Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain. (Purba, dkk. 2008)
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi
dengan orang lain dan lingkungan. (Dalami, dkk. 2009)
Isolasi soasial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. (Depkes RI, 2000)
Menarik diri adalah usaha individu menghindari interaksi dengan orang lain.
Individu merasa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalannya. (Depkes, 2006)
Kerusakan interaksi sosial merupakan kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif atau
mengancam, kelainan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu
beradaptasi dalam suatu kuantitas yang tidak cukup/berlebihan kualitas interaksi sosial
yang tidak efektif. (Townsend, 2008)

B. FAKTOR PREDISPOSISI ISOLASI SOSIAL


Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial :
1. Faktor perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social berkembang
sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usoa bayi sampai dewasa
lanjut. Untuk mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan setiap
tahapan perkembangan dapat dilalui dengan sukses. System keluarga yang
terganggu dapat menunjng perkembangan respon social yang maladaftif.

2. Faktor biologik
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila
salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar
dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga
dapat menyebabkan skizofrenia
3. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan atau
interaksi dengan orang lain, hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain. Tidak mempunyai anggota masyarakat yang
kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderitaan penyakit
kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai
yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.

C. FAKTOR PRESIPITASI ISOLASI SOSIAL


Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alam
perasaan yaitu :
1. Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan
cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan
simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep persepsi lain merupakan hal
yang sangat penting.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode
depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang
dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi sepresi terutama pada
wanita.
4. Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit fisik seperti
infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik dapat mencetus
gangguan alam perasaan (Stuart, 2007)

D. RENTANG RESPON SOSIAL


Respon adaftif Respon maladaftif

Solitude Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik Diri Imfulsif
Bekerjasama Ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan

Perilaku yang berhubungan dengan respon adaptif :


1. Solitude adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa yang telah
dilakukan, dilindungi sosialnya dan merupakan suatu cara untuk menentukan langkah
selanjutnya.
2. Otonomi adalah kemampun individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran dan perasaan dalam berhubungan sosial.
3. Bekerjasama adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4. Saling ketergantungan adalah ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.

Perilaku yang berhubungan dengan respon sosial Maladaptif


1. Manifulasi
a. Orang lain diperlakukan seperti objek
b. Hubungan terputus pada masalah pengadilan
c. Individu berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada
orang lain
2. Impulsif
a. Tidak mampu merencanakan sesuatu
b. Tidak mampu belajar dari pengalaman
c. Penilaian yang buruk
d. Tidak dapat diandalkan

3. Narkisisme
a. Harga diri yang rapuh
b. Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian
c. Sikap egosentris
d. Marah jika orang lain tidak mendukung

E. MEKANISME KOPING ISOLASI SOSIAL


Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping yang
sering klien gunakan adalah Regresi, Represi, dan Isolasi. Sedangkan contoh sumber
koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam
keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreatifitas
untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian musik atau tulisan.

F. TANDA DAN GEJALA ISOLASI SOSIAL


Gejala sujektif :
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain
2. Klien merasa tidak aman dengan orang lain
3. Respon verbal kurang dan sangat singkat
4. Klien mengatakan hubunga yang tidak berarti dengan orang lain
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7. Klien merasa tidak berguna
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9. Klien merasa di tolak

Gejala objektif :
1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2. Tidak mengikuti kegiatan
3. Banyak berdiam diri di kamar
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6. Kontak mata kurang
7. Kurang spontan
8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9. Ekspresi wajah kurang berseri
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11. Mengisolasi diri
12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
13. Masukan makanan dan minuman terganggu
14. Retensi urin dan feses
15. Aktifitas menurun
16. Kurang energy
17. Rendah diri
18. Postur tubuh kurang misalnya sikap fetus/ janin (khususnya pada posisi tidur)

G. PENATALAKSANAAN ISOLASI SOSIAL


1. Penatalaksanaan medis
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak
tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
a. Psikofarmakologi
Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat. Obat
yang digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka =
psikoterapika = phrenotropika. Terapi gangguan jiwa dengan menggunakan
obat-obatan disebut dengan psikofarmakoterapi = medikasi psikoterapi yaitu
obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental penderita
karena kerjanya pada otak/sistem saraf pusat. Obat yang bekerjanya secara
efektif pada SSP dan mempunyai efek utama terhadap aktifitas mental, serta
mempunyai efek utama terhadp aktivitas mental dan perilaku, digunakan
untuk terapi gangguan psikiatri.

Psikofarmakakologi yang lazim digunakan pada gejala isolasi sosial adalah


obat- obatan antipsikosis seperti:
1) Chlorpromazine
Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh
gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku.
Mekanisme kerja memblokade dopamine pada pascasinaptik neuron di otak
terutama pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Efek samping
penggunaan Chlorpromazine injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik.
2) Haloperidol
Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis,
menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif,
waham, halusinasi.Mekanisme kerja memblokade dopamine pada pascasinaptik
neuron di otak terutama pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Efek
samping sering menimbulkan gejala ekstrapiramidal.
3) Triflouperazine
Indikasi gangguan mental dan emosi ringan, kondisi neurotik/psikosomatis,
ansietas, mual dan muntah. Efek samping sedasi dan inhibisi psikomotor.

b. Therapy
1) Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus
listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang
ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan
terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya
perubahan faal dan biokimia dalam otak.
2) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan
rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur
kepada klien.
3) Terapi Okupasi
Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama (Keliat,
2004). Terapi TAK membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif (Keliat, 2004). Biasanya terapi
TAK yang digunakan untuk pasien dengan isolasi sosial adalah TAK Sosialisasi
dimana klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di
sekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal,
kelompok dan massa (Keliat, 2004).
b. Pendidikan kesehatan
1) Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan klien selain kata-kata
seperti menulis, menangis, menggambar, berolahraga atau bermain musik.
2) Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
3) Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan
dengan klien.
4) Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam kegiatan di
masyarakat.

H. POHON DIAGNOSA ISOLASI SOSIAL


I.
MASALAH
KEPERAWATAN
Isolasi Sosial

J. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Masalah Keperawatan NOC NIC
Isolasi Sosial Loneliness NIC: Emotional Support
Indikator:
Aktivitas:
- Tidak mengekspresikan
1. Diskusi dengan pasien
keputusasaan
- Tidak mengekspresikan tentang ekspresi
ketidakberdayaan emosional
- Tidak kesulitan 2. Buat pernyataan
membangun hubungan supportif dan empati
3. Sentuh pasien dengan
dengan orang lain
- Tidak menunjukkan support
4. Dukung penggunaan
fluktuasi mood
mekanisme pertahanan
yang tepat
5. Bantu pasien mengenali
perasaan seperti cemas,
marah, atau sedih
6. Dengarkan untuk
mendorong ekspresi
perasaan
STRATEGI PELAKSANAAN
ISOLASI SOSIAL
(SP 1)

1. Kondisi Klien

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengatakan malas berinteraksi - Klien tampak menyendiri.
- Klien terlihat mengurung diri.
dengan orang lain.
- Klien tidak mau bercakap-cakap
- Klien mengatakan orang-orang jahat
dengan orang lain.
dengan dirinya.
- Klien merasa orang lain tidak
selevel.
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

3. Tujuan
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang
lain.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.

