua 79.854 70.427 150.281 41.212 35.914 77.126 256.310 217.348 473.658
Indonesia 4.838.097 4.559.256 9.397.353 2.467.785 2.324.493 4.792.278 14.744.113 13.892.547 28.636.660
Sumber: Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010
Lampiran 2.9

INDIKATOR KONSUMSI TERPILIH DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2012

2007 2008 2009 2010 2011 2012


No Indikator
Maret September Maret
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

I Rata-rata Pendapatan Per Kapita

1 Persentase pengeluaran rumahtangga untuk makanan 49,24 50,17 50,62 51,43 49,45 48,46 51,08
2 Persentase pengeluaran rumahtangga untuk bukan makanan 50,76 49,83 49,38 48,57 50,55 51,54 48,92
II Distribusi Pendapatan

1 40 % penduduk dengan pendapatan terendah 19,10 19,56 21,22* 18,05* 16,85* 17,67* 16,98*
2 40 % penduduk dengan pendapatan menengah 36,11 35,67 37,54* 36,48* 34,73* 35,89* 34,41*
3 20 % penduduk dengan pendapatan tertinggi 44,79 44,77 41,24* 45,47* 48,42* 46,45* 48,61*
III Gini Indeks 0,36 0,35 0,37* 0,38* 0,41* 0,39* 0,41*
IV Rata-Rata Konsumsi Kalori Per Kapita Sehari

1 Tanpa makanan jadi 1.768,87 1.748,32 1.649,17 1.651,77 1.647,67 1.586,82 1.587,09
2 Dengan makanan jadi 2.014,91 2.038,17 1.927,63 1.925,61 1.952,01 1.852,84 1.852,64
IV Rata-Rata Konsumsi Protein Per Kapita Sehari

1 Tanpa makanan jadi 50,33 49,14 46,25 46,99 47,25 45,41 45,21
2 Dengan makanan jadi 57,66 57,49 54,35 55,01 56,25 53,12 53,14
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional , Modul Konsumsi 1999, 2002 dan 2005 (2003, 2004 dan 2006 hanya mencakup panel 10.000 rumahtangga, sedangkan 2007, 2008, 2009, dan 2010 mencakup panel 68.800 rumah tangga),

294
Tahun 2011-2012 merupakan data Susenas Triwulan I dan Triwulan III (Maret dan September ) dengan sampel 75.000 rumah tangga.

Keterangan : * Dihitung dengan menggunakan data individu bukan data kelompok pengeluaran seperti pada tahun sebelumnya.
Lampiran 2.10

INDEKS GINI MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012

Tahun
No Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Aceh 0,27 0,29 0,30 0,33 0,32


2 Sumatera Utara 0,31 0,32 0,35 0,35 0,33
3 Sumatera Barat 0,29 0,30 0,33 0,35 0,36
4 Riau 0,31 0,33 0,33 0,36 0,40
5 Jambi 0,28 0,27 0,30 0,34 0,34
6 Sumatera Selatan 0,30 0,31 0,34 0,34 0,40
7 Bengkulu 0,33 0,30 0,37 0,36 0,35
8 Lampung 0,35 0,35 0,36 0,37 0,36
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,26 0,29 0,30 0,30 0,29
10 Kepulauan Riau 0,30 0,29 0,29 0,32 0,35
11 DKI Jakarta 0,33 0,36 0,36 0,44 0,42
12 Jawa Barat 0,35 0,36 0,36 0,41 0,41
13 Jawa Tengah 0,31 0,32 0,34 0,38 0,38
14 DI Yogyakarta 0,36 0,38 0,41 0,40 0,43

295
15 Jawa Timur 0,33 0,33 0,34 0,37 0,36
16 Banten 0,34 0,37 0,42 0,40 0,39
17 Bali 0,30 0,31 0,37 0,41 0,43
18 Nusa Tenggara Barat 0,33 0,35 0,40 0,36 0,35
19 Nusa Tengara Timur 0,34 0,36 0,38 0,36 0,36
20 Kalimantan Barat 0,31 0,32 0,37 0,40 0,38
21 Kalimantan Tangah 0,29 0,29 0,30 0,34 0,33
22 Kalimantan Selatan 0,33 0,35 0,37 0,37 0,38
23 Kalimantan Timur 0,34 0,38 0,37 0,38 0,36
24 Sulawesi Utara 0,28 0,31 0,37 0,39 0,43
25 Sulawesi Tengah 0,33 0,34 0,37 0,38 0,40
26 Sulawesi Selatan 0,36 0,39 0,40 0,41 0,41
27 Sulawesi Tenggara 0,33 0,36 0,42 0,41 0,40
28 Gorontalo 0,34 0,35 0,43 0,46 0,44
29 Sulawesi Barat 0,31 0,30 0,36 0,34 0,31
30 Maluku 0,31 0,31 0,33 0,41 0,38
31 Maluku Utara 0,33 0,33 0,34 0,33 0,34
32 Papua Barat 0,31 0,35 0,38 0,40 0,43
33 Papua 0,40 0,38 0,41 0,42 0,44
Indonesia 0,35 0,37 0,38 0,41 0,41
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
Keterangan : Indeks Gini adalah suatu koefisien yang menunjukkan tingkat ketimpangan atau kemerataan distribusi pendapatan, nilai koefisien adalah 0 - 1
Nilai 0 menunjukkan distribusi yang sangat merata dan nilai 1 menunjukkan distribusi yang timpang
Lampiran 2.12

PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENURUT KELOMPOK BARANG
DAN GOLONGAN PENGELUARAN PER KAPITA SEBULAN TAHUN 2011

Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan (Rp) Rata-rata per


No Kelompok Barang Kurang dari 100.000 - 150.000 - 200.000 - 300.000 - 500.000 - 750.000 - 1.000.000 dan Kapita
100.000 149.999 199.999 299.999 499.999 749.999 999.999 lebih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

A Makanan
1 Padi-padian 30.722 34.737 39.717 43.536 45.574 46.818 46.100 42.470 44.427
2 Umbi-umbian 4.708 2.801 2.420 2.453 2.707 3.319 4.020 3.884 3.008
3 Ikan 4.322 6.740 8.633 12.849 21.329 32.327 41.132 47.878 25.369
4 Daging 761 1.039 1.472 3.144 7.017 13.704 20.366 30.581 10.972
5 Telur dan susu 668 1.965 3.994 6.390 11.705 20.456 29.242 45.345 17.106
6 Sayur-sayuran 7.753 10.042 13.431 18.130 24.168 31.013 35.268 36.102 25.563
7 Kacang-kacangan 1.060 2.894 4.478 6.132 7.415 8.524 9.373 9.641 7.500
8 Buah-buahan 1.491 1.935 2.653 4.232 8.132 15.269 22.898 35.561 12.759
9 Minyak dan lemak 3.270 4.292 5.824 7.869 10.852 13.925 15.502 15.959 11.342
10 Bahan minuman 3.860 4.907 6.611 8.334 10.180 12.265 13.424 14.870 10.681
11 Bumbu-bumbuan 1.575 2.137 2.958 4.007 5.680 7.799 9.187 9.786 6.268
12 Konsumsi lainnya 1.239 1.970 2.917 4.042 5.778 7.854 9.193 10.372 6.381
13 Makanan dan minuman jadi 2.106 9.053 15.876 27.839 53.635 93.167 136.995 236.313 81.536
14 Tembakau dan sirih 3.657 6.857 10.929 16.856 28.507 39.872 47.726 48.764 30.647
Jumlah Makanan 67.194 91.369 121.913 165.813 242.679 346.312 440.428 587.528 293.556

296
B Bukan Makanan
1 Perumahan, bahan bakar, penerangan, air 14.638 22.257 29.017 41.293 69.946 121.647 181.739 388.236 118.218
2 Aneka barang dan jasa 4.333 8.077 12.684 20.399 36.393 62.293 96.477 249.085 66.757
3 Biaya pendidikan 2.226 5.088 6.093 8.104 12.446 19.714 29.747 76.351 21.580
4 Biaya kesehatan 1.038 1.701 2.973 4.646 8.136 14.623 24.995 77.834 18.075
5 Pakaian, alas kaki dan tutup kepala 988 1.671 2.724 3.984 6.960 12.613 19.657 38.961 11.987
6 Barang yang tahan lama 161 899 1.217 2.513 6.666 19.508 45.759 282.317 44.657
7 Pajak pemakaian dan premi asuransi 309 605 1.168 1.931 3.599 7.064 12.315 47.194 9.731
8 Keperluan pesta dan upacara 212 545 583 943 1.968 5.088 10.376 52.561 9.101
Jumlah Bukan Makanan 23.905 40.843 56.459 83.812 146.114 262.549 421.064 1.212.540 300.108
Jumlah Total 91.099 132.212 178.373 249.625 388.793 608.862 861.492 1.800.068 593.664
Sumber : Statistik Indonesia 2012, BPS
Lampiran 2.13

PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN
MENURUT KELOMPOK BARANG TAHUN 2010 - 2011

Makanan Non Makanan


No Provinsi 2010 2011 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Aceh 61,03 59,43 38,97 40,57


2 Sumatera Utara 53,47 56,03 46,53 43,97
3 Sumatera Barat 56,87 55,96 43,13 44,04
4 Riau 52,95 51,14 47,05 48,86
5 Jambi 56,34 55,25 43,66 44,75
6 Sumatera Selatan 56,97 57,86 43,03 42,14
7 Bengkulu 54,58 55,37 45,42 44,63
8 Lampung 53,42 53,35 46,58 46,65
9 Kepulauan Bangka Belitung 53,37 53,16 46,63 46,84
10 Kepulauan Riau 53,68 47,66 46,32 52,34
11 DKI Jakarta 38,94 33,76 61,06 66,24
12 Jawa Barat 52,33 48,89 47,67 51,11

297
13 Jawa Tengah 51,79 49,53 48,21 50,47
14 DI Yogyakarta 44,05 44,21 55,95 55,79
15 Jawa Timur 52,24 50,52 47,76 49,48
16 Banten 46,09 47,35 53,91 52,65
17 B a l i 44,78 41,56 55,22 58,44
18 Nusa Tenggara Barat 52,75 55,93 47,25 44,07
19 Nusa Tenggara Timur 58,96 57,96 41,04 42,04
20 Kalimantan Barat 56,35 53,30 43,65 46,70
21 Kalimantan Tengah 59,95 58,45 40,05 41,55
22 Kalimantan Selatan 53,04 53,37 46,96 46,63
23 Kalimantan Timur 47,21 45,35 52,79 54,65
24 Sulawesi Utara 52,69 49,56 47,31 50,44
25 Sulawesi Tengah 52,08 53,29 47,92 46,71
26 Sulawesi Selatan 53,12 51,40 46,88 48,60
27 Sulawesi Tenggara 52,70 50,12 47,30 49,88
28 Gorontalo 51,58 49,61 48,42 50,39
29 Sulawesi Barat 55,66 59,06 44,34 40,94
30 Maluku 57,98 50,19 42,02 49,81
31 Maluku Utara 54,50 53,20 45,50 46,80
32 Papua Barat 56,80 49,03 43,20 50,97
33 Papua 61,10 59,46 38,90 40,54
Indonesia 51,43 49,44 48,57 50,55
Sumber : Statistik Indonesia 2012, BPS
Lampiran 2.14

PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN MENURUT KELOMPOK BARANG


INDONESIA TAHUN 2010 - 2011

2010 2011
No Kelompok Barang Perkotaan + Perkotaan +
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Perdesaan Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

A Makanan
1 Padi-padian 6,24 13,07 8,89 5,35 11,09 7,48
2 Umbi-umbian 0,31 0,77 0,49 0,30 0,86 0,51
3 Ikan 3,66 5,41 4,34 3,47 5,63 4,27
4 Daging 2,18 1,96 2,10 1,87 1,82 1,85
5 Telur dan susu 3,40 2,88 3,20 3,05 2,59 2,88
6 Sayur-sayuran 3,04 5,09 3,84 3,38 5,86 4,31
7 Kacang-kacangan 1,32 1,77 1,49 1,13 1,50 1,26
8 Buah-buahan 2,36 2,69 2,49 2,03 2,35 2,15
9 Minyak dan lemak 1,55 2,49 1,92 1,50 2,61 1,91
10 Bahan minuman 1,76 3,06 2,26 1,38 2,50 1,80
11 Bumbu-bumbuan 0,91 1,38 1,09 0,85 1,40 1,06
12 Konsumsi lainnya 1,15 1,50 1,29 0,96 1,28 1,07

298
13 Makanan jadi 14,23 10,51 12,79 14,90 11,77 13,73
14 Tembakau dan sirih 4,39 6,61 5,25 4,23 6,74 5,16
Jumlah Makanan 46,52 59,19 51,43 44,39 58,00 49,45
B Bukan Makanan
1 Perumahan, bahan bakar, penerangan, air 23,00 16,19 20,36 22,23 16,00 19,91
2 Aneka barang dan jasa 11,65 8,62 10,47 12,55 9,05 11,24
3 Biaya pendidikan 4,38 2,48 3,64 4,28 2,55 3,64
4 Biaya kesehatan 2,79 2,47 2,67 3,20 2,79 3,04
5 Pakaian, alas kaki dan tutup kepala 3,28 3,55 3,38 1,95 2,13 2,02
6 Barang yang tahan lama 5,14 5,15 5,14 7,83 7,01 7,52
7 Pajak pemakaian dan premi asuransi 1,98 0,93 1,57 2,03 0,97 1,64
8 Keperluan pesta dan upacara 1,26 1,43 1,32 1,55 1,51 1,53
Jumlah Bukan Makanan 53,48 40,81 48,57 55,61 42,00 50,55
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Statistik Indonesia 2012, BPS
Lampiran 2.15

GARIS KEMISKINAN, JUMLAH PENDUDUK MISKIN, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 1996 - 2012

Garis Kemiskinan (Rp/Bulan/Kapita) Jumlah Penduduk Miskin (dalam Jutaan) Persentase Penduduk Miskin
No Tahun Kota Desa Kota Desa Kota + Desa Kota Desa Kota + Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 1996 42.032 31.366 9,42 24,59 34,01 13,39 19,78 17,47


2 1998 96.959 72.780 17,60 31,90 49,50 21,92 25,72 24,23
3 1999 92.409 74.272 15,64 32,33 47,97 19,41 26,08 23,43
4 2000 91.632 73.648 12,30 26,40 38,70 14,60 22,38 19,14
5 2001 100.011 80.382 8,60 29,30 37,90 9,76 24,84 18,41
6 2002 130.499 96.512 13,30 25,10 38,40 14,46 21,10 18,20
7 2003 138.803 105.888 12,20 25,10 37,30 13,57 20,23 17,42
8 2004 143.455 108.725 11,40 24,80 36,10 12,13 20,11 16,66
9 2005 150.799 117.259 12,40 22,70 35,10 11,68 19,98 15,97
10 2006 174.290 130.584 14,49 24,81 39,30 13,47 21,81 17,75
11 2007 187.942 146.837 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58
12 2008 204.896 161.831 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42

299
13 2009 222.123 179.835 11,91 20,62 32,53 10,72 17,35 14,15
14 2010 232.989 192.354 11,10 19,93 31,02 9,87 16,56 13,33
15 2011 253.016 213.395 11,05 18,97 30,02 9,23 15,72 12,49
16 2012 * 277.382 240.441 10,51 18,08 28,59 8,60 14,70 11,66
Sumber : Susenas, BPS
Keterangan : *) September 2012
Lampiran 2.16

GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI DAERAH PERKOTAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2012

Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin


Persentase Penduduk Miskin
No Provinsi (Rp/Kapita/Bulan) (dalam Ribuan)
2011 2012 * 2011 2012 * 2011 2012 *
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Aceh 333.355 352.056 176,00 165,40 13,70 12,47


2 Sumatera Utara 271.713 295.080 691,10 669,40 10,70 10,28
3 Sumatera Barat 293.018 321.128 140,50 124,30 7,40 6,45
4 Riau 306.504 333.933 141,90 156,40 6,40 6,68
5 Jambi 294.522 328.504 108,20 105,30 11,20 10,53
6 Sumatera Selatan 275.006 296.933 409,10 367,60 15,10 13,29
7 Bengkulu 284.337 318.881 95,30 92,70 17,70 16,89
8 Lampung 270.303 297.421 241,90 237,90 12,30 11,88
9 Kepulauan Bangka Belitung 323.328 374.284 25,30 24,00 4,10 3,73
10 Kepulauan Riau 350.828 373.725 106,40 106,60 7,30 6,77
11 DKI Jakarta 355.480 392.571 363,40 366,80 3,70 3,70
12 Jawa Barat 228.401 249.170 2.654,70 2.560,00 9,30 8,71
13 Jawa Tengah 222.430 245.817 2.092,50 1.946,50 14,10 13,11
14 DI Yogyakarta 265.752 284.549 304,30 306,50 13,20 13,10
15 Jawa Timur 234.546 253.947 1.768,20 1.606,00 9,90 8,90
16 Banten 236.672 262.371 335,50 333,50 4,60 4,41
17 Bali 248.431 270.020 93,00 93,20 3,90 3,81

300
18 Nusa Tenggara Barat 244.960 274.879 448,10 415,40 23,70 21,65
19 Nusa Tenggara Timur 267.669 293.906 117,00 117,40 12,50 12,21
20 Kalimantan Barat 225.245 254.972 84,50 74,20 6,30 5,49
21 Kalimantan Tengah 244.312 274.222 29,40 32,30 3,90 4,21
22 Kalimantan Selatan 256.850 286.844 59,50 56,50 3,80 3,56
23 Kalimantan Timur 339.392 384.413 92,10 91,50 4,10 3,82
24 Sulawesi Utara 220.805 231.794 77,30 66,80 7,50 6,36
25 Sulawesi Tengah 263.326 292.578 61,90 60,20 9,50 9,02
26 Sulawesi Selatan 200.781 215.790 137,00 133,60 4,60 4,44
27 Sulawesi Tenggara 194.234 215.050 29,80 29,60 4,80 4,62
28 Gorontalo 194.161 217.073 19,30 17,80 5,40 4,80
29 Sulawesi Barat 196.261 212.579 29,70 29,10 10,80 10,03
30 Maluku 265.475 314.855 59,60 51,10 10,20 8,39
31 Maluku Utara 251.429 276.117 8,10 8,70 2,80 2,92
32 Papua Barat 342.709 374.382 10,80 13,30 6,00 5,36
33 Papua 314.606 344.415 35,30 48,10 4,60 5,81
Indonesia 253.016 277.382 11.046,80 10.507,80 9,20 8,60
Sumber : Susenas , Badan Pusat Statistik
Keterangan : *) September 2012
Lampiran 2.17

GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI DAERAH PERDESAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Jumlah Penduduk Miskin (dalam Ribuan) Persentase Penduduk Miskin
No Provinsi
2011 2012 * 2011 2012 * 2011 2012 *
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Aceh 292.085 310.089 718,80 711,10 21,90 20,97


2 Sumatera Utara 222.226 249.165 790,20 709,10 11,90 10,53
3 Sumatera Barat 241.924 273.655 301,60 273,60 10,10 8,99
4 Riau 267.007 295.582 340,10 324,90 9,80 8,94
5 Jambi 219.144 248.812 164,50 164,70 7,50 7,29
6 Sumatera Selatan 214.727 238.901 665,70 674,40 13,70 13,58
7 Bengkulu 235.983 267.273 208,30 217,80 17,40 17,80
8 Lampung 221.543 251.202 1.056,80 981,10 18,50 16,96
9 Kepulauan Bangka Belitung 323.938 390.294 46,70 46,20 7,40 6,96
10 Kepulauan Riau 291.693 316.963 23,20 24,60 7,60 7,08
11 DKI Jakarta - - - - - -
12 Jawa Barat 204.199 228.577 1.993,90 1.861,50 13,30 12,13
13 Jawa Tengah 198.814 223.622 3.014,80 2.916,90 17,10 16,55

301
14 DI Yogyakarta 217.923 241.975 256,50 255,60 21,80 21,29
15 Jawa Timur 206.275 234.556 3.588,00 3.354,60 18,20 16,88
16 Banten 206.639 228.794 355,00 314,80 9,70 8,31
17 Bali 210.147 230.389 73,30 67,70 4,60 4,17
18 Nusa Tenggara Barat 194.518 230.054 446,60 412,90 16,90 15,41
19 Nusa Tenggara Timur 181.679 205.083 895,90 882,90 23,40 22,41
20 Kalimantan Barat 198.886 232.303 295,60 281,50 9,60 9,04
21 Kalimantan Tengah 240.121 279.008 117,50 109,60 7,90 7,19
22 Kalimantan Selatan 225.235 257.282 135,20 132,70 6,30 6,07
23 Kalimantan Timur 279.920 330.329 155,80 154,60 11,20 10,56
24 Sulawesi Utara 206.241 217.355 117,60 110,70 9,40 8,69
25 Sulawesi Tengah 226.509 258.393 361,70 349,40 17,90 16,85
26 Sulawesi Selatan 167.862 183.959 695,90 672,30 13,60 12,93
27 Sulawesi Tenggara 176.799 198.902 300,20 274,70 18,20 16,24
28 Gorontalo 183.637 210.101 179,00 169,90 25,70 23,63
29 Sulawesi Barat 182.951 205.383 135,20 131,50 14,80 13,92
30 Maluku 233.084 284.629 300,70 287,80 30,50 28,12
31 Maluku Utara 215.409 240.447 89,20 79,60 11,60 9,98
32 Papua Barat 311.737 346.157 239,10 210,00 39,60 36,33
33 Papua 262.626 281.022 909,50 928,30 41,60 39,39
Indonesia 213.395 240.441 18.972,20 18.086,90 15,70 14,70
Sumber : Susenas, Badan Pusat Statistik
Keterangan : *) September 2012
Lampiran 2.18

GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Jumlah Penduduk Miskin (dalam Ribuan) Persentase Penduduk Miskin
No Provinsi
2011 2012 * 2011 2012 * 2011 2012 *
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Aceh 303.692 321.893 894,81 876,60 19,57 18,58


2 Sumatera Utara 246.560 271.738 1.481,31 1.378,40 11,33 10,41
3 Sumatera Barat 261.719 292.052 442,09 397,90 9,04 8,00
4 Riau 282.479 310.603 482,05 481,30 8,47 8,05
5 Jambi 242.272 273.267 272,67 270,10 8,65 8,28
6 Sumatera Selatan 236.298 259.668 1.074,81 1.042,00 14,24 13,48
7 Bengkulu 250.949 283.252 303,60 310,50 17,50 17,51
8 Lampung 234.073 263.088 1.298,71 1.219,00 16,93 15,65
9 Kepulauan Bangka Belitung 323.638 382.412 72,06 70,20 5,75 5,37
10 Kepulauan Riau 340.581 363.450 129,56 131,20 7,40 6,83
11 DKI Jakarta 355.480 392.571 363,42 366,80 3,75 3,70
12 Jawa Barat 220.098 242.104 4.648,63 4.421,50 10,65 9,89
13 Jawa Tengah 209.611 233.769 5.107,36 4.863,40 15,76 14,98
14 DI Yogyakarta 249.629 270.110 560,88 562,10 16,08 15,88
15 Jawa Timur 219.727 243.783 5.356,21 4.960,50 14,23 13,08
16 Banten 226.662 251.161 690,49 648,30 6,32 5,71
17 Bali 233.172 254.221 166,23 161,00 4,20 3,95

302
18 Nusa Tenggara Barat 215.576 248.758 894,77 828,30 19,73 18,02
19 Nusa Tenggara Timur 198.553 222.507 1.012,90 1.000,30 21,23 20,41
20 Kalimantan Barat 206.850 239.162 380,11 355,70 8,60 7,96
21 Kalimantan Tengah 241.525 277.407 146,91 141,90 6,56 6,19
22 Kalimantan Selatan 238.535 269.714 194,62 189,20 5,29 5,01
23 Kalimantan Timur 316.819 363.887 247,90 246,10 6,77 6,38
24 Sulawesi Utara 212.823 223.883 194,90 177,50 8,51 7,64
25 Sulawesi Tengah 235.512 266.718 423,63 409,60 15,83 14,94
26 Sulawesi Selatan 179.933 195.627 832,91 805,90 10,29 9,82
27 Sulawesi Tenggara 181.577 203.333 330,00 304,30 14,56 13,06
28 Gorontalo 187.215 212.476 198,27 187,70 18,75 17,22
29 Sulawesi Barat 186.041 207.072 164,87 160,60 13,89 13,01
30 Maluku 245.120 295.904 360,32 338,90 23,00 20,76
31 Maluku Utara 225.242 250.184 97,31 88,30 9,18 8,06
32 Papua Barat 318.796 354.626 249,84 223,20 31,92 27,04
33 Papua 276.116 297.502 944,79 976,40 31,98 30,66
Indonesia 233.740 259.520 30.018,93 28.594,60 12,49 11,66
Sumber : Susenas, Badan Pusat Statistik
Keterangan : *) September 2012
Lampiran 2.19

JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI DAN TIPE DAERAH TAHUN 2010 - 2012

Tahun 2010 Tahun 2011 Maret Tahun 2012 September Tahun 2012

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perkotaan Perdesaan Perkotaan +
No Provinsi Perdesaan Perdesaan Perdesaan Perdesaan
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(ribu) (ribu) (ribu) (ribu) (ribu) (ribu) (ribu) (ribu) (ribu) (ribu) (ribu) (ribu)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26)

1 Aceh 173,37 14,65 688,5 23,54 861,9 20,98 176,02 13,69 718,78 21,87 894,81 19,57 171,80 13,07 737,20 21,97 909,00 19,46 165,40 12,47 711,10 20,97 876,60 18,58

2 Sum atera Utara 689,00 11,34 801,9 11,29 1490,9 11,31 691,13 10,75 790,18 11,89 1.481,31 11,33 669,20 10,32 738,00 11,01 1.407,20 10,67 669,40 10,28 709,10 10,53 1.378,40 10,41

3 Sum atera Barat 106,18 6,84 323,8 10,88 430,0 9,50 140,49 7,42 301,59 10,07 442,09 9,04 127,80 6,67 276,90 9,14 404,70 8,19 124,30 6,45 273,60 8,99 397,90 8,00

4 Riau 208,92 7,17 291,3 10,15 500,3 8,65 141,92 6,37 340,13 9,83 482,05 8,47 148,20 6,43 334,90 9,36 483,10 8,22 156,40 6,68 324,90 8,94 481,30 8,05

5 Jam bi 110,82 11,80 130,8 6,67 241,6 8,34 108,17 11,19 164,51 7,53 272,67 8,65 103,50 10,44 168,20 7,52 271,70 8,42 105,30 10,53 164,70 7,29 270,10 8,28

6 Sum atera Selatan 471,22 16,73 654,5 14,67 1125,7 15,47 409,15 15,15 665,66 13,73 1.074,81 14,24 388,70 14,16 668,40 13,57 1.057,00 13,78 367,60 13,29 674,40 13,58 1.042,00 13,48

7 Bengkulu 117,21 18,75 207,7 18,05 324,9 18,30 95,28 17,74 208,33 17,39 303,60 17,50 93,70 17,18 218,00 17,94 311,70 17,70 92,70 16,89 217,80 17,80 310,50 17,51

8 Lam pung 301,73 14,30 1178,2 20,65 1479,9 18,94 241,94 12,27 1.056,77 18,54 1.298,71 16,93 239,10 12,00 1.014,80 17,63 1.253,80 16,18 237,90 11,88 981,10 16,96 1.219,00 15,65

9 Kepulauan Bangka Belitung 21,85 4,39 45,9 8,45 67,8 6,51 25,32 4,11 46,74 7,35 72,06 5,75 25,10 3,95 46,20 7,06 71,40 5,53 24,00 3,73 46,20 6,96 70,20 5,37

10 Kepulauan Riau 67,08 7,87 62,6 8,24 129,7 8,05 106,35 7,35 23,21 7,65 129,56 7,40 108,50 7,15 22,70 6,94 131,20 7,11 106,60 6,77 24,60 7,08 131,20 6,83

11 DKI Jakarta 312,18 3,48 - - 312,2 3,48 363,42 3,75 - - 363,42 3,75 363,20 3,69 - - 363,20 3,69 366,80 3,70 - - 366,80 3,70

12 Jawa Barat 2350,53 9,43 2423,2 13,88 4773,7 11,27 2654,69 9,26 1.993,93 13,32 4.648,63 10,65 2,576,10 8,84 1.901,40 12,48 4.477,50 10,09 2,560,00 8,71 1.861,50 12,13 4.421,50 9,89

13 Jawa Tengah 2258,94 14,33 3110,2 18,66 5369,2 16,56 2092,51 14,12 3.014,85 17,14 5.107,36 15,76 2,001,10 13,49 2.976,20 16,89 4.977,40 15,34 1,946,50 13,11 2.916,90 16,55 4.863,40 14,98

14 DI Yogyakarta 308,36 13,98 268,9 21,95 577,3 16,83 304,34 13,16 256,55 21,82 560,88 16,08 305,90 13,13 259,40 21,76 565,30 16,05 306,50 13,10 255,60 21,29 562,10 15,88

303
15 Jawa Tim ur 1873,55 10,58 3655,8 19,74 5529,3 15,26 1768,23 9,87 3.587,98 18,19 5.356,21 14,23 1,630,60 9,06 3.440,30 17,35 5.071,00 13,40 1,606,00 8,90 3.354,60 16,88 4.960,50 13,08

16 Banten 318,29 4,99 439,9 10,44 758,2 7,16 335,53 4,61 354,96 9,75 690,49 6,32 333,00 4,46 319,80 8,65 652,80 5,85 333,50 4,41 314,80 8,31 648,30 5,71

17 Bali 83,62 4,04 91,3 6,02 174,9 4,88 92,95 3,91 73,28 4,65 166,23 4,20 91,40 3,77 77,30 4,79 168,80 4,18 93,20 3,81 67,70 4,17 161,00 3,95

18 Nusa Tenggara Barat 552,62 28,16 456,7 16,78 1009,4 21,55 448,14 23,67 446,63 16,90 894,77 19,73 433,30 22,69 419,30 15,72 852,60 18,63 415,40 21,65 412,90 15,41 828,30 18,02

19 Nusa Tenggara Timur 107,38 13,57 906,7 25,10 1014,1 23,03 117,04 12,50 895,57 23,36 1.012,90 21,23 115,50 12,22 897,10 22,98 1.012,50 20,88 117,40 12,21 882,90 22,41 1.000,30 20,41

20 Kalim antan Barat 83,43 6,31 345,3 10,06 428,8 9,02 84,47 6,33 295,64 9,59 380,11 8,60 80,40 5,98 282,90 9,11 363,30 8,17 74,20 5,49 281,50 9,04 355,70 7,96

21 Kalim antan Tengah 33,23 4,03 131,0 8,19 164,2 6,77 29,36 3,91 117,54 7,89 146,91 6,56 32,40 4,26 115,70 7,64 148,00 6,51 32,30 4,21 109,60 7,19 141,90 6,19

22 Kalim antan Selatan 65,76 4,54 116,2 5,69 182,0 5,21 59,47 3,84 135,15 6,34 194,62 5,29 58,20 3,68 131,70 6,07 189,90 5,06 56,50 3,56 132,70 6,07 189,20 5,01

23 Kalim antan Tim ur 79,24 4,02 163,8 13,66 243,0 7,66 92,14 4,06 155,77 11,21 247,90 6,77 95,20 4,05 158,10 11,01 253,30 6,68 91,50 3,82 154,60 10,56 246,10 6,38

24 Sulawesi Utara 76,38 7,75 130,4 10,14 206,7 9,10 77,25 7,46 117,65 9,37 194,90 8,51 74,40 7,11 114,70 9,05 189,10 8,18 66,80 6,36 110,70 8,69 177,50 7,64

25 Sulawesi Tengah 54,22 9,82 420,8 20,26 475,0 18,07 61,90 9,46 361,74 17,89 423,63 15,83 61,20 9,24 357,50 17,39 418,60 15,40 60,20 9,02 349,40 16,85 409,60 14,94

26 Sulawesi Selatan 119,18 4,70 794,3 14,88 913,4 11,60 137,02 4,61 695,89 13,57 832,91 10,29 129,20 4,31 696,60 13,46 825,80 10,11 133,60 4,44 672,30 12,93 805,90 9,82

27 Sulawesi Tenggara 22,18 4,10 378,5 20,92 400,7 17,05 29,84 4,80 300,17 18,24 330,00 14,56 31,60 4,99 284,80 17,00 316,30 13,71 29,60 4,62 274,70 16,24 304,30 13,06

28 Gorontalo 17,84 6,29 192,1 30,89 209,9 23,19 19,29 5,37 178,98 25,65 198,27 18,75 16,60 4,51 170,40 23,93 186,90 17,33 17,80 4,80 169,90 23,63 187,70 17,22

29 Sulawesi Barat 33,73 9,70 107,6 15,52 141,3 13,58 29,68 10,77 135,19 14,83 164,87 13,89 28,20 10,12 132,30 14,17 160,50 13,24 29,10 10,03 131,50 13,92 160,60 13,01

30 Maluku 36,35 10,20 342,3 33,94 378,6 27,74 59,60 10,24 300,72 30,54 360,32 23,00 58,50 9,78 291,80 28,88 350,20 21,78 51,10 8,39 287,80 28,12 338,90 20,76

31 Maluku Utara 7,64 2,66 83,4 12,28 91,1 9,42 8,09 2,80 89,22 11,58 97,31 9,18 7,60 2,55 84,20 10,69 91,80 8,47 8,70 2,92 79,60 9,98 88,30 8,06

32 Papua Barat 9,59 5,73 246,7 43,48 256,3 34,88 10,78 6,05 239,06 39,56 249,84 31,92 14,00 5,76 216,00 37,73 230,00 28,20 13,30 5,36 210,00 36,33 223,20 27,04

33 Papua 26,18 5,55 735,4 46,02 761,6 36,80 35,27 4,60 909,53 41,58 944,79 31,98 34,30 4,24 932,30 40,56 966,60 31,11 48,10 5,81 928,30 39,39 976,40 30,66
Indonesia 11.097,77 9,87 19.925,62 16,56 31.023 13,33 11.046,75 9,23 18.972,18 15,72 30.018,93 12,49 10.647,20 8,78 18.485,20 15,12 29.132,40 11,96 10.507,80 8,60 18.086,90 14,70 28.594,60 11,66

Sumber : Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, BPS


Lampiran 2.20

INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012

2011 September Tahun 2012


INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) * INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)** INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1)* INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)**
No Provinsi Perkotaan + Perkotaan + Perkotaan + Perkotaan +
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Perdesaan Perdesaan Perdesaan Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1 Aceh 2,78 3,78 3,50 0,84 0,98 0,94 1,44 3,71 3,07 0,27 1,04 0,83
2 Sumatera Utara 1,84 1,85 1,84 0,53 0,49 0,51 2,04 1,61 1,82 0,63 0,38 0,50
3 Sumatera Barat 1,25 1,42 1,36 0,35 0,36 0,35 1,13 1,30 1,24 0,30 0,32 0,31
4 Riau 0,77 1,49 1,21 0,16 0,37 0,29 0,97 1,23 1,13 0,20 0,28 0,25
5 Jambi 1,31 0,81 0,96 0,26 0,14 0,18 2,37 0,93 1,37 0,92 0,22 0,44
6 Sumatera Selatan 2,97 2,29 2,54 0,87 0,58 0,69 2,04 1,75 1,85 0,50 0,39 0,43
7 Bengkulu 2,83 2,49 2,60 0,73 0,56 0,62 2,72 3,20 3,05 0,66 0,87 0,80
8 Lampung 2,07 3,02 2,77 0,52 0,79 0,72 1,54 2,87 2,53 0,30 0,73 0,62
9 Bangka Belitung 0,33 0,98 0,66 0,04 0,21 0,13 0,39 0,92 0,66 0,06 0,22 0,14
10 Kepulauan Riau 0,99 1,12 1,01 0,37 0,27 0,35 0,81 0,99 0,85 0,17 0,31 0,19
11 DKI Jakarta 0,60 - 0,60 0,15 - 0,15 0,56 - 0,56 0,15 - 0,15
12 Jawa Barat 1,51 2,14 1,72 0,38 0,53 0,43 1,40 2,05 1,62 0,35 0,54 0,42
13 Jawa Tengah 2,46 2,64 2,56 0,66 0,66 0,66 2,06 2,67 2,39 0,50 0,63 0,57
14 DI Yogyakarta 1,93 3,67 2,51 0,50 0,93 0,65 2,29 4,07 2,89 0,58 1,09 0,75
15 Jawa Timur 1,51 2,96 2,27 0,34 0,72 0,54 1,29 2,52 1,93 0,30 0,57 0,44
16 Banten 0,67 1,36 0,90 0,14 0,33 0,20 0,77 1,30 0,95 0,24 0,36 0,28
17 Bali 0,76 0,52 0,66 0,20 0,09 0,16 0,42 0,35 0,39 0,08 0,05 0,07
18 Nusa Tenggara Barat 4,58 2,80 3,54 1,25 0,71 0,94 4,40 2,34 3,20 1,23 0,54 0,83
19 Nusa Tenggara Timur 2,27 4,67 4,20 0,65 1,42 1,27 2,59 3,68 3,47 0,81 0,93 0,91

304
20 Kalimantan Barat 0,91 1,38 1,24 0,20 0,31 0,28 1,11 1,30 1,24 0,39 0,31 0,33
21 Kalimantan Tengah 0,82 1,07 0,99 0,26 0,23 0,24 0,92 1,16 1,08 0,25 0,27 0,27
22 Kalimantan selatan 0,54 1,00 0,81 0,11 0,27 0,20 0,47 0,97 0,76 0,10 0,23 0,17
23 Kalimantan Timur 0,66 1,35 0,92 0,19 0,29 0,23 0,73 1,43 0,99 0,22 0,30 0,25
24 Sulawesi Utara 0,89 1,28 1,10 0,18 0,29 0,24 1,14 1,21 1,18 0,33 0,27 0,30
25 Sulawesi Tengah 1,93 3,03 2,76 0,59 0,81 0,75 1,94 3,10 2,82 0,68 0,87 0,82
26 Sulawesi Selatan 0,67 2,21 1,65 0,16 0,53 0,40 0,48 2,37 1,68 0,09 0,62 0,42
27 Sulawesi Tenggara 0,70 3,33 2,61 0,16 0,89 0,69 0,19 2,58 1,92 0,02 0,66 0,49
28 Gorontalo 0,90 5,17 3,72 0,18 1,43 1,00 0,64 4,53 3,21 0,12 1,22 0,84
29 Sulawesi Barat 1,30 2,63 2,32 0,30 0,71 0,61 1,83 1,72 1,74 0,47 0,38 0,40
30 Maluku 1,98 6,77 4,99 0,55 2,13 1,54 1,61 6,03 4,38 0,46 1,81 1,31
31 Maluku Utara 0,15 1,50 1,13 0,01 0,28 0,21 0,08 1,14 0,85 0,00 0,20 0,14
32 Papua Barat 0,80 11,13 8,78 0,14 4,40 3,43 0,65 7,88 5,71 0,15 2,37 1,71
33 Papua 0,70 10,37 7,86 0,15 3,74 2,81 1,28 9,49 7,35 0,48 3,13 2,44
Indonesia 1,52 2,63 2,08 0,39 0,70 0,55 1,38 2,42 1,90 0,36 0,61 0,49
Sumber : Susenas, BPS
Catatan :
*) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing - masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
**) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran
diantara penduduk miskin.
102,44
89,09

87,78

102,58

47,97
97,49
87,58
57,57
13,91

63,86
17,28
90,95
67,98
47,81
11,99

97,58

57,85
14,26

89,57
64,66
91,03
68,12
2011***

(7)
Lampiran 2.20

INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012

2011 September Tahun 2012


INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) * INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)** INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1)* INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)**
No Provinsi Perkotaan + Perkotaan + Perkotaan + Perkotaan +
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Perdesaan Perdesaan Perdesaan Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1 Aceh 2,78 3,78 3,50 0,84 0,98 0,94 1,44 3,71 3,07 0,27 1,04 0,83
2 Sumatera Utara 1,84 1,85 1,84 0,53 0,49 0,51 2,04 1,61 1,82 0,63 0,38 0,50
3 Sumatera Barat 1,25 1,42 1,36 0,35 0,36 0,35 1,13 1,30 1,24 0,30 0,32 0,31
4 Riau 0,77 1,49 1,21 0,16 0,37 0,29 0,97 1,23 1,13 0,20 0,28 0,25
5 Jambi 1,31 0,81 0,96 0,26 0,14 0,18 2,37 0,93 1,37 0,92 0,22 0,44
6 Sumatera Selatan 2,97 2,29 2,54 0,87 0,58 0,69 2,04 1,75 1,85 0,50 0,39 0,43
7 Bengkulu 2,83 2,49 2,60 0,73 0,56 0,62 2,72 3,20 3,05 0,66 0,87 0,80
8 Lampung 2,07 3,02 2,77 0,52 0,79 0,72 1,54 2,87 2,53 0,30 0,73 0,62
9 Bangka Belitung 0,33 0,98 0,66 0,04 0,21 0,13 0,39 0,92 0,66 0,06 0,22 0,14
10 Kepulauan Riau 0,99 1,12 1,01 0,37 0,27 0,35 0,81 0,99 0,85 0,17 0,31 0,19
11 DKI Jakarta 0,60 - 0,60 0,15 - 0,15 0,56 - 0,56 0,15 - 0,15
12 Jawa Barat 1,51 2,14 1,72 0,38 0,53 0,43 1,40 2,05 1,62 0,35 0,54 0,42
13 Jawa Tengah 2,46 2,64 2,56 0,66 0,66 0,66 2,06 2,67 2,39 0,50 0,63 0,57
14 DI Yogyakarta 1,93 3,67 2,51 0,50 0,93 0,65 2,29 4,07 2,89 0,58 1,09 0,75
15 Jawa Timur 1,51 2,96 2,27 0,34 0,72 0,54 1,29 2,52 1,93 0,30 0,57 0,44
16 Banten 0,67 1,36 0,90 0,14 0,33 0,20 0,77 1,30 0,95 0,24 0,36 0,28
17 Bali 0,76 0,52 0,66 0,20 0,09 0,16 0,42 0,35 0,39 0,08 0,05 0,07
18 Nusa Tenggara Barat 4,58 2,80 3,54 1,25 0,71 0,94 4,40 2,34 3,20 1,23 0,54 0,83
19 Nusa Tenggara Timur 2,27 4,67 4,20 0,65 1,42 1,27 2,59 3,68 3,47 0,81 0,93 0,91
20 Kalimantan Barat 0,91 1,38 1,24 0,20 0,31 0,28 1,11 1,30 1,24 0,39 0,31 0,33
21 Kalimantan Tengah 0,82 1,07 0,99 0,26 0,23 0,24 0,92 1,16 1,08 0,25 0,27 0,27
22 Kalimantan selatan 0,54 1,00 0,81 0,11 0,27 0,20 0,47 0,97 0,76 0,10 0,23 0,17
23 Kalimantan Timur 0,66 1,35 0,92 0,19 0,29 0,23 0,73 1,43 0,99 0,22 0,30 0,25
24 Sulawesi Utara 0,89 1,28 1,10 0,18 0,29 0,24 1,14 1,21 1,18 0,33 0,27 0,30
25 Sulawesi Tengah 1,93 3,03 2,76 0,59 0,81 0,75 1,94 3,10 2,82 0,68 0,87 0,82
26 Sulawesi Selatan 0,67 2,21 1,65 0,16 0,53 0,40 0,48 2,37 1,68 0,09 0,62 0,42
27 Sulawesi Tenggara 0,70 3,33 2,61 0,16 0,89 0,69 0,19 2,58 1,92 0,02 0,66 0,49
28 Gorontalo 0,90 5,17 3,72 0,18 1,43 1,00 0,64 4,53 3,21 0,12 1,22 0,84
29 Sulawesi Barat 1,30 2,63 2,32 0,30 0,71 0,61 1,83 1,72 1,74 0,47 0,38 0,40
30 Maluku 1,98 6,77 4,99 0,55 2,13 1,54 1,61 6,03 4,38 0,46 1,81 1,31
31 Maluku Utara 0,15 1,50 1,13 0,01 0,28 0,21 0,08 1,14 0,85 0,00 0,20 0,14
32 Papua Barat 0,80 11,13 8,78 0,14 4,40 3,43 0,65 7,88 5,71 0,15 2,37 1,71
33 Papua 0,70 10,37 7,86 0,15 3,74 2,81 1,28 9,49 7,35 0,48 3,13 2,44
Indonesia 1,52 2,63 2,08 0,39 0,70 0,55 1,38 2,42 1,90 0,36 0,61 0,49
Sumber : Susenas, BPS
Catatan :
*) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing - masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
**) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran
diantara penduduk miskin.

111,63
80,35

86,24

111,68

45,59
97,97
86,11
55,83
13,67

62,53
16,35
94,72
67,62
45,48
11,01

98,02

56,01
13,77

80,59
62,85
94,76
67,73
2010

(6)

2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan indikator pendidikan
110,35
81,09

110,42

45,11
97,95
85,43
55,05
12,66

62,37
14,59
94,37
67,40
45,06
10,30

97,95
85,47
55,16
12,72

81,25
62,55
94,37
67,43
2009

(5)

1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan (0-4, 5-9, 10-14,..)
INDIKATOR PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2011

109,41
81,38
97,83
84,41
54,70
12,43

57,42
14,42
93,99
66,98
44,75
10,07

97,88
84,89
55,50
13,29
111,12
86,86

44,97
59,06
93,99
67,39
2008

(4)

Keterangan : ** Pendidikan non formal yang dicakup adalah paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/SMK/MA

*** Kenaikan Angka Buta Huruf serta penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
82,03
97,60
84,26
54,61
12,20
110,35

56,71
13,31
93,75
66,64
44,56
9,64

97,64
84,65
55,49
13,08
112,19
86,37
59,46
93,78
66,90
44,84

karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
2007

(3)

sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.
Partisipasi Pendidikan Formal dan Non Formal **

Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B


Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B

Angka Partisipasi Murni (APM) SM/MA/Paket C


Angka Partisipasi Kasar (APK) SM/MA/Paket C
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A


Angka Partisipasi Sekolah (APS) 16-18 th
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 th
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 16-18 th
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 19-24 th

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 th

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 19-24 th


Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs

Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs


Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 th

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 th


Indikator

Angka Partisipasi Murni (APM) SM/MA


Angka Partisipasi Kasar (APK) SM/MA

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI


Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI
(2)

Angka Partisipasi Murni (APM) PT


Angka Partisipasi Kasar (APK) PT
Partisipasi Pendidikan Formal

Sumber: Susenas 2007-2011, BPS


Lampiran 2.21.1

No

10
11
12

10
(1)

3
1
2
3
4
5
6

8
9

1
2

4
5
6
7
8
9
II
I

305
Lampiran 2.21.2

INDIKATOR PENDIDIKAN DI INDONESIA (LANJUTAN) TAHUN 2007 - 2011

No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011***

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


I Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas
Tidak/belum sekolah 8,59 8,24 7,50 7,28 6,41
Tidak tamat SD 14,42 14,98 14,86 12,74 14,69
SD/sederajat 30,43 29,08 29,31 29,72 28,72
SMP/sederajat 19,83 20,23 19,85 20,57 20,74
SM +/sederajat 26,73 27,46 28,49 29,69 29,44
II Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15 tahun ke Atas 7,4 7,5 7,7 7,9 7,9
III Partisipasi Pra Sekolah (sedang)
Usia 3-4 tahun 12,26 13,45 17,15 19,41 15,90
Usia 5-6 tahun 21,83 27,07 27,22 27,19 33,35
Usia 3-6 tahun 16,71 20,23 22,04 23,22 24,42
IV Partisipasi Pra Sekolah (pernah + sedang)

Usia 3-4 tahun 14,68 16,09 20,19 22,59 19,64


Usia 5-6 tahun 37,57 41,78 49,41 53,38 54,47

306
Usia 3-6 tahun 25,32 28,87 34,39 37,68 36,66
V Buta Huruf
Angka Buta Huruf 10 tahun + 7,26 6,95 6,59 6,34 6,44
Angka Buta Huruf 15 tahun + 8,13 7,81 7,42 7,09 7,19
Angka Buta Huruf 15-44 tahun 2,96 1,95 1,80 1,71 2,30
Angka Buta Huruf 45 tahun + 18,94 19,59 18,68 18,25 17,89
Sumber: Susenas 2007-2011, BPS
Keterangan: *** Kenaikan Angka Buta Huruf serta penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan (0-4, 5-9, 10-14,..)
sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.
2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan indikator pendidikan
karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
Lampiran 2.22

PERSENTASE PENDUDUK 15 TAHUN KE ATAS MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL,


JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2011

Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki


Daerah Tempat Tinggal/ Akademi/Dipl.III/
Tidak Memiliki SD/MI SMP/MTs SMU/SMA SM Kejuruan Diploma I/ Diploma II
Jenis Kelamin IV/S1/S2/S3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Perkotaan
Laki-Laki 11,13 21,62 21,58 24,22 10,80 0,68 9,97
Perempuan 17,37 22,87 21,41 21,16 6,99 1,17 9,03
Laki-Laki + Perempuan 14,29 22,25 21,49 22,68 8,87 0,93 9,50
Perdesaan
Laki-Laki 24,08 36,26 20,88 11,88 4,01 0,51 2,38

307
Perempuan 32,00 34,36 19,07 9,21 2,32 0,72 2,32
Laki-Laki + Perempuan 28,04 35,32 19,97 10,55 3,16 0,61 2,35
Perkotaan+Perdesaan
Laki-Laki 17,58 28,90 21,23 18,08 7,42 0,60 6,19
Perempuan 24,58 28,53 20,25 15,28 4,69 0,94 5,73
Laki-Laki + Perempuan 21,10 28,72 20,74 16,67 6,04 0,77 5,96
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011, BPS
Lampiran 2.23

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS


MENURUT GOLONGAN UMUR DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2011

Perkotaan + Perdesaan
No Golongan Umur
Tidak/Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4) (5)

1 5 - 9 30,22 69,57 0,21


2 10 - 14 0,85 95,24 3,91
3 15 - 19 0,97 57,48 41,55
4 20 - 24 1,27 12,28 86,45
5 25 - 29 1,57 1,95 96,49
6 30 - 34 1,85 0,81 97,34
7 35 - 39 2,63 0,54 96,83
8 40 - 44 4,41 0,55 95,03
9 45+ 15,98 0,17 83,85
Total 8,38 24,88 66,74

308
Sumber: Statistik Indonesia 2012, BPS
Lampiran 2.24

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 7 - 24 TAHUN KE ATAS


MENURUT STATUS PENDIDIKAN TAHUN 2011

Tidak/Belum Masih Sekolah Tidak


No Golongan Umur Pernah Sekolah SD/MI/ SLTP/MTs/ SMU/SMK/ Diploma I s.d Bersekolah Jumlah
Jumlah
Paket A Paket B MA/Paket C Universitas Lagi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Aceh 0,44 35,42 15,75 13,12 8,08 72,37 27,19 100


2 Sumatera Utara 0,95 36,91 15,89 13,13 3,92 69,85 29,20 100
3 Sumatera Barat 0,74 39,73 15,68 11,48 5,35 72,24 27,02 100
4 Riau 0,84 37,23 14,38 10,81 4,16 66,58 32,58 100
5 Jambi 0,59 36,17 14,46 10,0 4,61 65,24 34,17 100
6 Sumatera Selatan 0,81 34,61 14,72 10,15 3,77 63,25 35,94 100
7 Bengkulu 0,75 37,10 14,99 10,52 4,68 67,29 31,96 100
8 Lampung 0,68 35,59 15,29 9,85 2,59 63,32 36,0 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,02 36,12 12,82 8,91 2,24 60,09 38,89 100
10 Kepulauan Riau 0,88 35,03 13,50 8,98 2,66 60,17 38,95 100
11 DKI Jakarta 0,50 28,01 12,60 11,12 7,01 58,74 40,76 100
12 Jawa Barat 0,77 36,27 14,84 8,81 3,04 62,96 36,27 100

309
13 Banten 0,58 34,34 14,36 9,65 4,10 62,45 36,97 100
14 Jawa Tengah 0,61 36,01 16,94 9,98 2,84 65,77 33,62 100
15 DI Yogyakarta 0,35 30,58 14,40 15,18 14,96 75,12 24,53 100
16 Jawa Timur 0,89 35,67 15,80 10,20 3,63 65,30 33,81 100
17 Bali 0,99 36,76 15,57 12,15 5,42 69,90 29,11 100
18 Nusa Tenggara Barat 1,43 36,77 16,07 10,98 4,06 67,88 30,69 100
19 Nusa Tenggara Timur 2,75 45,42 14,42 8,03 2,56 70,43 26,82 100
20 Kalimantan Barat 2,04 39,76 13,42 7,69 2,54 63,41 34,55 100
21 Kalimantan Tengah 0,68 38,40 13,87 8,62 3,30 64,19 35,13 100
22 Kalimantan Selatan 1,07 36,98 13,45 8,88 3,96 63,27 35,66 100
23 Kalimantan Timur 0,75 36,84 15,47 10,37 4,92 67,60 31,65 100
24 Sulawesi Utara 0,74 35,55 15,88 11,81 4,56 67,80 31,46 100
25 Sulawesi Tengah 1,87 39,34 13,77 9,71 3,87 66,69 31,44 100
26 Sulawesi Selatan 1,45 36,01 15,25 10,27 5,69 67,22 31,33 100
27 Sulawesi Tenggara 0,90 38,37 15,49 10,98 5,29 70,13 28,97 100
28 Gorontalo 1,34 38,16 14,08 9,99 5,42 67,65 31,01 100
29 Sulawesi Barat 2,29 39,29 14,26 9,55 2,99 66,09 31,62 100
30 Maluku 1,33 39,11 16,15 12,40 5,81 73,47 25,20 100
31 Maluku Utara 1,70 38,38 16,11 11,81 3,29 69,59 28,71 100
32 Papua Barat 3,69 39,34 13,0 9,95 4,76 67,05 29,26 100
33 Papua 24,36 32,89 11,97 7,15 2,21 54,22 21,42 100
Total 1,24 36,10 15,15 10,14 3,97 65,36 33,40 100

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011, BPS


Lampiran 2.25

ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 - 2011

2007 * 2008 * 2009 * 2010 ** 2011 **


No Provinsi
7 - 12 13-15 16-18 19-24 7 - 12 13-15 16-18 19-24 7 - 12 13-15 16-18 19-24 7 - 12 13-15 16-18 19-24 7 - 12 13-15 16-18 19-24
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)

1 Aceh 98,95 94,06 72,79 23,60 99,03 94,15 72,73 23,13 99,07 94,31 72,74 22,82 99,19 94,99 73,53 24,11 99,03 94,07 72,41 27,48
2 Sumatera Utara 98,37 90,73 65,87 14,42 98,66 91,10 65,87 14,60 98,70 91,43 66,34 14,68 98,90 92,26 66,94 15,65 98,33 89,10 67,54 16,42
3 Sumatera Barat 97,78 88,52 65,35 20,88 98,07 88,70 65,73 21,22 98,02 88,79 65,25 20,58 98,24 89,51 65,65 21,26 98,10 89,64 68,12 22,00
4 Riau 97,94 91,14 63,92 13,44 98,36 91,83 64,11 13,77 98,55 91,58 63,92 13,14 98,75 92,09 64,54 14,02 97,71 87,94 65,06 15,21
5 Jambi 97,28 84,53 55,39 12,31 97,59 84,78 55,72 12,77 98,11 85,10 55,13 11,83 98,27 85,56 56,11 12,81 98,34 88,07 59,49 15,36
6 Sumatera Selatan 97,55 84,26 54,43 12,04 97,88 84,55 54,27 12,30 97,80 84,65 54,12 11,61 98,00 85,41 54,79 12,07 97,91 85,32 55,93 12,25
7 Bengkulu 98,25 86,93 59,00 16,46 98,38 87,42 58,64 16,07 98,53 87,47 58,80 15,97 98,67 88,25 59,63 16,95 98,29 90,82 62,34 16,81
8 Lampung 97,90 84,99 50,02 8,71 98,26 85,10 50,69 9,06 98,53 85,92 50,44 8,97 98,71 86,62 51,34 9,82 97,90 85,85 55,41 10,01
9 Kep. Bangka Belitung 96,30 80,38 46,90 8,41 96,76 79,71 47,31 8,75 96,90 79,98 46,70 8,25 97,10 80,59 47,51 8,90 97,02 83,54 49,17 8,86
10 Kepulauan Riau 97,88 91,34 64,26 7,58 98,31 91,10 64,62 10,99 98,95 91,26 64,62 7,07 99,35 92,16 66,56 8,64 97,84 96,42 65,74 8,71
11 DKI Jakarta 98,73 90,53 61,49 17,18 98,82 90,53 61,86 17,75 99,06 90,75 61,53 17,23 99,16 91,45 61,99 17,91 98,09 92,01 58,56 17,13
12 Jawa Barat 97,84 80,36 47,57 10,20 98,24 81,00 47,58 10,54 98,22 81,85 47,06 10,01 98,29 82,73 47,82 10,38 97,85 85,69 50,37 10,71
13 Banten 97,55 81,08 51,05 11,34 97,75 81,28 50,35 11,66 97,85 80,86 49,96 11,07 98,01 81,70 50,90 11,70 98,23 88,36 56,16 12,53
14 Jawa Tengah 98,67 84,03 53,20 10,28 98,83 84,27 53,36 10,55 98,80 84,59 52,84 10,20 98,95 85,33 53,72 11,34 98,62 88,39 55,00 11,17
15 DI Yogyakarta 99,29 92,62 71,82 43,38 99,62 92,91 72,46 43,47 99,65 93,42 72,26 43,30 99,69 94,02 73,06 44,03 99,46 97,59 75,85 41,73
16 Jawa Timur 98,39 86,40 58,26 11,50 98,63 86,54 58,14 11,63 98,57 88,00 58,44 11,51 98,74 88,82 59,39 12,43 98,26 90,04 58,79 12,73
17 Bali 98,36 87,59 63,38 13,10 98,45 88,07 63,36 13,53 98,52 88,43 64,59 13,84 98,69 89,26 65,22 15,31 98,45 92,22 68,91 17,83
18 Nusa Tenggara Barat 97,07 85,24 57,30 14,84 97,25 85,57 57,22 14,60 98,12 85,81 56,92 14,41 98,26 86,52 57,71 15,39 97,76 91,52 60,45 16,84
19 Nusa Tenggara Timur 93,73 78,11 49,58 14,42 93,72 77,76 49,67 14,38 95,99 79,28 47,95 12,56 96,49 81,24 49,22 14,44 95,96 85,88 60,21 15,37

310
20 Kalimantan Barat 96,71 84,08 50,17 11,03 97,08 84,50 50,73 10,62 96,94 83,92 49,83 10,17 97,04 84,48 50,35 11,43 96,19 83,67 49,89 12,11
21 Kalimantan Tengah 98,31 86,47 54,14 10,49 98,45 86,42 53,64 11,15 98,50 86,64 53,65 10,16 98,70 86,83 54,50 11,06 98,10 85,64 54,33 12,59
22 Kalimantan Selatan 97,21 78,99 50,01 11,21 97,48 79,68 50,30 11,40 97,59 79,83 49,43 11,20 97,90 80,59 50,23 12,18 97,62 82,89 54,08 13,81
23 Kalimantan Timur 98,12 90,62 64,58 14,41 98,35 90,78 64,71 14,43 98,42 91,55 64,07 13,97 98,68 92,49 64,76 14,88 98,68 92,78 67,60 16,56
24 Sulawesi Utara 97,55 88,14 56,98 12,09 97,87 88,46 56,84 12,80 97,82 88,40 56,56 12,07 98,30 89,06 56,75 13,30 97,93 87,79 61,09 14,25
25 Sulawesi Tengah 96,82 80,96 50,54 14,19 97,16 81,13 50,75 14,75 97,22 83,41 49,30 13,43 97,52 84,17 50,06 14,69 96,58 84,14 57,59 14,40
26 Sulawesi Selatan 95,40 79,25 52,52 15,99 95,71 78,99 52,29 16,08 96,53 80,96 51,67 15,79 97,00 82,63 53,00 18,64 97,16 84,04 56,66 20,40
27 Sulawesi Tenggara 97,31 85,48 58,58 16,09 97,66 85,62 59,17 16,08 97,69 87,20 59,19 16,45 97,81 88,17 59,93 18,28 97,36 86,88 62,66 19,87
28 Gorontalo 93,62 77,91 50,30 12,82 94,23 77,68 50,17 13,01 96,55 80,94 48,77 11,10 96,86 81,78 49,61 12,87 96,87 82,95 57,90 19,33
29 Sulawesi Barat 94,13 75,89 44,05 10,07 94,53 75,75 45,68 10,20 95,71 77,09 43,58 9,10 95,93 77,92 44,54 10,47 95,33 81,10 55,72 13,23
30 Maluku 97,24 91,10 72,63 17,70 97,52 91,20 71,95 18,13 97,87 91,98 72,28 19,24 98,27 92,85 72,40 21,88 98,18 91,89 67,21 23,65
31 Maluku Utara 96,71 88,94 63,38 15,72 96,80 89,20 63,39 16,60 96,85 90,02 63,38 15,67 97,23 90,76 64,12 17,04 97,04 89,89 64,70 16,80
32 Papua Barat 93,17 88,58 57,61 13,13 93,38 88,55 58,15 14,70 93,35 88,59 57,95 12,72 94,43 90,25 60,12 14,66 94,38 88,59 65,40 18,31
33 Papua 83,36 78,01 54,72 15,88 83,38 78,22 54,13 15,68 76,09 73,68 47,51 12,45 76,22 74,35 48,28 13,18 73,36 71,29 50,55 13,32
Indonesia 97,64 84,65 55,49 13,08 97,88 84,89 55,50 13,29 97,95 85,47 55,16 12,72 98,02 86,24 56,01 13,77 97,58 87,78 57,85 14,26

Sumber : Susenas 2007-2011, BPS


Keterangan : * Mulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APS mencakup pendidikan non formal (paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/SMK/MA)
** Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan, sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.
2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli
berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya
Lampiran 2.26

ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 - 2011

2007 * 2008 * 2009 * 2010 ** 2011 **


No Provinsi SD/MI/ SMP/Mts/ SM/SMK/MA/ SD/MI/ SMP/Mts/ SM/SMK/MA/ SD/MI/ SMP/Mts/ SM/SMK/MA/ SD/MI/ SMP/Mts/ SM/SMK/MA/ SD/MI/ SMP/Mts/ SM/SMK/MA/
Paket A Paket B Paket C Paket A Paket B Paket C Paket A Paket B Paket C Paket A Paket B Paket C Paket A Paket B Paket C
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Aceh 116,36 94,48 81,81 115,20 92,16 78,19 111,77 88,65 82,84 115,06 87,99 80,96 105,59 96,46 78,92
2 Sumatera Utara 112,27 93,93 71,45 112,73 92,48 69,58 112,89 89,74 73,36 114,20 89,83 72,69 104,56 89,02 79,69
3 Sumatera Barat 112,05 84,87 70,47 110,87 85,27 71,04 110,31 81,13 74,37 110,63 80,34 72,82 104,08 87,49 69,18
4 Riau 111,95 90,80 67,94 112,25 90,68 69,42 110,76 85,24 72,46 114,73 85,43 67,94 103,93 89,49 71,64
5 Jambi 113,54 84,73 59,27 112,53 84,54 59,90 112,34 79,63 61,51 113,02 79,29 63,21 105,55 85,98 66,23
6 Sumatera Selatan 115,39 86,95 56,78 113,13 87,89 54,72 115,75 80,78 61,27 113,75 82,12 60,87 103,84 89,62 63,12
7 Bengkulu 111,23 89,35 62,86 111,28 88,58 63,16 110,46 84,45 67,25 112,83 81,34 68,83 106,04 90,55 66,51
8 Lampung 110,84 84,70 54,90 109,54 85,84 53,16 109,09 82,74 60,62 111,18 82,05 57,81 103,78 88,61 60,71
9 Kep Bangka Belitung 116,33 75,41 55,34 114,13 79,04 54,16 113,79 71,26 58,56 116,19 68,75 60,59 106,43 80,82 60,53
10 Kepulauan Riau 116,97 93,20 81,24 114,08 107,53 68,88 113,44 92,15 70,75 111,61 89,68 79,63 102,33 98,86 78,48
11 DKI Jakarta 112,55 92,33 68,74 110,77 95,72 65,58 108,70 87,65 68,38 110,45 91,42 63,14 98,03 90,78 71,76
12 Jawa Barat 108,90 84,64 49,32 107,25 86,62 48,73 107,69 80,49 51,75 110,31 79,27 51,37 101,26 87,56 55,92
13 Banten 109,37 81,45 54,29 109,11 81,75 53,44 112,21 72,67 57,66 111,28 74,19 58,35 103,63 92,14 59,61
14 Jawa Tengah 114,08 87,64 56,91 111,58 88,07 58,72 112,02 80,42 60,85 113,19 80,60 61,61 102,70 92,65 64,04
15 DI Yogyakarta 112,20 102,35 75,87 115,03 104,81 79,04 111,10 92,47 78,33 108,16 93,47 79,29 104,52 89,40 86,50

311
16 Jawa Timur 112,23 90,37 64,17 111,41 90,06 63,86 108,86 84,42 66,47 110,20 83,10 67,06 100,88 92,89 63,61
17 B a l i 113,73 81,90 73,67 112,50 85,68 73,21 110,85 77,90 83,59 111,56 76,69 82,36 99,95 91,71 84,34
18 Nusa Tenggara Barat 109,99 88,03 58,14 111,08 87,60 57,95 108,06 85,94 60,79 109,47 85,07 62,89 102,57 92,49 69,24
19 Nusa Tenggara Timur 115,22 72,38 49,92 112,09 68,65 52,59 114,45 69,93 51,85 115,59 68,52 58,95 111,09 80,47 58,72
20 Kalimantan Barat 121,31 74,03 51,01 119,17 73,87 53,37 114,13 72,87 53,80 115,61 69,65 57,55 107,20 78,60 52,00
21 Kalimantan Tengah 118,91 77,99 51,32 117,60 79,70 52,52 114,77 77,24 53,19 117,70 74,60 57,61 105,08 89,59 56,92
22 Kalimantan Selatan 116,82 79,98 47,05 115,50 81,32 44,58 112,53 76,70 54,42 112,77 75,59 55,75 102,72 88,18 56,04
23 Kalimantan Timur 112,73 97,54 75,35 112,35 97,25 71,26 110,45 88,77 76,54 113,85 90,86 72,39 104,83 97,62 73,00
24 Sulawesi Utara 114,53 87,89 71,58 115,43 90,09 70,76 116,83 82,21 71,67 115,61 82,92 71,31 102,47 93,57 75,95
25 Sulawesi Tengah 110,39 83,79 55,39 110,32 85,23 59,86 113,79 76,69 59,35 112,08 74,46 60,32 103,13 84,94 65,96
26 Sulawesi Selatan 110,80 75,05 54,99 111,51 76,02 54,73 107,54 76,54 62,78 108,57 75,05 67,71 102,09 87,15 66,17
27 Sulawesi Tenggara 110,70 85,79 61,40 113,04 85,72 63,99 113,67 82,02 69,55 114,77 77,28 73,02 103,63 92,38 72,33
28 Gorontalo 112,80 73,73 55,91 114,03 72,75 52,61 108,02 70,90 59,30 109,16 73,50 61,93 104,57 84,56 60,60
29 Sulawesi Barat 111,09 71,49 45,29 109,69 66,57 44,79 112,63 68,00 51,91 110,88 65,09 52,17 102,30 81,30 61,95
30 Maluku 116,15 90,13 79,98 114,69 89,64 78,83 114,53 84,53 89,87 118,13 86,76 86,92 104,56 97,80 85,69
31 Maluku Utara 113,90 89,23 70,31 114,38 87,09 69,55 113,65 81,75 72,73 116,74 80,52 74,96 108,25 90,04 80,61
32 Papua Barat 120,14 69,94 60,66 119,27 69,24 58,23 117,50 66,29 62,04 115,31 67,32 72,91 104,57 87,63 66,74
33 Papua 102,69 77,95 53,34 101,14 73,18 52,68 91,28 58,35 52,57 93,27 60,05 48,20 84,59 68,69 47,69
Indonesia 112,19 86,37 59,46 111,12 86,86 59,06 110,42 81,25 62,55 111,68 80,59 62,85 102,58 89,57 64,66
Sumber: Susenas 2007-2011, BPS
Keterangan : * Mulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APS mencakup pendidikan non formal (paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/SMK/MA)
** Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.
2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli
berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
Lampiran 2.27

ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 - 2011

2007 * 2008 * 2009 * 2010 ** 2011**


No Provinsi SD/ MI/ SMP/ Mts/ SM/SMK/MA/ SD/ MI/ SMP/ Mts/ SM/SMK/MA/ SD/ MI/ SMP/ Mts/ SM/SMK/MA/ SD/ MI/ SMP/ Mts/ SM/SMK/MA/ SD/ MI/ SMP/ Mts/ SM/SMK/MA/
Paket A Paket B Paket C Paket A Paket B Paket C Paket A Paket B Paket C Paket A Paket B Paket C Paket A Paket B Paket C
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Aceh 95,75 76,44 61,95 96,05 76,58 62,19 96,95 77,40 62,12 97,32 78,58 62,42 92,57 74,76 61,43
2 Sumatera Utara 93,96 73,61 54,95 94,26 74,17 55,16 94,46 74,21 55,30 95,33 74,76 55,72 91,46 67,96 57,83
3 Sumatera Barat 94,45 67,33 54,23 94,66 67,63 54,68 94,75 67,61 54,50 95,51 68,22 55,06 93,47 67,10 54,05
4 Riau 94,80 70,00 51,54 95,04 70,66 51,84 95,52 70,57 51,78 96,24 71,36 52,24 91,67 65,98 53,07
5 Jambi 93,88 65,88 44,41 94,31 66,31 44,81 95,05 66,42 44,71 95,61 66,91 45,31 92,69 66,54 48,55
6 Sumatera Selatan 92,81 65,15 42,72 92,97 65,87 43,05 93,61 65,86 43,01 94,17 66,27 43,49 89,79 64,12 45,34
7 Bengkulu 94,30 68,92 48,67 94,40 69,70 48,67 94,98 69,84 48,99 95,53 70,39 49,97 92,75 68,55 49,91
8 Lampung 94,04 68,47 40,72 94,28 68,94 41,05 94,79 69,17 41,43 95,20 69,61 41,97 91,47 66,56 45,06
9 Kep Bangka Belitung 91,59 52,58 37,53 91,77 53,11 37,72 92,52 53,10 38,13 92,86 53,58 38,69 91,12 60,19 40,91
10 Kepulauan Riau 93,50 71,69 52,63 93,79 72,18 53,40 93,92 72,53 53,42 94,56 72,92 54,74 92,01 73,34 54,25
11 DKI Jakarta 93,27 71,36 49,76 93,81 71,50 50,05 94,07 72,02 50,43 94,59 71,96 50,57 89,79 68,85 49,27
12 Jawa Barat 94,17 67,27 38,29 94,19 68,20 38,31 94,56 67,91 38,59 95,02 68,43 38,84 92,26 69,57 42,50
13 Banten 93,03 58,96 38,97 93,39 59,50 38,83 94,07 59,69 38,77 94,73 60,32 39,61 92,18 71,12 46,17
14 Jawa Tengah 94,78 69,19 44,11 95,14 69,68 44,39 95,63 69,67 44,53 95,93 69,92 45,00 90,19 69,77 47,34
15 DI Yogyakarta 93,53 74,94 57,88 94,32 75,31 58,96 94,38 75,34 58,69 94,76 75,55 59,35 91,98 69,15 59,68
16 Jawa Timur 94,50 69,21 47,97 94,57 69,55 47,93 95,27 69,90 48,26 95,63 70,17 48,60 91,88 71,77 49,32
17 B a l i 94,49 66,69 55,81 94,93 67,34 55,65 94,99 67,38 56,48 95,53 67,83 57,14 90,39 69,16 60,54
18 Nusa Tenggara Barat 94,20 70,79 48,26 94,20 71,44 48,38 94,75 71,32 48,51 95,16 71,73 49,35 92,69 76,70 53,93
19 Nusa Tenggara Timur 91,61 49,75 33,75 91,72 49,87 34,67 92,46 50,21 34,15 93,03 51,03 34,93 92,13 56,74 40,84
20 Kalimantan Barat 93,48 54,77 36,16 93,96 55,55 36,65 93,96 55,45 36,40 94,76 56,06 36,83 92,18 58,75 36,28

312
21 Kalimantan Tengah 95,48 60,12 39,28 95,71 60,46 39,13 96,14 60,59 39,27 96,63 61,30 39,62 92,25 66,35 43,93
22 Kalimantan Selatan 94,00 59,65 35,73 94,17 60,56 35,78 94,49 60,56 35,71 95,00 60,90 36,24 92,01 65,79 43,01
23 Kalimantan Timur 93,34 71,24 52,88 93,59 71,43 53,19 93,74 72,06 53,10 94,14 72,56 53,66 92,23 72,40 54,58
24 Sulawesi Utara 90,75 66,25 50,45 91,17 66,58 50,45 91,90 66,69 50,46 92,25 67,07 50,70 85,91 61,22 50,55
25 Sulawesi Tengah 92,04 59,36 39,27 92,82 59,73 39,93 92,98 60,22 39,52 93,54 60,83 40,23 89,99 61,74 46,99
26 Sulawesi Selatan 92,19 60,80 41,91 92,17 61,06 41,99 92,27 61,74 42,03 92,86 62,32 42,75 89,48 65,29 47,89
27 Sulawesi Tenggara 93,64 65,89 47,32 94,24 66,41 47,98 94,71 66,45 47,90 95,06 67,14 48,54 88,80 64,31 52,16
28 Gorontalo 90,18 53,15 37,87 90,52 52,90 38,26 90,40 53,05 38,47 90,81 53,83 39,15 90,04 59,17 44,33
29 Sulawesi Barat 92,17 53,39 33,28 92,75 53,24 34,21 92,77 53,35 33,41 93,94 54,24 34,03 89,35 60,34 46,83
30 Maluku 93,45 70,08 59,38 93,87 70,58 59,38 94,38 71,48 59,58 95,00 71,88 59,80 88,00 64,33 52,64
31 Maluku Utara 91,95 64,67 51,39 92,47 65,13 51,73 93,39 65,49 51,74 93,97 66,01 52,68 89,95 65,92 51,88
32 Papua Barat 90,67 48,76 43,16 90,76 48,98 43,74 91,25 49,03 43,55 92,29 50,10 44,75 88,28 57,66 47,88
33 Papua 80,94 48,69 35,78 81,76 48,95 35,79 76,09 49,08 35,77 76,22 49,62 36,06 70,13 46,03 32,45
Indonesia 93,78 66,90 44,84 93,99 67,39 44,97 94,37 67,43 45,11 94,76 67,73 45,59 91,03 68,12 47,97
Sumber: Susenas 2007-2011, BPS
Keterangan : * Mulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APS mencakup pendidikan non formal (paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/SMK/MA)
** Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan (0-4, 5-9, 10-14,..) sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.
2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
Lampiran 2.28

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI, JENIS KELAMIN,


KEPANDAIAN MEMBACA DAN MENULIS TAHUN 2011

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan


No Provinsi Huruf Latin Huruf Arab Huruf Lainnya Buta Huruf Melek Huruf Huruf Latin Huruf Arab Huruf Lainnya Buta Huruf Melek Huruf Huruf Latin Huruf Arab Huruf Lainnya Buta Huruf Melek Huruf
(1) (2) (3) (4) (5) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

1 Aceh 97,28 34,84 2,01 2,32 97,68 92,44 35,45 1,76 5,95 94,05 94,83 35,15 1,88 4,16 95,84
2 Sumatera Utara 98,10 37,95 4,77 1,83 98,17 95,29 40,35 4,38 4,50 95,50 96,69 39,16 4,57 3,17 96,83
3 Sumatera Barat 97,45 33,04 2,38 2,40 97,60 94,16 37,15 2,16 5,16 94,84 95,97 35,12 2,27 3,80 96,20
4 Riau 98,08 71,69 6,06 1,48 98,52 95,05 72,13 5,49 3,33 96,67 96,59 71,91 5,78 2,39 97,61
5 Jambi 97,29 41,89 3,22 2,43 97,57 92,37 40,29 2,72 6,59 93,41 94,86 41,10 2,97 4,48 95,52
6 Sumatera Selatan 97,71 44,86 2,25 1,93 98,07 93,94 48,79 2,17 4,82 95,18 95,86 46,78 2,21 3,35 96,65
7 Bengkulu 97,38 36,69 3,42 2,48 97,52 92,14 38,36 3,36 7,35 92,65 94,82 37,51 3,39 4,87 95,13
8 Lampung 96,83 36,57 5,03 2,69 97,31 91,53 37,02 4,88 7,43 92,57 94,26 36,79 4,95 4,98 95,02
9 Kepulauan Bangka Belitung 96,89 47,58 2,51 2,44 97,56 91,53 48,59 2,52 6,49 93,51 94,30 48,07 2,51 4,40 95,60
10 Kepulauan Riau 97,65 58,97 13,59 1,72 98,28 95,82 59,0 14,82 2,94 97,06 96,73 58,99 14,21 2,33 97,67
11 DKI Jakarta 99,29 53,91 7,15 0,53 99,47 97,07 56,50 6,50 1,79 98,21 98,16 55,23 6,82 1,17 98,83
12 Jawa Barat 97,26 65,70 3,66 2,35 97,65 92,81 66,65 3,31 5,76 94,24 95,06 66,17 3,49 4,04 95,96
13 Jawa Tengah 93,73 50,43 8,43 5,62 94,38 85,20 48,61 7,03 13,54 86,46 89,38 49,50 7,72 9,66 90,34
14 DI Yogyakarta 95,98 52,71 21,62 3,72 96,28 86,65 49,38 18,69 12,91 87,09 91,12 50,98 20,09 8,51 91,49
15 Jawa Timur 92,40 49,95 5,87 6,75 93,25 82,76 47,27 5,13 15,95 84,05 87,44 48,52 5,49 11,48 88,52
16 Banten 97,16 64,41 2,62 2,10 97,90 91,76 62,46 2,55 5,44 94,56 94,49 63,44 2,58 3,75 96,25

313
17 B a l i 94,39 10,13 53,94 5,40 94,60 83,65 8,60 41,32 16,16 83,84 88,97 9,36 47,57 10,83 89,17
18 Nusa Tenggara Barat 87,92 26,58 1,98 11,43 88,57 77,77 22,76 1,37 21,36 78,64 82,47 24,53 1,65 16,76 83,24
19 Nusa Tenggara Timur 89,83 3,47 1,22 10,16 89,84 85,53 3,48 0,97 14,42 85,58 87,60 3,47 1,09 12,37 87,63
20 Kalimantan Barat 93,71 24,51 3,24 5,59 94,41 84,27 24,24 2,96 14,45 85,55 89,05 24,38 3,10 9,97 90,03
21 Kalimantan Tengah 97,84 40,23 1,86 1,82 98,18 94,50 41,89 1,51 4,56 95,44 96,23 41,03 1,69 3,14 96,86
22 Kalimantan Selatan 97,13 67,16 1,51 2,28 97,72 92,32 67,35 1,36 6,35 93,65 94,68 67,26 1,43 4,34 95,66
23 Kalimantan Timur 97,86 52,92 2,83 1,89 98,11 94,94 54,58 2,81 4,25 95,75 96,47 53,71 2,82 3,01 96,99
24 Sulawesi Utara 98,95 11,78 3,81 ,99 99,01 98,66 12,99 3,94 1,31 98,69 98,80 12,38 3,88 1,15 98,85
25 Sulawesi Tengah 95,82 30,93 1,58 3,98 96,02 92,62 33,92 1,16 7,05 92,95 94,25 32,40 1,38 5,49 94,51
26 Sulawesi Selatan 89,79 25,03 19,30 9,70 90,30 85,24 26,16 19,85 13,94 86,06 87,40 25,62 19,59 11,93 88,07
27 Sulawesi Tenggara 94,45 16,28 1,59 5,50 94,50 88,06 17,22 1,41 11,84 88,16 91,22 16,76 1,50 8,71 91,29
28 Gorontalo 94,40 24,87 0,95 5,58 94,42 94,55 39,03 0,87 5,04 94,96 94,47 31,99 0,91 5,31 94,69
29 Sulawesi Barat 91,25 12,98 1,08 8,64 91,36 83,69 12,81 0,66 16,05 83,95 87,43 12,89 0,87 12,39 87,61
30 Maluku 97,26 28,14 0,68 2,52 97,48 95,29 27,80 0,59 4,23 95,77 96,27 27,97 0,64 3,37 96,63
31 Maluku Utara 97,22 21,26 0,91 2,56 97,44 93,94 18,15 0,72 5,49 94,51 95,61 19,73 0,82 3,99 96,01
32 Papua Barat 95,06 20,71 1,70 4,88 95,12 89,35 19,41 1,58 10,43 89,57 92,27 20,08 1,64 7,59 92,41
33 P a p u a 70,56 9,02 2,71 29,28 70,72 56,52 8,23 1,95 43,26 56,74 63,89 8,64 2,35 35,92 64,08
Indonesia 95,12 47,47 6,27 4,41 95,59 88,92 47,14 5,62 9,93 90,07 92,00 47,30 5,94 7,19 92,81
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011, BPS
Lampiran 2.29

PERSENTASE PENDUDUK BUTA HURUF MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2007 - 2011

< 15 Tahun 15 - 44 Tahun  45 Tahun


No Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 * 2007 2008 2009 2010 2011 * 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 5,49 4,06 3,61 3,12 4,16 2,09 1,11 0,88 0,74 1,28 14,48 11,71 10,79 9,30 12,21
2 Sumatera Utara 3,27 2,96 2,85 2,68 3,17 1,51 0,81 0,61 0,51 1,66 7,41 7,85 7,80 7,65 6,85
3 Sumatera Barat 3,90 3,34 3,19 2,91 3,80 1,76 0,83 0,69 0,55 1,30 7,97 7,99 7,68 7,29 8,67
4 Riau 2,72 2,24 1,89 1,65 2,39 1,35 0,47 0,38 0,30 1,01 6,85 7,52 6,40 5,99 7,01
5 Kepulauan Riau 4,33 4,19 3,92 2,81 2,33 1,76 1,57 0,94 0,65 1,01 15,12 12,60 12,53 11,12 8,06
6 Jambi 5,17 4,69 4,49 4,12 4,48 2,15 1,11 0,78 0,68 1,46 13,38 14,01 13,66 12,67 12,82
7 Sumatera Selatan 3,34 2,95 2,79 2,64 3,35 1,40 0,86 0,51 0,37 1,16 8,05 8,00 8,27 8,10 9,02
8 Kep Bangka Belitung 5,13 4,66 4,59 4,54 4,40 2,59 1,61 0,86 0,65 2,02 11,46 12,00 13,25 14,03 10,73
9 Bengkulu 6,09 5,40 5,10 4,70 4,87 2,36 1,20 1,03 0,82 1,37 15,76 16,15 14,95 14,27 14,07
10 Lampung 6,87 6,37 5,63 5,36 4,98 2,33 0,97 0,68 0,63 1,11 17,15 18,08 16,13 15,53 13,93
11 DKI Jakarta 1,24 1,26 1,06 0,87 1,17 0,38 0,30 0,28 0,19 0,45 3,63 3,89 3,07 2,77 3,25
12 Jawa Barat 4,68 4,47 4,02 3,82 4,04 1,57 0,76 0,54 0,42 0,95 11,25 11,99 11,25 11,54 11,24
13 Banten 4,76 4,79 4,05 3,80 3,75 2,06 1,02 0,85 0,67 1,12 12,94 15,15 13,23 13,01 12,11
14 Jawa Tengah 11,38 10,76 10,54 10,05 9,66 2,98 1,67 1,53 1,32 1,56 25,13 24,92 24,49 23,52 22,96
15 DI Yogyakarta 12,22 10,55 9,82 9,16 8,51 1,53 0,74 0,67 0,62 0,60 28,76 24,87 22,81 21,95 20,49
16 Jawa Timur 12,58 12,69 12,20 11,66 11,48 4,08 2,73 2,59 2,39 2,52 26,48 28,24 27,20 26,22 26,28
17 B a l i 14,02 13,06 12,78 11,60 10,83 4,38 3,20 2,86 2,63 3,15 31,59 30,69 29,31 28,40 25,40
18 Nusa Tenggara Barat 20,25 20,15 19,82 18,95 16,76 8,90 7,54 7,08 6,48 5,65 45,38 47,61 47,19 46,33 42,70
19 Nusa Tenggara Timur 12,75 12,34 12,04 11,41 12,37 6,54 4,49 4,44 3,95 5,81 26,15 28,89 27,55 26,70 25,98

314
20 Kalimantan Barat 10,60 11,48 10,30 9,74 9,97 5,02 3,78 3,68 3,29 4,24 24,22 29,83 26,42 25,46 25,03
21 Kalimantan Tengah 3,36 2,73 2,61 2,52 3,14 1,46 0,71 0,48 0,45 1,22 8,89 8,33 8,58 8,54 9,10
22 Kalimantan Selatan 5,95 4,92 4,59 4,06 4,34 2,36 0,98 0,94 0,78 1,50 15,22 14,54 13,36 12,36 11,81
23 Kalimantan Timur 4,30 3,64 3,11 2,95 3,01 1,86 1,04 0,91 0,78 1,11 11,93 11,40 9,36 9,27 8,92
24 Sulawesi Utara 1,05 0,85 0,78 0,70 1,15 0,69 0,32 0,30 0,29 0,67 1,74 1,83 1,62 1,43 2,06
25 Sulawesi Tengah 5,14 4,32 4,22 3,92 5,49 2,89 1,63 1,55 1,14 3,15 11,37 11,34 11,07 10,94 11,71
26 Sulawesi Selatan 13,76 13,47 12,98 12,25 11,93 6,49 4,97 4,72 4,04 4,84 29,49 31,34 30,02 29,21 27,61
27 Sulawesi Tenggara 9,50 8,85 8,49 8,15 8,71 4,53 2,11 2,03 1,96 3,15 22,94 26,67 25,37 24,43 24,43
28 Gorontalo 4,25 4,49 4,29 4,00 5,31 3,35 1,84 1,86 1,30 3,29 6,63 11,01 9,91 10,58 10,59
29 Sulawesi Barat 13,60 12,69 12,41 11,52 12,39 7,52 6,70 5,48 4,94 6,49 29,91 28,82 29,43 29,29 28,39
30 Maluku 3,15 2,69 2,58 2,54 3,37 1,92 1,17 1,05 0,80 1,93 6,19 6,29 5,87 6,58 6,93
31 Maluku Utara 5,35 4,56 4,26 3,92 3,99 2,33 1,15 0,85 0,59 1,87 14,63 14,70 13,24 13,11 10,31
32 Papua 24,94 27,53 29,71 31,73 35,92 22,99 26,23 29,23 30,73 34,83 32,93 32,94 31,70 36,14 40,95
33 Papua Barat 9,68 7,85 7,06 4,88 7,59 7,60 5,58 5,01 3,34 5,53 17,15 16,15 13,40 9,91 14,90
Indonesia 8,13 7,81 7,42 7,09 7,19 2,96 1,95 1,80 1,71 2,30 18,94 19,59 18,68 18,25 17,89
Sumber: Susenas 2007-2011, BPS
Keterangan * Kenaikan Angka Buta Huruf perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan
kelompok umur 5 tahunan.
2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan indikator pendidikan
karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
Lampiran 2.30

JUMLAH KECAMATAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PUSKESMAS DI 45 KABUPATEN PERBATASAN DAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR
BERPENDUDUK SASARAN PRIORITAS DALAM PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEHATAN DTPK* TAHUN 2011

Jumlah Jumlah Jumlah Puskesmas 101 Puskesmas Prioritas 2011


No Provinsi Kabupaten Kecamatan Penduduk/Kab Jumlah Puskesmas Non
Perawatan Non Perawatan Total Perawatan Total
Pembantu Perawatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh Kota Sabang 2 30.653 4 2 6 1 0 0 0
2 Sumatera Utara Nias Selatan 21 368.028 4 17 21 43 1 0 1
Serdang Bedagai 17 594.383 5 15 20 104 0 0 0
3 Riau Indragiri Hilir 17 661.779 7 16 23 94 0 0 0
Bengkalis 8 498.336 4 7 11 70 0 0 0
Rokan Hilir 14 553.216 8 8 16 53 0 0 0
Kepulauan Meranti 7 176.290 2 6 8 0 0 0 0
Kota Dumai 5 253.803 3 2 5 13 0 0 0
4 Bengkulu Bengkulu Utara 12 257.675 8 12 20 102 0 1 1
5 Kepulauan Riau Karimun 9 212.561 3 6 9 33 0 1 1
Natuna 16 69.003 8 4 12 30 3 0 3
Kota Batam 12 944.285 3 10 13 47 1 0 1
Bintan 10 142.300 5 7 12 30 0 0 0
Anambas 7 37.411 3 4 7 0 0 0 0
Sumatera 157 4.799.723 67 116 183 620 5 2 7
7 Kalimantan Barat Sambas 17 496.120 6 21 27 73 2 0 2
Bengkayang 17 215.277 3 14 17 61 2 0 2
Sanggau 15 408.468 12 6 18 87 2 0 2
Sintang 14 364.759 6 14 20 80 2 0 2
Kapuas Hulu 23 222.160 14 9 23 72 4 1 5

315
8 Kalimantan Timur Kutai Barat 21 165.091 16 7 23 102 2 0 2
Berau 13 179.079 7 10 17 71 1 0 1
Malinau 12 62.580 2 11 13 28 5 0 5
Nunukan 9 140.841 7 5 12 48 7 1 8
Kalimantan 141 2.254.375 73 97 170 622 27 2 29
9 Sulawesi Utara Kep. Sangihe 15 126.100 11 5 16 87 2 0 2
Kep. Talaud 19 83.434 10 9 19 39 4 1 5
Minahasa Utara 10 188.904 5 5 10 29 1 0 1
Sitaro 10 63.801 7 5 12 23 1 0 1
10 Sulawesi Tengah Toli - Toli 10 211.296 5 9 14 75 1 0 1
Sulawesi 64 673.535 38 33 71 253 9 1 10
6 Nusa Tenggara Timur Kupang 30 304.548 8 15 23 194 2 0 2
Timor Tengah Utara 24 229.803 14 12 26 52 6 0 6
Belu 24 352.297 6 20 26 5 3 6 9
Alor 17 190.026 6 15 21 47 3 1 4
Rotendao 9 119.908 5 7 12 0 0 0 0
11 Maluku Maluku Tenggara Barat 17 105.341 9 2 11 36 4 0 4
Kep. Aru 3 84.138 6 15 21 17 1 1 2
Maluku Barat Daya 8 70.714 4 8 12 39 4 2 6
12 Maluku Utara Morotai 5 52.697 4 7 11 52 2 1 3
13 Papua Merauke 20 195.716 11 6 17 95 5 0 5
Boven Digoel 6 55.784 3 13 16 27 1 1 2
Peg. Bintang 33 65.434 4 25 29 11 3 0 3
Sarmi 5 32.971 2 4 6 33 1 0 1
Keerom 7 48.536 4 4 8 36 3 1 4
Supiori 5 15.874 2 3 5 19 2 0 2
Kota Jayapura 5 256.705 1 11 12 15 1 0 1
14 Papua Barat Raja Ampat 13 42.507 3 10 13 23 1 0 1
Nusa Tenggara, Maluku, Papua 231 2.222.999 92 177 269 701 42 13 55

Indonesia 593 9.950.632 270 423 693 2.196 83 18 101


Sumber : Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Kemenkes RI

Keterangan : *DTPK = Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan


Data tahun 2012 = data tahun 2011
Lampiran 2.31

JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012

2008 2009 2010 2011 2012


No Provinsi Jumlah Kabupaten Jumlah Kabupaten Jumlah Kabupaten Jumlah Kabupaten Jumlah Kabupaten
(%) (%) (%) (%) (%)
Kab/Kota Tertinggal Kab/Kota Tertinggal Kab/Kota Tertinggal Kab/Kota Tertinggal Kab/Kota Tertinggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Aceh 23 16 69,57 23 16 69,57 23 12 52,17 23 12 52,17 23 12 52,17


2 Sumatera Utara 33 6 18,18 33 6 18,18 33 6 18,18 33 6 18,18 33 6 18,18
3 Sumatera Barat 19 9 47,37 19 9 47,37 19 8 42,11 19 8 42,11 19 8 42,11
4 Riau 11 2 18,18 12 2 16,67 12 0 0,00 12 0 0,00 12 0 0,00
5 Jambi 11 2 18,18 11 2 18,18 11 0 0,00 11 0 0,00 11 0 0,00
6 Sumatera Selatan 15 6 40,00 15 6 40,00 15 7 46,67 15 7 46,67 15 7 46,67
7 Bengkulu 10 8 80,00 10 8 80,00 10 6 60,00 10 6 60,00 10 6 60,00
8 Lampung 14 5 35,71 14 5 35,71 14 4 28,57 14 4 28,57 14 4 28,57
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 3 42,86 7 3 42,86 7 1 14,29 7 1 14,29 7 1 14,29
10 Kepulauan Riau 7 1 14,29 7 1 14,29 7 2 28,57 7 2 28,57 7 2 28,57
11 DKI Jakarta 6 0 0,00 6 0 0,00 6 0 0,00 6 0 0,00 6 0 0,00
12 Jawa Barat 26 2 7,69 26 2 7,69 26 2 7,69 26 2 7,69 26 2 7,69
13 Jawa Tengah 35 3 8,57 35 3 8,57 35 0 0,00 35 0 0,00 35 0 0,00
14 DI Yogyakarta 5 2 40,00 5 2 40,00 5 0 0,00 5 0 0,00 5 0 0,00
15 Jawa Timur 38 8 21,05 38 8 21,05 38 5 13,16 38 5 13,16 38 5 13,16
16 Banten 8 2 25,00 8 2 25,00 8 2 25,00 8 2 25,00 8 2 25,00
17 Bali 9 1 11,11 9 1 11,11 9 0 0,00 9 0 0,00 9 0 0,00

316
18 Nusa Tenggara Barat 10 6 60,00 10 7 70,00 10 8 80,00 10 8 80,00 10 8 80,00
19 Nusa Tenggara Timur 21 15 71,43 21 15 71,43 21 20 95,24 21 20 95,24 21 20 95,24
20 Kalimantan Barat 14 10 71,43 14 9 64,29 14 10 71,43 14 10 71,43 14 10 71,43
21 Kalimantan Tengah 14 7 50,00 14 7 50,00 14 1 7,14 14 1 7,14 14 1 7,14
22 Kalimantan Selatan 13 2 15,38 13 2 15,38 13 2 15,38 13 2 15,38 13 2 15,38
23 Kalimantan Timur 14 3 21,43 14 3 21,43 14 3 21,43 14 3 21,43 14 3 21,43
24 Sulawesi Utara 15 2 13,33 15 2 13,33 15 3 20,00 15 3 20,00 15 3 20,00
25 Sulawesi Tengah 11 9 81,82 11 9 81,82 11 10 90,91 11 10 90,91 11 10 90,91
26 Sulawesi Selatan 24 13 54,17 24 13 54,17 24 4 16,67 24 4 16,67 24 4 16,67
27 Sulawesi Tenggara 12 8 66,67 12 8 66,67 12 9 75,00 12 9 75,00 12 9 75,00
28 Gorontalo 6 4 66,67 6 4 66,67 6 3 50,00 6 3 50,00 6 3 50,00
29 Sulawesi Barat 5 5 100,00 5 5 100,00 5 5 100,00 5 5 100,00 5 5 100,00
30 Maluku 11 7 63,64 11 7 63,64 11 8 72,73 11 8 72,73 11 8 72,73
31 Maluku Utara 9 6 66,67 9 6 66,67 9 7 77,78 9 7 77,78 9 7 77,78
32 Papua Barat 10 7 70,00 11 7 63,64 11 8 72,73 11 8 72,73 11 8 72,73
33 Papua 29 19 65,52 29 19 65,52 29 27 93,10 29 27 93,10 29 27 93,10
Indonesia 495 199 40,20 497 199 40,04 497 183 36,82 497 183 36,82 497 183 36,82
Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal

Catatan: data tahun 2012 = data tahun 2010


Lampiran 2.32

DAFTAR KABUPATEN/KOTA PENYELENGGARA KABUPATEN/KOTA SEHAT (KKS) DI INDONESIA SAMPAI DESEMBER 2012**

Jumlah Kabupaten/Kota
No Provinsi Jumlah Kabupaten/Kota KKS (%) *
Penyelenggara KKS
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 23 2 8,70
2 Sumatera Utara 33 11 33,33
3 Sumatera Barat 19 15 78,95
4 Riau 12 4 33,33
5 Jambi 11 4 36,36
6 Sumatera Selatan 15 8 53,33
7 Bengkulu 10 5 50,00
8 Lampung 14 6 42,86
9 Bangka Belitung 7 3 42,86
10 Kepulauan Riau 7 2 28,57
11 DKI Jakarta 6 5 83,33
12 Jawa Barat 26 24 92,31
13 Jawa Tengah 35 32 91,43
14 DI Yogyakarta 5 5 100,00
15 Jawa Timur 38 38 100,00

317
16 Banten 8 4 50,00
17 Bali 9 5 55,56
18 Nusa Tenggara Barat 10 10 100,00
19 Nusa Tenggara Timur 21 4 19,05
20 Kalimantan Barat 14 3 21,43
21 Kalimantan Tengah 14 1 7,14
22 Kalimantan Selatan 13 4 30,77
23 Kalimantan Timur 14 7 50,00
24 Sulawesi Utara 15 5 33,33
25 Sulawesi Tengah 11 1 9,09
26 Sulawesi Selatan 24 23 95,83
27 Sulawesi Tenggara 12 3 25,00
28 Gorontalo 6 3 50,00
29 Sulawesi Barat 5 0 0,00
30 Maluku 11 0 0,00
31 Maluku Utara 9 0 0,00
32 Papua Barat 11 0 0,00
33 Papua 29 0 0,00
Total 497 237 47,69
Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI
Keterangan :
*) Yang mengikuti penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat adalah semua kab/kota yang telah memulai inisiasi pengembangan KKS baik itu mulai tahapan sosialisasi,
advokasi, pembentukan kelembangan dan bahkan yang telah menerima penghargaan KKS tingkat nasional.
**) Data Tahun 2012 = Tahun 2011, karena KKS dihitung 2 tahun sekali
Lampiran 2.33

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG AKSES AIR MINUM LAYAK DAN AIR KEMASAN/ISI ULANG TAHUN 1993 - 2012

Air Minum Layak Air Minum Kemasan dan Isi Ulang


No Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 1993 50,58 31,62 37,73 - - -


2 1994 51,45 30,79 37,74 - - -
3 1995 51,66 30,77 38,03 - - -
4 1996 53,37 34,36 41,18 - - -
5 1997 54,42 35,86 42,76 - - -
6 1998 52,70 35,55 41,95 1,57 0,28 0,76
7 1999 52,97 35,19 42,18 1,84 0,26 0,88
8 2000 46,02 31,31 37,51 1,56 0,17 0,75
9 2001 59,51 40,39 48,68 2,94 0,27 1,43
10 2002 58,22 40,29 48,33 2,88 0,25 1,43
11 2003 57,26 40,98 47,73 4,02 0,29 1,83
12 2004 56,77 42,93 48,81 4,94 0,60 2,45
13 2005 55,62 41,50 47,62 7,78 1,21 4,06

318
14 2006 54,57 42,68 47,79 8,95 1,02 4,43
15 2007 54,07 43,93 48,31 14,45 1,65 7,18
16 2008 50,15 42,95 46,45 20,16 2,85 11,26
17 2009 49,82 45,72 47,71 22,73 3,94 13,05
18 2010 42,51 45,85 44,19 33,11 5,81 19,37
19 2011 40,52 44,96 42,76 36,41 8,42 22,29
20 2012* 38,96 44,28 41,66 37,58 9,48 23,33
Sumber: Susenas 1993 - 2012, BPS
Keterangan : *) Data Sementara (Triwulan I)
Lampiran 2.34

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN SUMBER AIR MINUM LAYAK
DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012

No Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

2008 2009 2010 2011 2012* 2008 2009 2010 2011 2012* 2008 2009 2010 2011 2012*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 32,39 34,19 24,74 23,64 14,55 26,25 29,20 30,68 30,62 29,37 28,02 30,60 29,02 28,65 25,30
2 Sumatera Utara 61,81 62,45 52,11 44,94 39,00 39,01 41,33 40,34 38,82 37,15 49,52 51,04 46,06 41,73 38,04
3 Sumatera Barat 59,41 58,14 47,94 41,54 35,84 39,35 40,53 38,17 34,27 35,16 46,23 46,62 41,92 37,05 35,42
4 Riau 41,13 35,83 29,05 25,89 20,65 49,28 46,08 46,96 44,64 45,81 45,17 40,96 40,01 37,44 36,17
5 Jambi 69,99 63,59 54,14 46,76 50,87 45,63 45,44 45,80 43,31 41,01 53,52 51,19 48,29 44,32 43,93
6 Sumatera Selatan 54,36 59,66 50,65 49,71 42,22 40,55 41,91 43,55 42,81 39,55 45,89 48,53 45,99 45,17 40,48
7 Bengkulu 42,49 43,15 37,02 34,60 36,12 18,35 27,60 24,37 23,53 28,93 26,82 33,02 28,23 26,85 31,14
8 Lampung 40,58 37,71 34,02 30,48 30,54 39,52 41,20 39,36 40,19 34,13 39,77 40,29 38,07 37,82 33,25
9 Kep. Bangka Belitung 42,10 34,31 36,13 23,86 28,18 33,02 39,18 40,22 34,47 29,57 37,36 36,84 38,17 29,30 28,89
10 Kepulaun Riau 36,99 36,22 21,69 18,31 19,97 32,17 39,46 34,72 33,18 36,09 34,72 37,74 23,82 20,86 22,80
11 DKI Jakarta 39,20 34,81 28,41 24,29 22,87 - - - - - 39,20 34,81 28,41 24,29 22,87
12 Jawa Barat 40,37 41,04 34,35 32,19 29,54 34,79 39,77 37,04 36,47 31,84 38,06 40,51 35,32 33,72 30,37
13 Jawa Tengah 57,92 61,54 58,63 58,05 56,93 51,16 55,28 56,49 56,72 55,80 54,45 58,30 57,44 57,32 56,31
14 DI Yogyakarta 54,59 57,61 54,50 56,93 55,68 64,72 65,85 73,12 75,42 67,66 58,20 60,38 60,41 62,66 59,39
15 Jawa Timur 57,35 54,06 47,95 49,07 51,51 54,78 57,25 57,26 56,84 56,80 56,04 55,70 52,94 53,19 54,32

319
16 Banten 28,45 27,54 22,19 22,39 18,81 22,97 27,35 22,61 21,56 23,52 26,27 27,47 22,32 22,12 20,40
17 Bali 50,60 51,63 37,77 40,13 33,48 66,13 71,42 65,47 66,74 74,37 57,17 59,99 48,44 50,44 49,12
18 Nusa Tenggara Barat 43,83 49,76 50,44 45,39 41,12 42,07 41,51 43,15 41,61 45,56 42,81 44,96 46,20 43,15 43,78
19 Nusa Tenggara Timur 75,38 76,97 69,43 64,73 70,43 40,27 39,00 44,43 46,61 49,32 46,53 45,45 49,29 50,11 53,33
20 Kalimantan Barat 75,89 76,28 67,54 62,00 65,54 46,46 45,71 48,98 46,81 49,16 54,64 54,02 54,47 51,22 53,81
21 Kalimantan Tengah 49,22 53,03 48,71 38,16 37,11 31,50 28,56 36,40 32,29 32,50 37,53 36,89 40,55 34,23 34,02
22 Kalimantan Selatan 77,32 76,64 67,18 66,50 58,34 35,54 34,79 35,94 38,04 40,21 52,88 51,97 48,97 49,86 47,77
23 Kalimantan Timur 69,23 65,10 45,35 37,15 29,35 42,43 40,54 39,83 30,05 30,51 59,10 55,71 43,27 34,44 29,79
24 Sulawesi Utara 50,36 43,79 44,74 35,81 71,31 41,26 45,03 44,13 40,20 52,78 45,21 44,49 44,41 38,20 61,38
25 Sulawesi Tengah 50,35 49,01 38,30 41,87 39,10 37,97 43,13 34,07 40,37 46,12 40,57 44,36 35,10 40,72 44,46
26 Sulawesi Selatan 62,42 63,38 49,04 42,54 42,93 40,40 43,74 42,92 42,18 42,47 47,49 50,13 45,12 42,31 42,64
27 Sulawesi Tenggara 73,84 71,13 51,34 55,96 49,51 50,55 55,50 50,50 52,86 52,14 55,88 59,12 50,74 53,69 51,40
28 Gorontalo 44,57 61,47 47,10 46,20 39,24 33,44 37,18 36,40 37,35 35,09 36,93 44,85 40,09 40,45 36,52
29 Sulawesi Barat 65,93 65,01 55,96 45,76 44,34 30,31 32,28 32,12 25,92 33,57 42,21 42,92 37,44 30,24 35,81
30 Maluku 68,74 74,72 65,56 57,52 58,03 40,05 48,59 51,47 46,11 48,07 47,54 55,50 56,95 50,47 51,73
31 Maluku Utara 72,80 66,56 68,75 61,33 62,66 32,04 34,16 48,57 40,80 40,17 44,15 43,75 54,18 46,18 46,05
32 Papua Barat 56,39 55,20 38,49 38,50 33,12 33,61 45,12 48,24 41,15 45,05 38,80 48,08 45,34 40,39 41,96
33 Papua 56,06 53,56 43,63 35,64 26,91 26,54 30,29 28,59 23,31 22,34 33,20 35,44 32,42 26,28 23,44
Indonesia 50,15 49,82 42,51 40,52 38,96 42,95 45,7 45,85 44,96 44,28 46,45 47,71 44,19 42,76 41,66
Sumber : Susenas 2008-2012, BPS
Keterangan : *) Angka Sementara (Triwulan Pertama)
Lampiran 2.35

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI DAN SUMBER AIR MINUM TAHUN 2011

Sumber Air Minum Bersih * Sumber Air Minum Layak **


No Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 83,50 49,53 59,11 23,64 30,62 28,65
2 Sumatera Utara 82,34 43,67 62,09 44,94 38,82 41,73
3 Sumatera Barat 79,15 46,68 59,10 41,54 34,27 37,05
4 Riau 75,24 36,14 51,16 25,89 44,64 37,44
5 Jambi 72,43 45,27 53,25 46,76 43,31 44,32
6 Sumatera Selatan 81,81 44,69 57,37 49,71 42,81 45,17
7 Bengkulu 64,73 29,68 40,19 34,6 23,53 26,85
8 Lampung 67,84 44,89 50,48 30,48 40,19 37,82
9 Kepulauan Bangka Belitung 85,46 63,37 74,14 23,85 34,47 29,29
10 Kepulauan Riau 91,79 43,80 83,57 18,31 33,18 20,86
11 DKI Jakarta 91,54 - 91,54 24,29 - 24,29
12 Jawa Barat 66,15 47,61 59,52 32,19 36,47 33,72
13 Banten 74,36 38,70 62,64 22,39 21,56 22,12
14 Jawa Tengah 72,19 61,38 66,26 58,05 56,72 57,32
15 DI Yogyakarta 79,47 66,29 75,39 56,93 75,42 62,66
16 Jawa Timur 78,72 62,41 70,06 49,07 56,84 53,19
17 Bali 89,73 64,79 80,06 40,13 66,74 50,44
18 Nusa Tenggara Barat 65,79 47,62 55,04 45,39 41,61 43,15

320
19 Nusa Tenggara Timur 77,84 43,65 50,25 64,73 46,61 50,11
20 Kalimantan Barat 39,68 17,48 23,92 62,00 46,81 51,22
21 Kalimantan Selatan 77,65 30,28 45,88 38,16 32,29 34,23
22 Kalimantan Tengah 85,02 42,69 60,27 66,5 38,04 49,86
23 Kalimantan Timur 90,65 50,08 75,21 37,15 30,05 34,44
24 Sulawesi Utara 83,32 49,43 64,84 35,81 40,20 38,20
25 Sulawesi Tengah 80,49 42,65 51,61 41,87 40,37 40,72
26 Sulawesi Selatan 86,74 47,98 61,98 42,54 42,18 42,31
27 Sulawesi Tenggara 82,38 53,93 61,59 55,96 52,86 53,69
28 Gorontalo 66,66 42,38 50,88 46,2 37,35 40,45
29 Sulawesi Barat 75,65 29,22 39,33 45,76 25,92 30,24
30 Maluku 68,34 45,18 54,02 57,52 46,11 50,47
31 Maluku Utara 80,78 37,53 48,86 61,33 40,8 46,18
32 Papua Barat 85,30 36,77 50,74 38,50 41,15 40,39
33 Papua 79,49 10,93 27,45 35,64 23,31 26,28
INDONESIA 75,89 49,65 62,65 40,52 44,96 42,76
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011, BPS
Keterangan : *) Terdiri dari air kemasan, air isi ulang, leding, dan [(sumur bor/pompa, sumur terlindung serta mata air terlindung) dengan jarak ke tempat penampungan akhir tinja 
**) Terdiri dari leding, air hujan, dan [(sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung) dengan jarak ke tempat penampungan akhir tinja 
Lampiran 2.36

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN FASILITAS AIR MINUM
DI INDONESIA TAHUN 2011

No Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Sendiri Bersama Umum Tidak Ada Sendiri Bersama Umum Tidak Ada Sendiri Bersama Umum Tidak Ada
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 78,35 11,70 7,95 2,00 70,71 15,86 10,93 2,50 71,92 15,20 10,46 2,42
2 Sumatera Utara 80,22 13,34 5,09 1,35 55,67 15,32 22,68 6,33 64,87 14,58 16,09 4,46
3 Sumatera Barat 74,42 18,90 5,13 1,55 54,49 23,72 16,49 5,30 60,69 22,22 12,96 4,13
4 Riau 75,88 11,29 2,65 10,18 71,11 13,14 4,76 10,99 72,22 12,71 4,27 10,80
5 Jambi 75,29 12,21 0,48 12,02 60,54 19,43 8,82 11,21 63,97 17,75 6,88 11,40
6 Sumatera Selatan 70,95 23,77 3,26 2,02 54,37 25,34 11,50 8,79 58,64 24,93 9,38 7,05
7 Bengkulu 80,23 18,24 0,52 1,01 68,87 21,60 8,46 1,07 71,58 20,80 6,56 1,06
8 Lampung 72,54 21,10 4,60 1,76 68,63 24,32 5,09 1,96 69,29 23,77 5,01 1,93
9 Kepulauan Bangka Belitung 57,73 31,26 9,43 1,58 36,03 40,82 20,59 2,56 43,39 37,57 16,81 2,23
10 Kepulauan Riau 74,80 16,66 8,02 0,52 46,55 23,71 28,85 0,89 63,30 19,53 16,50 0,67
11 DKI Jakarta 79,64 18,55 1,32 0,49 - - - - 79,64 18,55 1,32 0,49
12 Jawa Barat 68,16 23,53 7,59 0,72 52,85 26,72 18,71 1,72 61,56 24,90 12,39 1,15
13 Jawa Tengah 69,64 24,57 4,22 1,57 60,95 26,97 10,59 1,49 64,55 25,97 7,95 1,53

321
14 DI Yogyakarta 64,98 33,70 1,17 0,15 58,35 35,04 3,37 3,24 62,57 34,19 1,97 1,27
15 Jawa Timur 72,17 23,49 3,09 1,25 53,63 33,59 11,61 1,17 60,76 29,71 8,33 1,20
16 Banten 73,27 21,52 4,41 0,80 51,33 24,63 21,21 2,83 63,04 22,97 12,24 1,75
17 Bali 57,45 31,24 9,99 1,32 52,98 28,35 14,43 4,24 55,02 29,66 12,41 2,91
18 Nusa Tenggara Barat 39,83 46,37 11,78 2,02 24,58 51,39 22,06 1,97 30,10 49,57 18,34 1,99
19 Nusa Tengara Timur 47,11 41,25 10,01 1,63 13,13 32,51 51,30 3,06 18,89 33,99 44,30 2,82
20 Kalimantan Barat 42,20 5,83 1,50 50,47 38,93 12,25 12,02 36,80 39,68 10,77 9,60 39,95
21 Kalimantan Tangah 68,86 18,91 6,21 6,02 40,36 19,58 20,41 19,65 46,95 19,43 17,12 16,50
22 Kalimantan Selatan 70,93 20,41 3,65 5,01 42,39 21,23 18,61 17,77 52,79 20,93 13,16 13,12
23 Kalimantan Timur 77,19 15,59 4,09 3,13 60,59 20,32 11,40 7,69 68,53 18,06 7,90 5,51
24 Sulawesi Utara 51,70 32,97 10,10 5,23 45,48 28,33 22,52 3,67 47,54 29,86 18,41 4,19
25 Sulawesi Tengah 66,26 22,75 8,57 2,42 47,92 25,57 19,94 6,57 50,91 25,11 18,08 5,90
26 Sulawesi Selatan 61,45 30,16 7,29 1,10 41,20 40,71 15,51 2,58 46,02 38,20 13,55 2,23
27 Sulawesi Tenggara 52,64 37,31 9,55 ,50 38,67 37,53 22,44 1,36 41,72 37,48 19,63 1,17
28 Gorontalo 47,65 40,21 9,94 2,20 31,67 41,81 20,39 6,13 36,66 41,31 17,13 4,90
29 Sulawesi Barat 44,94 36,87 17,44 ,75 39,78 29,53 23,29 7,40 40,59 30,68 22,37 6,36
30 Maluku 36,63 33,80 28,71 ,86 18,78 27,91 50,71 2,60 24,79 29,89 43,31 2,01
31 Maluku Utara 64,72 29,82 5,31 ,15 33,53 30,82 32,46 3,19 40,33 30,60 26,54 2,53
32 Papua Barat 46,87 37,50 8,23 7,40 40,50 25,31 26,30 7,89 41,62 27,46 23,12 7,80
33 Papua 67,08 21,33 10,52 1,07 25,48 22,53 33,68 18,31 31,16 22,36 30,52 15,96
Indonesia 68,95 23,63 5,39 2,03 51,95 27,4 15,91 4,71 58,69 25,92 11,74 3,65
Sumber : Statistik Kesehatan Rakyat 2011, BPS
Lampiran 2.37

REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM PDAM


TAHUN 2012

Parameter Mikrobiologi
No Provinsi Jumlah PDAM  Memenuhi Syarat % Memenuhi Syarat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Aceh 22 18 17 94,44
2 Sumatera Utara 17 255 253 99,22
3 Sumatera Barat 16 8 8 100,00
4 Riau 11 3 3 100,00
5 Jambi 10 10 10 100,00
6 Sumatera Selatan 15 6 6 100,00
7 Bengkulu 9 9 9 100,00
8 Lampung 9 25 25 100,00
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 10 10 100,00
10 Kepulauan Riau 6 24 23 95,83
11 DKI Jaya 3 1.458 1.452 99,59
12 Jawa Barat 22 96 95 98,96
13 Jawa Tengah 35 56 55 98,21
14 DI Yogyakarta 6 80 79 98,75
15 Jawa Timur 38 38 37 97,37
16 Banten 8 30 30 100,00
17 Bali 9 437 152 34,78

322
18 Nusa Tenggara Barat 7 1.181 970 82,13
19 Nusa Tenggara Timur 14 5 5 100,00
20 Kalimantan Barat 14 40 40 100,00
21 Kalimantan Timur 13 27 27 100,00
22 Kalimantan Tengah 14 365 228 62,47
23 Kalimantan Selatan 12 13 13 100,00
24 Sulawesi Utara 10 36 36 100,00
25 Sulawesi Tengah 9 95 85 89,26
26 Sulawesi Selatan 21 94 94 100,00
27 Sulawesi Tenggara 9 64 64 100,00
28 Gorontalo 6 6 6 100,00
29 Sulawesi Barat 5 22 22 100,00
30 Maluku 6 354 354 100,00
31 Maluku Utara 7 8 8 100,00
32 Papua Barat 4 32 31 96,88
33 Papua 6 11 11 100,00
Indonesia 400 4.916 4.258 95,39
Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI
Keterangan : 1) Data dukung berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi
2) Parameter yang menjadi acuan adalah mikrobiologi
Lampiran 2.38

PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK TAHUN 1993 - 2012

No Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


(1) (2) (3) (4) (5)

1 1993 53,64 11,10 24,81


2 1994 57,71 12,24 27,52
3 1995 45,02 9,63 21,93
4 1996 49,04 12,16 25,40
5 1997 50,66 14,04 27,65
6 1998 51,19 15,62 28,90
7 1999 56,14 17,27 32,56
8 2000 53,73 17,39 32,72

323
9 2001 56,56 17,26 34,30
10 2002 57,29 18,03 35,64
11 2003 56,73 20,66 35,61
12 2004 59,20 22,52 38,13
13 2005 - - -
14 2006 54,13 20,64 35,03
15 2007 64,67 28,63 44,20
16 2008 66,70 31,40 48,56
17 2009 69,51 33,96 51,19
18 2010 72,78 38,50 55,54
19 2011 72,54 38,97 55,60
20 2012* 71,66 41,25 56,24
Sumber: Susenas 1993 - 2011, BPS
Keterangan : *) Angka Sementara (Triwulan I)
2005 Tidak Dilakukan Perhitungan
Lampiran 2.39

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN SANITASI LAYAK
DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


No Provinsi
2008 2009 2010 2011 2012* 2008 2009 2010 2011 2012* 2008 2009 2010 2011 2012*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 72,35 73,03 74,00 75,80 75,96 27,16 29,96 34,00 40,01 41,71 40,17 42,03 45,17 50,10 51,11
2 Sumatera Utara 76,65 72,88 75,37 72,78 78,67 32,53 34,09 39,83 41,64 41,65 52,87 51,92 57,10 56,47 59,43
3 Sumatera Barat 65,06 65,73 68,70 67,23 63,29 23,23 25,19 29,06 30,69 30,61 37,59 39,21 44,26 44,67 43,12
4 Riau 77,89 75,60 81,98 81,94 84,79 31,02 29,96 36,70 35,42 48,77 54,64 52,75 54,27 53,29 62,58
5 Jambi 62,45 63,53 78,71 75,16 75,00 27,62 30,48 40,60 40,45 40,72 38,91 40,93 51,98 50,65 50,89
6 Sumatera Selatan 69,77 73,10 73,84 72,43 66,84 18,63 22,71 28,94 34,35 35,85 38,39 41,48 44,36 47,36 46,65
7 Bengkulu 53,33 59,16 67,51 68,12 66,11 19,71 21,55 30,26 26,84 34,35 31,50 34,66 41,64 39,22 44,14
8 Lampung 64,85 57,60 72,81 74,43 68,89 29,39 31,71 34,61 34,63 35,14 37,72 38,43 43,85 44,33 43,35
9 Kep. Bangka Belitung 70,22 77,04 82,44 83,12 79,34 42,48 45,51 47,59 52,91 56,98 55,74 60,66 65,06 67,64 67,92
10 Kep. Riau 73,62 75,43 81,18 80,62 79,47 15,81 12,24 27,46 36,22 27,63 46,39 45,78 72,37 73,01 70,36
11 DKI Jakarta 75,61 80,37 84,57 87,83 78,72 - - - - - 75,61 80,37 84,57 87,83 78,72
12 Jawa Barat 58,40 62,12 65,15 60,84 61,82 35,76 38,47 38,39 37,48 40,37 49,04 52,17 55,57 52,50 54,07
13 Jawa Tengah 63,76 67,20 70,99 72,51 69,97 37,79 41,76 47,13 48,63 49,22 50,41 54,06 57,76 59,42 58,48
14 DI Yogyakarta 82,94 84,99 89,71 89,35 87,27 56,32 56,26 64,98 66,09 65,00 73,44 75,35 81,85 82,15 80,37
15 Jawa Timur 64,78 69,51 69,71 71,50 71,95 30,93 33,63 38,47 38,92 42,20 47,49 51,07 52,96 54,21 56,14
16 Banten 78,95 77,03 79,30 81,30 77,58 25,70 30,10 29,26 29,09 32,66 57,75 58,82 63,78 64,15 62,43
17 Bali 87,72 85,72 90,09 90,73 93,65 62,67 62,60 61,65 71,45 78,51 77,13 75,95 79,13 83,26 87,86
18 Nusa Tenggara Barat 52,51 49,51 56,92 58,08 64,36 34,98 32,86 40,61 39,93 43,18 42,32 39,83 47,43 47,34 51,66
19 Nusa Tenggara Timur 46,45 35,43 56,35 48,92 54,64 11,11 10,80 18,94 17,82 20,93 17,41 14,98 26,23 23,82 27,33
20 Kalimantan Barat 73,34 81,23 84,76 77,86 76,13 22,40 24,77 28,76 29,89 31,82 36,56 40,12 45,32 43,81 44,39

324
21 Kalimantan Tengah 48,98 56,13 63,98 64,59 67,63 11,74 10,11 20,52 18,57 17,97 24,40 25,78 35,14 33,72 34,31
22 Kalimantan Selatan 59,77 64,31 72,56 70,70 74,60 20,28 25,05 32,06 32,52 35,76 36,67 41,16 48,95 48,38 51,96
23 Kalimantan Timur 67,32 75,69 80,83 82,10 78,26 28,88 30,69 47,80 41,27 48,82 52,79 58,48 68,37 66,56 67,09
24 Sulawesi Utara 67,09 78,84 71,73 82,37 77,00 44,60 51,89 59,09 54,62 49,90 54,36 63,59 64,87 67,23 62,48
25 Sulawesi Tengah 76,96 70,41 77,40 75,01 69,93 34,94 34,49 38,85 40,13 38,25 43,76 42,02 48,25 48,39 45,74
26 Sulawesi Selatan 79,41 85,38 80,47 84,41 85,55 37,52 44,18 50,79 49,36 51,83 51,01 57,58 61,45 62,02 64,06
27 Sulawesi Tenggara 76,60 78,87 82,75 84,09 82,10 32,50 35,98 38,70 39,40 39,63 42,60 45,91 50,87 51,43 51,63
28 Gorontalo 65,80 73,17 68,16 74,16 76,07 24,35 30,31 33,83 31,88 34,23 37,32 43,84 45,66 46,68 48,65
29 Sulawesi Barat 63,40 66,59 68,37 72,38 71,76 26,27 35,13 33,52 35,33 36,16 38,68 45,35 41,30 43,40 43,57
30 Maluku 71,68 70,50 75,15 72,59 69,59 29,07 27,27 31,17 37,27 37,11 40,19 38,69 48,28 50,75 49,04
31 Maluku Utara 78,60 85,50 81,98 89,47 85,54 32,08 25,39 42,19 39,42 39,23 45,90 43,18 53,26 52,53 51,34
32 Papua Barat 39,99 56,05 58,31 56,61 62,29 22,57 22,89 43,71 32,20 45,08 26,54 32,63 48,05 39,23 49,53
33 Papua 43,98 54,03 66,01 73,36 68,55 10,86 12,45 9,61 8,73 12,49 18,34 21,65 23,97 24,31 25,92
Indonesia 66,70 69,51 72,78 72,54 71,66 31,40 34,0 38,50 38,97 41,25 48,56 51,19 55,54 55,60 56,24
Sumber : Susenas 2008-2012, BPS
Keterangan : *) Angka Sementara (Triwulan Pertama)
Lampiran 2.40

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR
DI INDONESIA TAHUN 2011

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


No Provinsi
Sendiri Bersama Umum Tidak Ada Sendiri Bersama Umum Tidak Ada Sendiri Bersama Umum Tidak Ada
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 80,83 9,72 2,94 6,51 52,31 6,18 8,87 32,64 60,35 7,18 7,20 25,27
2 Sumatera Utara 87,43 8,30 0,97 3,30 63,46 6,57 6,00 23,97 74,89 7,39 3,60 14,12
3 Sumatera Barat 73,02 12,08 3,44 11,46 43,28 7,99 7,24 41,49 54,66 9,56 5,78 30,00
4 Riau 91,73 6,43 0,90 0,94 78,88 5,78 1,45 13,89 83,82 6,03 1,24 8,91
5 Jambi 87,04 6,97 0,92 5,07 60,26 9,62 4,57 25,55 68,13 8,84 3,50 19,53
6 Sumatera Selatan 79,08 11,61 2,29 7,02 57,05 10,34 5,15 27,46 64,59 10,77 4,17 20,47
7 Bengkulu 84,74 10,33 1,22 3,71 58,79 7,35 1,83 32,03 66,57 8,24 1,65 23,54
8 Lampung 81,20 13,09 1,16 4,55 75,61 11,20 1,37 11,82 76,97 11,66 1,32 10,05
9 Kep. Bangka Belitung 85,09 5,39 1,40 8,12 59,05 3,47 1,65 35,83 71,75 4,41 1,52 22,32
10 Kepulauan Riau 84,11 13,67 1,17 1,05 72,02 5,31 3,84 18,83 82,04 12,24 1,63 4,09
11 DKI Jakarta 76,30 18,41 4,84 0,45 - - - - 76,30 18,41 4,84 0,45
12 Jawa Barat 74,57 13,97 4,55 6,91 55,06 14,10 9,73 21,11 67,60 14,02 6,40 11,98
13 Jawa Tengah 69,67 15,09 2,37 12,87 60,27 12,73 2,56 24,44 64,52 13,80 2,47 19,21

325
14 D.I. Yogyakarta 66,28 27,52 0,88 5,32 77,70 19,05 0,34 2,91 69,82 24,89 0,71 4,58
15 Jawa Timur 70,20 15,10 1,72 12,98 54,06 15,07 1,39 29,48 61,62 15,09 1,55 21,74
16 Banten 74,65 14,83 1,81 8,71 38,92 5,38 3,99 51,71 62,92 11,72 2,52 22,84
17 Bali 72,02 22,33 0,84 4,81 55,18 18,17 0,42 26,23 65,49 20,72 0,67 13,12
18 Nusa Tenggara Barat 52,52 19,80 3,67 24,01 34,49 13,97 2,36 49,18 41,85 16,35 2,89 38,91
19 Nusa Tenggara Timur 73,48 23,64 1,10 1,78 59,68 11,43 2,75 26,14 62,35 13,78 2,43 21,44
20 Kalimantan Barat 86,53 7,40 1,25 4,82 55,75 6,41 2,61 35,23 64,67 6,70 2,22 26,41
21 Kalimantan Tengah 76,90 13,84 5,25 4,01 42,17 30,38 10,60 16,85 53,60 24,94 8,84 12,62
22 Kalimantan Selatan 75,35 13,87 6,21 4,57 55,58 15,70 8,94 19,78 63,80 14,94 7,80 13,46
23 Kalimantan Timur 88,88 8,33 1,62 1,17 68,06 12,46 6,79 12,69 80,96 9,90 3,59 5,55
24 Sulawesi Utara 70,58 23,08 1,85 4,49 57,46 14,74 3,66 24,14 63,42 18,53 2,84 15,21
25 Sulawesi Tengah 73,98 10,80 7,26 7,96 43,72 8,71 5,09 42,48 50,88 9,21 5,61 34,30
26 Sulawesi Selatan 74,63 17,58 2,17 5,62 55,32 10,86 2,56 31,26 62,30 13,29 2,42 21,99
27 Sulawesi Tenggara 73,08 17,22 2,09 7,61 53,31 7,96 3,06 35,67 58,63 10,45 2,80 28,12
28 Gorontalo 51,38 25,05 10,22 13,35 23,19 13,28 11,37 52,16 33,06 17,40 10,97 38,57
29 Sulawesi Barat 62,69 15,03 4,23 18,05 39,89 9,14 2,39 48,58 44,86 10,42 2,79 41,93
30 Maluku 63,41 19,94 5,48 11,17 40,97 9,16 10,28 39,59 49,53 13,28 8,45 28,74
31 Maluku Utara 71,55 21,92 3,91 2,62 42,18 9,77 18,99 29,06 49,88 12,95 15,04 22,13
32 Papua 78,73 14,76 4,13 2,38 36,32 8,66 4,37 50,65 46,55 10,13 4,31 39,01
33 Papua Barat 64,61 29,09 4,34 1,96 50,88 14,30 16,83 17,99 54,83 18,55 13,24 13,38
Indonesia 74,45 14,80 2,90 7,85 56,12 12,0 4,38 27,53 65,20 13,37 3,65 17,78
Sumber : Statistik Kesehatan Rakyat 2011, BPS
Lampiran 2.41

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA


MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, TAHUN 2011

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


No Provinsi Tangki Septik Selain Tangki Septik*) Tangki Septik Selain Tangki Septik*) Tangki Septik Selain Tangki Septik*)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 84,24 15,76 48,16 51,84 58,34 41,66
2 Sumatera Utara 82,98 17,02 46,98 53,02 64,13 35,87
3 Sumatera Barat 69,55 30,45 32,82 67,18 46,86 53,14
4 Riau 88,24 11,76 38,33 61,67 57,50 42,50
5 Jambi 76,47 23,53 41,85 58,15 52,03 47,97
6 Sumatera Selatan 80,09 19,91 39,95 60,05 53,67 46,33
7 Bengkulu 69,70 30,30 30,08 69,92 41,95 58,05
8 Lampung 81,82 18,18 38,33 61,67 48,92 51,08
9 Kepulauan Bangka Belitung 90,12 9,88 57,50 42,50 73,41 26,59
10 Kepulauan Riau 90,84 9,16 47,12 52,88 83,35 16,65
11 DKI Jakarta 93,91 6,09 - - 93,91 6,09
12 Jawa Barat 66,03 33,97 44,40 55,60 58,30 41,70
13 Jawa Tengah 75,58 24,42 51,51 48,49 62,39 37,61
14 D.I. Yogyakarta 91,19 8,81 67,40 32,60 83,83 16,17
15 Jawa Timur 75,79 24,21 41,77 58,23 57,73 42,27
16 Banten 83,94 16,06 32,72 67,28 67,12 32,88
17 Bali 93,50 6,50 71,97 28,03 85,16 14,84

326
18 Nusa Tenggara Barat 67,65 32,35 44,66 55,34 54,05 45,95
19 Nusa Tenggara Timur 53,04 46,96 22,07 77,93 28,05 71,95
20 Kalimantan Barat 81,24 18,76 31,49 68,51 45,92 54,08
21 Kalimantan Tengah 68,58 31,42 21,22 78,78 36,81 63,19
22 Kalimantan Selatan 73,07 26,93 36,88 63,12 51,92 48,08
23 Kalimantan Timur 88,30 11,70 47,03 52,97 72,60 27,40
24 Sulawesi Utara 85,52 14,48 61,21 38,79 72,26 27,74
25 Sulawesi Tengah 83,50 16,50 47,44 52,56 56,00 44,00
26 Sulawesi Selatan 90,74 9,26 54,82 45,18 67,79 32,21
27 Sulawesi Tenggara 88,58 11,42 43,94 56,06 55,95 44,05
28 Gorontalo 85,36 14,64 43,52 56,48 58,18 41,82
29 Sulawesi Barat 78,11 21,89 38,70 61,30 47,27 52,73
30 Maluku 80,89 19,11 49,41 50,59 61,42 38,58
31 Maluku Utara 94,04 5,96 59,92 40,08 68,85 31,15
32 Papua Barat 84,08 15,92 54,55 45,45 63,06 36,94
33 Papua 82,99 17,01 11,10 88,90 28,42 71,58
Indonesia 77,61 22,39 43,35 56,65 60,33 39,67
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011, BPS
Keterangan : *) Terdiri dari kolam/sawah, sungai/danau/laut, lobang tanah, pantai/kebun, dan lainnya
Lampiran 2.42

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN RUMAH TANGGA KUMUH
DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


No Provinsi
2008 2009 2010 2011 2012* 2008 2009 2010 2011 2012* 2008 2009 2010 2011 2012*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 13,88 9,79 10,02 13,49 14,19 24,88 21,39 20,84 21,19 20,84 21,71 18,14 17,82 19,02 19,02
2 Sumatera Utara 10,09 7,88 10,37 11,71 12,88 23,41 22,36 22,53 21,80 21,78 17,27 15,70 16,62 16,99 17,50
3 Sumatera Barat 10,37 8,54 11,24 10,78 10,89 17,24 16,53 17,12 17,40 16,96 14,89 13,77 14,87 14,87 14,64
4 Riau 10,98 10,45 9,81 10,55 11,08 14,51 14,28 12,58 14,68 13,06 12,73 12,37 11,51 13,10 12,30
5 Jambi 8,75 7,65 7,72 7,58 8,72 12,18 12,48 11,23 10,16 11,62 11,07 10,95 10,18 9,40 10,76
6 Sumatera Selatan 15,22 13,96 14,28 16,13 17,27 23,50 18,63 20,57 20,04 18,83 20,30 16,89 18,41 18,70 18,29
7 Bengkulu 15,39 13,34 12,12 14,50 10,20 17,68 14,58 15,41 18,15 12,31 16,88 14,15 14,40 17,06 11,66
8 Lampung 12,94 10,92 9,54 9,07 10,68 12,77 11,66 11,47 11,07 13,67 12,81 11,47 11,01 10,58 12,94
9 Kep. Bangka Belitung 9,94 8,51 7,29 8,34 8,76 11,67 9,32 9,21 7,44 8,07 10,85 8,93 8,25 7,88 8,41
10 Kep. Riau 12,62 14,12 10,46 16,24 12,03 15,35 19,59 14,38 12,41 16,54 13,91 16,69 11,10 15,59 12,82
11 DKI Jakarta 24,88 25,14 27,91 25,23 26,02 - - - - - 24,88 25,14 27,91 25,23 26,02
12 Jawa Barat 15,58 14,58 14,71 14,24 16,20 14,74 13,55 12,25 16,86 16,21 15,23 14,15 13,83 15,18 16,20
13 Jawa Tengah 6,70 5,59 5,79 5,45 6,29 9,87 9,03 7,77 7,32 7,40 8,33 7,37 6,89 6,48 6,90
14 DI Yogyakarta 5,42 5,10 5,16 4,16 2,74 7,87 8,33 5,35 6,46 7,20 6,30 6,18 5,22 4,87 4,12
15 Jawa Timur 9,20 8,60 9,70 8,62 7,32 14,17 11,76 10,83 10,12 10,63 11,74 10,22 10,30 9,41 9,08

