Anda di halaman 1dari 41

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. .........

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ .........

1.1 Latar Belakang ....................................................................... .........


1.2 Tujuan ................................................................................... .........
1.3 Batasan Masalah.................................................................... .........

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. .........

2.1 Anatomi fisiologi .................................................................. .........

2.2 Definisi ................................................................................... .........

2.3 Etiolog ..............................................................................................

2.4 Patofisiologi .....................................................................................

2.5 Patway ..............................................................................................

2.6 Manifestasi Klinis ............................................................................

2.7 Epidemiologi ....................................................................................

2.8 Klasifikasi ........................................................................................

2.9 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................

2.10 Penatalaksanaan

BAB III ASKEP .........................................................................................................

BAB IV PENUTUPAN ................................................................................... .........

3.1 Kesimpulan ............................................................................. .........

3.2 Saran ...................................................................................... .........

1
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di
dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih
bakteri/ml urin, namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin,
hal itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna
yang disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala.
Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala.
Infeksi saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan:
a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis
karena infeksi hematogen.
b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.
c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.
Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu penyebabnya
adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih
mudah melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah
kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan
mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu berhubungan
kelamin memiliki akses ke kandung kemih. Wanita hamil mengalami relaksasi
semua otot polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung
kemih dan ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian tersebut.
Uterus pada kehamilan dapat pula menghambat aliran urin pada keadaan-
keadaan tertentu.

2
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
1.2 Tujuan

a) Tujuan umum Agar mahasiswa mengetahui dan mampu memberikan


asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
b) Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2. Mengetahui etiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
3. Mengetahui klasifikasi penyakit Otitis Media
4. Mengetahui manifestasi klinis Infeksi Saluran Kemih (ISK)
5. Mengetahui patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
7. Mengetahui penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
8. Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien
Infeksi Saluran Kemih (ISK)

1.3 Batasan Masalah

a. Apakah definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ?


b. Apakah etiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ?
c. Apakah klasifikasi penyakit ISK ?
d. Apa saja manifestasi klinis Infeksi Saluran Kemih
(ISK)?
e. Bagaimana patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)?
f. Apa saja pemeriksaan diagnostik Infeksi Saluran
Kemih (ISK)?
g. Bagaimana penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih
(ISK) ?
h. Bagaimanakah cara memberikan asuhan keperawatan
pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK)?
i.

3
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi fisiologi

Sistem perkemihan disebut juga sistem urinaria atau renal system, adalah suatu
sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-
zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

A. Susunan Sistem Urinaria Terdiri dari:


1. Dua buah ginjal yang mengambil zat sisa,
mineral yang tidak dibutuhkan, dan kelebihan
air dari darah sebagai urin.
2. Dua buah ureter (saluran panjang) yang
mentransport urin ke kandung kemih/vesika
urinaria/bladder.
3. Kandung kemih sebagai tempat penampungan
urin sampai waktu yang tepat untuk dibuang.
4. Uretra sebagai saluran yang mengalirkan urin dari kandung kemih
keluar tubuh.

Ginjal Organ berwarna kemerahan dengan bentuk menyerupai kacang


merah (kacang ercis), terletak di kedua sisi perut tepat di atas

4
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
pinggang, dan mengarah ke bagian belakang tubuh. Jumlahnya ada
dua, kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada
orang dewasa berat ginjal ± 200 gram dan pada umumnya ginjal laki –
laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.

Bagian dalam ginjal Setiap ginjal dilindungi oleh tiga lapisan luar: (1) selaput
luar kuat dari jaringan ikat penyangga, disebut fasia renal; (2) satu lapis jaringan
lemak, disebut kapsul adiposa; dan di dalamnya, (3) lapisan jaringan ikat lain,
disebut kapsul renal. Badan utama ginjal Bila sebuh ginjal kita iris memanjang,
maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Bagian kulit (korteks renal) Pada kulit ginjal terdapat bagian yang
bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada
tempat penyaringan darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler
darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap
glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara
glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu di antara
glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah
akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat
tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari
simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
2. Sumsum ginjal (medula renal), yang mengandung kapiler dan tubulus

5
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
pembentuk urin (tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal,
tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula).
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut
piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya
disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu
piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal.
Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris–garis karena terdiri
atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Di antara
piramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal.
Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan
lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut
urin yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi,
setelah mengalami berbagai proses.

d. Rongga ginjal (pelvis renal), ruang di tengah-tengah tempat


berkumpulnya urin. Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal
di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan
ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang
masing–masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang
langsung menutupi papila renis dari piramid. Kaliks minor ini
menampung urin yang terus keluar dari papila. Dari Kaliks minor, urin
masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga ditampung
dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

Ginjal mengandung unit penyaring mikroskopis berupa satuan struktural dan


fungsional ginjal terkecil yang disebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas

6
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh –
pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli.
Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bownman, serta tubulus– tubulus, yaitu
tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan
lengkung Henle yang terdapat pada medula.

