Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teknik PWK Volume 2 Nomor 2 2013

Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________

KAJIAN KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN CITRA QUICKBIRD DAN SIG


DI KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA

Wahyu Tirto Prasetyo¹ dan Sri Rahayu²


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
email : wahyutirtoprasetyo@gmail.com

Abstrak: Masalah permukiman di Indonesia, terutama untuk wilayah perkotaan, disebabkan karena besarnya
jumlah penduduk dan perkembangan penduduk secara pesat. Sebagaimana negara -negara yang sedang
berkembang. Permasalahan utama yang terjadi di kota ini adalah masalah permukiman manusia, yang pada
umumnya disebabkan karena semakin meningkatnya jumlah penduduk. Salah satu wilayah yang terkena
dampak tersebut adalah Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Perkembangan Kecamatan Serengan ini kian
pesat menjadikan kawasan ini memiliki permukiman yang sangat padat dan memiliki kompleksitas masalah
permukiman. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana kualitas permukiman di Kecamatan Serengan, Kota
Surakarta, metode yang digunakan adalah skoring dan overlay berdasarkan 11 parameter kualitas
permukiman, menggunakan software GIS. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa luas wilayah yang
berkondisi baik 80,67 Ha menyebar hampir di seluruh Kelurahan yang ada di Kecamatan Serengan kecuali
untuk Kelurahan Joyontakan. Kondisi sedang 100,71 Ha berada di Kelurahan Tipes, Serengan, dan Joyontakan,
sedangkan yang berkondisi buruk 40,67 Ha berada disebagian Kelurahan Joyontakan.

Kata Kunci : Kualitas Permukiman

Abstract: The settlements issues in Indonesia, particularly in urban areas, due to the large number of
population and rapid population growth. As countries is growing. The main problem that occurs in this city is a
matter of human settlements, which are generally caused by the increasing number of residents. One area
affected is Serengan District, the city of Surakarta. The development district is growing rapidly Serengan make
the area has a very dense settlement and has the complexity of the settlements. Problems that occur in the
district planning process Serengan was due less programmed or well planned, so the quality of settlements
received less attention. This research examines how the housing quality in Serengan District, Surakarta City,
scoring method used is based on 11 parameters and overlay quality of the housing, using GIS software. From
this study it can be seen that the area of 80.67 ha spread good condition almost all existing Serengan except for
Joyontakan. The moderate condition was 100.71 hectares located in Tipes Village, Serengan Village, and
Joyontakan Village, while 40.67 hectares are poorly conditioned are caused Joyontakan Village.

Keywords: The Quality of settlements,GIS,scoring.

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 293-302 | 293


Kajian Kualitas Permukiman Dengan Citra Quickbird ... Wahyu Tirto Prasetyo dan Sri Rahayu

PENDAHULUAN
Masalah permukiman di Indonesia, mengakibatkan menurunya kualitas
terutama untuk wilayah perkotaan, permukiman (Bintarto, 1987). Urbanisasi
disebabkan karena besarnya jumlah penduduk sendiri adalah proses menjadi urban dan
dan perkembangan penduduk secara pesat. wujud nyata urbanisasi ini berupa
Sebagaimana negara–negara yang sedang permukiman yang mewadahi suatu kehidupan
berkembang. Permasalahan utama yang dimana segi sosial, ekonomi, dan budayanya
terjadi di kota diantaranya adalah masalah mempunyai sifat kekotaan (urban). Dapat
permukiman, yang pada umumnya diketahui bahwa urbanisasi berkaitan dengan
disebabkan karena semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara. Semakin tinggi
jumlah penduduk. Pertumbuhan yang tinggi, tingkat perekonomian suatu negara maka
baik yang disebabkan oleh pertumbuhan semakin tinggi pula jumlah penduduk yang
penduduk alami maupun oleh urbanisasi yang tinggal di kawasan perkotaan. Hal ini dapat
tidak terkendali menyebabkan pertumbuhan dimengerti karena di kawasan perkotaan
penduduk dikota semakin tinggi. Tingginya berkembang lapangan kerja yang menyerap
pertumbuhan penduduk dikota ini disebabkan tenaga seperti tidak terbatas dan bahkan
karena kota merupakan pusat kegiatan dapat tumbuh dengan tingkat pertumbuhan
manusia dan menawarkan berbagai yang tinggi. Lapangan kerja sektor industri dan
kesempatan yang lebih baik daripada didaerah jasa yang bukan saja terkonsentrasi di
pedesaan, sehingga tidak mengherankan jika kawasan perkotaan tetapi juga menumbuhkan
terjadi banyak penduduk pedesaan yang kawasan kota itu sendiri. Di Indonesia
melakukan migrasi kekota untuk memperbaiki urbanisasi sering diidentikkan dengan migrasi
kehidupan dan sebagai akibatnya maka laju kekota. Karena realitanya memang hanya
pertumbuhan penduduk kota berlangsung berupa perpindahan penduduk dari pedesaan
sangat cepat, dan hal inilah yang ke perkotaan tanpa disertai dengan
menimbulkan berbagai masalah dalam perubahan sosial budaya maupun aktivitas
pengadaan dan penataan ruang untuk ekonominya.
permukiman, pendidikan, perdagangan, Perencanaan dan penataan kota
rekreasi, industri, olahraga, dan ekonomi merupakan salah satu jalan keluar yang dapat
(Bintarto, 1987). digunakan untuk menentukan kualitas suatu
Daya tarik kota yang mendorong permukiman yang standart untuk lingkungan
terjadinya perpindahan penduduk ke kota ini perkotaan. Munculnya permukiman kumuh di
disebut sebagai faktor penarik (pull factor). daerah perkotaan menjadi masalah serius bagi
Tentunya saja penarik tersebut bukan hanya daerah perkotaan karena dikhawatirkan akan
karena aktivitas ekonomi saja. Faktor sosial menjadi kawasan yang rawan konflik sosial
budaya dan pelayanan kehidupan kota juga disebabkan oleh kesenjangan perekonomian
menjadi daya penarik lain. Bayangan tentang dan kebutuhan akan hidup. Dalam kegiatan
kemajuan dan gemerlapnya kota menjadi daya pengaturan tata ruang kota munculnya
tarik terjadinya migrasi kekota. Di Indonesia, permukiman kumuh seharusnya menjadi
diperkirakan perpindahan penduduk oleh perhatian sendiri sehingga mutlak mendapat
pekerjaan hanya sekitar 40% (Bintarto, 1987), prioritas dalam peningkatan kualitas
selebihnya karena alasan nonekonomi dan permukiman. Kaitannya dengan hal tersebut
nonlapangan kerja seperti misalnya ikut dalam rangka program dan proyek
keluarga, ingin mendapatkan pendidikan lebih peningkatan kualitas lingkungan khususnya
tinggi dan mungkin tanpa tujuan yang jelas. permukiman kumuh di perkotaan, memang
Pertumbuhan penduduk di daerah perlu dilakukan telaah (assessment) dan
perkotaan akan menimbulkan masalah penilaian atas kondisi permukiman. Pada
permukiman terutama masalah hunian liar umumnya kepadatan penduduk, kerapatan
atau daerah permukiman kumuh yang bangunan, kondisi jalan, sanitasi, dan pasokan
berkembang di berbagai kota dan air bersih, serta kualitas konstruksi

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 293-302 | 294


Kajian Kualitas Permukiman Dengan Citra Quickbird ... Wahyu Tirto Prasetyo dan Sri Rahayu

perumahan dapat menjadi ukuran kekumuhan diharapkan sesuai aturan (Ditjen Cipta
permukiman (Judohusodo, 1991). Penilaian Karya1999 dalam Mudzakir).
tersebut digunakan untuk menentukan
apakah permukiman kumuh yang disebut Tujuan dan Sasaran Penelitian
kampung tersebut dapat perlu diperbaiki atau Penelitian tentang kajian kualitas
tidak. Memang ada penilaian yang ditujukan permukiman ini bertujuan untuk mengetahui
untuk membangun kembali (redevelopment) kualitas permukiman di Kecamatan Serengan,
dalam rangka meningkatakan kualitas hidup Kota Surakarta.
penghuninya (Judohusodo, 1991). Adapun sasaran yang akan dilakukan
Masalah permukiman kota yang dalam penelitian adalah sebagai berikut :
kompleks ini, merupakan suatu hal yang perlu a) Mengidentifikasi kondisi fisik Kecamatan
untuk segera diatasi, oleh karena itu perlu Serengan, Kota Surakarta.
suatu cara penyajian dan penyampaian serta b) Menentukan variabel/parameter kualitas
perolehan data yang mutakhir. Adapun untuk permukiman untuk Kecamatan Serengan,
pengelolaan dan analisa data ini, dapat Kota Surakarta, yang diantaranya yaitu
dilakukan secara manual, namun cara ini akan pola kepadatan bangunan, pola tata letak
memerlukan waktu yang lama serta tenaga bangunan, pohon pelindung lingkungan
yang banyak, untuk itu diperlukan suatu permukiman, lebar jalan masuk
alternatif untuk mengatasi kendala tersebut, permukiman, kondisi jalan masuk, lokasi
yaitu dengan menggunakan Sistem Informasi permukiman, banjir yang terjadi, kualitas
Geografis (SIG), dan Penginderaan Jauh (PJ). air minum, sanitasi permukiman, tempat
Cara ini dapat menginterpretasi dan mengkaji pembuangan sampah, saluran air hujan
dengan cepat kondisi suatu permukiman yang dan limbah.
menjadi obyek penelitian yaitu Kecamatan c) Menganalisis pola kepadatan bangunan,
Serengan, Kota Surakarta. pola tata letak bangunan, pohon pelindung
Kecamatan Serengan merupakan lingkungan permukiman, lebar jalan masuk
salah satu kecamatan yang terletak di Kota permukiman, kondisi jalan masuk, dan
Surakarta bagian selatan. Kecamatan ini lokasi permukiman di Kecamatan
berbatasan langsung sebelah utara dengan Serengan, melalui interpretasi citra
Kecamatan Banjarsari, sebelah selatan dengan Quickbird.
Kecamatan Pasar Kliwon, sebelah barat d) Menganalisis banjir yang terjadi, kualitas
dengan Kabupaten Sukoharjo, serta sebelah air minum, sanitasi permukiman, tempat
timur berbatasan dengan Kecamatan pembuangan sampah, saluran air hujan
Laweyan. Perkembangan Kecamatan dan limbah di Kecamatan Serengan melalui
Serengan ini kian pesat menjadikan kawasan survei lapangan dan survei sekunder.
ini memiliki permukiman yang sangat padat e) Menganalisis kualitas permukiman di
dan memiliki kompleksitas masalah Kecamatan Serengan berdasarkan variabel-
permukiman. Permasalahan yang terjadi di variabel tersebut.
Kecamatan Serengan ini diakibatkan proses
perencanaan yang kurang terprogram atau Manfaat Penelitian
terencana dengan baik. Seharusnya Penelitian ini diharapakan mempunyai
perencanaan suatu permukiman perlu kegunaan atau manfaat sebagai berikut :
mempertimbangkan beberapa faktor yang 1. Memberikan masukan dan pertimbangan
diantaranya yaitu kepadatan bangunan, bagi pemerintah daerah untuk
pohon pelindung, lebar jalan, kondisi jalan, menentukan kebijakan dalam kaitannya
lokasi permukiman, rawan banjir, kualitas air dengan permukiman.
minum, sanitasi, tempat pembuangan 2. Memberikan masukan bagi perencana kota
sampah, saluran air hujan dan limbah. Di dan developer yang ingin membangun
Kecamatan Serengan faktor-faktor tersebut permukiman.
tidak terlihat seperti yang seharusnya

