SISTEM REPRODUKSI
MODUL 1
KEPUTIHAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
Ahmad Akbar Arifin 10542045513
Andi Nurul Abidah Ramli 10542046613
Aulia Fatimannisa 10542057714
Andi Nurul Azizah Abbas 10542057814
Rezky Ramadhani Syarif 10542060615
Andi Musdalifah 10542060715
Muhammad Lestari Putra 10542061615
Andi Insdahyana Bintang 10542063615
Dwi Utami Abdul Latif 10542063715
Affandi Hafid 10542064315
Ermi Marlina 10542065415
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
MODUL 2
KEPUTIHAN
SKENARIO
Nona ita 22 tahun datang kepuskesmas datang ke puskesmas dengan keputihan yang
berbau amis, saat ini nona ita sedang menghadapi ujian akhir.
KATA KUNCI
Wanita 22 tahun
Keputihan berbau amis
Sedang menghadapi ujian akhir
PERTANYAAN
1. Definisi keputihan?
2. Struktur anatomi, Fisiologi dan Histologi Organ yang terkait pada kasus?
3. Apa saja faktor-faktor predisposisi yang dapat menyebabkan keputihan patologis?
4. Etiologi keputihan patologis?
5. Patofisiologi keputihan hingga berbau amis?
6. Apakah ada hubungan antara faktor psikologi dengan keputihan?
7. Langkah-langkah diagnostik?
8. DD berdasarkan skenario?
1. Definisi keputihan?
Keputihan adalah (leukorea/fluor albus/vaginal discharge) adalah semua
pengeluaran cairan dari vagina yang tidak berupa darah. Merupakan penyakit melainkan
salah satu tanda gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita. Gejala ini diketahui
karena adanya sekret yang mengotori celana dalam.
2. Struktur anatomi, Fisiologi dan Histologi Organ yang terkait pada kasus?
Anatomi, Fisiologi, dan Histologi
Vagina
Secara anatomis vagina memiliki 3 lapisan yakni lapisan mukosa, muskularis dan
adventisia.
Mukosa pada vagina berikatan kuat dengan lapisan muskularis. Di lapisan
epithelial mukosa terdapat 2 lipatan utama longitudinal. Salah satunya di anterior
sedangkan sisanya di posterior. Masing – masing lipatan ini membentuk lipatan –
lipatan yang lebih kecil yang meluas secara transversal pada vagina dengan kedalaman
lipatan yang berbeda – beda. Lipatan – liptaan ini berkembang baik ketika seorang
wanita belum pernah melahirkan.
Secara histologis, epitel yang terdapat pada vagina adalah epitel squamosa tidak
bertanduk. Setelah masa pubertas, epitel pada vagina mengalami penebalan dan kaya
akan glikogen. Tidak seperti mamalia lain, epitel vagina pada manusia tidak mengalami
perubahan secara signifikan selama siklus menstruasi. Tapi yang mengalami perubahan
hanyalah kadar glikogen yang meningkat pada masa setelah ovulasi dan berkurang pada
saat akhir masa siklus.
Produksi glikogen pada epitel vagina dipengaruhi oleh estrogen. Hormon ini
menstimulasi epitel vagina sehingga dapat memproduksi dan menyimpan glikogen
dalam jumlah yang besar, yang kemudian dilepaskan pada lumen vagina untuk
membasahi daerah sekitarnya. Secara alami, flora normal vagina akan memetabolisme
glikogen membentuk asam laktat yang bertanggung jawab dalam merendahkan suasana
pH vagina, terutama saat pertengahan siklus menstruasi. Suasana asa ini sangat
berperan dalam mencegah invasi bakteri patologis.
Cervix Uterus
Cervix uterus merupakan bagian yang menghubungkan vagina dengan tuba
tuerina melalui os external canalis cervicalis yang dilapisi oleh membran mucosa yang
disebut endocervix. Bagian ini mengandung mucus yang disekresikan oleh kelenjar
tubular yang dilapisi oleh epitel kolumner dan dipenuhi oleh sel silia.
Aktivitas sekresi kelenjar pada endocervix diregulasi oleh estrogen dan mencapai
jumlah maximal pada masa ovulasi. Fungsi sekret endocervicalis adalah memberi
lubrikasi selama hubungan seksual terjadi dan berperan sebagai sawar yang melindungi
dari invasi bakteri.
Selama ovulasi, mukus pada cervix menjadi lebih encer, berair dan pHnya lebih
alkali dibanding sebelumnya, kondisi ini dibuat sedemikian rupa agar dapat mendukung
migrasi sperma. Selain itu terjadi pula peningkatan jumlah ion dalam mukus sehingga
terbentuk kristal – kristal yang menyerupai pakis. Secara klinis, hal ini dapat digunakan
sebagai pendeteksi saat yang tepat untuk melakukan fertilisasi.Setelah masa ovulasi,
mukus cervix menjadi lebih kental dan asam.
Ada sejumlah flora normal pada vagina dan cervix, namun yang paling sering
ditemui adalah Lactobacillus acidophilus. Bakteri ini mampu memproduksi asam laktat
dengan jalan memecahkan glikogen yang berasal dari sekret vagina dan cervix. Asam
laktat ini membentuk semacam lapisan asam (pH 3,0), yang dapat mencegah proliferasi
bakteri patologis.
Jadi secara umum, keputihan merupakan hal yang fisiologis. Namun kondisinya
dapat berubah menjadi patologis ketika jumlah bakteri yang menginvasi traktus
genitalia meningkat ataupun karena penurunan daya tahan tubuh pejamu.
Pertumbuhan
Berperan dalam
mikroorganisme Produksi enzim
pelepasan
anaerobik yang proteolitik
produk biologik
berlebihan
Hubungan antara faktor psikologi dengan keputihan berkaitan erat dengan persoalan
hormonal. Saat stres terjadi, hormon estrogen mengalami peningkatan produksi sehingga
menstimulasi epitel vagina dan serviks menghasilkan glikogen lebih banyak dari jumlah
normal. Selain itu saat stres terjadi, daya tahan tubuh mengalami penurunan sehingga
ikut menambah kerentanan seseorang terserang invasi bakteri.
