Anda di halaman 1dari 22

KERJA SAMA PENGEMBANGAN PESAWAT TEMPUR KFX/IFX ANTARA

INDONESIA DAN KOREA SELATAN

Bilqis Fitria Salsabiela


Alumni Program Magister Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
fitriabilqis54@gmail.com

Abstrak

Dalam perspektif realis, kerja sama internasional pada industri pesawat terbang
merupakan pilihan yang paling rasional karena banyak keuntungan yang bisa didapatkan
oleh Indonesia dan sejalan dengan kepentingan nasional yang sedang diperjuangkan.
Dengan kerja sama ini, Indonesia akan memperoleh pengurangan biaya penelitian dan
pengembangan (R&D) yang sangat mahal serta memungkinkan terjadinya transfer
teknologi kepada Indonesia, khususnya PT Dirgantara Indonesia. Pilihan kerja sama ini
juga akan mendorong kemajuan pada industri pertahanan, khususnya dalam pembuatan
pesawat tempur, di samping akan mendukung upaya pemerintah dalam menggalakkan
kemandirian bagi industri pertahanan, khususnya industri pesawat terbang nasional.

Kata kunci: kerja sama internasional, pesawat tempur KFX/IFX, teknologi, industri
pertahanan, industri pesawat terbang, Indonesia, Korea Selatan

Abstract

In realist perspective, international cooperation in aircraft industries in making fighter


aircraft is the most rational choice because there will be a lot of benefits for Indonesia
and we can also struggle our national interest. With this cooperation, we will gain a
reduced cost from research and development (R&D) sector, which is very expensive, and
this cooperation will open the transfer of technology to Indonesia, especially to PT
Dirgantara Indonesia. This cooperation will drive the advancement of defense industries,
especially in making fighter aircraft, it will also support the government to gain the
autarky of defense industries, especially for the national aircraft industry.

Keywords: international cooperation, KFX/IFX fighter, technology, defense industry,


aircraft industry, Indonesia, South Korea

Pendahuluan institusi-institusi dan norma-norma yang


Dougherty dan Pfaltzgraff (1997) efektif bagi unit-unit yang berbeda
mengemukakan bahwa kerja sama secara kultur dan terpisah secara
internasional pada umumnya geografis membuat kebutuhan untuk
berlangsung pada situasi-situasi yang mengatasi masalah yang menyangkut
bersifat desentralisasi di mana kurangnya kurang memadainya informasi tentang

International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017) 325


Bilqis Fitria Salsabiela

motivasi-motivasi dan tujuan-tujuan dari Parlemen Korea Selatan yang belum


berbagai pihak menjadi sangat penting. mengizinkan pengucuran dana untuk
Pada artikel ini, penulis akan tahap EMDP. Disusul oleh penundaan
menelisik kasus pengembangan pesawat kedua pada bulan Mei 2015 karena
tempur KFX/IFX yang merupakan salah terjadi pergantian pucuk pimpinan di
satu program nasional untuk mencapai Korea Selatan dan penundaan ketiga
kemandirian industri pertahanan dan pada bulan Agustus 2015 yang terjadi
merintis kembali peta jalan penguasaan karena Pemerintah Indonesia akan fokus
teknologi pesawat tempur. Proyek pada pengadaan alutsista yang lain
penting ini melibatkan kerja sama terlebih dahulu. Setelah beberapa kali
internasional dalam bingkai joint sempat terjadi penundaan, prosesnya
development antara Indonesia dan Korea kemudian dilanjutkan pada tahap EMDP
Selatan. Kerja sama internasional yang sampai saat ini masih berlangsung
biasanya ditinjau dari sudut pandang di antara kedua negara.
liberalisme, namun pada artikel ini, Kerja sama internasional dalam
penulis menggunakan kacamata realisme bentuk joint development pengembangan
untuk menganalisis kasus tersebut secara pesawat tempur KFX/IFX ini bukan
komprehensif. hanya mengenai kerja sama antara
Kerja sama pengembangan pemerintah Indonesia dan Korea Selatan
pesawat tempur KFX/IFX dimulai pada (government to government), melainkan
bulan Agustus 2008 ketika Indonesia juga dengan Amerika Serikat sebagai
mendapatkan penawaran dari Korea pemberi teknologi inti pada pesawat
Selatan untuk bekerja sama dalam tempur yang akan dibuat karena Korea
pengembangan pesawat tempur. Kerja Selatan membeli F-35 dan mendapatkan
sama itu terdiri dari 3 (tiga) tahap, yakni; offset dari pembelian tersebut. Selain
Technology Development Phase (TDP), aktor negara, kerja sama juga dilakukan
Engineering and Manufacture antarindustri pertahanan sebagai aktor
Development Phase (EMDP), dan non-negara, seperti PT Dirgantara
Production Phase (PP). Indonesia (PTDI) dan Korean Aerospace
Proses pengembangan pesawat Industry, Ltd. (KAI) dalam tataran
tempur ini sempat mengalami penundaan business to business.
beberapa kali setelah fase TDP berakhir. Demi kebutuhan self defense dari
Penundaan pertama terjadi pada bulan ancaman Korea Utara, Korea Selatan
Maret 2013 yang disebabkan oleh memang memerlukan Indonesia untuk
326 International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017)
Kerja Sama Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan

bekerja sama dalam membuat pesawat pesimis, yang menurut Hans Morgenthau
tempur. Begitu pula Indonesia yang disebut sebagai animus dominandi, yakni
memerlukan Korea Selatan untuk manusia selalu haus akan kekuasaan,
meningkatkan kapabilitas industri penuh persaingan, serta ingin
pertahanannya agar bisa mandiri dan mendominasi dan mengambil
menumbuhkan deterrence effect yang keuntungan dari yang lain. Dalam
kuat serta standing force, khususnya di konteks entitas sebuah negara pada
kawasan. Di sinilah letak esensi kerja konstelasi global, terjadi fenomena
sama joint development yang dilakukan power politics dengan munculnya arena
oleh Indonesia dan Korea Selatan yang persaingan sengit antarnegara yang
diharapkan akan menguntungkan kedua selalu ingin mendominasi pada situasi
belah pihak. anarki internasional yang dihiasi banyak
konflik untuk mempertahankan
Perspektif Realis: Dari Realisme kepentingan nasionalnya masing-masing.
Klasik Sampai Neorealisme Kepentingan nasional yang
Realisme adalah salah satu diperjuangkan memang sangat esensial
perspektif yang populer dalam ilmu bagi keberlangsungan hidup suatu negara
Hubungan Internasional. Robert Jackson yang merupakan salah satu dasar
dan Georg Sørensen (2010: 88) normatif perspektif realis ini, di samping
menyatakan bahwa ide dan asumsi dasar keamanan nasional.
kaum realis adalah: 1) Pandangan Niccolo Marchiavelli sebagai
pesimis atas sifat manusia; 2) Keyakinan pemikir realisme klasik menyatakan
bahwa hubungan internasional pada bahwa negara harus mampu menjadi
dasarnya konfliktual dan bahwa konflik singa (lion) dan rubah (fox) dalam
internasional pada akhirnya diselesaikan menjalankan kebijakan luar negerinya.
melalui perang; 3) Menjunjung tinggi Kepentingan nasional menjadi wasit
nilai-nilai keamanan nasional dan terakhir bagi implementasi dari
kelangsungan hidup negara; 4. kebijakan tersebut. Singa merupakan
Skeptisisme dasar bahwa terdapat perlambang kekuasaan yang harus dapat
kemajuan dalam politik internasional direfleksikan bahwa sebuah negara yang
seperti yang terjadi dalam kehidupan kuat akan mampu mengejar kepentingan
politik domestik. nasionalnya dengan sungguh-sungguh
Kaum realis memang senantiasa sehingga apapun rintangan yang
memandang sifat dasar manusia secara dihadapi tidak bisa menghentikan
International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017) 327
Bilqis Fitria Salsabiela