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 293-302 | 295


Kajian Kualitas Permukiman Dengan Citra Quickbird ... Wahyu Tirto Prasetyo dan Sri Rahayu

Metode Penelitian. 1. Pola Kepadatan Bangunan


Penelitian ini menggunakan metode skoring Kepadatan permukiman dapat
dan overlay dari parameter-parameter diartikan sebagai kerapatan rumah dan
kualitas permukiman menggunakan software penggunaan penutupan atap antara rumah
GIS. Parameter kualitas permukiman tersebut yang satu dengan yang lainnya (Soemarwoto,
memiliki bobot yang berbeda-beda tergantung 1991). Data kerapatan bangunan dapat
seberapa besar peran parameter tersebut dengan mudah diketahui melalui citra
dalam menciptakan kekumuhan. beresolusi tinggi yaitu Quickbird. Dalam
menentukan satuan unit–unit pemetaan (blok
a. Pemotongan Citra bangunan), diukur secara kualitatif
Sebelum dilakukan pemotongan citra berdasarkan tingkat keseragaman. Area yang
ini dalam tahap pengumpulan data citra yang memiliki tingkat kepadatan yang relatif
digunakan adalah citra dengan resolusi tinggi homogen akan dimasukkan pada satuan unit
yakni citra Quickbird. Citra ini diperoleh dari pemetaan yang sama. Untuk perhitungan
Dinas Tata Ruang dan Kota Surakarta. Dalam kepadatan permukiman di setiap unit
melakukan pemotongan citra ini software permukiman dihitung dengan menggunakan
yang digunakan adalah software Arc.GIS. rumus :

Kepadatan Rumah =

 SeluruhLuasAtap x100 %
 LuasBlokPermukimanDalamSatuanUnitPermukiman

Tabel 1.1 Variabel Kepadatan Bangunan


Kepadatan Bangunan Skor
< 40 % ; Jarang 1
40 % - 60 % ; Sedang 2
> 60 % ; Padat 3
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU (2006) dalam
b. Interpretasi Visual Mudzakir
Untuk dapat melakukan interpretasi,
penafsir memerlukan unsur–unsur pengenal 2. Pola Tata Letak Bangunan
pada obyek atau gejala yang terekam pada Penilaian tingkat keteraturan
citra. Unsur–unsur pengenal ini secara bangunan terkait dengan kualitas permukiman
individual maupun secara kolektif mampu dapat dilihat dari keteraturan letak, dan
membimbing penafsir kearah pengenalan besar/kecilnya bangunan. Bangunan yang
yang benar. Unsur–unsur interpretasi : rona, dimiliki ukuran relatif sama dan letaknya
bentuk, bayangan, ukuran, pola, tekstur, situs mengikuti pola tertentu, maka bangunan
dan assosiasi (Sutanto,1991). tersebut akan dikelompokkan pada satuan
unit pemetaan yang sama (Ditjen Cipta Karya
Parameter-parameter Kualitas Permukiman
1999 dalam Mudzakir). Untuk lebih jelasnya
Penilaian kualitas permukiman
dapat dilihat pada tabel klasifikasi pola
berdasarkan variabel/parameter dari citra
Quickbird dilakukan dengan menggunakan keteraturan bangunan di bawah ini :
metode pengharkatan atau skoring, yaitu Tabel 1.2 Variabel Tata Letak Bangunan
pemberian harkat atau nilai pada setiap unit Tata Letak Skor
pemetaan. Adapun harkat dan parameter > 50 % ditata secara teratur 1
yang disadap dari citra antara lain :
25 % - 50 % ditata secara teratur 2
< 25 % ditata secara teratur 3

