Anda di halaman 1dari 6

NAMA : WANDAN NUR KHOIRANI

NPM : 16710324

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

1. Definisi

Demam Dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, DEN-4, dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau Aedes
albopictus.

1. Manifestasi klinis
a. Demam : dengan onset akut, demam tinggi dan berlangsung terus menerus, lamanya
demam kebanyakan dua hingga tujuh hari.
b. Terdapat satu dari manifestasi perdarahan berikut : uji torniquet positif (paling
sering), petekie, purpura (pada area pengambilan sampel darah vena) , ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan/atau melena
c. Hepatomegali dapat dijumpai pada 90-98% anak-anak.
d. Syok, dengan manifestasi takikardia, perfusi jaringan yang buruk dengan pols yang
lemah serta tekanan nadi yang sempit ( < 20 mmHg ) atau hipotensi yang disertai
dengan akral dingin dan lembab dan atau gelisah.
2. Laboratorium
a. Trombositopenia ( < 100.000 / mm3 )
b. Hemokonsentrasi : hematokrit meningkat > 20% dari baseline pasien tersebut atau
populasi dengan usia sama. Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan
hemokonsentrasi atau peningkatan nilai hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosa
DBD. Jika terdapat hepatomegali selain dua kriteria klinis diatas, maka DBD dapat
disangkakan sebelum munculnya tanda-tanda kebocoran plasma.
c. Munculnya efusi pleura (yang ditemukan berdasarkan rontgen torak maupun sonografi)
merupakan bukti yang paling objektif terhadap adanya kebocoran plasma, dengan
hipoalbuminemia sebagai bukti pendukungnya.

DEMAM TIFOID

1. Definisi

Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella


enterica serovar typhi (S typhi).

2. Gejala klinis
Setelah 7-14 hari tanpa keluhan atau gejala, dapat muncul keluhan atau gejala
yang bervariasi mulai dari yang ringan dengan demam yang tidak tinggi, malaise, dan
batuk kering sampai dengan gejala yang berat dengan demam yang berangsur makin
tinggi setiap harinya, rasa tidak nyaman di perut, serta beraneka ragam keluhan lainnya.
Gejala yang biasanya dijumpai adalah demam sore hari dengan serangkaian keluhan
klinis, seperti anoreksia, mialgia, nyeri abdomen, dan obstipasi. Dapat disertai dengan
lidah kotor, nyeri tekan perut, dan pembengkakan pada stadium lebih lanjut dari hati atau
limpa atau kedua-duanya. Pada sekitar 25% dari kasus, ruam makular atau
makulopapular (rose spots) mulai terlihat pada hari ke 7-10, terutama pada orang berkulit
putih, dan terlihat pada dada bagian bawah dan abdomen pada hari ke 10-15 serta
menetap selama 2-3 hari. Sekitar 10-15% dari pasien akan mengalami komplikasi,
terutama pada yang sudah sakit selama lebih dari 2 minggu. Komplikasi yang sering
dijumpai adalah reaktif hepatitis, perdarahan gastrointestinal, perforasi usus, ensefalopati
tifosa, serta gangguan pada sistem tubuh lainnya mengingat penyebaran kuman adalah
secara hematogen. Bila tidak terdapat komplikasi, gejala klinis akan mengalami
perbaikan dalam waktu 2-4 minggu.

3. Diagnosa

Kultur darah merupakan gold standard metode diagnostik dan hasilnya positif
pada 60-80% dari pasien, bila darah yang tersedia cukup. Peran pemeriksaan Widal
(untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen Salmonella typhi) masih kontroversial.
Biasanya antibodi antigen O dijumpai pada hari 6-8 dan antibodi terhadap antigen H
dijumpai pada hari 10-12 setelah sakit. Pada orang yang telah sembuh, antibodi O masih
tetap dapat dijumpai setelah 4-6 bulan dan antibodi H setelah 10-12 bulan. Karena itu,
Widal bukanlah pemeriksaan untuk menentukan kesembuhan penyakit. Diagnosis
didasarkan atas kenaikan titer sebanyak 4 kali pada dua pengambilan berselang beberapa
hari atau bila klinis disertai hasil pemeriksaan titer Widal di atas rata-rata titer orang sehat
setempat. Pemeriksaan Tubex dapat mendeteksi antibodi IgM. Hasil pemeriksaan yang
positif menunjukkan adanya infeksi terhadap Salmonella. Pemeriksaan lain adalah
dengan Typhidot yang dapat mendeteksi IgM dan IgG. Terdeteksinya IgM menunjukkan
fase akut demam tifoid, sedangkan terdeteksinya IgG dan IgM menunjukkan demam
tifoid akut pada fase pertengahan. Yang lebih baru lagi adalah Typhidot M yang hanya
digunakan untuk mendeteksi IgM saja. Typhidot M memiliki sensitivitas dan spesifi sitas
yang lebih tinggi dibandingkan Typhidot. Pemeriksaan ini dapat menggantikan Widal,
tetapi tetap harus disertai gambaran klinis sesuai yang telah dikemukakan sebelumnya

