Anda di halaman 1dari 28

INTUSUSEPSI

Oleh :

Arif Hidayat

Tahap IV

Pembimbing :

dr. Edwin Basyar Sp.B, M.Kes., Sp.BA

dr. Avriana Pety W. Sp.BA

dr.Rudiyuwono R.,sp.B,Msi.Med., Sp.BA

dr. Agung Aji P., Msi.Med., Sp.BA

SUB BAGIAN BEDAH ANAK

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

BAGIAN BEDAH / SMF BEDAH RS DR.KARIADI SEMARANG

JULI 2018
INTUSUSEPSI

I. PENDAHULUAN

Intususepsi ialah suatu keadaan di mana sebagian usus masuk ke dalam


usus berikutnya. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi
sebaliknya. Bagian usus yang masuk disebut intususeptum dan bagian yang
menerima intussusepturn dinamakan intususipiens. Intususepsi disebut juga
invaginasi. Pemberian nama invaginasi bergantung hubungan antara intususeptum
dan intususipiens, misalnya ileo-ileal menunjukkan invaginasi hanya melibatkan
ileum saja. Ileo-colica berarti ileum sebagai intussusceptum dan colon sebagai
intussuscipiens. Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileo colica, colo-colica
dan appendical-colica.1
Pada kasus intususepsi, panjang usus masuk ke dalam lumennya sendiri.
Ini sering terjadi pada anak-anak. Intususepsi pada anak-anak biasanya disebut
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Kebanyakan ditemukan pada
kelompok umur 2-12 bulan, dan lebih banyak pada anak laki-laki. Sering terdapat
serangan rhinitis atau infeksi saluran napas mendahului serangan invaginasi.2

Intususepsi idiopatik umunya merupakan intususepsi ileosekal yang


kemudian masuk naik ke dalam kolon asendens dan mungkin terus sampai dapat
keluar dari rektum. Invaginasi memang dapat mengakibatkan nekrosis iskemik
bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Bila disertai
strangulasi harus diingat kemungkinan terjadinya peritonitis setelah perforasi.
Pada orang dewasa, tumor yang membesar ke dalam lumen seperti polip dan
disertai kontraksi peristaltik yang kuat, bisa menyebabkan terjadinya invaginasi.3

1
A B
Gambar 1: A) dan B) Intususepsi.4
II. INSIDENS

2
Intususepsi kebanyakan terjadi pada bayi, dengan mayoritas kasus terjadi
pada anak antara 5 bulan sampai 1 tahun. Intususepsi terjadi pada 1-4 bayi dari
1000 bayi kelahiran hidup.
Intususepsi juga menyebabkan kegawat daruratan pada abdomen,
kebanyakan terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun. Intususepsi lebih sering
terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Angka kejadian pada anak laki-laki 3
kali lebih besar bila dibandingkan anak perempuan (kidshealth. org, 2001).
Seiring dengan pertambahan umur, perbedaan kelamin menjadi bermakna. Pada
anak usia lebih dari 4 tahun, rasio insidensi anak laki-laki dengan anak perempuan
adalah 8 : 1.7
Angka kejadian intususepsi (invaginasi) dewasa sangat jarang,
diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 5% dari kasus obstruksi. Menurut angka
yang pernah dilaporkan adalah 0,08% dari semua kasus pembedahan lewat
abdomen dan 3% dari kejadian obstruksi usus, angka lain melaporkan 1% dari
semua kasus obstruksi usus, 5% dari semua kasus invaginasi (anak-anak dan
dewasa). Segmen usus yang yang terlibat pernah dilaporkan Anderson, 281 pasien
terjadi pada usus halus (jejunum, ileum), 7 pasien ileocolica, 12 pasien cecocolica
dan 36 pasien colocolica dari 336 kasus yang dilaporkan. 5,7
Ileo-colica yang paling banyak ditemukan (75%), ileo-ileo colica 15%,
lain-lain 10%, paling jarang tipe appendical-colica. Pada umur 5-9 bulan sebagian
besar belum diketahui penyebabnya. Penderita biasanya bayi sehat, menetek, gizi
baik dan dalam pertumbuhan optimal. 1,2

III. ETIOLOGI
Penyebab pasti intususepsi belum diketahui. Ini mungkin berhubungan
dengan infeksi pada anak, pengaruh dari perubahan diet, pemberian makanan
padat. Infeksi virus pada anak-anak menyebabkan pembesaran kelenjar cerna,
yang pada akhirnya menyebabkan intususepsi. Inveksi virus bisa menimbulkan
perlawanan jaringan limpe terhadap infeksi sehingga mukosa usus tidak rata. Ini
membuka peluang usus untuk memasuki bagian usus itu sendiri selama proses
mencerna.5,7