7. Langkah-langkah diagnostik?
1. ANAMNESIS TAMBAHAN
a. Onset: untuk mengetahui sejak kapan gejala seperti ini dialami dan apakah
inimerupakan gejala berulang atau pertama kalinya.
b. Warna dan konsistensi: hal ini sangat penting ditanyakan sebab warna sekret
dankonsistensi dapat menjadi petunjuk patogen penyebab timbulnya
gejala. Namununtuk memastikannya harus dilakukan pemeriksaan sekret vagina.
c. Gejala lain: Keputihan patologis biasanya selain ditandai bau amis, ada
jugasejumlah gejala lain yang menyertai seperti rasa gatal pada daerah
trigonumgenitalia. Gejala lain yang perlu ditanyakan adalah ada tidaknya rasa
panas pada saat buang air kecil dan nyeri abdomen. Hal ini untuk memastikan
apakah penyebaran penyakit telah mencapai organ urinarius atau viseral. Selain
itu perlu juga ditanyakanapakah pada sekret vagina terdapat nanah ataupun darah.
d. Siklus haid: pada umumnya sekret vagina mengalami peningkatan pada saat
ovulasidan akhir masa menstruasi sehingga penting ditanyakan pada pasien
apakah saat inidia sedang haid atau tidak, dan apakah siklus haidnya teratur.
e. Aktivitas seksual: pertanyaan yang menyangkut hal ini cukup sensitif
namun harusditanyakan karena banyak penyakit kelamin menular melalui
aktivitas seksual yangtidak sehat.
f. Perilaku menjaga kebersihan organ genitalia: sangat penting menanyakan
perilakuhigienitas pasien sebab salah satu faktor yang dapat memicu
meningkatnya penyakitkelamin adalah ketidaktepatan saat membersihkan organ
genitalia.
g. Riwayat penyakit sebelumnya dan penggunaan obat antibiotik
2. TRIKOMONIASIS
Definisi
Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang
disebabkanTrichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan
sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada wanita maupun pria,
namun pada pria perannya sebagai penyebab penyakit masih diragukan.
Etiologi
Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu
Trichomonas tenax yang hidup di rongga mulut dan Pentatrichomonas hominis yang
hidup dalam kolon, yang pada umumnya tidak menimbulkan penyakit.
Patogenesis
Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding
saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel.
Masa tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat
bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di
lapisan subepitel yang menjalar sampai di permukaan epitel. Di dalam vagina dan
uretra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat
dalam sekret.
Gejala Klinis
1. Trikomoniasis Pada Wanita
Gejala klinis trikomoniasis pada wanita tidak merupakan parameter
diagnostik yang dapat dipercaya. Masa tunas sulit untuk dipastikan, tetapi
diperkirakan berkisar antara 3-28 hari.
Pada wanita sering tidak menunjukkan keluhan maupun gejala sama sekali.
Bila ada keluhan biasanya berupa duh tubuh vaginal yang banyak dan berbau.
Biasanya penderita datang dengan keluhan gatal pada daerah kemaluan dan gejala
keputihan. Dari data-data yang dikumpulkan oleh Wolner-Hanssen (1989) dan
Rein (1989) yang terdapat pada tabel 1, ternyata hanya 50-70% penderita yang
mengeluh adanya duh tubuh vaginal, sehingga pernyataan bahwa trikomoniasis
pada wanita harus selalu disertai duh tubuh vaginal merupakan hal yang tidak
benar.
Tabel 1. Prevalensi keluhan dan gejala klinis penderita wanita dengan trikomoniasis.
Keluhan dan gejala Prevalensi (%)
Keluhan :
1. Tidak ada 9 – 56
2. Duh tubuh (discharge)
50 – 75
Berbau
10 – 67
Menimbulkan iritasi/gatal
23 – 82
3. Dispareunia
4. Disuria 10 – 50
Kadang-kadang reaksi radang sangat minimal sehingga duh tubuh sangat minimal
pula, bahkan dapat tidak tampak sama sekali. Polakisuria dan disuria biasanya
merupakan keluhan pertama pada infeksi traktus urinarius bagian bawah yang
simptomatik. Dua puluh lima persen penderita mengalami infeksi pada uretra.
Seperti pada wanita spektrum klinik trikomoniasis pada pria sangat luas, mulai
dari tanpa gejala sampai pada uretritis yang hebat dengan komplikasi prostatitis. Masa
inkubasi biasanya tidak melebihi 10 hari.
Diagnosis
Diagnosis kurang tepat bila hanya berdasarkan gambaran klinis, karena
Trichomonas vaginalis dalam saluran urogenital tidak selalu menimbulkan gejala atau
keluhan. Uretritis dan vaginitis dapat disebabkan bermacam-macam sebab, karena itu
perlu diagnosis etiologik untuk menentukan penyebabnya.
Diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya T. vaginalis pada
sediaan langsung (sediaan basah) atau pada biakan duh tubuh penderita.
Diagnosis pada pria menjadi lebih sulit lagi, karena infeksi ditandai oleh jumlah
kuman yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan wanita. Uretritis non gonore (UNG)
yang disebabkan oleh T. vaginalis tidak dapat dibedakan secara klinis dari UNG oleh
penyebab yang lain.
Respon terhadap pengobatan dapat menunjang diagnosis. UNG yang gagal
diobati dengan rejimen yang efektif terhadap C. trachomatis dan U. urealyticum, namun
respon terhadap pengobatan dengan metronidazol, menunjang diagnosis trikomoniasis.
Untuk mendiagnosis trikomoniasis dapat dipakai beberapa cara, misalnya
pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, sediaan hapus, dan pembiakan. Sediaan basah
dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif parasit. Pada pembiakan
dapat digunakan bermacam-macam pembenihan yang mengandung serum.