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 293-302 | 296


Kajian Kualitas Permukiman Dengan Citra Quickbird ... Wahyu Tirto Prasetyo dan Sri Rahayu

Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, (2006) dalam lingkungan permukiman dengan jalan utama.
Mudzakir Kondisi permukaan jalan masuk adalah
pengerasan permukaan badan jalan dengan
3. Pohon Pelindung
aspal atau konblok yang dibedakan atas bahan
Pohon pelindung ini dimaksudkan
pengeras jalan tersebut (Soemarwoto, 1991)
sebagai peneduh jalan masuk ke lingkungan
dengan memperhatikan rona pada obyek yang
permukiman. Selain itu juga dapat berfungsi
diamati, cara penilaian kondisi permukaan
untuk mengurangi polusi yang disebabkan
jalan masuk dibedakan atas :
oleh asap kendaraan bermotor (Ditjen Cipta
Karya 1999 dalam Mudzakir). Untuk Tabel 1.5 Variabel Kondisi Jalan Masuk
perhitungan pohon pelindung di setiap unit Kondisi Jalan Masuk Skor
permukiman dihitung dengan menggunakan > 50 % diperkeras 1
rumus : 25 % - 50 % diperkeras 2
Pohon Pelindung = < 25 % diperkeras 3
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU (2006) dalam
 SeluruhLuasTutupanPohonPelindung x100 %
Mudzakir

 LuasBlokPermukiman 6. Lokasi
Dasar dari penilaian parameter ini
Tabel 1.3 Variabel Pohon Pelindung
adalah atas dasar jauh dekatnya suatu unit
Pohon Pelindung Skor
permukiman terhadap pusat atau inti kota,
> 50 % 1
dimana yang pada umumnya menjadi pusat
25 % - 50 % 2 keramaian adalah jalan utama, kawasan
< 25 % 3 perdagangan dan jasa (Ditjen Cipta Karya 1999
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, (2006) dalam
Mudzakir
dalam Mudzakir). Kategori untuk parameter
ini adalah :
4. Lebar Jalan Masuk
Tabel 1.6 Variabel Lokasi Permukiman
Lebar jalan masuk dapat diartikan
Lokasi Skor
sebagai lebar rerata badan jalan yang
Baik, bila lokasi permukiman jauh dari 1
menghubungkan jalan lokal dengan jalan
sumber polusi ( terminal, stasiun,
utama pada suatu blok unit permukiman
pabrik, dll ) dan masih dekat dengan
tersebut (Soemarwoto, 1991). Dengan resolusi
kota.
spasial yang dimiliki citra Quickbird,
Sedang, bila lokasi permukiman tidak 2
perbedaan lebar jalan antara ruas satu dengan
terpengaruh secara langsung dengan
yang lain dapat dengan mudah dibedakan.
kegiatan sumber polusi.
Untuk memperoleh peta jarak jalan terhadap
Buruk, bila lokasi permukiman dekat 3
jalan, ketentuan klasifikasi pada table di
dengan sumber polusi udara maupun
bawah ini :
suara atau bencana alam ( sungai,
Tabel 1.4 Variabel Lebar Jalan Masuk gunung, dll )
Lebar Jalan Masuk Skor Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, (2006) dalam
Mudzakir
> 6 m ; dapat dilalui 2-3 mobil 1
4 m – 6 m ; dapat dilalui 1-2 mobil 2 Bobot Paramater Kualitas Permukiman dari
<4m 3 Citra
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU (2006) dalam Cara penilaian setiap variabel baik
Mudzakir
untuk analisis data secara terrestrial maupun
5. Kondisi Jalan Masuk analisa data yang diperoleh dari hasil
Yang dimaksud dengan jalan masuk interpretasi citra penginderaan jauh
adalah jalan yang menghubungkan jalan digunakan faktor penimbang atau bobot pada
masing–masing variabel yang nantinya akan