Kapsula Bownman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis
viseral (langsung membungkus kapiler glomerolus) yang bentuknya besar dengan
banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk
kapiler secara teratur sehingga celah–celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bownman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus
yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal
karena jalannya yang berbelok–belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang
semula tebal kemudian menjadi tipis disebut angsa Henle atau loop of Henle,
karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal,
kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

7
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
Fungsi Ginjal

1. Mengekskresikan zat–zat sisa metabolisme yang mengandung


nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2. Mengekskresikan zat–zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan
vitamin) dan berbahaya (misalnya obat–obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan
asam atau basa.
Tes Fungsi Ginjal
1. Tes untuk protein albumin Bila kerusakan pada glomerolus atau
tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urin.
2. Mengukur konsentrasi urenum darah Bila ginjal tidak cukup
mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal
(20 – 40) mg%.
3. Tes konsentrasi Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk
melihat sampai seberapa tinggi berat jenis urinnya naik. Peredaran
Darah dan Persyarafan Ginjal Peredaran Darah Ginjal mendapat darah
dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis,
yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang
berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan
yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut
dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan
kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi
vena renalis masuk ke vena kava inferior.

8
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal,
saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang
merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2 (dua) macam
hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
2.Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter a. Dinding luar
jaringan ikat (jaringan fibrosa) b. Lapisan tengah otot polos c. Lapisan
sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan
gerakan–gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air
kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik
mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke
dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang
fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter
terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis
renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.
3.Vesikula Urinaria (Kandung Kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,

9
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung
kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan
ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria a. Fundus, yaitu
bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari
rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate. b. Korpus, yaitu bagian antara verteks
dan fundus. c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan
dengan ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam). Proses Miksi (Rangsangan Berkemih) Distensi kandung kemih,
oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding
kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding
kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi
spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi
pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi
kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut –
serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan
untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat
terjadi bila saraf–saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis
dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf–saraf tersebut maka akan
terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus–menerus tanpa disadari) dan
retensi urin (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria,
diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako
lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk

10
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi
lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis
superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman
dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis
sepanjang arteri umbilikalis.

4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki
uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis
kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari :


a. Uretra Prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa Lapisan uretra
laki – laki terdiri dari lapisan mukosa
(lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa

Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring


sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita
terdiri dari Tunika
muskularis (sebelah luar),
lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari
vena – vena, dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah
dalam).Muara uretra pada
wanita terletak di sebelah

11
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai
saluran ekskresi.

B. Urin (Air Kemih)


Sifat – sifat air kemih
a) Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya
(intake) cairan serta faktor lainnya.
b) Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c) Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan
sebagainya.
d) Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau
amoniak.
e) Berat jenis 1.015 – 1.020.
f) Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung
pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi
reaksi asam).

Komposisi air kemih

a) Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air


b) Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam
urea, amoniak dan kreatinin
c) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
d) Pigmen (bilirubin, urobilin)
e) Toksin
f) Hormon

Mekanisme Pembentukan Urin

Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit


terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah
filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtrat. Namun

12
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar
sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.

Tahap – tahap Pembentukan Urin

a. Proses filtrasi Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena


permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi
penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh
simpai bownman yang terdiri

b. Proses reabsorpsi Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari


glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya
terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi

13
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi
kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan
diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi
secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan
pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan) Proses ini terjadi dari sebagian tubulus
kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul
masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl, dan urea sehingga terbentuklah
urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin yang dibawa ke
pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urin dialirkan menuju
vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan
urin sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urin dikeluarkan
dari tubuh melalui uretra.

Mikturisi Peristiwa penggabungan urin yang mengalir melui ureter ke


dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan
penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah
ada 170 – 23 ml urin. Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat
dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih
tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang
menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.