Pemeriksaan Laboratorium
Cara pengambilan spesimen pada wanita, yaitu spesimen berupa hapusan forniks
posterior dan anterior yang diambil dengan lidi kapas atau sengkelit steril. Hendaknya
spekulum yang dipakai jangan memakai pelumas. Pada pria, spesimen yang diambil
dengan mengerok (scraping) dinding uretra secara hari-hati dengan menggunakan
sengkelit steril. Pengambilan spesimen sebaiknya dilakukan sebelum kencing pertama.
Bila parasit tidak ditemukan, maka dilakukan pengambilan spesimen berupa
sedimen dari 20 cc pertama urin pertama pagi-pagi. Spesimen tersebut, terutama yang
diambil setelah masase prostat dapat menghasilkan 15% hasil positif pada kasus-kasus
yang tidak terdiagnosis dengan pemeriksaan spesimen uretra. Pada spesimen tersebut
dilakukan pemeriksaan :
Bila pada sediaan langsung tidak ditemukan kuman penyebab, maka dilakukan
biakan pada media Feinberg atau Kupferberg. Biakan diperlukan pada pemeriksaan
kasus-kasus asimtomatik. Enam puluh persen spesimen yang diambil dari uretra pria
dengan trikomoniasis akan menghasilkan biakan positif.
Dikemukan bahwa hasil positif pada pemeriksaan sediaan basah pada wanita
berkisar antara 40-80%, sedangkan biakan berkisar antara 95%. Biakan 10-15% lebih
sensitif dari sediaan basah. Berdasarkan hal tersebut biakan masih tetap merupakan
pemeriksaan yang dianjurkan untuk menunjang diagnosis trikomoniasis.
pH > 4,5 66 – 91
Sediaan basah ˜ 75
Leukosit meningkat 40 – 80
Pengecatan ˜ 60
Gram ˜ 50
Acridine orange 56 – 70
Giemsa
Pap smear
Diagnosis Banding
1. Kandidosis Vulvovaginalis
Disebabkan oleh Candida albicans. Keluhan utama adalah gatal di daerah vulva.
Pada keadaan yang sangat berat dapat pula timbul panas, nyeri sesudah miksi dan
dispareunia. Flour albus pada kandidosis berwarna kekuningan. Tanda yang khas
adalah disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna putih kekuningan
2. Vaginosis Bakterialis
Disebabkan oleh Gardnerella vaginalis. Wanita akan mengeluh adanya duh tubuh
dari vagina yang ringan atau sedang dan berbau tidak enak (amis), yang dinyatakan
oleh penderita sebagai satu-satunya gejala yang tidak menyenangkan. Bau lebih
menusuk setelah senggama dan mengakibatkan darah menstruasi berbau abnormal.
Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina, sepertiga akan menyebabkan gatal dan rasa
terbakar dan seperlima timbul kemerahan dan edema pada vulva. Nyeri abdomen,
dispareunia, atau nyeri waktu kencing jarang terjadi.
Pada pemeriksaan sangat khas, dengan adanya duh tubuh vagina yang bertambah,
warna abu-abu homogen, viskositas rendah atau normal, berbau dan jarang berbusa.
Duh tubuh melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kilauan
yang difus, pH sekret vagina antara 4,5-5,5. Gejala peradangan umum tidak ada.
Terdapat eritema pada vagina atau vulva atau petekie pada dinding vagina. Pada
sediaan basah sekret vagina terlihat tidak ada atau sedikit leukosit, sel epitel banyak,
dan adanya kokobasil sehingga batas sel tidak jelas, disebut clue cells yang
patognomonik.
3. Infeksi Gonokokus
Sesudah lewat masa tunas 3-5 hari, penderita mengeluh nyeri dan panas pada
waktu kencing. Kemudian keluar nanah yang berwarna putih susu dari uretra dan
muara uretra membengkak, merah dan ektropion. Pada wanita portio uteri merah,
edema dengan sekret mukopurulen dan dapat timbul flour albus.
Pada pria biasanya gejala baru timbul setelah 1-3 minggu kontak seksual dan
umumnya tidak seberat gonore. Gejalanya berupa disuria ringan, perasaan tidak enak
di uretra, sering kencing, dan keluarnya duh tubuh seropurulen. Pada beberapa
keadaannya tidak terlihat keluarnya duh tubuh.
Penatalaksanaan
Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.Pengobatan
trikomoniasis harus diberikan kepada penderita yang menunjukkan gejala maupun
yang tidak.
1. Topikal
a. Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidrogen peroksida 1-2% dan larutan asam
laktat 4%.
2. Sistemik (oral)
Penderita dinyatakan sembuh bila keluhan dan gejala telah menghilang, serta
parasit tidak ditemukan lagi pada pemeriksaan sediaan langsung.
3. Servisitis Gonore
DEFINISI
Infeksi gonokokal atau yang disebut juga gonore adalah infeksi menular seksual
(IMS) pada epitel dan umumnya bermanifestasi sebagai servisitis, urethritis, proktitis,
dan konjungtivitis.Jika tidak diobati infeksi pada daerah ini dapat mengakibatkan
komplikasi lokal seperti endometritis, salpingitis, abses tubo-ovarian, bartholintis,
peritonitis, dan perihepatitis pada pasien perihepatitis pada pasien wanita.Periuretritis
dan epididymitis pada pasien laki-laki, dan oftalmia neonatorum pada bayi baru
lahir.Infeksi gonokokal diseminata yang meliputi maniftesi lesi kulit, tenosinovitis
artritis, dan (jarang) endocarditis atau meningitis jarang terjadi.
EPIDEMIOLOGI
Insiden infeksi gonokokal masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
seluruh dunia menyebabkan morbiditas di Negara berkembang, dan mungkin berperan
dalam meningkatkan penularan HIV.Dilaporkan terdapat hingga 301.174 kasus baru
pada tahun 2009 di Amerika Serikat.