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 293-302 | 297


Kajian Kualitas Permukiman Dengan Citra Quickbird ... Wahyu Tirto Prasetyo dan Sri Rahayu

dikalikan dengan besarnya variabel itu sendiri. kenyamanan dan kesehatan bagi masyarakat
Besar kecilnya nilai bobot atau faktor di lingkunagn tersebut. Serta jarak pemukiman
penimbang akan sangat berpengaruh dengan sungai yang ada di wilayah tersebut
terhadap penilaian kualitas permukiman. (Ditjen Cipta Karya 1999 dalam Mudzakir).
Variabel yang digunakan sebagai parameter Klasifikasi dibedakan menjadi 3, yaitu :
dalam penilaian kualitas permukiman
bersumber dari variabel yang telah disusun Tabel 1.8 Variabel Banjir
oleh Ditjen Cipta Karya, Departemen Banjir Skor
Pekerjaan Umum. Sedikit / tidak pernah, jarak sungai > 1
1 km
Tabel 1.7 Bobot Parameter – Parameter 25 % - 50 % wilayahmengalami 2
Kualitas Permukiman banjir, jarak sungai 0,5 – 1 km
No. Parameter Bobot > 50 % wilayahnya mengalami banjir, 3
1 Kepadatan Permukiman 11 jarak sungai <0,5 km
2 Tata Letak Permukiman 1 Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, (2006) dalam
3 Pohon Pelindung 4 Mudzakir
4 Lebar Jalan Masuk 3
8. Kualitas Air Minum
5 Kondisi Jalan Masuk 5
Air minum disini adalah sumber air
6 Lokasi Permukiman 6 minum masyarakat yang digunakan dalam
Sumber : Analisis Penyusun (2012)
permukiman ini, dimana air air tersebut
merupakan salah satu kebutuhan hidup
Parameter Survei Lapangan
(Ditjen Cipta Karya 1999 dalam Mudzakir).
Pada tahap ini yaitu menguji kebenaran
Sumber air minumyang digunakan oleh
dan perbaikan hasil interpretasi citra yang
penduduk Kota Surakarta berasal dari
didapat dari kriteria kualitas permukiman
berbagai sumber, baik sumber berupa air
tentatif dengan keadaan yang sebenarnya di
hujan dan air sungai serta sumber air yang
lapangan. Uji ketelitian diperlukan untuk
berasal dari pengolahan dan sterilisasi oleh
menguji tingkat keberhasilan interpretasi citra
PAM sehingga penilaian parameter air minum
dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
dibedakan atas :
Tingkat kebenaran dibandingkan dengan
jumlah deliniasi atau sample yang ditentukan. Tabel 1.9 Variabel Kualitas Air Minum
Bila tingkat kebenaran lebih dari 80% maka Kualitas Air Minum Skor
sudah termasuk baik, sedangkan bila dibawah > 50 % PAM dan Sumur 1
50% bisa disebut buruk atau gagal 25 % - 50 % ; PAM dan Sumur 2
(Sutanto,1991). < 25 % ; PAM, sumur, sumber lain 3
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, (2006) dalam
Selain parameter dari interpretasi citra Mudzakir
juga terdapat parameter dari survei lapangan.
Parameter–parameter yang diperoleh dari 9. Sanitasi
survei lapangan antara lain : banjir, kualitas air Pengertian parameter ini dibatasi
minum, sanitasi, tempat pembuangan pada sarana untuk membuang hajat atau
sampah, saluran air hujan dan limbah. buang air besar pada suatu permukiman
7. Banjir (Ditjen Cipta Karya 1999 dalam Mudzakir).
Maksud dari parameter banjir ini Penilaian berdasarkan atas :
adalah menggenangnya air secara regular Tabel 1.10 Variabel Sanitasi
pada musim penghujan. Keadaan ini Sanitasi Skor
menunjukkan bahwa sistem drainase pada
> 50 % memiliki WC, dilengkapi 1
wilayah yang bersangkutan kurang baik.
dengan septictank
Akibatnya akan dapat mengganggu
25 % - 50 % memiliki WC, 2

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 293-302 | 298


Kajian Kualitas Permukiman Dengan Citra Quickbird ... Wahyu Tirto Prasetyo dan Sri Rahayu

