1. Sistem Terbuka :
Sistem dimana inlet dan outlet air/dinding kolam terbuka sehingga sumber air dapat
mengalir terus menerus masuk dan keluar kedalam sistem budidaya
Contoh : Empang / tambak terbuka, keramba jaring apung.
Keunggulan : Biaya relatif murah dan sistemnya sederhana
Kelemahan : Sistem air budidaya mudah terganggu oleh faktor luar , seperti cemaran
serta penyakit.
2.Sistem Tertutup :
Sistem dimana air kolam budidaya tidak diganti. Air ditambah, dikurangi atau diganti hanya
bila terdapat kendala atau masalah pada sistem budidaya. Tujuan utama dari system
tertutup adalah meminimalkan pergantian air dari luar untuk mencegah gangguan dari luar
system. Seperti cemaran dan bibit penyakit. Disamping itu penggunaan air lebih hemat.
Akan tetapi kestabilan air mudah terganggu akibat kandungan air dalam kolam itu sendiri
karena penumpukan kotoran dan sisa pakan
ikan. Karenanya di Indonesia popular menggunakan green water system.
Untuk memproses kotoran ikan ada 2 cara, didalam sistem atau diluar sistem.
Mikroalga atau yang dikenal dengan Green Water System adalah menggembang biakkan
mikro alga dalam kolam untuk menyerap kandungan kotoran dan sisa pakan dan bibit
penyakit dengan proses fotosintesa layaknya tanaman. Karenanya mikroalga dalam green
water system mutlak memerlukan sinar matahari agar air tetap hijau. Mikroalga sampai
batas tertentu dapat menyerap kandungan kotoran ikan.
Dewasa ini juga biasanya pembudidaya mengkultur bakteri probiotik untuk dicampurkan
pada pakan atau disebarkan kedalam kolam. Bakteri probiotik pada campuran pakan
bertujuan untuk memecah karbohidrat, protein dan lemak sehingga memudahkan
penyerapan pakan oleh tubuh ikan. Disamping itu bakteri probiotik yang disebar dalam
kolam bertujuan untuk mengurai kotoran dan sisa pakan agar menjadi netral dan tidak
beracun. Diantaranya Bakteri Nitrosomonas sp untuk menguraikan ammonia nitrogen
menjadi nitrit nitrogen dan Nitrobacter untuk menguraikan nitrit menjadi nitrat. Nitrat inilah
yang diserap oleh microalga. Dominasi bakteri probiotik dalam kolam dapat menekan
tumbuhnya bakteri pathogen. Seperti dalam tabel dibawah berikut. Kebanyakan bakteri
probiotik bekerja dengan cara fermentasi.
Disamping bakteri probiotik kini dalam budidaya udang banyak menggunakan bakteri
bioflok. Bakteri ini biasa dipakai dalam pengolahan air limbah (waste water treatment).
Bakteri jenis ini lebih stabil dibanding bakteri probiotik, karena bakteri-bakteri ini berkumpul
membentuk gumpalan-gumpalan dalam proses penguraian kotoran dan sisa pakan.
Diharapkan gumpalan tersebut dapat dimakan kembali oleh ikan budidaya. Bakteri –bakteri
ini untuk pertumbuhannya tidak bergantung pada sinar matahari, tetapi bakteri – bakteri ini
bersifat heterotrof (memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya). Karena itu aerasi mutlak
diperlukan.
A. Exopolisakarida,
Exopolisakarida adalah senyawa polisakarida yang dihasilkan oleh bakteri pembentuk flok.
Exopolisakarida ini bersifat seperti “glue” atau “lem” yang menjadi tempat penempelan
bakteri menjadi satu kesatuan bioflok. Tidak semua bakteri mampu menghasilkan
exopolisakarida ini, hanya bakteri tertentu saja yang mampu menghasilkan exopolisakarida
ini. Bakteri penghasil xopolisakarida ini merupakan bakteri pembentuk inti flok, dan disebut
sebagai Floc Forming Bacteria (bakteri pembentuk flok).
B. Bakteri Pembentuk Flok
Beberapa bakteri pembentuk floc yang sudah teruji diaplikasikan dilapangan adalah:
Achromobacter liquefaciens
Arthrobacter globiformis
Agrobacterium tumefaciens
Pseudomonas alcaligenes
Zoogloea ramigera
Bakteri lain dapat ikut membentuk bio-floc setelah exopolisakarida dibentuk oleh bakteri
pembentuk floc sebagai inti flok-nya.