ETIOLOGI
Neisseria gonorrhoeae (N.gonorhoeae) adalah bakteri Gram Negatif, nonmotile,
tidak membentuk spora, yang tumbuh tunggal dan berpasangan (sebagai monokokus dan
diplokokus).Merupakan pathogen yang eksklusif pada manusia, secara umum memiliki
tiga salinan genom perunit kokus, dimana poliplopidi ini memungkinkan tingkat variasi
antigenik yang tinggi dan kelangsungan hidup di dalam inangnya.Gonokokus, seperti
semua spesies Neisseria lainnya, merupakan oksidase positif. Mereka dibedakan dari
Neisseriaelain dengan kemampuan mereka untuk tumbuh pada media selektif dan untuk
memanfaatkan glukosa tapi tidak maltose, sukrosa, atau laktosa.
PATOMEKANISME
Virulensi dari N. gonorrhoeae ditentukan dari keberadaan pili yang memediasi
penempelan, serta kemampuan untuk bertahan dari kekuatan aliran hidrodinamik pada
uretra, dimana hal ini juga menghambat pengambilan oleh fagosit.Invasi dan multiplikasi
terjadi pada sel kolumnar non-silia penghasil mucus pada epitel tuba fallopi. Strain
dengan pili lebih banyak menempel pada permukaan sel mukosa manusia, dan lebih
virulen dibandingkan dengan strain yang tidak ber-pili. Penempelan ini merupakan awal
dari endositosis dan transport melewati sel mukosa kedalam ruang interseluler dekat
membran basal atau langsung ke jaringan subepitelial.Tidak terdapat toksin khusus yang
dihasilkan oleh N. gonorrhoeae namun komponen lipooligosaccharide dan
peptidoglycan berperan dalam menghambat fungsi silia dan menyebabkan inflamasi.
Komponen peptidoglycan selain antigen pili, termasuk juga, Porin, Opacity-
associated protein serta protein lain. Porin (sebelumnya dikenal sebagai protein I)
protein terbanyak pada permukaan N. gonorrhoeae, menginisiasi proses endositosis dan
invasi. Opacity-associated protein (Opa, sebelumnya dikenal sebagai protein II)
berperan penting pada penempelan ke sel epitel, dan sel PMN yang akan menekan
ploriferasi sel T limfosit CD4+. Protein lainnya termasuk H.8, suatu lipoprotein yang
terdapat pada semua strain N.gonorrhoeae, berguna sebagai target untuk diagnostik yang
berdasar antibodi. Bakteri ini juga memproduksi suatu IgA1 protease, yang melindungi
bakteri dari respon imun IgA mukosa individu.Antibodi terhadap Rmp (sebeumnya
dikenal sebagai protein III, PIII) mencegah ikatan terhadap komplemen sehingga dapat
memblokade efek bakterisidal terhadap Porin dan lipooligosaccharide.
Antigen pili memegang peranan penting pada kompetensi dan transformasi
genetik, yang memungkinkan transfer material genetik antar bakteri in vivo.Antigen pili,
bersama Porin dan lipooligosaccharide bertanggungjawab terhadap variasi antigenik,
yang menyebabkan infeksi berulang dalam periode waktu yang singkat.Gonococcal
Lipooligosaccharide (LOS), berperan dalam aktifitas endotoksik dan berkontribusi pada
efek sitotoksik lokal pada tuba Fallopi. LOS juga memodulasi respon sistem imun,
dimana modulasi ke arah respons Th2 akan mengurangi kemampuan bersihan infeksi
gonokokal.
Selain itu faktor individu inang juga berperan penting dalam memediasi
masuknya bakteri ke dalam sel. Pelepasan diacylglycerol dan cermide dibutuhkan untuk
masuk ke dalam sel epitel. Akumulasi ceramide dalam sel akan menginduksi apoptosis
dimana akan mengganggu integritas epitel dan memfasilitasi masuknya bakteri ke
jaringan subepitelial. Dilepaskannya faktor kemotaksis hasil dari aktivasi komplemen
juga akan menyebabkan inflamasi. Strain yang menyebabkan penyakit infeksi gonokokal
diseminata (strain PorB.1A) telah dibuktikan lebih sulit dimatikan oleh serum manusia,
dimana lebih tidak kemotaksis.
MANIFESTASI KLINIS
Risiko tertular infeksi gonokokal setelah terpapar satu kali sekitar 20% pada pria
dan mungkin lebih besar daripada wanita. Pada semua pasien dengan kemungkinan
infeksi menular seksual (IMS), riwayat penyakit yang ditanyakan termasuk adanya IMS
sebelumnya, serta gejala dari IMS pada pasangan seksual saat ini atau sebelumnya, jenis
kontrasepsi yang dipakai (kondom), dan adanya riwayat dari kekerasan seksual. Gejala
juga dapat berupa faringitis.Pada wanita, riwayat yang perlu ditanyakan termasuk juga
periode menstruasi terakhir dan paritas, termasuk riwayat dari kehamilan ektopik.
Wanita Dengan Infeksi Urogenital
Sekitar 60-80% wanitaterinfeksi tidak menunjukan gejela, dimana di ketahui dari
patner seksual yang simtomatis .gejalah mayor termasuk vaginal
discharge,disuriah,perdarahan inter menstrual (spotting),dispareunian (nyeri saat
berhubungan intim),dan nyeri abdomen bawa ringan
Gejala servisitas terjadi sekitar 10 hari setelah pejanan.Discharge pada
endoservisitas merupakan gejala tersaring dan dideskripsikan sebagai cairan, purulent
dan berbau kurang sedap. Wanita yang terpajan dapat tetap asimptomatis dan infeksius
hingga berbulan-bulan sebelum benar-benar sembuh smpontan. Bila servisitas gonokokal
tanpa gejala atau tidak dikenali, penyakit dapat berkembang menjadi PID (Pervic
Inflammatory Disease) pada sekitar 15% penderita, terutama pada sekitar waktu
mentruasi.
Gejala dari PID termasuk nyeri perut bawah (paling sering), peningkatan vaginal
discharge atauuretul discharge yang mukopurulen, dysuria (biasanya tanpa urgensi
ataupun frekuensi), nyeri adneksa (biasanya bilateral), perdarahan inter mentruasi,
demam, menggigil, mual dan muntah (jarang). Nyeri perut kuadran kanan atas akibat
perihepatitis (sindrom fitz-Hugh-Curtis) dapat terjadi akibat penyebaran organisme
melalui peritoneum.