5. Proses Pelaksanaan
1) Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik.
Selamat pagi bu. Perkenalkan nama saya Amanda. Saya mahasiswa
praktek dari Fakultas Keperawatan Universitas Esa Unggul yang akan
dinas di ruangan flamboyan ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi
dari jam 07:00 pagi sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat ibu
selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya ibu di panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana perasaan Bu hari ini? O.. jadi Bu merasa bosan dan tidak
berguna.
c. Kontrak.
 Topik :
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan
Bu dan kemampuan yang Bu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar
ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat mengetahui
keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain
 Waktu :
Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
 Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?.
2) Fase kerja
Dengan siapa ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu? apa
yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut? Siapa anggota keluarga
dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu? apa yang membuat ibu tidak
dekat dengan orang lain? Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat
bersama keluarga? Bagaimana dengan teman-teman yang lain? Apakah ada
pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain? Apa
yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang
lain?
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman? Wah benar, kita
mempunyai teman untuk bercakap-bercakap. Apa lagi ibu? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai
teman apa ibu? ya apa lagi? (sampai menyebutkan beberapa) jadi banyak juga
ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu ingin ibu belajar berteman
dengan orang lain? Nah untuk memulainya sekrang ibu latihan berkenalan
dengan saya terlebih dahulu. Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain
dengan orang lain kita sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang
kita sukai. Contohnya: Nama saya Amanda, senang dipanggil Manda.
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
nama ibu siapa ? senangnya dipanggil apa? Ayo bu coba dipraktekkan!
Misalnya saya belum kenal dengan ibu. coba ibu berkenalan dengan saya. Ya
bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!! setelah
berkenalan dengan ibu orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan ibu bicara. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi,
tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya, nah bagaimana kalau sekarang
kita latihan bercakap-cakap dengan teman ibu. (dampingi pasien bercakap-
cakap).
3) Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan? Nah sekarang
coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang lain!
b. RTL
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan berkenalan
dengan teman? Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini
ada jadwal kegiatan, kita isi pada jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah
latihan berkenalan dengan teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara
mandiri maka ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu tulis D, Jika ibu tidak
melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu ulangi?
Naah bagus ibu.
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
pengalaman ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan
bercakap-cakap dengan topik tertentu. apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
 Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok
ibu. saya permisi ya bu.
(SP 2)
1. Kondisi Klien
Data Subjektif Data Objektif
- Klien mengatakan malas - Klien menyendiri di kamar.
- Klien tidak mau melakukan
berinteraksi.
aktivitas di luar kamar.
- Klien tidak mau melakukan
interaksi dengan yang lainnya.

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

3. Tujuan
a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain.
b. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain.

4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang.
c. Membenatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain sebagai salah satu kegiatan harian.

5. Proses Pelaksanaan
1) Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian, bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap dengan teman?
Apakah ibu sudah mulai berkenalan dengan orang lain? Bagai mana
perasaan ibu setelah mulai berkenalan?
c. Kontrak
 Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagai
mana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu
semakin banyak teman. Apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
 Tempat :
ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
b. Fase Kerja
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga dinas di
ruangan melati ini, ibu bisa memulai berkenalan.. apakah ibu masih ingat
bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien masih ingat, jika pasien
lupa, bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan) nah silahkan ibu mulai
(fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat lain) wah bagus sekali ibu,
selain nama,alamat, hobby apakah ada yang ingin ibu ketahui tetang perawat
C dan D? (bantu pasien mengembangkkan topik pembicaraan) wah bagus
sekali, Nah ibu apa kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam ini? Bagai mana
kalau kita menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan siang di
ruang makan sambil menolong teman ibu bisa bercakap-cakap dengan teman
yang lain. Mari bu.. (dampingi pasien ke ruang makan) apa yang ingin ibu
bincangkan dengan teman ibu. ooh tentang cara menyusun piring diatas meja
silahkan ibu( jika pasien diam dapat dibantu oleh perawat) coba ibu tanyakan
bagaimana cara menyusun piring di atas meja kepada teman ibu? apakah harus
rapi atau tidak? Silahkan bu, apalagi yang ingin ibu bincangkan.. silahkan.
Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman ibu
melakukan menyusun gelas diatas meja bersama.. silahkan bercakap-cakap
ibu.
c. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C
dan bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di
ruang makan? Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?
b. RTL :
Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan
bercakap-cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang.
Mau jam berapa ibu latihan? Oo ketika makan pagi dan makan siang.
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu berkenalan
dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan
harian lain, apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ?
 Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah ibu besok saya akan kesini jam 10:00 sampai jumpa besok
ibu. saya permisi.

(SP 3)
1. Kondisi Klien
Data Subjektif Data Objektif
- Klien mengatakan masih malu - Klien tampak sudah mau keluar
berinteraksi dengan orang lain. kamar.
- Klien mengatakan masih sedikit - Klien belum bisa melakukan
malas ber interaksi dengan orang aktivitas di ruangan.
lain.

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial.

3. Tujuan
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

4. Tindakan Keperawatan.
a. mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b. memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

5. Proses Pelaksanaan
1) Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian? Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan otrang
lain? Apa kegiatan yang dilakukan sambil bercakap-cakap? Bagaimana
dengan jadwal berkenalan dan bercakap-cakap, apakah sudah dilakukan?
Bagus ibu.

c. Kontrak :
 Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi
bu berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang masak, serta bercakap-
cakap dengan teman sekamar saat melakukan kegiatan harian. Apakah ibu
bersedia?
 Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
 Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja
Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru masak
sedang memasak dan jurumasak disana berjumlah lima orang disana.
Bagaimana jika kita berangkat sekarang? Apakah ibu sudah siap bergabung
dengan banyak orang? Nah ibu sesampainya disana ibu langsung bersalaman
dan memperkenalakan diri seperti yang sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa
saja dan yakin bahwa orang-orang disana senang dengan kedatangan ibu. baik
lah bu kita berangkat sekarang ya bu.
(selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai
dengan kembali kerumah).
Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat melakukan
kegiatan harian, kegiatan apa yang ingin bu lakukan? Ooh merapikan kamar
baiklah dengan siapa ibu ingin didampingi? Dengan Nn. E? baiklah bu.
kegiatannya merapikan tempat tidur dan menyapu kamar tidur ya bu( perawat
mengaja pasien E untuk menemani pasien merapikan tempat tidur dan
menyapu kamar, kemudian memotivasi pasien dan teman sekamar bercakap-
cakap.
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di
dapur ? kalau setelah merapikan kamar bagaimana ibu? apa pengalaman
ibu yang menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya
kita bergabung dengan orang banyak?
b. RTL :
Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau
ibu bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh
teman-teman ibu. jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan
tempat tidur kita cantumkan dalam jadwal ya ibu. setiap jam berapa ibu
akan berlatih? Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam
melakukan berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry.
apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
 Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? ? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa
besok bu. saya permisi.

(SP 4)
1. Kondisi Klien
Data Subjektif Data Objektif
- Klien mengatakan sudah mau - Klien sudah mau keluar kamar.
- Klien bisa melakukan aktivitas di
berinteraksi dengan orang lain.
- Klien mengatakan mampu ruangan.
berinteraksi dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial.

3. Tujuan
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

4. Tindakan Keperawatan
a. mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b. memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

5. Proses Pelaksanaan
1) Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi bu. Apakah ibu masih kenal dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? masih ada perasaan kesepia, rasa
enggan berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan
hariannya sudah dilakukan?dilakukan sambil bercakap-cakap kan ibu?
sudah berapa orang baru yang ibu kenal? Dengan teman kamar yang lain
bagaimana? Apakah sudah bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan ibu
setelah melakukan semua kegiatan? Waah ibu memang luar biasa.
c. Kontrak :
 Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi
ibu dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat
melakukan kegiatan sosial. Apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
 Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2) Fase Kerja
Baiklak, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil?
(sebaiknya sudah disipakan oleh perawat) baiklah ibu mari kita berangkat ke
ruangan laundry.
(komunikasi saat di ruangan laundry).
Nah ibu caranya yang pertama adalah ibu ucapkan salam untuk ibu siti, setelah
itu ibu bertanya kepada ibu Siti apakah pakaian untuk ruangan melati sudah
ada? Jika ada pertanyaan dari ibu siti ibu jawab ya.. setelah selesai, minta ibu
siti menghitung total pakaian dan kemudian ibu ucapkan terimakasih pada Ibu
siti.. Nah sekarang coba ibu mulai ( perawat mendampingi pasien)
3) Terminasi
a. Subjektif dan Objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian
ke ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan bu?
b. RTL :
Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal
dan melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry.
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
kebersihan diri. apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
 Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok
bu. saya permisi.

Anda mungkin juga menyukai