dilengkapi dengan septictank Sama halnya dengan penentuan


< 25 % memiliki WC, dilengkapi 3 kualitas dengan menggunakan interpretasi
dengan septictank pada citra, dalam penentuan kualitas dari
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, (2006) dalam survei lapangan juga perlu dikalikan dengan
Mudzakir faktor pembobotnya, dimana hasil dari faktor
pembobotnya, dimana hasil dari faktor
10. Tempat Pembuangan Sampah
pembobot tersebut kemudian dioverlay
Tempat pembuangan sampah
dengan hasil pembobotan interpretasi dari
merupakan tempat penampungan sampah
citra Quickbird yang digunakan. Untuk
dilakukan oleh penghuni pada suatu blok
penilaian pembobotan kualitas permukiman
permukiman. Dimana tempat pembuangan
dari survei lapangan adalah :
sampah ini salah satu syarat lingkungan yang
sehat (Ditjen Cipta Karya 1999 dalam Table 1.13 Bobot Parameter – Parameter
Mudzakir). Klasifikasi tentang tempat Kualitas Permukiman
pembuangan sampah diantaranya adalah No Perameter Bobot
1 Banjir 8
Tabel 1.11 Variabel Tempat Pembuangan
2 Kualitas Air Minum 2
Sampah
3 Sanitasi 9
Tempat Pembuangan Sampah Skor
4 Tempat Pembuangan 7
> 50 % membuang sampah pada 1
Sampah
tempat pembuangan
5 Saluran Air Hujan 10
25 % - 50 % membuang sampah 2
dan Limbah
pada tempat pembuangan
Sumber : Analisis Penyusun (2012)
< 25% membuang sampah pada 3
tempat pembuangan atau 25 % Hasil dan Pembahasan
membuang sampah di selokan, Parameter kualitas permukiman diinterpretasi
pekarangan, tanpa penampungan dari citra dan beberapa dari survei lapangan,
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, (2006) dalam setelah diinterpretasi dan di survei maka
Mudzakir
berikut ini hasilnya, luas kepadatan bangunan
11.Saluran Air Hujan dan Limbah setelah dilakukan interpretasi adalah
Saluran air hujan adalah yang kepadatan jarang 1,89 Ha, kepadatan sedang
berfungsi sebagai pengaturan dari genangan 15,69 Ha dan kepadatan padat 204,55
air hujan dari setiap rumah mukim dari suatu Ha.Untuk luas tata letak bangunan setelah
unit permukiman yang menuju selokan (Ditjen dilakukan interpretasi adalah >50% ditata
Cipta Karya 1999 dalam Mudzakir). Sedangkan secara teratur 17,78 Ha, 25%-50% ditata
saluran limbah adalah saluran pembuangan air secara teratur 111,64 Ha dan <25% ditata
yang berasal dari dapur, kamar mandi, air cuci, secara teratur 93,05 Ha. Sedangkan untuk luas
dan lain–lain yang tidak berhubungan dengan pohon pelindung setelah dilakukan
limbah manusia. Kategori penilaian interpretasi adalah 25%-50% 41,05 Ha dan
berdasarkan atas : <25% 181,93 Ha. Untuk luas lebar jalan masuk
setelah dilakukan interpretasi adalah > 6m
Tabel 1.12 Variabel Saluran Air Hujan dan 48,73 Ha, 4m-6m 162,38 Ha dan <4m 11,02
Limbah Ha. Sedangkan luas kondisi jalan masuk
Saluran Air Hujan dan Limbah Skor setelah dilakukan interpretasi adalah > 50 %
> 50 % berfungai dengan baik 1 diperkeras 49,78 Ha, 25 % - 50 % diperkeras
25 % - 50 % berfungsi dengan baik 2 169,87 Ha dan < 25 % diperkeras 2,48 Ha.
< 25 % berfungsi dengan baik 3 Untuk luas lokasi permukiman setelah
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, (2006) dalam dilakukan interpretasi adalah baik 65,56 Ha,
Mudzakir sedang 94,13 Ha dan buruk 62,42 Ha.
Sedangkan luas kejadian banjir setelah

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 293-302 | 299


Kajian Kualitas Permukiman Dengan Citra Quickbird ... Wahyu Tirto Prasetyo dan Sri Rahayu