Ciri – ciri Urin Normal

Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai
dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat
tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus
dengan pH rata – rata 6.

14
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
2.2 Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat
makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40-60 tahun
mempunyai angka prevalensi 3,2 %, sedangkan pada usia sama atau di atas 65
tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20 %. Infeksi saluran
kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur, baik anak-
anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin,
ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5-
15%. Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
2001) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)

2.3 Etiologi
Beberapa jenis mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih
seperti Eschericia coli. Bekteri ini merupakan penyebab tersering pada infeksi
saluran kemih. Penyebab lain pada infeksi saluran kemih ini atara lain jamur dan
virus. Beberapa penyakit lain yang menjadi penyebab ISK antara lain Infeksi ginjal
dan BPH.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih melalui beberapa cara
seperti :
1. Endogen
Penyebaran terjadi melalui kontak langsung.
2. Hematogen
Penyebaran melalui peredaran darah.
3. Limfogen
Penyebaran melalui pembuluh limfe
4. Eksogen
Penyebaran mikroorganisme melalui kontaminasi dari pemakaian alat
seperti kateter, sistokopi, dll.
Infeksi yang paling sering terjadi sebagai akibat dari mikroorganisme yang terdapat

15
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
pada feses yang naik dari perineum menuju uretra dan kandung kemih.
Mikroorganisme kemudian melekat dan berkoloni di epithelium traktus urinarius
untuk menghindari pembilasan melalui berkemih.
Ada beberapa hal yang dapat menigkatkan angka kejadian infeksi saluran
kemih seperti :
1. Inflamasi
2. Abrasi mukosa uretra
3. Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
4. Gangguan status metabolisme misalnya Diabetusmelitus,Kehamilan, dsb.
5. Imunosupresi

16
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
2.4 Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam


traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK,
asending dan hematogen. Secara asending yaitu:

1. Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor


anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine
saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
2. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan
distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan


kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. System imunnitas yng menurun
5. Adanya hambatan pada saluran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii
yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan
penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media
pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi
ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh
traktus urinarius.

Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi Infeksi pada saluran kencing
atau perkemihan, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang
menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang
disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut
ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-
laki diatas usia 60 tahun.

17
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
2.5 patway

18
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
2.6 Manifestasi Klinis
A. Bayi
1. Kolik : Keadaan dimana bayi menangis terus menerus secara berlebihan
(lebih dari 3 jam sehari dan paling sedikit 4 hari dalam seminggu).
Gangguan ini bisa terjadi sejak anak lahir sampai usia 3-4 bulan. Itu
sebabnya, dikenal juga istilah kolik 3 bulan.
2. Ikterus : menguning sklera,kulit/jaringan lain akibat penimbunan bilirubin
dalam tubuh/akumulasi bilirubin.
3. Kurang nafasu makan
4. Muntah
5. Demam
6. Letargi
7. Iritabilitas
8. Peningkatan frekuensi penggantian popok karena basah
9. Retardasi pertumbuhan
B. Anak Pra Sekolah
1. Demam
2. Pancaran urine lemah/menetes
3. Urine berbau busuk
4. Hematuria : kehadiran sel-sel darah merah dalam urin
5. Enuresis : Ketidakmampuan berkemih pada usia dimana kontrol mikturisi
(pembuangan urine) seharusnya sudah dimiliki
6. Nyeri abdomen
7. Sering berkemih
8. Urgensi
9. Disuria
C. Anak Usia Sekolah
1. Diare
2. Urine kuat
3. Hematuria
4. Disuria
5. Sering berkemih

19
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
6. Urgensi
7. Perubahan kepribadian
Secara umum, tanda dan gejalanya:
a. Rasa panas/nyeri ketika buang air kecil
b. Rasa ingin sering buang air kecil
c. Urin berbau busuk, mengandung darah/nanah, dan terlihat keruh
d. Rasa sakit yang menetap di perut bagian bawah
e. Urin keluar protein (+)

2.7 Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria,
dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran
kemih termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari
65 tahun perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK
berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor
predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering
ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (school
girls) 1 % meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual.
Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-laki
maupun perempuan bila disertai faktor predisposisiseperti berikut litiasis,
obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosispapilar,
diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit
sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table
progesterone, serta kateterisasi. (Sukandar, E., 2004)

