Anda di halaman 1dari 4

Kejang Pada Anak

Kejang merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada bayi
dana anak dengan frekuensi kira-kira 10% dari seluruh anak.

Anamnesis

Riwayat penyakit sebaiknya mencantumkan faktor pencetus, dan deskripsi selama kejang
dan pascakejang secara rinci, lama kejang serta tingkat kesadaran. Langkah pertama
dalam mengevaluasi kejang adalah menentukan apakah kejang memiliki awitan fokal
atau umum. Harus diperhatikan ditanyakan bagaimana postur penderita, adanya sianosis,
vokalisasi, hilangnya control sfingter, dan status pascakejang.

Kejang demam

Pada anamnesis dibutuhkan beberapa informasi yang dapat mendukung diagnosis kearah
kejang demam, seperti:

 Menentukan adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama .kejang, suhu sebelum
dan saat kejang, frekuensi, interval, pascakejang, penyebab demam diluar susunan
saraf pusat.
 Beberapa hal yang meningkatkan risiko kejang demam, seperti genetic, menderita
penyakit tertentu yang disertai demam tinggi, serangan kejang pertama disertai
suhu di bawah 39oC.
 Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya kejang demam berulang adalah
usia <15 bulan saat kejang demam pertama, riwayat kejang demam dalam
keluarga, kejang segera setelah demam atau suhu sudah relatif normal, riwayat
demam yang sering, dan kejang pertama berupa kejang demam kompleks.

Pemeriksaan yang menyokong kejang demam:

 Pemeriksaan fisik dan neurologis (kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang


meningeal, tanda peningkatan tekanan intracranial, dan tanda infeksi di luar SSP).
 Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, pungsi lumbal, CT
scan atau MRI kepala/otak (dilakukan sesuai indikasi).
 EEG

Dr. George Dewanto, Sp.S, dkk. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
Saraf. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ; 2007. p. 91-3

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keaadaan lain
misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.

Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan


kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.

Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada:

1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan


2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin

Unit Kerja Koordinasi Neurologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus


Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI, 2006. p. 3-4

Klasifikasi Kejang
Klasifikasi setiap kejang dan beberapa sindrom epileptik yang lebih sering ditemukan
disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi Kejang Epileptik dan Beberapa Sindrom Epileptik
Kejang Klinis
Kejang parsial - Parsial sederhana (kesadaran tidak
terganggu)
- Tanda-tanda motorik
- Sensoris khusus (penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan,
keseimbangan, atau somatosensoris)
- Autonom
- Psikis (déjà vu, takut, dan lain-lain)
- Parsial kompleks (kesadaran
terganggu)
- Gangguan kesadaran saat onset
- Perkembangan gangguan kesadaran
Kejang umum - Absence
- Tipikal
- Atipikal
- Tonik-klonik
- Atonik
- Mioklonik
- Tonik
- Klonik
Tidak diklasifikasi - Neonatus
Sindrom epileptik - Epilepsi fokal benigna
- Epilepsi mioklonik juvenil
- Sindrom West
- Sindrom Lennox-Gastaut
- Afasia epileptik didapat
- Konvulsi neonatus benigna

Daftar Pustaka
1. Behrman RE, Kliegman RM. Nelson Esensi Pediatri: Neurologi. Edisi 4.
Jakarta: EGC; 2010. h. 853-60.

4. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada


pasien anak kejang?
Pemeriksaan penunjang yang dapat diberikan pada anak dengan onset kejang yang baru
meliputi:
1. Hitung darah lengkap
2. Pengukuran kimia darah (glukosa, kalsium, natrium, klorida, bikarbonat, urea
nitrogen, kreatinin, magnesium dan fosfor)
3. Skrining toksikologi darah/urin
4. Analisis CSF (tidak perlu dilakukan bila pasien tidak demam dan tidak mempunyai
tanda-tanda neurologis dan jika riwayat tidak memberi kesan infeksi meningeal)
5. EEG (Elektroensefalografi)
6. Pencitraan otak (CT-Scan atau MRI), MRI jauh lebih baik daripada CT dalam
memperlihatkan patologi otak, tetapi pada kedaruratan akut CT lebih disukai
karena CT dapat dilakukan dengan sangat cepat dan lebih baik dalam
memperlihatkan perdarahan intrakranial akut dibandingkan MRI.

Daftar Pustaka
1. Behrman RE, Kliegman RM. Nelson Esensi Pediatri: Neurologi. Edisi 4.
Jakarta: EGC; 2010. h. 853-60.

9. Penanganan Kegawatdaruratan pasien anak kejang?


Yang soal ini udah ada jawabannya di bagian soal tatalaksana awal pada pasien anak kejang
kak, tadi gak dijawab juga.

6. Komplikasi pada pasien anak kejang?


Komplikasi pada kejang antara lain adalah:
a. Kerusakan sel otak
b. Risiko kejang atipikal apabila kejang demam sering berulang

Daftar Pustaka:
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 231.

Anda mungkin juga menyukai