Anda di halaman 1dari 4

TETANUS

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal
SOP :
Terbit
Halaman :

UPTD
PUSKESMAS drg. Ira Yulistika Sari

CILEGON NIP.19730715 200312 2 003

Tetanus adalah penyakit pada system syaraf yang disebabkan oleh


tetanospasmin. Tetanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani, ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan
1. Pengertian
serangan jelas dan keras. Spasme hamper selalu terjadi pada otot leher dan
rahang yang menyebabkan rahang menutup (trismus, lockjaw), serta
melibatkan tidak hanya otot ekstremitas, tetapi juga otot-otot rahang tubuh.
Sebagai acuan untuk petugas agar dapat memahami dan memberikan
2. Tujuan penanganan yang tepat pada pasien tetanus.

3. Kebijakan

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer


4. Referensi
Edisi I, 2013
Alat dan bahan

a. Spighmanometer
b. Stetoskop
c. Thermometer
d. Jam
e. Tongue spatel
f. Refflek humer
5. Prosedur
g. Nerbeken
h. Bak instrument
i. Pinset anatomis
j. Pinset cirurgis
k. Gunting jaringan
l. Kassa steril
m. Betadine
n. NaCl
o. Spuit 1CC dan 3CC
p. Alcohol swab
q. Anti Tetanus
r. Aqua bidest
Petugas pelaksana
a. Dokter
b. Paramedis
Langkah - langkah

a. Menerima pasien di UGD


b. Melakukan anamnesis singkat tentang perjalanan penyakit riwayat
luka, riwayat imunisasi tetanus, dan keluhan lain kearah tetanus.
c. Melakukan cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
d. Melakukan vital sign meliputi tekanan darah, nadi, frekuensi
pernafasan, dan suhu
e. Melakukan pemeriksaan fisik,dari ujung rambut sampai ujung kaki,
dan mencari tanda tetanus local, tetanus sefalik, tetanus umum, atau
tetanus neonatorum
f. Melakukan pemeriksaan setelah pemeriksaan
g. Mendiagnosa pasien yang mengalami tetanus
h. Melakukan tatalaksana tetanus yaitu:
1. Majanemen luka
a) Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan
debridemen
b) Riwayat imunisasi tetanuspasien perlu didapatkan
c) TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari
10tahun, jika riwayat imunisasitidak diketahui TT tidak dapat
diberikan
2. Awasi agar tidak ada hambatan fungsi respirasi
3. Oksigenasi
4. Diazepam 6-8mg/hari. Bila pasien datang dalam keadaan kejang
diberikan diazepam dosis 0,5mg/kgBB/kali i.v perlahan-lahan
dengan dosis optimum 10mg/kali diulang setiap kali kejang.
Kemudian diikuti pemberian diazepam oral dengan dosis
0,5mg/kgBB/kali sehari diberikan 6kali. Dosis maksimal
240mg/hari
5. ATS data digunakan , tetpai sebelumnya dilakukan skin test. Dosis
50.000iu, diberikan IM diikuti 50.000 unit dengan infus IV lambat.
6. Eliminasi bakteri, diberikan prokain penicilin1,2juta unit IM atau IV
setiap 6jam selama 1hari. Jika alergi diberikan tetraksiklin, 500mg
PO atau IV setiap6jam selama 10hari.jika alergi tetraksiklin dapat
diberikan eritromisin 50mg/Kg/BB/jam selanjutnya 7.5 mg/KgBB
tiap 6 jam
7. Pemberian TT dapat diberikan bersamaan dengan ATS tetapi pada
sisi yang berbeda dan menggunankan alat sunti yang berbeda.
8. Rencana tindak lanjut:
a) Pemberian TT harus di lanjutkan sampai imunisasi dasar
terhadap tetanus selesai. Pengulangan dilakukan 8 minggu
kemudian dengan dosis yang sama dan dengan dosis inisial
b) Booster dilakukan 6-12bulan kemudian
c) Subsequent booster diberikan 5 tahun berikutnya
d) Laporkan kasus tetanus kedinas kesehatan setempat
9. Kriteria rujukan :
a) Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan pertama
b) Terjadi komplikasi, seperti disstres pernafasan
c) Rujukan ditujukan kefasilitas peleyanan kesehatan sekunder
yang memiliki dokter spesialis neurologi
10. Petugas menulis hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnose dan
terapi kedalam rekam medik
11. Petugas menandatangan rekam medik

6. Diaran alir

7. Unit Terkait UGD

Anda mungkin juga menyukai