4. Terapi
a. Istirahat dan perawatan
b. Diet
c. Pemberian antimikroba
1. Kloramfenikol dosis 4x500 per hari diberikan selama 7 hari
2. Tiamfenikol dosis 4x500 per hari diberikan selama 7 hari
3. Kotrimoksazol dosis 2x2 tab diberikan selama 2 minggu
4. Sefalosporin generasi ke-3 yaitu ceftriaxone dosis 3-4 gram perinfus diberikan
selama 3-5 hari
5. Flourokuinolon
a. Norfloksasin dosis 2x400 mg/hari selama 14 hari
b. Siprofloksasin dosis 2x500 mg/hari selama 6 hari
c. levofloksasin dosis 1x500 mg/hari selama 5 hari

KOMA HIPOGLIKEMIA

1. Definisi
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dL ,atau kadar
glukosa darah ,<80 mg/dL, dengan gejala klinis, hipoglikemia pada DM terjadi karena:
a. Kelebihan obat / dosis obat ; terutama insulin ,atau obat hipoglikemia oral
b. Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun ; gagal ginjal kronik pasca
persalinan
c. Asupan makan tidak adekuat ; jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat
d. Kegiatan jasmani berlebihan
2. Gejala dan tanda klinis
a. Stadium parasimpatik ; lapar,mual,tekanan darah turun
b. Stadium gangguan otak ringan ; lemah lesu ,sulit bicara ,kesulitan menghitung
sementara
c. Stadium simpatik; keringat dingin pada muka ,bibir atau tangan gemetar
d. Stadium gangguan otak berat ;tidak sadar,dengan atau tanpa kejang

Tanda klinis :

pucat, diaphoresis, tekanan darah turun, frekuensi denyut jantung ,penurunan


kesadaran ,deficit neurologik fokal transient.

1. Terapi
Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia );
a. Diberikan larutan destrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL)bolus intra vena
b. Diberikan cairan dekstrosa 10 % per infuse ,6 jam perkolf
c. Periksa GD sewaktu (GDs) ,kalau memungkinkan dengan glukometer
d. Bila GDs < 50 mg /dL-- + bolus dekstrosa 40% 50 % ml IV
e. Bila GDs < 100 mg /dL --+ bolus dekstrosa 40 % 25 % mL IV
f. periksa GDs setiap satu jam setelah pemberian dekstrosa 40%
g. bila GDs < 50 mg/dL -- + bolus dekstrosa 40 % 50 mL IV
h. bila GDs <100 mg/dL -- +bolus dekstrosa 40 % 25 mL IV
i. bila GDs 100 – 200 mg /dL -- tanpa bolus dekstrosa 40 %
j. bila GDs >200 mg/dL pertimbangan menurunkan kecepatan drip dekstrosa 10 %
k. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 berturut –turut ,pemantauan GDs setiap 2 jam
,dengan protocol sesuai diatas ,bila GDs >200 mg/dL – pertimbangkan
mengganti infuse dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9
l. Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut- turut ,pemantauan GDs setiap 4
jam ,dengan protocol sesuai diatas .bila GDs > 200 mg/dL – pertimbangkan
mengganti infuse dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0.9 %
7) Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut ,slinding scale setiap 6
jam :
GD RI
(Mg/dl) (unit,subkutan)
<200 0
200-250 5
250-300 10
300-350 15
>350 20

m. bila hipoglikemia belum teratasi ,dipertimbangkan pemberian antagonis insulin


seperti ; adrenalin ,kortison dosis tinggi ,atau glikagon 0,5-1 mg IV / IM ( bila
penyebabnya insulin )
n. bila pasien belum sadar ,GDs sekitar 200 mg / dL .hidrokortison 100 mgper 4
jam selama 12 jam atau deksametason 10 mg IV bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6
jam dan manitol 1,5 - 2 g/kgBB IV setiap 6-8 jam ,cari penyebab lain penurunan
kesadaran

Anda mungkin juga menyukai