3
Pemberian makanan selain susu ketika umur kurang dari 4 bulan akan
berakibat buruk terhadap bayi, karena sistem pencernaan bayi pada usia ini belum
tumbuh kembang sempurna. Pemberian makanan pada usia itu berpeluang
terjadinya invaginasi usus halus.7
Ada yang menghubungkan terjadinya intususepsi karena gangguan
peristaltik, 10% didahului oleh pemberian makanan padat dan diare. Diare dan
invaginasi dihubungkan dengan infeksi virus, karena pada pemeriksaan tinja dan
kelenjar limfa mesenterium, terdapat adenovirus bersama-sama intususepsi.
Intususepsi pada umur 2 tahun ke atas, biasanya bersama-sama divertikel Meckel,
polip, hemangioma dan limfosarkoma. Infeksi parasit sering juga menyertai
invaginasi anak besar.
Pada bayi lebih dari 3 tahun, bisa disebabkan faktor mekanik, seperti :7
- Divertikulum Meckel
- Polip pada intestinum
- Limposarcoma intestinum
- Trauma tumpul pada abdominal dengan hematom
- Hemangioma

Baru-baru ini diduga ada hubungan antara rotavirus dan intususepsi,


walaupun laporan kasus terjadinya intususepsi selama bayi difaksin sangat kecil.
Rotavirus merupakan penyebab gastroenteritis berat pada bayi dan anak usia di
bawah 5 tahun di USA. Selama 1 September 1998 sampai 7 Juli 1999, dilaporkan
ke VAERS (Vaccine Adverse Event Reporting System) 15 kasus intususepsi pada
bayi yang menerima vaksin Rotavirus.5,7
Pada studi Prelisensi, 5 kasus intususepsi terjadi pada 10.054 penerima
vaksin dan 1 kasus pada 4.633 kontrol. Secara statistik perbedaannya tidak
signifikan. 3 dari 5 kasus pada anak dengan vaksinasi terjadi selama 6-7 hari
setelah divaksinasi Rotavirus.7

IV. ANATOMI
Anatomi usus halus

4
Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum.
Panjang duodenum 26 cm, sedangkan yejunum + ileum: 6 meter di mana 2/5
bagian adalah yejunum (Snel, 89). Sedangkan menurut Schrock 1998 panjang
usus halus manusia dewasa adalah 5-6 meter. Batas antara duodenum dan jejunum
adalah ligamentum treitz.5
Jejunum dan ileum dapat dibedakan dari:
1. Lekukan-lekukan jejunum terletak pada bagian atas rongga atas
peritoneum di bawah sisi kiri mesocolon transversum; ileum terletak pada
bagian bawah rongga peritoneum dan dalam pelvis.
2. Jejunum lebih besar, berdinding lebih tebal dan lebih merah daripada
ileum. Dinding jejunum terasa lebih tebal karena lipatan mukosa yang
lebih permanen yaitu plica circularis, lebih besar, lebih banyak dan pada
jejunum lebih berdekatan; sedangkan pada bagian atas ileum lebar, dan
pada bagian bawah lipatan ini tidak ada.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan
kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat dibawah dan kanan
aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua
arkade dengan cabang-cabang yang panjang dan jarang ke dinding usus
halus. Ileum menerima banyak pembuluh darah yang pendek, yang berasal
dari 3 atau 4 atau malahan lebih arkade.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkalan dan
lemak jarang ditemukan didekat dinding usus halus. Pada ujung
mesenterium ileum lemak disimpan diseluruh bagian, sehingga lemak
ditemukan dari pangkal sampai dinding usus halus.
6. Kelompokan jaringan limfoid (Agmen Feyer) terdapat pada mukosa ileum
bagian bawah sepanjang pinggir anti mesentrik.

A
B

5
Gambar 2: A) Jejunum B) Ileum6

Anatomi usus besar


Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar
5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter
usus besar sudah pasti lebih besar dari pada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci
(sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.3
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat
katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati
sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol
aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens,
transversum desendens dan sigmoid. Tempat di mana kolon membentuk kelokan
tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura
hepatica dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan
berbentuk suatu lekukan berbentuk-S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri
waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum, yang menjelaskan alasan anatomis
meletakkan penderita pada sisi kiri bila diberi enema. Pada posisi ini, gaya berat
membantu mengalirkan air dari rektum ke fleksura sigmoid. Bagian utama usus
besar yang terakhir dinamakan rektum dan terbentang dari kolon sigmoid.
Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 5,9 inci (15 cm).3
Arteria mensenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan
(sekum, kolon asendens dan dua pertiga proksimal kolon transversum), dan arteria
mesenterika inferior memperdarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon
transversum, kolon desendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum). Alir
balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena hemoroidalis superior,
yaitu bagian dari sisitem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena
hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan
bagian dari sirkulasi sistemik.3
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter
eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Serabut parasimpatis berjalan
melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum dan saraf pelvikus yang
berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal.3