Bakteri yang ikut membentuk flok ini mempunyai fungsi dalam siklus nutrisi di dalam system
bioflok. Bakteri ini disebut sebagai bakteri siklus fungsional, misalnya: Bacillus licheniformis
yang berperan dalam siklus nitrogen.
Biofloc di alam umumnya terdiri dari 5 jenis bakteri atau lebih, minimal satu atau lebih
merupakan bakteri pembentuk flok (penghasil exopolisakarida) dan bakteri yang lain dapat
merupakan bakteri siklus fungsional yang berfungsi dalam siklus bioremediasi dan nutrisi.
Formasi bioflok ini terbentuk tidak secara tiba-tiba, tapi terbentuk dalam kondisi lingkungan
tertentu.
Proses pembuangan kotoran ikan dan sisa pakan diluar system terbagi dua yaitu :
2.2.1. Air tersebut dialirkan dan dibuang begitu saja keluar kolam.Inilah yang disebut
dengan system empang/ kolam terbuka.Dan ini berpotensi mencemari lingkungan.
2.2.2. Air limbah tersebut disrkulasi dan diolah kembali kedalam kolam ikan melalui proses
skimming,filtrasi,biofiltrasi,degassing dan aerasi.System inilah yang kita kenal dengan
system resirkulasi (Recirculating Aquaculture System (RAS).
Didalam system RAS dengan metode yang tepat maka kestabilan air sangat baik, karena
kandungan kotoran dan sisa pakan dijebak dalm tangki filtrasi. Akan tetapi system ini
mutlak memerlukan daya listrik yang cukup dan biayanya mahal dalam hal investasi.
Semakin rumit system filtrasinya semakin mahal biaya investasinya, akan tetapi air yng
balik ke kolam semakin jernih dan semakin baik kualitasnya. Untuk mengimbangi biaya
investasi tersebut maka biasanya kepadatan tebar dalam system RAS sangat tinggi.( high
density).Disamping itu biasanya yang dibudidayakan dalam system ras adalah ikan dengan
harga komoditas yng tinggi.
1. Sistem Terbuka :
Sistem dimana inlet dan outlet air/dinding kolam terbuka sehingga sumber air dapat
mengalir terus menerus masuk dan keluar kedalam sistem budidaya
Contoh : Empang / tambak terbuka, keramba jaring apung.
Keunggulan : Biaya relatif murah dan sistemnya sederhana
Kelemahan : Sistem air budidaya mudah terganggu oleh faktor luar , seperti cemaran
serta penyakit.
2.Sistem Tertutup :
Sistem dimana air kolam budidaya tidak diganti. Air ditambah, dikurangi atau diganti hanya
bila terdapat kendala atau masalah pada sistem budidaya. Tujuan utama dari system
tertutup adalah meminimalkan pergantian air dari luar untuk mencegah gangguan dari luar
system. Seperti cemaran dan bibit penyakit. Disamping itu penggunaan air lebih hemat.
Akan tetapi kestabilan air mudah terganggu akibat kandungan air dalam kolam itu sendiri
karena penumpukan kotoran dan sisa pakan
ikan. Karenanya di Indonesia popular menggunakan green water system.
Untuk memproses kotoran ikan ada 2 cara, didalam sistem atau diluar sistem.
Mikroalga atau yang dikenal dengan Green Water System adalah menggembang biakkan
mikro alga dalam kolam untuk menyerap kandungan kotoran dan sisa pakan dan bibit
penyakit dengan proses fotosintesa layaknya tanaman. Karenanya mikroalga dalam green
water system mutlak memerlukan sinar matahari agar air tetap hijau. Mikroalga sampai
batas tertentu dapat menyerap kandungan kotoran ikan.
Dewasa ini juga biasanya pembudidaya mengkultur bakteri probiotik untuk dicampurkan
pada pakan atau disebarkan kedalam kolam. Bakteri probiotik pada campuran pakan
bertujuan untuk memecah karbohidrat, protein dan lemak sehingga memudahkan
penyerapan pakan oleh tubuh ikan. Disamping itu bakteri probiotik yang disebar dalam
kolam bertujuan untuk mengurai kotoran dan sisa pakan agar menjadi netral dan tidak
beracun. Diantaranya Bakteri Nitrosomonas sp untuk menguraikan ammonia nitrogen
menjadi nitrit nitrogen dan Nitrobacter untuk menguraikan nitrit menjadi nitrat. Nitrat inilah
yang diserap oleh microalga. Dominasi bakteri probiotik dalam kolam dapat menekan
tumbuhnya bakteri pathogen. Seperti dalam tabel dibawah berikut. Kebanyakan bakteri
probiotik bekerja dengan cara fermentasi.