20
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
2.8 Klasifikasi
Infeksi Saluran Kemih dibagi menjadi :
1. Uretritis Merupakan peradangan yang terjadi pada uretra. Uretritis di
golongkan
A. Menjadi dua golongan, yaitu :
1. Gonoreal Golongan ini adalah uretritis yang disebabkan oleh
kuman Nesseria gonorhoeae. Penularan terjadi melalui kontak
langung misalnya pada hubungan seks yang beresiko.
2. Nongonoreal Uretritis jenis ini disebabkan oleh kuman selain
Nesseria gonorhoeae, biasanya disebabkan oleh infeksi Clamidia
frakomatik atau urea plasma urelytikum.
B. Manifestasi klinis dari uretritis antara lain :
1. Good morning sign
2. Nanah pada awal miksi
3. Nyeri pada saat Mukosa hiperemis dan oedem
4. Terdapat ciran eksudat yang purulen
5. Adanya ulserasi pada uretra
6. Rasa gatal
7. miksi
8. Kesulitan untuk memulai miksi
9. Nyeri pada abdomen bagian bawah
2. Sistisis Merupakan inflamasi pada kandung kemih.
Sistisis ini paling sering dikarenakan oleh menyebarnya infeksi dari uretra
yang disebabkan oleh refluks urin dari uretra ke vesica urinarinaria,
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistokopi. Sistisis memiliki
gejala klinis seperti
1. Disuria
2. Peningkatan frekwensi berkemih
3. Perasaan ingin berkemih
4. Ada leukosit dalam urin
5. Nyeri supra pubis
6. Demam dengan disertai adanya darah dalam urin pada kasus

21
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
3. Pielonefritis
Pielonefritis merupakan radang pada ginjal. Pielonefritis dibagi menjadi
pielonefritis akut dan kronis. Pada pielonefritis akut biasanya terjadi akibat
infeksi kandung kemih ascenden. Penularan dapat terjadi melalui cara
hematogen, dan dapat menyerang salah satu atau kedua ginjal. Sementara pada
pielonefritis kronis dapat terjadi karena infeksi yang berulang, biasanya terjadi
pada penderita dengan batu ginjal, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.
Pielonefritis memiliki beberapa manifestasi klinis seperti :
a. demam
b. Menggigil
c. Nyeri pinggang
4. Disuria

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

1. ISK uncomplicated (simple)

ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak
baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai
mukosa superficial kandung kemih.

2. ISK complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman


penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan
shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:

a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex


vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia,
kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virule.

22
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
2.9 Pemeriksaan Diasnostik

1. Urinalisis
a) Leukosuria Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk
penting terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat
> 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya
leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan
ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK
karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi.
b) Hematuria Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya
ISK, yaitu bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal,
atau nekrosis papilaris.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa
pewarnaan gram. Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri
/lapangan pandang minyak emersi
b. Biakan bakteri Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK
yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan
criteria Cattell, 1996:
-Wanita, simtomatik >102 organisme koliform/ml urin plus piuria,
atau > 105 organisme pathogen apapun/ml urin, atau
Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin yang
diambil dengan cara aspirasi suprapubik
- Laki-laki, simtomatik >103 organisme patogen/ml urin
- Pasien asimtomatik > 105 organisme patogen/ml urin pada 2
contoh urin berurutan
3. Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila
dijumpai lebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat

23
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7% dan
spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila
pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh
enterokoki dan asinetobakter.

4. Tes Plat-Celup (Dip-slide)


Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi
perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung
plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman
semalaman pada suhu 37° C. Penentuan jumlah kuman/ml dilakukan
dengan membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan
dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan
koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000
dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan
cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.

5. Pemeriksaan Radiologi dan lainnya


Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Dapat berupa
pielografi intravena (IVP), ultrasonografi dan Ctscanning

