b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. Aseton plasma (aseton) :
positif secara mencolok. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
• Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik) •
Alkalosis respiratorik • Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap stress/infeksi.
• Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi
ginjal. • Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut. Insulin
darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai
meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
b) Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
c) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
d) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
4. Fungsional Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki
diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang
lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya
resiko Kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi
b. Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan
sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi
koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga
klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan,
gangguan penglihatan .
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Adanya
peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten
pada pria. risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan
nefropati.(Chin-Hsiao Tseng on journal, Maret 2011)
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
k. Nilai Kepercayaan
l. Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada
kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.
1. Kerja cepat (rapid acting) Contoh: Actrapid, Humulin R, Reguler Insulin (Crystal
Zinc Insulin) Bentuknya larutan jernih, efek puncak 2-4 jam setelah penyuntikan,
durasi kerja sampai 6 jam. Merupakan satu-satunya insulin yang dapat
dipergunakan secara intra vena. Bisa dicampur dengan insulin kerja menengah
atau insulin kerja panjang.
2. Kerja menengah (intermediate acting) Contoh: Insulatard, Monotard, Humulin N,
NPH, Insulin Lente Dengan menambah protamin (NPH / Neutral Protamin
Hagedom) atau zinc (pada insulin lente), maka bentuknya menjadi suspensi yang
akan memperlambat absorpsi sehingga efek menjadi lebih panjang. Bentuk NPH
tidak imunogenik karena protamin bukanlah protein.
3. Kerja panjang (long acting) Contoh: Insulin Glargine, Insulin Ultralente, PZI
Insulin bentuk ini diperlukan untuk tujuan mempertahankan insulin basal yang
konstan. Semua jenis insulin yang beredar saat ini sudah sangat murni, sebab
apabila tidak murni akan memicu imunogenitas, resistensi, lipoatrofi atau
lipohipertrofi
Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien
dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah
diperiksa setiap 6 jam sekali. Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula
darah, yaitu :
ULKUS DIABETIKUM
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Klasifikasi :
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi menjadi faktor
endogen dan ekstrogen.
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah angipati, neuropati
dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensai
nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan
terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi
pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki
klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,
oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh
(Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai Ulkus Diabetikum
akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angipati dan infeksi
berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus Diabetikum (Askandar 2001).
DM jika tidak dikelola dengan baik akan dapa menyebabkan terjadinya berbagai
komplikasi kronik diabetes salah satunya adalah terjadinya ulkus diabetikum. Jika
keadaan gula darah selalu dapat dikendalikan dengan baik diharapkan semua
komplikasi yang akan terjadi dapat dicegah paling tidak dihambat.
Diagnosa Intervensi
Kriteria Hasil
Keperawatan Keperawatan
(NOC)
(NANDA) (NIC)
Resiko Ketidakstabilan 1) Tingkat glukosa darah a) Managemen
Kadar Glukosa Darah Defenisi : keadaan dimana Hiperglikemia
berhubungan tingkat glukosa di plasma
dengan Asupan Aktifitas ;
dan urin dalam rentang
Makanan,
Ketidakadekuatan normal Memantau
Monitor Glukosa Darah, Indikator : peningkatan gula
Kurangan Ketaatan Glukosa darah dalam darah
Dalam Manajemen batas normal Memantau gejala
Diabetes Glukosa urin dalam hiperglikemia,
Definisi : resiko variasi batas normal poliuria, polidipsi,
dari glukosa darah atau Urin keton poliphagi, dan
tingkat gula dari rentang 2) Manajemen Diabetes kelelahan.
normal secara mandiri Memantau urin
Definisi : melakukan keton
manajemen Diabetes secara Memberikan insulin
mandiri, pengobatan dan yang sesuai
pencegahan tehadap Memantau status
perjalanan penyakit cairan
Indikator : Antisipasi situasi
dalam persyaratan
Memantau glukosa pemberian insulin
darah dalam batas Membatasi gerakan
normal ketika gula darah
Mengobati gejala dari diatas 250 mg/dl,
hiperglikemia terutama apabila
Mengobati gejala dari terdapat urin keton
hipoglikemia Mendorong pasien untuk
3) Kurangnya pengetahuan memantau gula
tentang manajemen diabetes darah
4) Ketidakadekuatan dalam
memantau gula darah b) Manajemen
5) Pengetahuan tentang diet hipoglikemia (2130)
Aktivitas :
Mengenali pasien
dengan resiko
hipoglikemia
Memantau gula
darah
Memantau gejala
hipoglikemia
seperti:tremor,
berkeringat, gugup,
tacikardi, palpitasi,
mengigil,
perubahan perilaku,
coma.