tindakan yang diambil dan negara-negara (unitary actor) yang melakukan pilihan
lain tidak akan memiliki hasrat untuk rasional (rational choice) untuk
menguasai negara itu dikarenakan oleh membuat keputusan terbaik berdasarkan
kekuatan dan kekuasaannya yang lebih cost and benefit dari berbagai pilihan
besar. Negara juga harus seperti rubah. yang ada, khususnya dalam menghadapi
Rubah merupakan perlambang penipuan security dilemma. Hobbes menyatakan
yang dikorelasikan bahwa negara itu bahwa pembentukan suatu negara bukan
haruslah cerdas, tangkas, dan agak berasal dari tingkat intelegensia
sedikit tricky untuk bisa meloloskan (otaknya), melainkan dari adanya
kepentingan nasionalnya dengan dorongan keinginan (emosi) dari pria
mempertimbangkan berbagai keung- dan wanita yang berada dalam keadaan
gulan yang dimiliki. Pandangan state of nature, suatu kondisi alami di
Marchiavelli ini terkesan mengabaikan mana manusia merasakan adanya
sisi keadilan dan moralitas sehingga segenap ancaman dari luar, seperti
seringkali dicap amoral, namun tak bisa ancaman dari tetangga yang ingin
disangkal bahwa hegemoni akan membunuh. Akibatnya, terjadi situasi
dominasi adalah sebuah realitas dalam “fight all against all” yang membuat pria
pandangan realis. dan wanita harus berkolaborasi untuk
Thomas Hobbes, sebagai filsuf membentuk suatu negara. Negara
politik dan hukum yang menganut mempunyai kekuasaan dan mampu
perspektif realis, pada abad XVII melindungi warga negaranya sehingga
mengemukakan bahwa secara alamiah, pria dan wanita tersebut dapat
manusia itu jahat (man is evil) sehingga terlindungi.
memiliki keinginan besar untuk Secara rasional bisa dijabarkan,
mendominasi atau menjadi dominan jika satu orang memerlukan istirahat
terhadap manusia lain, memiliki sifat sehingga tidak bisa berjaga-jaga selama
egois, dan dalam kaitannya dengan 24 jam dalam menahan serangan musuh,
negara, situasi ini turut menciptakan maka negara bisa memberikan pilihan.
hubungan antarnegara yang mengarah Jika si pria tidur, maka si wanita akan
pada konflik internasional dan berjaga-jaga dan begitu pula sebaliknya.
diselesaikan melalui jalan perang sebagai Ini menunjukkan bahwa keamanan
kunci terakhir. individu dan domestik yang disertai
Negara menjadi aktor utama pembentukan negara itu menyertai
(primary actor) dan juga aktor tunggal kondisi ketidakamanan internasional
328 International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017)
Kerja Sama Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan

yang berakar pada sistem yang anarki. kelangsungan hidupnya dan menjamin
Anarki berlaku karena dalam hubungan keamanan di dalam situasi anarki
internasional tidak ada otoritas internasional yang dihiasi oleh banyak
kedaulatan yang bisa memaksakan konflik. Dengan demikian, kaum realis
aturan hukum dan menjamin “yang berpendapat bahwa perang sama sekali
bersalah” dihukum (Steans dan Pettiford, tidak bisa dicegah (Steans dan Pettiford,
2009: 46). Negara-negara tidak akan 2009: 47). Mereka percaya bahwa
menyerahkan kedaulatan mereka pada konflik itu tak terelakkan sehingga
sebuah badan internasional (Steans dan kemungkinan terbaik untuk mencegah
Pettiford, 2009: 47). perang adalah dengan “menjadi kuat”
Sementara dalam pandangan untuk menghadapi kemungkinan adanya
neorealis, kaum realis tidak pernah agresi asing (Steans dan Pettiford, 2009:
melupakan pentingnya negara sebagai 49).
aktor utama dalam politik dunia (Steans Prinsip si vis pacem para bellum,
dan Pettiford, 2009: 72). Mereka percaya yakni untuk memelihara kondisi damai,
bahwa negara-negara hanya bergabung negara harus membangun kemampuan
ke dalam institusi-insitusi internasional pertahanan yang kuat dan berdaya
dan terlibat ke dalam kesepakatan- tangkal tinggi. Berdasarkan perspektif
kesepakatan kerja sama ketika hal ini, pertahanan menjadi suatu hal yang
tersebut cocok bagi negara tersebut bersifat fundamental bagi sebuah negara
sehingga kesepakatan seperti karena sistem internasional senantiasa
kesepakatan aliansi atau kerja sama bisa dalam keadaan anarkis (Burchill dan
dilanggar atau diingkari, jika dan ketika Linklater, 2009: 90-121). Bilamana
kesepakatan tersebut bertentangan negara tidak memiliki kapabilitas militer
dengan kepentingan nasional (Steans dan yang cukup kuat, kerja sama
Pettiford, 2009: 46). internasional menurut pandangan realis
merupakan sebuah pilihan yang rasional
Pandangan Realis terhadap Kerja karena negara membutuhkan mitra kerja
Sama Industri Pesawat Tempur sama untuk menghadapi dominasi
Dari serangkaian pandangan negara-negara berkekuatan besar.
tersebut, realisme memberi konklusi Kemitraan tersebut harus sejalan dengan
bahwa sebuah negara harus kepentingan nasional yang diperjuang-
memperjuangkan setiap kepentingan kan oleh negara.
nasional untuk memelihara
International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017) 329
Bilqis Fitria Salsabiela