6
Kolon mengabsorpsi sekitar 600 ml air perhari, bandingkan dengan usus
halus yang mengabsorpsi sekitar 8.000 ml. Kapasitas absorpsi usus besar adalah
sekitar 2000 ml/hari. Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 gram,
75% diantaranya berupa air. Sisanya terdiri residu makanan yang tidak diabsorpsi,
bakteri, sel epitel yang mengelupas, dan mineral yang tidak diabsorpsi.3

A
B

Gambar 3:
A) Ileo-
cecal
junction B)
Usus besar7

Perbedaan usus
halus dan usus besar
pada anatomi.
Perbedaan eksterna:5
1. Usus halus (kecuali duodenum) bersifat mobile, sedangkan colon asendens
dan colon desendens terfiksasi dan tidak mudah bergerak.
2. Ukuran usus halus umunya lebih kecil dibandingkan dengan usus besar
yang terisi.
3. Usus halus (kecuali duodenum) mempunyai mesenterium yang berjalan ke
bawah menyilang garis tengah, menuju fossa iliaka kanan.
4. Otot longitudinal usus halus membentuk lapisan kontinu sekitar usus. Pada
usus besar (kecuali appendiks) otot longitudinal tergabung dalam tiga pita
yaitu taenia colli.
5. Usus halus tidak mempunyai kantong lemak yang melekat pada
dindingnya. Usus besar mempunyai kantong lemak yang dinamakan
appendices epiploidea.
6. Dinding usus halus adalah halus, sedangkan dinding usus besar sakular.
Perbedaan interna:5

7
1. Mukosa usus halus mempunyai lipatan yang permanen yang dinamakan
plika sirkularis, sedangkan pada usus besar tidak ada.
2. Mukosa usus halus mempunyai villi, sedangkan mukosa usus besar tidak
mempunyai villi.
3. Kelompokan jaringan lifoid (agmen feyer) ditemukan pada mukosa usus
halus, jaringan limfoid ini tidak ditemukan pada usus besar.

KLASIFIKASI
Intususepsi dibedakan dalam 4 tipe:5,8
1. Enterik: usus halus ke usus halus.
2. Ileosekal: valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke sekum dan
menarik ileum di belakangnya. Valvula tersebut merupakan apeks dari
intususepsi.
3. Kolokolika: kolon ke kolon.
4. Ileokolika: ileum prolaps melalui valvula ileosekalis ke kolon.
Umunya banyak yang menyetujui bahwa intususepsi paling sering ialah di
valvula ileosekalis. Namun masih belum jelas perbandingan insisdensi untuk
masing-masing jenis intususepsi. Perrin dan Linsay memberikan gambaran: 39%
ileosekal, 31,5% ileokolika, 6,7% enterik, 4,7% kolokolika dan sisanya adalah
bentuk-bentuk yang jarang dan tidak khas.5

V. PATOFISIOLOGI
Berbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadinya intususepsi pada
dewasa pada intinya adalah gangguan motilitas usus terdiri dari dua komponen
yaitu satu bagian usus yang bergerak bebas dan satu bagian usus lainnya yang
terfiksir/atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya, karena arah peristaltik
adalah dari oral ke anal sehingga bagian yang masuk ke lumen usus adalah yang
dari arah oral atau proksimal. Keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik
usus, pada keadaan khusus dapat terjadi sebaliknya yang disebut retrograd
intususepsi pada pasien pasca gastrojejunostomi. Akibat adanya segmen usus yang
masuk ke segmen usus lainnya akan menyebabkan dinding usus terjepit sehingga
akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir adalah akan
menyebabkan nekrosis dinding usus.5

8
Perubahan patologik yang diakibatkan intususepsi terutama pada
intususeptum. Intususipiens biasanya tidak mengalami kerusakan. Perubahan pada
intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian ini oleh karena kontraksi dari
intususepiens, dan juga karena terganggunya aliran darah sebagai akibat
penekanan dan tertariknya mesenterium. Edema dan pembengkakan dapat terjadi.
Pembengkakan dapat sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi.
Adanya bendungan menimbulkan perembesan lendir dan darah ke dalam lumen.
Ulserasi pada dinding usus dapat terjadi. Sebagai akibat strangulasi tidak jarang
terjadi gangrene. Gangren dapat berakibat lepasnya bagian yang mengalami
prolaps. Pembengkakan dari intususeptum umumnya menutup lumen usus. Akan
tetapi tidak jarang pula lumen tetap patent, sehingga obstruksi komplit kadang-
kadang tidak terjadi pada intususepsi.5
Intususepsi akan menimbulkan gangguan pasase usus (obstruksi) baik
parsial maupun total dan strangulasi. Hiperperistaltik usus bagian proksimal yang
lebih mobil menyebabkan usus tersebut masuk ke lumen usus distal. Usus bagian
distal yang menerima (intususepiens) ini kemudian berkontraksi dan terjadi
edema.5

