Anda di halaman 1dari 5

Barang Kiriman dari Luar Negeri

UPDATE 13-12-2016: Berkaitan dengan ketentuan baru yang mengatur impor barang
kiriman yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 182/PMK.04/2016, maka silahkan Anda
baca juga tulisan saya tentang Aturan Baru Barang Kiriman dari Luar Negeri di sini.

Barang Kiriman dari Luar Negeri adalah barang yang dikirim oleh
pengirim tertentu di luar negeri kepada penerima tertentu di dalam
negeri.

LANDASAN NORMATIF

Untuk barang kiriman atau paket yang dikirim dari luar negeri sebenarnya
sudah diatur sejak dulu, yaitu dengan diterbitkannya Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 490/KMK.05/1996 Tentang Tatalaksana Impor Barang
Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas, Kiriman Pos dan
Barang Kiriman Melalui Perusahaan Jasa Titipan, yang kemudian diatur
lebih lanjut oleh Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-
78/BC/1997 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Barang
Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas, Kiriman Melalui
Jasa Titipan dan Kiriman Pos yang terakhir kali diubah dengan KEP-
83/BC/2002.

Kemudian keputusan Menteri Keuangan tersebut dicabut dengan


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 89/PMK.04/2007 Tentang Impor
Barang Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas dan Barang
Kiriman. Peraturan ini hanya berlangsung tiga tahun dan digantikan
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.04/2010 Tentang
Impor Barang yang DIbawa oleh Penumpang, Awak Sarana Pengangkut,
Pelintas Batas dan Barang Kiriman.

Pada BAB VI peraturan Menkeu tersebut dijelaskan mengenai Barang


Kiriman, diantaranya:
 Barang kiriman diberikan pembebasan bea masuk dengan
nilai pabean FOB 50 US Dollar (Mata Uang Amerika) untuk
setiap orang perkiriman;
 Apabila barang kiriman tersebut melebih batas pembebasan nilai
pabean diatas, maka atas kelebihan nilai pabean tersebut dikenakan
bea masuk dan pajak dalam rangka impor (PPN, PPnBM dan PPh);
 Barang kiriman tersebut wajib diberitahukan kepada Pejabat Bea
dan Cukai;
 Atas pemberitahuan tersebut diatas, Pejabat Bea dan Cukai akan
melakukan penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang secara
selektif yang disaksikan oleh Petugas Kantor Pos atau Petugas
Perusahaan Jasa Titipan;
 Barang kiriman dapat dikeluarkan setelah dipenuhi kewajiban
pabean (membayar pungutan) dan telah mendapatkan persetujuan dari
Pejabat Bea dan Cukai;
 Khusus untuk barang kiriman yang melalui Perusahaan Jasa Titipan
beratnya tidak boleh lebih dari 100 kg untuk setiap House Airway Bill
(AwB) atau Bill of Lading (B/L) , kecuali untuk barang yang akan dikirim
ke Tempat Penimbunan Berikat atau barang kiriman lainnya yang telah
mendapatkan ijin dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dan apabila
tidak memenuhi ketentuan ini akan diperlakukan sesuai dengan
ketentuan umum dibidang impor;
 Penetapan tariff atas barang tersebut dilakukan oleh Pejabat Bea
dan Cukai dan apabila barang kiriman tersebut terdapat lebih dari 3
jenis barang, maka Pejabat Bea dan Cukai akan menetapkan satu tariff
bea masuk tertinggi dari beberapa barang tersebut.
 Dan seterusnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Menkeu tersebut
Disamping ketentuan diatas, juga diatur tentang pembebasan cukai
terhadap barang kiriman sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
109/PMK.04/2010 Tentang Tata Cara Pembebasan Cukai, diantaranya:
 Minuman mengandung etil alcohol paling banyak 350 mililiter untuk
setiap alamat penerima kiriman, selebihnya akan dimusnahkan petugas
Bea dan Cukai;
 Cukai hasil tembakau, dengan ketentuan paling banyak 40 batang
Sigaret, atau 10 batang Cerutu atau 40 gram tembakau iris dan hasil
tembakau lainnya untuk setiap alamat penerima kiriman, apabila
terdapat lebih dari satu jenis hasil tembakau maka diperlakukan
perbandingan yang setara dengan komposisi diatas, selebihnya akan
dimusnahkan petugas Bea dan Cukai.
Yang perlu digarisbawahi adalah; pemungutan bea masuk dan pajak
dalam rangka impor disini memakai pola Official Assessment, dimana
Pejabat Bea dan Cukai yang melakukan perhitungan dan pemungutan
atas barang kiriman tersebut. Lain halnya dengan barang impor pada
umumnya, dimana importir melakukan kegiatan
menghitung,memberitahukan dan membayar bea masuk dan pajak dalam
rangka impornya sendiri (Self Assessment).

Kemudian untuk penentuan nilai pabean barang kiriman tetap berdasar


pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.04/2010 Tentang Nilai
Pabean untuk Perhitungan Bea Masuk, dimana nilai pabean yang
dimaksud sesuai International Commercial Term (Incoterms), yaitu
dengan menggunakan terminologi penyerahan barang Cost, Insurance
and Freight (CIF), biaya-biaya transportasi dan asuransi harus
ditambahkan kedalam biaya yang sebenarnya dibayar atau yang
seharusnya dibayar.
Untuk itu penulis sarankan agar Anda lebih proaktif dan terbuka atas
barang kiriman tersebut, dengan cara memberikan keterangan yang jujur
disertai dengan dokumen yang asli, seperti bukti pembayaran, polis
asuransi dan biaya pengangkutan (freight) yang tercantum dalam House
B/L atau House AWB atau dokumen objektif lainnya, sehingga Pejabat
Bea dan Cukai akan menetapkan tariff pungutan tersebut sesuai dengan
harga transaksi yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar
untuk barang yang dibayar setelah barang sampai di pembeli.