Dalam fenomena bipolaritas yang perkembangan teknologi dan alutsista


pernah terjadi di dunia, terdapat dua yang kian meningkat dari waktu ke
superpower, yaitu Amerika Serikat (AS) waktu.
dan Rusia yang selalu bersaing dalam Pada abad ini, AS
segala bidang sejak era Perang Dingin mempersiapkan pesawat tempur F-35
hingga saat ini. Pada industri pesawat Joint Strike Fighter Lightning II sebagai
terbang dunia, kompetisi tajam pesawat tempur generasi kelima yang
antarkedua negara tampak jelas, paling canggih di seluruh dunia. Rusia
khususnya dalam persaingan pasar. pun tak kalah dengan mempersiapkan
Persaingan dunia pesawat tempur Sukhoi versi terbarunya dengan nama
antara Rusia dan AS telah terjadi sejak Perspektivny Aviatsionny Komleks
lama. Chappy Hakim (2010: 157) Frontovoy Aviatsii (PAK FA) dengan
mengemukakan bahwa Rusia pada kode T-50. Pesawat ini dilengkapi
Perang Korea menggunakan Yak-9 dan dengan dua ruang kargo senjata
MiG-15 Fogot yang oleh AS sendiri berukuran 4,6 m x 1 m yang terletak di
pada saat itu dijuluki sebagai “the best bagian bawah badan pesawat yang
fighter in the world”. Karena kemungkinan untuk tempat
kemampuannya yang sedemikian tinggi, penyimpanan rudal udara-ke-udara jarak
sampai-sampai sebuah area di udara jauh (Septian dan Djajasasmita, 2016:
barat Korea dinamakan “MiG Alley” 190).
karena daerah tersebut dikawal ketat Saat ini, percaturan politik
oleh MiG-15 yang tidak bisa ditembus internasional juga telah mengalami
oleh pesawat AS. Sementara AS sendiri dinamika perubahan yang masif.
pada Perang Korea menggunakan F-28 Kekuatan kedua negara telah diwarnai
Twin Mustang, P-51, F-80, F-84 oleh adanya nuansa baru dari eksistensi
Thunder Jet, F-86 Sabre, dan B-29. kemunculan para “rising stars” yang
Rusia terkenal menggunakan MiG dan mengakibatkan perimbangan kekuatan
Sukhoi, AS langsung mengimbanginya (balance of power) di dunia berubah dan
dengan aneka pesawat tempur miliknya, menjadi kian tidak proporsional.
seperti F-15, F-16, F-18, dan lain-lain Konstelasi global senantiasa berada pada
(Hakim, 2010: 157). Pesawat-pesawat situasi yang serba tidak pasti dalam
tempur kedua negara itu terus bingkai multipolaritas tersebut.
diperbaharui berdasarkan generasi yang Kenneth Waltz, dalam Robert
semakin canggih seiring dengan Jackson dan Georg Sørensen (2009:
330 International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017)
Kerja Sama Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan

111), menyatakan bahwa sistem bipolar digunakan pada Angkatan Udara,


lebih stabil dan karenanya menyediakan Angkatan Laut, dan Korps Marinir AS
jaminan perdamaian dan keamanan yang (Vucetic dan Nossal, 2012-2013: 3-12).
lebih baik dibanding sistem multipolar. Kontrak kerja sama ini melibatkan
Hanya dengan dua negara berkekuatan McDonnell Douglas, Boeing, Northrop
besar, keduanya dapat diharapkan Gruman, dan Lockheed Martin yang
bertindak untuk memelihara sistem timnya juga melibatkan kontraktor di
(Jackson dan Sørensen, 2009: 111). luar AS, seperti Dassault yang bermitra
Sistem internasional yang anarki dengan Boeing dan BAE yang bermitra
terjadi juga pada struktur industri dengan McDonnell Douglas dan
pesawat terbang dunia, khususnya Northrop Gruman (Vucetic dan Nossal,
pesawat tempur. Beberapa negara 2012-2013: 3-12).
muncul dengan produk unggulan Hal ini bukan hanya didasari oleh
pesawat tempurnya masing-masing. kepentingan ekonomi semata, yakni
Inggris dengan Hawk, Swedia dengan keuntungan ketika menjual produk
Gripen, China dengan Chengdu, dan pesawat tempur tersebut ke pasar dunia
lain-lain. Kehadiran para pemain selain dan mendulang tambahan devisa bagi
AS dan Rusia ini kian mempertajam negara, melainkan lebih jauh lagi
persaingan pasar sehingga beberapa menyangkut keamanan bersama serta
negara sepakat untuk melakukan memelihara kelangsungan hidup bagi
serangkaian kolaborasi dalam membuat negara-negara pembuat pesawat tempur
pesawat tempur melalui konsorsium tersebut.
bersama, seperti Eurofighter Typhoon Dalam pandangan realisme, high
yang merupakan hasil kerja sama antara politics yang menyangkut kekuasaan,
negara-negara di Eropa Barat atau F-35 kedaulatan, dan kepentingan nasional
Joint Strike Fighter (JSF) Lightning II merupakan urusan yang jauh lebih
yang merupakan hasil kerja sama AS penting ketimbang low politics, seperti
dengan beberapa negara anggota NATO. kesejahteraan ekonomi. Setiap warga
Cerita mengenai JSF bermula negara mempunyai kewajiban untuk
pada tahun 1994 ketika Kongres AS melindungi keamanan nasional dan
memutuskan me-merger dua proyek kelangsungan hidup negara. High
penelitian pesawat tempur Departemen politics menjadi sesuatu yang urgent
Pertahanan. Ide untuk memproduksi karena dalam alam pemikiran realis,
pesawat tempur generasi kelima untuk sistem internasional memang selalu
International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017) 331
Bilqis Fitria Salsabiela

dinilai anarki, yakni tidak ada otoritas Perimbangan kekuatan juga


atau kewenangan di atas negara karena merupakan ekses dari disparity of power
tidak ada negara manapun yang mau yang bisa disebabkan oleh peningkatan
memberikan kedaulatan (sovereignty) atau penurunan kapabilitas suatu negara,
yang dimilikinya kepada keamanan baik dari tingkat ekonomi, militer,
global. Hal ini disebabkan oleh disparity geografis, stabilitas pemerintahan,
of threat atau fear antara negara yang industri, ideologi, maupun yang lainnya.
satu dengan negara yang lain berbeda- Perubahan kapabilitas tadi membuat
beda sehingga kondisi peaceful bukanlah perimbangan kekuatan akan bergeser dan
suatu keadaan yang bisa dijamin secara dapat mengubah sistem yang telah ada
permanen akibat ketidakpastian. sebelumnya. Konsepsi perimbangan
Begitu juga dengan perimbangan kekuatan tidak menginginkan adanya
kekuatan (balance of power) yang suatu hirarki yang menguasai atau
merupakan nilai fundamental pada menjadi dominan di antara negara-
perspektif realis. Perimbangan kekuatan negara di dunia. Misalkan China sebagai
bukan hanya konsepsi empiris tentang rising star sudah memiliki sekitar 2000-
cara politik dunia dijalankan (Jackson an pesawat tempur, 200-an Sukhoi, dan
dan Sørensen, 2009: 105). Upaya sedang mengembangkan sekian kapal
perimbangan kekuatan dapat mencegah selam sehingga negara tetangganya,
terjadinya penguasaan dunia yang India, menjadi insecure karena di dalam
hegemonik oleh negara berkekuatan prinsip zero sum game, my security is
besar manapun (Jackson dan Sørensen, your insecurity and my insecurity is your
2009: 105). Pada konteks perimbangan security. Artinya, India merasa terancam
kekuatan tersebut, tiap negara memiliki dengan kekuatan militer China,
disparity of power yang berbeda-beda. kemudian India segera meningkatkan
Ada negara yang tergolong great power, kapabilitasnya dengan melakukan
seperti AS. Ada pula negara yang power- military build-up dan mengembangkan
nya masih dalam skala menengah dan peralatan perang lainnya untuk
kecil. Negara-negara kecil berjuang menyamai power yang dimiliki China.
dengan berupaya mengimbangi kekuatan Bahkan, India tidak tanggung-tanggung
agar bisa establish dalam percaturan mengeluarkan anggaran pertahanan yang
global karena great power cenderung sangat besar. Melihat kenyataan itu,
dominan untuk mengatur segala hal. China lalu menjadi terancam dan
kembali meningkatkan kapabilitas
332 International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017)
Kerja Sama Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan

militernya. Hal ini dilakukan agar rasa senantiasa dalam keadaan yang damai
aman bagi negaranya terjamin. dan tentram serta menganut nilai-nilai
Pada prinsipnya, setiap negara perpetual peace (Steans dan Pettiford,
mengkalkulasikan kekuatan lawan 2009: 97), Indonesia juga harus bersiap-
berada di bawah, misalnya jika kekuatan siap perang jika menginginkan
India 10, kekuatan China harus 11 atau kedamaian terus ditegakkan di bumi
12 karena kalau sampai terjadi perang, pertiwi ini. Di sini, pertahanan negara
China bisa memenangkan perang. Begitu menjadi sangat esensial.
pula dalam sudut pandang India. India Menurut definisi Undang-undang
mengkalkulasikan kekuatan China dan Nomor 3 Tahun 2002 tentang Sistem
berharap bisa mengimbanginya atau Pertahanan Negara, sistem pertahanan
bahkan melebihinya. Situasi ini negara adalah sistem pertahanan yang
menimbulkan dilema keamanan (security bersifat semesta yang melibatkan seluruh
dilemma) yang membentuk spiral warga negara, wilayah, dan sumber daya
dynamics karena lambat laun tidak ada nasional lainnya serta dipersiapkan
upaya untuk meredamnya sehingga akan secara dini oleh pemerintah dan
muncul yang disebut sebagai perlombaan diselenggarakan secara total, terpadu,
senjata (arms race). Negara seperti terarah, dan berlanjut untuk menegakkan
China dan India berusaha untuk survive kedaulatan wilayah dan keselamatan
dengan melakukan struggle for power. segenap bangsa dari segala ancaman.
Dilema keamanan seperti ini bisa Salah satu komponen sumber daya
membuat China dan India terjebak dalam nasional adalah industri pertahanan yang
aksi-reaksi secara terus-menerus didorong oleh pemerintah untuk
sehingga menimbulkan kemungkinan mencapai kemandirian dalam rangka
terjadinya salah paham. Apabila masing- menunjang pertahanan negara.
masing negara tidak memiliki sikap
keterbukaan dan mempunyai tingkat Esensi Kerja Sama Joint Development
kecurigaan yang tinggi, probabilitas bagi Pesawat Tempur KFX/IFX
kedua negara untuk berperang juga akan Program kerja sama joint
tinggi. development pesawat tempur KFX/IFX
Realitas dalam struktur dicetuskan oleh Komite Kebijakan
internasional yang kurang stabil Industri Pertahanan (KKIP) sebagai
memiliki implikasi yang signifikan bagi salah satu dari 7 (tujuh) program
negara kita. Kendati Indonesia prioritas nasional selain kapal selam,
International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017) 333
Bilqis Fitria Salsabiela

medium battle tank, propelan, roket mahal serta memungkinkan terjadinya


nasional, rudal nasional, dan radar transfer teknologi dari negara yang
nasional karena pemerintah hendak sudah maju kepada Indonesia. Pilihan
mendorong terciptanya kemajuan kerja sama dengan negara lain juga akan
industri pertahanan dan dapat membuka mendorong kemajuan industri
peta jalan penguasaan teknologi pesawat pertahanan, khususnya dalam pembuatan
tempur bagi industri pertahanan (PTDI) pesawat tempur, di samping mendukung
untuk meningkatkan kapabilitasnya guna upaya pemerintah dalam menggalakkan
mencapai kemandirian. Indonesia juga kemandirian bagi industri pertahanan,
membutuhkan air power yang kuat khususnya industri pesawat terbang
dengan kehadiran pesawat-pesawat nasional, yakni PTDI.
tempur baru untuk menggantikan Kerja sama joint development
pesawat yang akan habis masa pakainya. pengembangan pesawat tempur
Kebutuhan akan pesawat tersebut tidak KFX/IFX ini penting untuk membuka
mungkin dipenuhi hanya dengan peta jalan penguasaan teknologi pesawat
melakukan off the shelf (pembelian tempur. Teknologi memang sangat
langsung). Indonesia harus berupaya dibutuhkan untuk menyokong kekuatan
mandiri untuk memenuhi seluruh pertahanan sebuah negara sehingga
spektrum alutsista yang dibutuhkannya diperlukan analisis pada struktur
tersebut. teknologi pertahanan. Kita dapat melihat
Namun sampai sekarang, pesatnya perkembangan teknologi
Indonesia belum mampu membuat sehingga mempengaruhi pula siklus
pesawat tempur sendiri. Poin ini teknologi pesawat tempur yang semakin
menegaskan bahwa kita memang canggih dari waktu ke waktu. Sekarang
memerlukan sebuah kerja sama ini sudah dicetuskan pesawat tempur
internasional untuk merealisasikan generasi keenam. Meskipun begitu,
pembuatan pesawat tempur. Kerja sama Indonesia tetap memerlukan keberadaan
industri pesawat terbang antarnegara di pesawat tempur generasi 4.5 ini yang
dunia merupakan pilihan yang paling didapatkan dari kerja sama joint
logis karena banyak keuntungan yang development untuk meningkatkan
bisa didapatkan. Dengan bingkai kerja kemandirian pertahanan dan kapabilitas
sama tersebut, tentunya akan industri pertahanan.
mengurangi biaya penelitian dan Seperti telah dibahas
pengembangan (R&D) yang sangat sebelumnya, teknologi memang
334 International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017)
Kerja Sama Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan

memiliki siklusnya, begitujuga dengan dapat menjalankan misi pertahanan


teknologi pesawat tempur. Kita dapat udara maupun serangan darat. Pesawat-
mengamatinya dari beberapa pesawat pesawat generasi ini juga sudah
tempur yang dimiliki oleh Indonesia, di dilengkapi dengan radar pulsa dan rudal
antaranya A4 Sky Hawk yang yang berkemampuan di luar jarak
keberadaannya sudah digantikan oleh pandang atau beyond visual range
pesawat BAE Hawk, BAE Hawk (BVR). Contoh pesawat di zaman ini
109/209, F-5 E/F Tiger II, Su-27/30 adalah F-105 Thunderchief, F-4
MKK Flanker, F16 Block 25, OV Phantom, MiG-17 Fresco, MiG-21
Bronco telah di-grounded dan digantikan Fishbed, dan F-5 E/F Tiger II. F-5 E/F
oleh pesawat Tucano atau Super Tucano. Tiger II ini adalah contoh pesawat
Sementara, pesawat F-5 E/F Tiger II generasi ketiga yang dimiliki oleh
akan segera habis masa pakainya Indonesia.
sehingga pengembangan pesawat tempur Sementara itu, pesawat tempur
KFX/IFX ini sangat dibutuhkan untuk generasi keempat (sekitar 1970-1980) di
menggantikan pesawat generasi ketiga antaranya F-15 Super Eagle, F-16,
yang sudah uzur tersebut. Mirage 2000, dan MiG-29 Fulcrum.
Siklus teknologi yang terjadi juga Indonesia mempunyai pesawat F-16
mengharuskan Indonesia untuk segera yang didapat dari program hibah Foreign
menambah kekuatan jumlah Military Sales AS. Kemudian, pesawat
persenjataan, skuadron, dan generasi tempur generasi empat setengah (sekitar
pesawat tempurnya guna melakukan 1990-2000) dapat dinyatakan sebagai
perimbangan kekuatan. Pesawat-pesawat pengembangan lebih lanjut dari pesawat
Indonesia yang ada saat ini kebanyakan tempur generasi keempat. Pesawat-
adalah generasi ketiga dan keempat, pesawat ini sudah dilengkapi dengan
sementara perkembangan zaman sudah radar active electronically scanned array
semakin maju yang ditandai dengan (AESA), avionik yang lebih canggih,
keberadaan pesawat tempur generasi dan sambungan data berkapasitas tinggi.
kelima yang sangat canggih. Contoh dari generasi ini adalah
Indonesia memiliki pesawat- KFX/IFX, F-16 C/D Block 52+, F-18
pesawat tempur generasi ketiga (sekitar F/A Super Hornet, Eurofighter Typhoon,
1960-1970), yakni pesawat yang sudah Dassault Rafale, dan varian tertentu dari
dirancang sebagai pesawat serba guna Sukhoi Su-27/30. Pesawat tempur
atau multirole. Pesawat generasi ini KFX/IFX ini termasuk generasi 4.5
International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017) 335
Bilqis Fitria Salsabiela

dengan kemampuan anti radar yang Swedia mengembangkan pesawat


aktif, namun masih berkemampuan semi berkemampuan Jakt (pertempuran),
stealth karena jika Indonesia Attack (serang darat), dan Spaning
mengembangkan teknologi anti radar (pengintaian) dengan nyaris
penuh akan mendapatkan penolakan dari menggunakan buatan lokal, Saab-Scania,
berbagai pihak yang mempertanyakan LM Ericsson, Svenska
alasan Indonesia mengembangkan Radioaktiebolaget, Volvo Flygmotor,
teknologi radar penuh, padahal Indonesia dan Forsvarets Fabriksverk yang
adalah negara yang anti perang. Oleh merupakan perusahaan-perusahaan lokal
karena itu, penggunaan teknologi Swedia yang terlibat dalam proyek ini
siluman aktif nampaknya lebih (Septian dan Djajasasmita, 2016: 162-
bersahabat agar tidak menimbulkan 163). Pesawat ini generasinya memang
kontroversi di kemudian hari. masih berada satu tingkat di bawah F-35
Indonesia sampai saat ini belum yang merupakan pesawat generasi
memiliki pesawat generasi kelima. kelima, namun tak kalah canggih.
Namun, teknologi pesawat generasi Hal ini masih menjadi pekerjaan
kelima seperti F-35 Joint Strike Fighter rumah bagi Indonesia dan Korea Selatan
Lightning II yang dibeli oleh Korea untuk mencari solusi terbaik masalah ini.
Selatan sebanyak 40 unit akan diadopsi Sementara itu, Indonesia juga
ke pesawat tempur KFX/IFX. Meskipun mengalami kendala dalam kerja sama
demikian, AS hanya mengizinkan 21 ini, yakni perlunya Technical Assistant
teknologi dari 25 yang dijanjikan. Empat Agreement (TAA) dari pemerintah AS
core technologies yang dirahasiakan itu untuk mengijinkan Korea Selatan
adalah radar AESA, infrared search and berbagi ilmu dengan Indonesia dalam
tracking equipment (IRST), electro- pembuatan pesawat tempur KFX/IFX
optical target tracking devices yang teknologinya diadopsi dari F-35
(EOTGP), dan radio frequency jammers. Joint Strike Fighter buatan Lockheed
Jika masalah ini tidak terpecahkan, maka Martin.
harus segera mencari teknologi F-35 adalah pesawat tempur
pengganti, misalnya menggunakan generasi kelima (sekitar 2000-an) yang
teknologi dari JAS Grippen, Swedia. merupakan generasi pesawat tempur
Sejak dahulu, Swedia sudah berusaha tercanggih di dunia saat ini. Memang F-
mandiri dalam pengadaan peralatan 22 Raptor adalah satu-satunya pesawat
tempurnya, termasuk pesawat tempur. tempur generasi kelima yang telah
336 International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017)
Kerja Sama Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan

operasional, sedangkan F-35 Joint Strike lain dengan menciptakan serangkaian


Fighter Lightning II, MiG terobosan atau inovasi di bidang
Mnogofounksionalni Frontovoi Istrebitel persenjataan untuk mengatasi
(MFI) atau Pesawat Tempur Garis permasalahan pelik tersebut. Pengalaman
Depan Serbaguna, dan Su-47 masih embargo ini menjadi titik awal merintis
dalam tahap pengembangan. kemandirian bagi industri pertahanan
supaya mampu berjaya di kancah
Kepentingan Nasional pada nasional dan internasional. Di sini,
Pengembangan Pesawat Tempur Indonesia harus memiliki deterrence
KFX/IFX effect atau daya tangkal yang efektif agar
Kepentingan nasional yang negara-negara lain merasa segan untuk
paling utama bagi Indonesia adalah menyerang atau tidak akan pernah
terwujudnya kemandirian, khususnya melakukan serangan kepada Indonesia
pada industri pertahanan. Kemandirian karena merasa bahwa Indonesia
berarti mampu untuk memproduksi, memiliki pertahanan yang lebih kuat dan
mengoperasikan, memelihara, dan kapabilitas militer yang lebih tinggi.
terbebas dari embargo serta dikte dari Di samping deterrence effect,
negara lain. Hal ini diperkuat ketika Indonesia juga harus melakukan
sektor pertahanan Indonesia pernah standing force dalam rangka
dihujam oleh embargo yang sangat keras mengimbangi kekuatan lawan. Kita
dari AS pada tahun 1999-2005. Pada saat memang tidak mempunyai lawan atau
itu, AS menilai bahwa tentara Indonesia musuh, namun dapat dikatakan bahwa
sudah melakukan sejumlah pelanggaran Indonesia memiliki “musang” atau
hak asasi manusia di Timor Timur. Di musuh yang diperanggapkan. Maka kita
satu sisi, pengalaman embargo tersebut akan melihat-lihat kekuatan yang
membuat Indonesia kesulitan untuk dimiliki oleh negara yang lain dengan
melakukan kegiatan maintenance cara menganalisis apa saja persenjataan
(pemeliharaan) dan memperoleh yang dimilikinya, apa jenis generasi
sparepart (suku cadang) bagi pesawatnya, berapa skuadron tempurnya,
operasional kendaraan tempurnya (F-16 dan berapa luas wilayahnya serta
yang didapatkan dari program hibah melakukan upaya perimbangan kekuatan
Foreign Military Sales AS). Di sisi lain, dalam menghadapi spiral dynamics
Indonesia mulai berupaya untuk equilibrium of arms race yang biasa
melepaskan ketergantungan dari negara terjadi di kawasan, meskipun terlalu dini
International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017) 337
Bilqis Fitria Salsabiela