24
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
2.10 Penatalaksanaan
1. Terapi Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek
minimal terhaap flora fekal dan vagina. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
i. Terapi antibiotika dosis tunggal
ii. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
iii. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
iv. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi.
Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif
(mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah
penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim /sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin
atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.
Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat infeksi. Berikut obat yang biasa diberikan kepada klien
dengan infeksi saluran kemih
a. Ulfaprim Kemasan dan no.Reg:
b. Ulfaprim suspensi mengandung Sulfamethoxazole 200 mg dan Trimetoprim
40 mg / 5 mL, dalam botol 60 mL, No. Reg. : DKL0308509933A1.
c. Ulfaprim tablet mengandung Sulfamethoxazole 400 mg dan Trimetoprim
80 mg (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg. : DKL0308509510A1.
Nama Generik : Co-trimoxazole Nama Dagang : Bactrim® (Roche),
Kaftrim® (Kimia Farma), Inatrim® (Indo Farma), Primadex® (Dexa
Medica), Sanprima® (Sanbe), Triminex® (Konimex) Indikasi : Infeksi
Saluran Kemih, Infeksi Saluran Pencernaa, Infeksi Saluran Pernapasan,
Infeksi kulit Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap komponen obat,
anemia megaloblastik Bentuk Sediaan : Tablet ( 80 mg Trimethoprim 400
mg Sulfamethoxazole) Anak-anak dan bayi usia dua bulan atau lebih:

25
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
Berat badan (KG) Pemberian obat setiap 12
jam
20 1 tablet
30 1 ½ tablet
40 2 tablet

Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun adalah: Dosis lazim: 2 kali


sehari 2 tablet selama 10-14 hari infeksi berat: 2 kali sehari 3 tablet untuk
pengobatan jangka panjang: 2 kali sehari 1 tablet
d. Kaplet Forte (160 mg Trimethoprim – 800 mg Sulfamethoxazole ) Sirup
suspensi ( Tiap 5 ml mengandung 40 mg Trimethoprim – 200 mg
Sulfamethoxazole )
Anak-anak dan bayi usia 2 bulan atau lebih:
Berat badan (KG) Dosis
10 5mL (1 sendok takar), 2x/hari
20 10mL (2 sendok takar), 2x/hari
30 5mL (3 sendok takar), 2x/hari
40 20mL (4 sendok takar), 2x/hari

Efek samping :
a) Hipersensitivitas ( demam, rash, fotosensitivitas )
b) Gangguan pencernaan ( nausea, vomiting, diare )
c) Hematotoxicity ( granulositopenia, trombositopenia)
d) Resiko Khusus : defisiensi G6PD, defisiensi asam folat, wanita
hamil dan menyusui, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.

Phenazopyridine Indikasi :

1) digunakan bersamaan dengan antibiotika untuk mengatasi


infeksi saluran kemih, digunakan untuk mengobati iritasi atau
rasa tidak enak sewaktu berkemih Efek Samping: pusing, sakit
kepala, dan gangguan pencernaan

26
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
2) Ciprofloxacin Nama Generik : Ciprofloxacin Nama Dagang :
Ciproxin® (Bayer), Interflox® (Interbat), Nilaflox® (Nicholas),
Quidex® (Ferron), Renator® (Fahrenheit), Scanax® (Tempo Scan
Pasific) Indikasi : Infeksi Saluran Kemih, Sinusitis Akut, Infeksi Kulit,
Infeksi Tulang dan Sendi, Demam Typhoid, Pneumonia Nosokomial
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau golongan
quinolon lain Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet (250 mg, 500 mg, 750
mg); Tablet lepas lambat ( 500 mg, 1000 mg ) Dosis : Dewasa : 250 mg
tiap 12 jam Efek Samping : ruam kulit, diare, mual, muntah, nyeri
perut, sakit kepala, susah tidur, jantung berdebar-debar, halusinasi

Resiko Khusus :

a) Pasien dengan gangguan ginjal, Wanita hamil dan menyusui.


b) Nitrofurantoin Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk
banyak bakteri gram positif dan gram negative.
Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi
dengan cepat dimetabolisme dan disekresikan sehingga tidak
memungkinkan kerja antibakteri sistemik. Obat ini
disekresikan di dalam ginjal. Dosis : untuk infeksi saluran
kemih pada orang dewasa adalah 50-100 mg 4 x dalam 7
hari setelah makan. Efek samping :
- Anoreksia
-Mual
-Muntah Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan
kemungkinan adanya:
-Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
- Interansi obat
-Efek samping obat
- Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang
ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan
faal ginjal:

27
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
1) Efek nefrotosik obat
2) Efek toksisitas obat
3) Terapi Non-Medis
a. Bunga Sepatu Rebus 15 g akar kembang sepatu, 25 g
meniran (Phyllanthus urinaria L), dan 30 g sambiloto
(Androqap his panleulata) dalam 600 ml air sampai tersisa
300 ml. Saring air rebusannya, lalu minum dua kali sehari.
Catatan:
- Wanita hamil dilarang minum rebusan tumbuhan obat ini.
- Setiap pengobatan dilakukan secara teratur. Untuk
penyakit berat, tetap konsultasikan dengan dokter.
c. Kemuning Cuci bersih 30 g akar kemuning kering 15 g,
meniran (Phyllant bus urinaria L.), dan 20 g sambiloto
(Androgaphis paniculata Nees.). Rebus ketiga bahan tersebut
dalam 600 ml air sampai tersisa 300 ml. Setelah dingin, saring
air rebusan, lalu minum 3 kali sehari masing-masing 100 ml.
d. Nona Makan Sirih Cuci bersih 15 g daunn nona makan sirih
segar, lalu rebus dengan 3 gelas air selama 15 menit. Setelah
dingin, saring air rebusan, lalu bagi dua untuk dimInum 2 kali
pada waktu pagi dan sore hari.
e. Untuk mengatasi agar tidak lebih parah, pada waktu bangun di
pagi hari. Buang air seni pada pagi hari dapat membantu
mengeluarkan bakteri darikandung kamih yang akan keluar
bersama urin. Jarang buang air seni menyebabkan beberapa
bakteri mendapat peluang untuk berkembang biak dengan cepat
dalam kandung kemih.
f. Minum air putih inimal 8 gelas atau 2,5 liter setiap hari. Air
putih dapat melancarkan pengeluaran air seni dan dapat
mencegah timbulnya penyakit infeksi saluran kemih.
g. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan
saluran kencing.
h. Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal

28
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
ini mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin
dari rectum.
i. Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang
memiliku keseimbangan pH sebab membersihkan dengan air
saja tidak cukup bersih.
j. Buang air seni sesering mungkin ( setiap 3 jam ) untuk
mengosongkan kandung kemih dan jangan menunda
membuang air seni, karena perbuata ini justru merupakan
penyebab terbesar dari infeksi saluran kemih.
k. Pilihlah toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet
jongkok tidak menyentuh langsung ke permukaan toilet dan
lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk,
sebelum menggunakannya sebaiknya membersihkan dulu
pinggiran dudukan toilet.
l. Saat membersihkan saluran kencing gunakan air langsung
keran.
m. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila jarang
diganti bakteri akan berkembang biak secara cepat dalam
pakaian dalam. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang
menyerap keringat agar tidak lembab.

29
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
BAB III
ASKEP

A. Pengkajian
1. Anamnese

Identitas pasien

Nama : Ny D
Usia : 25th
Jenis kelamin : Perempuan

Identitas penanggung jawab

Nama

Usia

Jenis kelamin

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh sakit saat berkemih
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pada tanggal 29-07-2018, kira kira
pukul 12.00 pasien merasa tida bisa kencing, urin yang keluar sedikit
dan menetes serta ada endapan berwarna merah muda ada rasa nyeri
pada perut dekat kemaluan, perut kembung dan pasien merasa
badannya panas. Akhirnya pada tanggal 30-07-2018, keluarga pasien
memutuskan untuk membawa pasien ke rumah sakit, pasien tiba di rs
pukul 14.00, setiba di rs dokter dan perawat memberikan terapi:
1. Ivfd Rl 20tetes/menit
2. Cefotaxim 2x1gram/12jam/IV
3. Ranitidin 1amp/12jam/IV
4. Pasang kateter
Kemudia pada pukul 16.00 pasien di bawa ke ruang rawat inap untuk
mendapatkan perawatan selanjutnya.

30
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Pasien mengatakan sebelumnya di
rawat di rs karena penyakit yang sama , pasien mengatakan tidak
pernah memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan obat – obatan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama
e. Keadaan psikologi
1. Status emosional : Baik
2. Pola interaksi klien : Kurang baik
3. Ekspresi wajah : Meringis
f. Pola aktivitas sehari hari
No Pola aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1. Pola makan a. 3x sehari a. 2x sehari
a. Frekuensi b. Pagi,siang, malam b. Pagi,malam
b. Waktu makan c. 1 porsi c. ½ porsi
c. Porsi makan yang di d. Nasi,sayur,ikan d. Bubur, sayur, ikan
habiskan
d. Jenis makanan
2. Pola minum a. 4-6x sehari a. 3-5x sehari
a. Frekuensi minum b. 4-6 gelas sehari b. 4-6 gelas sehari
b. Jumlah minum c. Air putih c. Air putih
c. Jenis minum
3. BAB a. 1-2x sehari a. 1x sehari
a. Frekuensi b. Lunak b. Lunak
b. Konsisten c. Kuning c. Kuning
c. Warna d. Khas d. Khas
d. Bau
4. BAK a. 3-4x sehari a. 2-3x sehari
a. Frekuensi b. Kuning b. Kuning
b. Warna c. Pesing c. Pesing
c. Bau d. 1000ml d. 600ml
d. Jumlah

