Anda di halaman 1dari 5

SPESIFIKASI TEKNIS

PENYEDIAAN SARANA PRODUKSI PERTANIAN/PERKEBUNAN

Pasal 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pemborong diwajibkan menyediakan barak kerja, gudang dan ruang Direksi yang pantas
dan cukup luasnya di lokasi pekerjaan, lengkap dengan peralatan yang diperlukan.
2. Harus disediakan penerangan yang cukup, jika diperlukan.
3. Tempat dan luas serta volume bangunan ini ditentukan dengan persetujuan Direksi .
4. Pemborong harus senantiasa menjaga kebersihan kantor / Ruang Direksi berikut
perlengkapannya.
5. Pemborong diwajibkan menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) setu salinan gambar
dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) di tempat pekerjaan agar dapat digunakan
setiap saat.
Pasal 2
PEMBUATAN PAPAN NAMA

1. Pembuatan papan nama proyek harus mendapat persetujuan Direksi untuk menentukan
bahan, kata-kata, warna dan ukuran.
2. Papan nama dipasang ditempat yang harus dapat terlihat oleh umum secara jelas.

Pasal 3
MENENTUKAN TITIK NOL, UKURAN DAN BOUPLANK

1. Sebelum pekerjaan dimulai, Direksi menentukan terlebih dahulu titik nol atau peil
bangunan yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
2. Titik nol harus tetap, ditempatkan pada suatu tempat yang tidak akan terganggu selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
3. Semua ukuran pokok dapat dilihat pada gambar konstruksi, sedangkan ukuran lain yang
tidak tercantum atau kurang jelas akan ditentukan oleh Direksi.
4. Apabila terdapat perbedaan antara gambar dan persyaratan teknis, maka sebelum
pelaksanaan harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi.
5. Ukuran dalam detail lebih mengikat dari pada ukuran lainnya.
6. Dalam pelaksanaan pekerjaan, pemborong diwajibkan membuat gambar kerja yang akan
dilaksanakan.
Pasal 4
BAHAN – BAHAN ( MATERIAL )

1. Batu yang digunakan untuk pasangan, berasal dari batu kali, keras, padat dan bersih dari
semua kotoran.
2. Kerikil atau koral untuk semua pekerjaan beton bertulang dipakai ukuran 1 s/d 3 cm,
harus bersih dari semua kotoran, debu, tanah, tidak mengandung lumpur lebih dari 1 %,
tidak mengandung garam dan tidak keropos.
3. Pasir pasang (khusus untuk beton), harus bersih dari segala kotoran dan tidak boleh
bercampur dengan bahan-bahan lain, seperti debu, lumpur dan kadar garam. Pasir
tersebut berbutir tajam.
4. Air untuk pekerjaan beton harus bersih dan baik yang bebas dari segala kotoran seperti
lumpur, tanah dan tidak mengandung bahan organik, alkali, garam maupun hal lain yang
tidak layak dipakai.

5. Semen yang dipakai adalah semen Portland ( PC ) berkualitas sesuai dengan Standard
Industri Indonesia (SII). Semen yang digunakan harus semen baru dan tidak ada bagian
yang telah keras/membatu. Apabila Direksi menganggap atau meragukan mutu semen
tersebut, maka harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
6. Besi beton yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan PBI 71 dan harus berkualitas
baik/tidak cacat, bebas dari karat, reyak, pipih dan gelombang. Ukuran besi beton harus
sesuai dengan yang tertera pada gambar rencana.
7. Sirtu untuk jalalan digunakan pasir campur koral dengan komposisi campuran pasir tidak
boleh melebihi 40%.
8. Penggunaan bahan- bahan yang tidak tercantum dalam persyaratan ini,harus mendapat
persetujuan dari Direksi.

Pasal 5
PEKERJAAN TANAH

1. Galian Tanah
a. Galian tanah dilaksanakan pada semua bagian dari bangunan yang masuk
dalam tanah dan semua bagian tanah yang harus dibuang melebihi peil yang
telah ditentukan dalam gambar.
b. Kemiringan galian harus mempertimbangkan sifat tanah, untuk menghindari
longsor. Lebar dasar galian dibuat rung bebas, diperlukan untuk mempermudah
pekerjaan.
c. Tanah bekas galian yang bersih dapat digunakan untuk timbunan pada daerah
yang rendah. Kelebihan tanah bekas galain yang tidak terpakai harus dibuang
keluar lokasi pekerjaan.

2. Timbunan
a. Timbunan dilaksakan pada bekas galian yang harus ditimbun kembali dan pada
semua bagian yang harus ditinggikan dengan cara menimbun. Timbunan tanah
dilaksanakan menurut gambar serta peil-peil yang ditetapkan.
b. Semua bahan timbunan harus terdiri dari hasil galian dan disetujui oleh Direksi.
Timbunan dihamparkan dan dipadatkan lapis demi lapis dengan ketinggian 20 –
30 cm dengan memperhatikan kadar air optimal. Timbunan harus dipadatkan
c. Bahan timbunan yang berisi tanaman lapuk, bahan organik serta yang dapat
membusuk atau batu besar yang berdiameter lebih dari 10 cm tidak boleh
digunakan untuk timbunan.

3. Perataan tanah dan pengupasan


Pekerjaan ini meliputi, penimbunan kembali, pemadatan untuk menstabilkan,
mengembalikan atau menyiapkan lokasi pekerjaan kebentuk yang telah
digambarkan dalam gambar rencana atau menurut petunjuk Direksi teknik.