327
16 Banten 16,08 15,65 15,86 15,35 16,39 20,84 21,99 23,92 25,58 23,17 17,98 18,11 18,36 18,71 18,68
17 Bali 14,83 13,25 15,71 13,89 15,04 12,65 12,49 14,11 13,44 8,06 13,91 12,92 15,09 13,72 12,37
18 Nusa Tenggara Barat 24,20 23,96 19,47 18,60 20,06 27,14 26,19 23,94 23,65 18,25 25,91 25,26 22,07 21,59 18,97
19 Nusa Tenggara Timur 26,52 28,85 22,30 24,87 19,53 60,74 58,49 53,64 53,79 54,54 54,64 53,45 47,54 48,21 47,89
20 Kalimantan Barat 7,80 5,74 6,08 8,09 7,86 21,22 18,84 18,45 16,47 13,66 17,49 15,28 14,79 14,04 12,02
21 Kalimantan Tengah 13,70 13,26 11,67 13,85 10,12 14,90 13,40 16,83 14,41 15,30 14,49 13,35 15,09 14,23 13,60
22 Kalimantan Selatan 9,84 9,00 9,09 9,23 10,41 12,84 12,01 10,66 11,13 8,68 11,59 10,78 10,00 10,34 9,40
23 Kalimantan Timur 10,70 9,74 10,02 10,09 12,17 13,48 10,73 13,54 13,02 13,63 11,75 10,12 11,35 11,21 12,72
24 Sulawesi Utara 17,43 17,01 13,94 14,46 9,71 21,44 21,33 18,50 22,54 21,87 19,70 19,45 16,41 18,87 16,23
25 Sulawesi Tengah 11,24 14,05 13,27 13,76 10,93 22,85 22,63 23,24 21,83 24,49 20,41 20,83 20,81 19,92 21,28
26 Sulawesi Selatan 11,64 8,58 10,60 11,38 10,20 14,57 11,58 10,29 11,54 11,66 13,63 10,61 10,40 11,48 11,13
27 Sulawesi Tenggara 13,26 10,69 14,11 13,92 11,50 21,64 19,81 17,89 16,97 18,34 19,72 17,70 16,85 16,15 16,40
28 Gorontalo 19,78 12,46 16,32 15,83 13,92 36,41 32,56 31,25 30,67 29,26 31,20 26,21 26,10 25,47 23,98
29 Sulawesi Barat 15,21 19,08 18,77 15,66 18,02 30,51 25,43 24,68 24,00 23,58 25,40 23,37 23,36 22,19 22,42
30 Maluku 17,83 18,81 15,93 19,09 18,79 31,08 30,09 28,40 25,94 28,12 27,62 27,11 23,55 23,32 24,70
31 Maluku Utara 11,54 7,55 11,84 9,58 11,58 26,68 24,58 17,89 20,03 25,68 22,18 19,54 16,21 17,29 21,99
32 Papua Barat 28,27 21,38 23,93 23,97 27,98 28,70 20,43 22,12 22,50 23,11 28,60 20,71 22,66 22,93 24,36
33 Papua 25,38 25,36 20,08 26,36 27,17 66,08 61,49 70,96 70,28 67,46 56,89 53,49 58,01 59,70 57,80
Indonesia 13,02 12,12 12,95 12,57 13,05 17,90 16,4 15,77 16,36 16,11 15,53 14,31 14,37 14,48 14,60
Sumber : Susenas 2008-2012, BPS
Keterangan : *) Angka Sementara (Triwulan Pertama)
Lampiran 2.43

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2011

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER (IPG) INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER (IDG)


No. Provinsi
2010 2011 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 65,30 65,79 53,40 52,06
2 Sumatera Utara 69,63 70,34 67,78 67,39
3 Sumatera Barat 68,50 69,55 63,04 64,62
4 Riau 65,71 66,17 65,14 65,34
5 Jambi 63,32 63,95 57,91 58,89
6 Sumatera Selatan 66,00 66,84 67,32 68,34
7 Bengkulu 67,79 68,45 68,50 69,33
8 Lampung 63,00 63,50 65,32 65,86
9 Kepulauan Bangka Belitung 60,36 60,79 55,62 56,03
10 Kepulauan Riau 63,49 64,69 56,70 60,62
11 DKI Jakarta 73,35 74,01 73,23 74,70
12 Jawa Barat 62,38 63,25 67,01 68,08
13 Jawa Tengah 65,79 66,45 67,96 68,99
14 DI Yogyakarta 72,51 73,07 77,70 77,84
15 Jawa Timur 65,11 65,61 67,91 68,62
16 Banten 62,88 63,35 65,66 66,58
17 Bali 67,81 68,24 58,53 58,59

328
18 Nusa Tenggara Barat 56,02 56,70 54,49 56,57
19 Nusa Tenggara Timur 64,61 65,33 57,98 58,90
20 Kalimantan Barat 64,21 64,78 55,26 56,39
21 Kalimantan Tengah 69,32 69,80 68,62 69,48
22 Kalimantan Selatan 65,07 65,59 62,53 62,99
23 Kalimantan Timur 60,37 61,07 60,05 61,29
24 Sulawesi Utara 67,97 68,60 71,05 68,61
25 Sulawesi Tengah 62,42 63,03 65,37 66,08
26 Sulawesi Selatan 61,99 62,75 62,46 63,38
27 Sulawesi Tenggara 63,87 64,79 64,26 65,26
28 Gorontalo 56,98 57,67 61,35 62,12
29 Sulawesi Barat 65,31 65,86 63,15 63,71
30 Maluku 67,23 67,76 75,94 76,51
31 Maluku Utara 64,41 65,35 58,17 59,38
32 Papua Barat 58,87 59,24 57,97 57,54
33 Papua 61,98 62,69 55,42 57,74
INDONESIA 67,20 67,80 68,15 69,14
Sumber: Badan Pusat Statistik
Lampiran 2.44

JUMLAH LOKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BERDASARKAN INDIKATOR INPRES NOMOR 3 TAHUN 2011 DAN 2012

2011 2012
No Provinsi
Desember Maret Juni September Desember
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Aceh 11 11 11 11 87
2 Sumatera Utara 6 8 8 8 109
3 Sumatera Barat 360 375 502 502 639
4 Riau 187 187 288 288 363
5 Jambi 149 149 149 152 159
6 Sumatera Selatan 459 502 548 548 617
7 Bengkulu 99 99 99 107 112
8 Lampung 25 25 57 57 71
9 Kep. Bangka Belitung 56 56 56 64 91
10 Kepulauan Riau 28 28 28 29 35
11 DKI Jakarta 0 2 2 2 2
12 Jawa Barat 371 396 424 424 504
13 Jawa Tengah 971 971 1086 1352 1423

329
14 DI Yogyakarta 8 8 34 34 34
15 Jawa Timur 1248 1296 1335 1345 2838
16 Banten 63 89 93 93 116
17 Bali 8 10 10 10 10
18 Nusa Tenggara Barat 334 338 357 361 834
19 Nusa Tenggara Timur 557 566 637 928 1084
20 Kalimantan Barat 182 191 191 200 206
21 Kalimantan Tengah 177 177 182 191 330
22 Kalimantan Selatan 220 231 231 315 342
23 Kalimantan Timur 25 25 25 33 56
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 26
25 Sulawesi Tengah 186 192 280 280 298
26 Sulawesi Selatan 175 178 243 243 268
27 Sulawesi Tenggara 5 5 19 36 36
28 Gorontalo 76 82 106 106 111
29 Sulawesi Barat 81 81 120 120 132
30 Maluku 43 50 57 57 59
31 Maluku Utara 48 52 72 72 72
32 Papua Barat 54 54 31 31 65
33 Papua 23 23 44 44 36
Indonesia 6.235 6.457 7.325 8.043 11.165
Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI
Lampiran 2.45

PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) TAHUN 2012

No Provinsi Jumlah Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga yang Dipantau Rumah Tangga Ber - PHBS Pencapaian (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Aceh 1.066.346 208.157 68.844 33,07


2 Sumatera Utara 3.037.306 950.436 596.005 62,71
3 Sumatera Barat 1.152.378 752.580 523.419 69,55
4 Riau 1.328.461 93.659 45.750 48,85
5 Jambi 770.610 230.188 127.297 55,30
6 Sumatera Selatan 1.813.436 667.296 407.384 61,05
7 Bengkulu 432.867 176.155 86.756 49,25
8 Lampung 1.934.431 849.393 431.071 50,75
9 Kepulauan Bangka Belitung 311.144 41.170 22.946 55,73
10 Kepulauan Riau 441.750 129.526 55.554 42,89
11 DKI Jakarta 2.508.869 705.543 500.262 70,90
12 Jawa Barat 11.493.124 6.814.059 3.169.308 46,51
13 Jawa Tengah 8.703.499 5.906.690 4.513.865 76,42
14 DI Yogyakarta 1.037.852 371.274 161.030 43,37
15 Jawa Timur 10.379.484 1.995.195 898.271 45,02
16 Banten 2.596.432 661.027 233.590 35,34
17 Bali 1.028.171 192.217 133.388 69,39

330
18 Nusa Tenggara Barat 1.252.516 114.431 56.936 49,76
19 Nusa Tenggara Timur 1.013.882 242.617 118.942 49,02
20 Kalimantan Barat 1.022.980 133.227 66.714 50,08
21 Kalimantan Tengah 572.790 30.933 15.861 51,28
22 Kalimantan Selatan 975.168 250.941 182.241 72,62
23 Kalimantan Timur 870.912 264.645 199.184 75,26
24 Sulawesi Utara 581.872 170.117 120.280 70,70
25 Sulawesi Tengah 620.404 2.670 825 30,90
26 Sulawesi Selatan 1.847.825 952.895 469.569 49,28
27 Sulawesi Tenggara 502.047 179.714 67.793 37,72
28 Gorontalo 243.981 74.130 43.695 58,94
29 Sulawesi Barat 258.559 44.145 13.620 30,85
30 Maluku 316.597 60.688 27.534 45,37
31 Maluku Utara 214.316 26.066 10.883 41,75
32 Papua Barat 168.076 22.275 5.681 25,50
33 Papua 658.584 501.157 129.299 25,80
Indonesia 61.156.669 23.815.216 13.503.797 56,70
Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI
Keterangan : Berdasarkan Data per 20 Maret 2013
Lampiran 2.46.1

PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2012

No Provinsi Kabupaten/Kota Keterangan

(1) (2) (3) (4)

1 Aceh Instruksi Gubernur No. 338/18186 tentang Larangan Merokok di Dalam Ruang Kerja dan Gedung Kantor
Kota Banda Aceh Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 47 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Merokok yang Difokuskan di Delapan Tempat

2 Sumatera Utara Peraturan Gubernur No. 35 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Kota Medan Rancangan Peraturan Daerah KTR
Kota Tebing Tinggi Rancangan Peraturan Daerah
Kab. Mandailing Natal Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok
3 Sumatera Barat Kab. Lima Puluh Kota Peraturan Bupati untuk tingkat sekolah
Kab. Padang Pariaman Himbauan Bupati
Kab. Pasaman Peraturan Bupati untuk tingkat sekolah
Kab. Pasaman Barat Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2009 tentang Larangan Merokok
Kab. Pesisir Selatan Peraturan Bupati Nomor 440/466/KPPS/BTP-PS/2011 tentang Penetapan Kawasan Bebas Asap Rokok Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
Kab. Sijunjung Surat Edaran No.443.52/362/Dinkes 2009, Kawasan Bebas Rokok, Peraturan Bupati Untuk Tingkat Sekolah, Rancangan Peraturan Daerah KTR
Kab. Tanah Datar Peraturan Bupati untuk tingkat sekolah
Kota Padang Peraturan Walikota No. 14 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Kota Solok Peraturan Walikota untuk Kawasan Tanpa Rokok di sekolah
Kota Bukit Tinggi Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok

331
Kota Padangpanjang Peraturan Daerah No 8 th 2009 mengenai Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok
Kota Payakumbuh Peraturan Daerah No.15 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Kota Sawah Lunto Himbauan Walikota Sawahlunto Nomor 440/2226/Dinkes/V/2009 Kepada Seluruh Dinas/Instansi Pemerintah dan Masyarakat Tidak Merokok di Tempat-Tempat Umum
4 Riau Kab. Kep. Meranti Peraturan Bupati Nomor 68 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Kota Dumai Peraturan Walikota Nomor 11 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
5 Jambi Kab. Bungo Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2012, tentang Larangan Merokok
Kota Jambi Peraturan Walikota Nomor 189 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Asap Rokok
6 Sumatera Selatan Kota Palembang Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok
7 Bengkulu Kab. Rejang Lebong Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok.
Kota Bengkulu Peraturan Walikota Bengkulu Nomor 38 Tahun 2011 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok Dalam Kota Bengkulu Pada 22 Oktober
8 Lampung Kota Metro Surat Edaran Walikota Metro Nomor 441.7/8778/D2/VI/2008 Tanggal 7 Mei 2008, Proses Raperda
9 Kep. Bangka Belitung Kab. Bangka Barat Peraturan Bupati Bangka Barat Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok
10 Kep. Riau Kab. Bintan Surat Edaran Kawasan Tanpa Rokok
Kota Batam Rancangan Peraturan Daerah
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Kawasan Tanpa Rokok
11 DKI Jakarta Peraturan Gubernur Nomor 88 Tahun 2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok
12 Jawa Barat Kab. Bandung Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2008 Mengenai Kawasan Bebas Asap Rokok
Kab. Cianjur Peraturan Bupati Nomor 53 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Kab. Cirebon Surat Keputusan Walikota Nomor 27A/2006 tentang Perlindungan Masyarakat Bukan Perokok di Kota Cirebon
Kab. Indramayu Peraturan Bupati
Kab. Sukabumi Peraturan Bupati tentang Kawasan Bebas Asap Rokok Nomor 26 Tahun 2011
Kota Bandung Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perubahan Perda Nomor 3 Tahun 2005
Sumber: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI
Lampiran 2.46.2

PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA (LANJUTAN 1) TAHUN 2012

No Provinsi Kabupaten/Kota Keterangan

(1) (2) (3) (4)

Kota Bekasi Peraturan Walikota Nomor 89 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Kota Bogor Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Kota Bogor No.12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Kota Cirebon Surat Keputusan Walikota Nomor 27A/2006 tentang Perlindungan Masyarakat Bukan Perokok di Kota Cirebon
Kota Depok Surat Edaran Walikota Depok Nomor 40/874-Huk 2008 Tertanggal 18 Juni 2008 Tentang Larangan Merokok
Kota Tasikmalaya Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
13 Jawa Tengah Kab. Karanganyar Peraturan Bupati Nomor 91/2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok serta Instruksi Bupati Nomor 3/2009
Kab. Purbalingga  
  
Kab. Purworejo Peraturan Bupati Nomor 57 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
Kab. Sragen Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 5A Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok Kota Pekalongan yang Ditetapkan Tanggal 11 Februari 2010 dan
Kota Pekalongan Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 36 Tahun 2011 tentang Larangan Reklame Rokok di Kota Pekalogan ditetapkan Tanggal 10 Oktober 2011.
Kota Semarang Peraturan Walikota Nomor 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) Kota Semarang
Kota Surakarta Peraturan Walikota Surakarta Nomor 13 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM)
Kota Tegal Peraturan Walikota Tegal Nomor 440/209/2009 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Asap Rokok
14 DI Yogyakarta Peraturan Gubernur No. 42 Tahun 2009 tentang Kawasan Dilarang Merokok
Kab. Bantul Peraturan Bupati, Rancangan Peraturan Daerah
Kab. Gunung Kidul Peraturan Bupati Nomor 22 Tahun 2009, tentang Kawasan Dilarang Merokok
Kab. Kulon Progo Peraturan Bupati Nomor 61/2009 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Asap Rokok

332
Kab. Sleman Peraturan Bupati, Rancangan Peraturan Daerah
Kota Yogyakarta Surat Edaran Nomor 440/004/SE/2010 Tanggal 8 Januari 2010 tentang Larangan Merokok Setiap Hari Jumat
15 Jawa Timur Kab. Sidoarjo Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
Kab. Tulungagung Peraturan Daerah nomor 9 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Terbatas Merokok
Kota Malang Surat Keputusan Walikota Tentang Tim Pelaksana Pengendalian Dampak Asap Rokok
Kota Probolinggo Peraturan Walikota Nomor 188 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Rokok
Kota Surabaya Peraturan Walikota Nomor 188.45/330/436.1.2/2009 tentang Tim Pemantau KTR dan Kawasan Dilarang Merokok di Kota Surabaya
16 Banten Kab. Tangerang Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2008 tentang Larangan Merokok Bagi Guru dan
Kota Tangerang Siswa di Sekolah.
17 Bali Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Kab. Badung Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2008 tentang Kawasan Bebas Asap Rokok
Kab. Bangli Peraturan Bupati Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Surat Edaran Nomor 658.2/2036.a/Diskes Tanggal 6 Oktober 2010, yang Menetapkan Kawasan Bebas Asap Rokok Kepada Setiap Satuan Kerja Perangkat
Kab. Gianyar Daerah (SKPD) Gianyar
Kota Denpasar Rancangan Peraturan Daerah
18 Nusa Tenggara Barat Kab. Lombok Timur Instruksi Bupati Lombok Timur Nomor 02 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan PHBS Kab. Lombok Timur

19 Kalimantan Barat Kota Pontianak Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Peraturan Walikota Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Sumber: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI
Lampiran 2.46.3

PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA (LANJUTAN 2) TAHUN 2012

No Provinsi Kabupaten/Kota Keterangan

(1) (2) (3) (4)

20 Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok
21 Kalimantan Timur Kota Balikpapan Peraturan Walikota Nomor 24 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Kota Samarinda Peraturan Walikota Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Kota Tarakan Peraturan Daerah Tentang Kesehatan Lingkungan
22 Sulawesi Utara Kab. Minahasa Utara Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kawasan Dilarang Merokok
Kota Bitung Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok
23 Sulawesi Tengah Kota Palu Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Sistem Kesehatan Daerah
24 Sulawesi Selatan Kab. Enrekang Peraturan Daerah tentang Sistem Kesehatan Daerah
Kota Makassar Peraturan Wali Kota Nomor 13 Tahun 2011, yang Ditandatangani 5 Mei 2011, Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sekolah Negeri Menjadi Kawasan Tanpa Asap Rokok
Kota Palopo Peraturan Walikota Palopo Nomor 08 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok Tanggal 10 Mei 2011
25 Sulawesi Tenggara Kota Kendari Peraturan Walikota Nomor 70 Tahun 2008, tentang Penetapan KTR dalam Wilayah Kota Kendari
26 Gorontalo Kab. Bone Bolango Peraturan Bupati Nomor 48 Tahun 2011 tentang Kawasan Bebas Rokok
Kab. Gorontalo Surat Edaran Bupati
27 Maluku Utara Kab. Halmahera Selatan Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Sumber: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI

333
LAMPIRAN
BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN

334
Lampiran 3.1

ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL, ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA KEMATIAN BALITA TAHUN 2012
DAN ANGKA HARAPAN HIDUP MENURUT PROVINSI TAHUN 2011

Estimasi
No Provinsi Angka Kematian Neonatal* Angka Kematian Bayi* Angka Kematian Balita* Angka Harapan Hidup
(IMR) (AKABA) (eo) 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 28 47 52 68.80
2 Sumatera Utara 26 40 54 69.65
3 Sumatera Barat 17 27 34 69.76
4 Riau 15 24 28 71.55
5 Jambi 16 34 36 69.25
6 Sumatera Selatan 20 29 37 69.80
7 Bengkulu 21 29 35 70.16
8 Lampung 20 30 38 69.75
9 Kepulauan Bangka Belitung 20 27 32 69.05
10 Kepulauan Riau 21 35 42 69.85
11 DKI Jakarta 15 22 31 73.35
12 Jawa Barat 17 30 38 68.40
13 Jawa Tengah 22 32 38 71.55
14 DI Yogyakarta 18 25 30 73.27
15 Jawa Timur 14 30 34 69.86
16 Banten 23 32 38 65.05

335
17 Bali 18 29 33 70.78
18 Nusa Tenggara Barat 33 57 75 62.41
19 Nusa Tenggara Timur 26 45 58 67.76
20 Kalimantan Barat 18 31 37 66.75
21 Kalimantan Tengah 25 49 56 71.30
22 Kalimantan Selatan 30 44 57 64.17
23 Kalimantan Timur 12 21 31 71.40
24 Sulawesi Utara 23 33 37 72.33
25 Sulawesi Tengah 26 58 85 66.86
26 Sulawesi Selatan 13 25 37 70.20
27 Sulawesi Tenggara 25 45 55 68.00
28 Gorontalo 26 67 78 67.11
29 Sulawesi Barat 26 60 70 68.00
30 Maluku 24 36 60 67.60
31 Maluku Utara 37 62 85 66.31
32 Papua Barat 35 74 109 68.81
33 Papua 27 54 115 68.85
Indonesia (Periode 10 tahun sebelum survei) 20 34 43
69.65
Indonesia (Periode 5 tahun sebelum survei) 19 32 40
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012
* : Periode sepuluh tahun sebelum survei.
AHH : BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011
Lampiran 3.2

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010- 2011

2010 2011
No. Provinsi Angka Rata-rata Angka Melek Pengeluaran Angka Rata-rata Angka Melek Pengeluaran Reduksi
Harapan Hidup Lama Sekolah Riil / Kapita IPM Peringkat Harapan Hidup Lama Sekolah Riil / Kapita IPM Peringkat Shortfall
Huruf (%) Huruf (%)
(Tahun) (Tahun) (Rp.000) (Tahun) (Tahun) (Rp.000)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

1 Aceh 68.70 8.81 96.88 611.42 71.70 17 68.80 8.90 96.95 615.60 72.16 18 1.64

2 Sumatera Utara 69.50 8.85 97.32 636.33 74.19 8 69.65 8.91 97.46 640.23 74.65 8 1.80

3 Sumatera Barat 69.50 8.48 97.09 635.29 73.78 9 69.76 8.57 97.16 638.73 74.28 9 1.87

4 Riau 71.40 8.58 98.35 646.63 76.07 3 71.55 8.63 98.42 650.83 76.53 3 1.92

5 Jambi 69.10 7.84 96.07 633.67 72.74 13 69.25 8.05 96.16 637.60 73.30 13 2.04

6 Sumatera Selatan 69.60 7.82 97.36 629.38 72.95 10 69.80 7.84 97.44 633.57 73.42 10 1.73

7 Bengkulu 69.90 8.25 95.30 628.51 72.92 11 70.16 8.33 95.40 631.86 73.40 11 1.78

8 Lampung 69.50 7.75 94.64 618.63 71.42 21 69.75 7.82 95.02 621.77 71.94 20 1.82

9 Kepulauan Bangka Belitung 68.90 7.45 95.69 641.51 72.86 12 69.05 7.58 95.83 645.37 73.37 12 1.88

10 Kepulauan Riau 69.80 9.16 97.19 643.0 75.07 6 69.85 9.73 97.67 644.96 75.78 6 2.83

11 DKI Jakarta 73.20 10.93 99.13 628.67 77.60 1 73.35 10.95 99.15 632.17 77.97 1 1.66

12 Jawa Barat 68.20 8.02 96.18 632.22 72.29 15 68.40 8.06 96.29 635.80 72.73 16 1.58

13 Jawa Tengah 71.40 7.24 89.95 637.27 72.49 14 71.55 7.29 90.34 640.41 72.94 14 1.64

14 DI Yogyakarta 73.22 9.07 90.84 646.56 75.77 4 73.27 9.20 91.49 650.16 76.32 4 2.25

15 Jawa Timur 69.60 7.24 88.34 643.60 71.62 18 69.86 7.34 88.52 647.46 72.18 17 1.97

16 Banten 64.90 8.32 96.20 629.70 70.48 23 65.05 8.41 96.25 633.64 70.95 23 1.56

17 Bali 70.72 8.21 88.40 634.67 72.28 16 70.78 8.35 89.17 637.86 72.84 15 2.0

18 Nusa Tenggara Barat 62.11 6.77 81.05 639.89 65.20 32 62.41 6.97 83.24 642.80 66.23 32 2.97

336
19 Nusa Tenggara Timur 67.50 6.99 88.59 603.75 67.26 31 67.76 7.05 88.74 607.31 67.75 31 1.50

20 Kalimantan Barat 66.60 6.82 90.26 631.65 69.15 28 66.75 6.89 90.51 635.85 69.66 28 1.65

21 Kalimantan Tengah 71.20 8.03 97.78 636.47 74.64 7 71.30 8.06 97.84 640.73 75.06 7 1.66

22 Kalimantan Selatan 63.81 7.65 95.94 637.46 69.92 26 64.17 7.68 96.14 640.73 70.44 26 1.71

23 Kalimantan Timur 71.20 8.87 97.05 642.51 75.56 5 71.40 9.19 97.21 646.01 76.22 5 2.68

24 Sulawesi Utara 72.22 8.89 99.45 634.88 76.09 2 72.33 8.92 99.46 639.57 76.54 2 1.86

25 Sulawesi Tengah 66.60 8.0 96.08 629.30 71.14 22 66.86 8.03 96.12 633.31 71.62 22 1.67

26 Sulawesi Selatan 70.0 7.84 87.75 636.60 71.62 19 70.20 7.92 88.07 640.30 72.14 19 1.85

27 Sulawesi Tenggara 67.80 8.11 91.85 616.99 70.0 25 68.0 8.21 91.95 621.44 70.55 25 1.83

28 Gorontalo 66.81 7.38 96.0 622.92 70.28 24 67.11 7.45 96.10 626.77 70.82 24 1.80

29 Sulawesi Barat 67.80 7.11 88.48 631.76 69.64 27 68.0 7.15 88.54 635.84 70.11 27 1.55

30 Maluku 67.40 8.76 98.14 614.01 71.42 20 67.60 8.82 98.15 617.75 71.87 21 1.58

31 Maluku Utara 66.01 8.63 96.08 600.20 69.03 30 66.31 8.86 96.19 603.20 69.47 30 1.44

32 Papua Barat 68.51 8.21 93.19 596.08 69.15 29 68.81 8.26 93.39 599.28 69.65 29 1.62

33 Papua 68.60 6.66 75.60 606.38 64.94 33 68.85 6.69 75.81 609.18 65.36 33 1.19

Indonesia 69.43 7.92 92.91 633.64 72.27 69.65 7.94 92.99 638.05 72.77 1.79
Sumber : BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011
Ket : Reduksi Short Fall : Percepatan pembangunan manusia untuk mencapai angka IPM ideal
Lampiran 3.3

PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010

Status Gizi Menurut BB/U


No Provinsi
Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) Gizi Baik (%) Gizi Lebih (%) Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 7.1 16.6 72.1 4.2 100.0
2 Sumatera Utara 7.8 13.5 71.1 7.5 100.0
3 Sumatera Barat 2.8 14.4 81.3 1.6 100.0
4 Riau 4.8 11.4 75.2 8.6 100.0
5 Jambi 5.4 14.3 76.3 4.1 100.0
6 Sumatera Selatan 5.5 14.4 74.5 5.6 100.0
7 Bengkulu 4.3 11.0 73.7 10.9 100.0
8 Lampung 3.5 10.0 79.8 6.8 100.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 3.2 11.7 80.6 4.5 100.0
10 Kepulauan Riau 4.3 9.8 81.3 4.6 100.0
11 DKI Jakarta 2.6 8.7 77.7 11.1 100.0

337
12 Jawa Barat 3.1 9.9 81.6 5.4 100.0
13 Jawa Tengah 3.3 12.4 78.1 6.2 100.0
14 DI Yogyakarta 1.4 9.9 81.5 7.3 100.0
15 Jawa Timur 4.8 12.3 75.3 7.6 100.0
16 Banten 4.8 13.7 77.5 4.0 100.0
17 Bali 1.7 9.2 81.0 8.0 100.0
18 Nusa Tenggara Barat 10.6 19.9 66.9 2.6 100.0
19 Nusa Tenggara Timur 9.0 20.4 67.5 3.1 100.0
20 Kalimantan Barat 9.5 19.7 67.0 3.9 100.0
21 Kalimantan Tengah 5.3 22.3 69.4 2.9 100.0
22 Kalimantan Selatan 6.0 16.8 73.1 4.0 100.0
23 Kalimantan Timur 4.4 12.7 75.9 7.0 100.0
24 Sulawesi Utara 3.8 6.8 84.3 5.1 100.0
25 Sulawesi Tengah 7.9 18.6 69.1 4.4 100.0
26 Sulawesi Selatan 6.4 18.6 72.2 2.8 100.0
27 Sulawesi Tenggara 6.5 16.3 66.9 10.2 100.0
28 Gorontalo 11.2 15.3 69.4 4.1 100.0
29 Sulawesi Barat 7.6 12.9 74.9 4.7 100.0
30 Maluku 8.4 17.8 70.5 3.4 100.0
31 Maluku Utara 5.7 17.9 73.2 3.2 100.0
32 Papua Barat 9.1 17.4 67.3 6.2 100.0
33 Papua 6.3 10.0 78.4 5.3 100.0
Indonesia 4.9 13.0 76.2 5.8 100.0
Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 3.4

PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010

Status Gizi Menurut TB/U


No Provinsi
Sangat Pendek (%) Pendek (%) Normal (%) Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 24.2 14.8 61.1 100.0
2 Sumatera Utara 23.4 18.9 57.7 100.0
3 Sumatera Barat 14.3 18.4 67.2 100.0
4 Riau 19.6 12.5 67.8 100.0
5 Jambi 15.4 14.8 69.8 100.0
6 Sumatera Selatan 23.1 17.3 59.6 100.0
7 Bengkulu 18.3 13.3 68.4 100.0
8 Lampung 20.6 15.6 63.7 100.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 12.5 16.6 71.0 100.0
10 Kepulauan Riau 11.4 15.5 73.1 100.0
11 DKI Jakarta 14.3 12.3 73.4 100.0
12 Jawa Barat 16.6 17.1 66.4 100.0
13 Jawa Tengah 16.9 17.0 66.1 100.0
14 DI Yogyakarta 10.2 12.3 77.5 100.0
15 Jawa Timur 20.9 14.9 64.1 100.0

338
16 Banten 16.5 17.0 66.5 100.0
17 Bali 14.0 15.3 70.7 100.0
18 Nusa Tenggara Barat 27.8 20.5 51.8 100.0
19 Nusa Tenggara Timur 30.9 27.5 41.6 100.0
20 Kalimantan Barat 20.7 19.0 60.3 100.0
21 Kalimantan Tengah 18.0 21.6 60.4 100.0
22 Kalimantan Selatan 15.9 19.4 64.7 100.0
23 Kalimantan Timur 14.4 14.7 70.9 100.0
24 Sulawesi Utara 12.7 15.1 72.2 100.0
25 Sulawesi Tengah 16.0 20.1 63.8 100.0
26 Sulawesi Selatan 15.8 23.1 61.1 100.0
27 Sulawesi Tenggara 20.8 17.0 62.2 100.0
28 Gorontalo 21.6 18.7 59.7 100.0
29 Sulawesi Barat 21.6 20.0 58.4 100.0
30 Maluku 16.5 21.0 62.5 100.0
31 Maluku Utara 14.4 15.0 70.6 100.0
32 Papua Barat 28.6 20.6 50.8 100.0
33 Papua 13.3 15.0 71.7 100.0
Indonesia 18.5 17.1 64.4 100.0
Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 3.5

PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010

Status Gizi Menurut BB/TB


No Provinsi
Sangat Kurus (%) Kurus (%) Normal (%) Gemuk (%) Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 6.3 7.9 69.6 16.2 100.0
2 Sumatera Utara 5.6 8.4 67.6 18.3 100.0
3 Sumatera Barat 4.0 4.2 83.5 8.3 100.0
4 Riau 9.2 8.0 66.8 16.0 100.0
5 Jambi 11.3 8.7 70.4 9.6 100.0
6 Sumatera Selatan 7.3 7.3 68.7 16.8 100.0
7 Bengkulu 9.7 8.1 66.7 15.5 100.0
8 Lampung 5.4 8.5 69.6 16.4 100.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.7 5.8 82.8 9.6 100.0
10 Kepulauan Riau 2.0 6.0 81.4 10.6 100.0
11 DKI Jakarta 4.4 6.9 69.1 19.6 100.0
12 Jawa Barat 4.6 6.4 74.4 14.6 100.0

339
13 Jawa Tengah 6.4 7.8 71.8 14.0 100.0
14 DI Yogyakarta 2.6 6.5 77.3 13.6 100.0
15 Jawa Timur 7.3 6.8 68.8 17.1 100.0
16 Banten 6.2 7.9 74.2 11.7 100.0
17 Bali 5.2 7.9 69.4 17.5 100.0
18 Nusa Tenggara Barat 5.9 8.0 73.5 12.5 100.0
19 Nusa Tenggara Timur 6.8 6.4 74.8 11.9 100.0
20 Kalimantan Barat 7.6 9.1 72.5 10.8 100.0
21 Kalimantan Tengah 6.0 9.6 75.4 9.0 100.0
22 Kalimantan Selatan 8.4 7.2 74.6 9.8 100.0
23 Kalimantan Timur 5.8 7.1 77.6 9.6 100.0
24 Sulawesi Utara 2.6 6.7 82.3 8.5 100.0
25 Sulawesi Tengah 8.4 6.4 75.1 10.2 100.0
26 Sulawesi Selatan 4.8 7.2 81.1 6.9 100.0
27 Sulawesi Tenggara 6.2 9.6 66.1 18.1 100.0
28 Gorontalo 4.1 7.7 80.4 7.8 100.0
29 Sulawesi Barat 6.1 10.6 71.5 11.8 100.0
30 Maluku 6.3 6.9 78.5 8.2 100.0
31 Maluku Utara 6.4 11.3 77.2 5.0 100.0
32 Papua Barat 6.0 5.5 73.8 14.8 100.0
33 Papua 8.2 5.7 75.5 10.7 100.0
Indonesia 6.0 7.3 72.8 14.0 100.0
Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 3.6

PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DAN
BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (TB/U DAN BB/TB) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010

Status Gizi Menurut TB/U dan BB/TB


No Provinsi Pendek-Kurus Pendek-Normal Pendek-Gemuk Normal-Kurus Normal-Normal Normal-Gemuk
Jumlah (%)
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 3.1 26.1 9.2 11.2 47.2 3.2 100.0
2 Sumatera Utara 3.1 28.3 10.2 11.2 41.4 5.9 100.0
3 Sumatera Barat 1.2 25.6 5.7 6.9 59.2 1.4 100.0
4 Riau 1.7 20.7 7.7 15.6 46.9 7.3 100.0
5 Jambi 3.1 22.2 4.3 16.8 49.6 4.1 100.0
6 Sumatera Selatan 2.0 27.2 10.3 12.8 43.9 3.8 100.0
7 Bengkulu 1.2 20.8 7.7 16.2 48.1 6.0 100.0
8 Lampung 1.6 24.2 8.7 12.4 47.4 5.7 100.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 2.3 22.7 4.2 5.1 61.0 4.9 100.0
10 Kepulauan Riau 2.1 17.9 4.9 6.0 64.3 4.8 100.0
11 DKI Jakarta 0.4 15.8 8.4 10.8 54.5 10.1 100.0
12 Jawa Barat 1.4 23.4 8.4 9.4 52.7 4.8 100.0
13 Jawa Tengah 1.3 23.9 7.8 12.5 49.4 5.1 100.0
14 DI Yogyakarta 0.4 16.3 5.2 8.8 61.3 8.0 100.0
15 Jawa Timur 1.6 24.2 9.7 12.4 46.4 5.7 100.0
16 Banten 2.3 24.9 6.5 11.9 50.6 3.8 100.0
17 Bali 0.9 18.7 8.6 12.6 51.9 7.3 100.0
18 Nusa Tenggara Barat 5.3 36.4 6.8 9.0 40.1 2.5 100.0

340
19 Nusa Tenggara Timur 4.9 44.3 9.7 8.3 31.9 1.0 100.0
20 Kalimantan Barat 5.3 28.9 4.6 11.9 44.4 5.0 100.0
21 Kalimantan Tengah 3.9 31.1 4.6 11.7 45.1 3.6 100.0
22 Kalimantan Selatan 2.5 26.6 4.9 12.5 49.3 4.2 100.0
23 Kalimantan Timur 2.1 22.7 3.2 10.8 55.4 5.7 100.0
24 Sulawesi Utara 2.2 21.2 3.9 6.8 62.5 3.5 100.0
25 Sulawesi Tengah 4.3 25.8 5.0 10.4 51.9 2.7 100.0
26 Sulawesi Selatan 2.6 32.8 3.9 9.3 49.2 2.1 100.0
27 Sulawesi Tenggara 3.7 25.6 7.2 13.4 44.0 6.1 100.0
28 Gorontalo 4.5 31.5 4.7 7.0 49.6 2.9 100.0
29 Sulawesi Barat 4.2 29.8 6.3 13.1 42.9 3.6 100.0
30 Maluku 4.0 28.4 5.4 9.4 50.8 2.0 100.0
31 Maluku Utara 1.9 25.3 2.3 15.8 52.3 2.4 100.0
32 Papua Barat 2.6 37.1 9.2 8.6 38.5 4.1 100.0
33 Papua 2.3 22.1 4.6 11.4 54.5 5.1 100.0
Indonesia 2.1 25.3 7.6 11.1 49.1 4.8 100.0
Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 3.7

PREVALENSI STATUS GIZI PENDUDUK DEWASA (>18 TAHUN)


BERDASARKAN KATEGORI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PROVINSI TAHUN 2010

Kategori IMT
No Provinsi
Kurus (%) Normal (%) BB Lebih (%) Obese (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 11.1 64.5 10.9 13.4
2 Sumatera Utara 8.7 65.9 11.9 13.5
3 Sumatera Barat 14.1 64.1 9.4 12.5
4 Riau 9.2 69.4 11.1 10.3
5 Jambi 11.6 65.9 11.3 11.2
6 Sumatera Selatan 14.9 65.9 9.2 10.0
7 Bengkulu 12.7 68.0 9.3 10.0
8 Lampung 12.0 70.7 8.5 8.8
9 Kepulauan Bangka Belitung 10.2 63.4 9.9 16.5
10 Kepulauan Riau 9.1 60.0 13.2 17.6
11 DKI Jakarta 9.7 61.8 12.3 16.2

341
12 Jawa Barat 12.5 64.8 10.0 12.8
13 Jawa Tengah 13.7 67.4 9.3 9.5
14 DI Yogyakarta 17.5 60.8 9.7 12.1
15 Jawa Timur 12.3 67.1 9.5 11.1
16 Banten 15.3 63.0 9.5 12.2
17 Bali 11.0 68.2 10.5 10.4
18 Nusa Tenggara Barat 16.1 67.1 8.0 8.8
19 Nusa Tenggara Timur 19.7 67.3 6.5 6.5
20 Kalimantan Barat 14.7 67.2 8.6 9.5
21 Kalimantan Tengah 12.1 68.4 9.2 10.3
22 Kalimantan Selatan 18.6 60.1 10.5 10.8
23 Kalimantan Timur 8.4 62.1 12.1 17.3
24 Sulawesi Utara 6.0 56.8 15.2 21.9
25 Sulawesi Tengah 10.2 65.7 10.8 13.3
26 Sulawesi Selatan 14.6 64.7 9.7 11.0
27 Sulawesi Tenggara 10.9 72.8 8.9 7.4
28 Gorontalo 11.6 60.9 11.3 16.1
29 Sulawesi Barat 9.9 69.3 9.8 11.0
30 Maluku 10.6 64.8 9.5 15.1
31 Maluku Utara 10.4 62.4 12.8 14.4
32 Papua Barat 10.4 62.1 12.1 15.4
33 Papua 9.2 66.0 11.0 13.8
Indonesia 12.6 65.8 10.0 11.7
Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 3.8

JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF


MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2012

Jenis Kelamin

No Provinsi Laki-laki Perempuan


Laki-laki+ Perempuan
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 2,633 66.1 1,353 33.9 3,986
2 Sumatera Utara 11,976 65.6 6,281 34.4 18,257
3 Sumatera Barat 2,957 64.8 1,609 35.2 4,566
4 Riau 2,165 64.5 1,190 35.5 3,355
5 Jambi 2,122 62.0 1,302 38.0 3,424
6 Sumatera Selatan 3,482 61.4 2,192 38.6 5,674
7 Bengkulu 1,042 61.6 650 38.4 1,692
8 Lampung 3,777 61.3 2,388 38.7 6,165
9 Kepulauan Bangka Belitung 685 64.0 385 36.0 1,070
10 Kepulauan Riau 780 63.2 455 36.8 1,235
11 DKI Jakarta 5,430 60.9 3,479 39.1 8,909
12 Jawa Barat 19,708 57.6 14,482 42.4 34,190
13 Jawa Tengah 11,493 56.3 8,939 43.8 20,432
14 DI Yogyakarta 742 60.8 478 39.2 1,220
15 Jawa Timur 14,309 55.8 11,356 44.2 25,665

342
16 Banten 5,140 59.0 3,568 41.0 8,708
17 Bali 827 57.4 614 42.6 1,441
18 Nusa Tenggara Barat 2,181 57.7 1,596 42.3 3,777
19 Nusa Tenggara Timur 2,481 55.0 2,027 45.0 4,508
20 Kalimantan Barat 2,954 63.3 1,715 36.7 4,669
21 Kalimantan Tengah 921 61.4 579 38.6 1,500
22 Kalimantan Selatan 2,054 58.7 1,447 41.3 3,501
23 Kalimantan Timur 1,673 64.0 940 36.0 2,613
24 Sulawesi Utara 3,506 61.0 2,242 39.0 5,748
25 Sulawesi Tengah 1,699 59.5 1,157 40.5 2,856
26 Sulawesi Selatan 5,448 58.0 3,943 42.0 9,391
27 Sulawesi Tenggara 2,260 59.4 1,544 40.6 3,804
28 Gorontalo 1,076 59.1 744 40.9 1,820
29 Sulawesi Barat 816 59.0 568 41.0 1,384
30 Maluku 1,393 55.5 1,118 44.5 2,511
31 Maluku Utara 603 59.8 406 40.2 1,009
32 Papua Barat 289 56.3 224 43.7 513
33 Papua 1,520 56.1 1,188 43.9 2,708
Indonesia 120,142 59.4 82,159 40.6 202,301
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.9

JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF


MENURUT KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2012

Kelompok Umur (Tahun)


No Provinsi 0 - 14 15 - 24 25 - 34 35 - 44 45 - 54 55 - 64 > 65 Total
L P L P L P L P L P L P L P L P T
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
1 Aceh 22 14 301 222 526 276 539 267 543 276 491 221 211 77 2,633 1,353 3,986
2 Sumatera Utara 60 72 1,508 1,139 2,346 1,392 2,441 1,318 2,856 1,242 2,071 824 694 294 11,976 6,281 18,257
3 Sumatera Barat 24 25 400 329 625 358 530 297 543 270 513 225 322 105 2,957 1,609 4,566
4 Riau 24 19 267 239 530 262 453 268 422 209 327 146 142 47 2,165 1,190 3,355
5 Jambi 10 19 262 200 428 294 400 282 466 251 391 198 165 58 2,122 1,302 3,424
6 Sumatera Selatan 30 18 425 372 757 474 666 481 725 382 588 319 291 146 3,482 2,192 5,674
7 Bengkulu 12 8 110 112 234 142 193 118 227 146 189 79 77 45 1,042 650 1,692
8 Lampung 37 25 426 379 760 540 702 512 747 429 681 359 424 144 3,777 2,388 6,165
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 2 80 84 140 83 142 79 122 66 132 49 66 22 685 385 1,070
10 Kepulauan Riau 4 2 122 125 208 158 175 78 136 53 91 32 44 7 780 455 1,235
11 DKI Jakarta 19 31 1,062 835 1,578 910 1,033 720 975 592 564 311 199 80 5,430 3,479 8,909
12 Jawa Barat 84 121 3,647 3,394 4,665 3,561 3,830 2,751 3,482 2,447 2,726 1,664 1,274 544 19,708 14,482 34,190

343
13 Jawa Tengah 68 79 1,649 1,831 2,280 1,976 2,071 1,639 2,194 1,640 2,099 1,289 1,132 485 11,493 8,939 20,432
14 DI Yogyakarta 5 6 99 100 143 103 142 82 146 81 103 70 104 36 742 478 1,220
15 Jawa Timur 80 120 1,624 1,866 2,574 2,268 2,576 2,192 3,048 2,399 3,042 1,859 1,365 652 14,309 11,356 25,665
16 Banten 20 23 994 824 1,310 907 1,023 729 959 615 609 359 225 111 5,140 3,568 8,708
17 Bali 3 5 110 90 189 172 148 124 146 93 141 87 90 43 827 614 1,441
18 Nusa Tenggara Barat 18 17 259 246 423 324 433 333 454 343 435 269 159 64 2,181 1,596 3,777
19 Nusa Tenggara Timur 33 25 337 344 524 443 396 338 440 357 439 339 312 181 2,481 2,027 4,508
20 Kalimantan Barat 48 38 325 273 595 358 612 353 591 321 534 254 249 118 2,954 1,715 4,669
21 Kalimantan Tengah 14 16 95 89 199 139 163 133 193 100 180 65 77 37 921 579 1,500
22 Kalimantan Selatan 16 18 258 196 380 303 411 322 477 336 369 205 143 67 2,054 1,447 3,501
23 Kalimantan Timur 14 11 235 163 390 212 320 219 332 177 271 109 111 49 1,673 940 2,613
24 Sulawesi Utara 21 18 455 350 622 403 710 456 703 458 647 335 348 222 3,506 2,242 5,748
25 Sulawesi Tengah 15 7 206 175 318 248 335 223 354 237 311 198 160 69 1,699 1,157 2,856
26 Sulawesi Selatan 15 25 633 618 992 766 1,067 740 1,053 798 1,073 713 615 283 5,448 3,943 9,391
27 Sulawesi Tenggara 15 11 302 251 452 340 417 284 476 284 424 288 174 86 2,260 1,544 3,804
28 Gorontalo 6 4 153 137 189 133 241 166 229 154 187 111 71 39 1,076 744 1,820
29 Sulawesi Barat 5 10 123 115 155 125 181 117 135 85 152 96 65 20 816 568 1,384
30 Maluku 31 21 215 192 289 280 260 223 238 171 217 149 143 82 1,393 1,118 2,511
31 Maluku Utara 5 8 87 113 138 107 119 73 114 59 86 29 54 17 603 406 1,009
32 Papua Barat 5 5 73 65 78 75 53 25 38 39 28 11 14 4 289 224 513
33 Papua 58 56 461 405 421 352 272 202 184 103 90 59 34 11 1,520 1,188 2,708
Indonesia 824 879 17,303 15,873 25,458 18,484 23,054 16,144 23,748 15,213 20,201 11,321 9,554 4,245 120,142 82,159 202,301
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Keterangan: L = Laki-laki P = Perempuan T = Jumlah laki-laki dan Perempuan
Lampiran 3.10

HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah penduduk Cakupan Penemuan


(x1.000) Semua Kasus BTA Positif Case Notification Rate/CNR (per 100.000 penduduk)
No Provinsi Semua Kasus BTA Positif
Laki-laki + Laki-laki + Laki-laki + Laki-laki + Laki-laki +
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 2,272.9 2,295.3 4,568.2 3,205 1,661 4,866 2,633 1,353 3,986 141.01 72.37 106.52 115.84 58.95 87.26
2 Sumatera Utara 6,903.9 6,949.7 13,853.5 13,348 7,122 20,470 10,845 5,705 16,550 193.34 102.48 147.76 157.09 82.09 119.46
3 Sumatera Barat 2,482.5 2,537.1 5,019.6 4,345 2,526 6,871 2,957 1,609 4,566 175.03 99.56 136.88 119.11 63.42 90.96
4 Riau 2,953.9 2,698.3 5,652.2 2,755 1,587 4,342 1,937 1,077 3,014 93.27 58.81 76.82 65.57 39.91 53.32
5 Jambi 1,513.1 1,457.4 2,970.5 2,312 1,432 3,744 2,122 1,302 3,424 152.80 98.26 126.04 140.24 89.34 115.27
6 Sumatera Selatan 3,797.9 3,720.8 7,518.7 5,010 3,322 8,332 3,482 2,192 5,674 131.92 89.28 110.82 91.68 58.91 75.47
7 Bengkulu 882.6 857.7 1,740.3 1,257 805 2,062 1,042 650 1,692 142.42 93.86 118.49 118.06 75.78 97.22
8 Lampung 3,966.7 3,824.1 7,790.7 4,069 2,654 6,723 3,281 2,066 5,347 102.58 69.40 86.30 82.71 54.03 68.63
9 Kep. Bangka Belitung 623.6 559.9 1,183.4 955 556 1,511 685 385 1,070 153.14 99.30 127.68 109.85 68.76 90.42
10 Kepulauan Riau 826.8 887.9 1,714.6 1,612 1,180 2,792 718 511 1,229 194.97 132.90 162.84 86.84 57.55 71.68
11 DKI Jakarta 4,591.6 4,832.0 9,423.7 16,265 11,471 27,736 5,631 3,621 9,252 354.23 237.40 294.32 122.64 74.94 98.18
12 Jawa Barat 21,764.4 21,460.2 43,224.6 33,763 27,038 60,801 19,309 14,170 33,479 155.13 125.99 140.66 88.72 66.03 77.45
13 Jawa Tengah 16,666.1 16,863.5 33,529.6 21,219 17,256 38,475 11,414 8,865 20,279 127.32 102.33 114.75 68.49 52.57 60.48
14 DI Yogyakarta 1,812.9 1,785.0 3,597.9 1,510 1,152 2,662 742 478 1,220 83.29 64.54 73.99 40.93 26.78 33.91
15 Jawa Timur 18,762.2 19,050.0 37,812.2 23,346 19,358 42,704 14,270 11,315 25,585 124.43 101.62 112.94 76.06 59.40 67.66
16 Banten 5,212.0 5,118.9 10,331.0 8,864 6,664 15,528 5,140 3,568 8,708 170.07 130.18 150.30 98.62 69.70 84.29
17 Bali 1,840.7 1,807.9 3,648.6 1,681 1,204 2,885 827 614 1,441 91.32 66.60 79.07 44.93 33.96 39.49
18 Nusa Tenggara Barat 2,224.5 2,413.4 4,637.9 3,305 2,465 5,770 2,181 1,596 3,777 148.57 102.14 124.41 98.04 66.13 81.44
19 Nusa Tenggara Timur 2,428.9 2,445.6 4,874.5 3,325 2,726 6,051 2,385 1,955 4,340 136.89 111.47 124.14 98.19 79.94 89.03

344
20 Kalimantan Barat 2,282.3 2,242.7 4,525.0 3,469 2,041 5,510 2,797 1,636 4,433 152.00 91.01 121.77 122.55 72.95 97.97
21 Kalimantan Tengah 1,126.4 1,041.7 2,168.1 1,421 947 2,368 881 553 1,434 126.15 90.91 109.22 78.21 53.09 66.14
22 Kalimantan Selatan 1,828.4 1,813.2 3,641.6 3,077 2,234 5,311 2,061 1,445 3,506 168.29 123.21 145.84 112.72 79.69 96.28
23 Kalimantan Timur 1,763.8 1,612.3 3,376.1 2,785 1,786 4,571 1,673 940 2,613 157.90 110.77 135.39 94.85 58.30 77.40
24 Sulawesi Utara 1,164.8 1,124.2 2,289.0 3,792 2,435 6,227 3,506 2,242 5,748 325.55 216.60 272.04 301.00 199.43 251.11
25 Sulawesi Tengah 1,324.1 1,279.8 2,603.8 1,997 1,368 3,365 1,699 1,157 2,856 150.82 106.89 129.23 128.31 90.40 109.69
26 Sulawesi Selatan 3,966.4 4,244.3 8,210.8 6,606 4,824 11,430 5,094 3,697 8,791 166.55 113.66 139.21 128.43 87.11 107.07
27 Sulawesi Tenggara 1,108.4 1,138.5 2,246.9 2,402 1,656 4,058 2,260 1,544 3,804 216.71 145.45 180.60 203.90 135.62 169.30
28 Gorontalo 514.2 503.9 1,018.1 1,220 873 2,093 1,076 744 1,820 237.26 173.25 205.58 209.26 147.65 178.76
29 Sulawesi Barat 554.0 539.7 1,093.7 912 650 1,562 816 568 1,384 164.62 120.44 142.82 147.29 105.24 126.54
30 Maluku 704.8 691.0 1,395.7 1,912 1,540 3,452 1,318 1,061 2,379 271.28 222.87 247.33 187.00 153.55 170.45
31 Maluku Utara 516.8 504.9 1,021.7 852 615 1,467 578 389 967 164.86 121.81 143.58 111.84 77.04 94.65
32 Papua Barat 411.0 374.0 785.0 866 758 1,624 284 218 502 210.71 202.67 206.88 69.10 58.29 63.95
33 Papua 1,148.1 1,072.3 2,220.4 3,653 3,070 6,723 1,437 1,140 2,577 318.18 286.30 302.78 125.16 106.31 116.06
Indonesia 119,940.7 119,747.2 239,687.6 187,110 136,976 324,086 117,081 80,366 197,447 156.00 114.39 135.21 97.62 67.11 82.38
Case Detection Rate 119,941 119,747 239,688 97.62% 67.11% 82.38%
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.11

CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP


DAN ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN (SUCCESS RATE) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sembuh Pengobatan Lengkap


Kasus Jumlah Success Rate/
No Provinsi Semua Kasus* BTA Positif* Keberhasilan Angka Keberhasilan
Jumlah % Jumlah %
Pengobatan Pengobatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Aceh 4,377 3,611 3,222 89.2 181 5.0 3,403 94.2
2 Sumatera Utara 21,060 16,969 15,440 91.0 653 3.8 16,093 94.8
3 Sumatera Barat 6,713 4,586 3,786 82.6 206 4.5 3,992 87.0
4 Riau 4,787 3,153 2,199 69.7 378 12.0 2,577 81.7
5 Jambi 3,425 3,156 2,783 88.2 135 4.3 2,918 92.5
6 Sumatera Selatan 8,117 5,467 4,675 85.5 514 9.4 5,189 94.9
7 Bengkulu 1,770 1,565 1,327 84.8 149 9.5 1,476 94.3
8 Lampung 7,727 5,994 5,243 87.5 358 6.0 5,601 93.4
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,405 1,028 885 86.1 18 1.8 903 87.8
10 Kepulauan Riau 1,907 1,065 709 66.6 120 11.3 829 77.8
11 DKI Jakarta 25,937 8,635 5,973 69.2 1,075 12.4 7,048 81.6
12 Jawa Barat 63,053 34,658 29,679 85.6 2,216 6.4 31,895 92.0
13 Jawa Tengah 39,704 20,570 16,804 81.7 1,107 5.4 17,911 87.1

345
14 DI Yogyakarta 2,419 1,126 906 80.5 71 6.3 977 86.8
15 Jawa Timur 41,571 26,044 22,282 85.6 1,341 5.1 23,623 90.7
16 Banten 14,898 8,461 7,801 92.2 520 6.1 8,321 98.3
17 Bali 3,179 1,583 1,182 74.7 181 11.4 1,363 86.1
18 Nusa Tenggara Barat 5,556 3,665 2,812 76.7 497 13.6 3,309 90.3
19 Nusa Tenggara Timur 5,863 4,173 3,049 73.1 224 5.4 3,273 78.4
20 Kalimantan Barat 5,681 4,748 4,402 92.7 108 2.3 4,510 95.0
21 Kalimantan Tengah 2,476 1,487 939 63.1 269 18.1 1,208 81.2
22 Kalimantan Selatan 4,905 3,328 2,921 87.8 146 4.4 3,067 92.2
23 Kalimantan Timur 4,206 2,447 1,852 75.7 217 8.9 2,069 84.6
24 Sulawesi Utara 5,854 5,292 4,830 91.3 217 4.1 5,047 95.4
25 Sulawesi Tengah 3,215 2,796 2,442 87.3 127 4.5 2,569 91.9
26 Sulawesi Selatan 11,052 8,935 7,818 87.5 136 1.5 7,954 89.0
27 Sulawesi Tenggara 3,975 3,729 3,215 86.2 274 7.3 3,489 93.6
28 Gorontalo 1,826 1,674 1,382 82.6 235 14.0 1,617 96.6
29 Sulawesi Barat 1,545 1,353 1,121 82.9 96 7.1 1,217 89.9
30 Maluku 3,679 2,438 1,652 67.8 302 12.4 1,954 80.1
31 Maluku Utara 1,204 826 466 56.4 200 24.2 666 80.6
32 Papua Barat 1,723 634 196 30.9 81 12.8 277 43.7
33 Papua 6,499 2,601 1,533 58.9 444 17.1 1,977 76.0
Indonesia 321,308 197,797 165,526 83.7 12,796 6.5 178,322 90.2
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Keterangan: *kohort tahun 2011
Lampiran 3.12

JUMLAH KASUS BARU AIDS DAN KASUS KUMULATIF AIDS


MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2012

Jumlah Kasus
Jumlah Kasus Baru
No Provinsi Kumulatif
2010 2011 2012 1987-2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 17 32 27 118
2 Sumatera Utara 22 6 - 515
3 Sumatera Barat 128 130 120 802
4 Riau 132 118 128 827
5 Jambi 45 47 62 358
6 Sumatera Selatan - 41 62 322
7 Bengkulu 40 18 6 155
8 Lampung 37 11 - 192
9 Kepulauan Bangka Belitung 30 34 28 244
10 Kepulauan Riau 63 31 99 375
11 DKI Jakarta 1,310 1,332 649 6,299
12 Jawa Barat 471 480 184 4,098
13 Jawa Tengah 501 546 798 2,815
14 DI Yogyakarta 215 34 243 782
15 Jawa Timur 908 1,052 822 6,900
16 Banten 109 188 205 851

346
17 Bali 584 567 650 3,344
18 Nusa Tenggara Barat 43 81 123 379
19 Nusa Tenggara Timur 99 41 44 420
20 Kalimantan Barat 263 160 89 1,699
21 Kalimantan Tengah 19 20 14 93
22 Kalimantan Selatan 30 16 22 134
23 Kalimantan Timur 82 91 34 332
24 Sulawesi Utara 117 133 144 652
25 Sulawesi Tengah 7 21 43 109
26 Sulawesi Selatan 167 212 206 1,446
27 Sulawesi Tenggara 11 66 56 161
28 Gorontalo 4 8 14 54
29 Sulawesi Barat - - 3 3
30 Maluku - 3 117 312
31 Maluku Utara 24 42 38 123
32 Papua Barat 27 76 17 178
33 Papua 1,340 1,367 639 7,795
Indonesia 6,845 7,004 5,686 42,887
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
update 11 maret 2013
Lampiran 3.13

JUMLAH KASUS BARU INFEKSI HIV


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012

Jumlah infeksi HIV


No Provinsi 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 26 31 26
2 Sumatera Utara 1,347 1,251 1,337
3 Sumatera Barat 212 132 133
4 Riau 337 439 314
5 Jambi 86 105 203
6 Sumatera Selatan 226 265 230
7 Bengkulu 55 33 40
8 Lampung 93 295 335
9 Kepulauan Bangka Belitung 85 103 132
10 Kepulauan Riau 743 674 792
11 DKI Jakarta 5,186 4,012 3,926
12 Jawa Barat 1,535 1,429 1,416

347
13 Jawa Tengah 993 1,057 1,110
14 DI Yogyakarta 310 310 272
15 Jawa Timur 2,731 2,715 2,912
16 Banten 400 433 395
17 Bali 1,628 1,557 1,737
18 Nusa Tenggara Barat 93 132 110
19 Nusa Tenggara Timur 360 352 242
20 Kalimantan Barat 643 499 465
21 Kalimantan Tengah 21 68 46
22 Kalimantan Selatan 21 83 88
23 Kalimantan Timur 392 429 392
24 Sulawesi Utara 186 222 212
25 Sulawesi Tengah 38 37 86
26 Sulawesi Selatan 692 611 524
27 Sulawesi Tenggara 6 49 71
28 Gorontalo 6 11 8
29 Sulawesi Barat 21 5 7
30 Maluku 216 440 295
31 Maluku Utara 14 46 92
32 Papua Barat 390 356 535
33 Papua 2,499 2,850 3,028
Indonesia 21,591 21,031 21,511
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.14

JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIKAN (IDU)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2012

Jumlah Persentase
Jumlah Kasus Baru Jumlah Kasus Baru Persentase Kasus Jumlah
No Provinsi Kasus Kumulatif AIDS Kasus Kumulatif AIDS
AIDS AIDS pada IDU Baru AIDS pada IDU Kasus Kumulatif AIDS
pada IDU pada IDU
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 27 4 14.8 118 29 24.6
2 Sumatera Utara 0 0 na 515 222 43.1
3 Sumatera Barat 120 32 26.7 802 327 40.8
4 Riau 128 5 3.9 827 149 18.0
5 Jambi 62 11 17.7 358 194 54.2
6 Sumatera Selatan 62 2 3.2 322 107 33.2
7 Bengkulu 6 1 16.7 155 70 45.2
8 Lampung 0 0 na 192 130 67.7
9 Kepulauan Bangka Belitung 28 0 na 244 53 21.7
10 Kepulauan Riau 99 1 1.0 375 28 7.5
11 DKI Jakarta 649 244 37.6 6,299 244 3.9
12 Jawa Barat 184 16 8.7 4,098 2,491 60.8
13 Jawa Tengah 798 24 3.0 2,815 275 9.8
14 DI Yogyakarta 243 5 2.1 782 191 24.4
15 Jawa Timur 822 44 5.4 6,900 1,399 20.3
16 Banten 205 0.0 851 245 28.8
17 Bali 650 10 1.5 3,344 417 12.5

348
18 Nusa Tenggara Barat 123 10 8.1 379 32 8.4
19 Nusa Tenggara Timur 44 1 2.3 420 7 1.7
20 Kalimantan Barat 89 15 16.9 1,699 283 16.7
21 Kalimantan Tengah 14 0.0 93 11 11.8
22 Kalimantan Selatan 22 3 13.6 134 25 18.7
23 Kalimantan Timur 34 1 2.9 332 39 11.7
24 Sulawesi Utara 144 4 2.8 652 63 9.7
25 Sulawesi Tengah 43 2 4.7 109 9 8.3
26 Sulawesi Selatan 206 76 36.9 1,446 575 39.8
27 Sulawesi Tenggara 56 1 1.8 161 6 3.7
28 Gorontalo 14 1 7.1 54 8 14.8
29 Sulawesi Barat 3 1 33.3 3 1 33.3
30 Maluku 117 1 0.9 312 80 25.6
31 Maluku Utara 38 5 13.2 123 33 26.8
32 Papua Barat 17 0.0 178 5 2.8
33 Papua 639 1 0.2 7,795 4 0.1
Indonesia 5,686 521 9.2 42,887 7,752 18.1
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.15

JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA


MENURUT PROVINSI DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2012

Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita


No Provinsi Pneumonia Pneumonia Berat Jumlah
Jumlah %
< 1 Tahun 1-4 Tahun < 1 Tahun 1-4 Tahun < 1 Tahun 1-4 Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Aceh 354 1,316 25 23 379 1,339 1,718 3.84
2 Sumatera Utara 6,820 10,202 58 206 6,878 10,408 17,286 13.19
3 Sumatera Barat 2,268 6,621 113 124 2,381 6,745 9,126 18.89
4 Riau 2,854 6,998 173 74 3,027 7,072 10,099 18.33
5 Jambi 1,474 4,315 89 94 1,563 4,409 5,972 19.45
6 Sumatera Selatan 7,138 13,540 800 482 7,938 14,022 21,960 29.49
7 Bengkulu 389 954 20 20 409 974 1,383 7.75
8 Lampung 2,198 3,997 101 202 2,299 4,199 6,498 8.57
9 Kep. Bangka Belitung 1,287 3,685 49 83 1,336 3,768 5,104 40.34
10 Kepulauan Riau 529 1,397 9 31 538 1,428 1,966 10.55
11 DKI Jakarta 8,828 17,032 483 468 9,311 17,500 26,811 27.92

349
12 Jawa Barat 64,512 116,585 4,180 3,956 68,692 120,541 189,233 43.16
13 Jawa Tengah 21,118 51,224 1,365 2,203 22,483 53,427 75,910 23.50
14 DI Yogyakarta 2,473 119 81 1,020 2,554 1,139 3,693 10.69
15 Jawa Timur 18,815 39,859 1,319 1,456 20,134 41,315 61,449 16.51
16 Banten 8,085 14,889 408 512 8,493 15,401 23,894 22.58
17 Bali 1,570 2,973 228 166 1,798 3,139 4,937 12.65
18 Nusa Tenggara Barat 10,050 15,383 722 620 10,772 16,003 26,775 59.24
19 Nusa Tenggara Timur 1,475 2,926 295 38 1,770 2,964 4,734 10.58
20 Kalimantan Barat 1,148 2,183 22 36 1,170 2,219 3,389 8.31
21 Kalimantan Tengah 137 220 11 22 148 242 390 1.75
22 Kalimantan Selatan 4,104 9,263 169 359 4,273 9,622 13,895 37.92
23 Kalimantan Timur 2,220 4,455 65 103 2,285 4,558 6,843 19.34
24 Sulawesi Utara 284 475 77 113 361 588 949 4.19
25 Sulawesi Tengah 2,741 5,288 165 124 2,906 5,412 8,318 30.87
26 Sulawesi Selatan 2,032 4,575 248 375 2,280 4,950 7,230 8.68
27 Sulawesi Tenggara 1,089 2,629 41 29 1,130 2,658 3,788 16.24
28 Gorontalo 1,031 1,265 135 122 1,166 1,387 2,553 24.17
29 Sulawesi Barat 488 965 45 46 533 1,011 1,544 13.60
30 Maluku 396 603 41 56 437 659 1,096 7.18
31 Maluku Utara 423 717 8 17 431 734 1,165 11.25
32 Papua Barat t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d 0.00
33 Papua t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d 0
Indonesia 178,330 346,653 11,545 13,180 189,875 359,833 549,708 23.42
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.16

CASE FATALITY RATE PNEUMONIA PADA BALITA


MENURUT PROVINSI DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2012

Penderita Pneumonia Jumlah Kematian Balita Karena Pneumonia CFR (%)


No Provinsi < 1 Tahun 1-4 Tahun Jumlah < 1 Tahun 1-4 Tahun Jumlah < 1 Tahun 1-4 Tahun 0-4 Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 379 1,339 1,718 4 2 6 1.06 0.15 0.35
2 Sumatera Utara 6,878 10,408 17,286 1 55 56 0.01 0.53 0.32
3 Sumatera Barat 2,381 6,745 9,126 12 9 21 0.50 0.13 0.23
4 Riau 3,027 7,072 10,099 0 0 0 0.00 0.00 0.00
5 Jambi 1,563 4,409 5,972 0 0 0 0.00 0.00 0.00
6 Sumatera Selatan 7,938 14,022 21,960 60 4 64 0.76 0.03 0.29
7 Bengkulu 409 974 1,383 4 2 6 0.98 0.21 0.43
8 Lampung 2,299 4,199 6,498 6 8 14 0.26 0.19 0.22
9 Kep. Bangka Belitung 1,336 3,768 5,104 0 0 0 0.00 0.00 0.00
10 Kepulauan Riau 538 1,428 1,966 12 11 23 2.23 0.77 1.17
11 DKI Jakarta 9,311 17,500 26,811 3 0 3 0.03 0.00 0.01
12 Jawa Barat 68,692 120,541 189,233 53 23 76 0.08 0.02 0.04
13 Jawa Tengah 22,483 53,427 75,910 15 3 18 0.07 0.01 0.02
14 DI Yogyakarta 2,554 1,139 3,693 0 0 0 0.00 0.00 0.00
15 Jawa Timur 20,134 41,315 61,449 15 39 54 0.07 0.09 0.09
16 Banten 8,493 15,401 23,894 60 55 115 0.71 0.36 0.48
17 Bali 1,798 3,139 4,937 0 1 1 0.00 0.03 0.02
18 Nusa Tenggara Barat 10,772 16,003 26,775 72 11 83 0.67 0.07 0.31