Gambar 4:

Intususepsi.3
VI. GEJALA KLINIS
Manifestasi penyakit mulai tampak dalam waktu 3-24 jam setelah terjadi
intususepsi. Gejala-gejala sebagai tanda-tanda obstruksi usus yaitu nyeri perut,
muntah dan perdarahan. Nyeri perut bersifat serangan setiap 15-30 menit,
lamanya 1-2 menit. Di antara 2 serangan, bayi tampak sehat. Perut berbentuk
scaphoid. Serangan nyeri sudah dapat ditemukan pada anak kurang 1 tahun

9
(60,7%), 81,8% pada umur 1-2 tahun dan 91% pada umur lebih 2 tahun. Pada
anak besar lebih 2 tahun, nyeri perut merupakan gejala yang menyolok. Nyeri
perut mendadak dan hilang timbul dalam waktu beberapa detik hingga menit
dengan interval waktu 5-15 menit.1,5

Biasanya nyeri disusul oleh muntah. Beratnya gejala muntah tergantung


pada letak usus yang terkena. Semakin tinggi letak obstruksi, semakin berat gejala
muntah. Pada bayi kecil muntah malahan dapat sebagai gejala pertama ialah
muntah mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam lambung,
kemudian berisi empedu. Sebanyak 95,5% gejala muntah terjadi pada anak
berumur kurang dari 2 tahun. Timbulnya muntah dapat tejadi 3 jam pertama
setelah berlangsungnya penyakit, masing-masing 73% pada umur kurang 2 tahun
dan 52% pada umur lebih 2 tahun. Gejala muntah lebih sering pada invaginasi
usus halus bagian atas jejunum dan ileum daripada ileo-colica.1,5

Setelah serangan kolik yang petama, tinja masih normal, kemudian disusul
oleh defekasi darah bercampur lender (currant jelly stool). Pada 59% penderita,
perdarahan terjadi dalam waktu 12 jam. Darah lendir berwarna segar pada awal
penyakit (hematokezia), kemudian berangsur-angsur bercampur jaringan nekrosis,
disebut terry stool oleh karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah.
Hematokezia disebabkan oleh kembalinya aliran darah dari usus yang mengalami
intususepsi.1,5

10
Gambar 5: Berak darah campur lendir yang menyerupai selai anggur
merah (red-current jelly stool).7

VII. DIAGNOSIS

VII.1 Anamnesis

Anamnesis dengan keluarga dapat diketahui gejala-gejala yang timbul dari


riwayat pasien sebelum timbulnya gejala, misalnya sebelum sakit, anak ada
riwayat dipijat, diberi makanan padat padahal umur anak dibawah 4 bulan. Trias
invaginasi ialah:1,5

11
1. Anak mendadak kesakitan episodik, menangis dan mengangkat kaki
(craping pain), sakitnya kontinyu.
2. Muntah warna hijau (cairan lambung)
3. Defekasi feses campur lendir (kerusakan mukosa) atau darah (lapisan
dalam) dan red current jelly stool.

VII.2 Pemeriksaan fisis

Pemeriksaan fisis, dapat ditemukan distensi abdomen, pireksia, Dance’s


sign dan sousage like sign. Tanda-tanda peritonitis dijumpai bila telah terjadi
perforasi. Dance’s sign dan sousage like sign dijumpai pada kurang lebih 60%
kasus, tanda ini patognominik pada invaginasi. Masa invaginasi akan teraba
seperti batang sosis, yang tersering ditemukan pada daerah paraumbilikal. Daerah
yang ditinggalkan intussuseptum akan teraba kosong dan tanda ini disebut sebagai
dance’s sign. Pemeriksaan colok dubur teraba seperti portio uteri, feses bercampur
lendir dan darah pada sarung tangan merupakan suatu tanda patognomonik.1,5

VII.3 Pemeriksaan radiologi

Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang detail, dilakukan


juga pemeriksaan radiologi yaitu pemeriksaan foto polos abdomen posisi supine
dan erect/upright position. Foto polos abdomen yang menunjukkan tanda-tanda
intususepsi hanya didapatkan pada kira-kira 60% kasus. Foto polos abdomen
mungkin bisa normal pada awal penyakit. Semakin penyakit berlangsung, bukti
radiologi yang paling awal adalah tidak adanya udara di kuadran kanan bawah dan
didapatkan densitas jaringan lunak di kuadran kanan atas didapatkan pada 25-60%
pasien.adatan jaringan lunak hadir dalam 25-60% pasien.9
Temuan ini diikuti dengan pola yang jelas tentang obstruksi usus kecil,
dengan dilatasi dan air-fluid levels di usus halus saja. Jika distensi terjadi
menyeluruh air-fluid levels juga terdapat di kolon, hasil radiologi ini lebih
menunjukkan suatu gastroenteritis akut daripada suatu intususepsi.9
Foto polos abdomen posisi dekubitus lateral kiri juga bisa sangat
membantu. Jika didapatkan tanda-tanda udara di daerah sekum, intususepsi
ileocecal sangat tidak mungkin. Posisi lateral dekubitus kiri ialah posisi penderita