untuk mengatakan adanya perlombaan mengadopsi Revolution in Military


senjata. Namun proliferasi senjata Affairs (RMA) di mana terjadi
ofensif di Asia Tenggara menunjukkan perubahan radikal dalam cara berperang
bahwa dinamika persenjataan telah akibat adanya lompatan teknologi. Hal
mengarah kepada penerapan kombinasi ini sangat berbeda dengan negara-negara
antara konsep rasio antara kekuatan dan berkembang, seperti Indonesia, di mana
teknologi (force to technology ratio) dan teknologi akan selalu menjadi penunjang
konsep rasio antarkekuatan militer (force bagi pertahanan.
to force ratio) (Widjajanto, Prasetyono, Bilamana kita menelisik strategi
dan Keliat, 2010: 35). Penerapan dua pertahanan udara, maka ada dua hal
konsep ini akan mengarahkan negara- mendasar yang dipegang khususnya dari
negara untuk mengejar teknologi militer segi pertahanan dan keamanan, yakni
terbaru yang cenderung didapat di sistem deterrence effect dan standing force.
persenjataan yang bersifat ofensif Pengembangan pesawat tempur
(Widjajanto, Prasetyono, dan Keliat, KFX/IFX antara PTDI dan KAI akan
2010: 35). menghasilkan sebanyak 50 unit pesawat
Untuk menghadapi hal tersebut, tempur bagi Indonesia dan 120 unit
Indonesia harus menjadi negara yang pesawat tempur bagi Korea Selatan.
kuat, baik dari segi pertahanan negara Kehadiran pesawat tempur ini nantinya
maupun kapabilitas militernya. Kaum diharapkan bisa memberikan daya
realis menganggap kapabilitas militer penangkalan yang efektif. Musuh akan
merupakan kemampuan yang sangat menganggap Indonesia sebagai negara
penting (Steans dan Pettiford, 2009: 62). yang kuat sehingga enggan dan segan
Kapabilitas militer merepresentasikan untuk menyerang negara kita. Sementara
hal yang paling mendasar, penengah standing force dilakukan dalam rangka
akhir berbagai pertentangan mengimbangi kekuatan lawan. Indonesia
internasional (Steans dan Pettiford, dengan prinsip damainya tentu tidak
2009: 62). akan pernah bersikap head to head
Kapabilitas militer, termasuk di dengan negara manapun. Indonesia, yang
dalamnya pertahanan negara, harus tergabung dalam ASEAN, senantiasa
sejalan dengan teknologi yang memegang prinsip-prinsip perdamaian
dikembangkan. Di Indonesia, pada dan mengedepankan prinsip Confidence
prinsipnya teknologi akan mengikuti Building Measures (CBM), tetapi
pertahanan, tidak seperti AS yang konflik antaranggota ASEAN tetap tidak
338 International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017)
Kerja Sama Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan

dapat dihindari, seperti konflik antara teknologi pesawat tempur yang


Indonesia dan Malaysia, konflik antara merupakan target pencapaian mutlak
Kamboja dan Thailand, dan lain-lain. bagi Indonesia, khususnya PTDI sebagai
Oleh karena itu, perimbangan kekuatan industri pesawat terbang nasional yang
menjadi suatu keharusan saat negara- mengerjakan pengembangan pesawat
negara terlibat dalam fenomena arms tempur KFX/IFX bersama KAI. Menurut
race, baik yang disadari maupun yang analisis penulis, alih teknologi terjadi di
tidak (masih berbentuk kamuflase). antaranya dari technological niche
Pesawat tempur KFX/IFX (adanya kekhususan). Indonesia,
penting karena Indonesia membutuhkan khususnya PTDI, belum pernah
penambahan kekuatan dan skuadron membuat pesawat tempur sebelumnya.
dalam rangka mengimbangi kekuatan Dengan adanya joint development
lawan. Skuadron tempur Indonesia dengan Korea Selatan, PTDI dapat
sampai saat ini hanya berjumlah 8 mempelajari teknik pembuatan pesawat
(delapan) dengan pesawat tempur yang tempur dengan cara berpartisipasi
perlu diperbanyak jumlahnya, maka bersama dalam program ini bersama
pengembangan pesawat tempur KAI. PTDI yang sudah piawai dalam
KFX/IFX ini akan menambah kekuatan membuat pesawat angkut serbaguna bisa
sebanyak 3 (tiga) skuadron (Lapangan menambah keahliannya dalam
Udara Sam Ratulangi, Lapangan Udara memproduksi pesawat.
El Tari, dan Lapangan Udara Manuhua) PTDI selama ini memang sudah
untuk menjaga perbatasan Indonesia memiliki keunggulan yang diakui oleh
yang terluar mengingat wilayah banyak negara dalam pembuatan
geografis kita sangat luas dan pesawat angkut serbaguna dan
membutuhkan penjagaan yang ketat. Di helikopter. Produksi PTDI di antaranya
sini, kemandirian industri pertahanan adalah (Sahrasad, 2013: 54-55):
menjadi begitu esensial. Mewujudkan - Pesawat sayap tetap: rancangan
industri pertahanan yang mandiri pesawat N-2130 (proyek
menjadi suatu hal yang mutlak karena dihentikan karena krisis finansial
bentuk ancaman militer dan nirmiliter di Asia 1997), N-250 (tahap uji
kawasan yang cukup beragam saat ini. terbang purna rupa, dihentikan
Selain kemandirian industri karena krisis finansial Asia
pertahanan, kepentingan nasional yang 1997), NC-212 (lisensi dari
harus diperjuangkan adalah penguasaan CASA), CN-235 (dikembangkan
International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017) 339
Bilqis Fitria Salsabiela

bersama dengan CASA), N-219, Maintenance Repair and


Si Kumbang produksi era Overhaul (MRO).
Nurtanio, Belalang produksi era Pada dasarnya pesawat memiliki
Nurtanio, Kunang produksi era prinsip yang sama, namun ada perbedaan
Nurtanio, dan Gelatik produksi antara pesawat tempur dengan pesawat
era LAPIP (lisensi dari CEKOP angkut serbaguna. PTDI baru
Polandia). mengantongi keunggulan dalam
- Helikopter: NBO 105 pembuatan pesawat angkut serbaguna
(dipergunakan secara luas di dan helikopter yang menggunakan
Indonesia, lisensi dari MBB kekuatan subsonik, sementara pesawat
Jerman), NBK 117, NBell 412 tempur berbeda karena memakai
(lisensi dari Bell Helicopter, AS), kekuatan supersonik. Perbedaan teknis
NAS 330 Puma (lisensi dari lainnya terletak di flight control system,
Aerospatiale, Perancis), dan NAS di mana pada pesawat biasa dibuat stabil,
332 Super Puma (lisensi dari tetapi pada pesawat tempur sengaja
Aerospatiale, Perancis). dibuat tidak stabil sehingga harus selalu
- Komponen pesawat: komponen dikontrol. Pesawat tempur memiliki
Airbus A330, komponen Airbus power yang sangat tinggi, kemampuan
A340, komponen Airbus A380, manuver dengan flight control computer
komponen Boeing 737, dan stabilitasnya selalu negatif supaya
komponen Boeing 757, dibuat tidak stabil. Selain itu, mesin
komponen Boeing 767, komputernya berbeda karena pada
komponen F-16 Fighting Falcon, pesawat tempur semuanya menjadi satu
dan komponen Fokker F-100. kesatuan, sedangkan pada pesawat biasa
- Persenjataan: roket FFAR 2.75 ada bagian masing-masing dan pilot
inch (lisensi dari Belgia), bertugas untuk mengintegrasikannya.
Torpedo SUT, dan NDL-40 Perbedaan juga terletak dalam
Ground-to-Ground Rocket Multi pembuatannya. Pesawat tempur akan
Launcher. selalu mengedepankan misi tempurnya,
- Servis: paket pekerjaan teknis, kemudian baru sisi biaya dan
desain, pengembangan, uji, keselamatan, sementara pesawat angkut
subkontrak, Aircraft Main- lebih mengutamakan sisi keselamatan,
tenance Repair and Overhaul kemudian baru biaya dan misinya.
(MRO), serta Engine
340 International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017)
Kerja Sama Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan

Jika PTDI mampu membuat pesawat tempur KFX/IFX. Dari segi


pesawat tempur, Indonesia yang sudah transfer media, menjadi harapan kita
dikenal oleh dunia dengan banyak bahwa teknologi pesawat tempur
teknisinya yang kreatif diharapkan dapat tersebut dapat diaplikasikan untuk
berinovasi untuk menciptakan pesawat keperluan sipil (spin off technology).
tempur yang mengutamakan aspek TNI AU sebagai end-user
keselamatan. Hal ini menjadi poin menginginkan pesawat IFX sesuai
penting karena banyak kasus di mana dengan combat range Indonesia yang
pesawat kita jatuh dan menelan korban wilayahnya sangat luas sehingga
jiwa. Hal tersebut harus segera memerlukan pesawat yang mampu
diantisipasi agar tidak terjadi tragedi terbang dengan durasi yang lama,
semacam itu lagi. sementara Korea Selatan yang
Dari segi sumber daya, baik dari wilayahnya lebih kecil membutuhkan
ketersediaan logistik dalam negeri pesawat ini untuk menghadapi ancaman
sebagai penunjang operasional pesawat militer Korea Utara. Prasyarat khusus ini
tempur maupun sumber daya manusia, dapat dimaklumi karena perbedaan
akan meningkat karena pengembangan kondisi geografis kedua negara. Namun,
pesawat tempur KFX/IFX bisa Indonesia dan Korea Selatan harus
mendorong peningkatan kapabilitas seiring sejalan dan hal tersebut harus
industri pertahanan dan keterampilan didukung penuh oleh pemerintah kedua
sebagai salah satu upaya antisipasi negara yang saling berkolaborasi serta
terhadap krisis regenerasi di tubuh PTDI. melakukan monitoring pada tahap
Apabila ditilik dari segi geografis, implementasi, khususnya dalam
Indonesia adalah negara kepulauan yang melakukan pengawasan business to
luas sehingga membutuhkan penjagaan business antara PTDI dan KAI agar
yang solid untuk wilayah-wilayah proyeknya dapat berjalan lancar.
perbatasan. Begitu juga dengan Indonesia akan mendapatkan
spesifikasi pesawat tempurnya yang keuntungan dari pengembangan pesawat
dikorelasikan dengan keadaan geografis tempur KFX/IFX. Misalnya, dari sisi
di Indonesia, kita memerlukan pesawat ekonomi juga dapat dianalisis bahwa
yang mampu melakukan Short Take Off pesawat tempur ini nantinya bisa dijual
Landing (STOL) dan pesawat tempur di pasar ASEAN yang saat ini sedang
dengan kualifikasi tersebut bisa mewacanakan ASEAN Defense
didapatkan melalui pengembangan Industrial Collaboration (ADIC).
International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017) 341
Bilqis Fitria Salsabiela

Produk pesawat tempur ini akan dijual menghasilkan transfer teknologi untuk
dengan harga yang rasional sebesar US$ meningkatkan kemampuan PTDI dalam
70-90 juta sehingga akan menarik membuat pesawat, khususnya pesawat
banyak peminat untuk membelinya. tempur.
Produksi pesawat tempur juga akan Dalam bingkai kerja sama joint
memberikan leverage bagi ekonomi development ini, Indonesia harus mampu
indonesia dan multiplier effect, seperti mengejar ketertinggalannya dengan
adanya peningkatan kapabilitas industri Korea Selatan melalui tingkat kesiapan
pertahanan dan industrial readiness bagi teknologi (technology readiness level)
PTDI serta peningkatan sumber daya agar sanggup menyamakan kedudukan
manusia dari penguasaan teknologi yang dengan Korea Selatan serta
sedang dikembangkan tersebut. meningkatkan kapabilitas dan kesiapan
Indonesia akan mendapatkan banyak industrinya (industrial readiness)
pengetahuan mengenai teknologi baru. melalui serangkaian strategic investment
Selain itu, ada pasar yang menggiurkan, untuk kematangan pelaksanaan pada
apalagi ditunjang dengan harga yang tahap selanjutnya (Production Phase).
cukup rasional. Hal yang terpenting Marchiavelli mengemukakan
adalah defense support the economy bahwa sebuah negara harus mampu
karena biaya yang dikeluarkan tidak menjadi singa dan rubah. Indonesia juga
sedikit sehingga program ini diharapkan harus pandai dalam memanfaatkan
dapat sukses dan produknya dapat dijual celah-celah yang ada dengan kekuatan
ke pasar ASEAN maupun dunia yang dimiliki, misalnya dalam
sehingga menguntungkan secara hubungannya dengan pemberi teknologi
ekonomi dan pada akhirnya bisa inti (AS) yang membutuhkan negara-
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. negara kuat di kawasan Asia sehingga
Indonesia sebagai salah satu negara
Penutup besar di kawasan ini hendaknya
Kacamata realis yang senantiasa meningkatkan kekuatan dan bahkan
mengedepankan kepentingan nasional harus bisa menjadi center of gravity di
harus dipakai dalam bingkai kerja sama kawasan. Ini akan membuat posisi
internasional semacam ini karena kerja Indonesia semakin penting bagi AS,
sama yang intens antara PTDI dan KAI apalagi kawasan kita adalah kawasan
dalam pengembangan pesawat tempur yang biasa dilalui oleh logistik
KFX/IFX diharapkan mampu internasional. Kita bisa mengambil peran
342 International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017)
Kerja Sama Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan

aktif di sini dengan meningkatkan akan berhasil apabila dukungan


keamanan untuk menjaga lalu lintas pemerintah pada program nasional
pelayaran kita sehingga AS akan merasa tersebut sangat kuat.
terbantu. Hal ini tentunya akan kian Dari segi teknologi, Indonesia
memperkuat hubungan antara Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang
dan AS. besar dari kerja sama joint development
Indonesia sesungguhnya juga ini mengingat Indonesia bukan
dibutuhkan oleh AS karena negara ini merupakan anggota NATO dan sekutu
mampu menjembatani AS dengan dunia AS. Jika Indonesia langsung bekerja
Islam. Indonesia semestinya bisa sama dengan AS, kita mungkin hanya
memainkan peran penting tersebut untuk akan mendapatkan beberapa teknologi.
semakin mendekatkan hubungan dengan Korea Selatan yang nota bene
AS. Jika dengan serangkaian pendekatan merupakan sekutu AS pun hanya
belum membuahkan hasil, misalnya berhasil mendapatkan 21 dari 25
karena AS masih meragukan Indonesia teknologi. Dengan joint development
yang membeli produk dari pesaingnya, pesawat tempur KFX/IFX, kita akan
Indonesia harus sanggup meyakinkan AS mendapatkan 21 teknologi tanpa perlu
bahwa Indonesia adalah negara netral menjadi sekutu dan tetap bisa
yang senantiasa melakukan diversifikasi mengembangkan prinsip non-alignment
persenjataan sesuai kebutuhan. yang kita anut. Kita hanya perlu
Indonesia tidak ingin meyakinkan pihak AS secepat mungkin
mengikatkan diri pada pakta militer untuk menyetujui Technical Asistance
dengan negara manapun dan menjaga Agreement (TAA) yang sudah diajukan
cool distance dengan semua pihak agar dapat mengoptimalkan jalannya
dengan cara membuka diri serta tidak program bagi Indonesia.
mengantungkan supply persenjataannya Selain dukungan yang sangat
pada negara-negara tertentu saja. kuat dari pemerintah, diperlukan juga
Indonesia bisa mencontoh India yang kepiawaian diplomasi sebagai soft
mempunyai kapasitas untuk membuat power, khususnya untuk membujuk AS
Sukhoi atau MiG, tetapi dalam agar mengizinkan teknologinya dibagi
kesempatan yang sama, India juga dengan Indonesia. Di sinilah
membeli produk teknologi dari AS. Hal keterampilan berdiplomasi sangat
itu tidak menimbulkan persoalan yang diperlukan untuk meyakinkan pihak AS
signifikan. Strategi semacam ini hanya bahwa Indonesia adalah negara yang
International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017) 343
Bilqis Fitria Salsabiela