dilakukan survei lapangan adalah tidak pernah Serengan, dan Danukusuman. Adapun
banjir 163,46 Ha, 25 % - 50 % wilayah ketentuan atau kriteria kualitas permukiman
mengalami banjir 11,37 Ha dan > 50 % baik yakni memiliki kepadatan bangunan yang
wilayahnya mengalami banjir 47,30 Ha. Untuk baik tidak terlalu padat, kerapatan vegetasi
luas kondisi kualitas air minum setelah atau pohon pelindung jalan yang banyak,
dilakukan survei lapangan adalah > 50 % PAM memiliki pola permukiman yang teratur,
dan Sumur 44,06 Ha, 25 % - 50 % PAM dan tataletak permukiman yang tentunya dekat
sumur 120,40 Ha dan < 25 % ; PAM, sumur, dengan pusat kota atau sarana perkotaan
sumber lain 57,65 Ha. Sedangkan luas kondisi serta jauh dari daerah yang menyebabkan
sanitasi setelah dilakukan survei lapangan rawan bencana, memiliki akses jalan yang
adalah > 50 % memiliki WC, dilengkapi dengan baik, tidak rawan banjir, memiliki sanitasi,
septictank 96,11 Ha, 25 % - 50 % memiliki WC, saluran limbah, dan kualitas air minum yang
dilengkapi dengan septictank 112,43 Ha dan < baik. Untuk daerah yang mendominasi disini
25 % memiliki WC, dilengkapi dengan adalah daerah di Kelurahan Kemlayan dan
septictank 13,56 Ha. Untuk luas kondisi Jayengan karena daerah ini dekat dengan
tempat pembuangan sampah setelah pusat kota, pusat perbelanjaan, aksesnya juga
dilakukan survei lapangan adalah > 50 % baik tentunya parameter–parameter
membuang sampah pada tempat pendukung yang lain juga baik.
pembuangan 196,42 Ha, 25 % - 50 % Kelas permukiman sedang dengan skor
membuang sampah pada tempat 112 – 138 memiliki luas 100,71 Ha. Untuk
pembuangan 25,71 Ha, dan luas kondisi daerah yang mendominasi berada di
saluran air hujan dan limbah setelah dilakukan Kelurahan Tipes, Serengan, dan Joyontakan.
survei lapangan adalah > 50 % berfungai Untuk kriterianya antara lain memiliki
dengan baik 183,06 Ha, 25 % - 50 % berfungsi kerapatan vegetasi yang sedang, kerapatan
dengan baik 39,08 Ha. bangunan yang tidak terlalu padat dan tidak
Dari hasil pengolahan data berdasarkan terlalu jarang, tidak terpengaruh langsung
interpretasi dan survei lapangan untuk dua dengan polusi udara, memiliki lebar badan
parameter tersebut kemudian dilakukan jalan antar 4 – 6 m, jauh dari sungai dan tidak
proses overlay atau tumpang susun untuk terpengaruh terhadap banjir, 25 % - 50 %
mendapatkan hasil peta akhir berupa peta penduduk menggunakan PAM, 25 % - 50 %
kualitas permukiman baik, sedang, dan buruk membuang sampah pada tempat
di Kecamatan Serengan Kota Surakarta. Dalam pembuangan, 25 % - 50 % memiliki WC,
menentukan kelas hasil dari overlay ini dengan dilengkapi dengan septictank, limbah 25 % -
cara menghitung interval kelasnya caranya 50 % berfungsi dengan baik. Kemudian untuk
adalah skor nilai tertinggi dikurangi skor nilai kelas permukiman rendah atau buruk dengan
terendah dibagi dengan jumlah kelas yang di skor 139 – 164 memiliki daerah seluas 40,67
inginkan yakni 3 kelas. Untuk skor tertinggi Ha. Daerah yang mendominasi disini adalah
hasilnya sebesar 164 sedangkan untuk skor sebagian Kelurahan Joyontakan,
terendah adalah 86. Setelah dilakukan Danukusuman, Tipes, dan Serengan. Dalam
perhitungan diperoleh interval kelas nya 26. hal ini setelah dilihat dalam hasil peta kualitas
Jadi untuk kelas baik skornya antara 86 – 111, permukiman daerah–daerah yang memiliki
kelas sedang 112 – 138, dan untuk kelas kualitas permukiman rendah adalah daerah–
rendah 139 – 164. daerah yang berada di bantaran sungai.
Untuk kelas kualitas permukiman baik Adapun kriteria kualitas permukiman rendah
dengan skor 86 – 111 di Kecamatan Serengan antara lain memiliki kepadatan permukiman
seluas 80,67 Ha. Dalam hal ini terdapat yang cukup tinggi, kerapatan vegetasi yang
menyebar hampir di seluruh Kelurahan yang jarang, pola permukiman tidak teratur, tata
ada di Kecamatan Serengan kecuali untuk letak permukiman berada pada zona rawan
Kelurahan Joyontakan. Antara lain Kelurahan bencana dan dekat dengan pusat polusi, akses
Kemlayan, Jayengan, Kratonan, Tipes, jalannya buruk, merupakan daerah rawan

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 293-302 | 300


Kajian Kualitas Permukiman Dengan Citra Quickbird ... Wahyu Tirto Prasetyo dan Sri Rahayu

banjir, memiliki kualitas sanitasi, air Tabel 1.14 luas dan kelas kualitas
minum,saluran limbah yang buruk. permukiman di Kecamatan Serengan
Dari hasil perhitungan luas masing– Kelas Kriteria Lokasi Luas ( Ha )
masing kelas permukiman diketahui bahwa (Kelurahan)
0 Non - 84,93 /
untuk Kecamatan Serengan didominasi oleh Permukiman 27,66%
kualitas permukiman sedang, kemudian baik, I Baik Kemlayan 80,67 /
dan yang terakhir adalah buruk. Untuk kualitas Jayengan 26,28%
permukiman baik berada di sekitar Kelurahan Kratonan
Kemlayan dan Kelurahan Jayengan. Untuk Tipes
Serengan
kualitas permukiman sedang menyebar Danukusuman
hampir di setiap Kelurahan. Dan untuk kualitas II Sedang Tipes 100,71 /
permukiman buruk di dominasi di daerah– Serengan 32,80%
daerah yang berada di bantaran sungai meski Joyontakan
tidak semuanya akan tetapi sebagian besar III Buruk Joyontakan 40,67 /
Serengan 13,25%
berada di daerah tersebut. Hal ini dikarenakan Tipes
tentunya daerah–daerah tersebut memiliki Danukusuman
kecenderungan kotor, rawan banjir, polusi Sumber : Analisis penyusun, 2012
udara yang disebabkan bau air sungai saat
meluap dll. Tentunya seseorang akan Kesimpulan
membangun atau memilih perumahan yang 1. Kualitas permukiman baik memiliki
memiliki kualitas permukiman baik atau seluas 80,67 Ha, permukiman sedang
setidaknya berada pada zona aman yang dengan memiliki luas 100,71 Ha, dan
kualitas permukimannya sedang seperti di untuk kualitas permukiman rendah
Kelurahan Kemlayan, Joyontakan, atau daerah seluas 40,67 Ha, dapat
Kratonan. Untuk daerah di Kelurahan disimpulkan bahwa di daerah
Joyontakan sendiri memang tidak memiliki Kecamatan Serengan Kota Surakarta
kualitas permukiman baik karena disana didominasi oleh daerah kualitas
adalah daerah pertemuan antara 2 sungai dari permukiman sedang.
Kabupaten Sukoharjo dan Kota Surakarta 2. Kualitas permukiman baik berada di
sendiri yang mana akan bermuara di Sungai daerah Kelurahan Kemlayan,
Bengawan Solo sehingga daerah ini rawan Jayengan, Kratonan, sebagian Tipes,
dengan ancaman banjir meskipun tidak Serengan, dan Danukusuman.
semuanya. 3. Kualitas permukiman buruk di
dominasi di daerah–daerah yang
berada di bantaran sungai meski tidak
semuanya akan tetapi sebagian besar
berada di daerah tersebut.
Rekomendasi
1. Untuk pemerintah Kota Surakarta
harap memperhatikan beberapa
bagian di wilayah Kecamatan
Serengan yang memiliki kualitas
permukiman kumuh/buruk di daerah
Kelurahan Tipes, Joyontakan dan
Serengan, perbaikannya meliputi dari
kepadatan bangunan yang terlalu
tinggi, lebar jalan yang kurang, kondisi
jalan yang buruk, sanitasi yang buruk,
kualitas air minum yang kurang baik.

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 293-302 | 301


Kajian Kualitas Permukiman Dengan Citra Quickbird ... Wahyu Tirto Prasetyo dan Sri Rahayu

2. Pemerintah Kota Surakarta hendaknya Said. 1983. Indonesia dan Penduduknya. UI-
menyelesaikan masalah tersebut Press. Jakarta.
dengan komunikasi dua arah dengan Soemarwoto, Otto. 1991. Analisis Dampak
warga setempat sehingga diperoleh Lingkungan.. Gadjah Mada University
suatu solusi masalah yang terbaik Press. Yogyakarta.
untuk menyelesaikan masalah kualitas Soegiono. 2008. Dasar-Dasar Penelitian
permukiman ini. Kuantitatif. Universitas Diponegoro.
Semarang.
DAFTAR PUSTAKA Sutanto, dkk, 1981. Penginderaan Jauh Untuk
Penggunaan Lahan Urban. PUSPIC. UGM.
Bintarto. 1987 . Pola Kota dan Yogyakarta.
Permasalahannya. Fakultas Geografi, Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh Dasar Jilid
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 1. Gadjah Mada University Press.
Badan Pusat Statistik. 2010 . Kecamatan Yogyakarta.
Serengan Dalam Angka 2009 / 2010, Data
Statistik. Provinsi Jawa Tengah :
Surakarta.
Budiharjo, Eko. 1991. Arsitektur dan Kota di
Indonesia. Alumni. Bandung.
Cipta Karya. 1999. Penentuan Kualitas
Permukiman. Departemen PU. Jakarta.
Danoedoro, Projo, 2004. Sains Informasi
Geografi. Fakultas Geografi. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Judohusodo. 1991. Timbulnya Permukiman
Liar didaerah Perkotaan. Jurnal ilmu –
ilmu sosial, No 1, tahun 1991, hal 1-5,
Gramedia. Jakarta.
Kuswartojo, Tjuk. 2005. Perumahan dan
permukiman di Indonesia. Ganesa Institut
Teknologi Bandung. Bandung.
Mudzakir. 2008. Aplikasi Citra IKONOS dan SIG
untuk Menilai Kualitas Permukiman di
Kecamatan Pakualaman Kota
Yogyakarta. Tugas Akhir. Fakultas
Geografi. UGM : Yogyakarta
Nurmandi. 1999. Kota dan Unsur-Unsur
Pembentuknya. Yayasan Padamu Negeri.
Jakarta
Prahasta, Edi, 2005. Konsep-Konsep Dasar
Sistem Informasi Geografis. Cetakan Ke-
2. Informatika. Bandung.
Rahardjo. Norhadi. 1989. Penggunaan Foto
Udara jenis Pankromatik Hitam Putih
Kabupaten Magelang Mengetahui Agihan
Kualitas Permukiman dengan Kondisi
Sosial Ekonomi Penghuninya. Thesis S2.
Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 293-302 | 302

Anda mungkin juga menyukai