350
19 Nusa Tenggara Timur 1,770 2,964 4,734 2 1 3 0.11 0.03 0.06
20 Kalimantan Barat 1,170 2,219 3,389 0 0 0 0.00 0.00 0.00
21 Kalimantan Tengah 148 242 390 3 1 4 2.03 0.41 1.03
22 Kalimantan Selatan 4,273 9,622 13,895 5 1 6 0.12 0.01 0.04
23 Kalimantan Timur 2,285 4,558 6,843 1 0 1 0.04 0.00 0.01
24 Sulawesi Utara 361 588 949 2 0 2 0.55 0.00 0.21
25 Sulawesi Tengah 2,906 5,412 8,318 11 15 26 0.38 0.28 0.31
26 Sulawesi Selatan 2,280 4,950 7,230 5 4 9 0.22 0.08 0.12
27 Sulawesi Tenggara 1,130 2,658 3,788 3 1 4 0.27 0.04 0.11
28 Gorontalo 1,166 1,387 2,553 0 1 1 0.00 0.07 0.04
29 Sulawesi Barat 533 1,011 1,544 0 0 0 0.00 0.00 0.00
30 Maluku 437 659 1,096 4 1 5 0.92 0.15 0.46
31 Maluku Utara 431 734 1,165 5 3 8 1.16 0.41 0.69
32 Papua Barat t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d
33 Papua t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d
Indonesia 189,875 359,833 549,708 358 251 609 0.19 0.07 0.11
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.17

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012

2010 2011 2012


No Provinsi P M CFR (%) P M CFR (%) P M CFR (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 121 3 2.48 40 2 5.00 0 0 0.00
2 Sumatera Utara 0 0 0 0 0 0.00 241 2 0.83
3 Sumatera Barat 51 0 0.00 0 0 0.00 274 6 2.19
4 Riau 116 1 1 163 2 1.23 0 0 0.00
5 Jambi 0 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00
6 Sumatera Selatan 0 0 0 0 0 0.00 292 8 2.74
7 Bengkulu 0 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00
8 Lampung 0 0 0 33 0 0.00 16 0 0.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00
10 Kepulauan Riau 0 0 0 1,426 2 0.14 74 0 0.00
11 DKI Jakarta 0 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00
12 Jawa Barat 1,068 5 0 229 1 0.44 38 0 0.00

351
13 Jawa Tengah 35 1 2.86 153 0 0.00 167 2 1.20
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0.00 75 1 1.33
15 Jawa Timur 1,181 12 1.02 32 0 0.00 81 0 0.00
16 Banten 385 3 1 268 1 0.37 84 0 0.00
17 Bali 0 0 0.00 0 0 0.00 22 0 0.00
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0.00 0 0 0.00
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0.00 50 0 0.00 12 0 0.00
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0.00 0 0 0.00
21 Kalimantan Tengah 0 0 0.00 179 0 0.00 0 0 0.00
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0.00 0 0 0.00
23 Kalimantan Timur 0 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00
24 Sulawesi Utara 0 0 0 121 0 0.00 0 0 0.00
25 Sulawesi Tengah 817 30 3.67 57 2 3.51 97 1 1.03
26 Sulawesi Selatan 169 4 2 - - - 0 0 0.00
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0.00 36 1 2.78 52 0 0.00
28 Gorontalo 0 0 0 13 1 7.69 0 0 0.00
29 Sulawesi Barat 0 0 0.00 203 0 0.00 0 0 0.00
30 Maluku 0 0 0 0 0 0.00 0 0 0.00
31 Maluku Utara 0 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00
32 Papua Barat 37 8 22 0 0 0.00 0 0 0.00
33 Papua 224 6 2.68 0 0 0.00 60 3 5.00
Indonesia 4,204 73 1.74 3,003 12 0.40 1,585 23 1.45
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Ket . : P = Penderita, M = Meninggal, CFR = Case Fatality Rate
Lampiran 3.18

PENEMUAN KASUS DIARE DITANGANI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Perkiraan Diare di
No Provinsi Diare Ditangani % Diare Ditangani
Fasilitas Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 198,883 110,374 55.5
2 Sumatera Utara 560,673 10,162 1.8
3 Sumatera Barat - - -
4 Riau 221,295 4,859 2.2
5 Jambi 118,838 56,156 47.3
6 Sumatera Selatan 309,696 206,634 66.7
7 Bengkulu 78,492 11,519 14.7
8 Lampung 322,461 146,066 45.3
9 Kep. Bangka Belitung 42,964 16,384 38.1
10 Kepulauan Riau - - -
11 DKI Jakarta 375,324 214,110 57.0
12 Jawa Barat 1,823,561 367,721 20.2
13 Jawa Tengah 1,363,524 399,189 29.3
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur 1,522,373 625,584 41.1
16 Banten 397,612 230,657 58.0

352
17 Bali 164,607 164,607 100.0
18 Nusa Tenggara Barat 192,973 181,809 94.2
19 Nusa Tenggara Timur 213,709 213,709 100.0
20 Kalimantan Barat - - -
21 Kalimantan Tengah - - -
22 Kalimantan Selatan - - -
23 Kalimantan Timur - - -
24 Sulawesi Utara 98,412 22,841 23.2
25 Sulawesi Tengah 112,261 44,758 39.9
26 Sulawesi Selatan 324,422 90,786 28.0
27 Sulawesi Tenggara 98,299 11,671 11.9
28 Gorontalo - - -
29 Sulawesi Barat 47,454 12,160 25.6
30 Maluku 41,487 3,211 7.7
31 Maluku Utara 46,056 26,222 56.9
32 Papua Barat - - -
33 Papua - - -
Indonesia 8,675,376 3,171,189 36.6
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.19

JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN CASE DETECTION RATE (CDR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012

Penduduk Klasifikasi Jenis Kelamin Case Detection Rate


per 100.000 Penduduk
No Provinsi Laki-laki + Laki-laki + Laki-laki +
Laki-laki Perempuan PB MB PB + MB Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Perempuan Perempuan Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 2,306,988 2,305,385 4,612,373 112 453 565 366 199 565 15.85 8.65 12.25
2 Sumatera Utara 6,618,439 6,636,243 13,254,682 24 155 179 115 64 179 1.73 0.97 1.35
3 Sumatera Barat 2,465,519 2,506,643 4,972,162 12 28 40 36 4 40 1.46 0.16 0.80
4 Riau 3,056,729 2,878,701 5,935,430 16 71 87 53 34 87 1.74 1.18 1.47
5 Jambi 1,660,265 1,588,747 3,249,012 15 44 59 29 30 59 1.74 1.89 1.82
6 Sumatera Selatan 3,928,922 3,791,123 7,720,045 9 58 67 38 29 67 0.97 0.76 0.87
7 Bengkulu 904,705 866,625 1,771,330 5 25 30 21 9 30 2.32 1.04 1.69
8 Lampung 4,008,917 3,780,706 7,789,623 21 124 145 88 57 145 2.21 1.50 1.86
9 Kep. Bangka Belitung 673,864 626,019 1,299,883 12 26 38 26 12 38 3.83 1.94 2.92
10 Kepulauan Riau 947,565 899,901 1,847,466 6 8 14 8 6 14 0.84 0.67 0.76
11 DKI Jakarta 5,002,726 4,866,964 9,869,690 45 184 229 147 82 229 2.93 1.69 2.32
12 Jawa Barat 22,721,222 21,934,564 44,655,786 319 1,997 2,316 1,505 811 2,316 6.63 3.70 5.19
13 Jawa Tengah 16,191,455 16,395,133 32,586,588 210 1,303 1,513 1,044 469 1,513 6.45 2.86 4.64
14 DI Yogyakarta 1,741,716 1,784,154 3,525,870 15 120 135 88 47 135 5.04 2.65 3.83

353
15 Jawa Timur 18,764,033 19,242,380 38,006,413 518 3,058 3,576 2,217 1,359 3,576 11.82 7.06 9.41
16 Banten 5,738,410 5,480,677 11,219,087 127 630 757 469 288 757 8.18 5.25 6.75
17 Bali 2,043,334 2,012,026 4,055,360 11 89 100 77 23 100 3.77 1.14 2.47
18 Nusa Tenggara Barat 2,231,575 2,369,455 4,601,030 103 291 394 236 158 394 10.59 6.65 8.56
19 Nusa Tenggara Timur 2,420,123 2,454,215 4,874,338 88 261 349 227 122 349 9.37 4.98 7.16
20 Kalimantan Barat 2,284,456 2,186,938 4,471,394 1 30 31 21 10 31 0.92 0.45 0.69
21 Kalimantan Tengah 1,193,101 1,096,350 2,289,451 9 55 64 42 22 64 3.54 1.98 2.80
22 Kalimantan Selatan 1,906,911 1,861,302 3,768,213 16 160 176 132 44 176 6.92 2.36 4.67
23 Kalimantan Timur 2,013,804 1,811,005 3,824,809 4 45 49 46 3 49 2.29 0.16 1.28
24 Sulawesi Utara 1,187,477 1,139,039 2,326,516 52 376 428 278 150 428 23.43 13.15 18.40
25 Sulawesi Tengah 1,401,494 1,334,249 2,735,743 68 296 364 226 138 364 16.10 10.37 13.31
26 Sulawesi Selatan 4,011,358 4,203,421 8,214,779 162 922 1,084 802 282 1,084 20.00 6.71 13.20
27 Sulawesi Tenggara 1,166,693 1,157,158 2,323,851 18 204 222 144 78 222 12.37 6.71 9.55
28 Gorontalo 544,175 542,331 1,086,506 18 202 220 145 75 220 26.68 13.79 20.25
29 Sulawesi Barat 611,443 608,791 1,220,234 66 145 211 114 97 211 18.63 15.94 17.29
30 Maluku 817,612 801,177 1,618,789 126 523 649 383 266 649 46.83 33.21 40.09
31 Maluku Utara 556,358 532,436 1,088,794 142 393 535 305 230 535 54.81 43.21 49.14
32 Papua Barat 431,339 385,647 816,986 157 206 363 192 171 363 44.60 44.24 44.43
33 Papua 1,669,747 1,473,817 3,143,564 348 786 1,134 862 272 1,134 51.62 18.47 36.07
ndonesia 123,222,475 121,553,322 244,775,797 2,855 13,268 16,123 10,483 5,640 16,123 8.51 4.64 6.59
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.20

PROPORSI KECACATAN KUSTA TINGKAT 2 DAN KASUS KUSTA PADA ANAK 0-14 TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Cacat Tingkat 2 0 - 14 Tahun


No Provinsi Penderita Baru Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 565 77 13.63 68 12.04
2 Sumatera Utara 179 28 15.64 26 14.53
3 Sumatera Barat 40 0.00 4 10.00
4 Riau 87 5 5.75 14 16.09
5 Jambi 59 5 8.47 3 5.08
6 Sumatera Selatan 67 16 23.88 6 8.96
7 Bengkulu 30 4 13.33 1 3.33
8 Lampung 145 10 6.90 12 8.28
9 Kepulauan Bangka Belitung 38 9 23.68 3 7.89
10 Kepulauan Riau 14 0.00 2 14.29
11 DKI Jakarta 229 16 6.99 17 7.42
12 Jawa Barat 2,316 321 13.86 221 9.54
13 Jawa Tengah 1,513 352 23.27 111 7.34
14 DI Yogyakarta 135 15 11.11 3 2.22
15 Jawa Timur 3,576 499 13.95 321 8.98
16 Banten 757 101 13.34 106 14.00
17 Bali 100 2 2.00 5 5.00

354
18 Nusa Tenggara Barat 394 11 2.79 77 19.54
19 Nusa Tenggara Timur 349 22 6.30 29 8.31
20 Kalimantan Barat 31 6 19.35 1 3.23
21 Kalimantan Tengah 64 4 6.25 4 6.25
22 Kalimantan Selatan 176 18 10.23 5 2.84
23 Kalimantan Timur 49 5 10.20 2 4.08
24 Sulawesi Utara 428 37 8.64 34 7.94
25 Sulawesi Tengah 364 29 7.97 32 8.79
26 Sulawesi Selatan 1,084 109 10.06 69 6.37
27 Sulawesi Tenggara 222 11 4.95 26 11.71
28 Gorontalo 220 14 6.36 14 6.36
29 Sulawesi Barat 211 7 3.32 26 12.32
30 Maluku 649 35 5.39 91 14.02
31 Maluku Utara 535 24 4.49 103 19.25
32 Papua Barat 363 9 2.48 97 26.72
33 Papua 1,134 37 3.26 260 22.93
Indonesia 16,123 1,838 11.40 1,793 11.12
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2012
Lampiran 3.21
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Faktor Risiko
Pemeriksaan Kehamilan Status Imunisasi Penolong Persalinan Perawatan Tali Pusat Pemotongan Tali Pusat Dirawat di RS

No Provinsi

Total
Meninggal
Case Fatality Rate (%)
Dokter
Bidan/Perawat
Tradisional
Tanpa pemeriksaan
Tidak Diketahui
TT2+
TT1
Tidak Diimunisasi
Tidak Diketahui
Dokter
Bidan/Perawat
Tradisional
Tidak Diketahui
Alkohol/Iodium
Tradisional
Lain-lain
Tidak Diketahui
Gunting
Bambu
Lain-lain
Tidak Diketahui
Ya
Tidak
Tidak Diketahui

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29)
1 Aceh 6 4 66.7 1 5 0 0 0 0 1 4 1 1 3 2 0 3 0 2 1 6 0 0 0 6 0 0
2 Sumatera Utara 2 2 100.0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 2 0
3 Sumatera Barat 1 0 0.0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
4 Riau 2 2 100.0 0 2 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1
5 Jambi 1 1 100.0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
6 Sumatera Selatan 6 4 66.7 0 3 2 0 1 0 0 5 1 0 0 5 1 0 4 1 1 1 4 0 1 4 1 1
7 Bengkulu 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 4 3 75.0 0 1 3 0 0 2 0 2 0 0 2 2 0 1 0 2 1 2 2 0 0 1 2 1
9 Kep. Bangka Belitung 1 0 0.0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 14 2 14.3 1 11 2 0 0 4 4 5 1 1 10 2 1 7 4 0 3 11 3 0 0 10 4 0

355
13 Jawa Tengah 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 29 15 51.7 0 20 2 7 0 4 3 22 0 0 4 23 2 10 2 14 3 13 13 3 0 28 1 0
16 Banten 32 17 53.1 1 12 6 10 3 1 8 23 0 0 2 30 0 6 20 1 5 26 2 0 4 30 2 0
17 Bali 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 1 0 0.0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 8 2 25.0 0 2 1 1 4 0 0 4 4 0 0 6 2 1 1 3 3 1 3 0 4 3 3 2
21 Kalimantan Tengah 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 1 1 100.0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
23 Kalimantan Timur 2 2 100.0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0 2 0 0 2 0 0 1 1 0
24 Sulawesi Utara 1 1 100.0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
25 Sulawesi Tengah 1 0 0.0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0
26 Sulawesi Selatan 3 2 66.7 0 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 2 1 0 0 1 2 2 1 0 0 2 1 0
27 Sulawesi Tenggara 1 0 0.0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0
28 Gorontalo 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 3 1 33.3 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 3 0 0 0 3 0 0
Indonesia 119 59 49.6 3 64 23 20 9 14 19 77 9 2 27 81 9 33 32 32 22 71 31 7 10 91 22 6
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Update: 31 Mei 2013
Lampiran 3.22

JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Laporan Rutin
No Provinsi Jumlah Penduduk
Kasus Meninggal IR (per 100.000 Penduduk)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 4,612,373 1,262 0 27.36
2 Sumatera Utara 13,254,682 297 0 2.24
3 Sumatera Barat 4,972,162 424 0 8.53
4 Riau 5,935,430 271 0 4.57
5 Jambi 3,249,012 374 0 11.51
6 Sumatera Selatan 7,720,045 408 0 5.28
7 Bengkulu 1,771,330 174 0 9.82
8 Lampung 7,789,623 619 0 7.95
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,299,883 74 0 5.69
10 Kepulauan Riau 1,847,466 386 0 20.89
11 DKI Jakarta 9,869,690 1,895 0 19.20
12 Jawa Barat 44,655,786 2,618 0 5.86
13 Jawa Tengah 32,586,588 490 0 1.50
14 DI Yogyakarta 3,525,870 1,093 0 31.00
15 Jawa Timur 38,006,413 1,207 0 3.18
16 Banten 11,219,087 1,846 0 16.45

356
17 Bali 4,055,360 31 0 0.76
18 Nusa Tenggara Barat 4,601,030 23 0 0.50
19 Nusa Tenggara Timur 4,874,338 62 0 1.27
20 Kalimantan Barat 4,471,394 406 3 9.08
21 Kalimantan Tengah 2,289,451 93 0 4.06
22 Kalimantan Selatan 3,768,213 50 0 1.33
23 Kalimantan Timur 3,824,809 385 0 10.07
24 Sulawesi Utara 2,326,516 110 0 4.73
25 Sulawesi Tengah 2,735,743 323 0 11.81
26 Sulawesi Selatan 8,214,779 740 1 9.01
27 Sulawesi Tenggara 2,323,851 91 0 3.92
28 Gorontalo 1,086,506 47 0 4.33
29 Sulawesi Barat 1,220,234 3 0 0.25
30 Maluku 1,618,789 15 0 0.93
31 Maluku Utara 1,088,794 0 0 0.00
32 Papua Barat 816,986 9 0 1.10
33 Papua 3,143,564 161 0 5.12
Indonesia 244,775,797 15,987 4 6.53
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Update: 31 Mei 2013
Lampiran 3.23

JUMLAH KASUS CAMPAK PER BULAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Kasus per Bulan


No Provinsi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 83 88 126 93 106 67 64 43 140 165 110 177 1,262
2 Sumatera Utara 30 19 19 25 25 29 49 33 36 18 11 3 297
3 Sumatera Barat 30 30 46 63 39 34 35 19 19 34 13 62 424
4 Riau 43 27 49 32 54 6 7 9 9 11 18 6 271
5 Jambi 49 33 29 35 33 38 25 17 23 31 30 31 374
6 Sumatera Selatan 66 60 17 48 40 16 39 15 20 26 32 29 408
7 Bengkulu 14 18 14 14 31 14 15 7 17 14 13 3 174
8 Lampung 47 52 68 91 71 39 37 20 32 46 76 40 619
9 Kepulauan Bangka Belitung 13 4 20 6 4 4 12 1 4 3 3 0 74
10 Kepulauan Riau 53 42 43 54 37 38 27 16 13 20 19 24 386
11 DKI Jakarta 324 351 351 221 229 0 280 139 0 0 0 0 1,895
12 Jawa Barat 183 150 142 166 411 323 314 169 204 169 202 185 2,618
13 Jawa Tengah 74 22 47 8 18 27 14 3 20 95 109 53 490

357
14 DI Yogyakarta 154 148 143 105 70 65 57 29 49 93 138 42 1,093
15 Jawa Timur 176 143 192 174 230 71 27 34 36 77 23 24 1,207
16 Banten 261 245 210 176 206 171 116 61 83 114 119 84 1,846
17 Bali 16 9 1 0 0 2 1 0 1 1 0 0 31
18 Nusa Tenggara Barat 8 3 1 3 0 1 1 0 6 0 0 0 23
19 Nusa Tenggara Timur 2 2 1 27 3 11 0 0 14 1 1 0 62
20 Kalimantan Barat 84 34 61 56 36 38 17 1 17 29 8 25 406
21 Kalimantan Tengah 21 26 0 14 0 0 6 4 6 6 0 10 93
22 Kalimantan Selatan 7 0 6 7 7 8 8 2 1 4 0 0 50
23 Kalimantan Timur 52 34 74 54 59 30 20 29 12 15 4 2 385
24 Sulawesi Utara 13 16 9 9 27 6 6 6 3 9 3 3 110
25 Sulawesi Tengah 43 58 36 31 21 35 11 4 15 18 29 22 323
26 Sulawesi Selatan 85 71 102 69 70 48 55 44 46 68 62 20 740
27 Sulawesi Tenggara 7 4 10 4 11 6 10 2 4 14 6 13 91
28 Gorontalo 0 5 2 10 15 7 3 0 0 3 2 0 47
29 Sulawesi Barat 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3
30 Maluku 0 0 8 6 0 0 0 0 0 1 0 0 15
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 1 3 0 3 0 0 0 1 1 9
33 Papua 22 34 17 29 16 6 13 8 3 9 4 0 161
Indonesia 1,960 1,728 1,846 1,631 1,872 1,140 1,272 716 833 1,094 1,036 859 15,987
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Update: 31 Mei 2013
Lampiran 3.24

JUMLAH KASUS CAMPAK DAN KASUS CAMPAK YANG DIVAKSINASI


MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Kasus Menurut Kelompok Umur (Tahun) Proporsi


No Provinsi <1 Tahun 1-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 Tahun > 14 Tahun Total Divaksinasi
Total Kasus Divaksinasi terhadap
Total Divaksinasi Total Divaksinasi Total Divaksinasi Total Divaksinasi Total Divaksinasi Kasus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 128 9 328 79 426 117 208 48 172 14 1,262 267 21.16
2 Sumatera Utara 23 8 125 72 95 49 36 24 18 17 297 170 57.24
3 Sumatera Barat 34 11 75 38 145 71 94 61 76 26 424 207 48.82
4 Riau 17 5 76 38 92 61 41 25 45 15 271 144 53.14
5 Jambi 48 16 73 41 110 84 82 47 61 26 374 214 57.22
6 Sumatera Selatan 38 13 94 64 146 104 56 36 74 40 408 257 62.99
7 Bengkulu 7 0 26 16 59 54 37 30 45 32 174 132 75.86
8 Lampung 41 17 87 63 185 154 158 130 148 95 619 459 74.15
9 Kepulauan Bangka Belitung 13 2 31 20 13 7 7 6 10 4 74 39 52.70
10 Kepulauan Riau 48 15 94 50 131 68 43 18 70 19 386 170 44.04
11 DKI Jakarta 269 0 525 0 446 0 239 0 416 0 1,895 - na
12 Jawa Barat 211 47 654 347 947 517 395 184 411 184 2,618 1,279 48.85
13 Jawa Tengah 17 5 44 28 94 68 56 39 279 17 490 157 32.04
14 DI Yogyakarta 68 21 116 74 279 207 229 159 401 195 1,093 656 60.02
15 Jawa Timur 126 67 263 219 441 354 182 144 195 106 1,207 890 73.74
16 Banten 229 41 524 158 627 173 206 60 260 45 1,846 477 25.84
17 Bali 1 0 2 0 11 6 7 5 10 6 31 17 54.84
18 Nusa Tenggara Barat 1 1 2 1 8 8 12 11 0 0 23 21 91.30
19 Nusa Tenggara Timur 1 0 16 12 30 8 14 2 1 0 62 22 35.48

358
20 Kalimantan Barat 20 10 41 31 70 36 77 35 198 5 406 117 28.82
21 Kalimantan Tengah 4 0 20 13 33 26 15 10 21 4 93 53 56.99
22 Kalimantan Selatan 2 0 12 11 12 10 9 6 15 6 50 33 66.00
23 Kalimantan Timur 52 21 100 66 85 61 59 45 89 31 385 224 58.18
24 Sulawesi Utara 10 0 16 11 52 17 22 11 10 1 110 40 36.36
25 Sulawesi Tengah 20 0 111 30 100 11 71 3 21 4 323 48 14.86
26 Sulawesi Selatan 80 21 151 109 212 142 131 83 166 47 740 402 54.32
27 Sulawesi Tenggara 6 1 18 16 24 12 25 21 18 4 91 54 59.34
28 Gorontalo 0 0 4 4 20 14 9 6 14 0 47 24 51.06
29 Sulawesi Barat 1 1 0 0 2 1 0 0 0 0 3 2 66.67
30 Maluku 4 0 5 1 5 3 1 1 0 0 15 5 33.33
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na
32 Papua Barat 1 0 2 0 5 3 1 0 0 0 9 3 33.33
33 Papua 26 1 67 7 48 10 11 2 9 4 161 24 14.91
Indonesia 1,546 333 3,702 1,619 4,953 2,456 2,533 1,252 3,253 947 15,987 6,607 41.33
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2012
Update: 31 Mei 2013
Lampiran 3.25

FREKUENSI KLB DAN JUMLAH KASUS PADA KLB CAMPAK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Laporan KLB
Frekuensi KLB Frekuensi KLB
Frekuensi KLB
No Provinsi Total KLB dengan Investigasi dengan Laporan ke Total Kasus Meninggal
dengan Spesimen > 5
Penuh Pusat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 13 12 12 10 193 0
2 Sumatera Utara 12 12 12 1 190 0
3 Sumatera Barat 8 6 6 6 169 0
4 Riau 2 2 2 2 83 0
5 Jambi 17 15 15 11 146 0
6 Sumatera Selatan 4 3 3 0 30 0
7 Bengkulu 4 3 3 3 48 0
8 Lampung 10 10 10 9 138 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 1 1 1 1 17 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 21 17 17 0 315 0
13 Jawa Tengah 12 11 11 1 143 0
14 DI Yogyakarta 9 9 9 0 176 0

359
15 Jawa Timur 0 0 0 0 0 0
16 Banten 14 11 11 9 134 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 2 2 2 0 18 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 3 3 3 3 39 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 3 3 3 3 55 0
23 Kalimantan Timur 2 1 1 0 18 1
24 Sulawesi Utara 3 3 3 3 45 0
25 Sulawesi Tengah 11 10 10 0 208 0
26 Sulawesi Selatan 0 0 0 0 0 0
27 Sulawesi Tenggara 4 4 4 4 70 3
28 Gorontalo 1 1 1 1 16 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 1 0 0 0 5 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0
33 Papua 3 2 2 0 47 0
Indonesia 160 141 141 67 2,303 4
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2012
Update: 31 Mei 2013
Lampiran 3.26

KLB CAMPAK BERDASARKAN KONFIRMASI LABORATORIUM


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Konfirmasi Laboratorium
Gabungan
No Provinsi Total Darah Campak Rubella Negatif Pending Lab. Tanpa Spesimen
(Campak dan Rubella)
(Serum) Sampel
Frekuensi Kasus Frekuensi Kasus Frekuensi Kasus Frekuensi Kasus Frekuensi Kasus Frekuensi Kasus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 64 6 116 3 21 2 38 2 18 0 0 0 0
2 Sumatera Utara 61 8 139 2 13 0 0 2 38 0 0 0 0
3 Sumatera Barat 38 4 118 4 51 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 10 1 42 1 41 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 100 9 68 7 64 1 14 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 19 1 6 2 11 0 0 0 0 1 13 0 0
7 Bengkulu 20 1 8 1 12 0 0 2 28 0 0 0 0
8 Lampung 56 1 7 8 113 1 18 0 0 0 0 0 0
9 Kep. Bangka Belitung 7 0 0 1 17 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 115 2 64 18 245 1 6 0 0 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 59 1 16 10 122 0 0 1 5 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 45 2 89 4 31 2 22 1 34 0 0 0 0
15 Jawa Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 69 7 46 5 76 0 0 2 12 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 10 2 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

360
20 Kalimantan Barat 18 2 34 0 0 1 5 0 0 0 0 0 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 15 1 33 2 22 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 9 2 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 16 1 9 2 36 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 54 7 179 2 14 0 0 2 15 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Sulawesi Tenggara 23 2 50 0 0 0 0 2 20 0 0 0 0
28 Gorontalo 5 0 0 1 16 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 4 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 39 3 47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Indonesia 856 64 1,112 73 905 8 103 14 170 1 13 0 0
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Update: 31 Mei 2013
Lampiran 3.27

JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR


DAN PROVINSI TAHUN 2012
5-9
Jumlah Kasus Menurut Kelompok Umur (tahun)

Proporsi Case
No Provinsi <1 Tahun 1-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 Tahun > 14 Tahun
Total Total Divaksinasi Total Fatality
Kasus Divaksinasi Terhadap Total Meninggal Rate
Kasus Divaksinasi Kasus Divaksinasi Kasus Divaksinasi Kasus Divaksinasi Kasus Divaksinasi Kasus (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Aceh 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0.00 1 100.00


2 Sumatera Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
3 Sumatera Barat 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0.00 2 100.00
4 Riau 0 0 1 0 2 0 1 0 0 0 4 0 0.00 0 0.00
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
6 Sumatera Selatan 1 0 1 1 2 0 1 0 0 0 5 1 20.00 0 0.00
7 Bengkulu 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 100.00 1 100.00
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
9 Kep. Bangka Belitung 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0.00 1 100.00
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 2 1 50.00 0 0.00
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
12 Jawa Barat 0 0 20 7 5 1 3 0 3 0 31 8 25.81 1 3.23
13 Jawa Tengah 0 0 16 15 13 13 0 0 3 2 32 30 93.75 0 0.00
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 2 2 100.00 0 0.00

361
15 Jawa Timur 14 10 185 158 275 187 167 85 313 54 954 494 51.78 37 3.88
16 Banten 0 0 3 1 7 1 2 2 1 0 13 4 30.77 4 30.77
17 Bali 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 100.00 0 0.00
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
20 Kalimantan Barat 0 0 5 3 3 0 5 3 2 0 15 6 40.00 4 26.67
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
22 Kalimantan Selatan 2 0 23 0 20 0 7 0 9 0 61 0 0.00 13 21.31
23 Kalimantan Timur 0 0 5 4 4 2 2 1 2 1 13 8 61.54 0 0.00
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
26 Sulawesi Selatan 0 0 2 1 18 1 18 3 12 0 50 5 10.00 12 24.00
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
29 Sulawesi Barat 0 0 1 0 0 0 2 2 0 0 3 2 66.67 0 0.00
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 na 0 na
Indonesia 17 10 266 191 355 209 208 96 346 58 1,192 564 47.32 76 6.38
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Update: 31 Mei 2013
Lampiran 3.28

JUMLAH KASUS DIFTERI PER BULAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Kasus per Bulan


No Provinsi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
2 Sumatera Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2
4 Riau 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 4
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 5
7 Bengkulu 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 8 3 2 1 3 4 4 1 2 0 1 2 31
13 Jawa Tengah 1 2 2 3 2 8 8 2 4 0 0 0 32
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2
15 Jawa Timur 88 80 77 86 115 79 79 57 34 64 93 102 954
16 Banten 5 1 1 2 2 0 0 0 0 1 0 1 13

362
17 Bali 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 0 0 3 3 1 1 0 2 1 2 1 1 15
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 40 9 6 0 3 3 0 0 0 0 0 0 61
23 Kalimantan Timur 0 0 1 0 0 0 3 0 4 4 0 1 13
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 9 3 8 1 7 13 2 1 1 2 1 2 50
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 3
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Indonesia 151 100 102 98 135 109 100 67 46 74 100 110 1,192
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Update: 31 Mei 2013
Lampiran 3.29

JUMLAH KASUS NON POLIO AFP DAN NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Non Polio AFP Rate


Jumlah Penduduk
No Provinsi Jumlah Kasus Non Polio AFP per 100.000 Penduduk Usia
Berusia < 15 Tahun
< 15 Tahun
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 1,492,074 65 4.33
2 Sumatera Utara 4,443,254 101 2.30
3 Sumatera Barat 1,603,696 52 3.25
4 Riau 2,032,665 43 2.15
5 Jambi 1,015,161 37 3.70
6 Sumatera Selatan 2,372,855 88 3.83
7 Bengkulu 548,392 18 3.60
8 Lampung 2,315,044 68 2.96
9 Kepulauan Bangka Belitung 394,142 16 4.00
10 Kepulauan Riau 567,406 11 2.20
11 DKI Jakarta 2,387,511 65 2.71
12 Jawa Barat 13,277,953 337 2.59
13 Jawa Tengah 8,579,423 198 2.30
14 DI Yogyakarta 780,420 40 5.00
15 Jawa Timur 9,388,737 240 2.58

363
16 Banten 3,442,514 83 2.44
17 Bali 1,069,703 26 2.60
18 Nusa Tenggara Barat 1,446,302 48 3.43
19 Nusa Tenggara Timur 1,781,865 96 5.33
20 Kalimantan Barat 1,411,369 37 2.64
21 Kalimantan Tengah 695,948 14 2.00
22 Kalimantan Selatan 1,116,145 23 2.09
23 Kalimantan Timur 1,211,330 26 2.17
24 Sulawesi Utara 654,625 27 4.50
25 Sulawesi Tengah 924,246 37 4.11
26 Sulawesi Selatan 2,561,348 53 2.12
27 Sulawesi Tenggara 829,043 22 2.75
28 Gorontalo 354,976 22 7.33
29 Sulawesi Barat 450,488 8 2.00
30 Maluku 600,211 13 2.17
31 Maluku Utara 396,067 6 1.50
32 Papua Barat 288,531 8 2.67
33 Papua 1,159,535 23 2.09
Indonesia 71,592,979 1,951 2.77
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Keterangan: Update 24 Juni 2013
Lampiran 3.30

JUMLAH KASUS, MENINGGAL DAN CASE FATALITY RATE (%) FLU BURUNG
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2012

2005 - 2009 2011 2012 Total Kumulatif (2005-2012)


No Provinsi K M CFR K M CFR K M CFR K M CFR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
2 Sumatera Utara 8 7 87.5 0 0 0.0 0 0 0.0 8 7 87.5
3 Sumatera Barat 4 1 25.0 0 0 0.0 0 0 0.0 4 1 25.0
4 Riau 9 7 77.8 0 0 100.0 1 1 0.0 10 8 77.8
5 Jambi 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
6 Sumatera Selatan 1 1 100.0 0 0 0.0 0 0 0.0 1 1 100.0
7 Bengkulu 0 0 0.0 0 0 0.0 1 1 0.0 1 1 0.0
8 Lampung 3 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 3 0 0.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
10 Kepulauan Riau 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
11 DKI Jakarta 47 40 85.1 4 3 100.0 1 1 100.0 52 44 85.1
12 Jawa Barat 42 35 83.3 4 3 50.0 2 2 100.0 48 40 83.3
13 Jawa Tengah 13 12 92.3 0 0 100.0 0 0 0.0 13 12 92.3
14 DI Yogyakarta 1 1 100.0 1 1 0.0 1 1 100.0 3 3 100.0
15 Jawa Timur 9 6 66.7 0 0 0.0 0 0 0.0 9 6 66.7
16 Banten 31 28 90.3 0 0 100.0 1 1 0.0 32 29 90.3
17 Bali 2 2 100.0 3 3 0.0 1 1 100.0 6 6 100.0

364
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0.0 0 0 0.0 1 1 0.0 1 1 0.0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
20 Kalimantan Barat 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
23 Kalimantan Timur 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
24 Sulawesi Utara 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
26 Sulawesi Selatan 1 1 100.0 0 0 0.0 0 0 0.0 1 1 100.0
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
28 Gorontalo 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
29 Sulawesi Barat 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
30 Maluku 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
31 Maluku Utara 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
32 Papua Barat 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
33 Papua 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0 0 0.0
Indonesia 162 134 82.7 12 10 83.3 9 9 100.0 192 160 83.3
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Keterangan: K= Kasus M= Meninggal CFR = Case Fatality Rate
Lampiran 3.31

JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN MALARIA PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sediaan Darah Diperiksa


No Provinsi Populasi Suspek Pemeriksaan Rapid Positif Annual Parasite
Berisiko Total Incidence (API)
Mikroskopik Diagnostic Test
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 4,629,341 40,512 24,768 17,655 42,423 2,032 0.44
2 Sumatera Utara 13,371,956 104,214 35,884 58,727 94,611 11,253 0.84
3 Sumatera Barat 4,992,423 4,598 3,649 497 4,146 1,231 0.25
4 Riau 5,704,640 18,808 9,659 8,126 17,785 1,151 0.20
5 Jambi 3,185,101 38,497 26,069 8,905 34,974 4,100 1.29
6 Sumatera Selatan 8,385,220 23,347 9,414 12,048 21,462 1,638 0.20
7 Bengkulu 1,767,021 49,478 30,579 14,375 44,954 9,398 5.32
8 Lampung 7,836,825 25,655 17,658 7,378 25,036 1,380 0.18
9 Kep. Bangka Belitung 1,260,022 64,118 53,521 10,455 63,976 3,351 2.66
10 Kepulauan Riau 1,729,575 17,404 6,954 9,323 16,277 4,278 2.47
11 DKI Jakarta 9,892,670 - - - 0 0 0.00
12 Jawa Barat 44,346,292 28,515 28,515 - 28,515 650 0.01

365
13 Jawa Tengah 33,354,849 66,188 64,429 - 64,429 1,138 0.03
14 DI Yogyakarta 3,561,292 - - - 0 210 0.06
15 Jawa Timur 38,601,885 - - - 0 958 0.02
16 Banten 10,951,365 2,737 2,729 - 2,729 228 0.02
17 Bali 4,007,565 - - - 0 0 0.00
18 Nusa Tenggara Barat 4,635,317 85,380 61,944 27,050 88,994 3,804 0.82
19 Nusa Tenggara Timur 4,824,445 408,357 332,945 47,936 380,881 93,645 19.41
20 Kalimantan Barat 4,527,959 87,108 46,642 33,019 79,661 3,870 0.85
21 Kalimantan Tengah 2,278,500 42,763 19,841 20,601 40,442 7,939 3.48
22 Kalimantan Selatan 3,735,494 23,121 12,753 10,185 22,938 7,701 2.06
23 Kalimantan Timur 3,659,815 25,259 14,656 10,053 24,709 4,204 1.15
24 Sulawesi Utara 2,338,764 44,415 21,940 22,440 44,380 5,487 2.35
25 Sulawesi Tengah 2,714,117 69,595 27,717 34,602 62,319 6,761 2.49
26 Sulawesi Selatan 8,275,996 28,884 22,554 5,925 28,479 1,580 0.19
27 Sulawesi Tenggara 2,263,453 26,138 14,876 10,453 25,329 1,797 0.79
28 Gorontalo 1,071,392 14,872 6,805 8,051 14,856 1,757 1.64
29 Sulawesi Barat 1,193,436 29,786 13,721 18,848 32,569 1,462 1.23
30 Maluku 1,579,545 37,969 22,982 8,456 31,438 11,716 7.42
31 Maluku Utara 1,069,252 27,036 18,076 7,418 25,494 5,430 5.08
32 Papua Barat 783,251 131,585 114,349 7,726 122,075 40,940 52.27
33 Papua 2,918,445 485,086 363,510 51,334 414,844 176,730 60.56
Indonesia 245,447,224 2,051,425 1,429,139 471,586 1,900,725 417,819 1.69
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.32

ANNUAL PARASITE INSIDENCE (API) MALARIA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2008-2012

API
No Provinsi
2008 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


1 Aceh 0.25 0.48 0.54 0.44 0.44
2 Sumatera Utara 0.28 0.25 0.61 0.46 0.84
3 Sumatera Barat 0.57 0.41 0.11 0.16 0.25
4 Riau 0.23 0.47 0.24 0.37 0.20
5 Jambi 2.12 1.89 1.64 1.60 1.29
6 Sumatera Selatan 0.54 0.45 0.45 0.19 0.20
7 Bengkulu 4.70 4.36 4.26 3.02 5.32
8 Lampung 0.33 0.78 0.32 0.46 0.18
9 Kepulauan Bangka Belitung 8.09 7.87 5.06 2.28 2.66
10 Kepulauan Riau 1.34 1.12 0.86 1.38 2.47
11 DKI Jakarta 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
12 Jawa Barat 0.58 0.36 0.43 0.47 0.01
13 Jawa Tengah 0.07 0.08 0.10 0.01 0.03
14 DI Yogyakarta 0.00 0.30 0.01 0.00 0.06
15 Jawa Timur 0.71 0.47 0.10 0.01 0.02
16 Banten 0.03 0.14 0.03 0.03 0.02

366
17 Bali 0.17 0.02 0.03 0.00 0.00
18 Nusa Tenggara Barat 4.88 1.93 1.81 0.52 0.82
19 Nusa Tenggara Timur 20.35 15.62 12.14 14.75 19.41
20 Kalimantan Barat 0.65 0.54 0.45 1.91 0.85
21 Kalimantan Tengah 2.53 1.38 3.48 3.08 3.48
22 Kalimantan Selatan 1.04 1.06 0.79 2.29 2.06
23 Kalimantan Timur 2.04 0.93 0.47 1.12 1.15
24 Sulawesi Utara 3.37 4.57 1.63 2.52 2.35
25 Sulawesi Tengah 2.56 1.35 2.08 3.08 2.49
26 Sulawesi Selatan 0.31 0.47 0.35 0.38 0.19
27 Sulawesi Tenggara 0.28 0.22 0.46 1.36 0.79
28 Gorontalo 4.13 0.54 1.71 1.90 1.64
29 Sulawesi Barat 0.57 0.85 0.55 1.91 1.23
30 Maluku 8.94 7.37 5.43 3.97 7.42
31 Maluku Utara 8.91 8.91 6.45 2.37 5.08
32 Papua Barat 46.10 27.66 17.86 33.25 52.27
33 Papua 18.35 9.94 18.03 23.34 60.56
Indonesia 2.47 1.85 1.96 1.75 1.69
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.33

JUMLAH PENDERITA, INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK, KASUS MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (%)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Demam Berdarah Dengue
No Provinsi Jumlah Penduduk Incidence Rate Jumlah Kasus
Jumlah Kasus Case Fatality Rate (%)
per 100.000 Penduduk Meninggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6.) (7)
1 Aceh 4,486,570 2,269 50.57 7 0.31
2 Sumatera Utara 12,893,642 4,747 36.82 36 0.76
3 Sumatera Barat 4,733,392 3,158 66.72 20 0.63
4 Riau 5,733,721 1,114 19.43 16 1.44
5 Jambi 3,249,012 994 30.59 22 2.21
6 Sumatera Selatan 7,593,425 3,243 42.71 24 0.74
7 Bengkulu 1,804,085 967 53.60 7 0.72
8 Lampung 7,608,405 5,207 68.44 38 0.73
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,265,379 1,075 84.95 25 2.33
10 Kepulauan Riau 2,006,720 1,076 53.62 13 1.21
11 DKI Jakarta 9,738,293 6,669 68.48 4 0.06
12 Jawa Barat 43,842,907 19,663 44.85 167 0.85

367
13 Jawa Tengah 36,745,961 7,088 19.29 108 1.52
14 DI Yogyakarta 3,448,072 971 28.16 2 0.21
15 Jawa Timur 38,054,487 8,177 21.49 116 1.42
16 Banten 10,285,371 3,362 32.69 29 0.86
17 Bali 4,021,191 2,650 65.90 3 0.11
18 Nusa Tenggara Barat 4,434,012 961 21.67 3 0.31
19 Nusa Tenggara Timur 4,804,719 1,135 23.62 8 0.70
20 Kalimantan Barat 4,249,142 1,664 39.16 21 1.26
21 Kalimantan Tengah 2,371,153 1,590 67.06 15 0.94
22 Kalimantan Selatan 3,449,117 1,547 44.85 25 1.62
23 Kalimantan Timur 3,874,580 3,267 84.32 29 0.89
24 Sulawesi Utara 2,265,937 1,253 55.30 16 1.28
25 Sulawesi Tengah 2,657,646 2,259 85.00 22 0.97
26 Sulawesi Selatan 8,328,957 2,333 28.01 23 0.99
27 Sulawesi Tenggara 2,230,932 373 16.72 2 0.54
28 Gorontalo 1,012,191 212 20.94 5 2.36
29 Sulawesi Barat 1,145,922 581 50.70 0 0.00
30 Maluku 1,533,506 107 6.98 6 5.61
31 Maluku Utara 1,060,539 65 6.13 0 0.00
32 Papua Barat 564,085 18 3.19 2 11.11
33 Papua 1,692,389 450 26.59 2 0.44
Indonesia 243,185,460 90,245 37.11 816 0.90
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.34
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012

Jumlah Kabupaten/kota terjangkit


No Provinsi Kab/Kota 2010 2011 2012
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 23 21 91.30 22 95.65 22 95.65
2 Sumatera Utara 33 22 66.67 23 69.70 25 75.76
3 Sumatera Barat 19 16 84.21 17 89.47 18 94.74
4 Riau 12 12 100.00 12 100.00 12 100.00
5 Jambi 11 7 63.64 9 81.82 9 81.82
6 Sumatera Selatan 15 13 86.67 14 93.33 14 93.33
7 Bengkulu 10 10 100.00 10 100.00 10 100.00
8 Lampung 14 11 78.57 11 78.57 11 78.57
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 7 100.00 7 100.00 7 100.00
10 Kepulauan Riau 7 6 85.71 4 57.14 5 71.43
11 DKI Jakarta 6 6 100.00 6 100.00 6 100.00
12 Jawa Barat 26 26 100.00 26 100.00 26 100.00
13 Jawa Tengah 35 35 100.00 35 100.00 35 100.00
14 DI Yogyakarta 5 5 100.00 5 100.00 5 100.00
15 Jawa Timur 38 38 100.00 38 100.00 38 100.00
16 Banten 8 8 100.00 8 100.00 8 100.00

368
17 Bali 9 9 100.00 9 100.00 9 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 10 9 90.00 8 80.00 9 90.00
19 Nusa Tenggara Timur 21 9 42.86 6 28.57 11 52.38
20 Kalimantan Barat 14 11 78.57 12 85.71 14 100.00
21 Kalimantan Tengah 14 14 100.00 11 78.57 13 92.86
22 Kalimantan Selatan 13 13 100.00 11 84.62 13 100.00
23 Kalimantan Timur 14 14 100.00 14 100.00 14 100.00
24 Sulawesi Utara 15 12 80.00 8 53.33 12 80.00
25 Sulawesi Tengah 11 11 100.00 10 90.91 11 100.00
26 Sulawesi Selatan 24 21 87.50 20 83.33 23 95.83
27 Sulawesi Tenggara 12 8 66.67 5 41.67 7 58.33
28 Gorontalo 6 6 100.00 4 66.67 6 100.00
29 Sulawesi Barat 5 4 80.00 3 60.00 4 80.00
30 Maluku 11 1 9.09 2 18.18 6 54.55
31 Maluku Utara 9 6 66.67 4 44.44 5 55.56
32 Papua Barat 11 2 18.18 0 0.00 3 27.27
33 Papua 29 7 24.14 0 0.00 6 20.69
Indonesia 497 400 80.48 374 75.25 417 83.90
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.35
SITUASI RABIES MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2010-2012

2010 2011 2012


No Provinsi GHPR VAR LYSSA GHPR VAR LYSSA GHPR VAR LYSSA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 524 471 0 280 184 0 138 103 0
2 Sumatera Utara 3,714 2,848 35 3,909 2,745 31 4,563 3,816 18
3 Sumatera Barat 858 514 5 2,586 1,923 7 2,606 1,975 14
4 Riau 1,293 1,082 2 930 698 6 1,500 1,252 0
5 Jambi 704 475 3 764 555 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 144 75 2 1,585 1,374 0 674 516 0
7 Bengkulu 261 181 0 788 563 6 982 681 1
8 Lampung 1,018 76 3 826 725 0 0 0 0
9 Kepulauan Bangka Belitung* 0 0 0 0 0 0 775 607 3
10 Kepulauan Riau* 1 0 1 0 0 0 450 413 1
11 DKI Jakarta* 0 0 0 0 0 0 14 9 0
12 Jawa Barat 294 183 1 383 174 0 530 192 1
13 Jawa Tengah* 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta* 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur* 0 0 0 0 0 0 0 0 0

369
16 Banten 119 106 0 30 0 0 0 0 0
17 Bali 60,434 52,775 82 52,798 49,900 23 55,836 52,250 8
18 Nusa Tenggara Barat* 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 3,547 2,154 25 5,500 4,871 12 5,564 5,176 7
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 3,527 1,706 35
21 Kalimantan Tengah 566 390 1 935 636 2 458 292 6
22 Kalimantan Selatan 65 53 0 179 171 2 1,197 960 4
23 Kalimantan Timur 42 2 0 315 260 1 413 389 3
24 Sulawesi Utara 1,412 439 10 2,961 1,086 26 1,201 841 9
25 Sulawesi Tengah 591 371 3 976 660 21 603 601 0
26 Sulawesi Selatan 99 85 0 2,454 1,053 0 119 0 0
27 Sulawesi Tenggara 1,267 478 4 1,134 959 5 1,265 825 5
28 Gorontalo 325 127 2 440 226 3 92 74 0
29 Sulawesi Barat 97 50 5 307 204 0 0 0 0
30 Maluku 778 359 21 3,206 2,074 31 198 152 3
31 Maluku Utara 50 40 1 237 232 6 2,045 1,501 19
32 Papua Barat* 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua* 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Indonesia 78,203 63,334 206 83,523 71,273 182 84,750 74,331 137
Persentase (%) 81.0% 85.3% 87.7%
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI
Ket : GHPR = Gigitan Hewan Penular Rabies (belum confirmed lab), VAR = Kasus digigit yang diberi Vaksin Anti Rabies, LYSSA = Positif rabies dan mati
* daerah bebas rabies
update 28 Juni 2013
Lampiran 3.36

JUMLAH PENDERITA FILARIASIS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA


TAHUN 2008-2012

Jumlah Kasus Klinis Filariasis


No Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (7) (8)
1 Aceh 2,359 2,359 2,359 2,359 2,359
2 Sumatera Utara 141 141 141 148 186
3 Sumatera Barat 274 274 274 274 193
4 Riau 532 532 532 532 310
5 Jambi 257 257 221 222 300
6 Sumatera Selatan 210 210 210 210 185
7 Bengkulu 94 94 94 94 85
8 Lampung 74 74 74 74 74
9 Kepulauan Bangka Belitung 207 207 207 207 207
10 Kepulauan Riau 31 31 31 31 39
11 DKI Jakarta 53 53 53 53 53
12 Jawa Barat 404 474 474 480 480
13 Jawa Tengah 395 412 412 412 412
14 DI Yogyakarta 37 37 37 37 37
15 Jawa Timur 219 219 219 238 238
16 Banten 91 76 76 81 81

370
17 Bali 18 18 18 18 18
18 Nusa Tenggara Barat 71 71 71 71 71
19 Nusa Tenggara Timur 1,682 1,730 1,730 1,730 1,730
20 Kalimantan Barat 253 253 253 269 269
21 Kalimantan Tengah 225 225 225 238 238
22 Kalimantan Selatan 385 385 385 385 422
23 Kalimantan Timur 409 409 409 409 409
24 Sulawesi Utara 30 30 30 30 30
25 Sulawesi Tengah 451 451 451 468 503
26 Sulawesi Selatan 60 128 128 129 133
27 Sulawesi Tenggara 208 201 107 119 119
28 Gorontalo 224 224 224 224 224
29 Sulawesi Barat 96 96 96 96 96
30 Maluku 70 70 70 70 70
31 Maluku Utara 27 27 27 27 27
32 Papua Barat 985 988 988 988 988
33 Papua 1,127 1,158 1,343 1,343 1,346
Indonesia 11,699 11,914 11,969 12,066 11,932
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.37
SITUASI PENYAKIT BERSUMBER BINATANG DI INDONESIA TAHUN 2012

JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (CFR) LEPTOSPIROSIS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012

2010 2011 2012


No Provinsi K M CFR K M CFR K M CFR
IR IR IR
(1) (2) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (9) (10) (11)
1 DKI Jakarta 15 0 0.00 11 0 0.00 10 0 0.00
2 Jawa Barat 1 0 0.00 29 4 13.79 0 0 0.00
3 Jawa Tengah 133 14 10.53 184 33 17.93 129 20 15.50
4 DI Yogyakarta 230 23 10.00 626 43 6.87 72 7 9.72
5 Jawa Timur 19 6 31.58 5 2 40.00 28 2 7.14
6 Kalimantan Timur 0 0 0.00 2 0 0.00 0 0 0.00
Indonesia 398 43 10.80 857 82 9.57 239 29 12.13
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Ket. : K= Kasus, M= Meninggal, CFR=Case Fatality Rate

371
SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012

2010 2011 2012


No. Provinsi Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal
(1) (2) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (12) (13) (14)
1 Jawa Tengah 24 24 1 27 27 0 0 0 0
2 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 14 14 0 18 18 0
3 Sulawesi Selatan 7 4 0 0 0 0 4 4 0
Indonesia 31 28 1 41 41 0 22 22 0
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 3.38

REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA DAN JUMLAH KORBAN


TAHUN 2012

Luka Berat/ Luka Ringan/


No Jenis Bencana Frekuensi Meninggal Hilang Pengungsi
Rawat Inap Rawat Jalan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Kebakaran 78 88 129 247 0 8,130


2 Kecelakaan Transportasi 75 314 546 572 175 211
3 Banjir 69 9 25 2,381 3 34,454
4 Konflik Sosial 50 65 269 1,624 14 3,958
5 Angin Siklon Tropis 49 23 0 182 3 1,066
6 Tanah Longsor 43 54 41 65 9 818
7 Keracunan/KLB 39 22 1,030 1,009 14 3,000
8 Banjir Bandang 29 38 94 184 14 5,268
9 Gempa Bumi 15 13 82 230 0 5,737
10 Erupsi Gunung Api 9 0 0 4 0 931
11 Banjir dan Tanah Longsor 5 20 12 12 4 10,139

372
12 Tersambar Petir 5 6 1 1 0 0

13 Gelombang Besar 4 3 0 0 1 1
14 Ledakan Bom 4 0 7 3 0 0
15 Ledakan Akibat Gas 4 8 21 6 0 0
16 Kegagalan Teknologi 3 4 0 11 4 0
17 Banjir Bandang dan Tanah Longsor 2 0 1 112 0 0
18 Banjir Lahar Dingin 2 6 36 15 5 428
19 Longsor Sampah 1 1 0 0 0
20 Gelombang Besar dan Angin Siklon Tropis 1 1 0 0 10 0
21 Abrasi Air Laut 1 0 0 0 0 0
22 Banjir Bandang dan Angin Siklon Tropis 1 0 0 200 0 0
Jumlah 489 675 2,294 6,858 256 74,141
Sumber: Pusat Penanggulangan Krisis, 2013
LAMPIRAN
BAB 4. SITUASI UPAYA KESEHATAN

373
Lampiran 4.1

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1, K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN IBU NIFAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Ibu Hamil Ibu Bersalin Ibu Nifas
No Provinsi
Jumlah K1 % K1 K4 % K4 Jumlah Ditolong Nakes % Ditolong Nakes Kunjungan Nifas 3 kali
% Kf-3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Aceh 109,302 101,988 93.31 98,744 90.34 104,334 93,670 89.78 85,273 81.73
2 Sumatera Utara 331,834 305,806 92.16 300,673 90.61 316,751 278,099 87.80 209,628 66.18
3 Sumatera Barat 117,429 123,951 105.55 105,708 90.02 112,091 99,873 89.10 95,443 85.15
4 Riau 150,110 150,645 100.36 129,153 86.04 143,287 113,542 79.24 111,220 77.62
5 Jambi 74,687 72,394 96.93 70,321 94.15 71,292 61,958 86.91 68,279 95.77
6 Sumatera Selatan 177,433 166,536 93.86 166,144 93.64 169,368 151,426 89.41 156,733 92.54
7 Bengkulu 40,808 40,860 100.13 38,881 95.28 38,953 37,017 95.03 29,950 76.89
8 Lampung 176,364 165,126 93.63 161,939 91.82 168,347 137,880 81.90 147,040 87.34
9 Kepulauan Bangka Belitung 30,649 30,789 100.46 29,249 95.43 29,256 28,656 97.95 25,638 87.63
10 Kepulauan Riau 50,931 49,043 96.29 47,090 92.46 48,616 47,620 97.95 35,113 72.23
11 DKI Jakarta 189,828 189,550 99.85 182,942 96.37 181,199 177,320 97.86 144,992 80.02
12 Jawa Barat 933,856 930,867 99.68 871,278 93.30 891,408 800,920 89.85 852,275 95.61
13 Jawa Tengah 618,598 611,746 98.89 591,677 95.65 590,480 574,775 97.34 553,398 93.72
14 DI Yogyakarta 59,176 59,176 100.00 53,532 90.46 56,486 55,709 98.62 42,261 74.82
15 Jawa Timur 636,456 617,301 96.99 578,339 90.87 607,526 541,437 89.12 572,896 94.30
16 Banten 239,027 238,079 99.60 201,816 84.43 228,162 195,916 85.87 182,707 80.08
17 Bali 74,404 72,602 97.58 70,272 94.45 71,022 68,056 95.82 64,621 90.99

374
18 Nusa Tenggara Barat 112,295 109,891 97.86 102,566 91.34 107,191 95,282 88.89 99,844 93.15
19 Nusa Tenggara Timur 133,133 117,914 88.57 90,090 67.67 127,082 88,203 69.41 84,676 66.63
20 Kalimantan Barat 99,674 95,548 95.86 89,037 89.33 95,143 85,187 89.54 79,888 83.97
21 Kalimantan Tengah 49,231 46,353 94.15 44,288 89.96 46,993 39,866 84.83 37,770 80.37
22 Kalimantan Selatan 85,647 89,726 104.76 74,970 87.53 81,754 70,088 85.73 65,512 80.13
23 Kalimantan Timur 92,530 79,059 85.44 78,581 84.92 88,324 74,074 83.87 56,449 63.91
24 Sulawesi Utara 44,913 42,909 95.54 39,816 88.65 42,872 37,998 88.63 36,135 84.29
25 Sulawesi Tengah 63,498 58,524 92.17 51,762 81.52 60,612 48,485 79.99 47,752 78.78
26 Sulawesi Selatan 180,414 182,344 101.07 167,819 93.02 172,213 158,377 91.97 130,777 75.94
27 Sulawesi Tenggara 62,363 56,914 91.26 56,643 90.83 59,528 49,419 83.02 41,597 69.88
28 Gorontalo 24,487 26,040 106.34 23,189 94.70 23,374 21,881 93.61 17,952 76.80
29 Sulawesi Barat 30,857 30,042 97.36 24,919 80.76 29,454 23,982 81.42 21,929 74.45
30 Maluku 42,207 39,526 93.65 33,975 80.50 40,289 31,454 78.07 30,430 75.53
31 Maluku Utara 27,609 25,464 92.23 23,464 84.99 26,354 21,245 80.61 20,726 78.64
32 Papua Barat 21,942 19,860 90.51 14,117 64.34 20,945 13,646 65.15 11,951 57.06
33 Papua 54,349 27,233 50.11 18,741 34.48 51,879 22,587 43.54 14,323 27.61
Indonesia 5,136,041 4,973,806 96.84 4,631,735 90.18 4,902,585 4,345,648 88.64 4,175,178 85.16
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.2

CAKUPAN PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Peserta KB Baru Peserta KB Aktif


No Provinsi Jumlah PUS
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 828,600 186,758 22.54 652,598 78.76
2 Sumatera Utara 2,152,585 424,583 19.72 1,463,520 67.99
3 Sumatera Barat 819,992 166,260 20.28 613,427 74.81
4 Riau 886,517 210,480 23.74 640,654 72.27
5 Jambi 702,497 147,572 21.01 560,683 79.81
6 Sumatera Selatan 1,691,720 504,780 29.84 1,329,083 78.56
7 Bengkulu 373,287 122,881 32.92 328,165 87.91
8 Lampung 1,684,884 561,061 33.30 1,190,330 70.65
9 Kepulauan Bangka Belitung 251,115 52,762 21.01 203,816 81.16
10 Kepulauan Riau 339,005 83,692 24.69 258,728 76.32
11 DKI Jakarta 1,311,842 536,576 40.90 1,067,522 81.38
12 Jawa Barat 9,353,530 1,584,957 16.95 7,120,391 76.13

375
13 Jawa Tengah 6,738,688 1,028,976 15.27 5,403,576 80.19
14 DI Yogyakarta 552,422 61,413 11.12 438,788 79.43
15 Jawa Timur 8,157,728 1,257,507 15.41 6,261,346 76.75
16 Banten 2,036,973 464,132 22.79 1,424,870 69.95
17 Bali 678,885 77,665 11.44 584,609 86.11
18 Nusa Tenggara Barat 1,023,925 232,120 22.67 773,614 75.55
19 Nusa Tenggara Timur 694,541 109,592 15.78 493,533 71.06
20 Kalimantan Barat 740,476 178,896 24.16 522,319 70.54
21 Kalimantan Tengah 473,425 98,642 20.84 353,620 74.69
22 Kalimantan Selatan 786,847 164,196 20.87 626,751 79.65
23 Kalimantan Timur 593,848 113,773 19.16 429,245 72.28
24 Sulawesi Utara 415,489 107,357 25.84 342,491 82.43
25 Sulawesi Tengah 563,475 124,073 22.02 462,746 82.12
26 Sulawesi Selatan 1,368,688 381,805 27.90 1,007,941 73.64
27 Sulawesi Tenggara 425,750 89,940 21.13 318,342 74.77
28 Gorontalo 220,300 59,426 26.98 191,567 86.96
29 Sulawesi Barat 209,325 58,115 27.76 153,636 73.40
30 Maluku 270,691 67,824 25.06 212,967 78.68
31 Maluku Utara 168,005 48,208 28.69 128,218 76.32
32 Papua Barat 98,475 29,461 29.92 77,522 78.72
33 Papua 308,235 52,891 17.16 208,671 67.70
Indonesia 46,921,765 9,388,374 20.01 35,845,289 76.39
Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013
Lampiran 4.3

PERSENTASE PESERTA KB BARU


MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2012

IUD MOW MOP Kondom Implan Suntikan Pil


No Provinsi Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 6,629 3.55 1,497 0.80 40 0.02 23,357 12.51 6,325 3.39 80,874 43.30 68,036 36.43 186,758

2 Sumatera Utara 31,193 7.35 10,646 2.51 4,871 1.15 56,901 13.40 47,135 11.10 142,783 33.63 131,054 30.87 424,583

3 Sumatera Barat 10,387 6.25 2,104 1.27 417 0.25 24,462 14.71 19,817 11.92 74,069 44.55 35,004 21.05 166,260

4 Riau 7,208 3.42 2,954 1.40 269 0.13 14,142 6.72 14,268 6.78 103,651 49.25 67,988 32.30 210,480

5 Jambi 6,050 4.10 712 0.48 150 0.10 5,592 3.79 12,701 8.61 71,803 48.66 50,564 34.26 147,572

6 Sumatera Selatan 12,690 2.51 2,402 0.48 963 0.19 53,677 10.63 50,417 9.99 221,065 43.79 163,566 32.40 504,780

7 Bengkulu 5,852 4.76 927 0.75 207 0.17 10,751 8.75 12,065 9.82 56,060 45.62 37,019 30.13 122,881

8 Lampung 37,476 6.68 2,766 0.49 966 0.17 59,035 10.52 39,917 7.11 219,072 39.05 201,829 35.97 561,061

9 Kepulauan Bangka Belitung 2,378 4.51 337 0.64 105 0.20 7,261 13.76 3,553 6.73 23,295 44.15 15,833 30.01 52,762

10 Kep. Riau 2,925 3.49 771 0.92 96 0.11 21,728 25.96 3,673 4.39 32,721 39.10 21,778 26.02 83,692

11 DKI Jakarta 61,044 11.38 5,445 1.01 1,580 0.29 43,399 8.09 22,811 4.25 253,452 47.24 148,845 27.74 536,576

12 Jawa Barat 148,693 9.38 20,906 1.32 4,983 0.31 58,400 3.68 87,685 5.53 815,323 51.44 448,967 28.33 1,584,957

13 Jawa Tengah 94,782 9.21 24,722 2.40 2,227 0.22 52,380 5.09 128,539 12.49 555,352 53.97 170,974 16.62 1,028,976

14 DI Yogyakarta 15,527 25.28 1,973 3.21 345 0.56 5,222 8.50 5,543 9.03 28,189 45.90 4,614 7.51 61,413

15 Jawa Timur 123,096 9.79 26,280 2.09 3,064 0.24 52,838 4.20 123,921 9.85 650,663 51.74 277,645 22.08 1,257,507

16 Banten 27,716 5.97 2,572 0.55 1,178 0.25 42,541 9.17 36,573 7.88 221,855 47.80 131,697 28.37 464,132

376
17 Bali 22,487 28.95 2,888 3.72 373 0.48 6,771 8.72 2,835 3.65 34,945 44.99 7,366 9.48 77,665

18 Nusa Tenggara Barat 21,986 9.47 1,515 0.65 900 0.39 20,075 8.65 41,242 17.77 109,937 47.36 36,465 15.71 232,120

19 Nusa Tenggara Timur 9,221 8.41 4,489 4.10 265 0.24 7,210 6.58 20,540 18.74 53,800 49.09 14,067 12.84 109,592

20 Kalimantan Barat 8,950 5.00 2,070 1.16 523 0.29 28,026 15.67 10,694 5.98 69,500 38.85 59,133 33.05 178,896

21 Kalimantan Tengah 1,883 1.91 759 0.77 122 0.12 7,557 7.66 8,587 8.71 42,892 43.48 36,842 37.35 98,642

22 Kalimantan Selatan 2,127 1.30 804 0.49 1,299 0.79 7,421 4.52 9,335 5.69 69,628 42.41 73,582 44.81 164,196

23 Kalimantan Timur 5,320 4.68 2,248 1.98 176 0.15 18,594 16.34 3,406 2.99 54,619 48.01 29,410 25.85 113,773

24 Sulawesi Utara 8,274 7.71 1,201 1.12 553 0.52 11,764 10.96 15,321 14.27 44,814 41.74 25,430 23.69 107,357

25 Sulawesi Tengah 6,392 5.15 833 0.67 367 0.30 18,044 14.54 10,116 8.15 46,214 37.25 42,107 33.94 124,073

26 Sulawesi Selatan 11,170 2.93 3,202 0.84 459 0.12 50,182 13.14 23,524 6.16 167,896 43.97 125,372 32.84 381,805

27 Sulawesi Tenggara 1,577 1.75 681 0.76 261 0.29 9,266 10.30 8,994 10.00 35,809 39.81 33,352 37.08 89,940

28 Gorontalo 5,013 8.44 480 0.81 145 0.24 5,780 9.73 8,468 14.25 20,842 35.07 18,698 31.46 59,426

29 Sulawesi Barat 1,981 3.41 361 0.62 195 0.34 12,977 22.33 3,629 6.24 19,153 32.96 19,819 34.10 58,115

30 Maluku 2,231 3.29 653 0.96 261 0.38 11,284 16.64 6,677 9.84 29,015 42.78 17,703 26.10 67,824

31 Maluku Utara 1,600 3.32 436 0.90 163 0.34 4,321 8.96 10,424 21.62 22,161 45.97 9,103 18.88 48,208

32 Papua Barat 496 1.68 326 1.11 104 0.35 5,580 18.94 3,801 12.90 10,917 37.06 8,237 27.96 29,461

33 Papua 1,748 3.30 1,093 2.07 53 0.10 9,923 18.76 3,996 7.56 24,529 46.38 11,549 21.84 52,891
Indonesia 706,102 7.52 131,053 1.40 27,680 0.29 766,461 8.16 806,532 8.59 4,406,898 46.94 2,543,648 27.09 9,388,374
Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013
Lampiran 4.4

PERSENTASE PESERTA KB BARU


MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2012

Klinik KB
Dokter Praktik Bidan Praktek Swasta
No Provinsi Pemerintah Swasta Jumlah
Swasta
Peserta % Peserta % Peserta % Peserta % Peserta %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 129,373 69.27 16,519 8.85 1,273 0.68 39,593 21.20 186,758 100.00
2 Sumatera Utara 349,436 82.30 47,698 11.23 2,390 0.56 25,059 5.90 424,583 100.00
3 Sumatera Barat 108,401 65.20 1,153 0.69 2,638 1.59 54,068 32.52 166,260 100.00
4 Riau 130,758 62.12 10,611 5.04 7,651 3.64 61,460 29.20 210,480 100.00
5 Jambi 103,025 69.81 3,482 2.36 3,392 2.30 37,673 25.53 147,572 100.00
6 Sumatera Selatan 341,030 67.56 57,875 11.47 6,177 1.22 99,698 19.75 504,780 100.00
7 Bengkulu 93,029 75.71 3,956 3.22 2,250 1.83 23,646 19.24 122,881 100.00
8 Lampung 435,272 77.58 9,778 1.74 6,493 1.16 109,518 19.52 561,061 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 33,865 64.18 1,245 2.36 507 0.96 17,145 32.49 52,762 100.00
10 Kepulauan Riau 38,409 45.89 21,637 25.85 3,259 3.89 20,387 24.36 83,692 100.00
11 DKI Jakarta 209,739 39.09 33,047 6.16 52,885 9.86 240,905 44.90 536,576 100.00
12 Jawa Barat 1,037,378 65.45 217,124 13.70 17,544 1.11 312,911 19.74 1,584,957 100.00

377
13 Jawa Tengah 573,339 55.72 77,661 7.55 22,567 2.19 355,409 34.54 1,028,976 100.00
14 DI Yogyakarta 26,230 42.71 12,153 19.79 648 1.06 22,382 36.45 61,413 100.00
15 Jawa Timur 846,246 67.30 56,625 4.50 10,453 0.83 344,183 27.37 1,257,507 100.00
16 Banten 271,656 58.53 24,802 5.34 9,022 1.94 158,652 34.18 464,132 100.00
17 Bali 31,456 40.50 2,176 2.80 4,385 5.65 39,648 51.05 77,665 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 214,482 92.40 6,282 2.71 1,497 0.64 9,859 4.25 232,120 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 105,028 95.84 2,689 2.45 197 0.18 1,678 1.53 109,592 100.00
20 Kalimantan Barat 122,755 68.62 20,027 11.19 2,821 1.58 33,293 18.61 178,896 100.00
21 Kalimantan Tengah 71,580 72.57 8,982 9.11 1,053 1.07 17,027 17.26 98,642 100.00
22 Kalimantan Selatan 104,024 63.35 5,960 3.63 2,873 1.75 51,339 31.27 164,196 100.00
23 Kalimantan Timur 70,685 62.13 12,067 10.61 1,811 1.59 29,210 25.67 113,773 100.00
24 Sulawesi Utara 67,699 63.06 21,140 19.69 3,849 3.59 14,669 13.66 107,357 100.00
25 Sulawesi Tengah 113,045 91.11 3,544 2.86 1,529 1.23 5,955 4.80 124,073 100.00
26 Sulawesi Selatan 331,930 86.94 17,119 4.48 1,758 0.46 30,998 8.12 381,805 100.00
27 Sulawesi Tenggara 83,885 93.27 464 0.52 647 0.72 4,944 5.50 89,940 100.00
28 Gorontalo 49,193 82.78 3,659 6.16 152 0.26 6,422 10.81 59,426 100.00
29 Sulawesi Barat 51,507 88.63 224 0.39 122 0.21 6,262 10.78 58,115 100.00
30 Maluku 59,511 87.74 4,612 6.80 1,142 1.68 2,559 3.77 67,824 100.00
31 Maluku Utara 43,075 89.35 2,150 4.46 573 1.19 2,410 5.00 48,208 100.00
32 Papua Barat 27,151 92.16 1,959 6.65 20 0.07 331 1.12 29,461 100.00
33 Papua 47,522 89.85 4,138 7.82 694 1.31 537 1.02 52,891 100.00
Indonesia 6,321,714 67.34 712,558 7.59 174,272 1.86 2,179,830 23.22 9,388,374 100.00
Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013
Lampiran 4.5

PERSENTASE PESERTA KB AKTIF


MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2012

Metode Kontrasepsi
Peserta KB Aktif
No Provinsi Jumlah PUS IUD MOW MOP Implan Kondom Suntikan Pil
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

1 Aceh 828,600 652,598 0.79 19,386 2.97 5,920 0.91 212 0.03 19,148 2.93 59,691 9.15 298,625 45.76 249,616 38.25
2 Sumatera Utara 2,152,585 1,463,520 0.68 153,925 10.52 105,547 7.21 8,212 0.56 155,243 10.61 108,262 7.40 478,494 32.69 453,837 31.01
3 Sumatera Barat 819,992 613,427 0.75 61,266 9.99 18,425 3.00 1,783 0.29 81,485 13.28 31,575 5.15 304,236 49.60 114,657 18.69
4 Riau 886,517 640,654 0.72 36,683 5.73 9,763 1.52 1,997 0.31 50,479 7.88 29,041 4.53 280,895 43.85 231,796 36.18
5 Jambi 702,497 560,683 0.80 36,151 6.45 4,598 0.82 1,210 0.22 82,152 14.65 11,736 2.09 226,189 40.34 198,647 35.43
6 Sumatera Selatan 1,691,720 1,329,083 0.79 63,598 4.79 42,536 3.20 5,562 0.42 239,576 18.03 79,427 5.98 543,210 40.87 355,174 26.72
7 Bengkulu 373,287 328,165 0.88 22,214 6.77 6,936 2.11 1,285 0.39 54,189 16.51 12,491 3.81 139,459 42.50 91,591 27.91
8 Lampung 1,684,884 1,190,330 0.71 153,578 12.90 16,143 1.36 14,728 1.24 175,235 14.72 33,273 2.80 414,400 34.81 382,973 32.17
9 Kepulauan Bangka Belitung 251,115 203,816 0.81 8,644 4.24 4,925 2.42 291 0.14 18,328 8.99 9,668 4.74 92,687 45.48 69,273 33.99
10 Kepulauan Riau 339,005 258,728 0.76 23,881 9.23 4,902 1.89 909 0.35 17,345 6.70 17,701 6.84 108,593 41.97 85,397 33.01
11 DKI Jakarta 1,311,842 1,067,522 0.81 227,322 21.29 38,615 3.62 12,031 1.13 78,724 7.37 42,861 4.01 396,628 37.15 271,341 25.42
12 Jawa Barat 9,353,530 7,120,391 0.76 898,261 12.62 182,462 2.56 63,517 0.89 328,986 4.62 100,341 1.41 3,642,600 51.16 1,904,224 26.74
13 Jawa Tengah 6,738,688 5,403,576 0.80 471,560 8.73 294,512 5.45 57,385 1.06 563,934 10.44 119,992 2.22 3,060,828 56.64 835,365 15.46
14 DI Yogyakarta 552,422 438,788 0.79 104,618 23.84 21,695 4.94 3,207 0.73 26,949 6.14 27,703 6.31 203,078 46.28 51,538 11.75
15 Jawa Timur 8,157,728 6,261,346 0.77 904,686 14.45 311,247 4.97 29,212 0.47 580,413 9.27 105,919 1.69 3,018,041 48.20 1,311,828 20.95
16 Banten 2,036,973 1,424,870 0.70 161,105 11.31 29,093 2.04 18,423 1.29 138,382 9.71 38,479 2.70 688,003 48.29 351,385 24.66
17 Bali 678,885 584,609 0.86 275,093 47.06 22,046 3.77 3,284 0.56 11,223 1.92 18,982 3.25 205,004 35.07 48,977 8.38
18 Nusa Tenggara Barat 1,023,925 773,614 0.76 95,857 12.39 16,670 2.15 3,598 0.47 124,262 16.06 21,226 2.74 365,678 47.27 146,323 18.91
19 Nusa Tenggara Timur 694,541 493,533 0.71 57,619 11.67 25,244 5.11 4,705 0.95 71,107 14.41 11,299 2.29 258,093 52.29 65,466 13.26

378
20 Kalimantan Barat 740,476 522,319 0.71 45,961 8.80 8,290 1.59 3,533 0.68 30,095 5.76 19,147 3.67 222,427 42.58 192,866 36.92
21 Kalimantan Tengah 473,425 353,620 0.75 11,710 3.31 4,259 1.20 635 0.18 38,669 10.94 9,876 2.79 161,170 45.58 127,301 36.00
22 Kalimantan Selatan 786,847 626,751 0.80 11,382 1.82 7,566 1.21 2,147 0.34 45,317 7.23 13,147 2.10 222,987 35.58 324,205 51.73
23 Kalimantan Timur 593,848 429,245 0.72 45,397 10.58 9,702 2.26 1,224 0.29 23,199 5.40 13,027 3.03 176,141 41.04 160,555 37.40
24 Sulawesi Utara 415,489 342,491 0.82 48,369 14.12 8,872 2.59 1,727 0.50 56,690 16.55 9,443 2.76 124,960 36.49 92,430 26.99
25 Sulawesi Tengah 563,475 462,746 0.82 61,190 13.22 8,281 1.79 1,683 0.36 36,457 7.88 10,908 2.36 181,975 39.33 162,252 35.06
26 Sulawesi Selatan 1,368,688 1,007,941 0.74 45,784 4.54 16,946 1.68 1,542 0.15 98,029 9.73 72,296 7.17 440,369 43.69 332,975 33.04
27 Sulawesi Tenggara 425,750 318,342 0.75 14,171 4.45 6,344 1.99 1,507 0.47 44,504 13.98 19,853 6.24 118,167 37.12 113,796 35.75
28 Gorontalo 220,300 191,567 0.87 22,118 11.55 2,876 1.50 802 0.42 31,131 16.25 9,019 4.71 65,722 34.31 59,899 31.27
29 Sulawesi Barat 209,325 153,636 0.73 6,010 3.91 1,680 1.09 383 0.25 13,116 8.54 14,622 9.52 56,185 36.57 61,640 40.12
30 Maluku 270,691 212,967 0.79 8,168 3.84 3,751 1.76 1,217 0.57 20,817 9.77 21,283 9.99 96,390 45.26 61,341 28.80
31 Maluku Utara 168,005 128,218 0.76 3,633 2.83 1,592 1.24 900 0.70 17,154 13.38 9,642 7.52 59,382 46.31 35,915 28.01
32 Papua Barat 98,475 77,522 0.79 26,165 33.75 2,159 2.79 98 0.13 3,412 4.40 5,048 6.51 16,795 21.66 23,845 30.76
33 Papua 308,235 208,671 0.68 7,167 3.43 6,332 3.03 921 0.44 12,807 6.14 16,628 7.97 123,636 59.25 41,180 19.73
Indonesia 46,921,765 35,845,289 0.76 4,132,672 11.53 1,249,929 3.49 249,870 0.70 3,288,557 9.17 1,123,606 3.13 16,791,047 46.84 9,009,608 25.13
Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013
Lampiran 4.6
PERSENTASE WANITA BERSTATUS KAWIN UMUR 15-49 TAHUN
MENURUT ALAT ATAU CARA KB YANG DIPAKAI DAN PROVINSI HASIL SDKI TAHUN 2012

Suatu cara Suatu cara modern Suatu cara tradisional


No Provinsi
2007 2012 2007 2012 2007 2012
1 Aceh 47.4 46.8 45.4 44.4 2.0 2.4
2 Sumatera Utara 54.2 55.9 42.6 42.8 11.5 13.1
3 Sumatera Barat 59.9 56.9 52.8 50.2 7.2 6.7
4 Riau 56.7 61.1 52.8 54.0 4.0 7.1
5 Jambi 65.2 66.9 62.5 62.0 2.7 4.8
6 Sumatera Selatan 64.8 67.6 62.6 64.4 2.1 3.2
7 Bengkulu 74.0 64.2 70.4 61.2 3.6 3.0
8 Lampung 71.1 70.3 66.0 66.3 5.0 4.0
9 Kep. Bangka Belitung 67.8 69.6 64.7 65.3 3.1 4.2
10 Kepulauan Riau 57.6 53.1 54.0 48.0 3.5 5.1
11 DKI Jakarta 60.1 57.3 56.4 53.4 3.7 3.9
12 Jawa Barat 61.1 62.2 60.3 60.3 0.8 1.9
13 Jawa Tengah 63.7 65.2 60.0 61.5 3.8 3.7

379
14 DI Yogyakarta 66.9 69.9 54.8 59.6 12.0 10.3
15 Jawa Timur 66.1 65.3 62.3 62.4 3.8 2.8
16 Banten 57.4 64.0 55.4 61.3 2.0 2.7
17 Bali 69.4 66.2 65.4 59.6 4.0 6.6
18 Nusa Tenggara Barat 54.8 56.0 52.2 55.1 2.7 1.0
19 Nusa Tenggara Timur 42.1 47.9 30.1 38.3 12.0 9.6
20 Kalimantan Barat 62.7 65.1 61.2 63.9 1.5 1.1
21 Kalimantan Tengah 66.5 67.3 65.2 64.8 1.3 2.5
22 Kalimantan Selatan 64.4 68.3 63.2 66.4 1.2 1.9
23 Kalimantan Timur 59.2 60.1 55.4 54.1 3.9 5.9
24 Sulawesi Utara 69.3 68.9 66.7 63.7 2.6 5.2
25 Sulawesi Tengah 63.6 55.7 59.8 52.5 3.8 3.3
26 Sulawesi Selatan 53.4 55.8 42.9 47.5 10.5 8.4
27 Sulawesi Tenggara 50.7 51.5 44.4 48.4 6.2 3.0
28 Gorontalo 60.1 63.2 58.8 61.5 1.4 1.7
29 Sulawesi Barat 45.4 52.2 44.5 48.0 0.9 4.1
30 Maluku 34.1 45.5 29.4 40.4 4.8 5.1
31 Maluku Utara 48.8 53.7 46.2 51.1 2.5 2.6
32 Papua Barat 39.6 42.5 37.5 41.0 2.1 1.5
33 Papua 38.3 21.8 24.5 19.1 13.8 2.6
Indonesia 61.4 61.9 57.4 57.9 4.0 4.0
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013
Lampiran 4.7

JUMLAH FASILITAS KESEHATAN KELUARGA BERENCANA (KB)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2012

No Provinsi Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Aceh 296 862 1,086
2 Sumatera Utara 292 853 5,688
3 Sumatera Barat 266 819 2,031
4 Riau 209 732 1,591
5 Jambi 225 760 898
6 Sumatera Selatan 267 822 2,840
7 Bengkulu 192 711 1,511
8 Lampung 217 741 1,575
9 Kepulauan Bangka Belitung 154 654 524
10 Kepulauan Riau 164 669 390
11 DKI Jakarta 289 1,006 336
12 Jawa Barat 351 948 5,556
13 Jawa Tengah 606 1,323 8,270
14 DI Yogyakarta 234 768 121
15 Jawa Timur 852 1,698 7,352

380
16 Banten 225 760 1,491
17 Bali 172 681 342
18 Nusa Tenggara Barat 251 790 642
19 Nusa Tenggara Timur 309 880 337
20 Kalimantan Barat 234 771 667
21 Kalimantan Tengah 192 705 478
22 Kalimantan Selatan 217 747 453
23 Kalimantan Timur 251 793 446
24 Sulawesi Utara 225 754 54
25 Sulawesi Tengah 242 786 2,000
26 Sulawesi Selatan 401 1,020 551
27 Sulawesi Tenggara 225 757 795
28 Gorontalo 162 664 364
29 Sulawesi Barat 150 648 531
30 Maluku 125 610 165
31 Maluku Utara 109 586 133
32 Papua Barat 117 597 125
33 Papua 144 639 290
Indonesia 8,363 26,554 49,633
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.8

CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL DENGAN KOMPLIKASI DAN OBSTETRI DENGAN KOMPLIKASI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Cakupan Penanganan Neonatal Cakupan Penanganan Obstetri


Neonatal Obstetri
No Provinsi Jumlah Bayi Jumlah Ibu Hamil Komplikasi Komplikasi
Komplikasi Komplikasi
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Aceh 100,479 109,302 15,072 4,314 28.62 21,860 9,183 42.01
2 Sumatera Utara 289,808 331,834 43,471 12,706 29.23 66,367 5,892 8.88
3 Sumatera Barat 104,480 117,429 15,672 3,543 22.61 23,486 11,312 48.17
4 Riau 122,910 150,110 18,437 6,681 36.24 30,022 15,687 52.25
5 Jambi 74,065 74,687 11,110 5,102 45.92 14,937 10,435 69.86
6 Sumatera Selatan 170,738 177,433 25,611 16,484 64.36 35,487 24,243 68.32
7 Bengkulu 36,433 40,808 5,465 3,929 71.89 8,162 4,973 60.93
8 Lampung 164,062 176,364 24,609 5,230 21.25 35,273 19,041 53.98
9 Kepulauan Bangka Belitung 26,736 30,649 4,010 1,654 41.24 6,130 3,812 62.19
10 Kepulauan Riau 53,004 50,931 7,951 2,043 25.70 10,186 6,483 63.64
11 DKI Jakarta 158,605 189,828 23,791 15,190 63.85 37,966 28,206 74.29
12 Jawa Barat 949,392 933,856 142,409 62,098 43.61 186,771 162,375 86.94
13 Jawa Tengah 585,385 618,598 87,808 56,087 63.87 123,720 115,885 93.67
14 DI Yogyakarta 45,843 59,176 6,876 4,943 71.88 11,835 7,951 67.18

381
15 Jawa Timur 594,614 636,456 89,192 66,147 74.16 127,291 114,085 89.63
16 Banten 213,135 239,027 31,970 16,309 51.01 47,805 33,908 70.93
17 Bali 66,095 74,404 9,914 6,467 65.23 14,881 9,930 66.73
18 Nusa Tenggara Barat 106,771 112,295 16,016 8,880 55.45 22,459 21,652 96.41
19 Nusa Tenggara Timur 113,855 133,133 17,078 4,591 26.88 26,627 13,135 49.33
20 Kalimantan Barat 91,570 99,674 13,736 5,202 37.87 19,935 12,418 62.29
21 Kalimantan Tengah 45,932 49,231 6,890 1,597 23.18 9,846 3,061 31.09
22 Kalimantan Selatan 71,177 85,647 10,677 4,327 40.53 17,129 12,404 72.41
23 Kalimantan Timur 85,082 92,530 12,762 5,567 43.62 18,506 10,521 56.85
24 Sulawesi Utara 67,544 44,913 10,132 3,230 31.88 8,983 6,347 70.66
25 Sulawesi Tengah 55,432 63,498 8,315 2,996 36.03 12,700 6,664 52.47
26 Sulawesi Selatan 152,384 180,414 22,858 12,961 56.70 36,083 19,177 53.15
27 Sulawesi Tenggara 50,644 62,363 7,597 1,597 21.02 12,473 5,618 45.04
28 Gorontalo 20,257 24,487 3,039 958 31.53 4,897 3,201 65.36
29 Sulawesi Barat 25,606 30,857 3,841 1,739 45.28 6,171 3,907 63.31
30 Maluku 37,461 42,207 5,619 1,775 31.59 8,441 1,887 22.35
31 Maluku Utara 23,780 27,609 3,567 2,086 58.48 5,522 3,387 61.34
32 Papua Barat 19,154 21,942 2,873 331 11.52 4,388 1,477 33.66
33 Papua 60,732 54,349 9,110 1,772 19.45 10,870 2,086 19.19
Indonesia 4,783,164 5,136,041 717,475 348,536 48.58 1,027,208 710,343 69.15
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.9

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Kunjungan Neonatus
No Provinsi Jumlah Bayi
KN1 % KN1 KN Lengkap %KN Lengkap
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 100,479 90,782 90.35 81,091 80.70
2 Sumatera Utara 289,808 253,476 87.46 239,640 82.69
3 Sumatera Barat 104,480 91,749 87.82 85,769 82.09
4 Riau 122,910 110,424 89.84 104,414 84.95
5 Jambi 74,065 69,979 94.48 67,604 91.28
6 Sumatera Selatan 170,738 160,573 94.05 156,248 91.51
7 Bengkulu 36,433 32,570 89.40 31,501 86.46
8 Lampung 164,062 152,976 93.24 143,692 87.58
9 Kepulauan Bangka Belitung 26,736 26,509 99.15 25,604 95.77
10 Kepulauan Riau 53,004 39,237 74.03 35,424 66.83
11 Dki Jakarta 158,605 149,280 94.12 141,258 89.06
12 Jawa Barat 949,392 883,343 93.04 840,103 88.49
13 Jawa Tengah 585,385 573,732 98.01 560,532 95.75
14 D I Yogyakarta 45,843 45,536 99.33 42,411 92.51
15 Jawa Timur 594,614 584,388 98.28 569,028 95.70
16 Banten 213,135 209,751 98.41 190,680 89.46

382
17 Bali 66,095 65,761 99.49 64,390 97.42
18 Nusa Tenggara Barat 106,771 100,644 94.26 97,675 91.48
19 Nusa Tenggara Timur 113,855 93,645 82.25 89,519 78.63
20 Kalimantan Barat 91,570 84,992 92.82 78,715 85.96
21 Kalimantan Tengah 45,932 41,235 89.77 39,919 86.91
22 Kalimantan Selatan 71,177 61,542 86.46 58,278 81.88
23 Kalimantan Timur 85,082 66,053 77.63 59,002 69.35
24 Sulawesi Utara 67,544 62,854 93.06 54,504 80.69
25 Sulawesi Tengah 55,432 49,375 89.07 47,343 85.41
26 Sulawesi Selatan 152,384 146,267 95.99 138,032 90.58
27 Sulawesi Tenggara 50,644 44,626 88.12 43,218 85.34
28 Gorontalo 20,257 19,344 95.49 17,380 85.80
29 Sulawesi Barat 25,606 24,120 94.20 21,332 83.31
30 Maluku 37,461 27,788 74.18 26,879 71.75
31 Maluku Utara 23,780 19,482 81.93 18,895 79.46
32 Papua Barat 19,154 12,762 66.63 10,998 57.42
33 Papua 60,732 20,497 33.75 18,039 29.70
Indonesia 4,783,164 4,415,292 92.31 4,199,117 87.79
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.10

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak


Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
No Provinsi Jumlah Bayi Jumlah Anak Balita Balita
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (7) (8) (9)
1 Aceh 100,479 450,535 77,771 77.40 360,768 80.08
2 Sumatera Utara 289,808 1,412,516 230,481 79.53 903,952 64.00
3 Sumatera Barat 104,480 391,177 80,745 77.28 304,577 77.86
4 Riau 122,910 621,832 106,635 86.76 340,970 54.83
5 Jambi 74,065 290,813 66,671 90.02 219,000 75.31
6 Sumatera Selatan 170,738 696,025 154,261 90.35 564,715 81.13
7 Bengkulu 36,433 152,823 31,649 86.87 114,804 75.12
8 Lampung 164,062 924,280 144,046 87.80 481,477 52.09
9 Kepulauan Bangka Belitung 26,736 115,200 24,974 93.41 59,470 51.62
10 Kepulauan Riau 53,004 182,413 29,756 56.14 135,584 74.33
11 DKI Jakarta 158,605 678,741 145,893 91.99 610,617 89.96
12 Jawa Barat 949,392 3,329,829 871,792 91.83 2,855,062 85.74

383
13 Jawa Tengah 585,385 2,302,283 558,643 95.43 1,907,700 82.86
14 DI Yogyakarta 45,843 196,165 40,848 89.10 162,007 82.59
15 Jawa Timur 594,614 2,421,550 565,673 95.13 1,776,746 73.37
16 Banten 213,135 1,043,197 198,511 93.14 831,455 79.70
17 Bali 66,095 313,641 61,542 93.11 263,196 83.92
18 Nusa Tenggara Barat 106,771 470,237 102,306 95.82 333,779 70.98
19 Nusa Tenggara Timur 113,855 463,693 82,877 72.79 291,109 62.78
20 Kalimantan Barat 91,570 407,915 70,981 77.52 296,091 72.59
21 Kalimantan Tengah 45,932 209,533 37,973 82.67 142,553 68.03
22 Kalimantan Selatan 71,177 298,764 40,738 57.23 157,207 52.62
23 Kalimantan Timur 85,082 429,976 57,668 67.78 259,745 60.41
24 Sulawesi Utara 67,544 128,257 62,034 91.84 103,937 81.04
25 Sulawesi Tengah 55,432 244,581 41,728 75.28 139,209 56.92
26 Sulawesi Selatan 152,384 714,623 144,277 94.68 554,759 77.63
27 Sulawesi Tenggara 50,644 215,410 45,200 89.25 117,847 54.71
28 Gorontalo 20,257 79,492 15,877 78.38 37,286 46.91
29 Sulawesi Barat 25,606 90,316 23,560 92.01 60,131 66.58
30 Maluku 37,461 184,162 30,447 81.28 125,741 68.28
31 Maluku Utara 23,780 111,678 18,858 79.30 58,972 52.81
32 Papua Barat 19,154 100,500 14,133 73.79 63,917 63.60
33 Papua 60,732 314,235 17,898 29.47 59,537 18.95
Indonesia 4,783,164 19,986,392 4,196,446 87.73 14,693,920 73.52
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.11

CAKUPAN SEKOLAH DASAR (SD) YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN SISWA SD/MI KELAS 1
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No Provinsi Jumlah SD/MI Cakupan SD/MI Melaksanakan Penjaringan Siswa SD/MI Kelas 1
Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 3,877 3,391 87.46
2 Sumatera Utara 9,456 7,713 81.57
3 Sumatera Barat 4,145 4043 97.54
4 Riau 3,238 2,895 89.40
5 Jambi 2,641 2348 88.91
6 Sumatera Selatan 4,681 4265 91.11
7 Bengkulu 1,392 1,098 78.88
8 Lampung 5,192 4,827 92.97
9 Kepulauan Bangka Belitung 814 812 99.75
10 Kepulauan Riau 874 851 97.37
11 DKI Jakarta 3,412 3143 92.12
12 Jawa Barat 22,431 20,505 91.41
13 Jawa Tengah 22,854 20662 90.41
14 DI Yogyakarta 2,032 2,032 100.00
15 Jawa Timur 24,779 22702 91.62
16 Banten 5,200 4,935 94.90

384
17 Bali 2,483 2369 95.41
18 Nusa Tenggara Barat 3,690 3290 89.16
19 Nusa Tenggara Timur 4,725 639 13.52
20 Kalimantan Barat 4099 2,263 55.21
21 Kalimantan Tengah 2,428 1722 70.92
22 Kalimantan Selatan 3,558 1959 55.06
23 Kalimantan Timur 2,296 1,628 70.91
24 Sulawesi Utara 2,190 2,010 91.78
25 Sulawesi Tengah 2,638 1757 66.60
26 Sulawesi Selatan 6,403 5,372 83.90
27 Sulawesi Tenggara 2,352 2129 90.52
28 Gorontalo 992 898 90.52
29 Sulawesi Barat 1,265 684 54.07
30 Maluku 1,769 1305 73.77
31 Maluku Utara 1,218 693 56.90
32 Papua Barat 807 531 65.80
33 Papua 2,108 565 26.80
Indonesia 162,039 136,036 83.95
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.12

PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Persentase
Jumlah Jumlah Puskesmas
No Provinsi Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota Mampu PKPR
dengan PKPR dengan PKPR
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 23 75 11 47.83
2 Sumatera Utara 33 209 27 81.82
3 Sumatera Barat 19 137 19 100.00
4 Riau 12 76 9 75.00
5 Jambi 11 54 10 90.91
6 Sumatera Selatan 15 120 15 100.00
7 Bengkulu 10 68 8 80.00
8 Lampung 14 54 9 64.29
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 48 6 85.71
10 Kepulauan Riau 7 26 5 71.43

385
11 DKI Jakarta 6 69 5 83.33
12 Jawa Barat 26 515 23 88.46
13 Jawa Tengah 35 235 31 88.57
14 DI Yogyakarta 5 64 5 100.00
15 Jawa Timur 38 285 37 97.37
16 Banten 8 189 8 100.00
17 Bali 9 56 9 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 10 40 10 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 21 105 19 90.48
20 Kalimantan Barat 14 108 12 85.71
21 Kalimantan Tengah 14 31 1 7.14
22 Kalimantan Selatan 13 81 13 100.00
23 Kalimantan Timur 14 75 10 71.43
24 Sulawesi Utara 15 54 13 86.67
25 Sulawesi Tengah 11 44 9 81.82
26 Sulawesi Selatan 24 88 15 62.50
27 Sulawesi Tenggara 12 48 12 100.00
28 Gorontalo 6 24 6 100.00
29 Sulawesi Barat 5 39 5 100.00
30 Maluku 11 93 7 63.64
31 Maluku Utara 9 15 3 33.33
32 Papua Barat 11 41 9 81.82
33 Papua 29 25 5 17.24
Indonesia 497 3,191 386 77.67
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.13

PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Kabupaten/Kota dengan Persentase Kabupaten/Kota


Jumlah Puskesmas dengan
Jumlah Minimal 2 Puskesmas Mampu dengan Minimal 2 Puskesmas
No Provinsi Tatalaksana Kasus
Kabupaten/Kota Tatalaksana Kasus Kekerasasan Mampu Tatalaksana Kasus
Kekerasasan terhadap Anak
terhadap Anak Kekerasasan terhadap Anak

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1 Aceh 23 26 13 56.52
2 Sumatera Utara 33 209 13 39.39
3 Sumatera Barat 19 39 13 68.42
4 Riau 12 22 11 91.67
5 Jambi 11 33 11 100.00
6 Sumatera Selatan 15 33 15 100.00
7 Bengkulu 10 20 7 70.00
8 Lampung 14 33 12 85.71
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 33 7 100.00
10 Kepulauan Riau 7 22 4 57.14
11 DKI Jakarta 6 50 6 100.00
12 Jawa Barat 26 108 23 88.46
13 Jawa Tengah 35 163 30 85.71
14 DI Yogyakarta 5 28 5 100.00

386
15 Jawa Timur 38 174 22 57.89
16 Banten 8 104 8 100.00
17 Bali 9 18 9 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 10 20 10 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 21 68 19 90.48
20 Kalimantan Barat 14 51 6 42.86
21 Kalimantan Tengah 14 17 3 21.43
22 Kalimantan Selatan 13 26 13 100.00
23 Kalimantan Timur 14 45 14 100.00
24 Sulawesi Utara 15 24 12 80.00
25 Sulawesi Tengah 11 20 9 81.82
26 Sulawesi Selatan 24 38 9 37.50
27 Sulawesi Tenggara 12 27 12 100.00
28 Gorontalo 6 10 5 83.33
29 Sulawesi Barat 5 15 3 60.00
30 Maluku 11 74 11 100.00
31 Maluku Utara 9 14 5 55.56
32 Papua Barat 11 40 11 100.00
33 Papua 29 19 5 17.24
Indonesia 497 1,623 356 71.63
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.14

JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PEMBINAAN KESEHATAN ANAK


DI PANTI ANAK TERLANTAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Puskesmas Memiliki Puskesmas Membina Panti Anak Terlantar Jumlah Seluruh Panti di
No Provinsi
Panti Anak Terlantar Wilayah Kerja
Jumlah Persentase (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 83 17 20.48 111
2 Sumatera Utara 28 11 39.29 21
3 Sumatera Barat 68 68 100.00 102
4 Riau 51 4 7.84 68
5 Jambi 48 43 89.58 48
6 Sumatera Selatan 63 45 71.43 125
7 Bengkulu 22 13 59.09 28
8 Lampung 57 19 33.33 60
9 Kepulauan Bangka Belitung 11 9 81.82 16
10 Kepulauan Riau 19 19 100.00 52
11 DKI Jakarta 33 31 93.94 80

387
12 Jawa Barat 100 67 67.00 117
13 Jawa Tengah 25 12 48.00 33
14 DI Yogyakarta 28 28 100.00 16
15 Jawa Timur 415 324 78.07 993
16 Banten 19 19 100.00 23
17 Bali 27 27 100.00 60
18 Nusa Tenggara Barat 85 59 69.41 24
19 Nusa Tenggara Timur 90 - - 180
20 Kalimantan Barat 54 20 37.04 115
21 Kalimantan Tengah 25 - - 44
22 Kalimantan Selatan 44 10 22.73 84
23 Kalimantan Timur 37 37 100.00 50
24 Sulawesi Utara 23 17 73.91 33
25 Sulawesi Tengah 11 11 100.00 18
26 Sulawesi Selatan 140 4 2.86 291
27 Sulawesi Tenggara 48 43 89.58 73
28 Gorontalo 16 16 100.00 22
29 Sulawesi Barat 15 - - 14
30 Maluku 20 20 100.00 36
31 Maluku Utara 17 10 58.82 21
32 Papua Barat 2 - - 3
33 Papua 27 - - 124
Indonesia 1,751 1,003 57.28 3,085
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.15

PUSKESMAS MEMBINA LAPAS/RUTAN ANAK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No Provinsi Kabupaten/Kota Puskesmas Lapas/Rutan Anak


(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh Aceh Besar Puskesmas Lhokuga Rutan Lhokuga
2 Sumatera Utara Kota Medan Puskesmas Tanjung Gusta Lapas Anak Medan
3 Sumatera Barat Lima Puluh Koto Puskesmas Tanjung Pati Lapas Anak Tanjung Pati
4 Riau Kota Pekanbaru Puskesmas Harapan Raya Lapas Anak Pekanbaru
5 Jambi Kab. Batang Hari Puskesmas Muara Bulian Lapas Anak Muara Bulian
6 Sumatera Selatan Kota Palembang Puskesmas Pakjo Lapas Anak Palembang
Lapas Tk 2 Kab. Rejang
7 Bengkulu Rejang Lebong Puskesmas Curup
Lebong
8 Lampung Kab. Lampung Utara Puskesmas Kotabumi Lapas Anak Kotabumi
9 Kepulauan Riau Kabupaten Bintan Puskesmas Sei Lekop Lapas Barelang
10 DKI Jakarta Jakarta Timur Puskesmas Duren Sawit Rutan Pondok Bambu
11 Jawa Barat Bandung Puskesmas Ibrahim Adjie Rutan Kebon Waru

388
12 Jawa Tengah Purworejo Puskesmas Kutoarjo Lapas Anak Kutoarjo
13 Jawa Timur Kota Blitar Puskesmas Sananwetan Lapas Anak Blitar
Lapas Anak Pria Tangerang,
14 Banten Kota Tangerang Puskesmas Tanah Tinggi
Lapas Anak Wanita Tangerang
15 Bali Kab. Karang Asem Puskesmas Karang Asem Lapas Anak Gianyar
16 Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah Puskesmas Aik Darek Lapak Anak Mataram
17 Nusa Tenggara Timur Kupang Puskesmas Oesapa Lapas Anak Kupang
Puskesmas Sei Raya
18 Kalimantan Barat Kubu Raya Lapas Anak Sungai Raya
Dalam
19 Kalimantan Selatan Kota Banjar Puskesmas Pelambuan Lapas Anak Martapura
20 Sulawesi Utara Tomohon Puskesmas Matani Lapas Anak Tomohon
21 Sulawesi Selatan Pare-Pare Puskesmas Lampoe Lapas Anak Pare-Pare
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.16

PUSKESMAS MEMBINA KESEHATAN ANAK PENYANDANG CACAT


MELALUI PROGRAM UKS DI SEKOLAH LUAR BIASA SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

No Provinsi Jumlah Kabupaten/Kota Jumlah Puskesmas

(1) (2) (3) (4)

1 Sumatera Barat 18 67

2 Riau 7 7

3 Sumatera Selatan 12 17

389
4 Lampung 7 9

5 Banten 7 11

6 Bali 9 13

7 Nusa Tenggara Barat 10 27

8 Kalimantan Selatan 1 1

9 Kalimantan Timur 7 17

10 Sulawesi Selatan 16 360

Indonesia 94 529
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.17

CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Ibu Hamil Mendapat Fe3


No Provinsi Jumlah Ibu Hamil
Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 111,254 91,535 82.3
2 Sumatera Utara 303,252 237,375 78.3
3 Sumatera Barat 112,597 80,585 71.6
4 Riau 137,915 119,097 86.4
5 Jambi 80,896 72,639 89.8
6 Sumatera Selatan 193,705 172,065 88.8
7 Bengkulu 39,117 33,268 85.0
8 Lampung 189,219 152,475 80.6
9 Kepulauan Bangka Belitung 29,823 27,524 92.3
10 Kepulauan Riau 56,829 40,440 71.2
11 DKI Jakarta 165,868 168,990 101.9
12 Jawa Barat 1,037,987 926,459 89.3
13 Jawa Tengah 635,386 579,085 91.1
14 DI Yogyakarta 50,484 45,209 89.6
15 Jawa Timur 654,077 548,430 83.8
16 Banten 232,256 202,523 87.2

390
17 Bali 72,713 67,393 92.7
18 Nusa Tenggara Barat 119,385 100,621 84.3
19 Nusa Tenggara Timur 124,980 89,930 72.0
20 Kalimantan Barat 104,593 90,886 86.9
21 Kalimantan Tengah 38,341 44,217 115.3
22 Kalimantan Selatan 78,537 59,523 75.8
23 Kalimantan Timur 93,677 64,708 69.1
24 Sulawesi Utara 47,955 39,735 82.9
25 Sulawesi Tengah 63,498 51,603 81.3
26 Sulawesi Selatan 165,331 146,748 88.8
27 Sulawesi Tenggara 55,607 42,027 75.6
28 Gorontalo 29,830 24,803 83.1
29 Sulawesi Barat 28,168 20,841 74.0
30 Maluku 41,824 34,296 82.0
31 Maluku Utara 25,538 19,510 76.4
32 Papua Barat 18,110 5,801 32.0
33 Papua 61,051 20,342 33.3
Indonesia 5,199,803 4,420,684 85.0
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.18

CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Vitamin A Bayi 6-11 Bulan Vitamin A Anak Balita 12-59 Bulan Vitamin A Balita 6-59 Bulan
No Provinsi Jumlah Bayi 6-11 Jumlah Anak Jumlah Balita
Dapat Vitamin A % Dapat Vitamin A % Dapat Vitamin A %
Bulan Balita 12-59 Bulan 6-59 Bulan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Aceh 118,039 100,152 84.85 345,456 306,839 88.82 463,495 406,991 87.81
2 Sumatera Utara 173,018 152,137 87.93 945,085 720,453 76.23 1,118,103 872,590 78.04
3 Sumatera Barat 61,495 51,837 84.29 392,105 334,830 85.39 453,600 386,667 85.24
4 Riau 185,422 141,844 76.50 564,447 448,513 79.46 749,869 590,357 78.73
5 Jambi 37,200 32,998 88.70 261,233 221,972 84.97 298,433 254,970 85.44
6 Sumatera Selatan 192,961 161,998 83.95 652,528 520,947 79.84 845,489 682,945 80.78
7 Bengkulu 43,953 38,990 88.71 128,380 108,535 84.54 172,333 147,525 85.60
8 Lampung 80,457 71,779 89.21 576,014 465,267 80.77 678,772 555,328 81.81
9 Kepulauan Bangka Belitung 13,952 13,624 97.65 110,069 89,567 81.37 124,021 103,191 83.20
10 Kepulauan Riau 26,882 21,844 81.26 179,795 123,144 68.49 206,677 144,988 70.15
11 DKI Jakarta 164,832 145,184 88.08 664,653 493,675 74.28 829,485 638,859 77.02
12 Jawa Barat 470,776 402,768 85.55 3,258,290 2,752,071 84.46 3,729,066 3,154,839 84.60
13 Jawa Tengah 312,776 308,833 98.74 2,035,465 2,001,682 98.34 2,348,241 2,310,515 98.39
14 DI Yogyakarta 41,853 41,435 99.00 187,185 185,581 99.14 229,038 227,016 99.12

391
15 Jawa Timur 594,626 583,979 98.21 2,405,679 1,838,440 76.42 3,000,305 2,422,419 80.74
16 Banten 229,204 206,814 90.23 1,009,805 680,773 67.42 1,239,009 887,587 71.64
17 Bali 52,691 51,211 97.19 202,613 194,514 96.00 255,304 245,725 96.25
18 Nusa Tenggara Barat 61,989 60,793 98.07 376,678 362,353 96.20 438,667 423,146 96.46
19 Nusa Tenggara Timur 56,488 47,343 83.81 379,101 322,205 84.99 435,589 369,548 84.84
20 Kalimantan Barat 119,688 95,877 80.11 387,533 300,133 77.45 507,221 396,010 78.07
21 Kalimantan Tengah 24,124 20,194 83.71 143,113 133,990 93.63 167,237 154,184 92.19
22 Kalimantan Selatan 39,720 35,865 90.29 288,633 252,614 87.52 328,353 288,479 87.86
23 Kalimantan Timur 93,982 70,739 75.27 377,428 249,998 66.24 471,410 320,737 68.04
24 Sulawesi Utara 24,563 22,324 90.88 138,266 125,040 90.43 162,829 147,364 90.50
25 Sulawesi Tengah 27,587 25,091 90.95 202,803 177,257 87.40 256,237 204,219 79.70
26 Sulawesi Selatan 86,248 80,573 93.42 610,891 524,248 85.82 697,138 604,821 86.76
27 Sulawesi Tenggara 23,588 20,591 87.29 209,666 175,466 83.69 233,254 196,057 84.05
28 Gorontalo 11,026 8,484 76.94 73,616 56,597 76.88 84,642 65,081 76.89
29 Sulawesi Barat 13,621 18,791 137.96 89,776 71,603 79.76 103,397 90,394 87.42
30 Maluku 45,979 34,665 75.39 165,907 111,667 67.31 211,886 146,332 69.06
31 Maluku Utara - - 0.00 - - 0.00 149,444 81,320 54.42
32 Papua Barat 8,296 6,320 76.18 72,693 32,473 44.67 80,989 38,793 47.90
33 Papua 51,645 23,171 44.87 227,119 93,461 41.15 278,764 116,632 41.84
Indonesia 3,488,680 3,098,246 88.81 17,662,024 14,475,908 81.96 21,348,295 17,675,627 82.80
Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.19

PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No Provinsi Bayi 0-6 Bulan Eksklusif Tidak Eksklusif Persentase Mendapat ASI Eksklusif

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1 Aceh 71,573 27,212 44,361 38.02
2 Sumatera Utara 161,211 51,943 109,268 32.22
3 Sumatera Barat 66,778 40,840 25,938 61.16
4 Riau 127,696 58,242 69,454 45.61
5 Kepulauan Riau 24,563 9,151 15,412 37.26
6 Jambi 29,301 14,263 15,038 48.68
7 Sumatera Selatan 26,961 17,803 9,158 66.03
8 Kepulauan Bangka Belitung 10,846 4,399 7,645 40.56
9 Bengkulu 60,313 34,773 25,540 57.65
10 Lampung 61,001 34,904 26,097 57.22
11 Dki Jakarta 35,170 20,744 14,426 58.98
12 Jawa Barat 114,602 54,842 59,760 47.85
13 Banten 470,776 161,844 308,932 34.38
14 Jawa Tengah 158,913 67,863 91,050 42.70
15 D.I. Yogyakarta 26,380 15,353 11,027 58.20

392
16 Jawa Timur 441,875 285,013 156,862 64.50
17 Bali 30,915 20,693 10,222 66.94
18 Nusa Tenggara Barat 58,424 40,801 17,623 69.84
19 Nusa Tenggara Timur 37,703 22,440 15,263 59.52
20 Kalimantan Barat 70,227 31,573 38,654 44.96
21 Kalimantan Tengah 8,959 3,925 5,034 43.81
22 Kalimantan Selatan 34,246 16,889 17,357 49.32
23 Kalimantan Timur 15,622 9,519 6,103 60.93
24 Sulawesi Utara 18,114 6,536 11,578 36.08
25 Gorontalo 36,939 11,232 25,707 30.41
26 Sulawesi Tengah 56,218 35,365 20,853 62.91
27 Sulawesi Selatan 22,974 11,602 11,372 50.50
28 Sulawesi Barat 15,910 10,662 5,248 67.01
29 Sulawesi Tenggara 21,561 6,996 14,565 32.45
30 Maluku 8,553 5,280 3,273 61.73
31 Maluku Utara 15,678 7,054 8,624 44.99
32 Papua Barat 7,495 1,542 5,953 20.57
33 Papua - - - -
Indonesia 2,347,496 1,141,298 1,207,397 48.62
Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.20
PERSENTASE ANAK USIA 2 - 4 TAHUN YANG MENDAPAT ASI EKSLUSIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2011

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


No Provinsi Laki-laki + Laki-laki + Laki-laki +
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Perempuan Perempuan Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 38.39 40.42 39.43 28.73 27.54 28.13 31.49 31.34 31.42
2 Sumatera Utara 33.13 32.64 32.90 36.15 40.61 38.16 34.70 36.61 35.58
3 Sumatera Barat 40.83 43.94 42.36 44.52 44.81 44.66 43.12 44.46 43.76
4 Riau 35.44 38.46 36.81 41.34 42.96 42.12 38.93 41.24 40.02
5 Kepulauan Riau 42.18 48.67 45.36 31.48 17.83 24.79 40.24 43.09 41.64
6 Jambi 41.35 33.73 37.57 38.39 41.16 39.74 39.27 38.90 39.09
7 Sumatera Selatan 41.24 41.01 41.12 43.80 45.31 44.51 42.89 43.58 43.23
8 Kepulauan Bangka Belitung 39.30 41.26 40.23 35.28 35.99 35.62 37.24 38.52 37.85
9 Bengkulu 44.86 37.46 41.58 47.46 50.28 48.85 46.57 46.41 46.49
10 Lampung 36.56 43.59 40.22 34.50 36.25 35.36 35.01 38.25 36.63
11 Dki Jakarta 30.73 35.43 33.04 0.00 0.00 0.00 30.73 35.43 33.04
12 Jawa Barat 40.26 45.42 42.82 38.20 37.93 38.07 39.55 42.96 41.22
13 Banten 33.20 34.55 33.88 29.60 33.76 31.59 31.95 34.29 33.12
14 Jawa Tengah 21.35 26.80 23.96 27.78 29.89 28.86 24.82 28.56 26.68

393
15 D.I. Yogyakarta 45.61 41.97 43.95 53.39 51.54 52.35 48.06 45.91 47.00
16 Jawa Timur 30.74 33.58 32.08 28.43 32.07 30.19 29.54 32.78 31.09
17 Bali 26.75 28.38 27.53 22.76 25.44 24.12 25.26 27.19 26.20
18 Nusa Tenggara Barat 59.39 67.33 63.40 59.58 61.74 60.64 59.51 64.07 61.77
19 Nusa Tenggara Timur 54.50 53.76 54.17 59.05 58.90 58.98 58.12 57.94 58.04
20 Kalimantan Barat 29.56 28.22 28.96 30.19 31.10 30.64 29.99 30.30 30.14
21 Kalimantan Tengah 38.68 42.64 40.56 43.14 44.70 43.94 41.56 44.03 42.79
22 Kalimantan Selatan 35.43 33.12 34.35 39.94 33.29 36.77 38.05 33.22 35.77
23 Kalimantan Timur 42.47 43.66 43.02 49.69 50.16 49.91 45.12 46.07 45.56
24 Sulawesi Utara 42.07 40.92 41.52 38.47 42.81 40.52 40.11 41.93 40.98
25 Gorontalo 25.21 33.04 28.98 16.52 16.29 16.41 19.31 21.89 20.53
26 Sulawesi Tengah 41.75 35.48 38.53 30.48 35.76 33.03 33.14 35.69 34.39
27 Sulawesi Selatan 44.44 48.33 46.23 56.62 52.68 54.64 52.09 51.23 51.67
28 Sulawesi Barat 56.49 45.96 50.94 55.60 63.87 59.40 55.78 59.44 57.52
29 Sulawesi Tenggara 32.81 40.72 36.60 43.64 39.72 41.81 40.78 39.99 40.41
30 Maluku 38.41 37.14 37.77 40.16 38.32 39.25 39.51 37.87 38.69
31 Maluku Utara 32.20 33.97 32.99 33.01 35.97 34.42 32.79 35.46 34.04
32 Papua 43.05 53.72 48.34 38.96 40.52 39.66 39.96 44.21 41.92
33 Papua Barat 43.58 33.26 39.24 38.60 39.94 39.26 40.27 38.09 39.25
Indonesia 35.48 38.78 37.08 37.41 38.63 38.00 36.46 38.70 37.55
Sumber: Badan Pusat Statistik, Statistik Kesra 2011
Lampiran 4.21

CAKUPAN BALITA DITIMBANG


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Balita Ditimbang (D/S)


No Provinsi Jumlah Balita
Jumlah Cakupan (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 446,160 297,220 66.6
2 Sumatera Utara 1,313,418 995,333 75.8
3 Sumatera Barat 502,996 366,484 72.9
4 Riau 699,641 424,812 60.7
5 Jambi 312,855 232,672 74.4
6 Sumatera Selatan 770,206 573,865 74.5
7 Bengkulu 155,808 107,822 69.2
8 Lampung 787,235 589,434 74.9
9 Kepulauan Bangka Belitung 136,998 83,368 60.9
10 Kepulauan Riau 230,089 137,441 59.7
11 DKI Jakarta 829,479 442,056 53.3
12 Jawa Barat 4,008,221 3,352,089 83.6
13 Jawa Tengah 2,579,061 2,118,197 82.1
14 DI Yogyakarta 183,327 144,751 79.0
15 Jawa Timur 2,811,517 2,469,561 87.8
16 Banten 1,110,750 764,607 68.8

394
17 Bali 207,288 169,413 81.7
18 Nusa Tenggara Barat 476,771 379,653 79.6
19 Nusa Tenggara Timur 462,934 363,883 78.6
20 Kalimantan Barat 420,565 242,871 57.7
21 Kalimantan Tengah 181,635 103,203 56.8
22 Kalimantan Selatan 347,980 248,953 71.5
23 Kalimantan Timur 345,079 211,705 61.3
24 Sulawesi Utara 191,483 144,479 75.5
25 Sulawesi Tengah 301,849 179,890 59.6
26 Sulawesi Selatan 634,592 466,645 73.5
27 Sulawesi Tenggara 264,666 164,760 62.3
28 Gorontalo 94,899 76,913 81.0
29 Sulawesi Barat 118,903 87,301 73.4
30 Maluku 208,591 125,573 60.2
31 Maluku Utara 119,769 62,834 52.5
32 Papua Barat 65,674 32,098 48.9
33 Papua 345,202 106,882 31.0
Indonesia 21,665,641 16,266,768 75.1
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.22

KASUS GIZI BURUK DITEMUKAN DAN MENDAPAT PERAWATAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Kasus Gizi Buruk Mendapat Perawatan


No Provinsi
Kasus Gizi Buruk Ditemukan Kasus Gizi Buruk Dirawat %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 617 617 100.0
2 Sumatera Utara 670 670 100.0
3 Sumatera Barat 539 539 100.0
4 Riau 65 65 100.0
5 Jambi 122 122 100.0
6 Sumatera Selatan 178 178 100.0
7 Bengkulu 151 151 100.0
8 Lampung 202 202 100.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 133 133 100.0
10 Kepulauan Riau 284 284 100.0
11 DKI Jakarta 1,147 1,147 100.0
12 Jawa Barat 6,762 6,762 100.0

395
13 Jawa Tengah 2,972 2,972 100.0
14 DI Yogyakarta 451 451 100.0
15 Jawa Timur 10,848 10,848 100.0
16 Banten 5,063 5,063 100.0
17 Bali 79 79 100.0
18 Nusa Tenggara Barat 556 556 100.0
19 Nusa Tenggara Timur 3,594 3,594 100.0
20 Kalimantan Barat 193 193 100.0
21 Kalimantan Tengah 55 55 100.0
22 Kalimantan Selatan 124 124 100.0
23 Kalimantan Timur 384 384 100.0
24 Sulawesi Utara 73 73 100.0
25 Sulawesi Tengah 304 304 100.0
26 Sulawesi Selatan 408 408 100.0
27 Sulawesi Tenggara 273 273 100.0
28 Gorontalo 961 961 100.0
29 Sulawesi Barat 581 581 100.0
30 Maluku 316 316 100.0
31 Maluku Utara 87 87 100.0
32 Papua Barat 1,605 1,605 100.0
33 Papua 2,905 2,905 100.0
Indonesia 42,702 42,702 100.0
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.23

CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

BCG HB0 DPT/HB1 DPT/HB3 Polio 4 Campak Imunisasi Dasar Lengkap*


No Provinsi
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Aceh 92,259 92.8 77,001 77.5 91,665 94.1 86,827 89.1 88,886 91.3 87,036 89.4 86,909 89.2
2 Sumatera Utara 285,378 94.6 231,454 76.7 288,283 99.5 279,231 96.4 276,538 95.5 273,524 94.4 234,805 81.1
3 Sumatera Barat 92,495 86.6 77,600 72.7 91,555 89.3 87,006 84.9 85,689 83.6 84,502 82.4 79,118 77.2
4 Riau 122,608 89.8 91,561 67.1 124,103 93.7 119,928 90.6 120,506 91.0 119,264 90.1 97,560 73.7
5 Jambi 76,547 112.7 69,545 102.4 74,584 113.2 74,299 112.8 74,885 113.7 74,593 113.2 61,862 93.9
6 Sumatera Selatan 170,505 105.7 142,952 88.6 173,054 111.7 169,334 109.3 168,915 109.1 168,681 108.9 144,500 93.3
7 Bengkulu 32,782 88.4 24,378 65.7 32,962 92.5 32,012 89.9 31,498 88.4 32,464 91.1 32,380 90.9
8 Lampung 156,721 97.7 127,247 79.4 159,091 103.3 159,098 103.3 158,207 102.8 156,662 101.8 151,936 98.7
9 Kepulauan Bangka Belitung 27,251 97.8 25,842 92.7 27,439 101.5 25,835 95.6 25,981 96.1 25,819 95.5 25,423 94.0
10 Kepulauan Riau 42,003 90.7 37,017 79.9 43,719 97.3 42,535 94.7 42,632 94.9 40,711 90.6 36,792 81.9
11 DKI Jakarta 159,844 92.6 129,272 74.9 162,494 96.1 160,869 95.1 159,381 94.2 150,989 89.3 135,572 80.1
12 Jawa Barat 936,361 110.3 848,501 99.9 930,930 113.0 916,798 111.3 914,068 111.0 908,923 110.3 841,379 102.1
13 Jawa Tengah 578,687 102.9 547,822 97.4 574,609 104.2 573,609 104.1 583,171 105.8 564,918 102.5 496,990 90.2
14 DI Yogyakarta 48,649 104.9 46,931 101.2 47,008 103.5 46,091 101.4 45,592 100.3 46,350 102.0 43,377 95.5
15 Jawa Timur 610,104 105.4 568,304 98.2 614,338 108.3 612,487 108.0 614,485 108.3 598,206 105.5 479,430 84.5
16 Banten 215,880 99.3 195,437 89.9 217,039 104.0 209,417 100.4 209,423 100.4 204,821 98.2 190,546 91.3
17 Bali 66,958 99.0 64,249 95.0 67,248 101.4 65,307 98.5 65,522 98.8 65,080 98.2 44,431 67.0
18 Nusa Tenggara Barat 104,016 101.9 100,244 98.2 110,127 112.3 109,466 111.7 109,439 111.6 108,223 110.4 105,320 107.4

396
19 Nusa Tenggara Timur 104,793 86.6 73,707 60.9 105,587 90.9 99,338 85.5 97,019 83.5 97,872 84.2 63,247 54.4
20 Kalimantan Barat 83,434 92.1 53,268 58.8 83,759 96.3 80,369 92.4 80,003 91.9 78,151 89.8 73,631 84.6
21 Kalimantan Tengah 46,152 103.1 26,967 60.3 45,763 104.3 44,236 100.8 43,672 99.5 42,224 96.2 37,838 86.2
22 Kalimantan Selatan 59,099 75.9 48,738 62.6 60,257 80.6 56,964 76.2 56,991 76.2 56,041 75.0 53,832 72.0
23 Kalimantan Timur 74,385 88.4 54,324 64.6 75,234 91.2 72,658 88.1 72,845 88.3 71,576 86.8 54,850 66.5
24 Sulawesi Utara 42,838 104.9 31,257 76.6 42,938 108.4 41,814 105.5 41,867 105.7 41,153 103.9 29,245 73.8
25 Sulawesi Tengah 53,712 93.0 32,932 57.0 53,756 97.0 51,011 92.0 50,716 91.5 50,506 91.1 42,389 76.5
26 Sulawesi Selatan 162,234 98.9 143,784 87.7 162,460 103.2 159,393 101.2 156,610 99.4 156,723 99.5 139,828 88.8
27 Sulawesi Tenggara 50,999 90.0 26,539 46.8 50,905 93.5 49,073 90.1 49,697 91.3 48,244 88.6 46,820 86.0
28 Gorontalo 20,734 93.1 17,086 76.8 21,018 98.3 20,455 95.7 20,688 96.8 19,946 93.3 19,474 91.1
29 Sulawesi Barat 21,668 77.2 18,029 64.3 22,026 81.8 21,359 79.3 21,724 80.6 21,133 78.5 18,814 69.8
30 Maluku 34,778 90.6 21,511 56.1 36,182 98.2 33,593 91.2 33,174 90.0 33,745 91.6 13,436 36.5
31 Maluku Utara 22,765 90.7 16,598 66.1 22,568 93.6 21,663 89.9 21,893 90.8 20,801 86.3 16,859 69.9
32 Papua Barat 15,702 78.7 7,607 38.1 15,584 81.4 13,849 72.3 14,006 73.1 13,935 72.7 9,236 48.2
33 Papua 37,149 75.2 21,391 43.3 38,518 80.3 34,231 71.4 34,812 72.6 35,603 74.3 21,919 45.7
Indonesia 4,649,490 99.6 3,999,095 85.6 4,666,803 103.0 4,570,155 100.9 4,570,535 100.9 4,498,419 99.3 3,929,748 86.8
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Update sampai dengan 16 Maret 2013
Lampiran 4.24

CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI TAHUN 2009-2012

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012


No Provinsi
Jumlah Desa Desa UCI % Jumlah Desa Desa UCI % Jumlah Desa Desa UCI % Jumlah Desa Desa UCI %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 6,436 2,444 37.97 6,471 3,408 52.67 6,451 4,020 62.32 6,497 4,508 69.4
2 Sumatera Utara 5,978 4,150 69.42 5,771 3,997 69.26 5,734 3,012 52.53 5,823 3,991 68.5
3 Sumatera Barat 3,437 3,284 95.55 3,437 3,335 97.03 3,760 3,256 86.60 3,827 3,483 91.0
4 Riau 1,642 935 56.94 1,642 925 56.33 1,647 1,123 68.18 1,681 1,146 68.2
5 Jambi 1,329 1,116 83.97 1,363 1,215 89.14 1,380 1,310 94.93 1,381 1,276 92.4
6 Sumatera Selatan 3,103 2,559 82.47 3,108 2,637 84.85 3,105 2,730 87.92 3,188 2,892 90.7
7 Bengkulu 1,461 1,114 76.25 1,463 1,143 78.13 1,347 1,077 79.96 1,504 1,217 80.9
8 Lampung 2,247 1,008 44.86 2,401 2,048 85.30 2,462 2,182 88.63 2,503 2,252 90.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 346 311 89.88 359 329 91.64 359 322 89.69 367 349 95.1
10 Kepulauan Riau 333 222 66.67 351 223 63.53 351 275 78.35 356 284 79.8
11 DKI Jakarta 267 267 100.00 267 265 99.25 267 266 99.63 267 267 100.0
12 Jawa Barat 5,877 4,754 80.89 5,880 4,858 82.62 5,893 4,653 78.96 5,918 5,427 91.7
13 Jawa Tengah 8,559 7,886 92.14 8,287 7,791 94.01 8,573 8,254 96.28 8,555 8,454 98.8
14 DI Yogyakarta 438 432 98.63 438 438 100.00 438 438 100.00 438 438 100.0
15 Jawa Timur 8,505 6,842 80.45 8,507 6,453 75.86 8,507 4,645 54.60 8,515 7,298 85.7

397
16 Banten 1,454 986 67.81 1,510 1,238 81.99 1,535 1,189 77.46 1,542 1,343 87.1
17 Bali 715 712 99.58 716 714 99.72 716 679 94.83 716 675 94.3
18 Nusa Tenggara Barat 897 823 91.75 911 844 92.65 951 893 93.90 1,107 986 89.1
19 Nusa Tenggara Timur 2,813 2,194 78.00 2,817 1,916 68.02 2,832 2,051 72.42 2,952 2,150 72.8
20 Kalimantan Barat 1,858 1,161 62.49 1,873 1,134 60.54 1,896 1,342 70.78 1,973 1,387 70.3
21 Kalimantan Tengah 1,479 1,012 68.42 1,492 1,160 77.75 1,510 1,136 75.23 1,527 1,112 72.8
22 Kalimantan Selatan 1,958 1,377 70.33 1,983 1,382 69.69 1,981 1,416 71.48 1,979 1,330 67.2
23 Kalimantan Timur 1,417 828 58.43 1,417 895 63.16 1,438 947 65.86 1,348 879 65.2
24 Sulawesi Utara 1,546 1,097 70.96 1,395 898 64.37 1,673 1,243 74.30 1,708 1,247 73.0
25 Sulawesi Tengah 1,710 1,189 69.53 1,778 1,063 59.79 1,817 1,365 75.12 1,844 1,535 83.2
26 Sulawesi Selatan 2,941 2,459 83.61 2,947 2,420 82.12 2,960 2,507 84.70 2,984 2,598 87.1
27 Sulawesi Tenggara 1,989 768 38.61 2,028 1,422 70.12 2,092 1,492 71.32 2,136 1,627 76.2
28 Gorontalo 606 399 65.84 622 382 61.41 622 317 50.96 728 488 67.0
29 Sulawesi Barat 558 235 42.11 604 396 65.56 603 409 67.83 645 486 75.3
30 Maluku 893 579 64.84 953 696 73.03 955 718 75.18 1,090 774 71.0
31 Maluku Utara 967 499 51.60 1,033 523 50.63 1,066 670 62.85 1,073 752 70.1
32 Papua Barat 1,253 265 21.15 1,106 443 40.05 501 259 51.70 1,419 420 29.6
33 Papua 3,380 782 23.14 1,060 635 59.91 1,360 745 54.78 2,435 403 16.6
Indonesia 78,392 54,689 69.76 75,990 57,226 75.31 76,782 56,941 74.16 80,026 63,474 79.3
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Update sampai dengan 17 Mei 2013


Lampiran 4.25

DROP OUT RATE CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2007-2012

Tahun
No Provinsi 2010 2011 2012
2007 2008 2009 DPT/HB(1) - DPT/HB(1)- DPT/HB(1) - DPT/HB(1)- DPT/HB(1) -
DPT/HB(1)-Campak
DPT/HB(3) Campak DPT/HB(3) Campak DPT/HB(3)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 21.6 13.3 6.7 7.8 6.5 7.7 6.1 5.0 5.3
2 Sumatera Utara 0.2 4.4 5.3 3.3 4.8 3.9 3.7 5.1 3.1
3 Sumatera Barat 15.0 7.8 8.9 10.1 6.3 5.6 3.6 7.7 5.0
4 Riau 7.2 6.7 7.8 3.7 2.4 5.4 4.2 3.9 3.4
5 Jambi 7.8 5.2 3.6 0.0 2.0 2.1 2.2 0.0 0.4
6 Sumatera Selatan 6.9 4.4 5.8 2.9 1.9 2.1 1.4 2.5 2.1
7 Bengkulu 17.8 4.9 3.0 0.9 4.3 2.6 3.2 1.5 2.9
8 Lampung (1.1) 2.7 9.1 1.9 0.7 4.5 1.0 1.5 0.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.0 7.5 3.9 1.4 3.8 7.4 5.4 5.9 5.8
10 Kepulauan Riau 10.7 9.6 5.5 2.9 1.8 9.1 4.8 6.9 2.7
11 DKI Jakarta 0.6 8.2 6.9 7.8 1.8 4.6 2.6 7.1 1.0
12 Jawa Barat 5.7 4.7 4.3 5.1 2.5 3.3 2.3 2.4 1.5
13 Jawa Tengah 4.3 3.2 4.2 3.7 1.9 3.5 1.3 1.7 0.2
14 DI Yogyakarta (0.8) (0.8) (1.0) 0.4 1.8 -0.8 0.6 1.4 2.0
15 Jawa Timur 5.9 4.3 4.3 4.8 2.4 5.3 2.6 2.6 0.3
16 Banten 1.4 5.4 6.2 3.5 4.2 5.8 4.3 5.6 3.5
17 Bali 4.5 3.7 2.1 2.9 3.5 2.9 3.1 3.2 2.9
18 Nusa Tenggara Barat 4.0 3.1 4.0 4.3 1.8 6.3 1.3 1.7 0.6
19 Nusa Tenggara Timur 22.7 11.6 1.2 2.5 4.9 6.8 7.8 7.3 5.9
20 Kalimantan Barat 13.1 4.7 8.3 6.5 5.0 5.1 5.1 6.7 4.0

398
21 Kalimantan Tengah 3.3 5.0 5.5 3.9 4.1 4.7 6.9 7.7 3.3
22 Kalimantan Selatan 7.0 6.2 5.7 7.7 5.8 7.2 6.6 7.0 5.5
23 Kalimantan Timur 4.3 7.1 7.3 5.8 4.3 7.9 4.1 4.9 3.4
24 Sulawesi Utara 10.6 8.9 4.3 5.6 6.0 3.9 4.9 4.2 2.6
25 Sulawesi Tengah 11.0 9.2 7.0 7.4 5.9 4.4 4.8 6.0 5.1
26 Sulawesi Selatan 4.2 5.4 4.1 4.9 3.4 4.4 2.2 3.5 1.9
27 Sulawesi Tenggara 5.8 6.4 9.5 11.1 10.8 6.2 9.2 5.2 3.6
28 Gorontalo 6.8 6.0 2.8 4.8 0.7 2.6 -0.9 5.1 2.7
29 Sulawesi Barat (1.5) 9.8 12.2 2.0 6.1 3.2 2.3 4.1 3.0
30 Maluku 3.4 1.7 15.8 6.2 7.9 5.6 7.2 6.7 7.2
31 Maluku Utara 7.2 9.2 3.3 8.6 6.4 9.5 6.4 7.8 4.0
32 Papua Barat 19.8 19.9 6.3 11.6 12.9 2.6 11.2 10.6 11.1
33 Papua 16.1 14.2 3.8 9.4 18.0 0.5 12.0 7.6 11.1
Indonesia 6.0 5.3 5.2 4.6 3.3 4.4 3.1 3.6 2.1
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2012
Update sampai dengan 16 Maret 2013
Lampiran 4.26

CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Ibu Hamil Diimunisasi


Jumlah Ibu
No Provinsi
Hamil TT1 TT2 TT3 TT4 TT5 TT2+
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

1 Aceh 109,302 40,584 37.13 38,957 35.64 18,997 17.38 12,428 11.37 14,048 12.85 84,430 77.24
2 Sumatera Utara 331,834 131,034 39.49 112,027 33.76 50,372 15.18 38,538 11.61 31,613 9.53 232,550 70.08
3 Sumatera Barat 117,429 34,995 29.80 33,753 28.74 16,405 13.97 13,632 11.61 10,463 8.91 74,253 63.23
4 Riau 150,110 30,733 20.47 30,707 20.46 27,266 18.16 25,292 16.85 21,554 14.36 104,819 69.83
5 Jambi 74,687 57,036 76.37 53,047 71.03 9,918 13.28 6,891 9.23 4,613 6.18 74,469 99.71
6 Sumatera Selatan 177,433 161,056 90.77 154,275 86.95 0 0.00 0 0.00 0 0.00 154,275 86.95
7 Bengkulu 40,808 28,709 70.35 26,999 66.16 999 2.45 246 0.60 298 0.73 28,543 69.94
8 Lampung 176,364 64,995 36.85 62,905 35.67 28,541 16.18 27,673 15.69 23,096 13.10 142,215 80.64
9 Kepulauan Bangka Belitung 30,649 7,304 23.83 7,019 22.90 7,160 23.36 5,105 16.66 3,966 12.94 23,250 75.86
10 Kepulauan Riau 50,931 20,087 39.44 18,342 36.01 6,391 12.55 4,163 8.17 3,927 7.71 32,823 64.45
11 DKI Jakarta 189,828 44,714 23.56 40,658 21.42 25,551 13.46 38,533 20.30 41,591 21.91 146,333 77.09
12 Jawa Barat 933,856 794,347 85.06 728,634 78.02 123,297 13.20 80,233 8.59 72,982 7.82 1,005,146 107.63
13 Jawa Tengah 618,598 174,703 28.24 185,007 29.91 107,428 17.37 99,550 16.09 80,984 13.09 472,969 76.46
14 DI Yogyakarta 59,176 2,524 4.27 3,036 5.13 10,096 17.06 9,650 16.31 7,457 12.60 30,239 51.10
15 Jawa Timur 636,456 14,124 2.22 19,091 3.00 24,310 3.82 43,403 6.82 59,643 9.37 146,447 23.01

399
16 Banten 239,027 118,316 49.50 110,239 46.12 39,721 16.62 27,244 11.40 23,665 9.90 200,869 84.04
17 Bali 74,404 2,108 2.83 1,723 2.32 3,743 5.03 21,548 28.96 47,402 63.71 74,416 100.02
18 Nusa Tenggara Barat 112,295 109,846 97.82 105,931 94.33 0 0.00 0 0.00 0 0.00 105,931 94.33
19 Nusa Tenggara Timur 133,133 15,860 11.91 14,875 11.17 7,775 5.84 5,279 3.97 5,126 3.85 33,055 24.83
20 Kalimantan Barat 99,674 18,522 18.58 18,199 18.26 6,504 6.53 4,763 4.78 4,558 4.57 34,024 34.14
21 Kalimantan Tengah 49,231 35,440 71.99 32,444 65.90 2,275 4.62 947 1.92 655 1.33 36,321 73.78
22 Kalimantan Selatan 85,647 32,479 37.92 30,631 35.76 6,006 7.01 3,576 4.18 2,585 3.02 42,798 49.97
23 Kalimantan Timur 92,530 14,555 15.73 13,457 14.54 7,406 8.00 6,372 6.89 5,707 6.17 32,942 35.60
24 Sulawesi Utara 44,913 37,273 82.99 36,429 81.11 2,506 5.58 1,294 2.88 1,018 2.27 41,247 91.84
25 Sulawesi Tengah 63,498 24,584 38.72 21,999 34.65 6,478 10.20 5,123 8.07 4,721 7.43 38,321 60.35
26 Sulawesi Selatan 180,414 101,820 56.44 92,137 51.07 15,394 8.53 11,493 6.37 16,549 9.17 135,573 75.15
27 Sulawesi Tenggara 62,363 22,201 35.60 19,366 31.05 7,642 12.25 5,684 9.11 5,267 8.45 37,959 60.87
28 Gorontalo 24,487 15,454 63.11 13,171 53.79 1,898 7.75 1,037 4.23 795 3.25 16,901 69.02
29 Sulawesi Barat 30,857 15,737 51.00 13,393 43.40 1,691 5.48 640 2.07 711 2.30 16,435 53.26
30 Maluku 42,207 19,390 45.94 17,124 40.57 2,543 6.03 1,549 3.67 1,235 2.93 22,451 53.19
31 Maluku Utara 27,609 14,544 52.68 12,907 46.75 3,054 11.06 2,004 7.26 1,963 7.11 19,928 72.18
32 Papua Barat 21,942 4,526 20.63 3,644 16.61 2,744 12.51 1,693 7.72 1,691 7.71 9,772 44.54
33 Papua 54,349 3,598 6.62 2,803 5.16 870 1.60 482 0.89 534 0.98 4,689 8.63
Indonesia 5,136,041 2,213,198 43.09 2,074,929 40.40 574,981 11.20 506,065 9.85 500,417 9.74 3,656,393 71.19
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Update sampai dengan 16 Maret 2013
Lampiran 4.27

CAKUPAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sasaran Campak (Kelas 1) DT (Kelas 1) Td (Kelas 2) Td (Kelas 3) Td (Kelas 2+3)


No Provinsi
Kelas 1 Campak Kelas 1 DT Kelas 2 Kelas 3 Kelas 2+3 Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 106,526 106,526 97,632 100,509 198,141 94,138 88.4 95,284 89.4 88,173 90.3 90,499 90.0 178,672 90.2
2 Sumatera Utara 332,138 332,138 287,848 282,898 575,897 255,478 76.9 285,729 86.0 257,428 89.4 253,113 89.5 565,087 98.1
3 Sumatera Barat 116,762 116,517 114,639 114,702 229,341 106,892 91.5 109,677 94.1 107,399 93.7 107,081 93.4 214,480 93.5
4 Riau 146,380 146,380 140,827 137,037 277,864 138,802 94.8 137,322 93.8 132,074 93.8 129,349 94.4 261,423 94.1
5 Jambi 76,146 76,146 75,094 74,391 149,485 73,604 96.7 74,038 97.2 72,818 97.0 72,748 97.8 145,566 97.4
6 Sumatera Selatan 187,044 187,044 172,603 172,440 345,043 176,423 94.3 168,072 89.9 153,947 89.2 154,083 89.4 308,030 89.3
7 Bengkulu 42,633 42,633 41,264 39,995 81,259 40,711 95.5 39,844 93.5 38,390 93.0 37,118 92.8 75,508 92.9
8 Lampung 171,126 170,117 167,147 164,713 331,860 166,621 97.4 167,566 97.9 164,524 98.4 161,596 98.1 326,120 98.3
9 Kepulauan Bangka Belitung 29,562 29,562 26,196 26,622 52,818 26,583 89.9 19,568 66.2 18,072 69.0 16,142 60.6 34,214 64.8
10 Kepulauan Riau 37,883 37,883 36,977 34,148 71,125 35,863 94.7 36,604 96.6 35,118 95.0 32,828 96.1 67,946 95.5
11 DKI Jakarta 158,529 158,820 147,625 142,450 290,075 146,950 92.7 147,351 92.8 136,555 92.5 140,775 98.8 277,330 96
12 Jawa Barat 899,267 850,456 801,844 793,819 1,701,497 827,098 92.0 766,672 90.1 775,115 96.7 780,724 98.4 1,564,000 91.9
13 Jawa Tengah 568,963 604,021 576,328 574,316 1,193,289 562,774 98.9 597,964 99.0 605,903 105.1 605,903 105.5 1,211,805 101.6
14 DI Yogyakarta 49,634 50,121 50,954 50,773 101,727 48,103 96.9 48,917 98.6 49,953 98.0 49,869 98.2 99,822 98.1
15 Jawa Timur 639,166 639,166 630,568 658,312 1,288,880 623,859 97.6 624,043 97.6 614,622 97.5 640,610 97.3 1,255,232 97.4
16 Banten 218,344 218,344 220,949 224,357 445,306 215,440 98.7 205,588 94.2 183,873 83.2 212,448 94.7 396,321 89.0
17 Bali 69,995 69,995 69,755 72,152 141,907 69,300 99.0 69,318 99.0 69,368 99.4 71,602 99.2 140,970 99.3
18 Nusa Tenggara Barat 108,493 108,493 103,438 104,409 207,847 100,838 92.9 100,812 92.9 94,355 91.2 95,310 91.3 189,665 91.3
19 Nusa Tenggara Timur 154,998 154,998 134,390 134,390 273,154 90,032 58.1 90,139 58.2 79,101 58.9 79,101 58.9 158,201 57.9
20 Kalimantan Barat 126,454 126,454 116,132 111,401 227,533 117,798 93.2 93,822 74.2 100,910 86.9 98,354 88.3 199,264 87.6
21 Kalimantan Tengah 44,679 52,679 56,238 55,533 111,771 41,602 93.1 52,422 99.5 52,788 93.9 49,220 88.6 102,008 91.3
22 Kalimantan Selatan 83,492 84,659 80,498 79,953 160,451 80,008 95.8 80,876 95.5 76,197 94.7 76,197 95.3 152,393 95.0
23 Kalimantan Timur 89,551 89,551 81,981 86,645 168,626 81,348 90.8 78,795 88.0 72,818 88.8 72,592 83.8 145,410 86.2

400
24 Sulawesi Utara 43,723 43,723 42,988 44,311 87,298 40,099 91.7 39,538 90.4 39,283 91.4 40,268 90.9 79,551 91.1
25 Sulawesi Tengah 71,129 71,129 69,381 68,035 137,416 66,410 93.4 66,425 93.4 66,001 95.1 65,028 95.6 131,029 95.4
26 Sulawesi Selatan 179,871 179,871 175,742 177,552 353,294 153,747 85.5 166,159 92.4 165,945 94.4 163,274 92.0 329,219 93.2
27 Sulawesi Tenggara 61,384 61,384 55,488 53,729 109,217 55,267 90.0 56,021 91.3 51,109 92.1 49,167 91.5 100,276 91.8
28 Gorontalo 24,758 24,758 24,302 24,143 48,445 22,198 89.7 20,386 82.3 19,949 82.1 20,058 83.1 40,007 82.6
29 Sulawesi Barat 30,096 30,096 30,288 31,266 61,554 27,991 93.0 27,855 92.6 27,634 91.2 28,591 91.4 56,225 91.3
30 Maluku 22,211 22,211 13,076 12,908 25,984 18,849 84.9 20,871 94.0 11,858 90.7 12,064 93.5 23,922 92.1
31 Maluku Utara 28,523 28,523 26,523 25,812 52,335 26,812 94.0 26,766 93.8 25,158 94.9 23,956 92.8 49,114 93.8
32 Papua Barat 11,678 11,678 8,335 7,110 15,445 8,654 74.1 9,633 82.5 5,906 70.9 5,714 80.4 11,619 75.2
33 Papua 26,341 26,341 22,922 22,299 45,221 11,585 44.0 21,605 82.0 20,116 87.8 19,215 86.2 39,331 87.0
Indonesia 4,957,479 4,952,417 4,699,971 4,703,129 9,561,105 4,551,877 91.8 4,545,682 91.7 4,412,458 93.9 4,454,595 94.7 8,929,760 93.4
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Update sampai dengan 16 Maret 2013
Lampiran 4.28

CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Wanita Usia Subur Diimunisasi


No Provinsi Jumlah WUS TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Aceh 1,025,872 82,200 8.01 72,996 7.12 43,996 4.29 32,930 3.21 32,344 3.15
2 Sumatera Utara 2,739,945 175,536 6.41 152,619 5.57 77,221 2.82 60,588 2.21 51,355 1.87
3 Sumatera Barat 979,910 44,455 4.54 38,374 3.92 21,702 2.21 18,504 1.89 17,949 1.83
4 Riau 1,319,624 37,269 2.82 35,693 2.70 33,471 2.54 28,913 2.19 24,460 1.85
5 Jambi 715,455 66,877 9.35 58,584 8.19 11,267 1.57 7,734 1.08 5,262 0.74
6 Sumatera Selatan 1,667,143 161,056 9.66 154,275 9.25 0 0 0 0 0 0
7 Bengkulu 386,017 30,807 7.98 28,138 7.29 1,493 0.39 1,148 0.30 724 0.19
8 Lampung 1,624,163 78,194 4.81 73,310 4.51 37,214 2.29 36,494 2.25 30,413 1.87
9 Kepulauan Bangka Belitung 278,652 8,175 2.93 7,882 2.83 8,432 3.03 6,312 2.27 4,676 1.68
10 Kepulauan Riau 477,051 26,689 5.59 21,911 4.59 8,093 1.70 5,411 1.13 5,225 1.10
11 DKI Jakarta 2,436,343 37,959 1.56 34,513 1.42 21,130 0.87 32,308 1.33 35,451 1.46
12 Jawa Barat 9,421,228 794,347 8.43 728,634 7.73 123,297 1.31 80,233 0.85 72,982 0.77
13 Jawa Tengah 6,371,904 359,121 5.64 332,124 5.21 315,273 4.95 369,189 5.79 492,033 7.72

401
14 DI Yogyakarta 698,647 6,013 0.86 4,954 0.71 21,500 3.08 11,985 1.72 8,647 1.24
15 Jawa Timur 7,632,356 32,622 0.43 52,711 0.69 91,589 1.20 175,966 2.31 254,390 3.33
16 Banten 2,595,078 135,018 5.20 129,770 5.00 64,216 2.47 50,825 1.96 47,922 1.85
17 Bali 825,027 2,123 0.26 1,741 0.21 5,074 0.62 22,770 2.76 50,166 6.08
18 Nusa Tenggara Barat 1,040,152 109,846 10.56 105,931 10.18 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 930,550 18,027 1.94 16,659 1.79 9,358 1.01 6,582 0.71 5,966 0.64
20 Kalimantan Barat 949,829 25,460 2.68 24,444 2.57 13,950 1.47 11,646 1.23 9,943 1.05
21 Kalimantan Tengah 507,237 42,004 8.28 35,464 6.99 2,587 0.51 1,175 0.23 853 0.17
22 Kalimantan Selatan 834,350 47,477 5.69 38,927 4.67 8,240 0.99 4,471 0.54 3,214 0.39
23 Kalimantan Timur 837,510 22,710 2.71 19,861 2.37 13,581 1.62 12,317 1.47 11,297 1.35
24 Sulawesi Utara 451,712 39,671 8.78 37,115 8.22 2,839 0.63 1,488 0.33 1,159 0.26
25 Sulawesi Tengah 565,677 25,224 4.46 22,165 3.92 6,537 1.16 5,148 0.91 4,744 0.84
26 Sulawesi Selatan 1,731,936 112,557 6.50 94,704 5.47 17,567 1.01 12,921 0.75 21,800 1.26
27 Sulawesi Tenggara 494,599 22,201 4.49 19,366 3.92 7,642 1.55 5,684 1.15 5,267 1.06
28 Gorontalo 229,151 17,739 7.74 14,186 6.19 2,577 1.12 1,234 0.54 923 0.40
29 Sulawesi Barat 251,153 15,894 6.33 13,432 5.35 1,720 0.68 663 0.26 744 0.30
30 Maluku 324,438 31,004 9.56 27,600 8.51 9,428 2.91 6,542 2.02 5,049 1.56
31 Maluku Utara 229,825 16,836 7.33 15,063 6.55 5,521 2.40 3,521 1.53 3,130 1.36
32 Papua Barat 177,480 5,166 2.91 4,548 2.56 3,842 2.16 2,521 1.42 2,339 1.32
33 Papua 722,055 4,496 0.62 3,379 0.47 1,277 0.18 680 0.09 1,188 0.16
Indonesia 51,472,069 2,634,773 5.12 2,421,073 4.70 991,634 1.93 1,017,903 1.98 1,211,615 2.35
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Update sampai dengan 16 Maret 2013
Lampiran 4.29

JUMLAH LAYANAN DAN KUNJUNGAN KONSELING DAN TES HIV


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Klien Mengikuti Jumlah Klien


Jumlah Jumlah Klien Jumlah Klien Jumlah Klien
No Provinsi Konseling Sebelum Tes Mengikuti Konseling
Layanan Berkunjung Menjalani Tes HIV Positif HIV
HIV Setelah Tes HIV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 7 1,985 1,616 1,609 1,511 26
2 Sumatera Utara 38 23,032 22,931 22,893 22,886 1,337
3 Sumatera Barat 2 1,895 1,619 506 1,806 133
4 Riau 11 11,696 11,690 11,693 11,041 314
5 Jambi 4 3,029 3,029 1,377 3,012 203
6 Sumatera Selatan 17 9,984 9,982 9,962 9,922 230
7 Bengkulu 2 1,137 1,153 1,154 1,123 40
8 Lampung 7 7,326 7,380 7,369 7,367 335
9 Kepulauan Bangka Belitung 4 2,917 2,674 2,674 2,662 132
10 Kepulauan Riau 9 18,643 11,147 10,561 10,323 792
11 DKI Jakarta 48 44,379 23,248 22,900 22,565 3,926
12 Jawa Barat 72 17,705 17,586 18,439 18,324 1,416
13 Jawa Tengah 22 9,844 9,839 9,861 10,844 1,110
14 DI Yogyakarta 12 3,243 4,215 4,178 3,798 272
15 Jawa Timur 34 34,908 34,861 35,062 33,485 2,912
16 Banten 17 4,152 4,088 4,010 3,927 395
17 Bali 29 14,182 12,602 12,959 10,197 1,737

402
18 Nusa Tenggara Barat 6 4,421 4,419 4,357 4,344 110
19 Nusa Tenggara Timur 14 3,309 2,741 2,815 2,667 242
20 Kalimantan Barat 12 8,988 8,958 8,974 8,951 465
21 Kalimantan Tengah 5 887 885 883 619 46
22 Kalimantan Selatan 7 1,862 1,419 1,794 1,779 88
23 Kalimantan Timur 16 12,846 12,316 12,723 12,722 392
24 Sulawesi Utara 5 4,132 3,864 3,787 3,861 212
25 Sulawesi Tengah 4 1,798 1,837 1,829 1,770 86
26 Sulawesi Selatan 18 12,032 11,971 10,424 10,655 524
27 Sulawesi Tenggara 3 2,763 2,760 2,760 2,760 71
28 Gorontalo 1 249 262 260 204 8
29 Sulawesi Barat 2 487 472 469 424 7
30 Maluku 7 6,505 6,337 6,334 6,494 295
31 Maluku Utara 3 1,191 1,160 1,159 1,178 92
32 Papua Barat 13 8,469 6,456 4,984 6,315 535
33 Papua 52 40,637 33,872 39,053 34,985 3,028
Indonesia 503 320,633 279,389 279,812 274,521 21,511
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.30

JUMLAH LAYANAN PERAWATAN, DUKUNGAN, DAN PENGOBATAN (PDP), PENCEGAHAN DAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS), PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM), DAN TB-HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No Provinsi Layanan PDP Layanan PPIA Layanan IMS Layanan PTRM Layanan TB-HIV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


1 Aceh 8 1 3 - 3
2 Sumatera Utara 18 2 17 4 14
3 Sumatera Barat 2 1 2 1 2
4 Riau 11 1 6 1 5
5 Jambi 4 1 3 1 2
6 Sumatera Selatan 8 2 6 2 5
7 Bengkulu 2 1 4 - 2
8 Lampung 3 2 8 1 5
9 Kepulauan Bangka Belitung 4 3 4 - 4
10 Kepulauan Riau 6 3 5 1 7
11 DKI Jakarta 32 7 15 18 19
12 Jawa Barat 33 6 46 12 20
13 Jawa Tengah 23 5 11 6 16
14 DI Yogyakarta 5 1 6 5 8
15 Jawa Timur 30 13 11 9 20

403
16 Banten 10 3 10 7 5
17 Bali 12 6 14 6 6
18 Nusa Tenggara Barat 4 2 3 - 6
19 Nusa Tenggara Timur 9 3 4 - 2
20 Kalimantan Barat 9 2 9 3 6
21 Kalimantan Tengah 4 0 5 - 3
22 Kalimantan Selatan 3 1 5 - 4
23 Kalimantan Timur 7 3 12 1 5
24 Sulawesi Utara 5 3 3 - 5
25 Sulawesi Tengah 2 1 3 - 2
26 Sulawesi Selatan 14 3 8 5 10
27 Sulawesi Tenggara 1 1 3 - 3
28 Gorontalo 1 0 1 - 2
29 Sulawesi Barat 1 1 1 - 2
30 Maluku 2 3 5 - 3
31 Maluku Utara 3 3 2 - 2
32 Papua Barat 13 3 7 - 7
33 Papua 49 18 15 - 18
Indonesia 338 105 257 83 223
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.31

CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP,


DAN SUCCESS RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Cakupan TB Sembuh Pengobatan Lengkap Sembuh & Success Rate


No Provinsi Pengobatan
Semua Kasus BTA Pos Jumlah % Jumlah % (%)
Lengkap
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Aceh 4,377 3,611 3,222 89.2 181 0.1 3,403 94.2
2 Sumatera Utara 21,060 16,969 15,440 91.0 653 0.0 16,093 94.8
3 Sumatera Barat 6,713 4,586 3,786 82.6 206 0.0 3,992 87.0
4 Riau 4,787 3,153 2,199 69.7 378 0.1 2,577 81.7
5 Jambi 3,425 3,156 2,783 88.2 135 0.0 2,918 92.5
6 Sumatera Selatan 8,117 5,467 4,675 85.5 514 0.1 5,189 94.9
7 Bengkulu 1,770 1,565 1,327 84.8 149 0.1 1,476 94.3
8 Lampung 7,727 5,994 5,243 87.5 358 0.1 5,601 93.4
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,405 1,028 885 86.1 18 0.0 903 87.8
10 Kepulauan Riau 1,907 1,065 709 66.6 120 0.1 829 77.8
11 DKI Jakarta 25,937 8,635 5,973 69.2 1,075 0.1 7,048 81.6
12 Jawa Barat 63,053 34,658 29,679 85.6 2,216 0.1 31,895 92.0
13 Jawa Tengah 39,704 20,570 16,804 81.7 1,107 0.1 17,911 87.1
14 DI Yogyakarta 2,419 1,126 906 80.5 71 0.1 977 86.8
15 Jawa Timur 41,571 26,044 22,282 85.6 1,341 0.1 23,623 90.7
16 Banten 14,898 8,461 7,801 92.2 520 0.1 8,321 98.3

404
17 Bali 3,179 1,583 1,182 74.7 181 0.1 1,363 86.1
18 Nusa Tenggara Barat 5,556 3,665 2,812 76.7 497 0.1 3,309 90.3
19 Nusa Tenggara Timur 5,863 4,173 3,049 73.1 224 0.1 3,273 78.4
20 Kalimantan Barat 5,681 4,748 4,402 92.7 108 0.0 4,510 95.0
21 Kalimantan Tengah 2,476 1,487 939 63.1 269 0.2 1,208 81.2
22 Kalimantan Selatan 4,905 3,328 2,921 87.8 146 0.0 3,067 92.2
23 Kalimantan Timur 4,206 2,447 1,852 75.7 217 0.1 2,069 84.6
24 Sulawesi Utara 5,854 5,292 4,830 91.3 217 0.0 5,047 95.4
25 Sulawesi Tengah 3,215 2,796 2,442 87.3 127 0.0 2,569 91.9
26 Sulawesi Selatan 11,052 8,935 7,818 87.5 136 0.0 7,954 89.0
27 Sulawesi Tenggara 3,975 3,729 3,215 86.2 274 0.1 3,489 93.6
28 Gorontalo 1,826 1,674 1,382 82.6 235 0.1 1,617 96.6
29 Sulawesi Barat 1,545 1,353 1,121 82.9 96 0.1 1,217 89.9
30 Maluku 3,679 2,438 1,652 67.8 302 0.1 1,954 80.1
31 Maluku Utara 1,204 826 466 56.4 200 0.2 666 80.6
32 Papua Barat 1,723 634 196 30.9 81 0.1 277 43.7
33 Papua 6,499 2,601 1,533 58.9 444 0.2 1,977 76.0
Indonesia 321,308 197,797 165,526 83.7 12,796 0.1 178,322 90.2
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.32

PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Penduduk Usia Target Penemuan Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita
No Provinsi Balita Wil. PKM Pneumonia Balita Pneumonia Pneumonia Berat Jumlah
Program (10%) Jumlah %
< 1 Tahun 1-4 Tahun < 1 Tahun 1-4 Tahun < 1 Tahun 1-4 Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 447,429 44,743 354 1,316 25 23 379 1,339 1,718 3.84
2 Sumatera Utara 1,310,360 131,036 6,820 10,202 58 206 6,878 10,408 17,286 13.19
3 Sumatera Barat 483,236 48,324 2,268 6,621 113 124 2,381 6,745 9,126 18.89
4 Riau 550,836 55,084 2,854 6,998 173 74 3,027 7,072 10,099 18.33
5 Jambi 306,998 30,700 1,474 4,315 89 94 1,563 4,409 5,972 19.45
6 Sumatera Selatan 743,521 74,352 7,138 13,540 800 482 7,938 14,022 21,960 29.49
7 Bengkulu 178,475 17,848 389 954 20 20 409 974 1,383 7.75
8 Lampung 758,230 75,823 2,198 3,997 101 202 2,299 4,199 6,498 8.57
9 Kep. Bangka Belitung 126,538 12,654 1,287 3,685 49 83 1,336 3,768 5,104 40.34
10 Kepulauan Riau 186,413 18,641 529 1,397 9 31 538 1,428 1,966 10.55
11 DKI Jakarta 960,433 96,043 8,828 17,032 483 468 9,311 17,500 26,811 27.92
12 Jawa Barat 4,384,404 438,440 64,512 116,585 4,180 3,956 68,692 120,541 189,233 43.16
13 Jawa Tengah 3,229,781 322,978 21,118 51,224 1,365 2,203 22,483 53,427 75,910 23.50
14 DI Yogyakarta 345,316 34,532 2,473 119 81 1,020 2,554 1,139 3,693 10.69
15 Jawa Timur 3,720,974 372,097 18,815 39,859 1,319 1,456 20,134 41,315 61,449 16.51
16 Banten 1,058,464 105,846 8,085 14,889 408 512 8,493 15,401 23,894 22.58
17 Bali 388,524 38,852 1,570 2,973 228 166 1,798 3,139 4,937 12.65
18 Nusa Tenggara Barat 451,949 45,195 10,050 15,383 722 620 10,772 16,003 26,775 59.24

405
19 Nusa Tenggara Timur 447,429 44,743 1,475 2,926 295 38 1,770 2,964 4,734 10.58
20 Kalimantan Barat 407,693 40,769 1,148 2,183 22 36 1,170 2,219 3,389 8.31
21 Kalimantan Tengah 222,693 22,269 137 220 11 22 148 242 390 1.75
22 Kalimantan Selatan 366,447 36,645 4,104 9,263 169 359 4,273 9,622 13,895 37.92
23 Kalimantan Timur 353,757 35,376 2,220 4,455 65 103 2,285 4,558 6,843 19.34
24 Sulawesi Utara 226,398 22,640 284 475 77 113 361 588 949 4.19
25 Sulawesi Tengah 269,415 26,942 2,741 5,288 165 124 2,906 5,412 8,318 30.87
26 Sulawesi Selatan 832,896 83,290 2,032 4,575 248 375 2,280 4,950 7,230 8.68
27 Sulawesi Tenggara 233,198 23,320 1,089 2,629 41 29 1,130 2,658 3,788 16.24
28 Gorontalo 105,635 10,564 1,031 1,265 135 122 1,166 1,387 2,553 24.17
29 Sulawesi Barat 113,550 11,355 488 965 45 46 533 1,011 1,544 13.60
30 Maluku 152,691 15,269 396 603 41 56 437 659 1,096 7.18
31 Maluku Utara 103,546 10,355 423 717 8 17 431 734 1,165 11.25
32 Papua Barat - - 0 0 0 0 0 0 0 0.00
33 Papua - - 0 0 0 0 0 0 0 0.00
Indonesia 23,469,749 2,346,975 178,330 346,653 11,545 13,180 189,875 359,833 549,708 23.42
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.33

TOTAL AFP RATE, NON POLIO AFP RATE, SPESIMEN ADEKUAT,


DAN KUNJUNGAN ULANG 60 HARI MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012

Non Polio Spesimen Kunjungan


No Provinsi Total AFP Rate
AFP Rate Adekuat Ulang 60 Hari
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 4.33 4.33 80.00 100
2 Sumatera Utara 2.30 2.30 100.00 -
3 Sumatera Barat 3.25 3.25 94.20 100
4 Riau 2.15 2.15 83.70 14.2
5 Jambi 3.70 3.70 83.70 57.1
6 Sumatera Selatan 3.83 3.83 93.10 28.5
7 Bengkulu 3.60 3.60 100.00 -
8 Lampung 2.96 2.96 82.30 91.6
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.00 4.00 62.50 100
10 Kepulauan Riau 2.20 2.20 72.70 66.6
11 DKI Jakarta 2.71 2.71 84.60 50
12 Jawa Barat 2.59 2.59 90.80 87.8
13 Jawa Tengah 2.30 2.30 98.90 100
14 DI Yogyakarta 5.00 5.00 97.50 100
15 Jawa Timur 2.58 2.58 86.20 76.4
16 Banten 2.44 2.44 98.70 100
17 Bali 2.60 2.60 88.40 66.6
18 Nusa Tenggara Barat 3.43 3.43 87.50 100
19 Nusa Tenggara Timur 5.33 5.33 89.50 100
20 Kalimantan Barat 2.64 2.64 89.10 50
21 Kalimantan Tengah 2.00 2.00 92.80 100
22 Kalimantan Selatan 2.09 2.09 86.90 66.6
23 Kalimantan Timur 2.17 2.17 88.40 66.6
24 Sulawesi Utara 4.50 4.50 85.10 100
25 Sulawesi Tengah 4.11 4.11 91.80 66.6
26 Sulawesi Selatan 2.12 2.12 94.30 75
27 Sulawesi Tenggara 2.75 2.75 90.90 60
28 Gorontalo 7.33 7.33 95.40 100
29 Sulawesi Barat 2.00 2.00 50.00 75
30 Maluku 2.17 2.17 100.00 -
31 Maluku Utara 1.50 1.50 16.60 40
32 Papua Barat 2.67 2.67 37.50 100
33 Papua 2.09 2.09 56.50 30
Indonesia 2.77 2.77 89.60 76.0
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

406
Lampiran 4.34

JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sasaran (Kuota)
No Provinsi RJTP (Kunjungan) RITP (Orang)
Masyarakat Miskin

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Aceh 2,682,285 3,595,623 197,173
2 Sumatera Utara 4,124,247 3,268,299 71,122
3 Sumatera Barat 1,361,281 1,249,388 89,224
4 Riau 1,230,911 1,162,244 104,424
5 Jambi 784,842 170,704 15,146
6 Sumatera Selatan 2,793,317 626,556 57,255
7 Bengkulu 632,098 1,829,466 111,164
8 Lampung 3,146,184 78,227 1,256
9 Kepulauan Bangka Belitung 116,726 383,534 14,058
10 Kepulauan Riau 277,589 3,114,784 97,130
11 DKI Jakarta 675,718 2,438 -
12 Jawa Barat 10,700,175 13,199,844 675,133
13 Jawa Tengah 11,715,881 3,284,567 44,025
14 DI Yogyakarta 942,129 9,891,375 682,694
15 Jawa Timur 10,710,051 1,381,332 9,262
16 Banten 2,910,506 8,969,601 202,586
17 Bali 548,617 525,351 3,337
18 Nusa Tenggara Barat 2,028,491 1,637,910 91,420
19 Nusa Tenggara Timur 2,798,871 2,709,534 55,731
20 Kalimantan Barat 1,584,451 1,345,766 15,139
21 Kalimantan Tengah 763,556 524,503 33,315
22 Kalimantan Selatan 843,837 700,579 22,198
23 Kalimantan Timur 910,925 771,221 44,528
24 Sulawesi Utara 485,084 406,718 35,463
25 Sulawesi Tengah 851,027 328,070 12,157
26 Sulawesi Selatan 2,449,737 754,529 69,638
27 Sulawesi Tenggara 1,144,447 2,426,776 89,837
28 Gorontalo 431,299 583,185 5,176
29 Sulawesi Barat 473,817 1,275,438 63,993
30 Maluku 840,680 669,905 64,129
31 Maluku Utara 302,436 229,749 21,638
32 Papua Barat 521,558 1,022,138 52,022
33 Papua 1,943,517 209,718 96,822
Indonesia 73,726,290 68,329,072 3,148,195
Anak terlantar, panti jompo, masyarakat
2,673,710
yang belum memiliki KTP

Jumlah 76,400,000
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013
Keterangan: RJTP = Rawat Jalan Tingkat Pertama, RITP = Rawat Inap Tingkat Pertama

407
Lampiran 4.35

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL)


PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjut


No Provinsi
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 177,967 247,455 425,422
2 Sumatera Utara 148,094 166,531 314,625
3 Sumatera Barat 17,930 19,483 37,413
4 Riau 11,154 12,734 23,888
5 Jambi 18,767 25,537 44,304
6 Sumatera Selatan 78,179 96,172 174,351
7 Bengkulu 4,099 6,060 10,159
8 Lampung 16,574 17,340 33,914
9 Kepulauan Bangka Belitung 46,492 53,730 100,222
10 Kepulauan Riau 59,928 75,424 135,352
11 DKI Jakarta 68,244 77,451 145,695
12 Jawa Barat 39,125 46,588 85,713
13 Jawa Tengah 46,647 49,376 96,023
14 D.I.Yogyakarta 373,949 479,575 853,524
15 Jawa Timur 74,132 103,502 177,634
16 Banten 517,200 684,715 1,201,915

408
17 Bali 320,544 423,539 744,083
18 Nusa Tenggara Barat 22,168 23,858 46,026
19 NusaTenggara Timur 10,486 11,156 21,642
20 Kalimantan Barat 41,424 31,344 72,768
21 Kalimantan Tengah 6,520 8,291 14,811
22 Kalimantan Selatan 110,712 127,366 238,078
23 Kalimantan Timur 22,224 29,268 51,492
24 Sulawesi Utara 7,421 7,417 14,838
25 Sulawesi Tengah 8,698 13,840 22,538
26 Sulawesi Selatan 3,359 3,399 6,758
27 Sulawesi Tenggara 14,447 17,319 31,766
28 Gorontalo 18,022 22,592 40,614
29 Sulawesi Barat 68,237 55,759 123,996
30 Maluku 54,378 56,986 111,364
31 Maluku Utara 47,885 55,243 103,128
32 Papua Barat 38,669 49,956 88,625
33 Papua 41,390 51,150 92,540
Indonesia 2,535,065 3,150,156 5,685,221
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.36

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RITL)


PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Rawat Inap Tingkat Lanjut


No Provinsi
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 40,322 57,720 98,042
2 Sumatera Utara 33,739 35,646 69,385
3 Sumatera Barat 5,849 6,510 12,359
4 Riau 1,607 2,174 3,781
5 Jambi 4,618 6,136 10,754
6 Sumatera Selatan 12,578 16,870 29,448
7 Bengkulu 753 867 1,620
8 Lampung 6,186 5,473 11,659
9 Kepulauan Bangka Belitung 15,521 17,162 32,683
10 Kepulauan Riau 7,921 10,741 18,662
11 DKI Jakarta 12,132 14,709 26,841
12 Jawa Barat 2,780 3,248 6,028

409
13 Jawa Tengah 12,780 14,127 26,907
14 D.I.Yogyakarta 58,121 74,734 132,855
15 Jawa Timur 12,217 17,691 29,908
16 Banten 117,195 154,885 272,080
17 Bali 57,007 76,843 133,850
18 Nusa Tenggara Barat 4,527 5,453 9,980
19 NusaTenggara Timur 3,547 3,675 7,222
20 Kalimantan Barat 8,801 7,181 15,982
21 Kalimantan Tengah 2,104 2,824 4,928
22 Kalimantan Selatan 24,281 30,628 54,909
23 Kalimantan Timur 6,682 10,551 17,233
24 Sulawesi Utara 2,172 3,278 5,450
25 Sulawesi Tengah 4,359 7,342 11,701
26 Sulawesi Selatan 1,273 1,605 2,878
27 Sulawesi Tenggara 6,751 8,393 15,144
28 Gorontalo 4,969 6,289 11,258
29 Sulawesi Barat 12,813 11,835 24,648
30 Maluku 15,648 19,699 35,347
31 Maluku Utara 23,360 36,250 59,610
32 Papua Barat 6,787 11,257 18,044
33 Papua 6,972 12,209 19,181
Indonesia 536,372 694,005 1,230,377
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.37

JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jampersal Pelayanan KB
No Provinsi
Ante Natal Post Natal Persalinan
Pra-Rujukan IUD+Implant Suntik
Care (ANC) Care (PNC) Normal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Aceh 160,733 184,436 66,845 3,865 2,578 38,999


2 Sumatera Utara 387,045 412,179 112,121 3,288 1,950 16,210
3 Sumatera Barat 82,652 72,020 27,934 2,175 560 5,172
4 Riau 115,721 103,003 56,114 1,971 796 6,121
5 Jambi 74,645 74,219 19,830 1,328 890 5,759
6 Sumatera Selatan 155,687 156,080 57,682 1,374 1,236 3,928
7 Bengkulu 39,903 32,233 16,166 1,541 2,280 7,922
8 Lampung 274,598 268,561 85,545 4,636 2,541 42,525
9 Kepulauan Bangka Belitung 22,303 21,575 7,344 1,416 28 1,246
10 Kepulauan Riau 11,560 9,642 5,251 197 281 608
11 DKI Jakarta 33,285 27,171 9,207 1,622 44 496
12 Jawa Barat 561,188 1,015,430 303,572 33,012 9,755 68,684
13 Jawa Tengah 755,136 1,058,528 292,306 34,468 33,159 214,181
14 DI Yogyakarta 39,740 34,012 13,863 806 2,754 2,014
15 Jawa Timur 803,570 866,459 247,194 29,866 8,097 50,265
16 Banten 176,491 178,401 47,731 3,667 1,184 20,563
17 Bali 48,203 41,000 20,722 1,927 3,905 5,960
18 Nusa Tenggara Barat 167,580 118,952 62,926 11,301 6,757 18,910
19 Nusa Tenggara Timur 91,873 128,737 39,872 1,888 1,530 4,192
20 Kalimantan Barat 127,688 111,816 34,520 1,790 1,211 17,166
21 Kalimantan Tengah 34,054 26,651 10,109 877 74 1,531
22 Kalimantan Selatan 51,685 51,719 16,530 1,356 564 7,869
23 Kalimantan Timur 24,194 21,872 7,481 419 237 2,870
24 Sulawesi Utara 40,921 35,234 9,827 393 2,167 5,159
25 Sulawesi Tengah 54,661 47,056 17,904 1,749 1,025 12,377
26 Sulawesi Selatan 169,301 172,706 58,963 6,262 771 13,768
27 Sulawesi Tenggara 65,029 63,343 14,099 1,254 188 5,822
28 Gorontalo 22,014 20,996 5,074 1,201 770 1,837
29 Sulawesi Barat 23,518 26,661 18,990 450 879 8,241
30 Maluku 12,743 16,507 10,622 247 539 3,981
31 Maluku Utara 41,723 41,347 10,971 454 470 1,816
32 Papua Barat 1,847 3,242 2,002 0 1 209
33 Papua 23,528 16,284 8,684 415 375 6,527
Indonesia 4,694,819 5,458,072 1,718,001 157,215 89,596 602,928
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013

410
Lampiran 4.38

JUMLAH KABUPATEN/KOTA MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL,


ALTERNATIF, DAN KOMPLEMENTER MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

Jumlah Kabupaten/Kota Persentase Kabupaten/Kota Jumlah Puskesmas


No Provinsi Jumlah Kabupaten/Kota
Melaksanakan Pelayanan Melaksanakan Pelayanan Melaksanakan Pelayanan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1 Aceh 23 2 8.7 4
2 Sumatera Utara 33 2 6.1 5
3 Sumatera Barat 19 4 21.1 8
4 Riau 12 4 33.3 8
5 Jambi 11 3 27.3 6
6 Sumatera Selatan 15 3 20.0 6
7 Bengkulu 10 2 20.0 6
8 Lampung 14 3 21.4 6
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 4 57.1 7
10 Kepulauan Riau 7 3 42.9 7
11 DKI Jakarta 6 5 83.3 14

411
12 Jawa Barat 26 6 23.1 12
13 Jawa Tengah 35 8 22.9 18
14 DI Yogyakarta 5 3 60.0 7
15 Jawa Timur 38 4 10.5 9
16 Banten 8 4 50.0 11
17 Bali 9 4 44.4 7
18 Nusa Tenggara Barat 10 3 30.0 8
19 Nusa Tenggara Timur 21 2 9.5 4
20 Kalimantan Barat 14 2 14.3 4
21 Kalimantan Tengah 14 2 14.3 4
22 Kalimantan Selatan 13 2 15.4 4
23 Kalimantan Timur 14 2 14.3 4
24 Sulawesi Utara 15 2 13.3 7
25 Sulawesi Tengah 11 2 18.2 4
26 Sulawesi Selatan 24 4 16.7 8
27 Sulawesi Tenggara 12 3 25.0 6
28 Gorontalo 6 3 50.0 4
29 Sulawesi Barat 5 3 60.0 7
30 Maluku 11 3 27.3 5
31 Maluku Utara 9 2 22.2 2
32 Papua Barat 11 2 18.2 2
33 Papua 29 2 6.9 4
Indonesia 497 103 20.7 218
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2012
Lampiran 4.39

PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI SELURUH INDONESIA


BULAN DESEMBER 2012

Ketersediaan Ketersediaan
No Nama Obat Kemasan Kebutuhan Ketersediaan No Nama Obat Kemasan Kebutuhan Ketersediaan
(%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Alopurinol tablet 100 mg 100 tablet/strip/blister , kotak 284,505 342,323 120.00% 37 Etakridin larutan 0,1% Botol 300 ml 288,467 287,951 99.82%
2 Aminofilin tablet 200 mg 100 tablet / botol 773,931 868,249 112.00% 38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml ampul @ 2 ml 1,303 1,030 79.08%
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml 30 ampul / kotak 22,885 19,889 86.91% 39 Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml 30 ampul / kotak 3,232 3,300 102.09%
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) 100 tablet/strip/blister , kotak 33,845 38,214 112.91% 40 Fenobarbital tablet 30 mg 1000 tablet / botol 1,192,636 1,002,731 84.08%
5 Amoksisilin kapsul 250 mg 120 kapsul/strip/blister, kotak 2,433,126 2,351,710 96.65% 41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg 100 tablet / kotak 6,198 5,231 84.40%
6 Amoksisilin kaplet 500 mg 100 kaplet/strip, kotak 16,263,729 19,801,456 121.75% 42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg 100 tablet / kotak 15,226 15,967 104.87%
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg Botol 60 ml 5,808,126 7,348,935 126.53% 43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% 24 btl @ 5 ml / kotak 40,016 43,975 109.89%
8 Metampiron tablet 500 mg 1000 tablet / botol 5,014,326 4,559,682 90.93% 44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml 30 ampul / kotak 24,604 28,546 116.02%
9 Metampiron injeksi 250 mg 30 ampul / kotak 241,070 172,198 71.43% 45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg 100 tablet / botol 472,381 478,442 101.28%
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium btl 1000 tablet 6,689,646 7,324,046 109.48% 46 Furosemid tablet 40 mg ktk 20 x 10 tablet 677,127 522,191 77.12%
Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg

11 Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g 25 tube @ 5 g / kotak 65,777 66,063 100.43% 47 Gameksan lotion 1 % Botol 30 ml 122,365 44,602 36.45%
+ polimiksin 10.000 IU/g
12 Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 10 supp / kotak 83,071 101,696 122.42% 48 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g ,Kalium 100 kantong/kotak tahan 955,648 1,019,509 106.68%
mg + Heksaklorofen 250 mg klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g lembab

13 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam 24 pot @ 30 g / kotak 30,650 34,172 111.49% 49 Gentian Violet Larutan 1 % Botol 10 ml 641,733 680,945 106.11%
Salisilat 3%
14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg 100 tablet / botol 154,873 153,303 98.99% 50 Glibenklamida tablet 5 mg 100 tablet / kotak 1,112,229 1,314,074 118.15%
15 Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg ktk 10 x 10 tablet 1,770 689 38.93% 51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg 1000 tablet / botol 7,072,266 8,801,581 124.45%
+ Levodopa 250 mg
16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen 10 vial @20 ml / kotak 69,466 76,847 110.63% 52 Gliserin btl 100 ml 18,642 13,791 73.98%
17 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg 1000 tablet / botol 6,832,249 7,279,563 106.55% 53 Glukosa larutan infus 5% btl 500 ml 816,656 970,224 118.80%
18 Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) ktk 10 x 10 tablet 15,962 15,968 100.04% 54 Glukosa larutan infus 10% btl 500 ml 91,242 70,167 76.90%
19 Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) ktk 10 x 10 tablet 293,281 257,221 87.70% 55 Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal) 10 amp @ 25 ml, kotak 119,281 9,792 8.21%
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg 500 tablet / botol 13,965 10,732 76.85% 56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized ktk 10 x 10 tablet 570,545 594,529 104.20%

412
21 Atropin tetes mata 0,5% 24 btl @ 5 ml / kotak 3,529 2,113 59.87% 57 Haloperidol tablet 0,5 mg ktk 10 x 10 tablet 56,605 67,366 119.01%
22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat) 30 ampul / kotak 6,680 5,567 83.34% 58 Haloperidol tablet 1,5 mg ktk 10 x 10 tablet 195,500 235,497 120.46%
23 Betametason krim 0,1 % 25 tube @ 5 g / kotak 260,940 308,832 118.35% 59 Haloperidol tablet 5 mg ktk 10 x 10 tablet 118,573 129,378 109.11%
24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml 100 ampul /kotak 97,879 74,022 75.63% 60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg 1000 tablet / botol 1,127,295 1,224,926 108.66%
25 Deksametason tablet 0,5 mg 1000 tablet / botol 9,250,534 9,390,834 101.52% 61 Hidrkortison krim 2,5% 24 tube @ 5 g / kotak 247,304 300,923 121.68%
26 Dekstran 70-larutan infus 6% steril Botol 500 ml 3,620 4,304 118.89% 62 Ibuprofen tablet 200 mg 100 tablet / botol 1,237,884 1,742,772 140.79%
27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) Botol 60 ml 848,459 892,640 105.21% 63 Ibuprofen tablet 400 mg ktk 10 x 10 tablet 1,536,172 1,784,273 116.15%
28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) 1000 tablet / botol 1,985,411 2,188,972 110.25% 64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg ktk 10 x 10 tablet 164,958 190,184 115.29%
29 Diazepam Injeksi 5mg/ml 30 ampul / kotak 12,025 12,342 102.64% 65 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg 1000 tablet / botol 4,896,659 5,411,069 110.51%
30 Diazepam tablet 2 mg 1000 tablet / botol 853,210 739,476 86.67% 66 Kaptopril tablet 12,5 mg ktk 10 x 10 tablet 1,416,484 1,404,339 99.14%
31 Diazepam tablet 5 mg 250 tablet / botol 25,200 27,729 110.03% 67 Kaptopril tablet 25 mg ktk 10 x 10 tablet 3,271,457 3,961,213 121.08%
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) 30 ampul / kotak 129,139 140,009 108.42% 68 Karbamazepim tablet 200 mg ktk 10 x 10 tablet 92,643 109,323 118.00%
33 Diagoksin tablet 0,25 mg 100 tablet / kotak 180,450 211,844 117.40% 69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml 10 vial @ 20 ml, kotak 2,503 2,029 81.06%
34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) 1000 tablet / botol 1,227,122 959,673 78.21% 70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine 100 kapsul / botol 5,130 6,712 130.83%
35 Ekstrks belladona tablet 10 mg 1000 tablet / botol 1,016,544 899,797 88.52% 71 Kloramfenikol kapsul 250 mg 250 kapsul / botol 1,812,068 1,767,577 97.54%
36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) 30 ampul /kotak 27,189 23,724 87.25% 72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % 24 botol @ 5 ml / kotak 219,758 211,367 96.18%

Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI, 2013


Lampiran 4.39 (lanjutan)

PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI SELURUH INDONESIA


BULAN DESEMBER 2012

Ketersediaan Ketersediaan
No Nama Obat Kemasan Kebutuhan Ketersediaan No Nama Obat Kemasan Kebutuhan Ketersediaan
(%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (1) (2) (3) (4) (5) (6)
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg 1000 tablet / botol 6.238.124 8.936.689 143,26% 109 Povidon Iodida larutan 10 % Botol 30 ml 274.850 314.494 114,42%
74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) 30 ampul / kotak 1.848 1.344 72,71% 110 Povidon Iodida larutan 10 % Botol 300 ml 160.417 169.051 105,38%
75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) 30 ampul / kotak 15.043 10.468 69,58% 111 Prednison tablet 5 mg 1000 tablet / botol 4.555.979 4.548.205 99,83%
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) 1000 tablet / botol 32.922 23.583 71,63% 112 Primakuin tablet 15 mg 1000 tablet / botol 111.387 88.070 79,07%
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) 1000 tablet / botol 253.833 278.612 109,76% 113 Propillitiourasil tablet 100 mg 100 tablet / botol 95.058 102.327 107,65%
Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg +
78 100 tablet / kotak 48.857 40.500 82,90% 114 Propanol tablet 40 mg (HCL) 100 tablet / botol 297.262 358.182 120,49%
Sulfadoxin 500 mg

Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol


79 botol 60 ml 4.178.628 5.187.356 124,14% 115 Reserpin tablet 0,10 mg 250 tablet / botol 42.229 27.461 65,03%
200 mg + Trimetoprim 40 mg/ 5 ml

Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi :


80 ktk 10 x 10 tablet 2.665.707 2.923.346 109,66% 116 Reserpin tablet 0,25 mg 1000 tablet /botol 208.261 151.538 72,76%
Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi :
81 ktk 10 x 10 tablet 800.327 875.259 109,36% 117 Ringer Laktat larutan infus btl 500 ml 3.681.668 4.427.674 120,26%
Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg
Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg ktk 60 tablet 135.783 176.715 130,14% 118 24 pot @ 30 g / kotak 101.105 121.881 120,55%
endap 4%
83 Kuinin Dihidrokk lorida injeksi 25%-2 ml 30 ampul / kotak 23.111 23.853 103,21% 119 Salisil bedak 2% 50 gram / kotak 973.036 1.074.027 110,38%

84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml 30 vial / kotak 301.431 329.197 109,21% 120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I) 10 vial / kotak 9.212 4.633 50,30%

413
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml 10 vial / kotak 5.096 4.380 85,94% 121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II) 1 vial / kotak 964 969 100,48%

86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml 10 vial / kotak 7.548 4.523 59,93% 122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.) 10 vial / kotak 523 278 53,25%

87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram 10 sase @ 30 gr / kotak 465 339 72,91% 123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.) 10 ampul / kotak 10.472 10.717 102,33%

88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml Botol 30 ml 16.094 10.712 66,56% 124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.) 10 vial / kotak 1.357 920 67,76%
89 Mebendazol tablet 100 mg ktk 5 x 6 tablet 49.636 30.844 62,14% 125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg 100 ampul / kotak 232.162 234.024 100,80%
Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut
90 ktk 10 x 10 tablet 97.821 128.409 131,27% 126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 % ktk 24 btl @ 5 ml 3.699 3.124 84,46%
0,125 mg
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml 30 ampul / kotak 32.175 21.483 66,77% 127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5% ktk 24 btl @ 5 ml 1.752 1.261 71,98%
92 Metronidazol tablet 250 mg 100 tablet / kotak 988.495 827.348 83,70% 128 Tetrasiklin kapsul 250 mg 1000 kapsul / botol 51.465 42.450 82,48%
93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg 1000 tablet / botol 2.057.895 1.543.651 75,01% 129 Tetrasiklin kapsul 500 mg ktk 10 x 10 kapsul 626.794 539.558 86,08%
94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % 24 botol @ 5 ml / kotak 1.189 436 36,65% 130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml ktk 30 amp @ 1 ml 157.411 143.027 90,86%
95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % Botol / plastik 500 ml 579.181 632.503 109,21% 131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) 1000 tablet / botol 1.086.876 1.054.268 97,00%
96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % ktk 10 amp @ 10 ml 2.617 1.595 60,95% 132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp Ampul @ 10 ml 853 591 69,25%
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g ktk 10 x 10 tablet salut 68.167 73.355 107,61% 133 Triheksifenidil tablet 2 mg ktk 10 x 10 tablet 454.584 502.302 110,50%
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g ktk 10 x 10 tablet Vaginal 151.763 169.982 112,00% 134 Vaksin Rabies Vero 1 kuur / set 21.305 15.907 74,67%
99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) Botol 100 ml 1.514.492 1.788.649 118,10% 135 Vitamin B Kompleks tablet 1000 tablet / botol 2.417.760 2.231.206 92,28%
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % 25 tube @ 3,5 g / kotak 43.606 46.376 106,35% VAKSIN
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml 10 vial / kotak 24.437 18.102 74,08% 136 BCG 1.777.870 780.078 43,88%
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml 30 ampul / kotak 114.543 90.174 78,73% 137 T T 2.261.164 725.526 32,09%
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml Botol 60 ml 6.125.259 7.406.898 120,92% 138 D T 279.656 196.409 70,23%
104 Paracetamol tablet 100 mg 100 tablet / botol 594.506 495.017 83,27% 139 CAMPAK 10 Dosis 1.449.954 668.101 46,08%
105 Paracetamol tablet 500 mg 1000 tablet / botol 5.023.066 5.659.248 112,67% 140 POLIO 10 Dosis 1.927.776 1.168.980 60,64%
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) botol @ 5 ml 1.286 653 50,78% 141 DTP-HB 1.960.378 1.176.375 60,01%
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg ktk 30 x 2 score 364.112 273.604 75,14% 142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS 1.312.502 1.038.917 79,16%
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) 1000 tablet / botol 1.312.885 1.208.713 92,07% 143 POLIO 20 Dosis 389.407 124.644 32,01%
144 CAMPAK 20 Dosis 247.177 58.630 23,72%
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.40

PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA SARANA PELAYANAN KESEHATAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Penggunaan di Rumah
No Provinsi Penggunaan di Puskesmas Rata-Rata Penggunaan
Sakit
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 99.7 84.0 91.9
2 Sumatera Utara 99.3 63.9 81.6
3 Sumatera Barat 98.9 58.0 78.5
4 Riau 98.5 86.7 92.6
5 Jambi 94.6 72.2 83.4
6 Sumatera Selatan 92.3 73.4 82.8
7 Bengkulu 93.8 65.9 79.9
8 Lampung 90.8 80.0 85.4
9 Kepulauan Bangka Belitung 99.6 65.0 82.3
10 Kepulauan Riau 97.5 86.4 92.0
11 DKI Jakarta 81.8 65.3 73.6
12 Jawa Barat 96.5 68.9 82.7
13 Jawa Tengah 94.2 69.7 81.9
14 DI Yogyakarta 72.0 66.2 69.1
15 Jawa Timur 92.8 73.8 83.3
16 Banten 98.5 60.7 79.6

414
17 Bali 100.0 68.2 84.1
18 Nusa Tenggara Barat 99.5 72.5 86.0
19 Nusa Tenggara Timur 100.0 81.7 90.9
20 Kalimantan Barat 99.2 65.8 82.5
21 Kalimantan Tengah 96.4 75.7 86.0
22 Kalimantan Selatan 96.8 47.0 71.9
23 Kalimantan Timur 95.3 58.4 76.8
24 Sulawesi Utara 99.7 68.8 84.3
25 Sulawesi Tengah 91.0 74.6 82.8
26 Sulawesi Selatan 93.1 61.0 77.1
27 Sulawesi Tenggara 93.0 86.1 89.6
28 Gorontalo 96.7 65.5 81.1
29 Sulawesi Barat 98.8 87.9 93.4
30 Maluku 91.0 65.0 78.0
31 Maluku Utara 94.9 87.9 91.4
32 Papua Barat 100.0 47.7 73.9
33 Papua 88.8 76.2 82.5
Indonesia 95.0 70.6 82.8
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 4.41

JUMLAH JEMAAH HAJI WAFAT


DAN PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN
DAN PEMBINAAN KESEHATAN HAJI SESUAI STANDAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Persentase Kab/Kota Melaksanakan


No Provinsi Jumlah Jemaah haji Wafat Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan
Haji Sesuai Standar (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 9 100
2 Sumatera Utara 24 85
3 Sumatera Barat 16 100
4 Riau 12 100
5 Jambi 10 100
6 Sumatera Selatan 14 100
7 Bengkulu 5 100
8 Lampung 16 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 100
10 Kepulauan Riau 0 100

415
11 DKI Jakarta 10 100
12 Jawa Barat 67 100
13 Jawa Tengah 74 100
14 DI Yogyakarta 6 100
15 Jawa Timur 84 100
16 Banten 20 100
17 Bali 0 67
18 Nusa Tenggara Barat 14 100
19 Nusa Tenggara Timur 2 10
20 Kalimantan Barat 4 71
21 Kalimantan Tengah 4 57
22 Kalimantan Selatan 14 100
23 Kalimantan Timur 8 100
24 Sulawesi Utara 2 20
25 Sulawesi Tengah 4 45
26 Sulawesi Selatan 14 100
27 Sulawesi Tenggara 5 33
28 Gorontalo 0 67
29 Sulawesi Barat 2 60
30 Maluku 3 18
31 Maluku Utara 5 33
32 Papua Barat 0 27
33 Papua 1 10
Indonesia 452 76
Sumber: Pusat Kesehatan Haji, Setjen, Kemenkes RI, 2012
LAMPIRAN
BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

416
Lampiran 5.1

JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012

Rasio Puskesmas
No Provinsi Jumlah Puskesmas per 100.000 Penduduk

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 301 309 315 325 330 7,01 7,08 7,01 7,14 7,15
2 Sumatera Utara 495 500 506 542 555 3,80 3,77 3,90 4,13 4,19
3 Sumatera Barat 227 242 246 254 260 4,77 5,01 5,08 5,17 5,23
4 Riau 183 176 193 203 207 3,53 3,32 3,48 3,54 3,49
5 Jambi 158 163 169 174 176 5,67 5,75 5,47 5,49 5,42
6 Sumatera Selatan 278 284 293 304 317 3,90 3,93 3,93 4,01 4,11
7 Bengkulu 142 167 170 178 178 8,65 10,02 9,91 10,21 10,05
8 Lampung 253 264 265 269 276 3,42 3,52 3,48 3,49 3,54
9 Kepulauan Bangka Belitung 50 55 58 58 60 4,45 4,83 4,74 4,60 4,62
10 Kepulauan Riau 59 61 66 67 69 4,06 4,03 3,93 3,80 3,73
11 DKI Jakarta 351 339 341 341 340 3,84 3,68 3,55 3,50 3,44

417
12 Jawa Barat 999 1.008 1.028 1.045 1.046 2,44 2,43 2,39 2,38 2,34
13 Jawa Tengah 842 849 867 867 873 2,58 2,58 2,68 2,67 2,68
14 DI Yogyakarta 120 119 121 121 121 3,46 3,40 3,50 3,47 3,43
15 Jawa Timur 940 944 946 955 960 2,53 2,53 2,52 2,53 2,53
16 Banten 194 196 217 225 228 2,02 2,00 2,04 2,06 2,03
17 Bali 114 114 114 114 118 3,24 3,21 2,93 2,87 2,91
18 Nusa Tenggara Barat 142 145 150 152 157 3,25 3,27 3,33 3,34 3,41
19 Nusa Tenggara Timur 278 288 309 342 349 6,13 6,23 6,60 7,16 7,16
20 Kalimantan Barat 224 229 231 234 237 5,27 5,30 5,25 5,28 5,30
21 Kalimantan Tengah 169 169 174 179 190 8,21 8,10 7,87 7,95 8,30
22 Kalimantan Selatan 214 213 214 224 226 6,21 6,09 5,90 6,06 6,00
23 Kalimantan Timur 205 207 217 215 217 6,62 6,54 6,11 5,83 5,67
24 Sulawesi Utara 144 159 170 170 177 6,52 7,13 7,49 7,40 7,61
25 Sulawesi Tengah 144 165 160 173 176 5,91 6,65 6,07 6,44 6,43
26 Sulawesi Selatan 395 395 416 422 425 5,06 4,99 5,18 5,19 5,17
27 Sulawesi Tenggara 208 223 233 249 258 10,02 10,53 10,44 10,93 11,10
28 Gorontalo 73 75 76 86 87 7,51 7,62 7,31 8,09 8,01
29 Sulawesi Barat 70 77 81 86 91 6,78 7,35 6,99 7,23 7,46
30 Maluku 153 135 156 170 178 11,58 10,08 10,17 10,79 11,00
31 Maluku Utara 91 96 100 115 119 9,48 9,85 9,63 10,82 10,93
32 Papua Barat 96 105 106 126 128 13,15 14,12 13,94 15,99 15,67
33 Papua 236 266 297 336 381 11,48 12,68 10,48 11,26 12,12
Indonesia 8.548 8.737 9.005 9.321 9.510 3,65 3,74 3,79 3,86 3,89
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.2

JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN PUSKESMAS NON PERAWATAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012

Jumlah Puskesmas Perawatan Jumlah Puskesmas Non Perawatan


No Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 66 115 116 137 144 235 194 199 188 186
2 Sumatera Utara 144 129 140 153 157 351 371 366 389 398
3 Sumatera Barat 68 81 85 86 89 159 161 161 168 171
4 Riau 45 51 53 55 63 138 125 140 148 144
5 Jambi 51 56 59 62 62 107 107 110 112 114
6 Sumatera Selatan 77 80 82 86 106 201 204 211 218 211
7 Bengkulu 35 37 39 43 43 107 130 131 135 135
8 Lampung 37 51 58 60 69 216 213 207 209 207
9 Kepulauan Bangka Belitung 14 20 18 19 20 36 35 40 39 40
10 Kepulauan Riau 24 24 26 26 26 35 37 40 41 43
11 DKI Jakarta 54 51 52 52 52 297 288 289 288 288
12 Jawa Barat 140 171 237 220 220 859 837 791 826 826
13 Jawa Tengah 232 234 252 265 268 610 615 615 602 605
14 DI Yogyakarta 41 41 42 40 42 79 78 79 81 79
15 Jawa Timur 392 365 396 400 441 548 579 550 556 519
16 Banten 42 46 50 53 56 152 150 167 173 172
17 Bali 24 27 28 28 29 90 87 86 86 89

418
18 Nusa Tenggara Barat 86 80 81 84 84 56 65 69 68 73
19 Nusa Tenggara Timur 69 93 110 123 128 209 195 199 219 221
20 Kalimantan Barat 82 94 93 94 96 142 135 138 141 141
21 Kalimantan Tengah 47 55 69 69 70 122 114 105 110 120
22 Kalimantan Selatan 42 46 48 48 49 172 167 166 176 177
23 Kalimantan Timur 96 100 93 94 94 109 107 124 121 123
24 Sulawesi Utara 66 72 84 85 88 78 87 86 85 89
25 Sulawesi Tengah 67 63 68 72 72 77 102 92 101 104
26 Sulawesi Selatan 168 205 208 218 225 227 190 208 203 200
27 Sulawesi Tenggara 63 69 70 74 74 145 154 163 175 184
28 Gorontalo 17 22 23 23 23 56 53 53 63 64
29 Sulawesi Barat 22 31 35 35 35 48 46 46 51 56
30 Maluku 29 48 56 56 61 124 87 100 114 117
31 Maluku Utara 27 27 27 28 28 64 69 73 87 91
32 Papua Barat 26 36 36 39 39 70 69 70 87 89
33 Papua 45 84 86 92 99 191 182 211 242 282
Indonesia 2,438 2,704 2,920 3,019 3,152 6,110 6,033 6,085 6,302 6,358
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Ditjen. Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.3

JUMLAH PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DENGAN PELAYANAN PENGEMBANGAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Puskesmas Rumah Sakit


No Provinsi Jumlah Pelayanan Obstetrik Pelayanan Kesehatan Upaya Kesehatan Upaya Kesehatan Upaya Kesehatan Tatalaksana Kasus Pelayanan Obstetrik Pelayanan Kesehatan Pelayanan Perawatan,
Puskesmas dan Neonatal Peduli Remaja (PKPR) Kerja Olahraga Tradisional, Alternatif Kekerasan terhadap dan Neonatal Tradisional, Alternatif Dukungan, dan
Emergensi Dasar dan Komplementer Anak Emergensi dan Komplementer Pengobatan (PDP)
(PONED) Komprehensif HIV/AIDS
(PONEK)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 330 86 75 0 0 4 26 17 1 1
2 Sumatera Utara 555 140 209 53 0 5 209 25 2 17
3 Sumatera Barat 260 92 137 0 20 8 39 13 1 2
4 Riau 207 65 76 12 0 8 22 14 1 11
5 Jambi 176 58 54 0 0 6 33 12 1 4
6 Sumatera Selatan 317 97 120 16 95 6 33 16 1 8
7 Bengkulu 178 46 68 0 0 6 20 7 1 2
8 Lampung 276 73 54 16 11 6 33 11 1 3
9 Kepulauan Bangka Belitung 60 20 48 0 15 7 33 6 1 3
10 Kepulauan Riau 69 25 26 42 0 7 22 7 1 6
11 DKI Jakarta 340 17 69 42 35 14 50 10 9 24
12 Jawa Barat 1,046 204 515 56 50 12 108 32 1 21
13 Jawa Tengah 873 259 235 74 28 18 163 40 4 21
14 DI Yogyakarta 121 67 64 0 8 7 28 6 1 5
15 Jawa Timur 960 264 285 94 60 9 174 51 7 29
16 Banten 228 66 189 113 27 11 104 5 1 8
17 Bali 118 57 56 62 32 7 18 10 3 6
18 Nusa Tenggara Barat 157 53 40 25 0 8 20 6 1 4

419
19 Nusa Tenggara Timur 349 80 105 0 0 4 44 7 1 9
20 Kalimantan Barat 237 55 108 13 20 4 51 9 1 9
21 Kalimantan Tengah 190 56 31 16 0 4 17 12 1 4
22 Kalimantan Selatan 226 59 81 21 15 4 26 14 1 2
23 Kalimantan Timur 217 90 75 16 5 4 45 10 1 7
24 Sulawesi Utara 177 86 54 16 21 7 24 9 2 5
25 Sulawesi Tengah 176 86 44 0 4 4 20 9 1 2
26 Sulawesi Selatan 425 116 88 77 20 8 38 20 2 11
27 Sulawesi Tenggara 258 72 48 0 0 6 27 7 1 1
28 Gorontalo 87 21 24 0 0 4 10 3 1 1
29 Sulawesi Barat 91 37 39 0 0 7 15 3 1 1
30 Maluku 178 55 93 0 0 5 74 3 1 2
31 Maluku Utara 119 28 15 0 0 2 14 4 1 2
32 Papua Barat 128 19 41 0 0 2 40 4 1 5
33 Papua 381 21 25 0 0 4 19 8 1 12
Indonesia 9,510 2,570 3,191 764 466 218 1,599 410 55 248
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Ditjen Bina Gizi dan KIA, Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.4

JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA


MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2012

Rumah Sakit Publik Rumah Sakit Privat

Kemenkes/Pemda TNI/POLRI Kementerian Lain Swasta Non Profit Swasta BUMN Semua RS
No Provinsi
RS RS RS RS RS RS RS RS RS RS RS RS RS RS
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Umum Khusus Umum Khusus Umum Khusus Umum Khusus Umum Khusus Umum Khusus Umum Khusus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)