aman dan menjamin jika nanti Indonesia proyek ini Indonesia harus benar-benar
mendapatkan teknologi dari AS, dapat memenuhinya.
teknologi tersebut tidak akan sampai Sebuah fakta menarik mengenai
bocor kepada pihak ketiga atau pihak- Negeri Ginseng diungkapkan oleh Ann
pihak yang tidak diinginkan. Oleh karena Wan Seng (2009: 95) bahwa kebanyakan
itu, saat ini pemerintah sedang perusahaan di Korea Selatan
membangun sistem keamanan untuk menganggap para pekerjanya sebagai
teknologi tersebut secara komprehensif. satu keluarga dan kelompok yang saling
Kenneth Waltz menyatakan bekerja sama dan bantu-membantu
bahwa kerja sama itu memungkinkan dalam bekerja. Keberhasilan perusahaan
asalkan sejalan dengan kepentingan bergantung pada kerja sama kelompok
nasional yang sedang diperjuangkan dan tak ada tempat bagi kepentingan
sehingga Indonesia harus menjaga individu. Prinsip ini bisa kita
hubungan harmonisnya dengan Korea kembangkan dalam kerja sama business
Selatan dalam pengembangan pesawat to business antara PTDI dan KAI.
tempur KFX/IFX ini. Indonesia harus Partisipasi kedua negara dalam proyek
mampu mempelajari karakteristik negara pengembangan pesawat tempur itu
dan orang-orang Korea dengan seksama memang dikalkulasikan pada nilai
untuk memudahkan kerja sama ini. partisipasi tertentu berdasarkan share
Korea Selatan merupakan negara yang yang telah disepakati, namun kita dapat
sangat teliti dalam merumuskan setiap mengoptimalkan dengan prinsip menjadi
perjanjiannya dengan Indonesia, namun satu keluarga dan kelompok yang saling
pada saat pelaksanaannya, Korea Selatan bekerja sama. Hal ini bisa dilakukan
tidak akan serewel seperti pada saat apabila teknisi Indonesia yang dikirim
merumuskan kesepakatan. Selain itu, untuk bekerja di sana sudah memahami
Indonesia harus mampu mengimbangi karakteristik budaya orang Korea.
semangat kerja orang-orang Korea yang Dengan penerapan soft diplomacy seperti
sangat tinggi dengan baik. Orang-orang itu, diharapkan Korea Selatan juga akan
Korea juga sangat kompetitif dan membantu kesulitan kita saat memahami
berkomitmen tinggi pada setiap ilmu baru mengenai pembuatan pesawat
pekerjaannya, khususnya pada aspek- tempur.
aspek teknis. Mereka selalu memastikan Choi dan Lee (2000)
setiap pekerjaan terselesaikan dengan mengemukakan bahwa kesuksesan
baik dan memuaskan sehingga dalam Korea Selatan dalam melakukan transfer
344 International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017)
Kerja Sama Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan

teknologi terletak pada interaksi Selatan dan AS, menjaga keamanan


komunikasi dari para partisipan yang dalam negeri, dan menunjang
berlangsung dalam proses transfer perdamaian di kawasan.
teknologi tersebut. Hal ini sedikit banyak
bisa dijadikan sebagai landasan berpikir Daftar Pustaka
untuk menyelesaikan permasalahan segi Buku
teknologi, khususnya saat bekerja Burchill, Scott dan Andrew Linklater.
bersama dalam pengembangan pesawat Teori-teori Hubungan
tempur KFX/IFX ini (Choi dan Lee, Internasional. Bandung:
2000: 237-246). Nusamedia, 2009.
Realisme pada hakikatnya adalah Dougherty, James E. dan Robert L.
mengenai kekuasaan, diplomasi, dan Pfaltzgraff, Jr. Contending
keamanan. Di sini, Indonesia harus Theories of International
bermain cantik pada setiap elemen realis Relations: A Comprehensive
tersebut. Indonesia juga hendaknya dapat Survey. Fourth Edition. Boston:
mengurangi interdependensi asimetrik Longman, 1997.
terhadap AS. Negara superpower Hakim, Chappy. Pelangi Dirgantara.
tersebut akan selalu menciptakan Jakarta: Kompas, 2010.
interdependensi sehingga periferinya Jackson, Robert dan Georg Sørensen.
terikat dengannya. Cara mengurangi Pengantar Studi Hubungan
ketergantungan ini adalah dengan Internasional. Yogyakarta:
mempelajarinya secara cepat untuk Pustaka Pelajar, 2009.
mengejar ketertinggalan kita dari segi Sahrasad, Herdi. Teknokrasi Habibie &
teknologi. Dengan adanya transfer Diaspora Teknologi IPTN di
teknologi dari AS, kita akan Amerika: Sebuah Kajian
mendapatkan ilmu baru. Ilmu itu harus Pendahuluan. Jakarta: Media
terus dikembangkan oleh PTDI atau Institute dan LSAF, 2013.
industri pertahanan lainnya sehingga Seng, Ann Wan. Rahasia Bisnis Orang
Indonesia bisa menciptakan kemandirian Korea. Jakarta: Penerbit Hikmah,
industri pertahanan di masa mendatang. 2006.
Selain itu, diplomasi dan keamanan turut Septian, Remigius dan Harzan
menjadi kunci utama keberhasilan Djajasasmita. Amazing! Pesawat
proyek ini. Indonesia hendaknya dapat Tempur Si Ahli Gempur. Jakarta:
memperkuat diplomasi dengan Korea Grasindo, 2016.
International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017) 345
Bilqis Fitria Salsabiela

Steans, Jill dan Lloyd Pettiford.


Hubungan Internasional:
Perspektif dan Tema.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
Widjajanto, Andi, Edy Prasetyono, dan
Makmur Keliat. Dinamika
Persenjataan dan Revitalisasi
Industri Pertahanan. Jakarta: UI
Press, 2010.

Jurnal
Choi, Younghoon dan Lee Jang-Jae.
“Success Factors for Transferring
Technology to Spin-Off
Applications: The Case of the
Technology Property Rights
Concession Program in Korea”.
The Journal of Technology
Transfer, Vol. 25, No. 1 (Juni
2000), hal. 237-246.
Vucetic, Srdjan dan Kim Richard
Nossal. “The International
Politics of the F-35 Joint Strike
Fighter”. International Journal,
Vol. 68, No. 1 (Winter 2012-
2013), hal. 3-12.

346 International & Diplomacy Vol. 2, No. 2 (Januari-Juni 2017)

Anda mungkin juga menyukai