No. Jenis Bakteri Probiotik Manfaat
1 Lactobacillus sp Menghambat vibriosis
2 Psudomonas Fluorescens Menghambat vibrio angullarum
3 Bacillus sp Menekan bakteri vibrio
4 Stapilococcus sp Menekan bakteri vibrio
5 Tetraselmis suecica Menghambat Aeromonashydrophila
Disamping bakteri probiotik kini dalam budidaya udang banyak menggunakan bakteri
bioflok. Bakteri ini biasa dipakai dalam pengolahan air limbah (waste water treatment).
Bakteri jenis ini lebih stabil dibanding bakteri probiotik, karena bakteri-bakteri ini berkumpul
membentuk gumpalan-gumpalan dalam proses penguraian kotoran dan sisa pakan.
Diharapkan gumpalan tersebut dapat dimakan kembali oleh ikan budidaya. Bakteri –bakteri
ini untuk pertumbuhannya tidak bergantung pada sinar matahari, tetapi bakteri – bakteri ini
bersifat heterotrof (memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya). Karena itu aerasi mutlak
diperlukan.
Gambar kolam dengan sistem bioflock
A. Exopolisakarida,
Exopolisakarida adalah senyawa polisakarida yang dihasilkan oleh bakteri pembentuk flok.
Exopolisakarida ini bersifat seperti “glue” atau “lem” yang menjadi tempat penempelan
bakteri menjadi satu kesatuan bioflok. Tidak semua bakteri mampu menghasilkan
exopolisakarida ini, hanya bakteri tertentu saja yang mampu menghasilkan exopolisakarida
ini. Bakteri penghasil xopolisakarida ini merupakan bakteri pembentuk inti flok, dan disebut
sebagai Floc Forming Bacteria (bakteri pembentuk flok).
B. Bakteri Pembentuk Flok
Beberapa bakteri pembentuk floc yang sudah teruji diaplikasikan dilapangan adalah:
Achromobacter liquefaciens
Arthrobacter globiformis
Agrobacterium tumefaciens
Pseudomonas alcaligenes
Zoogloea ramigera
Bakteri lain dapat ikut membentuk bio-floc setelah exopolisakarida dibentuk oleh bakteri
pembentuk floc sebagai inti flok-nya.
Bakteri yang ikut membentuk flok ini mempunyai fungsi dalam siklus nutrisi di dalam system
bioflok. Bakteri ini disebut sebagai bakteri siklus fungsional, misalnya: Bacillus licheniformis
yang berperan dalam siklus nitrogen.
Biofloc di alam umumnya terdiri dari 5 jenis bakteri atau lebih, minimal satu atau lebih
merupakan bakteri pembentuk flok (penghasil exopolisakarida) dan bakteri yang lain dapat
merupakan bakteri siklus fungsional yang berfungsi dalam siklus bioremediasi dan nutrisi.
Formasi bioflok ini terbentuk tidak secara tiba-tiba, tapi terbentuk dalam kondisi lingkungan
tertentu.
Proses pembuangan kotoran ikan dan sisa pakan diluar system terbagi dua yaitu :
2.2.1. Air tersebut dialirkan dan dibuang begitu saja keluar kolam.Inilah yang disebut
dengan system empang/ kolam terbuka.Dan ini berpotensi mencemari lingkungan.
2.2.2. Air limbah tersebut disrkulasi dan diolah kembali kedalam kolam ikan melalui proses
skimming,filtrasi,biofiltrasi,degassing dan aerasi.System inilah yang kita kenal dengan
system resirkulasi (Recirculating Aquaculture System (RAS).
Didalam system RAS dengan metode yang tepat maka kestabilan air sangat baik, karena
kandungan kotoran dan sisa pakan dijebak dalm tangki filtrasi. Akan tetapi system ini
mutlak memerlukan daya listrik yang cukup dan biayanya mahal dalam hal investasi.
Semakin rumit system filtrasinya semakin mahal biaya investasinya, akan tetapi air yng
balik ke kolam semakin jernih dan semakin baik kualitasnya. Untuk mengimbangi biaya
investasi tersebut maka biasanya kepadatan tebar dalam system RAS sangat tinggi.( high
density).Disamping itu biasanya yang dibudidayakan dalam system ras adalah ikan dengan
harga komoditas yng tinggi.