31
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
5. Istirahat dan tidur a. 6-7 jam a. 4-5 jam
a. Tidur malam b. 2 jam b. 1jam
b. Tidur siang c. Nyenyak c. Tidur tidak nyenyak,
c. Kualitas tidur tidur sering terbangun
jika timbul nyeri
6. Personal hygiene a. 2x sehari a. Hanya di lap
a. Kebiasaan mandi b. 2x sehari b. Belum gosok gigi
b. Kebiasaan gosok c. Baik c. Kurang bersih
gigi d. 2x/minggu d. Belum pernah
c. Kebersihan mulut
d. Cuci rambut
7. Aktivitas Bisa beraktivitas bebas Masih di bantu oleh keluarga

g. Pemeriksaan fisik
1. Status umum
a. Keadaan umum : lemas
b. Keadaan sakit : sedang
c. Tingkat kesadaran : composmentis
2. Tanda tanda vital
a. Suhu : 36 C
b. Nadi : 100x/menit
c. Tekanan darah : 140/90mmHg
d. Pernafasan : 24x/menit
3. Kulit
Warna kulit pucat, kulit lembab, akral hangat, tekstur halus, turgor
baik, tidak ada lesi
4. Rambut
Warna rambut hitam, tekstur halus
5. Kepala
Bentuk kepala bulat dan simetris, keadaan kukit kepala kurang
bersih

32
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
6. Wajah
Bentuk bulat dan simetris , ekspresi klien tampak meringis
7. Mata / penglihatan
Ketajaman mata baik , tidak ada peradangan, sclera normal tidak
ada icterus, pupil normal, konjungtiva tidak anemis, tidak ada rasa
nyeri, tidak ada pemakaian alat bantu
8. Hidung / penciuman
Struktur normal, tidak ada polip, sinus normal, tidak ada
peradangan, fungsi penciuman normal
9. Telinga / pendengaran
Struktur normal , tidak ada nyeri, tidak ada cairan, tidak ada
peradangan, fungsi pendengaran normal, tidak ada alat bantu
10. Mulut
Keadaan gigi baik, tidak ada problem menelan, bicara normal,
rongga mulut kurang bersih, fungsi mengunyah normal tidak ada
gangguan
11. Leher
Vena jugularis normal, arteri karotis teraba , tidak ada pembesaran
tiroid, tidak ada pembesaran limfe
12. Pernafasan
Bentuk dada normal dan simetris , pergerakan dada normal, tidak
ada batuk , tidak ada sputum, bunyi nafas normal, tidak ada bunyi
nafas tambahan
13. Jantung
Bunyi jantung I/II(s1dan s2) murni reguler , tidak ada bunyi jantung
tambahan , tidak ada keluhan
14. Abdomen
Bentuk normal(rata) , bunyi usus normal 12x/menit , adanya nyeri
tekan pada daerah suprapubik, tidak ada pembesaran hepar, tidak
ada pembesaran ginjal , adanya kandung kemih distensi dan nyeri
15. Perkemihan
Tidak ada edema, tidak ada nyeri pinggang

33
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
16. Muskuluskeletal
Tonus otot lemah, kekuatan sendi normal, tidak ada trauma , tidak
ada nyeri

h. Pemeriksaan penunjang

Cek Normal Hasil


Glukosa puasa 76-110mg/dl 59mg/dl
Ureum 10-50mg/dl 59mg/dl
Creatinin 0,7-1,3 mg/dl 2,4 mg/dl
Uric acid 3,4 – 7,0 mg/dl 7,0 mg/dl
SGOT 0 – 37 u/1 56 u/1
SGPT 0 – 40 u/1 19 u/1
EKG Sinus takhikardi

i. Klasifikasi data
1. Data subjektif
a. Pasien mengatakan nyeri pada daerah suprapubik
b. nyeri menyebar ke paha dan pinggang
c. nyeri hilang timbul
d. pasien mengatakan nafsu makan kurang
2. Data objektif
a. Skala nyeri sedang 4
b. Wajah tampak meringis
c. Nyeri tekan pada suprapubik
d. Kelemahan fisik sedang
e. Konjungtiva pucat
f. Bb menurun 4kg , bb sebelum sakit 53kg saat sakit 49kg
g. Jumlah makanan ½ porsi di habiskan