12
yang dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar.
Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi
adanya perforasi.5,9
Foto polos abdomen untuk melihat tanda-tanda obstruksi dan massa di
kuadran tertentu dari abdomen menunjukkan dugaan kuat suatu invaginasi.bisa
didapatkan dilatasi lumen usus halus atau kolon dan terdapat densitas jaringan
lunak di daerah usus halus atau kolon.10,11

Foto colon in loop berfungsi sebagai diagnosis di mana terlihat gambaran


cupping sign dan mengetahui letak invaginasi. Colon in loop juga bisa sebagai
terapi dengan reposisi dengan tekanan tinggi apabila belum ada tanda-tanda
obstruksi dan kejadian kurang 24 jam. 5

13
A B

Gambar 6: A) Foto polos abdomen menunjukkan dilatasi usus halus dan udara di
kuadran kanan bawah dan atas. B) “Air-Fluid Levels” pada posisi tidur samping
left lateral decubitus.12

14
Gambar 7: Foto colon in loop menunjukkan intususepsi di kolon desendens.12

Pemeriksaan ultrasound (USG) bisa melihat kondisi secara umum dengan


menggunakan gelombang untuk melihat gambaran usus di layar monitor. USG
membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target sign pada
potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan
longitudinal invaginasi.5

Ultrasonografi (USG) merupakan suatu modalitas yang noninvasive yang


dapat digunakan untuk membantu diagnosis intususepsi. Karakteristik USG
termasuk delineasi intussuseptum dan mesenterium dalam intussuscipiens (target
dan pseudokidney signs). Penggunaan USG aman dan tidak ada efek radiasi. USG
juga membantu menyingkirkan kemungkinan penyebab lain nyeri abdomen.USG
bisa mendeteksi adanya cairan (ascites), udara dan tidak adanya suplai darah di
dinding usus sehingga kemungkinan sudah terjadinya gangren.9

Intususepsi jejunogastrik sering didapatkan 10-30 tahun setelah operasi


(Wheatley 1989; Su et al. 2001). Ini mengakibatkan obstruksi loop eferen
sehingga menimbulkan nyeri di epigastrium dan muntah. Jika pengobatan
terlambat, pasien bisa mengalami hematemesis dan nekrosis jaringan yang
mengalami intususepsi (Brynitz and Rubinstein 1986; Hammond et al. 2001).
Pemeriksaan USG merupakan pilihan utama, karena bisa mengetahui adanya
dilatasi loop-loop usus, lambung yang berisi cairan dan intususepsi yang edema
serta gambaran massa seperti sosis atau seperti pisang pada invaginasi jejunum ke
dalam lumen lambung (seperti dalam gambar di bawah).9

15
A B

Gambar 8: A) Scan oblik hipokondrium kiri menunjukkan penumpukan cairan di


lambung (ST) dengan banana-shaped mass di jejunogastric (tanda panah).9 B)
Pada pemeriksaan USG tampak target sign yang merupakan karakteristik dari
intususepsi.10

16
A B

Gambar 9: A) Doughnut sign pada intususepsi di kolon transversus. B) Pada scan long-
axis menunjukkan multiple stripes sign.10

CT scan juga bisa digunakan untuk membantu mendiagnosis intususepsi.


Walau bagaimanapun, hasil CT scan tidak terlalu spesifik untuk suatu intususepsi.
Tambahan lagi, terdapat efek samping penggunaan kontras, radiasi dan sedasi.9

17
Gambar 10: CT scan menunjukkan tanda klasik ying-yang sign pada intususeptum
dalam intususepiens.12

Pada orang dewasa diagnosis preoperatif keadaan intususepsi sangatlah


sulit, meskipun pada umumnya diagnosis preoperatifnya adalah obstruksi usus
tanpa dapat memastikan kausanya adalah intususepsi. Pemeriksaan fisik saja tidak
cukup sehingga diagnosis memerlukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan
radiologi (barium enema, ultrasonografi dan CT scan).5

VIII. DIAGNOSIS BANDING 5,7,11

1. Trauma abdomen
Pada kasus trauma abdomen, bisa didapatkan nyeri di bagian
abdomen yang bersifat terus-menerus akibat trauma yang dialami. Dari
anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma sebelumnya, ada nyeri
abdomen yang tidak hilang timbul. Pasien dengan trauma pada abdomen
bisa mengeluh kencing berwarna merah (hematuri). Pada pemeriksaan
fisis, tidak didapatkan gerakan peristaltik yang terlihat di dinding abdomen
dari luar (sausage-like sign).13
2. Appendicitis akut
Pada appendicitis akut, terdapat gejala klasik yaitu nyeri dirasakan
samar-samar dan tumpul (nyeri visceral) di daerah epigastrium. Awalnya
dirasakan nyeri di ulu hati dan kemudian nyeri berpindah ke nyeri perut
kanan bawah yang lebih tajam dan jelas letaknya sehingga merupakan
nyeri somatik setempat (Mc Burney sign). Nyeri bertambah kalau batuk
(batuk sign) dan disertai demam, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisis
didapatkan blumberg sign positif, rovsing sign positif, obturatoar sign
positif dan psoas sign positif.2
3. Hernia
Hernia ialah adanya penonjolan atau protusi isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin,
kantong dan isi hernia. Biasanya pasien datang dengan keluhan adanya

18
benjolan yang hilang timbul di tubuh pasien biasanya benjolan tersebut
tidak nyeri. Nyeri baru timbul kalau sudah terjadi gangguan pasase atau
gangguan vaskularisasi.2
4. Gastroenteritis
Adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar
berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk Faeses yang
cair, dapat disertai dengan darah atau lendir.14
5. Torsio testis
Pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya
mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan itu dikenal
sebagai akut skrotum. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut
sebelah bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan
apendisitis akut. Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah, rewel atau
tidak mau menyusui. Pada pemeriksaan fisis, testis membengkak, letaknya
lebih tinggi dan lebih horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang-
kadang pada torsio testis yang baru saja terjadi, dapat diraba adanya lilitan
atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai
dengan demam.15
6. Volvulus
Keadaan dimana usus terputar sehingga menyebabkan obstruksi
lumen. Kadang-kadang aliran darah juga tersumbat, sehingga terjadi
infark. Gejalanya tidak ada yang khas: muntah (kuning kehijauan), nyeri
abdomen yang kembung dan berak darah.16
7. Divertikulum Meckel
Divertikulum meckel adalah suatu kelainan bawaan, yang
merupakan suatu kantung (divertikula) yang menjulur/menonjol dari
dinding usus halus. Divertikula bisa mengandung jaringan lambung
maupun jaringan pankreas. Divertikulum meckel biasanya tidak
menimbulkan gejala, tetapi kantungnya dapat melepaskan asam dan
menyebabkan ulkus, sehingga terjadi perdarahan melalui rektum yang
tidak disertai nyeri. Tinja biasanya berwarna keunguan atau kehitaman.17

19
Pada remaja dan orang dewasa, divertikulum lebih cenderung
menyebabkan penyumbatan usus, sehingga timbul nyeri kram dan muntah.
Bisa terjadi peradangan mendadak pada divertikulum yang disebut
divertikulitis akut. peradangan ini menyebabkan nyeri perut yang hebat,
seringkali disertai muntah.17

IX. PENATALAKSANAAN

IX.1. Non operatif

1. Reduksi hidrostatik

Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan


kateter dengan tekanan tertentu. Reposisi barium diikuti oleh pemeriksaan
rontgen. Mula-mula tampak bayangan barium bergerak berbentuk cuppimg pada
tempat invaginasi. Dengan tekanan hidrostatik sebesar ¾-1 meter air, barium
didorong ke arah proksimal. Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah
mencapai ileum terminalis. Pada saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang
diberikan per os akan keluar melalui dubur. 5,18

Seiring dengan pemberian zat kontras kembali dapat terlihat coiled spring
appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium pada haustra
sepanjang bekas tempat invaginasi.5

20
Gambar 11: Barium enema. Tampak kontras mengisi daerah usus yang
mengalami intusssusepsi.19

2. Reduksi pneumatic.12,20,21
Reduksi pneumatic merupakan pilihan terapi juga di beberapa banyak
institusi. Resiko untuk terjadi komplikasi mayor dengan teknik terapi ini adalah
kecil. Kadar keberhasilan menurun dibanding dengan agen reduksi yang lain pada
pasien dengan intususepsi usus halus dan intususepsi yang mengalami prolaps.
Ketika melakukan terapi enema, tekanan gas untuk insufflasi yang
direkomendasikan adalah tidak boleh melebihi 120 cm air. Jika menggunakan
barium atau kontras larut air (water-soluble contrast), kolom kontras tidak boleh
melebihi 100 cm di atas pantat.20

Secara dasarnya, percobaan reduksi dikatakan tidak berhasil sehingga


agen reduksi (gas, barium atau kontras yang larut air) mengalami refluks kembali
ke ileum terminal, tetapi ada bukti baru menunjukkan tidak semestinya harus ada
refluks. Kebanyakan intususepsi yang tidak menunjukkan refluks ke dalam ileum
adalah karena ileum yang edema atau akibat dari fungsi katup ileocecal. Tetapi
didapatkan pada pasien-pasien ini, intususepsinya telah mengalami reduksi dan
membaik. Berdasarkan penelitian, pasien yang mengalami perbaikan dengan
reduksi ini yang tidak menunjukkan refluks dari agen reduksi ke ileum, memang
mengalami perbaikan yang bagus.20

21
Gambar 12: Ilustrasi diagram reduksi gas (pneumatic reduction) pada
pasien.21

Perbandingan reduksi dengan gas dan reduksi dengan barium.21

Keuntungan reduksi gas ialah:

 Dikatakan memberi kadar hasil reduksi yang lebih tinggi.


 Penatalaksanaan yang lebih mudah
 Alat-alat yang digunakan mudah.

IX.2. Operatif

Reduksi manual dan reseksi usus

Pasien dengan keadaan tidak stabil, didapatkan peningkatan suhu, angka


lekosit, mengalami gejala berkepanjangan atau ditemukan sudah lanjut yang
ditandai dengan distensi abdomen, feses berdarah, gangguan sistem usus yang
berat sampai timbul syok atau peritonitis, pasien segera disiapkan untuk operasi.
Pada operasi, reposisi secara manual dan hasilnya langsung diketahui. Terapi
intususepsi pada orang dewasa adalah pembedahan. Pada intususepsi yang
mengenai kolon sangat besar kemungkinan penyebabnya adalah suatu keganasan,
oleh karena itu, ahli bedah dianjurkan untuk segera melakukan reseksi, dengan
tidak usah melakukan usaha reduksi.5,7

Pada intususepsi dari usus halus harus dilakukan usaha reduksi dengan
hati-hati. Jika ditemukan kelainan telah mengalami nekrosis, reduksi tidak perlu
dikerjakan dan reseksi segera dilakukan. Pada kasus-kasus idiopatik, tidak ada
yang perlu dilakukan selain reduksi. Tumor benigna harus diangkat secara local,
tapi jika ada keragu-raguan mengenai keganasan, reseksi yang cukup harus
dikerjakan.5,7

1. Pre-operatif.
Penanganan intususepsi pada dewasa secara umum sama seperti
penanganan pada kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan

22
umum seperti rehidrasi dan koreksi elektrolit bila sudah terjadi deficit
elektrolit.5,7
2. Durante operatif.
Penanganan secara khusus adalah melalui pembedahan laparotomi,
karena kausa terbanyak intususepsi pada dewasa adalah suatu keadaan
neoplasma maka tindakan yang dianjurkan adalah reseksi anastomose
segmen usus yang terlibat dengan memastikan lead pointnya, baik itu
neoplasma yang bersifat jinak maupun yang ganas.5,7
Tindakan manual reduksi tidak dianjurkan karena resiko:5,7
a. Ruptur dinding usus selama manipulasi
b. Kemungkinan iskemik sampai nekrosis pasca operasi
c. Kemungkinan rekurensi kejadian intususepsi
d. Ileus yang berkepanjangan akibat gangguan motilitas
e. Pembengkakan segmen usus yang terlibat

Batas reseksi pada umunya adalah 10 cm dari tepi-tepi segmen usus


yang terlibat. Ada pendapat lainnya pada sisi proksimal minimum 30 cm dari lesi,
kemudian dilakukan anastomose end to end atau side to side. Pada kasus-kasus
tertentu seperti pada penderita AIDS, lesi/lead ponitnya tidak ditemukan maka
tindakan reduksi dapat dianjurkan, begitu juga pada kasus retrograde intususepsi
pasca gastrojejunostomi tindakan reduksi dapat dibenarkan, keadaan lainnya
seperti intususepsi pada usus halus yang kausanya pasti lesi jinak tindakan reduksi
dapat dibenarkan juga, tetapi pada pasien intususepsi tanpa riwayat pembedahan
abdomen sebelumnya sebaiknya dilakukan reseksi anastomose.5,7

3. Pasca operatif.5
 Hindari dehidrasi
 Pertahankan stabilitas elektrolit
 Pengawasan akan inflamasi dan infeksi
 Pemberian analgetika yang tidak mempunyai efek mengganggu
motilitas usus

Pada invaginasi usus besar di mana resiko tumor ganas sebagai


penyebabnya adalah besar, maka tidak dilakukan reduksi (milking) tetapi langsung
dilakukan reseksi. Sedangkan bila invaginasinya pada usus halus, reduksi boleh
dicoba dengan hati-hati, tetapi bila terlihat ada tanda nekrosis, perforasi, edema,