Pasal 6
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

1. Batu kali yang digunakan seperti tercantum dalam pasal 4 ayat 1.


2. Pad pasangan pondasi, loneng dan tembok batu kali penahan timbunan, harus
menggunakan adukan/komposisi 1 pc : 4 pasir,bila ada pekerjaan pasangan loneng.
3. Pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan ukuran gambar rencana kerja.

Pasal 7
PEKERJAAN BETON
1. Uraian Umum
Uraian umum ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan lain yang
diperlukan pada pekerjaan yang dimaksud.
a. Semua pekerjaan beton bertulang baik ukuran, bentuk dan penempatannya
harus sesuai dengan gambar kerja.
b. Semua pelaksanaan pekerjaan beton bertulang harus diawasi langsung oleh
pelaksana dan didampini oleh tenaga ahli yang telah berpengalaman dalam
pekerjaan ini.
c. Bila terdapat kesulitan dalam pelaksanaan, sehingga diinginkan perubahan-
perubahan yang menyangkut segi perencanaan, pelaksana lapangan wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada Direksi. Direksi berhak
merubah/membatalkan pekerjaan, bila pelaksanaannya tidak sesuai dengan
gambar dan RKS.
d. Pemakaian bahan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
e. Direksi berhak meneliti ukuran maupun mutu bahan seperti : koral, pasir, besi
beton dan lainnya. Direksi juga berhak menolak penggunaan bahan tersebut bila
dianggap tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
f. Pengecoran beton dapat dilakukan setelah pemborong mengajukan laporan dan
permohonan secara tertulis kepada Direksi/pengawas lapangan dan telah
mendapatkan persetujuan dari Direksi untuk dilaksanakan.
2. Beton Bertulang
Beton bertulang dengan adukan 1 pc : 2 ps : 3 krl, dilaksanakan untuk balok dudukan,
kolom pagar pengaman jembatan, lantai dan balok untuk plat dueker serta pada pekerjaan
lain yang ditentukan dalam gambar. Dalam pekerjaan ini mutu beton harus mencapai
K. 225.
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Penempatan dan pemasangan bekisting harus ditimbang dahulu dengan selang air,
sehingga mendapatkan pekerjaan yang vertikal dan horizontal seperti yang
disyaratkan.
b. Semua pekerjaan pembesian harus dikerjakan pada lokasi pekerjaan, ukuran besi
maupun teknis pemasangan harus sesuai dengan gambar atau petunjuk Direksi,
kecuali kalau memang tidak bisa dikerjakan lokasi pekerjaan.
c. Waktu pemasangan besi tulangan, pemborong harus meminta persetujuan dari
Direksi.
d. Pengecooran beton dapat dilakukan bila bekisting/steger sudah siap, sisa kawat
beton dan kotoran lainnya sudah dibersihkan dan telah mendapat persetujuan dari
Direksi.
4. Bekisting Beton
a. Untuk bekisting beton dipakai kayu klas IV atau multiplek sesuai dengan
kebutuhan, pelaksanaan dirancang sedemikian rupa sehingga kuat dan kokoh.
b. Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan
bentuk yang nyata dan cukup dapat memikul beban sewaktu pengecoran
berlangsung.
c. Hasil beton yang kurang baik, seperti sarang-sarang koral, permukaan beton tidak
menuruti bentuk, munculnya pembesian pada permukaan beton dan lainnya yang
tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan kemudian diperbaiki kembali.
d. Pembongkaran bekesting dilakukan setelah beton berumur cukup +/- 21 hari dan
setiap pembongkaran harus mendapat izin dari Direksi / pengawas.

Pasal 8
PEKERJAAN PLESTERAN

1. Plesteran kedap air dengan adukan 1 pc : 2 ps dilaksanakan untuk pekerjaan siring dan
pada semua pekerjaan yang dipersyaratkan dalam gambar.
2. Plesteran dengan adukan 1 pc : 4 ps, dilaksanakan untuk semua plesteran pasangan batu
kali kecuali yang telah disebutkan dalam ayat 1 pasal ini.
3. Semua plesteran harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga datar dan licin.
4. Semua plesteran harus rata, tebal tidak boleh lebih dari 2,5 cm. Setelah plesteran selesai
baru dilakukan pengacian.

Pasal 9
PEKERJAAN HAMPARAN KEROKOS

A. Uraian Umum
Kerokos yang dimaksud adalah pasir campur batu, dengan komposisi perbandingan 40
% : 60 %.
Batu yang digunakan adalah batu dengan ukuran tidak boleh lebih dari diamer 7 cm

Pasal 10
PEKERJAAN PEMBERSIHAN

Sebelum kontraktor meninggalkan tempat pekerjaan, lokasi pekerjaan harus dirapikan dan
dibersihkan dari semua kotoran, bekas bongkaran atau sisa-sisa bahan bangunan

Pasal 11
PENUTUP

Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada kenyataannya diperlukan,
maka akan dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

Bintuhan, April 2018

DITETAPKAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS PERTANIAN KAB. KAUR

Ir. DARSELIN
NIP. 19640704 200604 1 005

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN PEJABAT PELAKSANA


TEKNIS KEGIATAN

MISRALMAN, SP REKO SASTRAWAN, S.Pt


NIP : 19670523 199903 1 002 NIP : 19841230 200902 1 002

Anda mungkin juga menyukai