Infeksi rectum sering asimptomatis, dapat terjadi nyeri, pruritus, tenesmus dan
rectal discharge bila mukosa rectum terlibat. Dapat juga terjadi diare berdarah.Infeksi
rektal dapat terjadi secara lokal akibat dari hubungan seksual melalui anal maupun
kontaminasi infeksi dan vagina.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Lab
- Pewarnaa Gram
Diagnosis cepat infeksi gonokokal melalui pewarnaan gram dan eksudat uretra
telah diterima secara luas. Pada wanita pewarnaan gram dari hapusan endoservik
tidak sensitive (30-60%), namun mendukung diagnosis cepat bila ditemukan
bersama dengan gejala klinis PID, endosertivitis dengan discharge purulent atau
riwayat pajanan infeksi gonokokal. Hapusan dari faring dan rekal tidak
membantu diagnosis, dimana spesies Neisseria lainnya adalah kompnen flora
normal.
- Kultur
Kultur diambil menggunakan swab Dacron atau Rayon, kemudian sampel
diinokulasi ke plate modifikasi Thayer Martin atau media selektif gonokokal
lainnya. Penting untuk memproses sampel segera karna gonokokus tidak toleran
kondisi kering.Pada wanita, ektoservik harus diseka bersih dan swab harus
dimasuka ke servik dan rotasi selama 10 detik.Swab rektal paling baik diambil
menggunakan proktoskop.Pada wanita specimen yang didapat dari beberapa
lokasi meningkatkan kemungkinan ditemukannya bakteri. Idealnya kultur diambil
dari endoservik, uretra, rectum dan faring.
Kultur darah sering positif pada awal (24-48 jam) penyakit diseminata dan dari
cairan sinovial sendi pada atritis gonokokal.Cairan sendi diinokulasikan pada
media borth dan dibiakan pada chocolate agar, karena cairan ini tidak
terkontaminasi bakteri komensal.Gonococci jarang didapatkan pada efusi sendi
awal yang mengandung <20.000 leukocytes/mikroliter namun mungkin
didapatkan pada cairan sendi yang mengandung >80.000 leukosit/microliter.
Organisme jarang didapatkan bersamaan dari darah dan cairan sendi pada seorang
penderita
PENATALAKSANAAN
Manajemen terhadap infeksi gonokokal telah banyak berubah pada decade
terakhir.Beberapa faktor termasuk resistensi terhadap penisilin, ko-infeksi
gonokokal dengan Chlamydia, dan lokasi anatomis infeksi, berpengaruh terhadap
pendekatan terapi.
Kegagalan pengobatan dapat menyebabkan transmisi lanjutan dan munculnya
resistensi antibiotik.Pentingnya terapi yang memadai dengan pilihan regimen yang
meningkatkan kepatuhan, memegang peranan penting. Dosis yang diberika
seharusnya berada dalam serum darah paling tidak 3x dari kosentrasi minimum
inhibisi (MIC) selama >8 jam.
Infeksi Gonokokal pada Serviks, Uretra, Rektum tanpa Konflikasi
4. Kandidiasis Vulvovaginalis
DEFINISI
Merupakan infeksi mukosa vagina atau vulva (epitel tidak berkeratin) yang
di disebabkan oleh jamur spesies Candida. Infeksi dapat terjadi secara akut, subakut, dan
kronis, didapat baik secara endogen maupun eksogen yang sering menimbulkan keluhan
berupa duh tubuh.Umumnya infeksi pertama timbul di vagina disebut vaginitis dan dapat
meluas sampai vulva (vulvitis). KVV merupakan salah satu infeksi yang paling banyak
dikeluhkan wanita. Sekitar 70-75% wanita setidaknya sekali terinfeksi KVV selama
masa hidupnya, paling sering terjadi pada wanita usia subur, pada sekitar 40-50%
cenderung mengalami kekambuhan atau serangan infeksi kedua.Lima hingga delapan
persen wanita dewasa mengalami KVV berulang, yang didefinisikan sebagai empat atau
lebih episode setiap tahun yang dikenal sebagai kandidiasis vulvovaginalis rekuren
(KVVR), dan lebih dari 33% spesies penyebab KVVR adalah Candida glabrata dan
Candida parapsilosis yang lebih resisten terhadap pengobatan.
ETIOLOGI
Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) umumnya disebabkan oleh C.
albicans (80-90%), C. glabrata (6-10%), C. tropicalis (5-10%), C. krusei, C. stellatoidea,
C. kefvr, dan Saccharomyces cerevisiae.3 Berikut adalah
taksonomi dari etiologi KVV: 12
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Subfilum : Saccharomycotina
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Candida Patomekanisme
PATOMEKANISME
Kandidiasis superfisial (kutaneus atau mukosal) ditegakkan melalui adanya
peningkatan jumlah populasi Candida setempat dan kerusakan kulit/epitel yang
memungkinkan invasi setempat oleh ragi dan pseudohifa. Histologi setempat lesi
kutan/mukokutan ditandai oleh reaksi peradangan yang beragam, mulai dari abses
piogenik hingga granuloma kronis. Lesi-lesi ini mengandung sel ragi bertunas serta
pseudohifa yang sangat banyak. Perkembangan penyakit karena spesies Candida
bergantung pada interaksi kompleks antara organisme yang patogen dengan mekanisme
pertahanan tubuh pejamu. Infeksi kandida merupakan infeksi oportunistik yang
dimungkinkan karena menurunnya pertahanan tubuh pejamu.