CARA PERHITUNGAN BEA MASUK DAN PAJAK DALAM RANGKA


IMPOR

Berikut ini penulis sampaikan cara perhitungan sederhana mengenai


pungutan barang kiriman tersebut:

Menghitung Bea Masuk:

((Nilai Barang FOB – USD 50) + Asuransi + Freight) x kurs x tariff bea
masuk

Menghitung Pajak dalam rangka impor (PDRI):

((((Nilai Barang FOB – USD 50) + Asuransi + Freight) x kurs) + (bea


masuk)) x tariff PDRI

Contoh kasus sebagai berikut: Muhammad Isa membeli barang berupa


sebuah Hand Phone di Amerika via Ebay dengan harga FOB US $250,
ongkos kirim (freight) US $5, asuransi US $5, misal kurs pada tanggal
tersebut sebesar Rp. 10.000, dengan demikian Muhammad Isa akan
dikenakan pungutan Bea Masuk dan PDRI sebagai berikut:

Untuk HP menurut penulis masuk ke pos tariff 8517.12.00.00, BM: 0%,


PPN=10%, PPnBM= - , PPh=7,5%.

Bea Masuk: (($250-$50)+5+5) x Rp.10.000 x 0% = Rp. 0


PPN : (((($250-$50)+5+5) x Rp.10.000) + (0)) x 10% = Rp. 210.000
PPh : (((($250-$50)+5+5) x Rp.10.000) + (0)) x 7,5% = Rp. 157.500
Total pungutan : BM+PPN+PPh= Rp. 367.500

SEKILAS TENTANG LARTAS

Barang Larangan dan Pembatasan adalah barang yang dilarang atau


dibatasi pemasukkan dan pengeluarannya ke atau dari wilayah Republik
Indonesia. Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan berakibat dengan
tindakan hukum.
Barang yang termasuk dalam kategori tersebut antara lain:
 Narkotika (Narcotics)
 Psikotropika (Psychotrophics)
 Bahan peledak (Explosive materials)
 Senjata api dan amunisi (Fire-arm and Ammunition)
 Petasan (Fire works)
 Buku dan barang cetakan tertentu (Defined Books and Printed
Materials)
 Media rekam audio dan/atau visual (Audio and/or Visual Recording
Media)
 Alat-alat telekomunikasi (Telecomunication Equipment)
 Mesin fotocopi berwarna, bagian/suku cadang dan peralatannya
(Color Photo Copy, Parts and Equipment thereof)
 Beberapa jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi serta
bagian-bagiannya (Endangered Species of Wild Fauna and Flora, and
Parts thereof)
 Beberapa jenis ikan tertentu (Certain species of fish)
 Obat-Obatan (Medicines)
 Makanan dan minuman yang tidak terdaftar pada Departemen
Kesehatan Rl (Unregistered Food and Beverages at The Departement of
Health)
 Bahan-bahan berbahaya (Dangerous Materials)
 Pestisida (Pesticides)
 Bahan perusak lapisan ozon dan Barang yang menggunakan bahan
perusak lapisan ozon (Ozone Depleting Substances and Goods
containing Ozone Depleting Substances)
 Limbah (Wastes)
 Benda Cagar budaya (Culturally Valuable Goods)
 Produk tertentu (Certain Products)
 Uang Rupiah dengan jumlah tertentu (Certain amount of Rupiah in
Cash)
 Untuk update lartas silahkan kunjungi portal Nasional Single
Window .

ALAT HITUNG PUNGUTAN BARANG KIRIMAN

Penulis sediakan alat hitung pungutan barang kiriman pada sisi kanan
halaman depan, yang penulis buat dengan menggunakan javascript dan
ternyata compatible dengan mesin blogspot.com. Alat tersebut hanya
digunakan untuk membantu Anda dalam mempersiapkan besarnya
pungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor, apabila Anda
bermaksud untuk membeli barang di luar negeri. Bukan sebagai bukti
hukum, dan tidak digunakan untuk keperluan yang dapat merugikan
Negara.

Pada pasal 20 dan 21 Peraturan Menteri Keuangan Nomor


160/PMK.04/2010 Tentang Nilai Pabean untuk Perhitungan Bea Masuk
diatur mengenai Biaya Transportasi (Freight) dan Asuransi. Apabila bukti
nyata atau data yang objektif dan terukur tidak dapat ditunjukan oleh
penerima barang terhadap Pejabat Bea dan Cukai maka:
 Untuk pengangkutan melalui laut maka Freight-nya; 5% dari FOB
(Free on Board) untuk barang yang dikirim dari negara ASEAN, 10%
dari FOB untuk Asia-Non Asean atau Australia, 15% untuk negara selain
dari keduanya. Sedangkan untuk pengangkutan udara ditentukan
berdasarkan Tariff International Air Transport Association (IATA).
 Asuransi ditetapkan 0,5% dari nilai Cost and Freight (CFR).
Semoga tulisan ini bermanfaat, dan apabila ada kesalahan dalam
penafsiran, pemahaman atau ketidaktahuan penulis atas peraturan-
peraturan dimaksud, penulis mohon maaf dan akan selalu menerima
masukan-masukan dari para pembaca demi kemajuan bersama. Penulis
juga akan segera melakukan perubahan tulisan, apabila apa yang penulis
paparkan keliru. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai