Anda di halaman 1dari 19

FUNGI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Keanekaragaman Makhluk Hidup
yang dibina oleh Ibu Sito, Ibu Metri dan Ibu Novida

Oleh Kelompok 2
Off A

 Adinda Nora (130351603586)


 Ghufron Nurpatriya K (130351603582)
 Lilik Zuliatul Husna (130351603598)
 Merry Christiani (130351603600)
 Rifka Amilia (130351615569)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Oktober 2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam pembelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan
memahami tentang alam sekitar secara sistematis, sehingga ilmu biologi bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta konsep,
penemuan pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar beserta isinya yang terdiri dari dua
macam yaitu makhluk hidup (biotik) dan makhluk tidak hidup (abiotik)
(Bambang, 1998)
Sedangkan dilihat dari realita telah kita mengenal ada berbagai jenis
spesies ragi dan jamur tetapi ada hanya ada sekitar 1000 yang menyebabkan
penyakit pada manusia atau hewan (banyak yang lain menyebabkan penyakit pada
tumbuhan). Hanya dermatofita dan spesies candida yang sering ditularkan dari
satu orang ke orang lain.
Untuk lebih mudahnya, infeksi mikotik manusia dikelompokkan dalam
infeksi jamur superfisial, kutan, subkutan, dan profundan (atau sistematik).
Infeksi-infeksi jamur superfisial, kutan, atau subkutan pada kulit, rambut,
dan kuku dapat menjadi kronis dan resisten terhadap pengobatan tetapi jarang
mempengaruhi kesehatan umum si penderita. Mikosis profunda disebabkan oleh
jamur patogenik atau jamur opurunistik yang menginfeksi penderita dengan
gangguan imunologi. Mikosis profunda dapat menimbulkan gangguan sistematik
yang kadang-kadang fatal. Aktinomisetes bukan merupakan jamur tetapi bakteri
filamentosa yang bercabang. Namun, organisme ini menimbulkan penyakit yang
gambarannya menyerupai infeksi jamur.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu
permasalahan dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari fungi?
2. Dimanakah letak posisi fungi dalam taksonomi ?
3. Bagaimana Morfologi fungi?
4. Bagaimana cara hidup fungi?
5. Bagaimana reproduksi fungi?
6. Dimanakah letak habitat fungi?
7. Bagaimana klasifikasi fungi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari fungi
2. Untuk mengetahui posisi fungi dalam taksonomi
3. Untuk mengetahui morfologi fungi
4. Untuk mengetahui cara hidup fungi
5. Untuk megetahui reproduksi fungi
6. Untuk mengetahui habitat fungi
7. Untuk mengetahui Klasifikasi fungi
BAB II
ISI

2.1 Pengertian fungi


Fungi adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di
daerah tropik, subtropik, di kutub utara, maupun antarika. Fungi juga ditemukan
di darat, di perairaian tawar, di laut, di mangrove, di bawah permukaan tanah, di
kedalaman laut, dipengunungan, maupun di udara. Banyak faktor lingkungan
yang mempengaruhi kehidupan fungi, antara lain kelembapan, suhu, keasaman
substrat, pengudaraan, dan kehadiran nutrien-nutrien yang diperlukan.
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Fungi adalah nama regnum
dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna
makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya.
Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar
anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang
dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri.
Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran
keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda (ingat
metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi memperbanyak diri secara seksual
dan aseksual.
Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur
lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan
perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi
hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium
terdapat spora. Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh
jamur yang membentuk tunas adalah Saccharomyces.
Sedangkan dari sudut lain mengatakan bahwa fungi adalah
mikroorganisma eukaryotik yang hidup secara saprofit karena tidak dapat
berfotosintesa. Pada dasarnya sel -sel fungi hampir sama dengan sel - sel hewan.
Bahkan hal ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa sulit ditemukan
strategi yang tepat dalam mengobati infeksi oleh jamur tanpa berefek toksik bagi
inang / host nya. Di alam ini fungi dapat bersifat sangat merugikan manusia
dengan menimbulkan infeksi (penyakit) dan toksin yang dihasilkan ataupun
bersifat menguntungkan dengan menghasilkan produk - produk yang dapat
digunakan oleh manusia sebagai contoh antibiotika, vitamin, asam organik dan
enzim.
Infeksi yang ditimbulkan oleh fungi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
infeksi yang ditimbulkan karena fungi sebagai individu bersarang atau menyerang
tubuh kita (mengakibatkan infeksi) atau produk yang dihasilkan oleh fungi yang
masuk ke dalam tubuh kita (tanpa sengaja) yang bersifat toksik dan mematikan,
sebagai contoh : produk aflatoxin. Beberapa antibiotika yang dihasilkan oleh fungi
sebagai contoh penisilin dan sefalosporin sangat bermanfaat bagi perkembangan
dunia klinis. Produk ini bersifat efektif melawan bakteri gram positif maupun
gram negatif yang bersifat sangat merugikan kita.
Berdasarkan suhu, dikenal fungsi termofil, mesofil dan psikofil,
berdasarkan pH lingkungan, dikenal fungsi basofil, asidofil, dan netrofil.
Berdasarkan oksigen bebas yang ada dilingkungan fungi dapat dikelompokkan
sebagai fungi aerob dan fungi anaerob. Misalnya fungi yang hidup dalam rumen
ternak dan sejumlah khamir yang berperan pada permbuatan bir. Fungi dapat
hidup dalam lingkungan yang ekstrem dan dikenal sebagai fungsi termofil apabila
tumbuh baik pada suhu di atas 550C.
2.2 Posisi Fungi dalam Taksonomi
Fungi dulu dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya,
fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. Fungi bukan
autotrof seperti tumbuhan melainkan heterotrof sehingga lebih dekat ke hewan.
Usaha menyatukan fungi dengan hewan pada golongan yang sama juga gagal
karena fungi mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak seperti hewan
yang mencerna secara internal. Selain itu, sel-sel fungi berdinding sel yang
tersusun dari kitin, tidak seperti sel hewan.
2.3 Morfologi Fungi
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar
yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur
tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang
disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Pada umumnya sel kamir lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi
khamir yang paling kecil tiddak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat
beragam ukuranya, berkisar antara 1 sampai 5 µm lebar dan panjangnya dari 5
sampai 30 µm tau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang
memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas.
Tubuh atau talus, pada dasarnya memiliki dua bagian : miselium dan
spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan
beberapa filament yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5 sampai 10µm,
dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 µm.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa.
Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang
tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh
pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi
haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat
menembus jaringan substrat.
Ada tiga macam morfologi hifa, yaitu :
1. Aseptat atau senosit. Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau
septum.
2. Septet dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang
atau sel-sel berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-
tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus atau sitoplasma dari satu
ruang ke ruang lain. Sungguhpun setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak
terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas.
3. Septet dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel
dengan lebih dari satu nucleus dalam setiap ruang.
Miselium dapat vegetative (somatic) atau reprodutif. Beberapa hifa dari
miselium somatic menembus ke dalam medium untuk mendapatkan zat makanan.
Miselium reproduksi bertanggungjawab untuk pembentukan spora dan biasanya
tumbuh meluar ke udara dari mideum.
2.4 Cara Hidup Fungi
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan
organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk
memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui
hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen.
Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia
lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk
heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
a. Parasit obligat
Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada
inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya,
Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif
Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang
yang, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c. Saprofit
Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang
mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati
seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit
mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana
sehinggamudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung
menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme.
Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme
lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya.
Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza,
yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
Jamur berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi
dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa
jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur
yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari
kelas Oomycetes.
2.5 Reproduksi Fungi
Secara alamiah jamur berkembang biak dengan berbagai cara, baik secara
aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan spora, dapat pula
secara seksual dengan peleburan nucleus dari dua sel induknya. Pada pembelahan,
suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada
penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari tonjolan kecil pada sel inang.
Spora aseksual, yang berfungsi untuk menyebarkan spesies dibentuk
dalam jumlah besar. Ada banyak macam spora aseksual, yaitu:
1. Konidiospora atau konidium. Konidium yang kecil dan bersel satu disebut
mikrokonidium. Konidium dibentuk di ujung atau di sisi sutu hifa.
2. Sporangiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam kantung yang
disebut sporangium di ujung hifa khusus.
3. Oidium tau artrospora. Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya
sel-sel hifa.
4. Klamidospora. Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten
terhadap keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatic.
5. Blastospora. Tunas atau kuncup pada sel-sel khamir disebut blastospora.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan
konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu
persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama
adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami
(peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk
bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel
dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga
beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera
melakukan pembelahan meiosis.
Ada beberapa tipe spora seksual, yaitu:
1. Askospora
Spora bersel satu ini terbentuk didalam pundi atau kantung yang dinamakan
askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
2. Basidiospora
Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang
dinamakan basidium.
3. Zigospora.
Zigospora adalah spora besar berdindiing tebal yang terbentuk apabila ujung-
ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia.
4. Oospora
Oospora terbentuk didalam struktur betina khusus yang disebut ooginium.
Pembuahan telur, oosfer, oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam
anteredium menghasilkan oospora.
Spora aseksual dan seksual dapat dikitari oleh struktur pelindung yang
sangat terorganisasi yang disebut tubuh buah. Tubuh buah aseksual diantaranya
ialah aservulus dan piknidium. Tubuh buah seksual yang umum disebut
peritesium dan apotesium.
2.6 Habitat
Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur
hidup di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di
tempat lembab. Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada
organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat
hidup di lingkungan yang asam.
2.7 Klasifikasi Fungi
Jamur dibagi Menjadi 5 divisi :
1. Myxomicota
Myco = lendir, mykes= jamur, yaitu golongan jamur yang fase vegetatifnya
serupa lendir. Mempunyai satu kelas saja yaitu Myxomycetes.
Kelas Myxomycetes
Myxomycetes meliputi organisme yang tidak mengandung klorofil, yang
secara filogenetik tergolong ke dalam organisme yang sangat sederhana. Dalam
keadaan vegetatif tubuhnya berupa massa protoplasma telanjang yang bergerak
sebagai amoeba yang disebut plasmodium dengan cara hidup sebagai saprofit atau
seperti hewan
Di tempat yang lembab spora Myxomycetes dapat tumbuh menjadi amuba
lendir dan spora kembara. Amuba lendir dan spora kembara masing-masing
menjalar mencari makanan. Spora kembara dapat menjadi amuba lendir dan
membentuk kista dalam keadaan kurang air. Setelah keadaan membaik kista
berubah kembali menjadi amuba lendir. Amuba lendir dapat membelah berkali-
kali membentuk massa lendir yang luas.
Spora Myxomycetes berkecambah dalam air atau di atas substrat basah
menjadi satu atau beberapa spora kembara yang dinamakan miksoflagellata.
Setelah beberapa lama bulu cambuknya lenyap dan berubah menjadi
miksoamoeba. Miksoflagellata dan miksoamoeba dapat berbiak vegetatif dengan
cara membelah diri. Dua miksoamoeba atau dua miksoflagellata dapat
mengadakan perkawinan menjadi amoebazigot, dan dalam amoebazigot kedua inti
akhirnya bersatu. Badan yang dioploid ini tidak langsung membentuk dinding
melainkan tetap telanjang dan bersifat amoeboid, dan dengan sesamanya bisa
bersatu membentuk plasmodium yang besar dan mempunyai banyak inti. Inti
dapat bertambah banyak karena adanya mitosis yang berulang-ulang. Contoh
species : Physarum nutans dan Arcyria sp.
Gambar : Physarum nutans dan Arcyria sp.

Habitatnya di tempat sejuk yang lembap, makanannya diserap dari akar


batang pohon serta dari hancuran dedaunan. Beberapa ada yang hidup sebagai
parasit dan saprofit.

2. Zygomycota
Jamur ini dinamakan Zygomycota karena membentuk spora istrahat
berdinding tebal yang disebut zigospora. Zigospora merupakan hasil peleburan
menyeluruh antara dua gametangium yang sama atau berbeda.
Jamur yang tergolong divisi ini hidup di darat, di atas tanah, atau pada
tumbuhan dan hewan yang telah membusuk.
a. Stuktur tubuh
Zygomycota memimiliki miselium yang bercabang banyak dan tidak bersekat-
sekat. Hifanya bersifat senositik. Septa hanya ditemukan pada sel-sel
bereproduksi. Ada beberapa tipe hifa pada Zygomycota yaitu :
 Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat. Misalnya
jamur pada roti
 Rizoid, Hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk
menyerap makanan
 Sporangiofor, Hifa yang tegak dipermukaan substrat dan memiliki
sporangium globuler diujungnya.
b. Cara Reproduksi
Untuk mengetahui proses reproduksi Zygomycota dapat dilihat dari cara
reproduksi Rhizopus. Cara reproduksi jamur tersebut dianggap representative
untuk devisi Zygomycota. Rhizopus dapat bereproduksi secara aseksual dan
seksual.
Reproduksi aseksual (vegetetif) dilakukan dengan spora yang tersimpan
didalam sporangium. Jika spora matang, sporangium (kotak spora) akan
pecah sehingga sporangium tersebar terbawa angin. Spore yang jatuh
ditempat yang sesuai akan tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual (generatif) dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini
terjadi pada hifa-hifa yang berlainan jenis yang biasanya ditandai dengan hifa
(+) dan hifa (-).
Tahap-tahap :
a. Dua hifa yang saling berlaina jenis, yakni hifa (+) dan (-) saling
berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi tertentu mengalami pembengkakan
dan pemajangan. Bagian hifa demikian disebut gametangium.
b. Kedua gametangium bertemu dan melebur. Inti (+) dan (-) melebur
membentuk zigot. Selanjutnya, zigot berkembang menjadi zigospora
(diploid).
c. Zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid
mengalami meiosis menghasilkan inti haploid (n).
d. Jika lingkungan sesuai, maka zigospora akan tumbuh dan membentuk
sporangium yang ditompang dengan sporangiofor. Selanjutnya, reproduksi
secara aseksual dimulai lagi yang ditandai dengan pematangan sporangium
hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar.

jamur Pilobulus Sp.

Zygospora- konidia (asexual)

Zygosporangia (sexual)
3. Ascomycota
Ascomycota memiliki hifa yang bersekat. Ascomycota menghasilkan
spora seksual askospora yang dihasilkan oleh askus yang terbentuk dalam tubuh
buah yang disebut askokarp, sedangkan spora aseksual konidia. Beberapa contoh
Ascomycota antara lain Saccharomyces cereviceae (digunakan sebagai
pengembang roti dan pembuatan minuman beralkohol), Aspergillus wentii
(pettt5mbuatan kecap), Penicillium chrysogenum (pembuatan antibiotik),
Neurospora crassa (berperan dalam produksi oncom).
Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara membentuk tunas (pada jamur
uniseluler) dan spora aseksual (pada jamur multiseluler). Spora aseksual terbentuk
pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor. Spora aseksual biasa disebut
konidia.
Reproduksi seksual dilakukan dengan askus. Askus adalah semacam
sporangium yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya
mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut askokarp
/askoma
Tahap-tahap :
a. Spora askus tumbuh menjadi benang hifa yang bercabang-cabang.
b. Satu atau beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium
yang ukurannya lebih besar dari hifa biasa. Ujung hifa lainnya membentuk
anteridium. Anteridium dan askogonium tersebut leteknya berdekatan dan
memiliki sejumlah inti yang haploid.
c. Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dan
anteridium.
d. Selanjutnya, inti dari anteridium pindah ke askogonium melalui trikogin dan
berpasangan dengan inti pada askogonium.
e. Pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-
inti membelah secara meiosis dan tetap berpasangan.
f. Hifa askogonium tumbuh dan membentuk septa bercabang. Bagian
askogonium berinti banyak sedangkan pada bagian ujungnya berinti dua.
Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus.
g. Hifa askogonium berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetative
yang kompak, membentuk tubuh buah.
h. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah
secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askopora). Askopora yang
jatuh pada lingkungan yang sesuai akan tumbuh membentuk hifa (miselium
baru).

4. Basidiomycota
Basidiomycota memiliki hifa yang bersekat. Basidiomycota menghasilkan
spora seksual basidiospora yang terbentuk dalam tubuh buah yang disebut
basidiokarp, sedangkan spora aseksual konidia. Beberapa contoh
Basidiomycota antara lain Auricularia polytricha (jamur kuping) dan
Volvariella volvaceae (jamur merang) keduanya dapat dimakan, Amanita
phalloides (beracun) dan juga jamur Clavulinopsis Sp.
Pada umumnya, basidiomycota bereproduksi secara seksual. Reproduksi secara
aseksual biasanya jarang terjadi.
Tahap-tahap :
a. Spora basidium atau konidium tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan
satu inti (monokariotik). Hifa tersebut membentuk miselium.
b. Hifa dari dua strain yang berbeda, (+) dan (-), masing-masing ujungnya
bersinggungan dan melebur yang diikuti dengan larutnya masing-masing
dinding sel.
c. Inti sel dari salah satu sel berpidah ke sel yang lainnya sehingga sel
tersebut memiliki dua inti (dikariotik).
d. Selanjutnya, sel dikariotik tumbuh menjadi miselium dikariotik dan
seterusnya tumbuh menjadi tubuh buah (basidiokarp), misalnya sepertinya
seperti payung. Bagian bawah tubuh buah membentuk basidium yang
terletak pada bilah-bilah (lamella) bagian bawah.
e. Masing-masing basidium memiliki dua inti (2n). kedua inti tersebut
mengalami meiosis sehingga terbentuk 4 inti haploid.
f. Selanjutnya, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium
atau disebut juga spora seksual.
5. Deuteromycota
Deuteromycota memiliki hifa yang bersekat. Deuteromycota menghasilkan
spora aseksual konidia, sedangkan spora seksual belum diketahui. Apabila
dapat diidentifikasi spora seksualnya, maka fungi dalam kelompok ini akan
diklasifikasikan kembali. Contoh Deuteromycota antara lain Trichophyton,
Epidermophyton flocossum.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian materi di atas dapat penulis simpulkan bahwa :


1. Fungi adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di
daerah tropik, subtropik, di kutub utara, maupun antarika. Fungi juga
ditemukan di darat, di perairaian tawar, di laut, di mangrove, di bawah
permukaan tanah, di kedalaman laut, dipengunungan, maupun di udara.
2. Fungi dulu dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya,
fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda.
3. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-
jalinan semu menjadi tubuh buah.
4. Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan
melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk
glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur
bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin,
dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.
Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit
fakultatif, atau saprofit.
5. Secara alamiah jamur berkembang biak dengan berbagai cara, baik secara
aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan spora,
dapat pula secara seksual dengan peleburan nucleus dari dua sel induknya
6. Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur
hidup di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan
di tempat lembab.
7. Fungi dibagi menjadi 5 Divisi, yaitu: Myxomycota, Zygomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.
DAFTAR PUSTAKA

Benmar, Said. 2013. Filum Oomycota, (Online),


(http://hsaidbenmar.blogspot.com/2013/02/filum-oomycota-dan-
myxomycota.html), diakses 25 Oktober 2014.

Nawas, Hendler. 2011. Daur Hidup Fungi, (Online),


(http://handlernawaz.blogspot.com/2011/11/daur-hidup-dan-peranan-
fungi.html), diakses 25 Oktober 2014.

Hardanita, Febicha. 2012. Ascomycota, (Online), (http://febricha-


hardanita.blogspot.com/2012/01/ascomycota.html), diakses 24 Oktober
2014.

Damayanti, Linda. 2014. Siklus Hidup Oomycota,


(Online), (http://damayantilinda.blogspot.com/2014/01/biologi-siklus-
hidup-oomycota-jamur-air.html), diakses 25 Oktober 2014.

Vike. 2009. Makalah Fungi dan Cendawan, (Online),


(http://bionivike.blogspot.com/2009/12/makalah-fungi-dan-
cendawan.html), diakses 24 Oktober 2014.

Alban, Ikhsan. 2012. Makalah Fungi, (Online),


(http://iksanuromud.blogspot.com/2012/01/makalah-fungi.html),
diakses 24 Oktober 2014.

Yulianti, Esther. 2012. Makalah Fungi, (Online),


(https://id.scribd.com/doc/92842256/Makalah-Fungi), diakses 25
Oktober 2014.

Adriani, Hilda. 2012. Makalah Fungi, (Online),


(http://hildaandriani.blogspot.com/2012/11/makalah-fungi.html),
diakses 24 Otober 2014.

Anda mungkin juga menyukai