GAMBARAN KLINIS
Keluhan sangat gatal atau pedih disertai keluar cairan yang putih mirip krim
susu/keju, kuning tebal, tetapi dapat cair seperti air atau tebal homogen. Lesi bervariasi,
dari reaksi eksema ringan dengan eritema minimal sampai proses berat dengan pustul,
eksoriasi dan ulkus, serta dapat meluas mengenai perineum, vulva, dan pada wanita tidak
hamil biasanya keluhan dimulai seminggu sebelum menstruasi. Gatal sering lebih berat
bila tidur atau sesudah mandi air hangat. Umumnya didapati disuria dan dispareunia
superfisial. Discharge keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur, seperti Candida sp.,
adalah cairan berwarnanputih berbusa, dengan pH <4,5.8,14
Relatif sering terjadi dengan khas rasa gatal, sering dengan eksaserbasi siklus
premenstrual. Nyeri vulva terutama dispareunia dapat yang utama pada sindroma ini.
Anamnesis yang tepat paling penting dalam mendiagnosis KVV kronis. Berhubungan
dengan serangan berulang kandidiasis akut, menjadi semakin sering sebelum gejala
berat dan kronis. Serangan biasanya didahului dengan pemberian antibiotika, tetapi
dapat juga udara panas, perjalanan jauh, senggama, dan memakai baju ketat
serta pasien yang mendapat terapi sulih hormon estrogen. Begitu menjadi
kronis, biasanya dirasakan gatal dan pedih. Kambuh pada 7 hari sebelum
menstruasi dan membaik pada permulaan menstruasi. Pemeriksaan khas tampak
sangat eritema dan meradang pada vulva termasuk labia minor, siklus interlabia,
introitus dan vagina. Sering tidak selalu ada keputihan yang seperti krim, juga dapat
tampak normal atau agak meradang.
LANGKAH DIGNOSTIK
a. Anamnesis
1) Umur, harus diperhatikan pengaruh estrogen pada bayi ataupun wanita dewasa.
Pada wanita usia lebih tua diperhatikan kemungkinan keganasan terutama kanker
serviks.
4) Perilaku, seperti tukar menukar alat mandi atau handuk, serta cara membilas vagina
yang salah merupakan faktor terjadinya keputihan.
5) Sifat keputihan, yang diperhatikan adalah jumlah, bau, warna dan konsistensinya,
keruh jernih, ada tidaknya darah, dan telah berapa lama. Ini penting dalam
menegakkan penyebab terjadinya keputihan.
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorium
2) Penilaian sediaan basah, C. albicans akan terlihat jelas dengan KOH 10%. Tampak
budding yeast dengan atau tanpa pseudohifa (gambaran seperti untaian sosis) atau
hifa. Bila ada hifa berarti infeksinya kronis. Hanya C. albicans dan C. tropicalis
yang dapat membentuk hifa sebenarnya. Pada Candida non-albicans terutama C.
glabrata, C. parapsilosis, C. krusei dan S. Cerevisiae tampak hanya budding yeast
dan biasanya lebih sulit dilihat dengan mikroskop, perlu pembesaran yang lebih
besar. Spesimen harus baru dan segera diperiksa. Leukosit harus dalam jumlah
normal berlebihan (>30 sel/lp) berarti ada infeksi campuran non-spesifik.
3) Pengecatan gram
Jamur (budding yeast cell, blastospora, pseudohifa, hifa) tampak positif Gram dan
sporanya lebih besar dari bakteri. Pemeriksaan langsung KOH atau Gram harus
dilakukan pada kandidiasis mukosa dan apabila hasilnya positif, sudah dapat
menyokong diagnosis. Leukosit harus dalam jumla berlebihan (>30 sel/lp) berarti
ada infeksi campuran non-spesifik.
- Saboraud Dextrose Agar (SDA) dengan antibiotik Candida sp. umumnya tidak
terpengaruh oleh sikloheksimid yang ditambahkan pada media selektif jamur
patogen, kecuali C. tropicalis, C. krusei dan C. parapsilosis yang tidak tumbuh
karena sensitif terhadap sikloheksimid. Kultur tumbuh dalam 24-72 jam.
TERAPI
2) Obat topikal yang ada di Indonesia Untuk vaginitis - Nistatin supositoria vagina;
1 tablet (100.000μ) / malam selama 14 hari, kurang efektif disbanding derivate
imidazol. - Amfoterisin B supositoria vagina; 1 tablet (50 mg)/malam selama 7-
12 hari. Sediaannya dikombinasi dengan Tetrasiklin 100 mg untuk
meningkatkan aktifitas anti jamur dari Amphoterisin B. - Klotrimazol tablet
vagina; 1 tablet (100 mg)/malam selama 7 hari - Mikonazol 2% krim vagina; 1
kali/malam selama 7 hari - Butokonazol nitrat 2% krim vagina; dosis tunggal,
dapat diulang pada hari ke 4-5 bila diperlukan Untuk vulvitis - Nistatin krim;
dioleskan 2 minggu - Derivat imidazol, naftifin, siklopiroksolamin dan
haloprogen krim; dioleskan selama 2 minggu Pada vulvitis kandida yang berat
dapat diberi tambahan obat topikal kortikosteroid ringan (hidrokortison 1% -
2,5%) untuk 3-4 hari pertama, selanjutnya diberikan obat anti jamur topikal.
Indikasi obat topikal: wanita hamil, KKV akut, KVV ringan sampai sedang
tanpa komplikasi, pemakaian jangka pendek (7 hari atau dosis tunggal).
3) Obat sistemik
-Pengobatan KVVR sama seperti KVV akut, tetapi perlu jangka lama (10-14
hari), baik obat topikal maupun oral
-Profilaksis; bila gejala sudah tidak tampak lagi dalam 3-6 bulan, maka
pengobatan profilaksis dapat dihentikan.
-Asam borak, 600 mg dalam kapsul gelatin dimasukkan ke vagina 1x/hari selama
1 bulan, memiliki efek samping iritasi.
-Itrakonazol; 100 mg/hari selama 1 minggu-3 bulan, bila semua gejala hilang
turunkan menjadi 100 mg/minggu selama 6 minggu.