34
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
j. Analisaa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : pasien mengatakan nyeri distensi abdomen Nyeri
pada daerah suprapubik , pasien
mengatakan nyeri menyebar ke
paha dan pinggang, pasien
mengatakan nyeri hilang timbul
Do :
a. Td : 140/90mmHg
b. N : 100x/menit
c. Skala nyeri sedang(4-6)
d. Nyeri tekan pada daerah
leher
e. Ekspresi wajah
meringis

2. Ds : pasien mengatakan sulit Nyeri Perubahan pola


tidur karena nyeri , pasien istirahat dan tidur
mengatakan tidur malam hanya
kurang lebih 4 jam , pasien sulit
untuk tidur siang
Do : konjungtiva anemis

K. Diagnosa
1. nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
2. perubahan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri

35
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
36
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
L. Intervensi , Implementasi dan Evaluasi

DX Intervensi Implementasi Evaluasi

37
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
1. 1. Kaji nyeri, lokasi dan Hari/tanggal : senin,30-07-2018 Senin 30-07-2018
intensitas Pukul : 16.00 Pukul : 17.00
2. atur posisi yang 1. Mengkaji nyeri, lokasi
nyaman bagi pasien dan intensitas S: pasien mengatakan
3. bantu pasien Hasil : nyeri pada daerah nyeri berkurang ,
melakukan teknis suprapubik merasa nyaman,
relaksasi, Skala nyeri 5
4. berikan terapi Pukul : 16.10 O: ekspresi wajah
5. kolaborasi dengan 2. Mengatur posisi pasien tenang , pasien tampak
dokter yang nyaman bagi rilek, frekuensi
pasien dengan posisi pernafasan 24x/menit
terlentang
Hasil : pasien mengatakan rasa A: masalah teratasi
nyaman sebagian
Pukul : 16.20
P : intervensi 1,2,3,4,5
di lanjutkan

3. Membantu pasien
melakukan teknik
relaksasi, melakukan

38
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
latihan nafas dalam
Hasil: pasien mau
melakukannya dan pasien
tampak rilek
Pukul : 16.30
4. Memberikan terapi
analgetik : asam
mefenamat 500gr 3x1
tablet
Hasil : pasien merasa nyeri
berkurang
5. Mengkolaborasi dengan
dokter
Hasil : pasien mengikuti anjuran
doter

39
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
Dx Intervensi Implementasi Evaluasi
2. 1. Kaji pola tidur Tanggal 30-07-2018 Tanggal 01 -07-2018
pasien Pukul : 16.50 Pukul : 07.00
2. Atur posisi dan 1. Mengkaji pola tidur
suasana yang pasien dengan cara S: pasien mengatakan
nyaman melakukan anamnesa tidur sudah nyenyak
3. Kurangi kebiasaan di pada pasien
lingkungan sekitar Hasil : paisen mengatakann tidur O: konjungtiva normal
malam 4 jam, tidak tidur siang,
pasien susah tidur karena sesak A: masalah teratasi
Pukul : 16.55
2. Mengatur posisi dan P : intervensi di
suasana yang nyaman hentikan pasien di
bagi pasien untuk perbolehkan pulang dan
beristirahat di anjurkan meminum
Hasil : pasien merasa nyaman obat obatan yang di
dengan posisi semifowler, sesak berikan resep oleh
sedikit berkurang dokter secara teratur.
Pukul : 17.10
3. Mengurangi kebiasaan di
lingkungan sekitar
Hasil : lingkungan menjadi
tenang, pasien lebih mudah
untuk istirahat

40
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN
DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. Jalal, Diana I.


2009. Medical Care of Cancer Patients Chapter 48. United States of America: BC
Decker Inc. Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Reeves, Charlene. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah Buku 1. Jakarta: Salemba Medika. Suharyanto, Toto
dan Madjid, Abdul. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta : Trans Info Media. Syamsuri Istamar. 2004. Biologi
Untuk SMA. Jakarta : Erlangga. Syarifuddin. 1992. Anatomi dan Fisiologi Untuk
Keperawatan. Jakarta : EGC. Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI

41
SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN

Anda mungkin juga menyukai