1 Aceh 24 3 27 4 0 4 0 0 0 11 2 13 3 0 3 4 0 4 46 5 51
2 Sumatera Utara 35 5 40 8 0 8 0 0 0 77 9 86 21 1 22 17 1 18 158 16 174
3 Sumatera Barat 20 2 22 4 0 4 0 0 0 10 10 20 3 9 12 1 0 1 38 21 59
4 Riau 16 3 19 4 0 4 0 0 0 5 1 6 15 6 21 3 0 3 43 10 53
5 Jambi 14 1 15 2 0 2 0 0 0 1 1 2 7 1 8 0 0 0 24 3 27
6 Sumatera Selatan 19 4 23 2 0 2 0 0 0 6 3 9 2 1 3 5 0 5 34 8 42
7 Bengkulu 11 1 12 3 0 3 0 0 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0 17 1 18
8 Lampung 12 1 13 2 0 2 0 0 0 13 4 17 10 4 14 0 0 0 37 9 46
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 1 8 0 0 0 0 0 0 3 0 3 2 0 2 0 0 0 12 1 13
10 Kepulauan Riau 11 0 11 2 0 2 0 0 0 4 2 6 3 1 4 2 0 2 22 3 25
11 DKI Jakarta 9 7 16 8 1 9 2 0 2 32 26 58 29 23 52 4 1 5 84 58 142
12 Jawa Barat 39 11 50 14 0 14 0 0 0 53 21 74 69 28 97 7 1 8 182 61 243
13 Jawa Tengah 51 9 60 12 0 12 0 0 0 90 46 136 23 13 36 3 0 3 179 68 247
14 DI Yogyakarta 7 1 8 4 0 4 0 0 0 23 16 39 9 5 14 0 1 1 43 23 66
15 Jawa Timur 52 9 61 27 2 29 1 0 1 76 33 109 38 34 72 12 2 14 206 80 286
16 Banten 8 1 9 2 0 2 0 0 0 10 6 16 28 17 45 1 0 1 49 24 73
17 Bali 10 2 12 3 0 3 0 0 0 17 5 22 12 5 17 0 0 0 42 12 54
18 Nusa Tenggara Barat 11 3 14 2 0 2 0 0 0 4 0 4 2 0 2 0 0 0 19 3 22

420
19 Nusa Tenggara Timur 19 0 19 5 0 5 0 0 0 13 3 16 1 0 1 0 0 0 38 3 41
20 Kalimantan Barat 16 3 19 4 0 4 0 0 0 6 2 8 2 4 6 1 0 1 29 9 38
21 Kalimantan Tengah 15 0 15 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 0 16
22 Kalimantan Selatan 14 1 15 4 0 4 0 0 0 3 4 7 1 0 1 2 0 2 24 5 29
23 Kalimantan Timur 16 3 19 4 0 4 0 0 0 5 1 6 8 10 18 3 0 3 36 14 50
24 Sulawesi Utara 14 1 15 4 0 4 0 0 0 14 0 14 1 1 2 0 0 0 33 2 35
25 Sulawesi Tengah 12 1 13 2 0 2 0 0 0 4 4 8 1 1 2 0 0 0 19 6 25
26 Sulawesi Selatan 28 8 36 8 0 8 0 0 0 12 11 23 4 3 7 1 1 2 53 23 76
27 Sulawesi Tenggara 13 1 14 2 0 2 0 0 0 4 0 4 1 1 2 1 0 1 21 2 23
28 Gorontalo 8 0 8 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 0 1 0 0 0 10 1 11
29 Sulawesi Barat 6 0 6 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 8 0 8
30 Maluku 14 1 15 4 0 4 0 0 0 6 1 7 0 0 0 0 0 0 24 2 26
31 Maluku Utara 12 0 12 2 0 2 0 0 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 17 0 17
32 Papua Barat 8 0 8 2 0 2 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 13 0 13
33 Papua 20 2 22 6 0 6 0 0 0 5 0 5 1 0 1 0 0 0 32 2 34
Indonesia 571 85 656 151 3 154 3 0 3 515 212 727 300 168 468 68 7 75 1.608 475 2.083
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
Lampiran 5.5

JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR


MENURUT PENGELOLA TAHUN 2008 - 2012

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
No Pengelola
Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Kementerian Kesehatan 13 9.044 13 9.131 13 8.873 14 9.724 14 10.832

2 Pemerintah Provinsi 43 13.605 44 14.029 45 13.854 47 14.065 49 16.292

3 Pemerintah Kab/Kota 375 41.285 416 47.811 445 43.341 472 52.536 508 74.741

4 TNI/POLRI 110 10.907 123 11.821 129 11.771 132 12.272 151 19.830

421
5 Kementerian Lain dan BUMN 71 6.643 71 6.747 72 6.925 73 8.535 71 8.040

6 Swasta dan Swasta Non Profit 467 47.266 535 52.064 591 52.306 634 52.694 815 74.033

Jumlah 1.079 128.750 1.202 141.603 1.295 137.070 1.372 149.826 1.608 203.768

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013


Keterangan :
Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
Lampiran 5.6

JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDUR


MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2008 - 2012

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
No Jenis Rumah Sakit
RS TT RS TT RS TT RS TT RS TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 RS Jiwa 51 8.781 51 9.206 52 8.760 52 7.541 53 8.542

2 RS Kusta 22 2.168 22 2.224 23 2.326 23 1.854 22 1.989

3 RS Tuberkulosa Paru 11 782 10 731 10 757 10 778 12 915

4 RS Mata 10 418 11 423 12 448 13 519 14 520

5 RS Bersalin 57 2.577 61 2.475 62 2.453 65 2.334 94 3.150

6 RS Ibu dan Anak 79 3.804 95 4.591 106 4.809 114 5.267 169 7.697

7 RS Khusus Lainnya 62 2.258 71 2.427 72 2.521 72 2.537 111 4.851

Jumlah 292 20.788 321 22.077 337 22.074 349 20.830 475 27.664

422
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
Lampiran 5.7

JUMLAH RUMAH SAKIT DAN TEMPAT TIDUR


MENURUT KELAS RUMAH SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2012

Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Belum Ditetapkan Kelas Total

No Provinsi Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1 Aceh 2 366 5 1.103 19 2.275 6 449 19 1.032 51 5.225


2 Sumatera Utara 3 875 16 3.966 42 4.484 13 653 100 8.180 174 18.158
3 Sumatera Barat 1 213 4 1.666 21 2.451 14 373 19 720 59 5.423
4 Riau 1 182 8 1.691 19 1.859 10 593 15 792 53 5.117
5 Jambi 3 149 2 506 10 1.299 6 336 6 506 27 2.796
6 Sumatera Selatan 3 1.089 5 887 16 2.103 9 583 9 756 42 5.418
7 Bengkulu 0 0 2 509 3 296 10 421 3 409 18 1.635
8 Lampung 1 46 4 970 14 1.260 5 235 22 1.532 46 4.043
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 1 120 5 576 6 370 1 62 13 1.128
10 Kepulauan Riau 0 0 3 587 9 789 4 140 9 496 25 2.012
11 DKI Jakarta 9 3.716 27 6.138 31 2.058 5 296 70 7.707 142 19.915
12 Jawa Barat 9 2.712 37 8.967 74 7.290 31 1.996 92 7.203 243 28.168
13 Jawa Tengah 7 3.522 33 9.401 94 11.104 75 4.692 38 2.235 247 30.954
14 DI Yogyakarta 3 1.222 10 2.420 6 4.075 24 1.240 23 1.130 66 10.087
15 Jawa Timur 5 3.353 38 8.882 92 10.149 49 3.006 102 6.428 286 31.818

423
16 Banten 1 241 10 2.378 19 1.093 5 301 38 2.351 73 6.364
17 Bali 3 1.098 4 978 15 1.325 10 567 22 1.056 54 5.024
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 2 492 6 1.038 8 406 6 258 22 2.194
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 1 352 10 1.156 21 1.719 9 431 41 3.658
20 Kalimantan Barat 0 0 5 1.535 11 1.083 13 959 9 645 38 4.222
21 Kalimantan Tengah 0 0 2 560 6 730 6 283 2 61 16 1.634
22 Kalimantan Selatan 1 60 2 1.113 12 1.655 2 204 12 818 29 3.850
23 Kalimantan Timur 1 239 6 1.590 9 937 18 474 16 1.435 50 4.675
24 Sulawesi Utara 1 250 1 813 15 2.073 10 698 8 472 35 4.306
25 Sulawesi Tengah 0 0 3 957 8 1.002 3 402 11 415 25 2.776
26 Sulawesi Selatan 2 949 15 2.613 33 4.914 6 353 20 966 76 9.795
27 Sulawesi Tenggara 0 0 3 401 7 756 4 351 9 379 23 1.887
28 Gorontalo 0 0 2 581 3 200 3 90 3 129 11 1.000
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 2 285 2 216 4 209 8 710
30 Maluku 0 0 2 517 3 401 13 629 8 647 26 2.194
31 Maluku Utara 0 0 1 160 3 310 9 638 4 81 17 1.189
32 Papua Barat 0 0 0 0 4 621 4 364 5 190 13 1.175
33 Papua 0 0 1 444 9 1.233 11 799 13 406 34 2.882

Indonesia 56 20.282 255 63.297 630 72.880 415 24.836 727 50.137 2.083 231.432
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
Lampiran 5.8

JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT


MENURUT KELAS PERAWATAN DAN PROVINSI TAHUN 2012

Kelas Perawatan

No Provinsi Total Tempat VVIP VIP Kelas I Kelas II Kelas III Ruang Perawatan Lainnya**
Tidur*
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 5,225 174 3.33 381 7.29 633 12.11 1,393 26.66 2,280 43.64 364 6.97
2 Sumatera Utara 18,158 586 3.23 1,521 8.38 2,994 16.49 5,690 31.34 6,440 35.47 927 5.11
3 Sumatera Barat 5,423 150 2.77 525 9.68 794 14.64 1,366 25.19 2,120 39.09 468 8.63
4 Riau 5,117 165 3.22 525 10.26 599 11.71 1,009 19.72 2,216 43.31 603 11.78
5 Jambi 2,796 120 4.29 261 9.33 368 13.16 474 16.95 1,144 40.92 429 15.34
6 Sumatera Selatan 5,418 260 4.80 490 9.04 821 15.15 1,702 31.41 1,911 35.27 234 4.32
7 Bengkulu 1,635 45 2.75 141 8.62 276 16.88 358 21.90 708 43.30 107 6.54
8 Lampung 4,043 299 7.40 322 7.96 601 14.87 1,176 29.09 1,526 37.74 119 2.94
9 Bangka Belitung 1,128 27 2.39 68 6.03 150 13.30 363 32.18 461 40.87 59 5.23
10 Kepulauan Riau 2,012 94 4.67 197 9.79 358 17.79 751 37.33 570 28.33 42 2.09
11 DKI Jakarta 19,915 1,617 8.12 2,396 12.03 3,254 16.34 5,230 26.26 6,357 31.92 1,061 5.33
12 Jawa Barat 28,168 360 1.28 2,475 8.79 3,970 14.09 6,547 23.24 12,743 45.24 2,073 7.36
13 Jawa Tengah 30,954 1,384 4.47 3,076 9.94 4,985 16.10 6,993 22.59 11,969 38.67 2,547 8.23
14 D.I. Yogyakarta 10,087 369 3.66 580 5.75 914 9.06 1,952 19.35 5,727 56.78 545 5.40
15 Jawa Timur 31,818 703 2.21 3,159 9.93 4,822 15.15 7,385 23.21 12,270 38.56 3,479 10.93
16 Banten 6,364 216 3.39 538 8.45 1,158 18.20 1,813 28.49 2,158 33.91 481 7.56
17 Bali 5,024 203 4.04 605 12.04 697 13.87 1,134 22.57 1,916 38.14 469 9.34
18 Nusa Tenggara Barat 2,194 129 5.88 149 6.79 306 13.95 651 29.67 814 37.10 145 6.61
19 Nusa Tenggara Timur 3,658 51 1.39 294 8.04 368 10.06 714 19.52 1,854 50.68 377 10.31
20 Kalimantan Barat 4,222 56 1.33 196 4.64 447 10.59 820 19.42 2,320 54.95 383 9.07
21 Kalimantan Tengah 1,634 86 5.26 158 9.67 163 9.98 404 24.72 629 38.49 194 11.87
22 Kalimantan Selatan 3,850 146 3.79 326 8.47 473 12.29 786 20.42 1,401 36.39 718 18.65
23 Kalimantan Timur 4,675 223 4.77 440 9.41 639 13.67 1,149 24.58 1,892 40.47 332 7.10

424
24 Sulawesi Utara 4,306 59 1.37 209 4.85 436 10.13 1,117 25.94 2,040 47.38 445 10.33
25 Sulawesi Tengah 2,776 50 1.80 276 9.94 357 12.86 688 24.78 1,183 42.62 222 8.00
26 Sulawesi Selatan 9,795 535 5.46 975 9.95 1,248 12.74 2,340 23.89 3,814 38.94 883 9.01
27 Sulawesi Tenggara 1,887 51 2.70 129 6.84 188 9.96 516 27.34 829 43.93 174 9.22
28 Gorontalo 1,000 11 1.10 135 13.50 94 9.40 203 20.30 505 50.50 52 5.20
29 Sulawesi Barat 710 29 4.08 55 7.75 67 9.44 236 33.24 291 40.99 32 4.51
30 Maluku 2,194 56 2.55 125 5.70 257 11.71 695 31.68 1,015 46.26 46 2.10
31 Maluku Utara 1,189 62 5.21 76 6.39 153 12.87 331 27.84 514 43.23 53 4.46
32 Papua Barat 1,175 38 3.23 44 3.74 167 14.21 486 41.36 380 32.34 60 5.11
33 Papua 2,882 59 2.05 146 5.07 300 10.41 1,179 40.91 1,022 35.46 176 6.11
Indonesia 231,432 8,413 3.64 20,993 9.07 33,057 14.28 57,651 24.91 93,019 40.19 18,299 7.91
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
* Total tempat tidur mencakup VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, Tempat tidur perawatan lainnya
** Tempat tidur perawatan lainnya mencakup ICU, PICU, NICU, HCU, ICCU, Tempat tidur bayi baru lahir, dan tempat tidur ruang isolasi
Lampiran 5.9

JUMLAH SARANA PRODUKSI


BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2012

Industri Farmasi Industri Obat Usaha Kecil Obat Produksi Alat Produksi Perbekalan Kesehatan Industri Kosmetika
No Provinsi Tradisional (IOT) Tradisional (UKOT) Kesehatan dan Rumah Tangga (PKRT)

2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)

1 Aceh 0 0 0 0 0 0 19 10 10 0 0 1 1 2 1 5 0 0

2 Sumatera Utara 9 9 9 2 2 2 98 102 94 9 9 14 32 33 32 56 52 47

3 Sumatera Barat 1 1 1 0 0 0 15 21 21 0 0 1 1 0 0 16 2 12

4 Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 Jambi 0 0 0 0 0 0 4 3 3 0 0 0 2 0 0 1 1 1

6 Sumatera Selatan 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 0 0 2 0 0

7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

8 Lampung 0 0 0 0 0 0 2 4 4 0 0 0 3 0 0 1 4 4

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 5 1 0 1 0 0 0

11 DKI Jakarta 46 45 50 9 10 11 173 176 179 35 35 56 62 62 68 46 53 67

12 Jawa Barat 95 87 94 37 42 46 191 207 206 80 114 79 194 266 277 115 135 151

13 Jawa Tengah 23 22 23 14 15 12 281 289 285 23 11 17 40 22 24 38 38 45

14 DI Yogyakarta 1 1 2 0 0 0 61 64 64 6 7 7 5 3 8 0 8 10

15 Jawa Timur 45 45 46 15 15 15 136 136 229 25 27 28 46 44 95 113 113 125

16 Banten 30 1 13 20 19 19 57 64 25 19 23 25 86 71 73 100 109 54

17 Bali 0 0 0 0 1 1 18 16 14 0 0 0 0 0 0 12 12 21

18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 1 11 9 9 2 2 2 0 0 0 0 0 0

425
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 13 13 14 0 1 1 0 0 0 1 0 1

21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0

22 Kalimantan Selatan 0 0 0 1 1 1 26 26 7 0 0 0 3 0 0 20 21 21

23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 15 15 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 9 9 8 0 0 0 1 1 0 0 0 0

25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 Sulawesi Selatan 0 0 0 0 2 2 9 26 26 0 0 0 1 4 0 0 5 5

27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0

29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

30 Maluku 0 0 0 0 0 0 11 12 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0

31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL 251 212 239 98 107 110 1,152 1,205 1,229 204 234 237 481 509 580 526 553 564
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.10

JUMLAH SARANA DISTRIBUSI


BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2011

Pedagang Besar Apotek Toko Obat Penyalur


No Provinsi Farmasi Alat Kesehatan (PAK)

2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

1 Aceh 62 70 67 254 168 250 596 637 495 0 3 11

2 Sumatera Utara 107 115 116 971 971 977 805 805 114 15 16 29

3 Sumatera Barat 49 51 49 419 464 422 360 305 319 0 1 4

4 Riau 89 91 89 452 117 442 434 325 187 3 3 9

5 Jambi 54 34 35 206 218 231 161 161 176 0 0 1

6 Sumatera Selatan 98 98 98 309 355 410 136 147 140 4 9 16

7 Bengkulu 20 22 18 140 155 190 76 78 58 0 0 4

8 Lampung 54 56 55 321 350 412 79 46 77 1 2 8

9 Kepulauan Bangka Belitung 14 15 3 91 105 124 103 98 53 2 0 2

10 Kepulauan Riau 34 37 34 154 182 190 341 207 218 2 2 8

11 DKI Jakarta 357 372 404 1,862 1,987 2,143 544 544 605 715 880 950

12 Jawa Barat 362 446 513 2,420 3,207 2,959 1,281 1,281 1,038 92 141 163

13 Jawa Tengah 327 337 333 2,514 1,819 1,657 381 381 381 25 38 93

14 DI Yogyakarta 43 51 48 418 471 523 47 47 46 6 8 15

15 Jawa Timur 492 224 341 2,418 2,422 2,380 298 297 307 40 59 131

16 Banten 89 82 96 561 349 719 111 111 175 49 62 75

17 Bali 73 74 77 466 525 571 203 206 226 4 10 23

18 Nusa Tenggara Barat 39 40 30 207 253 208 116 158 67 0 2 13

19 Nusa Tenggara Timur 39 33 37 157 154 178 141 125 121 0 0 3

426
20 Kalimantan Barat 54 54 48 163 28 74 327 111 41 1 2 18

21 Kalimantan Tengah 14 15 14 157 162 160 128 127 127 0 0 0

22 Kalimantan Selatan 55 53 46 227 260 272 426 790 790 0 3 12

23 Kalimantan Timur 47 51 45 392 425 450 233 237 236 1 2 5

24 Sulawesi Utara 47 47 47 165 123 185 101 57 102 0 1 4

25 Sulawesi Tengah 25 27 28 178 217 215 161 181 134 0 0 1

26 Sulawesi Selatan 118 90 94 319 411 404 366 377 377 3 4 27

27 Sulawesi Tenggara 16 16 12 150 175 209 106 113 127 0 0 1

28 Gorontalo 7 8 7 74 78 89 53 37 36 0 0 0

29 Sulawesi Barat 1 0 1 60 60 46 45 45 45 0 0 0

30 Maluku 13 16 15 86 106 80 95 112 112 0 1 1

31 Maluku Utara 0 9 7 31 86 97 21 23 18 0 0 3

32 Papua Barat 13 14 10 96 122 122 52 52 52 0 0 0

33 Papua 43 47 43 165 210 224 21 26 40 0 0 0


TOTAL 2,855 2,695 2,860 16,603 16,735 17,613 8,348 8,247 7,040 963 1,249 1,630
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.11

JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Persentase
RW, Desa dan Rasio Posyandu Rasio Kader/Toma
RW, Desa dan Poskesdes yang Kader / Toma / Toga
No Provinsi Desa Kelurahan Desa dan Kelurahan Kelurahan Siaga Posyandu terhadap Terlatih terhadap
Kelurahan Siaga Beroperasi Terlatih
Aktif Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan
Aktif (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Aceh 6.321 108 6.429 578 9,0 2.186 7.385 4.500 1,15 0,70
2 Sumatera Utara 5.025 662 5.687 2.956 52,0 3.795 15.303 3.548 2,69 0,62
3 Sumatera Barat 711 303 1.014 1.014 100,0 2.421 7.101 20.813 7,00 20,53
4 Riau 1.426 203 1.629 854 52,4 1.142 5.037 17.918 3,09 11,00
5 Jambi 1.253 153 1.406 972 69,1 900 3.218 2.122 2,29 1,51
6 Sumatera Selatan 2.755 371 3.126 2.715 86,9 2.444 6.352 7.487 2,03 2,40
7 Bengkulu 1.300 148 1.448 1.342 92,7 1.531 1.859 4.010 1,28 2,77
8 Lampung 2.249 174 2.423 1.331 54,9 1.438 2.595 7.488 1,07 3,09
9 Kepulauan Bangka Belitung 300 61 361 296 82,0 294 992 714 2,75 1,98
10 Kepulauan Riau 218 133 351 351 100,0 196 1.128 1.593 3,21 4,54
11 DKI Jakarta - 267 267 2.006 96,7 1.176 4.241 12.393 15,88 46,42
12 Jawa Barat 5.227 636 5.863 5.532 94,4 5.456 48.649 37.622 8,30 6,42
13 Jawa Tengah 7.820 769 8.589 8.577 99,9 7.605 48.789 139.239 5,68 16,21
14 DI Yogyakarta 392 46 438 408 93,2 421 5.680 1.314 12,97 3,00
15 Jawa Timur 7.741 782 8.523 7.968 93,5 8.554 45.882 4.086 5,38 0,48

427
16 Banten 1.273 262 1.535 1.331 86,7 517 10.640 33.308 6,93 21,70
17 Bali 634 80 714 698 97,8 482 4.760 780 6,67 1,09
18 Nusa Tenggara Barat 826 136 962 955 99,3 778 5.781 2.664 6,01 2,77
19 Nusa Tenggara Timur 2.612 313 2.925 502 17,2 612 8.573 600 2,93 0,21
20 Kalimantan Barat 1.869 89 1.958 1.069 54,6 1.316 4.281 360 2,19 0,18
21 Kalimantan Tengah 1.339 130 1.469 629 42,8 506 2.236 1.170 1,52 0,80
22 Kalimantan Selatan 1.842 142 1.984 1.868 94,2 1.683 3.714 12.018 1,87 6,06
23 Kalimantan Timur 1.245 215 1.460 948 64,9 644 4.566 4.575 3,13 3,13
24 Sulawesi Utara 1.307 327 1.634 689 42,2 1.034 2.066 4.515 1,26 2,76
25 Sulawesi Tengah 1.593 147 1.740 989 56,8 1.148 3.223 7.599 1,85 4,37
26 Sulawesi Selatan 2.187 768 2.955 2.605 88,2 2.795 9.377 30.748 3,17 10,41
27 Sulawesi Tenggara 1.626 345 1.971 261 13,2 1.049 2.781 1.968 1,41 1,00
28 Gorontalo 628 72 700 511 73,0 294 1.302 612 1,86 0,87
29 Sulawesi Barat 507 63 570 131 23,0 105 1.441 660 2,53 1,16
30 Maluku 869 33 902 808 89,6 598 1.926 1.880 2,14 2,08
31 Maluku Utara 950 112 1.062 859 80,9 243 1.401 100 1,32 0,09
32 Papua Barat 1.295 78 1.373 31 2,3 70 1.122 360 0,82 0,26
33 Papua 3.909 88 3.997 1.020 25,5 709 2.991 12.970 0,75 3
Indonesia 69.249 8.216 77.465 52.804 68,2 54.142 276.392 381.734 3,57 4,93
Sumber : Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
Jumlah desa siaga aktif di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW siaga AKTIF dan jumlah desa siaga aktif di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah desa siaga aktif ditambah nagari siaga aktif
Update 20 Maret 2013
Lampiran 5.12

JUMLAH RW, DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF SERTA POSYANDU


MENURUT PROVINSI DAN TINGKATAN (STRATA) DI INDONESIA TAHUN 2012

RW, Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Posyandu


No Provinsi Pratama Madya Purnama Mandiri Jumlah Pratama Madya Purnama Mandiri Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Aceh 578 0 0 0 578 1,826 4,170 1,226 163 7,385


2 Sumatera Utara 2,956 0 0 0 2,956 2,761 6,661 4,293 1,588 15,303
3 Sumatera Barat 200 354 350 110 1,014 344 2,775 3,005 977 7,101
4 Riau 381 320 126 27 854 1,037 1,904 1,553 543 5,037
5 Jambi 621 234 61 56 972 500 1,422 1,039 257 3,218
6 Sumatera Selatan 1,621 777 50 267 2,715 761 2,149 3,018 424 6,352
7 Bengkulu 925 329 83 5 1,342 742 716 326 75 1,859
8 Lampung 1,331 0 0 0 1,331 133 751 1,370 341 2,595
9 Kepulauan Bangka Belitung 296 0 0 0 296 71 376 418 127 992
10 Kepulauan Riau 264 58 17 12 351 230 518 298 82 1,128
11 DKI Jakarta 433 565 577 431 2,006 56 530 1,649 2,006 4,241
12 Jawa Barat 5,532 0 0 0 5,532 13,174 21,918 11,167 2,390 48,649
13 Jawa Tengah 3,492 3,304 1,348 433 8,577 7,367 15,667 17,184 8,571 48,789
14 DI Yogyakarta 212 133 56 7 408 250 1,165 2,781 1,484 5,680
15 Jawa Timur 4,674 2,519 689 86 7,968 2,460 15,412 25,771 2,239 45,882
16 Banten 974 350 7 0 1,331 2,768 5,298 2,094 480 10,640
17 Bali 698 0 0 0 698 123 1,643 2,658 336 4,760

428
18 Nusa Tenggara Barat 607 203 80 65 955 2,040 2,374 1,211 156 5,781
19 Nusa Tenggara Timur 502 0 0 0 502 8,573 0 0 0 8,573
20 Kalimantan Barat 1,063 6 0 0 1,069 1,322 2,013 863 83 4,281
21 Kalimantan Tengah 629 0 0 0 629 1,021 854 300 61 2,236
22 Kalimantan Selatan 1,549 251 58 10 1,868 1,179 1,669 739 127 3,714
23 Kalimantan Timur 630 159 139 20 948 906 1,702 1,552 406 4,566
24 Sulawesi Utara 368 126 192 3 689 248 882 916 20 2,066
25 Sulawesi Tengah 839 140 7 3 989 1,262 1,354 534 73 3,223
26 Sulawesi Selatan 1,716 609 202 78 2,605 2,070 3,368 3,235 704 9,377
27 Sulawesi Tenggara 210 25 20 6 261 673 958 977 173 2,781
28 Gorontalo 467 37 7 0 511 32 975 286 9 1,302
29 Sulawesi Barat 131 0 0 0 131 1,441 0 0 0 1,441
30 Maluku 780 12 0 16 808 1,009 559 332 26 1,926
31 Maluku Utara 583 197 62 17 859 526 525 309 41 1,401
32 Papua Barat 31 0 0 0 31 1,122 0 0 0 1,122
33 Papua 1,020 0 0 0 1,020 2,560 116 128 187 2,991
Indonesia 36,313 10,708 4,131 1,652 52,804 60,587 100,424 91,232 24,149 276,392
Sumber : Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
Jumlah desa siaga di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW siaga dan jumlah desa siaga di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah desa siaga ditambah nagari siaga
Lampiran 5.13

LAYANAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (TRM)


MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

Jumlah Layanan Total


No Provinsi Puskesmas Rumah Sakit Lapas/Rutan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Aceh 0 0 0 0
2 Sumatera Utara 1 2 1 4
3 Sumatera Barat 0 1 0 1
4 Riau 0 1 0 1
5 Jambi 0 1 0 1
6 Sumatera Selatan 1 1 0 2
7 Bengkulu 0 0 0 0
8 Lampung 0 1 0 1
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 1 0 1
11 DKI Jakarta 12 2 4 18
12 Jawa Barat 4 6 2 12
13 Jawa Tengah 3 3 0 6

429
14 DI Yogyakarta 3 2 0 5
15 Jawa Timur 5 4 0 9
16 Banten 4 2 1 7
17 Bali 4 1 1 6
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 0 3 0 3
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 0 1 0 1
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 3 2 0 5
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0
Indonesia 40 34 9 83
Sumber: Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.14

LAYANAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)


MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

Jumlah Layanan Total


No Provinsi Puskesmas Rumah Sakit Klinik
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 1 1 0 2
2 Sumatera Utara 0 2 0 2
3 Sumatera Barat 0 1 0 1
4 Riau 0 1 0 1
5 Jambi 0 1 0 1
6 Sumatera Selatan 0 2 0 2
7 Bengkulu 0 1 0 1
8 Lampung 0 2 0 2
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 3 0 3
10 Kepulauan Riau 0 3 0 3
11 DKI Jakarta 1 6 0 7
12 Jawa Barat 0 6 0 6
13 Jawa Tengah 0 5 0 5
14 DI Yogyakarta 0 1 0 1
15 Jawa Timur 0 13 0 13
16 Banten 0 3 0 3
17 Bali 0 6 0 6
18 Nusa Tenggara Barat 0 2 0 2
19 Nusa Tenggara Timur 0 2 1 3
20 Kalimantan Barat 0 2 0 2
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 1 0 1
23 Kalimantan Timur 0 3 0 3
24 Sulawesi Utara 0 3 0 3
25 Sulawesi Tengah 0 1 0 1
26 Sulawesi Selatan 0 3 0 3
27 Sulawesi Tenggara 0 1 0 1
28 Gorontalo 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 1 0 1
30 Maluku 1 2 0 3
31 Maluku Utara 0 2 1 3
32 Papua Barat 2 1 0 3
33 Papua 8 9 1 18
Indonesia 13 90 3 106
Sumber: Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2013

430
Lampiran 5.15

JUMLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)


MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012

Kesehatan
Keperawatan Kefarmasian Masyarakat Gizi Keterapian Fisik Keteknisian Medis

No Poltekkes Total

Gizi
stik

Gigi
Analis

Terapi
Teknik
Teknik

Terapi
Ortotik

Wicara

Farmasi
Okupasi
Prostetik

Kesehatan
Fisioterapi

Kebidanan
Perekam &

Kesehatan
Kesehatan

Teknik Gigi

Akupunktur
Informatika

Lingkungan

Keperawatan
Keperawatan
Radiodiagno

Elektromedik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (19) (20)

1 Aceh 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
2 Medan 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
3 Padang 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
4 Riau 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
5 Jambi 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
6 Palembang 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
7 Bengkulu 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
8 Tanjung Karang 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
9 Tanjung Pinang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Pangkal Pinang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Jakarta I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
12 Jakarta II 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 4
13 Jakarta III 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3
14 Bandung 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6

431
15 Tasikmalaya 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
16 Semarang 2 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 8
17 Surakarta 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 7
18 DI Yogyakarta 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
19 Surabaya 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6
20 Malang 2 3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
21 Banten 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 Denpasar 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
23 Mataram 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
24 Kupang 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
25 Pontianak 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
26 Palangkaraya 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
27 Banjarmasin 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
28 Kalimantan Timur 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
29 Manado 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
30 Palu 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
31 Makassar 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8
32 Kendari 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
33 Gorontalo 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
34 Mamuju 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
36 Ternate 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
37 Jayapura 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
38 Sorong 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Total 33 36 9 1 13 19 3 1 1 1 9 2 2 0 2 0 132
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.16

JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)


MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2012

Jurusan / Program Studi


Keperawatan Kefarmasian Kesmas Gizi Keterapian Fisik Keteknisian Medis
Total
No Poltekkes

Gizi

Gigi
Jamu
Analis
Teknik

Teknik
Ortotik

Farmasi
Perekam

Prostetik
Informasi

Kesehatan
Kesehatan
Fisioterapi
Kesehatan
Kesehatan

Kebidanan
& Makanan
Teknik Gigi

Akupunktur

Lingkungan

Keperawatan
Elektromedik

Terapi Wicara

Analis Farmasi
Okupasi Terapi
Radiodiagnosti
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
1 Aceh 3 3 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
2 Medan 1 3 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9
3 Padang 2 2 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
4 Riau 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
5 Jambi 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
6 Palembang 3 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8
7 Bengkulu 2 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 7
8 Tanjung Karang 2 2 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 10
9 Tanjung Pinang 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
10 Pangkal Pinang 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
11 Jakarta I 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4
12 Jakarta II 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 7
13 Jakarta III 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
14 Bandung 2 3 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 10
15 Tasikmalaya 2 2 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 10
16 Semarang 5 4 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 2 0 0 1 16
17 Surakarta 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 8
18 DI Yogyakarta 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6

432
19 Surabaya 4 3 1 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 13
20 Malang 3 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8
21 Banten 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3
22 Denpasar 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
23 Mataram 2 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
24 Kupang 3 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9
25 Pontianak 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
26 Palangkaraya 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
27 Banjarmasin 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
28 Kalimantan Timur 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4
29 Manado 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 7
30 Palu 2 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
31 Makassar 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9
32 Kendari 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4
33 Gorontalo 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
34 Mamuju 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
35 Maluku 3 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8
36 Ternate 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
37 Jayapura 7 4 0 1 0 0 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 16
38 Sorong 3 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
Jumlah 71 62 18 10 1 1 26 32 2 1 1 1 23 2 3 2 2 4 262
% 27,1 23,7 6,9 3,8 0,4 0,4 9,9 12,2 0,8 0,4 0,4 0,4 8,8 0,8 1,1 0,8 0,8 1,5 100,0
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.17

JUMLAH INSTITUSI NON POLITEKNIK KESEHATAN (NON-POLTEKKES) JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT)
MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2012

Keperawatan Kefarmasian Kesmas Gizi Keterapian Fisik Keteknisian Medis


Jumlah

Kardiovaskuler
AKUPUNTUR
AKAFARMA

D-I PTTD
APIKES
AKFAR
AKPER

AKBID

AKFIS

ATRO

ATEM
AKZI

ARO
ATW
AKG

AAK
ATG
AKL

D-III

D-III
No Provinsi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)

1 Aceh 15 33 0 0 2 1 0 2 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 57

2 Sumatera Utara 42 57 0 3 2 0 0 2 0 0 0 2 1 1 0 1 0 0 111

3 Sumatera Barat 13 11 0 1 3 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 33

4 Riau 7 22 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 35

5 Jambi 6 6 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 14

6 Sumatera Selatan 12 20 0 0 2 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 38

7 Bengkulu 4 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9

8 Lampung 5 10 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 17

9 Kepulauan Bangka Belitung 2 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7

10 Kepulauan Riau 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5

11 DKI Jakarta 32 20 1 0 4 1 2 2 1 0 2 0 1 3 2 1 1 0 73

12 Jawa Barat 12 11 0 0 3 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 30

13 Jawa Tengah 45 56 0 3 12 3 2 4 0 0 0 4 1 2 6 2 0 0 140

14 DI Yogyakarta 2 1 0 2 1 0 0 0 0 0 1 1 0 2 1 1 0 12

15 Jawa Timur 22 22 0 3 4 0 1 2 0 2 0 1 4 1 2 0 0 64

16 Banten 4 10 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15

17 Bali 1 6 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9

18 Nusa Tenggara Barat 2 9 1 0 2 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 18

19 Nusa Tenggara Timur 5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6

20 Kalimantan Barat 6 6 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13

21 Kalimantan Tengah 3 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 7

22 Kalimantan Selatan 6 8 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 18

23 Kalimantan Timur 6 7 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15

24 Sulawesi Utara 5 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9

25 Sulawesi Tengah 4 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7

26 Sulawesi Selatan 17 13 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 33

27 Sulawesi Tenggara 5 6 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 15

28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 Sulawesi Barat 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3

30 Maluku 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

31 Maluku Utara 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

33 Papua 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4

Jumlah Institusi Non-Poltekkes 288 356 4 12 52 11 6 17 1 2 3 19 14 7 18 8 2 0 820

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013


Keterangan :
Institusi Non-Poltekkes Jenjang Pendidikan Menengah (JPM) pada tahun 2012 tidak menjadi binaan BPPSDM Kesehatan

433
Lampiran 5.18

JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT)


MENURUT STATUS KEPEMILIKAN TAHUN 2012

No Institusi Diknakes Non-Poltekkes Pemda TNI / Polri Swasta Jumlah


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A KEPERAWATAN
1 Akademi Keperawatan (AKPER) 53 23 212 288
2 Akademi Kebidanan (AKBID) 12 1 343 356
3 Akademi Kesehatan Gigi (AKG) 0 1 3 4
Sub Total 65 25 558 648
B KEFARMASIAN
1 Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) 0 0 12 12
2 Akademi Farmasi (AKFAR) 2 1 49 52
Sub Total 2 1 61 64
C KESEHATAN MASYARAKAT
1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) 1 0 10 11
Sub Total 1 0 10 11
D GIZI
1 Akademi Gizi (AKZI) 1 0 5 6
Sub Total 1 0 5 6
E KETERAPIAN FISIK
1 Akademi Fisioterapi (AKFIS) 0 0 17 17
2 Akademi Terapi Wicara (ATW) 0 0 1 1
3 Akademi Akupunktur 0 0 2 2
Sub Total 0 0 20 20
F KETEKNISIAN MEDIS

434
1 Akademi Analis Kesehatan (AAK) 2 0 17 19
2 Akademi Tekniker Gigi (ATG) 0 1 2 3
3 D-I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD) 0 0 2 2
4 Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) 0 0 14 14
5 Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES) 0 0 18 18
6 Akademi Teknik Elektromedik (ATEM) 0 1 7 8
7 Akademi Refraksionis Optisi (ARO) 0 0 7 7
Sub Total 2 2 67 71
Total 71 28 721 820
% 8.7 3.4 87.9 100.0
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Institusi Non-Poltekkes Jenjang Pendidikan Menengah (JPM) pada tahun 2012 tidak menjadi binaan BPPSDM Kesehatan
Lampiran 5.19

REKAPITULASI PESERTA DIDIK DIPLOMA III POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2012/2013

No Institusi Poltekkes Peserta Didik Poltekkes Jumlah


Tingkat I Tingkat II Tingkat III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A KEPERAWATAN
1 Akademi Keperawatan (AKPER) 8,400 7,339 7,192 22,931
2 Akademi Kebidanan (AKBID) 5,975 5,541 5,443 16,959
3 Akademi Kesehatan Gigi (AKG) 1,650 1,635 1,635 4,920
Sub Total 16,025 14,515 14,270 44,810
B KEFARMASIAN
1 Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) 125 80 80 285
2 Akademi Farmasi (AKFAR) 945 680 680 2,305
Sub Total 1,070 760 760 2,590
C KESEHATAN MASYARAKAT
1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) 2,510 2,245 2,245 7,000
Sub Total 2,510 2,245 2,245 7,000

435
D GIZI
1 Akademi Gizi (AKZI) 3,050 2,260 2,260 7,570
Sub Total 3,050 2,260 2,260 7,570
E KETERAPIAN FISIK
1 Akademi Fisioterapi (AKFIS) 310 225 225 760
2 Akademi Okupasi Terapi (AOT) 100 100 100 300
3 Akademi Terapi Wicara (ATW) 100 60 60 220
4 Akademi Akupunktur 100 60 60 220
Sub Total 610 445 445 1,500
F KETEKNISIAN MEDIS
1 Akademi Analis Kesehatan (AAK) 2,010 1,340 1,380 4,730
2 Akademi Tekniker Gigi (ATG) 200 120 120 440
3 Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) 325 295 295 915
4 Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES) 60 60 60 180
5 Akademi Teknik Elektromedik (ATEM) 225 245 245 715
6 Akademi Ortotik Prostetik (AOP) 200 120 120 440
Sub Total 3,020 2,180 2,220 7,420
Total 26,285 22,405 22,200 70,890
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.20

REKAPITULASI PESERTA DIDIK NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT) MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2012/2013

No Institusi Diknakes Non Poltekkes Peserta Didik Non Poltekkes Jumlah


Tingkat I Tingkat II Tingkat III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A KEPERAWATAN
1 Akademi Keperawatan (AKPER) 28.060 33.945 33.363 95.368
2 Akademi Kebidanan (AKBID) 27.775 29.241 27.770 84.786
3 Akademi Kesehatan Gigi (AKG) 180 140 140 460
Sub Total 56.015 63.326 61.273 180.614
B KEFARMASIAN
1 Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) 1.170 1.690 1.690 4.550
2 Akademi Farmasi (AKFAR) 3.985 3.900 3.775 11.660
Sub Total 5.155 5.590 5.465 16.210
C KESEHATAN MASYARAKAT
1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) 955 1.260 1.100 3.315
Sub Total 955 1.260 1.100 3.315
D GIZI
1 Akademi Gizi (AKZI) 650 695 695 2.040
Sub Total 650 695 695 2.040
E KETERAPIAN FISIK

436
1 Akademi Fisioterapi (AKFIS) 1.440 1.300 1.240 3.980
2 Akademi Terapi Wicara (ATW) 100 100 100 300
3 Akademi Akupunktur 160 220 220 600
Sub Total 1.700 1.620 1.560 4.880
F KETEKNISIAN MEDIS
1 Akademi Analis Kesehatan (AAK) 1.525 2.030 1.870 5.425
2 Akademi Tekniker Gigi (ATG) 260 200 200 660
3 D-I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD) 60 160 160 380
4 Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) 760 860 780 2.400
5 Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES) 1.685 1.725 1.685 5.095
6 Akademi Teknik Elektromedik (ATEM) 420 610 600 1.630
7 Akademi Refraksionis Optisi (ARO) 760 640 640 2.040
Sub Total 5.470 6.225 5.935 17.630
Total 69.945 78.716 76.028 224.689
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.21

REKAPITULASI LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES


MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2012

No Institusi Diknakes Poltekkes Non Poltekkes Jumlah


(1) (2) (3) (4) (5)
A KEPERAWATAN
1 Akademi Keperawatan (AKPER) 7,183 26,967 34,150
2 Akademi Kebidanan (AKBID) 5,652 15,735 21,387
3 Akademi Kesehatan Gigi (AKG) 1,641 40 1,681
Sub Total 14,476 42,742 57,218
B KEFARMASIAN
1 Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) 125 1,189 1,314
2 Akademi Farmasi (AKFAR) 885 2,501 3,386
Sub Total 1,010 3,690 4,700
C KESEHATAN MASYARAKAT
1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) 2,089 795 2,884
Sub Total 2,089 795 2,884
D GIZI
1 Akademi Gizi (AKZI) 2,068 490 2,558

437
Sub Total 2,068 490 2,558
E KETERAPIAN FISIK
1 Akademi Fisioterapi (AKFIS) 123 978 1,101
2 Akademi Okupasi Terapi (AOT) 52 0 52
3 Akademi Terapi Wicara (ATW) 36 32 68
4 Akademi Akupunktur 33 101 134
Sub Total 244 1,111 1,355
F KETEKNISIAN MEDIS
1 Akademi Analis Kesehatan (AAK) 1,125 1,629 2,754
2 Akademi Tekniker Gigi (ATG) 92 110 202
3 D-I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD) 0 130 130
4 Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO 285 669 954
5 Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES) 0 1,136 1,136
6 Akademi Teknik Elektromedik (ATEM) 225 510 735
7 Akademi Refraksionis Optisi (ARO) 0 590 590
8 Akademi Ortotik Prostetik (AOP) 16 0 16
Sub Total 1,743 4,774 6,517
Total 21,630 53,602 75,232
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.22

JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES


MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN 2012/2013

Jurusan / Program Studi

No Poltekkes Kesehatan Kesehatan Analisis Teknik Teknik Okupasi Ortotik Terapi


Keperawatan Kebidanan Gizi Farmasi Teknik Gigi AKAFARMA Fisioterapi Akupunktur Jumlah
Lingkungan Gigi Kesehatan Elektromedik Diagnostik Terapi Prostetik Wicara

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

1 Banda Aceh 325 220 100 100 100 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 905


2 Medan 125 325 100 100 80 100 90 0 0 0 0 0 0 0 0 0 920
3 Padang 225 225 125 58 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 693
4 Pekanbaru 60 100 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 220
5 Jambi 125 100 100 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 425
6 Bengkulu 223 171 100 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 574
7 Palembang 241 217 0 56 106 100 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 820
8 Tanjung Karang 161 120 100 50 40 40 80 0 0 40 0 0 0 0 0 0 631
9 Jakarta I 125 100 0 0 125 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 350
10 Jakarta II 0 0 127 95 0 125 0 100 100 52 125 0 0 0 0 0 724
11 Jakarta III 375 250 0 0 0 0 125 0 0 0 0 0 0 0 0 0 750
12 Bandung 204 462 125 77 125 125 125 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,243
13 Tasikmalaya 200 200 0 0 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 480
14 Semarang 575 310 125 125 125 0 0 0 185 0 0 0 0 0 0 0 1,445
15 Surakarta 114 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 73 52 16 36 33 424
16 Yogyakarta 125 100 125 125 125 0 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 680
17 Malang 271 287 0 99 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 657
18 Surabaya 275 325 225 0 125 0 125 125 0 0 0 0 0 0 0 0 1,200
19 Denpasar 125 159 125 100 100 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 649

438
20 Mataram 200 90 0 50 0 0 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 390
21 Kupang 292 100 50 30 12 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 584
22 Pontianak 60 160 50 40 60 0 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 420
23 Palangkaraya 75 113 0 37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 225
24 Banjarmasin 125 79 125 125 100 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 654
25 Samarinda 80 100 0 0 0 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 240
26 Manado 152 125 51 48 78 95 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 549
27 Palu 225 116 61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 402
28 Makassar 160 100 75 125 100 100 100 0 0 0 0 50 0 0 0 0 810
29 Kendari 150 150 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 400
30 Ambon 345 100 100 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 625
31 Ternate 172 176 0 52 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 400
32 Gorontalo 50 140 0 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 240
33 Jayapura 767 100 65 65 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 997
34 Pangkal Pinang 60 60 0 40 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 200
35 Banten 116 58 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 174
36 Mamuju 45 54 35 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 175
37 Sorong 235 60 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 355
Jumlah 7,183 5,652 2,089 2,068 1,641 885 1,125 225 285 92 125 123 52 16 36 33 21,630
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.23

JUMLAH LULUSAN DIKNAKES NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT)


MENURUT PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN 2012/2013

Keperawatan Kefarmasian Kesmas Gizi Keterapian Fisik Keteknisian Medis


No Provinsi Jumlah
AKPER AKBID AKG AKAFARMA AKFAR AKL AKZI AKFIS ATW Akupunktur ATG AAK ATRO ARO APIKES ATEM PTTD

(1) (2) (5) (6) (7) (9) (10) (11) (12) (14) (14) (15) (17) (18) (19) (20) (21) (23) (23) (26)

1 Aceh 610 440 0 60 80 60 0 100 0 0 0 80 80 0 60 50 0 1,620

2 Sumatera Utara 3,360 1,971 0 170 60 80 0 127 0 0 0 120 80 80 80 0 6,128

3 Sumatera Barat 1,160 560 0 80 260 0 80 60 0 0 0 78 0 100 160 0 0 2,538

4 Riau 482 1,331 0 0 50 0 0 15 0 0 0 100 0 0 20 0 0 1,998

5 Jambi 60 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 120

6 Sumatera Selatan 761 296 0 0 50 0 0 0 0 0 0 47 0 0 0 0 0 1,154

7 Bengkulu 941 1,254 0 0 84 50 0 100 0 0 0 0 0 0 80 0 0 2,509

8 Lampung 237 49 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 386

9 Kepulauan Bangka Belitung 488 428 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 92 0 0 0 0 1,108

10 Kepulauan Riau 98 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 158

11 DKI Jakarta 2,609 1,280 0 130 160 0 50 132 32 0 50 0 84 130 100 60 70 4,887

12 Jawa Barat 985 686 0 50 0 0 33 0 0 0 180 15 0 16 0 1,965

13 Jawa Tengah 3,992 2,166 0 360 500 262 200 160 0 0 0 360 80 180 460 180 0 8,900

14 DI Yogyakarta 400 480 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 880

15 Jawa Timur 718 120 0 60 60 60 0 0 0 0 39 59 0 60 60 60 1,296

16 Banten 3,925 1,141 0 229 179 60 160 160 0 101 60 385 0 100 80 0 0 6,580

17 Bali 100 260 0 0 80 0 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 0 500

18 Nusa Tenggara Barat 345 180 40 0 80 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 745

19 Nusa Tenggara Timur 260 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 260

20 Kalimantan Barat 604 335 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,039

21 Kalimantan Tengah 342 120 0 0 60 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 0 0 582

439
22 Kalimantan Selatan 550 463 0 0 120 0 0 0 0 0 0 60 59 0 0 0 0 1,252

23 Kalimantan Timur 497 481 0 0 48 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,076

24 Sulawesi Utara 408 0 0 0 0 0 0 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 449

25 Sulawesi Tengah 524 0 0 0 180 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 704

26 Sulawesi Selatan 2,016 1,514 0 0 100 37 0 50 0 0 0 60 60 0 100 80 0 4,017

27 Sulawesi Tenggara 395 0 0 0 40 36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 471

28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 Maluku 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80

30 Maluku Utara 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 60

31 Papua 20 0 0 0 60 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 0 0 140

Jumlah 26,967 15,735 40 1,189 2,501 795 490 978 32 101 110 1,629 669 590 1,136 510 130 53,602

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013


Lampiran 5.24

REKAPITULASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN


MENURUT JENIS TENAGA DAN PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Tenaga Kesehatan


No Provinsi Tenaga Non Total SDM
Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Farmasi Lainnya Jumlah Kesehatan Kesehatan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Aceh 563 1,319 279 8,924 8,919 1,219 6,378 27,601 4,301 31,902

2 Sumatera Utara 1,931 2,920 865 13,644 12,894 1,605 5,856 39,715 5,578 45,293

3 Sumatera Barat 497 1,037 377 5,908 4,345 876 3,810 16,850 2,646 19,496

4 Riau 733 1,074 358 6,038 4,208 867 2,588 15,866 3,092 18,958

5 Jambi 387 655 173 4,697 3,139 681 2,442 12,174 2,591 14,765

6 Sumatera Selatan 908 972 186 7,371 4,380 1,013 4,755 19,585 4,669 24,254

7 Bengkulu 90 442 113 3,343 2,527 673 2,603 9,791 1,741 11,532

8 Lampung 225 812 249 4,482 3,273 412 2,284 11,737 1,493 13,230

9 Kepulauan Bangka Belitung 49 254 51 2,001 764 195 775 4,089 1,189 5,278

10 Kepulauan Riau 184 550 149 3,688 1,173 257 819 6,820 1,203 8,023

11 DKI Jakarta 4,339 2,382 1,211 13,667 2,165 1,775 2,278 27,817 11,061 38,878

12 Jawa Barat 3,503 3,804 1,535 22,003 11,578 2,387 6,253 51,063 15,738 66,801

13 Jawa Tengah 3,529 4,786 1,205 21,728 15,494 3,801 9,732 60,275 22,136 82,411

14 DI Yogyakarta 1,231 1,289 431 5,114 1,539 1,689 1,947 13,240 5,840 19,080

15 Jawa Timur 4,258 4,117 1,591 27,152 14,547 4,335 8,549 64,549 25,834 90,383

16 Banten 1,058 1,146 525 5,694 3,099 664 1,979 14,165 3,279 17,444

17 Bali 925 929 263 4,609 2,038 524 2,508 11,796 4,641 16,437

440
18 Nusa Tenggara Barat 153 476 134 3,853 1,891 323 2,163 8,993 2,547 11,540

19 Nusa Tenggara Timur 227 630 153 5,362 2,931 623 2,208 12,134 2,029 14,163

20 Kalimantan Barat 214 567 128 8,442 2,200 484 2,175 14,210 2,314 16,524

21 Kalimantan Tengah 95 462 93 4,548 1,862 417 1,886 9,363 2,023 11,386

22 Kalimantan Selatan 220 714 177 5,273 2,731 1,655 2,649 13,419 2,043 15,462

23 Kalimantan Timur 223 878 308 5,578 2,057 626 2,190 11,860 3,105 14,965

24 Sulawesi Utara 362 923 62 4,904 1,394 525 1,422 9,592 1,395 10,987

25 Sulawesi Tengah 109 470 101 6,131 2,340 583 2,364 12,098 809 12,907

26 Sulawesi Selatan 902 1,278 572 10,454 4,876 1,216 6,370 25,668 2,634 28,302

27 Sulawesi Tenggara 69 414 108 3,677 1,724 464 2,480 8,936 624 9,560

28 Gorontalo 89 249 33 1,222 590 233 1,148 3,564 805 4,369

29 Sulawesi Barat 25 235 100 1,787 922 200 1,238 4,507 380 4,887

30 Maluku 47 334 108 4,460 1,166 138 879 7,132 465 7,597

31 Maluku Utara 38 241 48 2,647 972 204 1,013 5,163 265 5,428

32 Papua Barat 91 312 53 2,225 777 172 571 4,201 349 4,550

33 Papua 59 693 87 4,870 1,761 387 1,592 9,449 993 10,442

Total 27,333 37,364 11,826 235,496 126,276 31,223 97,904 567,422 139,812 707,234
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
98,59% Puskesmas melaporkan data ketenagaannya
Lampiran 5.25

JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI PUSKESMAS


MENURUT JENIS TENAGA DAN PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah Tenaga Kesehatan


No Provinsi Tenaga Non Total SDM
Dokter Dokter Perawat Keterapian Keteknisian Kesehatan Kesehatan
Dokter Gigi Perawat Bidan Farmasi Kesmas Sanitarian Gizi Jumlah
Spesialis Umum Gigi Fisik Medis

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Aceh 1 774 156 4,990 394 7,987 748 1,956 748 484 159 370 18,767 1,257 20,024

2 Sumatera Utara 6 1,459 530 6,873 472 11,228 665 1,096 428 753 47 320 23,877 717 24,594

3 Sumatera Barat 3 585 287 2,590 365 3,838 417 906 305 284 39 370 9,989 707 10,696

4 Riau 6 578 217 2,672 176 3,078 298 492 192 154 3 203 8,069 543 8,612

5 Jambi 0 338 106 2,155 285 2,593 256 447 241 122 15 190 6,748 386 7,134

6 Sumatera Selatan 7 458 93 3,392 308 3,565 341 1,588 468 269 20 292 10,801 794 11,595

7 Bengkulu 0 254 66 1,656 96 2,091 355 636 160 137 2 67 5,520 270 5,790

8 Lampung 4 518 193 3,314 394 3,028 251 726 340 164 0 190 9,122 608 9,730

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 140 38 964 65 617 62 88 64 81 1 68 2,188 349 2,537

10 Kepulauan Riau 7 322 96 1,960 211 813 92 184 71 69 3 65 3,893 364 4,257

11 DKI Jakarta 34 645 484 2,458 235 1,029 245 386 192 144 6 119 5,977 1,181 7,158

12 Jawa Barat 9 1,889 806 8,400 1,251 9,667 602 926 891 795 10 426 25,672 3,910 29,582

13 Jawa Tengah 7 1,931 738 7,216 927 12,714 1,004 1,751 838 906 83 912 29,027 5,618 34,645

14 DI Yogyakarta 1 365 177 863 245 776 165 93 163 165 17 278 3,308 1,265 4,573

441
15 Jawa Timur 31 1,833 945 10,345 980 11,379 1,056 973 835 887 47 664 29,975 8,371 38,346

16 Banten 0 475 273 1,806 203 2,436 174 468 140 217 3 225 6,420 747 7,167

17 Bali 0 320 170 1,058 213 1,296 120 409 213 129 5 90 4,023 512 4,535

18 Nusa Tenggara Barat 0 254 105 2,583 186 1,645 158 348 387 366 8 255 6,295 1,187 7,482

19 Nusa Tenggara Timur 0 370 109 2,999 370 2,361 325 485 491 294 18 187 8,009 692 8,701

20 Kalimantan Barat 3 314 79 5,702 651 1,845 244 543 282 291 3 253 10,210 690 10,900

21 Kalimantan Tengah 2 274 58 2,568 212 1,502 150 370 179 231 0 113 5,659 385 6,044

22 Kalimantan Selatan 3 446 134 2,753 392 2,266 289 795 338 311 3 268 7,998 524 8,522

23 Kalimantan Timur 1 479 209 2,700 151 1,559 248 622 198 176 6 127 6,476 991 7,467

24 Sulawesi Utara 1 479 26 1,852 223 1,025 188 176 276 242 23 2 4,513 209 4,722

25 Sulawesi Tengah 0 244 63 3,643 201 1,880 206 863 359 98 1 49 7,607 364 7,971

26 Sulawesi Selatan 3 690 386 4,752 538 3,874 488 1,907 643 560 38 458 14,337 909 15,246

27 Sulawesi Tenggara 10 265 70 2,234 111 1,387 189 558 341 383 16 79 5,643 227 5,870

28 Gorontalo 0 121 21 655 46 453 138 382 143 132 1 6 2,098 291 2,389

29 Sulawesi Barat 0 153 65 1,164 57 787 90 278 178 156 22 54 3,004 177 3,181

30 Maluku 1 219 91 3,533 93 981 48 257 155 196 7 16 5,597 257 5,854

31 Maluku Utara 0 145 33 1,894 155 801 82 422 70 148 6 27 3,783 123 3,906

32 Papua Barat 2 61 14 1,215 26 530 42 46 79 96 1 10 2,122 48 2,170

33 Papua 3 393 46 2,911 22 1,353 115 165 124 189 2 165 5,488 205 5,693

Total 145 17,791 6,884 105,870 10,254 102,384 9,851 21,342 10,532 9,629 615 6,918 302,215 34,878 337,093
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
98,59% Puskesmas melaporkan data ketenagaannya
Lampiran 5.26

RASIO DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BIDAN TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Rasio Dokter Rasio Dokter Gigi Rasio Perawat Rasio Bidan


No Provinsi Jumlah Puskesmas Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Umum terhadap terhadap terhadap terhadap
Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 330 774 156 4.990 7.987 2,35 0,47 15,12 24,20
2 Sumatera Utara 555 1.459 530 6.873 11.228 2,63 0,95 12,38 20,23
3 Sumatera Barat 260 585 287 2.590 3.838 2,25 1,10 9,96 14,76
4 Riau 207 578 217 2.672 3.078 2,79 1,05 12,91 14,87
5 Jambi 176 338 106 2.155 2.593 1,92 0,60 12,24 14,73
6 Sumatera Selatan 317 458 93 3.392 3.565 1,44 0,29 10,70 11,25
7 Bengkulu 178 254 66 1.656 2.091 1,43 0,37 9,30 11,75
8 Lampung 276 518 193 3.314 3.028 1,88 0,70 12,01 10,97
9 Kepulauan Bangka Belitung 60 140 38 964 617 2,33 0,63 16,07 10,28
10 Kepulauan Riau 69 322 96 1.960 813 4,67 1,39 28,41 11,78
11 DKI Jakarta 340 645 484 2.458 1.029 1,90 1,42 7,23 3,03
12 Jawa Barat 1.046 1.889 806 8.400 9.667 1,81 0,77 8,03 9,24
13 Jawa Tengah 873 1.931 738 7.216 12.714 2,21 0,85 8,27 14,56
14 DI Yogyakarta 121 365 177 863 776 3,02 1,46 7,13 6,41
15 Jawa Timur 960 1.833 945 10.345 11.379 1,91 0,98 10,78 11,85
16 Banten 228 475 273 1.806 2.436 2,08 1,20 7,92 10,68

442
17 Bali 118 320 170 1.058 1.296 2,71 1,44 8,97 10,98
18 Nusa Tenggara Barat 157 254 105 2.583 1.645 1,62 0,67 16,45 10,48
19 Nusa Tenggara Timur 349 370 109 2.999 2.361 1,06 0,31 8,59 6,77
20 Kalimantan Barat 237 314 79 5.702 1.845 1,32 0,33 24,06 7,78
21 Kalimantan Tengah 190 274 58 2.568 1.502 1,44 0,31 13,52 7,91
22 Kalimantan Selatan 226 446 134 2.753 2.266 1,97 0,59 12,18 10,03
23 Kalimantan Timur 217 479 209 2.700 1.559 2,21 0,96 12,44 7,18
24 Sulawesi Utara 177 479 26 1.852 1.025 2,71 0,15 10,46 5,79
25 Sulawesi Tengah 176 244 63 3.643 1.880 1,39 0,36 20,70 10,68
26 Sulawesi Selatan 425 690 386 4.752 3.874 1,62 0,91 11,18 9,12
27 Sulawesi Tenggara 258 265 70 2.234 1.387 1,03 0,27 8,66 5,38
28 Gorontalo 87 121 21 655 453 1,39 0,24 7,53 5,21
29 Sulawesi Barat 91 153 65 1.164 787 1,68 0,71 12,79 8,65
30 Maluku 178 219 91 3.533 981 1,23 0,51 19,85 5,51
31 Maluku Utara 119 145 33 1.894 801 1,22 0,28 15,92 6,73
32 Papua Barat 128 61 14 1.215 530 0,48 0,11 9,49 4,14
33 Papua 381 393 46 2.911 1.353 1,03 0,12 7,64 3,55
Total 9.510 17.791 6.884 105.870 102.384 1,87 0,72 11,13 10,77
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.27

JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI RUMAH SAKIT


ME NUR UT P R OV INS I T AHUN 2012

Jumlah Tenaga Kesehatan


Jumlah Tenaga Total
No Provinsi Rumah Sakit Non Kesehatan SDM Kesehatan
Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Farmasi Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1 Aceh 51 560 482 110 3.259 770 305 1.199 6.685 2.248 8.933

2 Sumatera Utara 174 1.904 1.179 257 5.602 1.398 646 761 11.747 3.245 14.992

3 Sumatera Barat 59 477 390 71 2.593 380 345 1.038 5.294 1.530 6.824

4 Riau 53 727 444 112 3.080 1.081 464 878 6.786 2.107 8.893

5 Jambi 27 370 279 59 2.021 426 277 495 3.927 1.498 5.425

6 Sumatera Selatan 42 900 478 89 3.460 738 588 658 6.911 3.268 10.179

7 Bengkulu 18 89 184 45 1.453 360 241 823 3.195 860 4.055

8 Lampung 46 214 242 38 595 148 74 234 1.545 499 2.044

9 Kepulauan Bangka Belitung 13 47 80 9 690 90 79 199 1.194 489 1.683

10 Kepulauan Riau 25 162 171 45 1.125 256 107 181 2.047 622 2.669

11 DKI Jakarta 142 4.281 1.687 703 10.929 1.126 1.494 1.339 21.559 9.671 31.230

12 Jawa Barat 243 3.455 1.742 688 12.019 1.751 1.637 2.245 23.537 10.249 33.786

13 Jawa Tengah 247 3.381 2.326 360 12.017 1.810 1.322 2.717 23.933 11.892 35.825

443
14 DI Yogyakarta 66 1.050 415 142 3.280 441 386 759 6.473 2.599 9.072

15 Jawa Timur 286 4.212 2.121 592 15.551 2.914 2.900 4.031 32.321 15.438 47.759

16 Banten 73 1.050 533 212 3.520 584 355 575 6.829 2.275 9.104

17 Bali 54 913 532 80 3.246 682 344 1.034 6.831 3.577 10.408

18 Nusa Tenggara Barat 22 147 163 21 877 116 68 258 1.650 607 2.257

19 Nusa Tenggara Timur 41 226 240 37 1.834 495 196 274 3.302 945 4.247

20 Kalimantan Barat 38 210 231 42 1.922 347 208 606 3.566 1.453 5.019

21 Kalimantan Tengah 16 91 156 25 1.647 321 201 476 2.917 1.191 4.108

22 Kalimantan Selatan 29 210 261 41 2.098 453 1.306 706 5.075 1.335 6.410

23 Kalimantan Timur 50 222 328 77 2.601 438 307 445 4.418 1.437 5.855

24 Sulawesi Utara 35 353 330 33 2.556 304 182 406 4.164 864 5.028

25 Sulawesi Tengah 25 107 211 36 2.163 435 327 574 3.853 243 4.096

26 Sulawesi Selatan 76 897 555 173 5.114 973 654 1.981 10.347 1.382 11.729

27 Sulawesi Tenggara 23 59 122 30 1.193 276 201 479 2.360 79 2.439

28 Gorontalo 11 87 120 12 488 127 61 198 1.093 380 1.473

29 Sulawesi Barat 8 25 61 16 492 125 64 152 935 100 1.035

30 Maluku 26 46 106 15 794 177 72 175 1.385 76 1.461

31 Maluku Utara 17 38 88 15 462 162 102 179 1.046 97 1.143

32 Papua Barat 13 65 147 21 556 95 54 100 1.038 158 1.196

33 Papua 34 54 269 36 1.545 310 182 417 2.813 180 2.993

Total 2.083 26.629 16.673 4.242 110.782 20.109 15.749 26.592 220.776 82.594 303.370

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013


Lampiran 5.28

REKAPITULASI DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI DAN DOKTER GIGI SPESIALIS YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012

Dokter Spesialis Dasar Dokter Spesialis Penunjang Dokter Gigi Spesialis Dasar
No Provinsi Total

Anak

Anatomi

Ginekologi
Dokter Gigi

Dokter Umum
Spesialis Lain

Spesialis Anak
Spesialis Bedah
Kedokteran Gigi

dan Maksilofasial

Spesialis Patologi

Spesialis Radiologi
Spesialis Radiologi

Spesialis Ortodonsia

Spesialis Bedah Mulut


Spesialis Periodonsia

Spesialis Obstetri dan


Spesialis Prostodonsia

Spesialis Anestesiologi
Spesialis Patologi Klinik
Spesialis Penyakit Mulut

Spesialis Penyakit Dalam


Spesialis Konservasi Gigi
Spesialis Kedokteran Gigi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)