Definisi
HPV adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang berbeda dapat
menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia) dalam atau di
sekitar leher rahim atau dubur yang dapat menyebabkan kanker leher rahim atau
dubur. Kutil-kutil ini pada umumnya tumbuh di permukaan kulit yang lembab dan di
daerah sekitar alat kelamin sehingga disebut kutil kulit dan kutil kelamin. Infeksi HPV
pada alat kelamin dapat disebarkan melalui hubungan seks, sedangkan penularan kutil
kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi tanpa hubungan seks (penularannya dapat
melalui sentuhan atau penggunaan barang secara bersama).
KLASIFIKASI HPV
merupakan virus DNA dengan klasifikasi
Familia : Papovaviridae
Genus : Papillomavirus
Spesies : Human Papillomavirus
MORFOLOGI HVP
Papovavirus merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm ) yang mempunyai
genom beruntai ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid ini berperan pada
tempat infeksi pada sel) yang tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri
ikosahedral. Berkembang biak pada inti sel menyebabkan infeksi laten dan kronis
pada pejamu alamiahnya dan dapat menyebabkan tumor pada beberapa binatang
(Contoh : Virus Papilloma manusia (kutil), Virus BK (diasingkan dari air kemih
penderita yang mendapat obat-obat imunosupresif)).
Mekanisme infeksi virus diawali dengan protein menempel pada dinding sel dan
mengekstraksi semua protein sel kemudian protein sel itu ditandai (berupa garisgaris)
berdasarkan polaritasnya. Jika polaritasnya sama denagn polaritas virus maka, dapat
dikatakan bahwa sel yang bersangkutan terinfeksi virus. Setelah itu, virus
menginfeksikan materi genetiknya ke dalam sel yang dapat menyebabkan terjadinya
mutasi gen jika materi genetik virus ini bertemu dengan materi genetik sel. Setelah
terjadi mutasi, DNA virus akan bertambah banyak seiring pertambahan jumlah DNA
sel yang sedang bereplikasi. Ini menyebabkan displasia (pertumbuhan sel yang tidak
normal) jadi bertambah banyak dan tak terkendali sehingga menyebabkan kanker.
“Papova” berasal dari tiga nama yang sering dipelajari ( Papilloma, Polyoma,
Vacoulating ). Yang akan dibahas termasuk virus Papilloma yaitu yang menyebabkan
tumor jinak dan ganas pada banyak tipe mamalia. Virus ini merupakan salah satu dari
virus DNA yang diketahui menyebabkan tumor alamiah pada tuan rumah aslinya.
Virus Papilloma menyebabkan beberapa jenis kutil yang berbeda pada manusia,
meliputi kutil kulit, kondiloma genital/ kondiloma akuminata(KA) atau kutil kelamin/
atau genital wart (di masyarakat dikenal sebagai jengger ayam dengan masa inkubasi
:1-6 bulan rata-rata 3 bulan, tampak benjolan seperti jengger ayam di sekitar
kemaluan dan anus serta kebanyakan tanpa keluhan ), dan papilloma larings.
Papillomavirus sangat tropik terhadap sel-sel epitel kulit dan membran mukosa.
Tahap-tahap dalam siklus replikasi virus tergantung pada faktor-faktor spesifik yang
terdapat dalam status diferensiasi berikutnya dari sel epitel. Ketergantungan kuat
replikasi virus pada status diferensiasi sel inang ini, meyebabkan sulitnya
perkembangbiakan Papillomavirus in vitro.
HVP
Ada lebih dari seratus virus yang dikenal sebagai virus papilloma manusia
(human papilloma virus/HPV). HPV dapat menyebabkan kanker leher rahim karena
dapat membuat pertumbuhan sel menjadi tidak normal (dengan cara virus masuk ke
dalam inti sel di leher rahim dan mengubah bentuk sel sehingga sel menjadi mudah
rapuh dan pertumbuhannya menjadi tidak beraturan).
Satu penelitian menemukan 11.000 perempuan terdeteksi HPV-positif di AS dan
sekitar 4000 orang meninggal karenanya. HPV menular dengan mudah melalui
hubungan seks. Diperkirakan 75 persen orang yang aktif secara seksual terutama
berusia 15-49 tahun di AS mengalami sedikitnya satu jenis infeksi HPV. Virus ini
terdiri dari puluhan genotype, dan dapat menyerang berbagai bagian tubuh seperti jari
dan tangan, telapak kaki, wajah, genital. Tipe Human papillomavirus cukup beragam.
Dari 100 tipe HPV, hanya 30 di antaranya yang berisiko kanker serviks.
Beberapa peneliti menganggap bahwa tes Pap/ pap smear pada dubur dan
leher rahim sebaiknya dilakukan setiap tahun untuk orang yang berisiko lebih tinggi:
• Orang yang menerima seks anal (penis masuk pada duburnya)
• Perempuan yang pernah mengalami CIN
• Siapa pun dengan kadar CD4 di bawah 500
Namun peneliti lain menganggap pemeriksaan fisik dengan teliti dapat
menemukan semua kasus kanker dubur yang ditemukan melalui tes Pap pada dubur.
INFEKSI HPV
Infeksi HPV dapat terjadi saat hubungan seksual pertama, biasanya pada masa
awal remaja dan dewasa. Prevalensi tertinggi (sekitar 20%) ditemukan pada wanita usia
kurang dari 25 tahun. Pada wanita usia 25-55 tahun dan masih aktif berhubungan seksual
berisiko terkena kanker serviks sekitar 5-10 persen. Meski fakta memperlihatkan, terjadi
pengurangan risiko infeksi HPV seiring pertambahan usia, namun sebaliknya risiko
infeksi menetap/persisten malah meningkat. Hal ini diduga karena seiring pertambahan
usia terjadi perubahan anatomi (retraksi) dan histologi (metaplasia). Selama serviks
matang melebihi masa reproduktif seorang wanita, maka cervical ectropion digantikan
melalui suatu proses squamous metaplasia, untuk membagi secara bertingkat epitel
skuamosa. Epitel skuamosa bertingkat ini diperkirakan lebih protektif pada banyak orang
melawan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Selain itu, hasil imunitas
dari paparan infeksi sebelumnya, juga diduga sebagai biang dibalik penurunan insiden
tersebut
PENYEBARAN HPV
Penyebaran HPV dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : letak geografis, genetik,
status sosial ekonomi rendah, nutrisi, sistem imun alami, banyak pasangan seks, usia, dan
rokok (nikotin). Tipe yang paling umum dijumpai justru yang paling berbahaya, yakni 16
dan 18. Tipe 16 biasa ditemukan di wilayah seperti Eropa, Amerika Serikat, dan wilayah
lainnya. Sementara tipe 18 lebih banyak ditemukan di Asia.