Memberikan
karbohidrat
sederhana yang
sesuai
Memberikan
glukosa yang sesuai
Melaporkan segera
pada dokter
Memberikan
glukosa melalui IV
Memperhatikan
jalan nafas
Mempertahankan
akses IV
Lindungi jangan
sampai cedera
Meninjau peristiwa
terjadinya
hipoglikemia dan
faktor penyebabnya
Memberikan umpan
balik mengenai
manajemen
hipoglikemia
Mengajarkan pasie
n dan keluarga
mengenai gejala,
faktor resiko,
pencegahan
hipoglikemia
Menganjurkan
pasien memakan
karbohidrat yang
simple setiap waktu
3) Monitor Gizi
Aktivitas :
Memantau berat
badan pasien
Memantau turgor
kulit
Memantau mual
dan muntah
Memantau albumin,
total protein, Hb,
hematokrit, dan
elektrolit
Memantau tingkat
energi, lemah, letih,
rasa tidak enak
Memantau apakah
konjungtiva pucat,
kemerahan, atau
kering
Memantau intake
nutrisi dan kalori
3) Terapi Intravena
Aktivitas :
Periksa tipe,
jumlah, expire date,
karakter dari cairan
dan kerusakan botol
Tentukan dan
persiapkan pompa
infuse IV
Hubungkan botol
dengan selang yang
tepat
Atur cairan IV
sesuai suhu ruangan
Kenali apakah
pasien sedang
penjalani
pengobatan lain
yang bertentangan
dengan pengobatan
ini
Atur pemberian IV,
sesuai resep, dan
pantau hasilnya
Pantau jumlah tetes
IV dan tempat infus
intravena
Pantau terjadinya
kelebihan cairan
dan reaksi yang
timbul
Pantau kepatenan
IV sebelum
pemberian medikasi
intravena
Ganti kanula
IV, apparatus, dan
infusate setiap 48
jam, tergantung
pada protocol
Perhatikan adanya
kemacetan aliran
Periksa IV secara
teratur
Pantau tanda-tanda
vital
Batas kalium
intravena adalah 20
meq per jam atau
200 meq per 24 jam
Catat intake dan
output
Pantau tanda dan
gejala yang
berhubungan
dengan infusion
phlebitis dan infeksi
lokal
b) Perawatan Luka
(3660)
Aktifitas :
Mengganti balutan
plester dan debris
Mencukur rambut
sekeliling daerah
yang terluka, jika
perlu
Mencatat
karakteristik luka
termasuk warna,
bau dan ukuran
Membersihkan
dengan larutan
saline atau
nontoksik yang
sesuai
Memberikan
pemeliharaan kulit
luka bernanah
sesuai kebutuhan
Mengurut sekitar
luka untuk
merangsang
sirkulasi
Menggunakan unit
TENS (Transcutane
ous Elektrikal
Nerve
Stimulation) untuk
peningkatan
penyembuhan luka
yang sesuai
Menggunakan salep
yang cocok pada
kulit/ lesi, yang
sesuai
Membalut dengan
perban yang cocok
Mempertahankan
teknik pensterilan
perban ketika
merawat luka
Memeriksa luka
setiap mengganti
perban
Membandingkan
dan
mencatat secara
teratur perubahan-
perubahan pada
luka
Menjauhkan
tekanan pada luka
Mengajarkan pasien
dan anggota
keluarga prosedur
perawatan luka
c) Posisi
Aktivitas :
Menyediakan
tempat tidur yang
terapeutik
Memelihara
kenyamanan tempat
tidur
Menempatkan
dalam posisi yang
terapeutik
Posisi dalam
mempersiapkan
kesajajaran tubuh
Kelumpuhan/menyo
kong bagian tubuh
Memperbaiki
bagian tubuh
Menghindari
terjadinya amputasi
dalam posisi fleksi
Memposisikan
untuk mengurangi
dyspnea (mis. posisi
semi melayang),
jika diperlukan
Memfasilitasi
pertukaran
udara yang bagus
untuk bernafas
Menyarankan untuk
peningkatan rentang
latihan
Menyediakan
pelayanan
penyokong untuk
leher
Memasang
footboard untuk
tidur
Gunakan teknik log
roll untuk berputar
Meningkatkan
eliminasi urin, jika
diperlukan
Menghindari tempat
yang akan melukai
Menopang dengan
backrest, jika
diperlukan
Memperbaiki kaki
20 derajat diatas
jantung, jika
diperlukan
Menginstruksikan
kepada pasien
bagaimana
menggunakan
posisi yang bagus
dan gerak tubuh
yang bagus dalam
beraktifitas
Mengontrol sistem
pelayanan untuk
mengatur persiapan
Memelihara posisi
akan integritas dari
system
Memperbaiki
kepala waktu tidur,
jika diperlukan
Mengatur indikasi
kondisi kulit
Membantu
imobilisasi setiap 2
jam, sesuai jadwal
Gunakan alat bantu
layanan untuk
mendukung kaki
(mis. Hand roll dan
trochanter roll)
Menggunakan alat-
alat yang digunakan
berulang ditempat
yang mudah
dijangkau
Menempatkan
posisi tempat tidur
yang nyaman agar
mudah dalam
perpindahan posisi
Menempatkan
lampu ditempat
yang mudah
dijangkau