1 Aceh 2,017 38 40 28 41 13 8 5 5 114 186 2 3 2 1 1 2 1 0 2,507

2 Sumatera Utara 6,374 161 151 116 208 57 29 60 29 460 1,538 10 5 3 27 3 3 1 0 9,235

3 Sumatera Barat 2,266 78 47 44 65 17 5 19 11 174 552 1 1 1 4 1 2 0 0 3,288

4 Riau 2,012 38 52 31 63 15 9 9 6 103 517 2 2 1 3 1 1 0 0 2,865

5 Jambi 758 18 14 18 28 6 4 3 3 41 173 0 0 0 1 1 0 0 0 1,068

6 Sumatera Selatan 1,975 79 76 48 92 15 11 6 19 172 293 2 1 0 4 1 1 0 0 2,795

7 Bengkulu 465 7 8 7 10 2 1 1 2 10 79 0 0 0 1 0 0 0 0 593

8 Lampung 1,361 27 28 30 37 10 10 8 6 55 229 2 0 0 3 1 0 0 0 1,807

9 Kepulauan Bangka Belitung 285 8 8 4 10 2 2 0 0 14 60 1 1 0 0 0 1 0 0 396

10 Kepulauan Riau 591 12 28 11 30 13 5 3 2 38 161 2 0 0 1 2 0 0 0 899

11 DKI Jakarta 14,760 498 595 295 632 285 177 126 63 2,255 4,980 81 139 49 175 83 76 25 1 25,295

12 Jawa Barat 13,885 344 490 248 434 199 147 123 44 1,220 3,579 77 57 17 87 46 59 7 1 21,064

13 Jawa Tengah 8,610 308 258 218 286 157 104 54 28 856 1,552 19 31 5 19 10 9 0 0 12,524

14 DI Yogyakarta 2,673 125 116 81 106 52 40 33 19 305 897 25 36 9 31 11 28 1 0 4,588

15 Jawa Timur 11,439 336 329 244 389 176 173 139 57 1,432 3,561 31 139 33 89 71 62 16 2 18,718

16 Banten 4,136 81 136 54 117 60 28 22 6 321 1,323 13 16 5 14 14 20 2 0 6,368

444
17 Bali 2,732 106 107 84 139 62 19 15 14 268 735 3 4 2 4 3 6 1 1 4,305

18 Nusa Tenggara Barat 627 16 16 9 19 4 5 4 2 32 150 0 0 0 2 0 2 0 0 888

19 Nusa Tenggara Timur 486 14 11 9 10 1 3 4 1 16 125 0 0 0 0 0 0 0 0 680

20 Kalimantan Barat 681 22 18 19 21 7 8 8 2 46 160 2 0 0 0 1 1 0 0 996

21 Kalimantan Tengah 465 16 5 7 9 2 6 4 0 22 86 1 0 0 0 0 1 0 0 624

22 Kalimantan Selatan 940 26 23 17 30 9 5 9 3 65 183 0 2 0 1 0 0 1 0 1,314

23 Kalimantan Timur 1,340 41 38 35 59 21 12 12 6 108 364 4 5 0 5 2 2 0 0 2,054

24 Sulawesi Utara 1,855 46 53 25 45 11 7 2 7 111 73 2 3 0 2 0 1 0 0 2,243

25 Sulawesi Tengah 410 16 10 10 16 4 3 3 1 25 68 1 0 0 0 0 0 0 0 567

26 Sulawesi Selatan 3,386 118 91 86 117 47 52 37 19 345 1,239 7 7 3 6 6 4 0 0 5,570

27 Sulawesi Tenggara 338 9 6 9 16 2 5 4 1 14 121 0 0 0 0 0 1 0 0 526

28 Gorontalo 250 8 5 5 6 0 3 3 0 13 35 1 0 0 0 0 1 0 0 330

29 Sulawesi Barat 108 3 4 3 6 0 0 1 0 4 42 0 0 0 0 0 0 0 0 171

30 Maluku 203 4 4 6 6 0 1 1 0 12 53 0 1 0 0 0 1 0 0 292

31 Maluku Utara 137 6 6 3 4 0 0 2 0 5 28 0 1 0 0 0 0 0 0 192

32 Papua Barat 178 4 8 6 6 0 3 1 0 3 33 0 0 0 0 0 0 0 0 242

33 Papua 566 10 14 15 12 4 3 6 1 16 87 0 0 1 0 0 0 0 0 735

Indonesia 88,309 2,623 2,795 1,825 3,069 # 1,253 888 727 357 # 8,675 23,262 289 454 131 480 258 284 55 5 135,739
Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.29

REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012

No Provinsi PPNI IBI IFI PPGI IROPIN IKATWI PARI IOTI PERSAGI PORMIKI PTGI HAKLI IKATEMI PATELKI IPAI HAKTI IKAFMI IOPI ITTDI Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)

1 Aceh 0 1 469 675 51 1 271 1 727 0 16 101 158 99 29 0 5 3 14 2.621

2 Sumatera Utara 593 1.473 28 50 98 6 238 5 772 0 1 357 16 80 65 0 20 5 9 3.816

3 Sumatera Barat 44 441 154 283 202 8 167 4 770 528 18 38 82 73 86 0 3 2 10 2.913

4 Riau 1.077 6.177 189 220 56 10 126 1 354 0 16 11 27 685 92 0 1 2 11 9.055

5 Jambi 0 126 0 80 1 3 51 0 180 0 7 526 14 80 26 0 1 0 6 1.101

6 Sumatera Selatan 811 301 136 146 150 9 227 8 519 0 2 666 19 379 34 0 2 0 8 3.417

7 Bengkulu 351 0 0 0 11 4 38 0 164 0 3 25 13 31 23 0 1 0 664

8 Lampung 3.518 2.003 77 125 24 6 179 8 279 28 4 706 22 163 72 0 0 0 23 7.237

9 Kepulauan Bangka Belitung 139 1.101 32 102 3 1 64 0 103 0 17 121 18 154 9 0 0 0 2 1.866

10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 24 0 61 10 30 0 5 41 26 52 0 0 0 0 7 256

11 DKI Jakarta 2.033 1.101 459 846 572 92 889 200 787 489 114 482 439 1.701 211 0 30 10 249 10.704

12 Jawa Barat 83 969 527 794 208 84 651 99 1.288 315 34 0 141 2.362 237 0 10 5 116 7.923

13 Jawa Tengah 1.359 702 137 37 585 13 107 179 1.140 882 7 46 270 89 217 0 0 62 51 5.883

14 DI Yogyakarta 782 0 185 408 57 42 234 14 607 351 0 114 58 80 65 0 7 1 160 3.165

445
15 Jawa Timur 0 1.348 118 237 380 6 510 58 116 468 50 764 322 407 153 13 8 97 5.055

16 Banten 0 178 141 0 50 320 207 0 273 52 11 120 49 75 44 0 1 2 57 1.580

17 Bali 1.043 385 0 435 26 1 173 14 426 0 10 13 42 75 89 0 6 1 6 2.745

18 Nusa Tenggara Barat 0 10 0 0 15 0 69 1 628 58 7 10 68 34 0 1 0 11 912

19 Nusa Tenggara Timur 0 0 66 249 20 1 44 0 266 54 1 11 11 89 48 0 0 0 19 879

20 Kalimantan Barat 0 0 71 416 15 1 11 0 408 24 2 529 17 0 17 0 0 0 4 1.515

21 Kalimantan Tengah 0 0 33 105 2 1 24 2 168 0 4 10 1 0 10 0 3 0 2 365

22 Kalimantan Selatan 144 0 44 440 22 3 101 6 373 29 8 239 22 122 1 0 4 0 15 1.573

23 Kalimantan Timur 0 0 10 0 6 2 4 8 202 26 11 258 38 469 49 0 0 0 29 1.112

24 Sulawesi Utara 772 0 0 0 7 0 21 0 318 0 1 546 17 0 6 0 1 2 11 1.702

25 Sulawesi Tengah 0 0 0 51 2 0 44 1 104 0 10 15 0 24 0 0 0 1 252

26 Sulawesi Selatan 4.042 0 0 629 14 5 329 12 950 0 108 1.139 191 52 43 0 26 1 15 7.556

27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 74 3 0 0 0 460 0 4 544 10 121 1 0 0 0 6 1.223

28 Gorontalo 150 773 18 0 6 0 24 0 375 0 0 10 19 47 9 0 0 0 7 1.438

29 Sulawesi Barat 0 0 11 0 0 0 19 0 0 0 4 0 8 7 0 0 0 0 0 49

30 Maluku 686 0 0 26 4 0 2 0 405 0 0 0 27 63 0 18 0 0 3 1.234

31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 30 0 161 0 2 0 0 57 7 0 0 0 4 261

32 Papua Barat 402 0 0 0 0 0 0 0 131 0 0 0 3 180 0 0 0 0 1 717

33 Papua 0 0 21 35 0 0 9 1 275 4 0 0 0 12 12 0 0 0 7 376

Indonesia 18.029 17.089 2.926 6.463 2.614 619 4.924 632 13.759 3.308 467 7.437 2.095 7.465 1.967 171 135 104 961 91.165
Sumber: Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.30

REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN INDONESIA YANG BEKERJA DI LUAR NEGERI


MENURUT JENIS TENAGA DAN NEGARA TAHUN 2012

No Negara Dokter Umum Sanitarian Perawat Fisioterapis Medic-safety Total


Coordinator
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Brunei Darussalam 1 0 14 1 0 16
2 Malaysia 2 0 5 0 0 7
3 Singapura 5 1 5 0 2 13
4 Timor Leste 0 0 9 0 0 9
6 Hongkong 0 0 2 0 0 2
7 Jepang 0 1 53 0 0 54
8 Taiwan 0 0 724 0 0 724
9 Thailand 0 0 1 0 0 1
10 Mongolia 0 1 0 0 0 1
11 Bahrain 0 0 9 0 0 9
12 Abu Dhabi 0 0 1 0 0 1
13 Kuwait 0 0 249 0 0 249
14 Oman 0 0 35 0 0 35
15 Qatar 1 0 30 0 1 32
16 Libanon 0 0 0 1 0 1

446
17 Saudi Arabia 1 0 431 1 0 433
18 Uni Emirat Arab 0 0 73 0 2 75
19 Tunisia 0 1 0 0 0 1
20 Inggris 0 0 1 0 0 1
21 Tanzania 1 0 0 0 0 1
22 Spanyol 0 4 0 0 0 4
23 Belanda 0 0 1 0 0 1
24 Belgia 1 0 0 0 0 1
25 Afrika Selatan 0 0 0 0 1 1
26 Chili 0 1 0 0 0 1
27 Perancis 0 1 0 0 0 1
28 Norwegia 0 1 0 0 0 1
29 Australia 0 0 1 0 0 1
Total 4 8 820 2 6 1,676

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013


Lampiran 5.31

REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012

No Provinsi Dokter Spesialis Dokter Gigi Spesialis Total


Biasa Terpencil Sangat Terpencil Jumlah Biasa Terpencil Sangat Terpencil Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Aceh 0 2 0 2 0 0 0 0 2

2 Sumatera Utara 1 2 1 4 0 0 0 0 4

3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 Riau 0 1 0 1 0 0 0 0 1

5 Jambi 2 1 0 3 0 0 0 0 3

6 Sumatera Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 Lampung 0 3 0 3 0 0 0 0 3

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Kepulauan Riau 1 6 0 7 0 0 0 0 7

11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 Jawa Barat 3 0 0 3 0 0 0 0 3

13 Jawa Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0

447
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 Jawa Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 Banten 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17 Bali 0 1 0 1 0 0 0 0 1

18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0

19 Nusa Tenggara Timur 0 2 0 2 0 0 0 0 2

20 Kalimantan Barat 0 3 0 3 0 0 0 0 3

21 Kalimantan Tengah 0 7 0 7 0 0 0 0 7

22 Kalimantan Selatan 0 3 0 3 0 0 0 0 3

23 Kalimantan Timur 0 2 0 2 0 0 0 0 2

24 Sulawesi Utara 0 4 0 4 0 0 0 0 4

25 Sulawesi Tengah 0 3 0 3 0 0 0 0 3

26 Sulawesi Selatan 0 2 0 2 0 0 0 0 2

27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0

30 Maluku 0 1 0 1 0 0 0 0 1

31 Maluku Utara 0 2 0 2 0 0 0 0 2

32 Papua Barat 0 5 0 5 0 0 0 0 5

33 Papua 0 4 0 4 0 0 0 0 4

Jumlah 7 54 1 62 0 0 0 0 62
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.32

REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012 (kondisi 31 Desember 2012)

Biasa Terpencil Sangat Terpencil


No Provinsi Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Aceh 19 5,7 149 44,9 164 49,4 332

2 Sumatera Utara 30 17,6 95 55,9 45 26,5 170

3 Sumatera Barat 4 5,8 40 58,0 25 36,2 69

4 Riau 16 26,7 35 58,3 9 15,0 60

5 Jambi 8 8,4 53 55,8 34 35,8 95

6 Sumatera Selatan 4 8,3 41 85,4 3 6,3 48

7 Bengkulu 0 0,0 42 50,6 41 49,4 83

8 Lampung 7 10,6 44 66,7 15 22,7 66

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,0 6 66,7 3 33,3 9

10 Kepulauan Riau 1 4,5 10 45,5 11 50,0 22

11 DKI Jakarta 19 100,0 0 0,0 0 0,0 19

12 Jawa Barat 22 100,0 0 0,0 0 0,0 22

13 Jawa Tengah 36 100,0 0 0,0 0 0,0 36

14 DI Yogyakarta 16 100,0 0 0,0 0 0,0 16

15 Jawa Timur 41 100,0 0 0,0 0 0,0 41

16 Banten 6 100,0 0 0,0 0 0,0 6

17 Bali 13 100,0 0 0,0 0 0,0 13

448
18 Nusa Tenggara Barat 4 9,1 22 50,0 18 40,9 44

19 Nusa Tenggara Timur 0 0,0 53 12,4 374 87,6 427

20 Kalimantan Barat 0 0,0 31 22,6 106 77,4 137

21 Kalimantan Tengah 0 0,0 66 43,4 86 56,6 152

22 Kalimantan Selatan 0 0,0 60 51,7 56 48,3 116

23 Kalimantan Timur 4 4,5 50 56,2 35 39,3 89

24 Sulawesi Utara 0 0,0 40 28,6 100 71,4 140

25 Sulawesi Tengah 0 0,0 59 39,3 91 60,7 150

26 Sulawesi Selatan 11 11,5 55 57,3 30 31,3 96

27 Sulawesi Tenggara 0 0,0 26 13,2 171 86,8 197

28 Gorontalo 0 0,0 42 47,7 46 52,3 88

29 Sulawesi Barat 0 0,0 6 10,3 52 89,7 58

30 Maluku 0 0,0 9 4,7 181 95,3 190

31 Maluku Utara 0 0,0 16 14,0 98 86,0 114

32 Papua Barat 0 0,0 12 8,1 136 91,9 148

33 Papua 0 0,0 36 16,4 184 83,6 220

Jumlah 261 7,5 1.098 31,6 2.114 60,9 3.473


Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.33

REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KONDISI 31 DESEMBER 2012

Biasa Terpencil Sangat Terpencil


No Provinsi Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 0 0,0 32 43,2 42 56,8 74
2 Sumatera Utara 2 3,6 38 67,9 16 28,6 56
3 Sumatera Barat 0 0,0 29 70,7 12 29,3 41
4 Riau 0 0,0 25 69,4 11 30,6 36
5 Jambi 0 0,0 18 43,9 23 56,1 41
6 Sumatera Selatan 0 0,0 25 89,3 3 10,7 28
7 Bengkulu 0 0,0 5 35,7 9 64,3 14
8 Lampung 2 5,4 24 64,9 11 29,7 37
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,0 3 60,0 2 40,0 5
10 Kepulauan Riau 0 0,0 8 53,3 7 46,7 15
11 DKI Jakarta 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0
12 Jawa Barat 2 100,0 0 0,0 0 0,0 2
13 Jawa Tengah 4 100,0 0 0,0 0 0,0 4

449
14 DI Yogyakarta 4 100,0 0 0,0 0 0,0 4
15 Jawa Timur 28 100,0 0 0,0 0 0,0 28
16 Banten 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0
17 Bali 5 100,0 0 0,0 0 0,0 5
18 Nusa Tenggara Barat 0 0,0 14 77,8 4 22,2 18
19 Nusa Tenggara Timur 0 0,0 9 8,7 94 91,3 103
20 Kalimantan Barat 0 0,0 5 13,2 33 86,8 38
21 Kalimantan Tengah 0 0,0 15 37,5 25 62,5 40
22 Kalimantan Selatan 0 0,0 28 46,7 32 53,3 60
23 Kalimantan Timur 0 0,0 20 48,8 21 51,2 41
24 Sulawesi Utara 0 0,0 7 70,0 3 30,0 10
25 Sulawesi Tengah 0 0,0 12 32,4 25 67,6 37
26 Sulawesi Selatan 0 0,0 51 73,9 18 26,1 69
27 Sulawesi Tenggara 0 0,0 12 15,0 68 85,0 80
28 Gorontalo 0 0,0 15 50,0 15 50,0 30
29 Sulawesi Barat 0 0,0 5 18,5 22 81,5 27
30 Maluku 0 0,0 2 3,0 64 97,0 66
31 Maluku Utara 0 0,0 3 10,3 26 89,7 29
32 Papua Barat 0 0,0 4 23,5 13 76,5 17
33 Papua 0 0,0 2 8,0 23 92,0 25
Jumlah 47 4,4 411 38,1 622 57,6 1.080
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.34

REKAPITULASI KEBERADAAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF


MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KONDISI 31 DESEMBER 2012

No Provinsi Biasa Terpencil Sangat Terpencil Total


Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Aceh 353 8,2 3.452 79,7 525 12,1 4.330


2 Sumatera Utara 2.636 44,1 3.015 50,5 323 5,4 5.974
3 Sumatera Barat 1.274 66,5 582 30,4 59 3,1 1.915
4 Riau 468 30,9 1.003 66,2 44 2,9 1.515
5 Jambi 422 32,3 795 60,9 89 6,8 1.306
6 Sumatera Selatan 690 74,8 233 25,2 0 0,0 923
7 Bengkulu 175 21,6 615 75,9 20 2,5 810
8 Lampung 1.359 72,9 449 24,1 57 3,1 1.865
9 Kepulauan Bangka Belitung 51 60,0 34 40,0 0 0,0 85
10 Kepulauan Riau 62 33,0 108 57,4 18 9,6 188
11 DKI Jakarta 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0
12 Jawa Barat 2.038 80,8 485 19,2 0 0,0 2.523
13 Jawa Tengah 5.072 100,0 2 0,0 0 0,0 5.074
14 DI Yogyakarta 275 100,0 0 0,0 0 0,0 275
15 Jawa Timur 3.370 95,6 139 3,9 17 0,5 3.526
16 Banten 772 70,5 323 29,5 0 0,0 1.095
17 Bali 410 93,8 27 6,2 0 0,0 437

450
18 Nusa Tenggara Barat 309 55,6 224 40,3 23 4,1 556
19 Nusa Tenggara Timur 2 0,2 635 67,1 309 32,7 946
20 Kalimantan Barat 21 3,2 385 58,2 255 38,6 661
21 Kalimantan Tengah 12 3,5 253 72,9 82 23,6 347
22 Kalimantan Selatan 20 5,6 306 85,2 33 0,0 359
23 Kalimantan Timur 107 26,5 250 61,9 47 0,0 404
24 Sulawesi Utara 48 34,5 47 33,8 44 0,0 139
25 Sulawesi Tengah 26 3,0 612 69,5 243 27,6 881
26 Sulawesi Selatan 1.053 58,4 671 37,2 79 4,4 1.803
27 Sulawesi Tenggara 30 2,5 861 72,5 296 24,9 1.187
28 Gorontalo 72 22,9 192 61,0 51 16,2 315
29 Sulawesi Barat 6 1,2 348 69,9 144 28,9 498
30 Maluku 2 0,9 112 47,7 121 51,5 235
31 Maluku Utara 0 0,0 269 50,4 265 49,6 534
32 Papua Barat 0 0,0 111 40,8 161 59,2 272
33 Papua 2 1,1 32 17,4 150 0,0 184
Jumlah 21.137 51,4 16.570 40,3 3.455 8,4 41.162
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Lampiran 5.35
Lampiran 5.35

REKAPITULASI PENGANGKATAN
REKAPITULASI DOKTER SPESIALIS
PENGANGKATAN DAN DOKTER
DOKTER SPESIALIS DANGIGI SPESIALIS
DOKTER SEBAGAI PEGAWAI
GIGI SPESIALIS SEBAGAI TIDAK TETAP
PEGAWAI (PTT)
TIDAK TETAP (PTT)
KRITERIA WILAYAH
MENURUTMENURUT KRITERIA DAN PROVINSI
WILAYAH TAHUN 2012
DAN PROVINSI TAHUN 2012

No No Provinsi Provinsi Dokter Spesialis


Dokter Spesialis Spesialis
Dokter Gigi Dokter Gigi Spesialis Total Total
Biasa Terpencil
Biasa Sangat Terpencil
Terpencil Jumlah
Sangat Terpencil Biasa
Jumlah Terpencil
Biasa Sangat Terpencil
Terpencil Jumlah
Sangat Terpencil 12 Bln
Jumlah 12 Bln
(1) (1) (2) (2) (3) (4)(3) (4) (5) (5) (6) (6) (7) (8)(7) (8) (9) (9) (10) (10) (8) (11)
(8) (11)

1 Aceh 1 Aceh 0 01 1 0 0 1 01 00 0 0 0 0 0 1 1

2 Sumatera
2 Utara
Sumatera Utara 0 02 2 1 1 3 03 00 0 0 0 0 0 3 3

3 Sumatera
3 Barat
Sumatera Barat 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0

4 Riau 4 Riau 0 01 1 0 0 1 01 00 0 0 0 0 0 1 1

5 Jambi 5 Jambi 0 01 1 0 0 1 01 00 0 0 0 0 0 1 1

6 Sumatera
6 Selatan
Sumatera Selatan 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0

7 Bengkulu
7 Bengkulu 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0

8 Lampung
8 Lampung 0 03 3 0 0 3 03 00 0 0 0 0 0 3 3
9 Kepulauan
9 Bangka Belitung
Kepulauan Bangka Belitung 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan
10 Riau
Kepulauan Riau 0 06 6 0 0 6 06 00 0 0 0 0 0 6 6
11 DKI Jakarta
11 DKI Jakarta 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat
12 Jawa Barat 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0

451
13 Jawa Tengah
13 Jawa Tengah 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta
14 DI Yogyakarta 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur
15 Jawa Timur 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten16 Banten 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 17 Bali 0 01 1 0 0 1 01 00 0 0 0 0 0 1 1
18 Nusa Tenggara
18 Nusa Barat
Tenggara Barat 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara
19 Nusa Timur
Tenggara Timur 0 02 2 0 0 2 02 00 0 0 0 0 0 2 2
20 Kalimantan
20 Barat
Kalimantan Barat 0 03 3 0 0 3 03 00 0 0 0 0 0 3 3
21 Kalimantan
21 Tengah
Kalimantan Tengah 0 07 7 0 0 7 07 00 0 0 0 0 0 7 7
22 Kalimantan
22 Selatan
Kalimantan Selatan 0 03 3 0 0 3 03 00 0 0 0 0 0 3 3
23 Kalimantan
23 Timur
Kalimantan Timur 0 02 2 0 0 2 02 00 0 0 0 0 0 2 2
24 Sulawesi
24 Utara
Sulawesi Utara 0 04 4 0 0 4 04 00 0 0 0 0 0 4 4
25 Sulawesi
25 Tengah
Sulawesi Tengah 0 03 3 0 0 3 03 00 0 0 0 0 0 3 3
26 Sulawesi
26 Selatan
Sulawesi Selatan 0 02 2 0 0 2 02 00 0 0 0 0 0 2 2
27 Sulawesi
27 Tenggara
Sulawesi Tenggara 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo
28 Gorontalo 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi
29 Barat
Sulawesi Barat 0 00 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku30 Maluku 0 01 1 0 0 1 01 00 0 0 0 0 0 1 1
31 Maluku31
UtaraMaluku Utara 0 02 2 0 0 2 02 00 0 0 0 0 0 2 2
32 Papua 32
BaratPapua Barat 0 05 5 0 0 5 05 00 0 0 0 0 0 5 5
33 Papua 33 Papua 0 04 4 0 0 4 04 00 0 0 0 0 0 4 4
Jumlah Jumlah 0 53
0 53 1 1 54 054 00 0 0 0 0 0 54 54
Sumber: Biro Kepegawaian,
Sumber: BiroKemenkes RI, 2013
Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Keterangan : Keterangan :
Pengangkatan Baru + Pengangkatan
Pengangkatan Baru + Kembali
Pengangkatan Kembali
Lampiran 5.36

REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)


MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012

No Provinsi Biasa Terpencil Sangat Terpencil Total


Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Aceh 0 0,0 157 48,2 169 51,8 326


2 Sumatera Utara 1 0,7 96 63,6 54 35,8 151
3 Sumatera Barat 4 0,0 42 56,0 29 38,7 75
4 Riau 8 12,5 46 71,9 10 15,6 64
5 Jambi 1 1,1 53 59,6 35 39,3 89
6 Sumatera Selatan 0 0,0 39 92,9 3 7,1 42
7 Bengkulu 0 0,0 53 55,2 43 44,8 96
8 Lampung 4 6,1 48 72,7 14 21,2 66
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,0 6 66,7 3 33,3 9
10 Kepulauan Riau 1 0,0 12 48,0 12 48,0 25
11 DKI Jakarta 10 100,0 0 0,0 0 0,0 10
12 Jawa Barat 5 100,0 0 0,0 0 0,0 5
13 Jawa Tengah 21 100,0 0 0,0 0 0,0 21
14 DI Yogyakarta 13 100,0 0 0,0 0 0,0 13
15 Jawa Timur 16 100,0 0 0,0 0 0,0 16
16 Banten 1 100,0 0 0,0 0 0,0 1
17 Bali 7 0,0 0 0,0 0 0,0 7
18 Nusa Tenggara Barat 1 2,2 27 58,7 18 39,1 46

452
19 Nusa Tenggara Timur 0 0,0 51 11,3 402 88,7 453
20 Kalimantan Barat 0 0,0 32 22,7 109 77,3 141
21 Kalimantan Tengah 0 0,0 67 44,1 85 55,9 152
22 Kalimantan Selatan 0 0,0 54 51,4 51 48,6 105
23 Kalimantan Timur 0 0,0 53 62,4 32 37,6 85
24 Sulawesi Utara 0 0,0 39 25,5 114 74,5 153
25 Sulawesi Tengah 0 0,0 69 40,6 101 59,4 170
26 Sulawesi Selatan 1 1,0 69 67,0 33 32,0 103
27 Sulawesi Tenggara 0 0,0 25 11,7 188 88,3 213
28 Gorontalo 0 0,0 35 46,7 40 53,3 75
29 Sulawesi Barat 0 0,0 10 14,7 58 85,3 68
30 Maluku 0 0,0 9 4,3 202 95,7 211
31 Maluku Utara 0 0,0 19 16,5 96 83,5 115
32 Papua Barat 0 0,0 20 11,6 152 88,4 172
33 Papua 0 0,0 31 10,7 259 89,3 290
Jumlah 94 2,6 1.162 32,6 2.312 64,8 3.568
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali
Lampiran 5.37

REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)


MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012

No Provinsi Biasa Terpencil Sangat Terpencil Total


Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Aceh 0 0,0 36 41,4 51 58,6 87


2 Sumatera Utara 0 0,0 43 71,7 17 28,3 60
3 Sumatera Barat 0 0,0 32 69,6 14 30,4 46
4 Riau 0 0,0 34 79,1 9 20,9 43
5 Jambi 0 0,0 20 45,5 24 54,5 44
6 Sumatera Selatan 0 0,0 28 90,3 3 9,7 31
7 Bengkulu 0 0,0 7 36,8 12 63,2 19
8 Lampung 0 0,0 33 70,2 14 29,8 47
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,0 3 60,0 2 40,0 5
10 Kepulauan Riau 0 0,0 9 50,0 9 50,0 18
11 DKI Jakarta 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0
12 Jawa Barat 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0
13 Jawa Tengah 2 100,0 0 0,0 0 0,0 2
14 DI Yogyakarta 4 0,0 0 0,0 0 0,0 4

453
15 Jawa Timur 15 100,0 0 0,0 0 0,0 15
16 Banten 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0
17 Bali 4 100,0 0 0,0 0 0,0 4
18 Nusa Tenggara Barat 0 0,0 13 76,5 4 23,5 17
19 Nusa Tenggara Timur 0 0,0 10 8,4 109 91,6 119
20 Kalimantan Barat 0 0,0 10 22,7 34 77,3 44
21 Kalimantan Tengah 0 0,0 17 38,6 27 61,4 44
22 Kalimantan Selatan 0 0,0 35 53,8 30 46,2 65
23 Kalimantan Timur 0 0,0 26 50,0 26 50,0 52
24 Sulawesi Utara 0 0,0 11 64,7 6 35,3 17
25 Sulawesi Tengah 0 0,0 14 35,9 25 64,1 39
26 Sulawesi Selatan 0 0,0 62 73,8 22 26,2 84
27 Sulawesi Tenggara 0 0,0 25 23,4 82 76,6 107
28 Gorontalo 0 0,0 15 60,0 10 40,0 25
29 Sulawesi Barat 0 0,0 6 20,7 23 79,3 29
30 Maluku 0 0,0 2 2,8 70 97,2 72
31 Maluku Utara 0 0,0 4 11,8 30 88,2 34
32 Papua Barat 0 0,0 4 19,0 17 81,0 21
33 Papua 0 0,0 3 11,1 24 88,9 27
Jumlah 25 2,0 502 41,1 694 56,8 1.221
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali
Lampiran 5.38

REKAPITULASI PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)


MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012

No Provinsi Biasa Terpencil Sangat Terpencil Total


Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Aceh 182 11,0 1.063 64,1 414 24,95 1.659


2 Sumatera Utara 617 43,6 480 33,9 318 22,47 1.415
3 Sumatera Barat 494 64,4 219 28,6 54 7,04 767
4 Riau 167 35,9 273 58,7 25 5,38 465
5 Jambi 225 49,1 159 34,7 74 16,16 458
6 Sumatera Selatan 135 76,3 42 23,7 0 0,00 177
7 Bengkulu 135 45,3 147 49,3 16 5,37 298
8 Lampung 335 64,2 128 24,5 59 11,30 522
9 Kepulauan Bangka Belitung 16 72,7 5 22,7 1 4,55 22
10 Kepulauan Riau 8 17,4 25 54,3 13 28,26 46
11 DKI Jakarta 0 0,0 0 0,0 0 0,00 0
12 Jawa Barat 592 76,2 185 23,8 0 0,00 777
13 Jawa Tengah 1.785 99,9 1 0,0 0 0,00 1.786
14 DI Yogyakarta 94 100,0 0 0,0 0 0,00 94
15 Jawa Timur 1.157 94,8 49 4,0 15 1,23 1.221
16 Banten 175 57,8 128 42,2 0 0,00 303
17 Bali 139 99,3 1 0,7 0 0,00 140
18 Nusa Tenggara Barat 139 62,6 60 27,0 23 10,36 222

454
19 Nusa Tenggara Timur 1 0,0 69 13,8 430 86,00 500
20 Kalimantan Barat 9 2,7 106 32,0 216 65,26 331
21 Kalimantan Tengah 13 0,0 76 42,2 91 50,56 180
22 Kalimantan Selatan 17 9,6 117 65,7 44 24,72 178
23 Kalimantan Timur 38 26,2 54 37,2 53 36,55 145
24 Sulawesi Utara 48 0,0 24 19,7 50 40,98 122
25 Sulawesi Tengah 27 0,0 103 24,5 291 69,12 421
26 Sulawesi Selatan 374 56,5 212 32,0 76 11,48 662
27 Sulawesi Tenggara 30 0,0 185 38,7 263 55,02 478
28 Gorontalo 83 0,0 54 28,9 50 26,74 187
29 Sulawesi Barat 6 0,0 80 38,3 123 58,85 209
30 Maluku 0 0,0 3 2,6 112 97,39 115
31 Maluku Utara 0 0,0 32 10,6 271 89,44 303
32 Papua Barat 0 0,0 14 7,8 165 92,18 179
33 Papua 2 0,0 30 16,9 146 0,00 178
Jumlah 7.043 48,4 4.124 28,3 3.393 23,30 14.560
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali
Lampiran 5.39

REKAPITULASI PENGANGKATAN TENAGA RESIDEN DAN TENAGA PENUGASAN KHUSUS D-III KESEHATAN
DI KABUPATEN PRIORITAS DTPK DAN DBK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Kesehatan Kesehatan Perekam Analis


No Provinsi Residen Perawat Gigi Bidan Farmasi Tenaga Gizi Lingkungan Fisioterapis Radiografer Infokes Kesehatan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 92 95 7 2 12 52 35 0 1 1 23 320
2 Sumatera Utara 89 19 0 4 3 3 4 0 0 0 0 122
3 Sumatera Barat 37 3 0 0 0 0 1 0 0 0 1 42
4 Riau 49 25 0 0 2 3 1 0 0 0 4 84
5 Jambi 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
6 Sumatera Selatan 12 2 0 0 0 5 2 0 0 0 2 23
7 Bengkulu 24 23 0 0 0 6 1 0 0 0 6 60
8 Lampung 3 2 1 2 0 0 1 0 0 0 0 9
9 Kepuluan Bangka Belitung 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
10 Kepulauan Riau 36 29 0 0 0 9 7 0 0 0 3 84
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 13 17 4 0 0 1 2 0 0 0 2 39
13 Jawa Tengah 5 2 0 0 0 2 1 0 0 0 0 10
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 15 6 1 2 1 3 4 0 0 0 5 37
16 Banten 8 26 0 0 0 1 1 0 0 0 0 36

455
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 48 0 5 2 14 11 0 0 0 17 97
19 Nusa Tenggara Timur 9 132 0 0 20 28 27 1 0 0 20 237
20 Kalimantan Barat 21 79 7 1 1 4 3 0 0 0 1 117
21 Kalimantan Tengah 10 11 0 0 1 2 0 0 0 0 0 24
22 Kalimantan Selatan 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17
23 Kalimantan Timur 15 61 0 0 0 2 7 0 0 0 5 90
24 Sulawesi Utara 11 28 0 0 0 2 0 0 0 0 0 41
25 Sulawesi Tengah 13 41 0 0 3 5 11 0 0 0 2 75
26 Sulawesi Selatan 4 10 0 0 1 4 1 0 0 0 0 20
27 Sulawesi Tenggara 10 139 0 0 5 38 34 0 0 0 19 245
28 Gorontalo 23 32 0 0 0 7 7 0 0 0 1 70
29 Sulawesi Barat 3 49 0 0 0 5 4 0 0 0 0 61
30 Maluku 48 25 0 0 0 10 12 0 0 0 1 96
31 Maluku Utara 30 21 0 0 0 9 1 0 0 0 1 62
32 Papua Barat 14 16 0 0 0 5 11 0 0 0 0 46
33 Papua 33 68 1 1 1 8 7 0 0 0 1 120
Total 658 1.009 21 17 52 228 196 1 1 1 114 2.298
Lampiran 5.40

ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI


MENURUT ESELON I TAHUN 2012

Anggaran Kementerian Kesehatan

No Unit Eselon I Kantor Pusat Kantor Daerah Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Urusan Bersama
Jumlah Alokasi (Rp) Jumlah Realisasi (Rp) %
Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) % Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) % Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) % Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) % Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

1 Sekretariat Jenderal 2.370.959.250.000 2.262.813.958.831 95,44 125.035.153.000 113.913.366.117 91,11 2.495.994.403.000 2.376.727.324.948 95,22

2 Inspektorat Jenderal 83.000.000.000 68.033.061.655 81,97 83.000.000.000 68.033.061.655 81,97

3 Ditjen Bina Gizi dan KIA 361.854.766.000 304.846.749.368 84,25 23.020.005.000 21.345.501.479 92,73 368.397.085.000 322.312.582.542 87,49 1.294.137.264.000 1.192.926.978.352 92,18 2.047.409.120.000 1.841.431.811.741 89,94

4 Ditjen Bina Upaya Kesehatan 8.331.067.707.000 8.001.530.795.301 96,04 9.523.760.272.000 8.728.122.778.827 91,65 124.189.315.000 104.040.350.274 83,78 3.890.250.000.000 3.650.916.005.578 93,85 7.700.000.000 4.611.417.000 59,89 21.876.967.294.000 20.489.221.346.980 93,66

5 Ditjen Pengendaliaan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 1.139.099.788.000 963.647.439.063 84,60 469.708.725.000 426.030.613.306 90,70 89.706.193.000 76.224.276.593 84,97 47.326.690.000 41.778.215.048 88,28 1.745.841.396.000 1.507.680.544.010 86,36

6 Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1.635.989.411.000 1.485.916.196.517 90,83 58.537.805.000 52.356.283.423 89,44 1.694.527.216.000 1.538.272.479.940 90,78

7 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 298.492.301.000 241.698.721.646 80,97 145.011.683.000 123.841.674.509 85,40 443.503.984.000 365.540.396.155 82,42

8 Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan 818.414.038.000 654.740.458.581 80,00 2.043.110.939.000 1.775.292.308.061 86,89 44.688.094.000 39.655.513.535 88,74 2.906.213.071.000 2.469.688.280.177 84,98

Kementerian Kesehatan 15.038.877.261.000 13.983.227.380.962 92,98 12.204.611.624.000 11.074.632.876.182 90,74 810.553.645.000 708.502.372.484 87,41 5.231.713.954.000 4.885.621.198.978 93,38 7.700.000.000 4.611.417.000 59,89 33.293.456.484.000 30.656.595.245.606 92,08

Sumber: Biro Keuangan dan BMN, Kemenkes RI, 2013

456
Lampiran 5.41

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAH PROVINSI


MENURUT FUNGSI DAN PROVINSI TAHUN 2012

Fungsi

Ketertiban dan Lingkungan Hidup Pariwisata dan Pelayanan Umum Perlindungan Sosial Perumahan dan % Kesehatan
No Provinsi Ekonomi (Rp) Kesehatan (Rp) Pendidikan (Rp) Total (Rp)
Ketentraman (Rp) (Rp) Budaya (Rp) (Rp) (Rp) Fasilitas Umum (Rp)
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 1.279.457 895.106 40.309 20.635 79.925 3.955.781 1.007.302 123.751 2.109.671 9.511.939 9,41
2 Sumatera Utara 532.014 263.492 62.969 263.637 36.359 5.206.166 412.184 84.656 815.970 7.677.447 3,43
3 Sumatera Barat 348.732 312.823 18.044 22.155 46.148 1.494.764 124.174 52.484 701.843 3.121.167 10,02
4 Riau 570.429 418.376 56.692 20.556 45.899 3.200.995 803.250 66.639 1.183.821 6.366.656 6,57
5 Jambi 262.377 188.793 20.157 10.193 14.386 696.695 236.307 16.314 497.281 1.942.504 9,72
6 Sumatera Selatan 386.350 266.016 29.238 8.510 26.640 2.809.399 281.096 38.668 896.533 4.742.452 5,61
7 Bengkulu 178.552 194.108 13.859 7.472 14.940 763.231 136.361 40.204 237.428 1.586.155 12,24
8 Lampung 241.237 330.626 34.298 7.954 21.158 1.160.043 298.806 57.730 686.399 2.838.250 11,65
9 Kepulauan Bangka Belitung 141.967 62.167 16.355 37.278 13.577 838.329 43.271 27.125 269.951 1.450.019 4,29
10 Kepulauan Riau 242.158 89.851 17.770 11.254 30.795 1.461.634 265.252 34.117 234.959 2.387.790 3,76
11 DKI Jakarta 3.501.437 3.344.062 63.311 1.749.795 621.922 7.647.069 10.120.366 587.013 6.192.056 33.827.032 9,89
12 Jawa Barat 1.001.717 532.646 15.479 261.507 106.845 12.167.730 735.731 121.121 861.523 15.804.297 3,37
13 Jawa Tengah 867.590 973.038 44.417 32.871 68.292 8.026.601 301.254 191.964 739.718 11.245.744 8,65
14 D.I. Yogyakarata 266.834 127.525 25.884 10.452 48.380 1.113.801 273.588 47.233 210.439 2.124.136 6,00
15 Jawa Timur 1.973.964 1.838.068 69.730 42.762 105.501 6.549.183 448.573 166.296 1.020.706 12.214.783 15,05
16 Banten 248.268 228.645 35.065 12.699 21.161 2.389.187 250.024 40.660 908.366 4.134.075 5,53

457
17 Bali 446.800 449.107 78.379 31.393 88.343 2.107.653 219.904 80.384 159.669 3.661.633 12,27
18 Nusa Tenggara Barat 278.300 196.945 21.977 9.268 22.454 1.210.918 43.996 33.279 437.422 2.254.557 8,74
19 Nusa Tenggara Timur 243.617 165.695 26.108 10.261 19.075 1.330.281 91.084 37.530 223.705 2.147.355 7,72
20 Kalimantan Barat 347.187 231.218 27.670 8.139 31.998 1.658.912 87.582 27.724 481.978 2.902.409 7,97
21 Kalimantan Tengah 248.307 151.268 14.362 9.589 18.593 1.178.973 219.000 33.300 375.603 2.248.994 6,73
22 Kalimantan Selatan 325.702 485.830 25.077 12.829 26.431 1.684.475 190.179 45.381 313.038 3.108.944 15,63
23 Kalimantan Timur 938.379 808.380 47.247 38.801 57.955 5.386.627 389.329 77.050 2.758.846 10.502.613 7,70
24 Sulawesi Utara 259.756 96.126 16.819 7.278 27.416 952.187 123.834 31.592 302.961 1.817.969 5,29
25 Sulawesi Tengah 326.857 166.022 10.369 13.073 19.897 963.500 105.714 25.992 287.633 1.919.058 8,65
26 Sulawesi Selatan 424.660 329.489 39.020 20.480 49.144 3.223.159 129.691 40.514 504.786 4.760.942 6,92
27 Sulawesi Tenggara 220.126 136.643 31.130 6.436 15.107 1.142.972 89.607 22.556 357.130 2.021.707 6,76
28 Gorontalo 178.047 30.156 7.182 26.044 7.199 436.784 108.190 21.437 123.363 938.402 3,21
29 Sulawesi Barat 182.596 39.970 8.337 7.114 5.424 533.395 51.253 16.249 124.669 969.009 4,12
30 Maluku 192.968 117.980 13.876 15.274 17.170 790.021 104.266 21.384 156.930 1.429.870 8,25
31 Maluku Utara 168.382 70.851 14.981 7.815 24.967 640.672 32.921 17.151 192.293 1.170.033 6,06
32 Papua Barat 399.294 87.962 59.089 33.039 27.475 2.734.678 138.466 75.889 442.487 3.998.381 2,20
33 Papua 519.894 575.941 22.009 20.307 38.166 4.999.034 300.659 55.641 650.982 7.182.633 8,02

Indonesia 58.979.921 57.736.261 5.740.607 12.774.019 4.233.772 204.964.680 175.083.572 9.158.889 87.737.307 616.409.028 9,37
Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran, Kemenkes RI, 2013
Keterangan : dalam juta rupiah
Lampiran 5.42

DATA CAKUPAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2012

Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa)

No Provinsi Jumlah Penduduk Total Jaminan %

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Aceh 4.494.410 4.494.410 100


2 Sumatera Utara 12.982.204 5.828.093 44,89
3 Sumatera Barat 4.846.909 2.747.877 56,69
4 Riau 5.538.367 3.602.969 65,05
5 Jambi 3.092.265 1.354.637 43,81
6 Sumatera Selatan 7.450.394 7.450.394 100
7 Bengkulu 1.715.518 859.280 50,09
8 Lampung 7.608.405 7.608.405 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.223.296 1.068.280 87,33
10 Kepulauan Riau 1.679.163 1.398.256 83,27
11 DKI Jakarta 9.607.787 2.383.150 24,80
12 Jawa Barat 43.053.732 20.498.177 47,61
13 Jawa Tengah 32.382.657 15.587.953 48,14
14 D.I. Yogyakarata 3.457.491 2.264.764 65,50
15 Jawa Timur 37.476.757 19.001.341 50,70
16 Banten 10.632.166 3.300.366 31,04
17 Bali 3.890.757 3.890.757 100
18 Nusa Tenggara Barat 4.500.212 2.814.612 62,54
19 Nusa Tenggara Timur 4.683.827 3.340.507 71,32
20 Kalimantan Barat 4.395.983 2.153.462 48,99
21 Kalimantan Tengah 2.212.089 1.076.147 48,65
22 Kalimantan Selatan 3.626.616 2.004.969 55,28
23 Kalimantan Timur 3.553.143 2.513.840 70,75
24 Sulawesi Utara 2.270.596 1.942.796 85,56
25 Sulawesi Tengah 2.635.009 1.606.912 60,98
26 Sulawesi Selatan 8.034.776 8.034.776 100
27 Sulawesi Tenggara 2.232.586 1.205.161 53,98
28 Gorontalo 1.040.164 1.040.164 100
29 Sulawesi Barat 1.158.651 551.398 47,59
30 Maluku 1.533.506 1.533.506 100
31 Maluku Utara 1.038.087 600.975 57,89
32 Papua Barat 760.422 760.422 100
33 Papua 2.833.381 2.833.381 100
Pusat 26.195.784 9,21
Indonesia 237.641.326 163.547.921 68,82
Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

458
Lampiran 5.43

ALOKASI DAN REALISASI BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No Provinsi Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) %

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Aceh 28,610,650,000 28,105,762,789 98.2
2 Sumatera Utara 48,326,625,000 47,736,416,642 98.8
3 Sumatera Barat 23,309,525,000 22,049,990,035 94.6
4 Riau 18,013,950,000 17,843,460,500 99.1
5 Jambi 15,495,250,000 15,319,884,285 98.9
6 Sumatera Selatan 26,804,950,000 26,531,683,050 99.0
7 Bengkulu 15,788,100,000 15,694,773,210 99.4
8 Lampung 23,748,450,000 23,404,400,330 98.6
9 Kepulauan Bangka Belitung 5,322,250,000 4,894,466,400 92.0
10 Kepulauan Riau 6,002,650,000 5,869,351,550 97.8
11 DKI Jakarta 29,302,200,000 27,592,858,708 94.2
12 Jawa Barat 90,656,700,000 87,305,644,388 96.3
13 Jawa Tengah 76,008,275,000 75,014,369,921 98.7
14 DI Yogyakarta 10,621,050,000 10,574,829,855 99.6
15 Jawa Timur 83,284,775,000 82,231,546,854 98.7
16 Banten 19,727,700,000 19,412,290,000 98.4
17 Bali 10,217,050,000 10,049,244,075 98.4
18 Nusa Tenggara Barat 42,049,600,000 40,998,817,045 97.5
19 Nusa Tenggara Timur 94,512,600,000 91,544,339,683 96.9
20 Kalimantan Barat 27,063,600,000 26,572,237,825 98.2
21 Kalimantan Tengah 20,903,800,000 19,162,238,210 91.7
22 Kalimantan Selatan 25,890,400,000 24,558,969,300 94.9
23 Kalimantan Timur 24,955,900,000 19,219,949,378 77.0
24 Sulawesi Utara 19,931,200,000 19,581,557,685 98.2
25 Sulawesi Tengah 20,056,600,000 19,875,378,129 99.1
26 Sulawesi Selatan 48,630,200,000 48,113,779,613 98.9
27 Sulawesi Tenggara 28,619,400,000 28,505,389,100 99.6
28 Gorontalo 10,000,000,000 9,962,386,350 99.6
29 Sulawesi Barat 9,934,000,000 9,854,804,750 99.2
30 Maluku 37,911,200,000 35,691,323,973 94.1
31 Maluku Utara 25,537,200,000 25,447,232,069 99.6
32 Papua Barat 35,035,800,000 33,760,722,997 96.4
33 Papua 92,862,200,000 86,465,631,278 93.1

Indonesia 1,095,133,850,000 1,058,945,729,977 96.70


Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Keterangan :
Data kumulatif sampai dengan 31 Desember 2012

459
LAMPIRAN
BAB 6. Perbandingan Indonesia dengan negara
Anggota Asean dan Sear

460
Lampiran 6.1
PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2012

Persentase Laju Pertumbuhan


Persentase Persentase Persentase GNI PPP per
No Negara Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Angka Beban kapita
(Juta Jiwa) Penduduk (Jiwa di Daerah Usia 0-14 Usia 15 - 64 Usia 65 Tahun Tanggungan 2010
Penduduk
Pertengahan 2012 per Km²) Perkotaan Tahun Tahun 2012 Ke Atas (%)
2001-2011
2012 2011 2012 2012 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Brunei Darussalam 0 72 2 26 70 4 43 50180


76
2 Filipina 96 321 2 35 61 4 64 3980
49
3 Kamboja 15 83 1 33 63 4 59 2080
20
4 Laos 7 28 2 38 58 4 72 2440
34
5 Malaysia 29 88 2 27 68 5 47 14220
73
6 Singapura 5 7751 3 17 74 9 35 55790
100
7 Vietnam 89 268 1 24 69 7 45 3070
31

461
8 Indonesia *244,7 *128 1 *28,87 *66,08 *5,05 *51,33 4200
51
9 Myanmar 55 81 1 28 67 5 49 1950
33
10 Thailand 70 136 1 21 70 9 43 8190
34
11 Bangladesh 153 1062 1 31 64 5 56 1810
28
12 Bhutan 1 15 2 30 65 5 54 4990
36
13 India 1260 383 2 31 64 5 56 3400
31
14 Korea Utara 25 204 1 23 68 9 47 0
60
15 Maladewa 0 1110 1 27 68 5 47 8110
41
16 Nepal 31 210 0 36 60 4 67 1210
17
17 Sri Lanka 21 323 1 25 67 8 49 5010
15
18 Timor Leste 1 76 3 42 55 3 82 3600
28

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2012: jumlah penduduk, persentase penduduk, GNI PPP per kapita
- *Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2011-2014 : Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Angka Beban Tanggungan, dan Persentase Penduduk Indonesia usia 0-14, 15- 64 dan usia 65 Tahun ke atas
- The State of The Worlds Children, 2012 :
- World Health Statistics 2013 : Laju pertumbuhan penduduk
Ket: *) Estimasi Penduduk Sasaran Program tahun 2012 : Jumlah Penduduk Indonesia, Kepadatan Penduduk, Persentase Penduduk usia 0-65 tahun, Angka Beban Tanggungan
Lampiran 6.2
ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
DI NEGARA ASEAN & SEAR

Peringkat IPM Indeks Peringkat IPM Indeks Usia Harapan Hidup Waktu Angka Kelahiran Angka Kematian Angka Kematian Angka Kematian Angka Kematian Angka Kematian
Total Fertility
No Negara dunia Pembangunan dunia Pembangunan Lahir Kasar Kasar Neonatal Bayi Balita Maternal
(dari 187 Manusia (dari 187 Manusia Rate (TFR) per 1000 per 1000 (AKN) per 1000 (AKB) per 1000 (AKABA) per 1000 (per 100.000 lahir
L P L+P
negara) negara) 2011 Penduduk Penduduk lahir hidup lahir hidup lahir hidup hidup)
2011 2012 2012 2011 2011 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

1 Brunei Darussalam 33 0.838 30 76 80 78 2 18.8 3.3 3.9 5.6 7.2 24


0.855

2 Filipina 112 0.644 114 65 69 72 3.1 24.8 5.5 12.2 20.2 25.4 99
0.654

3 Kamboja 139 0.523 138 0.543 60 65 62 2.5 22.1 7.2 19.4 36.2 42.5 250

4 Laos 138 0.524 138 0.543 64 67 65 2.7 22.3 6.1 17.5 33.8 41.9 470

5 Malaysia 61 0.761 64 0.769 72 77 74 2.6 20 4.8 3.4 5.6 6.5 29

6 Singapura 26 0.866 18 0.895 79 84 82 1.3 9.2 4.3 1.2 2 2.6 3

7 Vietnam 128 0.593 127 0.617 70 73 76 1.8 16.4 5.3 11.9 17.3 21.7 59

8 Indonesia 124 0.617 121 0.629 70 74 72 2.1 17.9 6.9 15.3 24.8 31.8 228

9 Myanmar 149 0.483 149 0.498 61 67 65 2 17 8.5 29.9 47.9 62.4 200

10 Thailand 103 0.682 103 0.69 71 77 74 1.6 11.9 7.5 7.6 10.6 12.3 48

11 Bangladesh 146 0.5 146 0.515 68 69 69 2.2 20 5.8 26.4 36.7 46 240

12 Bhutan 141 0.522 140 0.538 68 69 69 2.3 20.1 6.8 24.7 42 53.7 180

13 India 134 0.547 136 0.554 64 67 67 2.6 21.8 8 32.3 47.2 61.3 200

14 Korea Utara - - - - 65 73 73 2 14.2 10 17.5 26.3 33.2 81

462
15 Maladewa 109 0.661 104 0.688 73 74 74 1.7 16.6 3.8 6.5 9.2 10.7 60

16 Nepal 157 0.458 157 0.463 73 74 74 2.7 23.7 6 2.7 39 48 170

17 Sri Lanka 97 0.691 92 0.715 72 78 78 2.3 17.8 6.9 7.7 10.5 12.2 35

18 Timor Leste 147 0.495 134 0.576 61 63 63 6.1 38.1 7.1 23.8 45.8 54.1 300

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2012 : UHH


- Human Development Report 2013: Indeks Pembangunan Manusia
- World Health Statistics 2013 WHO: TFR, Angka Kelahiran Kasar, Angka Kematian Kasar, dan Angka Kematian Maternal
-The UN-Inter agency Group for Child Mortality Estimates (IGME), 2011 : AKN, AKB, AKABA
Lampiran 6.3
HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) DAN GENDER INEQUALITY INDEX (GII) DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2011 - 2012

HDI GII HDI GII

No Negara 2011 2012


Angka Peringkat Angka Peringkat Angka Peringkat Angka Peringkat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Brunei Darussalam 0.838 33 - - 0.855 30 - -


2 Filipina 0.644 112 0,427 75 0.654 114 0.418 77

3 Kamboja 0.523 139 0,500 99 0.543 138 0.473 96

4 Laos 0.524 138 0,513 107 0.543 138 0.483 100

5 Malaysia 0.761 61 0,286 43 0.769 64 0.256 42

6 Singapura 0.866 26 0,086 8 0.895 18 0.101 13


7 Vietnam 0.593 128 0,305 48 0.617 127 0.299 48

463
8 Indonesia 0.617 124 0,505 100 0.629 121 0.494 106

9 Myanmar 0.483 149 0,492 96 0.498 149 0.437 80

10 Thailand 0.682 103 0,382 69 0.69 103 0.36 66

11 Bangladesh 0.500 146 0,550 112 0.515 146 0.518 111

12 Bhutan 0.522 141 0,495 98 0.538 140 0.464 92

13 India 0.547 134 0,617 129 0.554 136 0.61 132

14 Korea Utara - - - - - - - -

15 Maladewa 0.661 109 0,320 52 0.688 104 0.357 64

16 Nepal 0.458 157 0,558 113 0.463 157 0.485 102

17 Sri Lanka 0.691 97 0,419 74 0.715 92 0.402 75

18 Timor Leste 0.495 147 - - 0.576 134 - -


Sumber : - Human Development Report 2013
HDI Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia)
GII Gender Inequality Index (Indeks Ketidaksetaraan Gender)
Lampiran 6.4
PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN AIR MINUM LAYAK DAN YANG MENGGUNAKAN
SARANA SANITASI LAYAK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011
(%) (%)
Penduduk Yang Menggunakan Air Penduduk Yang Menggunakan Sarana Sanitasi Layak
No Negara Minum Layak

2011 2011
(1) (2) (3) (4)

1 Brunei Darussalam - -

2 Filipina 92 74

3 Kamboja 67 33

4 Laos 70 62

5 Malaysia 100 96

6 Singapura 100 100

7 Vietnam 96 75

8 Indonesia 84 59

464
9 Myanmar 84 77

10 Thailand 96 93

11 Bangladesh 83 55

12 Bhutan 97 45

13 India 92 35

14 Korea Utara 98 82

15 Maladewa 99 98

16 Nepal 88 38

17 Sri Lanka 93 91

18 Timor Leste 69 39
Sumber : World Health Statistics 2013
Lampiran 6.5
PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2010/2011

Prevalensi TB Paru Insidens TB Paru Kematian yang berhubungan dengan TB Proporsi Kasus TB Paru melalui DOTS
No Negara per 100.000 Penduduk per 100.000 Penduduk Paru per 100.000 Penduduk Case Detection Rate Succes Rate

2011 2010 2011 2011 2010


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Brunei Darussalam 89 70 2.7 2.5 81 81

2 Filipina 484 270 33.0 29.0 76 91

3 Kamboja 817 424 61.0 63.0 64 94

4 Laos 540 213 11.0 11.0 32 91

5 Malaysia 101 81 8.5 5.7 85 80

6 Singapura 46 37 2.3 1.8 86 80

465
7 Vietnam 323 199 34.0 33.0 56 92

8 *Indonesia 281 187 27.0 27.0 78 91

9 Myanmar 506 381 41.0 48.0 74 86

10 Thailand 161 124 16.0 14.0 76 85

11 Bangladesh 411 225 43.0 45.0 45 92

12 Bhutan 230 192 9.2 15.0 87 90

13 India 249 181 26.0 24.0 59 88

14 Korea Utara 422 345 23.0 6.4 110 90

15 Maladewa 44 34 3.4 2.5 81 82

16 Nepal 243 163 21.0 2.3 71 90

17 Sri Lanka 101 66 9.1 5.4 70 86

18 Timor Leste 701 498 46.0 63.0 76 88

Sumber : - World Health Statistics 2013, WHO


- Subdit P2PL : Data untuk negara *Indonesia
Keterangan : - CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru)
- SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)
Lampiran 6.6
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2011

1. Angka Estimasi HIV 2. Kematian Akibat AIDS

No Negara Dewasa dan Anak-anak Dewasa (15+) Dewasa (15–49) Rate (%) Wanita (15+) Dewasa dan Anak-anak

(estimasi rendah – (estimasi rendah – (estimasi rendah – (estimasi rendah – (estimasi rendah –
Estimasi Estimasi Estimasi Estimasi Estimasi
estimasi tinggi) estimasi tinggi) estimasi tinggi) estimasi tinggi) estimasi tinggi)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Brunei Darussalam … … … … … … … … … …

2 Filipina 19000 [16.000 - 24.000] 19000 [16.000 - 24.000] <0,1% [<0,1% - <0,1%] 3500 [2.800 - 4.200] <500 [<500 - <1.000]

3 Kamboja 64000 [52.000 - 96.000] 56000 [45.000 - 86.000] 0.006 [0,50% - 0,90%] 31000 [24.000 - 49.000] 1400 [<1.000 - 5.000]

4 Laos 10000 [8.200 - 15.000] 9700 [7.700 - 13.000] 0.003 [0, 20% - 0,40%] 4700 [3.600 - 6.500] <500 [<500 - <1.000]

5 Malaysia 81000 [72.000 - 89.000] 80000 [70.000 - 88.000] 0.004 [0,40% - 0,40%] 8400 [7.400 - 9.400] 5900 [4.200 - 7.800]

6 Singapura 3400 [2.900 - 4.500] 3300 [2.700 - 4.200] 0.001 [0,10% - 0,10%] 1000 [<1.000 - 1.300] <200 [<100 - <200]

7 Vietnam 250000 [200.000 - 330.000] 240000 [190.000 - 330.000] 0.005 [0,40% - 0,60%] 48000 [37.000 - 66.000] 11000 [8.500 - 15.000]

8 Indonesia 380000 [230.000 - 560.000] 370000 [240.000 - 570.000] 0.003 [0,20% - 0,40%] 110000 [70.000 - 170.000] 15000 [8.000 - 23.000]

9 Myanmar 220000 [180.000 - 260.000] 210000 [180.000 - 250.000] 0.006 [0,50% - 0,80%] 77000 [64.000 - 87.000] 16000 [13.000 - 18.000]

10 Thailand 490000 [450.000 - 550.000] 480000 [440.000 - 540.000] 0.012 [1,10% - 1,20%] 200000 [170.000 - 220.000] 23000 [20.000 - 28.000]

466
11 Bangladesh 7700 [4.900 - 16.000] 7700 [4.800 - 16.000] <0,1% [<0,1% - <0,1%] <1000 [<500 - 1.300] <500 [<200 - 1.400]

12 Bhutan 1300 [<1.000 - 2.500] 1200 [<1.000 - 2.500] 0.003 [0,20% - 0,60%] <500 [<500 - <1.000] <100 [<100 - <100]

13 India … … … … … … … … … …

14 Korea Utara … … … … … … … … … …

15 Maladewa <100 [<100 - <100] <100 [<100 - <100] <0,1% [<0,1% - <0,1%] <100 [<100 - <100] <100 [<100 - <100]

16 Nepal 49000 [32.000 - 100.000] 47000 [30.000 - 96.000] 0.003 [0,20% - 0,70%] 10000 [6.500 - 22.000] 4600 [3.000 - 9.400]

17 Sri Lanka 4200 [3.400 - 11.000] 4100 [3.300 - 9.900] <0,1% [<0,1% - 0,10%] 1400 [1.100 - 3.400] <500 [<200 - 2.300]

18 Timor Leste … … … … … … … … … …

Sumber: Global Report 2012, UNAIDS Report on the Global AIDS Epidemic
Lampiran 6.7
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2004-2012

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Total
NO NEGARA K M K M K M K M K M K M K M K M K M K M K M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24)

1 Kamboja 0 0 0 0 4 4 2 2 1 1 1 0 1 0 1 1 8 8 3 3 21 19

2 Laos 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2

3 Vietnam 3 3 29 20 61 19 0 0 8 5 6 5 5 5 7 2 0 0 4 2 120 58

4 Indonesia 0 0 0 0 20 13 55 45 42 37 24 20 21 19 9 7 12 10 9 9 192 160

5 Myanmar 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

6 Thailand 0 0 17 12 5 2 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 17

7 Bangladesh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 3 0 6 0

467
ASEAN 3 3 46 32 90 38 60 50 54 45 31 25 27 24 17 10 20 18 16 14 361 256
SEARO 0 0 17 12 25 15 58 48 43 37 25 20 21 19 9 7 14 10 12 9 224 177
Sumber : http://www.who.int/influenza/human_animal_interface/EN_GIP_20130426CumulativeNumberH5N1cases.pdf (diakses 20 Mei 2013)
Lampiran 6.8
JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI
DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2012

Tetanus
No Negara Difteri Pertusis Tetanus Neonatorum Campak Polio

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Brunei Darussalam 0 3 0 0 1 0

2 Filipina - 0 - 131 1536 0

3 Kamboja - 54 15 15 15 -

4 Laos 130 412 36 11 32 0

5 Malaysia 0 217 34 9 1868 -

6 Singapura - - - - - -

7 Vietnam 12 98 253 39 578 -

8 Indonesia 1192 - - 106 15489 0

9 Myanmar 19 2 75 29 2175 0

468
10 Thailand 63 14 101 0 5197 0

11 Bangladesh 16 13 614 109 1986 0

12 Bhutan 0 0 - 0 1 0

13 India 2525 44154 2404 588 18668 0

14 Korea Utara 0 8 0 0 0 0

15 Maladewa 0 0 3 0 0 0

16 Nepal 138 1595 359 32 3362 0

17 Sri Lanka 0 61 8 0 51 0

18 Timor Leste 0 0 10 4 16 0

A S E A N 1416 800 514 340 26891 0

S E A R O 3953 45847 3574 868 46945 0


Sumber : WHO vaccine-preventable diseases monitoring system, 2013 global summary (data as of 27 May 2013 updated: http://apps.who.int/immunization_monitoring/globalsummary)
Lampiran 6.9
PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

No Negara BCG (%) DPT3 (%) Polio3 (%) Campak (%) Hepatitis B3 (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Brunei Darussalam 96 97 99 91 96

2 Filipina 84 80 80 79 76

3 Kamboja 94 94 94 93 94

4 Laos 77 78 79 69 78

5 Malaysia 99 99 99 95 97

6 Singapura 99 96 96 95 96

7 Vietnam 98 95 96 96 95

469
8 Indonesia 82 63 70 89 63

9 Myanmar 93 99 99 99 52

10 Thailand 99 99 99 98 98

11 Bangladesh 95 96 96 96 96

12 Bhutan 95 95 95 95 95

13 India 87 72 70 74 47

14 Korea Utara 98 94 99 99 94

15 Maladewa 98 96 96 96 96

16 Nepal 97 92 92 88 92

17 Sri Lanka 99 99 99 99 99

18 Timor Leste 68 67 66 62 67
Sumber : WHO Immunization Summary, 2013: A Statistical Reference Containing Data through 2011
Lampiran 6.10
PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2005 - 2012

Anak Usia 6-59 Bulan


Pemeriksaan Persalinan oleh tenaga Anak dengan ASI eksklusif
Persentase KB aktif pada PUS yang mendapat
antenatal (4 kali) kesehatan (6 bulan)
Suplemen Vitamin A
No Negara
All Methods Modern Methods
2012 2005-2012 2005-2012 2005-2012 2005-2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Brunei Darussalam - - 100 10 - -

2 Filipina 51 34 78 62 34 76

3 Kamboja 51 35 59 71 74 71

4 Laos 32 29 - 37 26 18

5 Malaysia - - - 99 - -

6 Singapura 62 55 - 100 - -

7 Vietnam 78 60 60 92 17 83

8 Indonesia 61 57 82 80 32 69

9 Myanmar 41 38 43 71 - 56

10 Thailand 80 77 80 99 15 -

470
11 Bangladesh 61 52 26 31 64 84

12 Bhutan 66 65 77 58 49 -

13 India 54 47 50 58 46 16

14 Korea Utara 69 58 94 100 89 98

15 Maladewa 35 27 85 95 48 48

16 Nepal 50 43 50 36 70 87

17 Sri Lanka 68 53 93 99 76 -

18 Timor Leste 22 21 55 30 52 51
Sumber : - World Health Statistics 2013, WHO: Pemeriksaan antenatal, salinakes, ASI eksklusif
- The World Population Data Sheet, USAID, 2012: Persentase KB aktif
Lampiran 6.11

TAHUN 2010

Persentase Pengeluaran
Persentase Keseluruhan Persentase Pengeluaran Sektor Persentase Pengeluaran Pengeluaran per Kapita
No Negara Pengeluaran di Bidang Pemerintah di Bidang Swasta di Bidang Pemerintah di Bidang di Bidang Kesehatan Oleh
Kesehatan terhadap Produk Kesehatan terhadap Kesehatan terhadap Kesehatan terhadap Pemerintah (PPP int.
Domestik Bruto Seluruh Pengeluaran di Seluruh Pengeluaran di Seluruh Pengeluaran $)
Bidang Kesehatan Bidang Kesehatan Pemerintah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Brunei Darussalam 2.9 85.4 14.6 8.8 1,284

2 Filipina 4.1 36.1 63.9 8.8 59

3 Kamboja 6.0 21.5 78.5 6.1 28

4 Laos 2.6 46.5 53.5 5.4 31

5 Malaysia 4.4 55.5 44.5 9.2 358

471
6 Singapura 4.5 31.4 68.6 9.0 813

7 Vietnam 6.8 37.1 62.9 7.7 80

8 Indonesia 2.8 36.1 63.9 6.2 44

9 Myanmar 2.0 12.1 87.9 1.3 3

10 Thailand 3.9 75.0 25.0 14.3 248

11 Bangladesh 3.7 36.5 63.5 8.9 22

12 Bhutan 4.3 84.6 15.4 8.4 192

13 India 3.7 28.2 71.8 6.8 36

14 Korea Utara - - - - -

15 Maladewa 6.2 60.8 39.2 9.3 310

16 Nepal 5.1 37.4 62.6 9.5 23

17 Sri Lanka 3.5 45.6 54.4 6.9 80

18 Timor Leste 5.7 74.7 25.3 5.0 63


Sumber : World Health Statistics 2013, WHO
Lampiran 6.12
PREVALENSI BALITA MENURUT STATUS GIZI DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2007 - 2011

Underweight (WHO) Wasting (WHO) Stunting (WHO)


No Negara
Moderate & Severe Severe Moderate & Severe Moderate & Severe
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Brunei Darussalam - - - -

2 Filipina 22 - 7 32

3 Kamboja 28 7 11 40

4 Laos 31 9 7 48

5 Malaysia 13 - - 17

6 Singapura 3 0 4 4

7 Vietnam 12 2 4 23

472
8 Indonesia 18 5 13 36

9 Myanmar 23 6 8 35

10 Thailand 7 1 5 16

11 Bangladesh 36 10 16 40

12 Bhutan 13 3 6 34

13 India 43 16 20 48

14 Korea Utara 19 4 5 32

15 Maladewa 17 3 11 19

16 Nepal 29 8 11 41

17 Sri Lanka 21 4 15 17

18 Timor Leste 45 15 19 58
Sumber : - The State of The Worlds Children, 2013

Anda mungkin juga menyukai