PENULARAN HPV
HPV tidak hanya tertular melalui pertukaran cairan tubuh (terutama malalui
hubungan seks, pertukaran jarum suntik untuk digunakan bersama,dll) tetapi juga lewat
penggunaan barang secara bersama (handuk, sprei, dll), sentuhan (apabila ada kutil di
badan), melalui ciuman (bila HPV sudah menyebabkan gangguan pada mulut), serta
kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan tubuh (terutama daerah sekitar organ
kelamin). Oleh karenanya bukan tidak mungkin seseorang terinfeksi HPV jauh sebelum
ia melakukan hubungan seks pertamakalinya. Namun pada umumnya penularan HPV
terjadi melalui kontak seksual (umur 15 hingga 49 tahun), tetapi tidak seorang dokter pun
dapat memperkirakan kapan infeksi itu terjadi. Kebanyakan infeksi HPV juga dapat
mengalami remisi setelah beberapa tahun. Beberapa di antaranya bahkan akan menetap
dengan atau tanpa menyebabkan abnormalitas pada sel.
Untuk menemukan HPV, dokter mencari displasia atau kutil kelamin. sedangkan
perubahan pada leher rahim dapat diperiksa atau diketahui dengan melakukan tes Pap.
Walaupun Pap smear dapat menyembuhkan kanker rahim, tidak berarti bahwa seseorang
dapat terbebas begitu saja. Orang yang pernah terinfeksi HPV harus rutin melakukan Pap
smear karena virus ini dapat sewaktu-waktu kembali tanpa disadari.
GEJALA HPV
HPV bukan jenis virus baru namun, banyak orang tidak menyadarinya karena
virus ini jika menjangkiti manusia tidak manimbulkan gejala dan tidak menyebabkan
masalah kesehatan yang serius sampai infeksi virusnya menjadi parah. Setiap saat HPV
dapat menginfeksi tanpa menunjukkan gejala. HPV tidak seperti virus lainnya yang
menunjukkan gejala fisik menurun apabila terjangkit virus ini tetapi seseorang baik pria
maupun wanita dapat terkena HPV bertahun-tahun sebelum ia menyadarinya. Tanda-
tanda terserang HPV sering hanya ditunjukkan oleh tumbuhnya kutil. Kutil yang tumbuh
mungkin berwarna merah muda, putih, abu-abu ataupun coklat. Awalnya hanya berupa
bintil-bintil kecil yang kemudian bersatu membentuk kutil yang lebih besar. Semakin
lama kutil dapat menjadi semakin besar. Pertumbuhan kutil akan semakin besar dan
banyak jika tumbuh di kulit lembab akibat kebersihan kulit kurang dijaga.
Kutil-kutil ini dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal sehingga membuat tidak
nyaman dan sering kali baru disadari keberadaannya saat jumlahnya sudah bertambah
banyak dan besar. Kutil dapat bertumbuh dengan cepat segera setelah terinfeksi atau pun
beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah terinfeksi HPV, dan bahkan tidak pernah
tumbuh sampai dinyatakan kita terinfeksi HPV (atau sampai kita menyadari bahwa kita
terinfeksi HPV).
Oleh karenanya, untuk menjaga segala sesuatu yang tidak diinginkan maka
dianjurkan untuk rutin melakukan Pap smear/ tes Pap minimal setahun sekali bagi wanita
di atas usia 21 tahun. Umumnya dokter dapat menentukan apakah kita mempunyai kutil
kelamin dengan melihatnya. Kadang kala alat yang disebut anoskop dipakai untuk
memeriksa daerah dubur. Jika perlu, contoh kutil dipotong dan diperiksa diperiksa
dengan mikroskop (biopsi) . HPV yang menyebabkan kutil kelamin tidak sama dengan
virus yang menyebabkan kanker. Tetapi jika kita mempunyai kutil, maka kita mungkin
terinfeksi jenis HPV lain yang dapat menyebabkan kanker.
GEJALA
Terlihat pada wanita : ƒ
Kutil pada organ kelamin, dubur/anus atau pada permukaan vagina
Perdarahan yang tidak normal
Vagina menjadi gatal dan panas.
Terlihat pada pria : ƒ
Kutil pada penis, anus atau skrotum ƒ
Kutil pada uretra (mungkin terjadi penurunan jumlah urin)
LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN
• Gunakan kondom
• Jangan merokok
• Jangan berganti-ganti pasangan seks, satu lebih baik
• Lakukan tes pap minimal setahun sekali
Namun demikian, kondom tidak dapat mencegah penularan HPV secara
keseluruhan karena virus ini dapat menular melalui hubungan langsung dengan daerah
kulit yang terinfeksi yang tidak diliputi oleh kondom. Laki-laki dan perempuan yang
aktif secara seksual mungkin sebaiknya melakukan tes Pap secara berkala pada Vagina
dan/ atau dubur untuk mencari sel yang abnormal atau tanda awal kutil. Hasil positif
dapat ditindaklanjuti untuk mengetahui apakah pengobatan dibutuhkan.
PENGOBATAN ATAU PENYEMBUHAN
Sebanyak 20 % kutil akan hilang/ sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Pengobatan dapat memindah/ mangangkat kutil atau sel abnormal tetapi tidak
melindungi/ menyembuhkan dari virus yang telah ada dalam tubuh kita. Obat seperti
Podophyllin, Asam tricloroasetat atau krim Aldara hanya dapat menyembuhkan kutil
yang terdapat di permukaan kulit saja. Penggunaan obat-obatan ini sebanyak satu atau
dua kali seminggu dapat membantu menghilangkan 60% kutil yang ada.