23
reduksi tidak boleh dilakukan, maka langsung direseksi saja. Apabila akan
melakukan reseksi usus halus pada invaginasi dewasa hendaknya
dipertimbangkan juga sisa usus halus yang ditinggalkan, ini untuk
menghindari/memperkecil timbulnya short bowel syndrome.5

A B

Gambar 13: A) Pada saat operasi, intususepsi ditarik. B) Usus halus dari operasi
intususepsi. Tampak intussusepiens yang mengalami dilatasi.22

X. KOMPLIKASI

24
Jika intususepsi terlambat atau tidak diterapi, bisa timbul beberapa
komplikasi berat seperti nekrosis usus, perforasi usus, infeksi dan kematian.7

XI. PROGNOSIS

Dengan terapi dini yang adekuat, prognosisnya baik dan jarang terjadi
kekambuhan. Prognosis tergantung dari viabilitas usus setelah reposisi. Lebih dini
diagnosis, lebih baik prognosis. Kemunculan peritonitis menunjukkan bahwa
perjalanan penyakit akan memburuk. Karena alasan ini, tidak ada tindakan lain
yang dilakukan selain mereduksi intususepsi, kecuali jika ditemukan kondisi-
kondisi yang menyebabkan obstruksi seperti adanya polip atau divertikulum
meckel pada saat operasi.23

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Arifin S.Z., Abbas N., Aziz T., Invaginasi [Online] 2005 [cited 2010 April
25]. Available from : URL :
http://www.yenisymposium.net/fulltext/2005(4)/ys2005_43_4_5.pdfhttp://w
ww.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_Invaginasi.pdf/14_Invaginasi.html
2. Jong W. D. Buku Ajar Bedah.
3. Waugh A., Grant A., Anatomy and Physiology in Health and Illness. Ninth
edition. Churchill Livingstone. 2004. British. p 331-32
4. Anonymous. Anatomy. [Online] [cited 2010 April 25]. Available from :
URL : http://www.netterimages.com/image/6710.htm
5. Invaginasi ilmu bedah
6. Netter F.H., Atlas of Human Anatomy. Second edition. Learning system.
2001. USA. p 261-67
7. Invaginasi\Medicine Computer Invaginasi.mht
8. Norton J.A, Bollinger R.R. et al. Surgery Basic Science and Clinical
Evidence. 2000. p 2080-81
9. Dolinak D., Matshes E.W., Lew E.O., [Online] [cited 2010 April 25].
Available from : URL: http://emedicine.medscape.com/article/930708-
diagnosis
10. Maconi G., Porro G.B.,Ultrasound of the Gastrointestinal Tract. 2007.
Italy. p 48-52
11. Tsokos M. [Online] [cited 2010 April 25]. Available from : URL:
http://emedicine.medscape.com/article/930708-diagnosis
12. Saatcioglu O, Derin D, Uygur N. [Online] [cited 2010 April 25]. Available
from : URL: http://emedicine.medscape.com/article/930708-overview
13. Ashcraft K.W., Holcomb G.W., Murphy J.P., Paediatric Surgery. Fourth
edition. Elsevier Saunders. 2005. Philadelphia. p 533-42
14. Resnick P. J. [Online] [cited 2010 April 25]. Available from: URL:
http://nursingcrib.com/nursing-notes-reviewer/intussusception/
15. Lindsey J.L. [Online] [cited 2010 April 25]. Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/930708-treatment
16. Lumley J.S.P., Craven J.L., Surgery International Edition. First edition.
The Medicine Group. p 213-16

26
17. Stack C.G., Dobbs P., Essentials of Paaediatric Intensive Care. 2003.
Greenwich Medical Media Limited. United Kingdom. p 125
18. Handaya A.Y. Tanya Jawab tentang Invaginasi atau Intususepsi. [Online
2009 Nopember 2009] [cited 2010 April 25]. Available from: URL:
http://www.emedicine.com/PED/topic2415.htm
19. Leane S. M., [Online] [cited 2010 April 25]. Available from: URL:
http://www.koni.or.id/files/documents/journal/2.%20GASTROENTERITI
S%20Oleh%20Leane%20S%20M.pdf
20. Sukentro T. [Online 2009 Juni 24] [cited 2010 April 25]. Available from:
URL:http://bedahumum.com/bu/index.php?
option=com_content&view=article&id=4:meckel-
divertikulum&catid=3:artikel&Itemid=5
21. Idries A. M. [Online] [cited 2010 April 25]. Available from: URL:
http://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/21/tortio-testis/
22. Widiatmaka W., Sudiono S. [Online] [cited 2010 April 25]. Available
from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/409870-imaging

27

Anda mungkin juga menyukai